Jin Ayah

download Jin Ayah

of 15

description

learn

Transcript of Jin Ayah

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI PEKANBARU2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti matakuliah ini. Makalah ini berisi materi tentang kalimat dan paragraf

Pembahasan yang memaparkan tentang kalimat dan paragraf itu sendiri. Sehingga makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya. Makalah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa/i sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan untuk penentuan nilai tugas oleh dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Pekanbaru, 10 Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATAPENGANTARiDAFTARISIiiBABIPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang..11.2. Permasalahan11.3. Tujuan Penulisan11.4. Manfaat Penulisan1

BABIIPEMBAHASAN2.1. Pengertian Jinayah22.2. Dasar Hukum Jinayah dalam Islam22.3. Macam-macam Jinayah32.3.1. Macam-macam Jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi52.4. Proses dalam Jinayah92.5. Bukti Pelaksanaan Jinayah102.6. Sebab Hapusnya Hukuman10

BABIIISIMPULAN3.1. Simpulan123.2. Saran12

DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam hukum Islam ada yang dikenal dengan istilah jinayat (jinayah) merupakan salah satu dari bagian syariat Islam, jinayah ini bermacam-macam jenis dan sebabnya. Dalam makalah ini kami mencoba untuk membahasnya sesuai dengan batas kemampuan yang kami miliki.

1.2 PermasalahanBerdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok dalam makalah ini adalah :1. Bagaimana pengertian dari jinayah?2. Bagaimana dasar hukum jinayah dalam Islam?3. Apa saja macam-macam dari jinayah?4. Apa saja macam-macam dari jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi?5. Apa saja proses jinayah itu?6. Bukti dalam melakukan jinayah?7. Sebab menghapus hukuman-nya jinayah?

1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini yaitu : 1. Menjelaskan pengertian dari jinayah.2. Mendeskripsikan dasar hukum jinayah dalam Islam3. Menjelaskan tentang macam-macam jinayah4. Menjelaskan macam-macam jinayah menurut cara melakukan dan konsekuensi5. Mendeskripsikan proses jinayah 6. Menjelaskan bukti dalam melakukan jinayag7. Menjelaskan sebab hapusnya hukuman jinayah

1.4 Manfaat PenulisanManfaat yang dapat diambil dari penyajian makalah ini yaitu agar pembaca dan penulis bisa lebih mengetahui tentang jinayah(hukum pidana) dalam Islam.BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pengertian JinayahSecara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama dari kata jinayah yang berasal dari janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata dasar), kata jinaayah dijamakan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadang-kadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak. Menurut istilah syari, kata jinaayah berarti menganiaya badan sehingga pelakunya wajib dijatuhi hukuman qishash atau membayar denda.Tujuan disyariatkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa, harta dan keturunan. Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak kejahatan kriminal, seperti : Pencurian, perzinahan, homoseksual, menuduh seseorang berbuat zina, minum khamar, membunuh atau melukai orang lain, merusak harta orang dan melakukan gerakan kekacauan dan lain sebagainya. Di kalangan fuqaha, perkataan jinayah berarti perbuatan perbuatan yang terlarang menurut syara. Selain itu, terdapat fuqaha' yang membatasi istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud dan qishash tidak termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman tazir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah, yaitu larangan larangan syara yang diancam Allah dengan hukuman had atau tazir.

2.2Dasar Hukum Jinayah dalam IslamDalam islam dijelaskan berbagai norma/atura/rambu-rambu yang mesti ditaati oleh setiap mukalaf, hal itu telah termaktup dalam sumber fundamental Islam, termasuk juga mengenai perkara jarimah atau tindak pidana dalam Islam, berikut kami akan memaparkan beberapa dalil tentang HPI dan kewajiban menaati hukum Allah SWT. Artinya : Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Al-Baqarah 179)

Artinya : Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah 49)

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa 65).

2.3Macam-macam JinayahPara ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh al-quran dal al-hadits, atas dasar ini mereka membagi menjadi tiga macam, yaitu :

1. Jarimah hudud, yang meliputi:Hudud, jamaknya had. Arti menurut bahasa ialah : menahan (menghukum). Menurut istilah hudud berarti: sanksi bagi orang yang melanggar hukum syara dengan cara didera/ dipukul (dijilid) atau dilempari dengan batu hingga mati (rajam). Sanksi tersebut dapat pula berupa dipotong tangan lalu sebelah atau kedua-duanya atau kaki dan tangan keduanya, tergantung kepada kesalahan yang dilakukan. Hukum had ini merupakan hukuman yang maksimal bagi suatu pelanggaran tertentu bagi setiap hukum.Jarimah hudud ini dalam beberapa kasus di jelaskan dalam al-Quran surah An-Nur ayat 2, surah an-Nur: 4, surah al-Maidah ayat 33, surat al-Maidah ayat 38.a. Perzinaanb. Qadzaf (menuduh berbuat zina)c. Meminum minuman kerasd. Pencuriane. Perampokanf. Pemberontakang. Murtad

