Jojo subagja semah domestikasi

7
1 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 DOMESTIKASI IKAN SEMAH (Tor douronensis) MELALUI PENGEMBANGAN BUDIDAYA Jojo Subagja, Anang Hari Kristanto, dan Muhammad Sulhi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1, Bogor 16151 E-mail: [email protected] ABSTRAK Ikan semah ( Tor douronensis Valencienes1842) merupakan komoditas potensial daerah Sumatera Barat dengan permintaan konsumsi cukup besar, akan tetapi budidayanya terkendala oleh ketersediaan benih. Ikan semah oleh masyarakat Sumatera Barat dikonservasi pada “lubuk larangan” (bagian dari sungai) di mana masyarakat dilarang untuk menangkap pada zona inti. Upaya budidaya ikan semah memerlukan sediaan benih yang berkelanjutan. Dalam rangka penyediaan benih, dilakukan pemijahan ikan semah di Balai Benih Aur Melintang, Sumatera Barat. Induk yang dipijahkan berjumlah enam ekor, yang berhasil memijah lima ekor. Telur yang dihasilkan masing-masing 15; 25; 50; 18,5; dan 19,3 g; jumlah telur setiap gram 125 butir. Daya tetas telur 67%, serta sintasan sampai umur 88 hari mencapai 81%. KATA KUNCI: ikan semah, Tor douronensis, domestikasi, pemijahan buatan PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan memiliki banyak ikan asli, namun baru beberapa jenis yang dapat dibudidayakan, sementara jenis ikan potensial yang ada belum dioptimalkan untuk budidaya secara komersil. Di sisi lain, dari jumlah jenis ikan yang sudah dibudidayakan banyak di antaranya merupakan ikan introduksi yang berasal dari negara lain. Salah satu jenis ikan yang potensial untuk dibudidayakan adalah ikan semah ( Tor douronensis ). Jenis ikan ini sudah banyak diminati oleh pengusaha, di antaranya di Pontianak dan negara tetangga Malaysia yang menginginkan agar ikan semah bisa segera dibudidayakan. Di Indonesia terdapat empat jenis, yaitu: Tor tambroides, (emperau atau kelah) T. douronensis, (semah atau garing), T. soro (ikan soro, lempon, ihan atu ikan dewa) dan Neolisochilus sp. (Anonim, 2003; Kottelat et al ., 1993; Roberts, 1999). Ikan semah merupakan ikan konsumsi bernilai tinggi dengan tekstur daging yang tebal dan empuk, serta lezat rasanya sehingga banyak digemari masyarakat (Anonim, 2003; Kiat, 2004). Beberapa jenis ikan semah seperti terlihat pada Lampiran 1. Rachmatika & Haryono (1999) melaporkan bahwa harga ikan semah (Tor douronensis) di Malaysia mencapai 80 ringgit/kg, bahkan Kiat (2004) menyatakan harga ikan kelah nama lain dari semah di Malaysia sudah mencapai 300 ringgit/kg yang setara dengan Rp 750.000,-/kg. Dewasa ini harga ikan semah di sekitar habitat utamanya, sudah mencapai Rp 50.000,-—Rp 120.000,-/kg dan sudah di atas harga jenis ikan lain yang hanya Rp 15.000/kg. Di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah dan Sumedang, Jawa Barat kerabat ikan semah yaitu Tor soro dijual ke pedagang ikan dengan kisaran harga Rp 200.000,-—Rp 400.000,-/kg (Haryono et al., 2005). Di beberapa wilayah, ikan semah mempunyai nilai sosial yang tinggi dan bahkan dikeramatkan. Misalnya pada masyarakat Batak, ikan semah (ihan) mempunyai nilai prestise karena hanya kalangan tertentu yang bisa menikmati kelezatan dagingnya maupun bisa menggunakan dalam acara adat. Begitu pula di Kuningan dan Blitar, ikan semah (kancera) mempunyai nilai historis dan ekonomi tinggi karena semula hanya keluarga kerajaan yang diperbolehkan menyantap daging ikan ini (Subagja et al., 2006). Bahkan di India semah dijuluki sebagai ikan dewa atau ’Fish of God’ (Kiat, 2004). Sampai saat ini dari kelompok Tor baru T. soro yang sudah jadi ikan kandidat budidaya (Asih et al., 2011) sedangkan ikan semah belum berhasil dibudidayakan, sementara Kottelat et al. (1993) dan Haryono et al ., (2005) menyatakan bahwa populasi ikan semah di alam sudah sangat jarang dan bahkan telah dianggap mendekati kepunahan akibat penangkapan dan penggundulan hutan.

description

Teknologi pemijahan buatan yang telah dilakukan di Sumatera Barat ((Padang Pariaman) merupakan langkah awal pen domestikasi Ikan "semah" Tor douronensis untuk tujuan pengembangan budidaya. Ikan yang berasal dari alam dapat dilakukan reproduksinya secara buatan melalui manipulasi hormonal.

