Jenny Diana 160110070045 Skripsi
-
Upload
jenny-diana -
Category
Documents
-
view
56 -
download
3
Transcript of Jenny Diana 160110070045 Skripsi
KESEDIAAN MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FKG UNPAD MENJADI PEGAWAI TIDAK TETAP
SKRIPSI
JENNY DIANA 160110070045
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG2011
JUDUL : KESEDIAAN MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FKG UNPAD MENJADI PEGAWAI TIDAK TETAP
PENYUSUN : JENNY DIANANPM : 160110070045
Bandung, Juni 2011
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Asty Samiaty Setiawan, drg., M K es NIP.19720805 200003 2 001
Pembimbing Pendamping
Gilang Yubiliana, drg., MKesNIP. 19761219 200312 2 001
Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Menjadi
Pegawai Tidak Tetap-Jenny Diana-160110070045
ABSTRAK
Program Pegawai Tidak Tetap merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
jumlah dokter gigi di Indonesia yang masih jauh dari target dan penyebaran dokter
gigi yang belum merata karena sebagian besar praktek kedokteran terpusat di kota-
kota besar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesediaan mahasiswa
program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
menjadi Pegawai Tidak Tetap.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik
survei. Hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswa program pendidikan profesi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang bersedia menjadi Pegawai
Tidak Tetap adalah 82% dan yang tidak bersedia adalah 18%.
Simpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa program pendidikan profesi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran sebagian besar bersedia menjadi
Pegawai Tidak Tetap. Mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap sebagian
besar memberikan alasan untuk menambah pengalaman.
Kata kunci : Kesediaan, Pegawai Tidak Tetap
iii
Willingness Professional Education Program Students of FKG UNPAD being
Pegawai Tidak Tetap-Jenny Diana-160110070045
ABSTRACT
Pegawai Tidak Tetap program is one solution to overcome the number of
dentists in Indonesia is still far from the target and the spread of a dentist who has
not been evenly distributed because most of the medical practice is concentrated in
large cities.
The purpose of this study was to determine the willingness of professional
program students of Faculty of Dentistry University of Padjadjaran become Pegawai
Tidak Tetap.
The study design was descriptive research survey techniques. Data was
obtained by questionnaire with purposive sampling.
Results showed that students of professional program Faculty of Dentistry
Padjadjaran University who are willing to be a Pegawai Tidak Tetap was 82% and
who are not willing is 18%.
The conclusions of this study are students of professional programs Faculty of
Dentistry Padjadjaran University most willing to be a Pegawai Tidak Tetap. Students
of professional programs Faculty of Dentistry Padjadjaran University who is willing
to be largely Pegawai Tidak Tetap to provide reasons for the experience.
Keyword : Willingness, Pegawai Tidak Tetap
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan program Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran Bandung.
Selama menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan
bersifat material dan spiritual dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Eky S. Soeria Soemantri, drg., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.
2. Asty Samiaty Setiawan, drg., MKes, selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan waktu dalam penulisan skripsi ini.
3. Gilang Yubiliana, drg., MKes, selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan waktu dalam penulisan skripsi ini.
4. Hj. N. R. Yuliawati Zenab, drg., Sp.Ort, selaku dosen wali yang telah
membimbing penulis selama mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan pelajaran
bagi penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
6. Pimpinan dan staf Sub Bagian Akademik serta staf perpustakaan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
7. Seluruh staf dan karyawan RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran.
v
vi
8. Keluarga tersayang papa, mama, dan adik, M. Jamal, Ermi, dan Putri , dan
keluarga besar atas segala doa dan dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.
9. Aristu Prananda atas semua bantuan dan dukungannya kepada penulis selama
mengerjakan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku Fathimah, Nuni, Hilda, Yolla, Ica, dan Lala atas bantuan dan
dukungannya selama penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu baik
secara lansung maupun tidak lansung dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungannya demi tersusunnya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi suatu karya yang
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembacanya.