2. Jarimah qishas/diyat, yang meliputi :Hukum qisos adalah pembalasan yang setimpal (sama) atas pelanggaran yang bersifat pengerusakan badan. Atau menghilangkan jiwa, seperti dalam firman Allah SWT.Surah al-Maidah : 45, surah al-Baqarah : 178 Diat adalah denda yang wajib harus dikeluarkan baik berupa barang maupun uang oleh seseorang yang terkena hukum diad sebab membunuh atau melukai seseorang karena ada pengampunan, keringanan hukuman, dan hal lain. Pembunuhan yang terjadi bisa dikarenakan pembunuhan dengan tidak disengaja atau pembunuhan karena kesalahan (khoto). Hal ini dijelaskan dalam al-Quraan surah an-Nisa : 92.a. Pembunuhan sengaja.b. Pembunuhan semi sengaja.c. Pembunuhan tersalah.d. Pelukan sengaja.e. Pelukan semi sengaja.

3. Jarimah Jarimah tazirHukum tazir adalah hukuman atas pelanggaran yang tidak di tetapkan hukumannya dalam al-Quran dan Hadist yang bentuknya sebagai hukuman ringan.menurut hukum islam, pelaksanaan hukum tazir diserahkan sepenuhnya kepada hakim islam hukum tazir diperuntukkan bagi seseorang yang melakukan jinayah/ kejahatan yang tidak atau belum memenuhi syarat untuk dihukum had atau tidak memenuhi syarat membayar diyat sebagai hukum ringan untuk menebus dosanya akibat dari perbuatannya. tazir ini dibagi menjadi tiga bagian :a.Jarimah hudud atau qishah/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat, namun sudah merupakan maksiat, misalnya percobaan pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian dikalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.b.Jarimah-jarimah yang ditentukan al-quran dan al-hadits, namun tidak ditentukan sanksinya, misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanat dan menghina agama.c.Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulul amri untuk kemashlahatan umum. Dalam hal ini, nilai ajaran islam di jadikan pertimbangan penentuan kemashlahatan umum. persyartan kemaslahatan ini secara terinci diuraikan dalm bidang studi Ushul Fiqh, misalnya, pelanggaran atas peraturan lalu-lintas. Sedangkan jarimah berdasarkan niat pelakunya dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:1. Jarimah yang disengaja (al-jarimah al-maqsudah).2. Jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr al-maqsudah/jarimah al-khatha).

2.3.1Macam-Macam Jarimah Menurut Cara Melakukan Dan Konsekuensinya

a. PembunuhanYaitu suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, baik itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.Pembunuhan ada tiga cara, yaitu :

1. Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang yang dibunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh orang. Hukum ini wajib di qishas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.

2. Ketaksengajaan semata-mata. Misalnya seseorang melontarkan suatu barang yang tidak disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati, atau seseorang terjatuh menimpa orang lain sehingga orang yang ditimpanya itu mati. Hukum pembunuhan yang tak disengaja ini tidak wajib qishas, hanya wajib membayar denda (diyat) yang enteng. Denda ini diwajibkan atas keluarga yang membunuh, bukan atas orang yang membunuh. Mereka membayarnya dengan diangsur dalam masa tiga tahun, tiap-tiap akhit tahun keluarga itu wajib membayar sepertiganya. Firman Allah SWT:$t ? &

Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja, dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa: 92)

3. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya tidak untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati dengan cemeti itu. Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan membayar diyat (denda) yang berat atas keluarga yang membunuh, diangsur dalam tiga tahun.

b. Khamar (Minuman Keras)Khamar adalah cairan yang di hasilkan dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan mengubah sari patinya menjadi alcohol dan menggunakan katalisator (enzim) yang mempunyai kemampuan untuk memisah unsur-unsur tentu yang berubah melalui proses peragian atau Khamr adalah minuman yang memabukkan. Orang yang minum khamr diberi sangsi dengan dicambuk 40 kali (Umar bin Khattab 80 kali). Khamr diharamkan dan diberi sangsi yang berat karena mengganggu kesehatan akal pikiran yang berakibat akan melakukan berbagai tindakan dan perbuatan di luar kontrol yang mungkin akan menimbulkan ekses negatif terhadap lingkungannya.

c. ZinaZina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan perkawinan yang sah, baik dilakukan secara sukarela maupun paksaan. Sanksi hukum bagi yang melakukan perzinahan adalah dirajam (dilempari dengan batu sampai mati) bagi pezina mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang yang telah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah. Atau dicambuk 100 kali bagi pezina ghoiru mukhshan; yaitu perzinahan yang dilakukan oleh orang yang belum pernah melakukan hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah.