Transcript of Jojo subagja semah domestikasi

Page 1: Jojo subagja semah domestikasi

1 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

DOMESTIKASI IKAN SEMAH (Tor douronensis) MELALUI PENGEMBANGAN BUDIDAYA

Jojo Subagja, Anang Hari Kristanto, dan Muhammad SulhiBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar

Jl. Sempur No. 1, Bogor 16151E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ikan semah (Tor douronensis Valencienes1842) merupakan komoditas potensial daerah Sumatera Barat denganpermintaan konsumsi cukup besar, akan tetapi budidayanya terkendala oleh ketersediaan benih. Ikan semaholeh masyarakat Sumatera Barat dikonservasi pada “lubuk larangan” (bagian dari sungai) di mana masyarakatdilarang untuk menangkap pada zona inti. Upaya budidaya ikan semah memerlukan sediaan benih yangberkelanjutan. Dalam rangka penyediaan benih, dilakukan pemijahan ikan semah di Balai Benih Aur Melintang,Sumatera Barat. Induk yang dipijahkan berjumlah enam ekor, yang berhasil memijah lima ekor. Telur yangdihasilkan masing-masing 15; 25; 50; 18,5; dan 19,3 g; jumlah telur setiap gram 125 butir. Daya tetas telur67%, serta sintasan sampai umur 88 hari mencapai 81%.

KATA KUNCI: ikan semah, Tor douronensis, domestikasi, pemijahan buatan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan memiliki banyak ikan asli, namun baru beberapa jenis yangdapat dibudidayakan, sementara jenis ikan potensial yang ada belum dioptimalkan untuk budidayasecara komersil. Di sisi lain, dari jumlah jenis ikan yang sudah dibudidayakan banyak di antaranyamerupakan ikan introduksi yang berasal dari negara lain. Salah satu jenis ikan yang potensial untukdibudidayakan adalah ikan semah (Tor douronensis). Jenis ikan ini sudah banyak diminati olehpengusaha, di antaranya di Pontianak dan negara tetangga Malaysia yang menginginkan agar ikansemah bisa segera dibudidayakan.

Di Indonesia terdapat empat jenis, yaitu: Tor tambroides, (emperau atau kelah) T. douronensis,(semah atau garing), T. soro (ikan soro, lempon, ihan atu ikan dewa) dan Neolisochilus sp. (Anonim,2003; Kottelat et al., 1993; Roberts, 1999). Ikan semah merupakan ikan konsumsi bernilai tinggidengan tekstur daging yang tebal dan empuk, serta lezat rasanya sehingga banyak digemari masyarakat(Anonim, 2003; Kiat, 2004). Beberapa jenis ikan semah seperti terlihat pada Lampiran 1. Rachmatika& Haryono (1999) melaporkan bahwa harga ikan semah (Tor douronensis) di Malaysia mencapai 80ringgit/kg, bahkan Kiat (2004) menyatakan harga ikan kelah nama lain dari semah di Malaysia sudahmencapai 300 ringgit/kg yang setara dengan Rp 750.000,-/kg. Dewasa ini harga ikan semah di sekitarhabitat utamanya, sudah mencapai Rp 50.000,-—Rp 120.000,-/kg dan sudah di atas harga jenis ikanlain yang hanya Rp 15.000/kg. Di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah dan Sumedang, Jawa Baratkerabat ikan semah yaitu Tor soro dijual ke pedagang ikan dengan kisaran harga Rp 200.000,-—Rp400.000,-/kg (Haryono et al., 2005).

