jerawat

11
Akne vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 1991). Ia merupakan reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang pada umumnya dan biasanya disertai dengan pembentukan papula, pustula (penonjolan kulit yang berisi nanah), dan abses (kantung nanah) terutama di daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea (Wasitaatmadja, 2002). Daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung (Harahap, 2000). Definisi lain jerawat adalah suatu kondisi kulit yang tidak normal di mana terjadi infeksi dan radang pada kelenjar di minyak pada kulit manusia. Pengertian lain adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang 2.1.2. Klasifikasi Akne vulgaris Jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat. Selain itu, di bawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat:

description

acne

Transcript of jerawat

Page 1: jerawat

Akne vulgaris

2.1.1. Definisi Akne Vulgaris

Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang

disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 1991). Ia

merupakan reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang pada umumnya dan biasanya

disertai dengan pembentukan papula, pustula (penonjolan kulit yang berisi nanah), dan abses

(kantung nanah) terutama di daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea

(Wasitaatmadja, 2002). Daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari

ekstremitas superior, dada, dan punggung (Harahap, 2000). Definisi lain jerawat adalah suatu

kondisi kulit yang tidak normal di mana terjadi infeksi dan radang pada kelenjar di minyak

pada kulit manusia. Pengertian lain adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat

sehingga menimbulkan kantung nanah yang meradang

2.1.2. Klasifikasi Akne vulgaris

Jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat.

Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan jumlah jerawat yang ada pada wajah, dada dan

punggung, serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat. Selain itu, di

bawah ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat:

1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne): Jerawat jenis ini menyerang sekitar 20

persen bayi yang baru lahir dan tergolong jerawat ringan.

2. Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 3–6 bulan juga ditumbuhi jerawat, dan

akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak remaja.

3. Jerawat vulgaris (Acne vulgaris): Jerawat jenis ini adalah yang paling umum terjadi pada

remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa, sekitar 12 – 24 tahun.

4. Jerawat konglobata (cystic acne): Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong

serius namun jarang terjadi.

Page 2: jerawat

2.1.3. Faktor resiko dan Etiologi

Faktor resiko dan penyebab akne sangat banyak yaitu multifaktorial antara lain :

1) Sebum. Merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Kelenjar minyak yang

diproduksi terlalu berlebih. Kelenjar minyak yang terlalu berlebihan ini bisa saja

dimungkinkan karena salah makan atau memang sudah menjadi genetik seorang penderita

jerawat. Dengan banyaknya kelenjar minyak maka munculnya kelenjar minyak akan lebih

banyak sehingga kemungkinan tersumbatnya folikel dan pori pori kulit pun akan banyak.

Jerawat yang muncul pun akan banyak

2) Genetik. Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar

glandula sebasea. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar

anaknya akan menderita akne.

3) Usia. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 – 17 tahun pada wanita, 16 – 19

tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komeda dan papul dan jarang

terlihat lesi beradang penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).

4) Kebersihan wajah. Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian

akne vulgaris pada remaja (Nami, 2009).

5) Psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan

eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis,

sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru

(Goggin et al, 1999). sebenarnya, stres tidak secara langsung menyebabkan jerawat.

Masalahnya, ada hormon tertentu yang keluar saat seseorang stres, yang memungkinkan

tumbuhnya jerawat. Tak hanya itu, stres membuat orang tersebut mempunyai pola makan

yang cenderung banyak mengkonsumsi makanan manis dan berlemak, sebagai "pelarian" dari

stres.

6) Hormon endokrin:

Faktor hormon seperti pada saat pubertas menginjak belia. Aktivitas hormonal disini

dimaksudkan pada proses perubahan atau siklus hormonal yang terjadi pada seseorang

Page 3: jerawat

a) Androgen. Konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda

dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat

meningkat pada penderita akne (Pochi, Frorstrom & Lim James, 2006).

b) Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum.

Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon

gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.

c) Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap

efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan

tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual (Suyono, 2002).

7) Iklim. Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada

musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas. Bertambah hebatnya

akne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat

pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.

8) Bakteria. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium acnes,

Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale. Bakteri yang berada di dalam pori pori

kulit bisa menyebabkan munculnya jerawat. Propionibacterium acnes (P. acnes) merupakan

bakteri yang menyebabkan jerawat. P. acnes merupakan bakteri unaerob yang menyebabkan

jerawat. p.acne, yang cenderung berkembang biak didalam kelenjar sebaceous yang

tersumbat, yang menghasilkan zat-zat yang menimbulkan iritasi daerah sekitarnya.Kelenjar

tersebut terus membengkak, dan mungkin akan pecah, kemudian menyebarkan radang ke

kulit daerah sekitarnya.Inilah yang menyebabkan jerawatbatu jenis yang paling mungkin,

yaitu meninggalkan pigmentasi jangka panjang dan bekas luka

9) Kosmetika. Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak dasar (faundation),

pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan krem malam secara

terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama

terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu.