d. QadzafAsal makna qadzaf adalah ramyu melempar, umpamanya dengan batu atau dengan yang lainya. Menurut istilah adalah menuduh orang melakukan zina. Sangsi hukumnya adalah dicambuk 80 kali. Sangsi ini bisa dijatuhkan apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang Islam, baligh, berakal, dan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa besar terutama dosa yang dituduhkan. Namun ia akan terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan 4 orang saksi dan atau bukti yang jelas. Suami yang menuduh isterinya berzina juga dapat terbebas dari sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan saksi dan bukti atau melian isterinya yang berakibat putusnya hubungan perkawinan sampai hari kiamat.

e. MencuriPencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam dan rahasia dari tempat penyimpannya yang terjaga dan rapi dengan maksud untuk dimiliki. Pengambilan harta milik orang lain secara terang-terangan tidak termasuk pencurian tetapi Muharobah (perampokan) yang hukumannya lebih berat dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang lain tanpa bermaksud memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab (memanfaatkan milik orang lain tanpa izin). Pelaku pencurian diancam hukuman potong tangan dan akan diazab diakherat apabila mati sebelum bertaubat dengan tujuan agar harta terpelihara dari tangan para penjahat, karena dengan hukuman seperti itu pencuri akan jera dan memberikan pelajaran kepada orang lain yang akan melakukan pencurian karena beratnya sanksi hukum sebagai tindakan defensif (pencegahan).Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah terbukti bersalah, baik melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang yang dicurinya bernilai ekonomis, bisa dikonsumsi dan mencapai nishab, yaitu lebih kurang 93 gram emas.

f. Muharobah (berbuat kekacauan)Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan kekacauan, menumpahkan darah, merampas harta, merusak harta benda, ladang pertanian dan peternakan serta menentang aturan perundang-undangan. Latar belakang aksi ini bisa bermotif ekonomi yang berbentuk perampokan, penodongan baik di dalam maupun diluar rumah atau bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan melakukan gerakan yang mengacaukan ketentraman dan ketertiban umum. Sangsi hukum pelaku muharobah adalah:1.Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang apabila ia atau mereka hanya mengambil atau merusak harta benda.2.Dibunuh atau disalib apabila dalam aksinya itu ia membunuh orang.3.Dipenjara atau dibuang dari tempat tinggalnya apabila dalam aksinya hanya melakukan kekacauan saja tanpa mengambil atau merusak harta-benda dan tanpa membunuh.

2.4Proses dalam JinayahTerdapat 2 Proses dalam Jinayah :

1. Percobaan.Percobaan melakukan jarimah maksudnya yaitu melakukan perbuatan jarimah blm dikerjakan dengan sempurna, dalam hukum pidana islam Percobaan Melakukan Jarimah tdk dikenal secara khusus, namun dpt digolongkan pd jarimah ghairu tammah.Dalam hukum Pidana Islam : jarimah hudud, qisas diyat, harus dilakukan dengan sempurna, jika tdk maka tazir. Hadis nabi : Barang siapa yg mmberikan hkman han bukan terhadap jarimah had, maka dia digolongkan orang-orang yang melewati batas.Sehingga demikian percobaan pencurian tdk boleh disamakan pencurian dan sebagainya.

2. KerjasamaKerjasama melakukan jarimah maksudnya pelaku bersama-sama melakukan jarimah. Dalam bentuk ini tiap-tiap pelaku masing-masing memberikan andilnya dlm melakukan jarimah.Para juris islam mengklasifikasi kerjasama melakukan jarimah menjadi dua yaitu1. Sekutu berbuat jarimah secara langsung ( ): yaitu pelaku bersama-sama denga orang lainaktif melakukan jarimah atau kawan nyata dlm melakukan jarimah. Ini ada 2 :a) Secara kebetulan (), tdk ada kesepakatan seblmnya. Seperti yg terjadi dlm kerusuhan, perkelahian, atau demonstasi masal.b) Secara berencana ().Para fuqaha mmbedakan tanggung jawab pelaku jarimah dari kedua kerjasama tersebut. Pertanggung jawaban pelaku kebetulan dan berencana :o) Menurut abu hanifah : sanksinya sama / dibebankan pada setiap masing-masing sesuai dg perbuatannya. Contoh : dipersalahkan karena menyekap, menganiaya, mmbunuh, dll. Sesuai perbuatannya.o) Jumhur ulama : kebetulan : masing-masing bertanggung jawab terhadap perbuatan pidana yg dilakukan. berencana : semua pelaku pidana sama, jika korban meninggal, maka semuanya dikenakan hukuman mati (qishas).