Di beberapa wilayah, ikan semah mempunyai nilai sosial yang tinggi dan bahkan dikeramatkan.Misalnya pada masyarakat Batak, ikan semah (ihan) mempunyai nilai prestise karena hanya kalangantertentu yang bisa menikmati kelezatan dagingnya maupun bisa menggunakan dalam acara adat.Begitu pula di Kuningan dan Blitar, ikan semah (kancera) mempunyai nilai historis dan ekonomitinggi karena semula hanya keluarga kerajaan yang diperbolehkan menyantap daging ikan ini (Subagjaet al., 2006). Bahkan di India semah dijuluki sebagai ikan dewa atau ’Fish of God’ (Kiat, 2004).

Sampai saat ini dari kelompok Tor baru T. soro yang sudah jadi ikan kandidat budidaya (Asih et al.,2011) sedangkan ikan semah belum berhasil dibudidayakan, sementara Kottelat et al. (1993) danHaryono et al., (2005) menyatakan bahwa populasi ikan semah di alam sudah sangat jarang danbahkan telah dianggap mendekati kepunahan akibat penangkapan dan penggundulan hutan.

Page 2: Jojo subagja semah domestikasi

2Domestikasi ikan semah melalui pengembangan budidaya (Jojo Subagja)

Kepadatan rata-rata ikan semah di habitat utamanya (Sungai Joloi) rata-rata 1 ekor per 100 m2(Haryono & Subagja, 2008). Oleh karena itu, ikan semah sedang dalam proses pengusulan menjadijenis ikan yang dilindungi undang-undang (Haryono, 2006).

Untuk daerah Sumatera Barat, banyak kawasan perairan yang dikelola oleh “Nagari” yang dikenaldengan sebutan “Lubuk Larangan”. Di wilayah Kabupaten Pariaman sendiri terdapat sekitar 50 lubuklarangan. Dari kunjungan Tim Peneliti BRPBAT beberapa waktu lalu ke beberapa lubuk larangan yangada di daerah tersebut, diperoleh data bahwa secara umum keberadaan jenis ikan pada setiap lubuklarangan didominasi oleh jenis ikan T douronensis, (Sukadi & Subagja, 2012). Ikan ini berkembangbiak dan tumbuh secara alami di kawasan tersebut.

Melihat kondisi tersebut, sangat dimungkinkan untuk dilakukan suatu usaha domestikasi daninisiasi budidaya ikan ini. Keberhasilan kegiatan ini cukup representatif dikarenakan keberadaanbalai benih ikan yang tidak terlalu jauh dari lokasi beberapa lubuk larangan, didukung pula olehhasil penelitian Balai Penelitian dan Penengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) yang telah berhasilmendapatkan teknologi reproduksi secara alami (Hardjamulia et al., 2000), serta pemijahan buatansejak tahun 2002 terhadap jenis T. soro yang segolongan dengan ikan semah (Subagja et al., 2006).

Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui bioreproduksi induk ikan semah pada tahap domestikasidalam menghasilkan benih yang dapat digunakan untuk alternatif budidaya di Sumatera Barat.

BAHAN DAN METODE

Induk ikan yang digunakan adalah induk ikan garing (Sumatera Barat) atau semah (Tor douronensis).Induk berasal dari alam yang sudah diadaptasikan di kolam pembudidaya di daerah Ladang LawehSicincin Kabupaten Padang Pariaman dan dari daerah di sekitar Aur Malintang. Ukuran induk yangdigunakan dalam kegiatan ini memiliki bobot antara 0,5-1 kg; yang terdiri atas 20 ekor jantan dan40 ekor betina.

Pengangkutan induk dari lokasi pembudidaya dilakukan dengan sistem tertutup menggunakankantong plastik ukuran 60 cm x 80 cm, 1/3 bagian di isi air dan 2/3 bagian diisi oksigen, setiapkantong dimasukkan 4 ekor induk ikan semah.

Induk ditempatkan secara terpisah antara jantan dan betina di kolam BBI Aur Malintang. Indukdiberi pakan berupa pelet tenggelam dengan kandungan protein 27% sebanyak 2%dari bobot biomassaper hari. Pelet yang diberikan ditambahkan mikro-nutrien dengan dosis 5 mL/kg pakan diberikansetiap dua hari. Frekuensi pemberian dua kali sehari yaitu pagi sekitar pukul 8.00 dan sore haripukul 16.00. Manajemen induk ini digunakan dengan tujuan untuk mematangkan gonad dilakukanselama 2 bulan.