10). Adanya sumbatan lapisan kulit. Sumbatan pada lapisan kulit mati pada pori-pori yang

terinfeksi. Kulit mati yang menumpuk atau terakumulasi akan menyebabkan tersumbatnya

folikel dan pori pori. hal tersebut bisa menyebabkan jerawat karena tidak ada jalan keluar

bagi kelenjar minyak dan akan menyebabkan terbentuknya komedo. Kalau parah bisa

menjadi jerawat yang teinfeksi bakteri jerawat.

Page 4: jerawat

2.1.4 Patogenesis

Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan kadang-kadang

masih kontroversial. Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :

1. Kenaikan sekseri sebum

Kelenjar minyak menjadi besar yaitu hipertropi dengan peningkatan penghasilan

sebum. Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea

membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara hebatnya

akne dan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum dibawah

pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi

hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) kebentuk metabolit

yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di

sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.Meningkatnya

produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ akhir yang

berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar palit terhadap kadar normal

androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya

ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar palit..Akne mungkin juga

berhubungan dengan komposisi lemak. Sebum bersifat komedogenik tersusun dari

campuaran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kholesterol, lipid polar, dan

trigliserida. Pada penderita akne terdapat kecenderungan mempunyai kadar skualen

dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam lemak terutama asam

leinoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungan dengan terjadinya hiperkeratinisasi

pada kelenjar sebasea

2. Keratinasi folikel

Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit

dalam saluran pilosebasea.

Hal ini dapat disebabkan :

bertambahnya erupsi korniosis pada saluran pilosebasea

Pelepasan korniosit yang tidak adekuat

Kombinasi kedua faktor diatas.

Page 5: jerawat

Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat

komedo.

Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam

sebum. Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi

penurunan konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam lenoleik

pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi

barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang

menimbulkan peradangan. Walaupun asam lenoleik merupakan unsur penting dalam

seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada patogenesis akne. Kadar sterol

bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kholesterol

bebas dengan kholesterol sulfat sehinggga adhesi korneosit pada akroinfundibulum

bertambah dan terjadi hiperkeratosis folikel

3. Pertumbuhan kuman,

propionibacterium acnes yang cepat (folikel polisebaceous) yang tersumbat akan

memerangkap nutrient dan sebum serta menggalakkan pertumbuhan kuman.

Propionibacterium acnes termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini

termasuk flora normal kulit. Propionibacterium acnes berperan pada patogenesis jerawat

dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam

lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem

imun dan mendukung terjadinya akne. Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang

tumbuh relatif lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran

terhadap udara. Genome dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian

menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan

protein, yang mungkin immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh). Ciri-ciri

penting dari bakteri Propionibacterium acnes adalah berbentuk batang tak teratur yang

terlihat pada pewarnaan gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak

menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran

antara bentuk batang/filamen dengan bentuk kokoid. Propionibacterium acnes

memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik

atau anaerob. Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman .

Page 6: jerawat

Akne terjadi ketika lubang kecil pada permukaan kulit yang disebut pori-pori

tersumbat. Pori-pori merupakan lubang bagi saluran yang disebut folikel, yang

mengandung rambut dan kelenjar minyak. Biasanya, kelenjar minyak membantu menjaga

kelembaban kulit dan mengangkat sel kulit mati. Ketika kelenjar minyak memproduksi

terlalu banyak minyak, pori-pori akan banyak menimbun kotoran dan juga mengandung

bakteri. Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium acnes merusak

stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyekresikan bahan kimia yang

menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan

minyak kulit tersumbat dan mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas

sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras akan membesar

4. Inflamasi (radang) akibat hasil sampingan kuman propionibacterium acnes.

Faktor yang menyebabkan peradangan pada akne belumlah diketahui dengan pasti.

Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang dihasilkan oleh C.Acnesseperti

lipase, hialuronidase, protease, lesitinase dan nioranidase, memegang peranan penting

dalam proses peradangan.

Factor kemotaktik yang berberat molekul rendah (tidak memerlukan komplemen

untuk bekerja aktif), bila keluar dari folikel, dapat menarik leukosit nucleus polimorfi

(PMN) dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel, PMN dapat mencerna C. Acnes dan

mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel sebasea.

Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.Bahan keratin yang sukar larut,

yang terdapat di dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan

reaksi non spesifik, yang disertai makrofag dan sel-sel raksasa.Pada masa permulaan

peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik

dan alternatif (classical and alternative complement pathways). Respon penjamu terhadap

mediator juga amat penting. Selain itu antibody terhadap C.Acnes juga meningkat pada

penderita akne hebat.

2.1.5 Gejala dan Tanda

Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi, yakni di

muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. Dapat disertai rasa

gatal. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Komedo lazim dikenal

Page 7: jerawat

sebagai kepala hitam (komedo terbuka) dan kepala putih (komedo tertutup) (Strauss, 1991).

Isi komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus dan darah. Selain itu

bisa terlihat nodulus, infiltrasi granulomatosa dalam peradangan karena asam lemak atau

piokokus, jaringan parut dan keloid.

2.1.6 Penatalaksanaan akne vulgaris

Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif)

dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus

dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor,

baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial, hormonal), maupun faktor

eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita

(Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).