2. Sekutu berbuat jarimah secara tidak langsung ( ): kawan berbuat secara tidak nyata. Tapi menjadi factor penyebab adanya jarimah,. Misalanya menghasut, memberi bantuan atau juga member janji tertentu.

2.5Bukti Pelaksanaan JinayahAlat-alat bukti dalam menetapkan sebuah kejahatan yang mengakibatkan qishas atau diyat adalah sebagai berikut:1. Pengakuan : syarat dalam pengakuan bagi kasus pidana yang akan berakibatkan kisas atau diyat adalah harus jelas dan terperinci. Tidak sah pengakuan yang umum dan masih terdapat syubhat.2. Persaksian : Dalam kasus pidana selain zina (4 orang saksi lelaki adil), syarat minimal adalah 2 orang saksi lelaki yang adil.3. Qarinah : Segala tanda-tanda yang zahir yang bersamaan dengan sesuatu yang masih samar, maka tanda itu menunjukkan kepada itu.4. Menarik diri dari Bersumpah : Ketika terdakwa menarik diri (mengelak) dari bersumpah yang diajukan kepada terdakwa melalui hakim (menurut mazhab Hanafiyah)5. Al-Qasamah : Sebuah sumpah yang diulang-ulang bagi kasus pidana pembunuhan. Ia dilakukan 50 kali sumpah dari 50 lelaki.

2.6Sebab Hapusnya HukumanSecara umum ada empat sebab yang menyebabkan hapusnya hukuman jarimah1. PaksaanYakni pelaku dipaksa melakukan perbuatan jarimah yang tidak dikehendaki.

2. MabukOrang mabuk adalah orang yg mengigau dlm percakapannya.menghilangkan cakapnya bertindak, oleh karena itu tdk sah akad, ucapan dan perbuatannya.Jika ia dipaksa untuk mabuk, kemudian dia melakukan jarimah, maka ia tdk dikenakan pidana,Namun jika ia mabuk atas kemauannya sendiri, kemudian ia melakukann jarimah, maka ia tetap dikenakan pidana. Karena ia sengaja menghilangkan kesadarannya sendiri..

3. GilaGila dapat diartikan sebagai hilangnya atau telepasnya akal.

4. Belum baligh.Yakni anak yang belum tamyis belum mmiliki kemampuan berpikir dan belum mengerti akibat dari perbuatan yang dilakukan. Namun ada beberapa sebab lain dalam kasus tertentu yang menyebabkan gugurnya sanksi jarimah, yaitu:a. Pelaku jarimah meninggal.b. Pelaku jarimah bertobat.c. Tidak terdapat bukti dan saksi serta tidak ada pengakuan.d. Terbukti bahwa dua orang saksinya itu dusta dalam persaksiannya,e. Pelaku menarik kembali pengakuannya,f. Mengembalikan harta yang dicuri sebelum diajukan ke sidang hal ini terjadi pada pelaku pencurian dan hirabah, (Menurut Imam Abu Hanifah).g. Dimilikinya harta yang dicuri itu dengan sah oleh pencuri sebelum diajukan ke pengadilan. (Menurut Imam Abu Hanifah).

BAB IIISIMPULAN

3.1 SimpulanSecara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama dari kata jinaayah yang berasal dari janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa. Sekalipun isim mashdar (kata dasar), kata jinaayah dijamakan karena ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadang-kadang ia mengenai jiwa dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak.Jinayah terdiri atas dua macam, yaitu jinayah terhadap jiwa dan jinayah terhadap badan.Sebab-sebab jinayah yaitu; membunuh, meminum khamar, berzina, qadzaf, mencuri, muharobah dan lain-lain.

3.2 SaranKarena keterbatasan pengetahuan kami, hingga hanya inilah yang dapat kami sajikan, dan tentu saja masih sangat kurang dari sisi materinya, maka itu kami mengharapkan masukan baik itu kritik maupun saran dari pembaca demi melengkapi kekurangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Jazuli,Ahmad .fiqh jinayah,PT RajaGrafindo persada. Jakarta. Cetakan I.1999. Audah, Abdul Qadir. At Tasyri Al Jinaiy Al Islamiy. Dar Al Kitab Al Araby, Beirut. Juz 1. Kallaf, Abdul wahab. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Ad Dar Al Kuwaitiyah. Cetakan VIII. 1968. Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2004 Abdullah, Musthafa. dkk. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983. Jazuli, H.A. 2000. Fiqh Jinayah Ed. 2, cet. 3. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Asadulloh al faruk. Hukum pidana dalam sistem hukum Islam. Hal. 46. Ibid. Hal. 429 http://www.fkip-uninus.org/index.php/artikel-fkip-uninus-bandung/arsip-artikel/70-fiqih-jinayahTag : Agama Islam