HASIL DAN BAHASAN

Pemijahan

Pemijahan induk secara buatan (kawin suntik) dilakukan setelah diketahui induk sudah mencapaimatang gonad dengan kriteria kisaran diameter telur antara 2,6-2,9 mm. Induk yang tepilih berjumlah

Gambar 1. Induk betina ikan semah

Page 3: Jojo subagja semah domestikasi

3 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

enam ekor betina dan lima ekor jantan. Sebelum dilakukan penyuntikan, terlebih dahulu disiapkanwaring yang ditempatkan di dalam kolam dan mendapatkan air mengalir. Pengecekan tingkatkematangan gonad menggunakan kateter dengan mengambil sebagian telur dari ovarium dan diukurdiameternya. Penyuntikan induk matang gonad dilakukan dengan cara: induk dipegang denganmenggunakan kain halus (handuk) untuk mencegah kerusakan lendir dan sisik. Untuk betina yangdiameter telur belum seragam, terlebih dahulu dilakukan injeksi priming (pendahuluan), menggunakanHCG dengan dosis 500 IU/kg, diberikan 24 jam sebelum dilakukan penyuntikan akhir (menggunakanovaprim). Penyuntikan akhir, menggunakan hormon ovaprim dengan dosis total 0,6 mL.kg-1 bobotinduk betina, diberikan dua kali dengan interval penyuntikan delapan jam, dan untuk induk jantandosis total 0,3 mL.kg-1 yang diberikan satu kali bersamaan dengan penyuntikan kedua pada indukbetina. Pengecekan induk betina dilakukan setelah 12 jam dari penyuntikan kedua. Bila sudah terjadiovulasi/lepas beberapa butir telur, menandakan induk siap dilakukan pengurutan (stripping). Sebelumdilakukan stripping induk betina, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan sperma dari induk jantandengan menggunakan spuit yang di dalamnya sudah ditambahkan larutan NaCl fisiologis 0,9% denganperbandingan setiap 1 mL spermatozoa ditambahkan 4 mL NaCl (Legendre et al., 2000), hal inibertujuan untuk mempertahankan sintasan sperma hingga beberapa jam. Telur hasil strippingditampung dalam waskom dan dibuahi dengan larutan sperma 2-3 mL setiap 10 g telur, kemudiandiaduk secara merata menggunakan bulu ayam, dan dilakukan aktivasi sperma dengan jalanmenambahkan air bersih sebanyak 100 mL dan diaduk pelan menggunakan bulu ayam. Proses iniberlangsung selama 1-2 menit setelah itu, untuk membuang sisa-sisa sperma dilakukan pembilasandengan air bersih. Telur yang telah dibilas siap ditetaskan di wadah/akuarium yang telah dilengkapidengan pengudaraan (aerasi) dan air sistem resirkulasi untuk mendapatkan hasil penetasan yangoptimal. Tinggi air wadah pemeliharaan maksimum 25 cm dan telur disebarkan ke dasar akuarium.

Penetasan Telur

Telur ditetaskan dalam akuarium ukuran 90 cm x 50 cm x 40 cm, yang sudah disiapkan sebelumnyadengan sistem resirkulasi yang dilengkapi dengan pengaerasian. Tinggi air akuarium 25 cm, diisitelur sekitar 200 butir, karena telur ikan semah bersifat tidak lengket maka tidak diperlukan substratpenempel, telur cukup disebarkan merata pada dasar akuarium, setelah 72 jam dari saat fertilisasitelur terlihat mulai menetas pada suhu air 25°C-27°C. Pada percontohan ini diperoleh hasil dayatetas telur antara 65%.

Telur ikan semah termasuk kelompok yang memerlukan waktu cukup lama dalam proses penetasan,pada umumnya kelompok ikan Tor sp. memerlukan waktu inkubasi sekitar 3-4 hari pada suhu air25°C-27°C (Asih et al., 2002). Sehingga diperlukan kondisi kualitas air inkubasi yang lebih baik danterkontrol.

Perawatan Larva

Perawatan larva dilakukan dalam akuarium yang sama. Larva mulai diberi pakan pada hari ke-5setelah menetas. Pakan awal larva berupa nauplii Artemia diberikan secara ad libitum. Sintasan larvasampai dengan umur dua minggu diperoleh 85%.

Pemeliharaan Benih

Pemeliharaan benih dilakukan dalam akuarium menggunakan sistem air resirkulasi. Densitas benihantara 100-150 ekor/akuarium. Pakan peralihan awal setelah pemberian Artemia selesai berupa pakanbuatan berbentuk tepung (pakan starter) diberikan dengan jumlah 5%-10%/hari dari bobot biomassa,frekuensi pemberian 5 kali/hari. Sintasan benih setelah pemeliharaan selama 2 bulan diperoleh sekitar80%.

Benih yang dihasilkan dalam pemijahan ini di sajikan dalam Tabel 1.

Keberhasilan pembenihan ikan semah di BBI Aur Melintang Sumatera Barat ini ditentukan olehketersediaan induk yang siap dipijahkan dan dukungan sarana dan prasana. Dilihat dari jumlah teluryang dihasilkan, variasinya cukup besar. Hal ini disebakan induk yang tersedia baru pertama kalidipijahkan setelah lama dipelihara. Pemberian pakan untuk pematangan induk juga sangat menentukan

Page 4: Jojo subagja semah domestikasi

4Domestikasi ikan semah melalui pengembangan budidaya (Jojo Subagja)

kualitas telur yang dihasilkan. Pakan untuk induk sebaiknya yang mempunyai kandungan protein32% atau lebih. Pada kegiatan ini, pakan induk yang tersedia hanya mempunyai kandungan protein27%, hal ini yang menyebabkan tidak banyak induk yang matang gonad. Selain faktor lingkungandan nutrisi yang kurang optimal ada penyebab utamanya adalah proses penyuntikan yang dilaksanakandi luar musim reproduksi. Berdasarkan pengamatan musim pemijahan secara alami, ternyata kelompokikan Tor memiliki dua puncak musim reproduksi yang terjadi pada bulan Juli dan Desember (Subagjaet al., 2006), sementara pelaksanaan pemijahan pada kegiatan ini dilakukan pada bulan Agustus,pada kondisi tersebut indukan yang siap mijah hanya diperoleh beberapa ekor, hal ini pula yangmenghasilakn fekunditas telur menjadi rendah.

Pertumbuhan benih

Selama pemeliharaan 88 hari, benih ikan semah bertambah darfi ukuran rata-rata 1 cm menjadi 4cm (Gambar 2). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang ada dalam wadahpemeliharaan. Hasil penelitian serupa yang dilakukan Haryono & Subagja (2007) terhadappertumbuhan anakan ikan Tor soro yang dihibridisasi dengan Tambroides menghasilkan pertumbuhanpanjang sekitar 6-8 cm, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sedikit lebih cepat dibandingkandengan anakan ikan semah.

Tabel 1. Performa produksi dari tiga ekor betina ikan semah, telur yang diovulasikan, daya tetasdan sintasan sampai beni mencapai umur 2 bulan.

NoBobot induk (kg)

Jumlah telur dihasilkan

(g)

Jumlah telur/g (butir)

Jumlah telur terovulasi

(butir)

Telur menetas

(ekor)

Sintasan larva umur 2 minggu

(ekor)

Sintasan benih umur 2 bulan

(ekor)

1 1 15 125 1875 1218 1035 8282 1 25 125 3125 2030 1725 13803 1,5 50 124 6250 4062 3452 27614 1 18,5 125 2315 1714 1425 11205 1,2 19,3 124 2410 1628 1328 1125

Rataan 1,14 25,56 124,6 3195 67% 84% 81%

Gambar 2. Pertumbuhan panjang total benih ikan semah yangdipelihara dalam akuarium sistem air resirkulasi

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

0 7 14 21 28 58 88

Panj

ang

tota

l (cm

)

Waktu pemeliharaan (hari)

Page 5: Jojo subagja semah domestikasi

5 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

Panen

Pemanenan benih dilakukan setelah benih mencapai umur 60 hari (dengan kisaran panjangmencapai 2,5 cm). Benih hasil panenan dari akuarium dapat didederkan ke kolam tanah (kolampendederan). Bila letak kolam pendederan jauh dari hatcheri maka benih harus di-packing dalamkantong plastik dan diberi oksigen murni (pengangkutan sistem tertutup).

KESIMPULAN

Pemijahan ikan semah telah berhasil dilakukan meskipun di luar puncak musim reproduksi, darienam ekor berhasil memijah lima ekor (83%), diperoleh telur sebanyak 127 g atau 15.975 butirdengan daya tetas mencapai 67%. Selama pemeliharaan dua bulan, sintasan benih mencapai 81%,dan kisaran panjang badan antara 3,5 dan 5,8 cm.

Saran

Untuk pelaksanaan kegiatan domestikasi dan breeding ikan semah agar dicapai hasil optimal perlukiranya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman, merencanakan pembenahan unithatcheri BBI Aur Melintang yang lebih representatif meliputi perbaikan dan penambahan sarana-prasarana serta peningkatan sumberdaya manusia, sehingga BBI Aur Melintang dengan beberapapotensi yang dimiliki dapat menjadi acuan bagi pengembangan BBI lainnya di Sumatera Baratkhususnya sebagai sentra pembenihan ikan semah.

DAFTRA ACUAN

Anonim. 2003. STA tea talk: freshwater fishes of sarawak. Sarawak Timber Association Review, 120: 4-6.

Asih, S. & Subagja, J. 2003. Pembenihan ikan Batak (Tor soro) dalam mendukung kegiatan perikananyang berbasis budidaya “CBF”. Makalah disampaikan pada Sosialisasi CBF. Danau Toba, 5-6 Februari2003. 12 hlm.

Asih. S, Subagja, J., Kristanto, A.H., Nugroho, E., & Gustiano, R. 2011. Ikan Tor soro hasil domestikasi.Dokumen Permohonan Rilis, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor, 26hlm.

Hardjamulia. A, Asih, S., Suhenda, N., & Muharam, B. 2000. Pelestarian ex situ plasma nutfah ikan mas(Cyprinus carpio) dan ikan Tor soro. Anual report The Partycipatory Development Technology ProjectPAATP. Balitkanwar Sukamandi. 15 hlm.

Haryono & Subagja, J. 2008. Populasi dan habitat ikan tambra, Tor tambroides (Bleeker, 1854) diPerairan Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah. LIPI-Bogor. Jurnal Biodiversitas, 9(4): 306-309.

Haryono & Subagja, J. 2007. Pertumbuhan ikan tambra (Tor tambroides) dan kancera (Tor soro) padaproses domestikasi dengan jenis pakan yang berbeda. Jurnal Biologi Indonesia, 4(3): 167-175.

Haryono. 2006. Aspek biologi ikan tambra (Tor tambroides Blkr.) yang eksotik dan langka sebagaidasar domestikasi. Biodiversitas, 7(2): 195-198.

Kiat, N.C. 2004. The kings of the rivers, Mahseer in Malayan and the region. Inter Sea Fishery, SelangorMalaysia.

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N., & Wirjoatmodo, S. 1993. Freshwater fishes of westernIndonesia and Sulawesi. Periplus edition. Indonesia. 293 + 84 pp.

Legendre, M., Slembrouck, J., Subagja, J., & Kristanto, A.H. 2000. Ovulation rate, latency time and ovaviability after GnRH-or hCG. Induced breeding in the Asian catfish Pangasius hypopthalmus(Siluriformes, Pangasiidae). Aqua. Living Resour., 13: 145-151.

Rachmatika, I. & Haryono. 1999. Iktiofauna dan pengembangan perikanan di Taman Nasional BentuangKarimun Kalimantan Barat. Prosiding Rencana Pengelolaan TN. Bentuang Karimun. WWF-IP, PHPA danITTO, Jakarta.

Roberts, T.R. 1999. Fishes of the Cyprinid genus Tor in the Nam Theun Watershed (Mekong basin) ofLaos, with description of a new species. The Raffles Bulletin of Zoology, 47(1): 225-236.

Page 6: Jojo subagja semah domestikasi

6Domestikasi ikan semah melalui pengembangan budidaya (Jojo Subagja)

Subagja, J., Asih, S., & Gustiano, R. 2006. Manajemen induk dalam pembenihan ikan Tor soro. MediaAkuakultur, 1(1): 7-11.

Sukadi, M.F. & Subagja, J. 2012. Pemanfaatan ikan lokal air tawar di Sumatera Barat: penekanan padakonservasi ikan garing (Tor douronensis). Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan III.

Page 7: Jojo subagja semah domestikasi

7 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

Lampiran 1. Beberapa jenis ikan semah (

Sumber: http://batakone.wordpress.com/2010/01/17/ikan-batak