Bandung, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................ iii
ABSTRACT........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang penelitian................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah......................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian......................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 3
1.5 Kerangka Pemikiran......................................................................... 4
1.6 Metode Penelitian............................................................................. 7
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8
2.1 Pengetahuan...................................................................................... 8
2.1.1 Definisi Pengetahuan............................................................... 8
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan........................................................... 8
vii
viii
2.2 Sikap................................................................................................. 9
2.2.1 Definisi Sikap.......................................................................... 9
2.2.2 Struktur Sikap......................................................................... 9
2.2.3 Tingkatan Sikap...................................................................... 10
2.2.4 Ciri-Ciri Sikap......................................................................... 11
2.2.5 Pembentukan Sikap................................................................ 12
2.3 Motivasi............................................................................................ 12
2.3.1 Definisi Motivasi ................................................................... 12
2.3.2 Konsep Motivasi..................................................................... 13
2.3.2.1Teori McClelland........................................................ 13
2.3.2.2 Teori McGregor.......................................................... 14
2.3.2.3 Teori Herzberg............................................................ 14
2.3.2.4 Teori Maslow.............................................................. 15
2.4 Sistem Kesehatan.............................................................................. 15
2.4.1 Peranan Unsur Pembentuk Sistem kesehatan......................... 16
2.4.2 Subsistem dalam Sistem Kesehatan........................................ 17
2.4.3 Subsistem Pelayanan Kesehatan............................................ 18
2.4.3.1 Macam Pelayanan Kesehatan..................................... 18
2.4.3.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan............................ 19
2.5 Pegawai Tidak Tetap........................................................................ 20
2.5.1 Definisi Pegawai Tidak Tetap................................................. 20
2.5.2 Jenis Pegawai Tidak Tetap ..................................................... 20
ix
2.5.2.1 Pegawai Tidak Tetap Pusat........................................ 20
2.5.2.2 Pegawai Tidak Tetap Daerah Propinsi/Kabupaten/
Kota............................................................................ 21
2.5.3 Kewajiban dan Hak Dokter PTT............................................. 22
2.5.3.1 Kewajiban................................................................... 22
2.5.3.2 Hak............................................................................. 23
2.5.4 Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil.................................. 24
2.5.4.1 Pengertian Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil... 24
2.5.4.2 Kriteria Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil........ 25
x
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 28
3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................... 28
3.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 28
3.4 Variabel Penelitian.......................................................................... 29
3.5 Definisi Operasional Variabel......................................................... 29
3.6 Instrumen Penelitian........................................................................ 30
3.7 Cara Pengumpulan Data.................................................................. 30
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................................... 30
3.9 Analisis dan Penyajian Data............................................................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 32
4.1. Hasil Penelitian............................................................................... 32
4.1.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap.................... 32
4.1.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap....................... 34
4.1.2.1 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai
Tidak Tetap.............................................................. 35
xi
4.1.2.2 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program
Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia
Menjadi Pegawai Tidak Tetap....... ......................... 36
4.1.2.3 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan
Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi
Pegawai Tidak Tetap................................................ 39
4.1.2.4 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPAD yang Tidak Bersedia Menjadi
Pegawai Tidak Tetap ............................................... 40
4.2 Pembahasan .................................................................................... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 48
5.1 Simpulan.......................................................................................... 48
5.2 Saran................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 50
LAMPIRAN ........................................................................................................ 52
RIWAYAT HIDUP PENULIS........................................................................... 57
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap............................. 32
Diagram 4.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap................................ 34
Diagram 4.3 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD
yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap................................ 35
Diagram 4.4 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPA yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap........... 36
Diagram 4.5 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Biasa .............. 37
Diagram 4.6 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Terpencil........ 38
Diagram 4.7 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Sangat
Terpencil......................................................................................... 39
Diagram 4.8 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap....... 40
Diagram 4.9 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD
yang Tidak Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap................... 41
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran............................................................................ 6
Bagan 2.1 Hubungan Unsur Pembentuk Sistem Kesehatan................................. 17
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran hal
1. Surat Izin Penelitian dari Dekan FKG UNPAD........................................... 52
2. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................................... 53
3. Surat Izin Penelitian dari RSGM FKG UNPAD.......................................... 54
4. Lembar Kuesioner........................................................................................ 55
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 menyatakan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan dan mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Kondisi tersebut belum terealisasi dengan baik karena jumlah dokter gigi di
Indonesia saat ini masih jauh dari target. Indikator Visi Indonesia Sehat 2010
Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa rasio dokter gigi per jumlah
penduduk adalah 11 : 100.000 atau 1 dokter gigi untuk 9091 penduduk. Jumlah
penduduk Indonesia tahun 2010 menurut Badan Pusat Statistik adalah sebesar
237.556.363 jiwa artinya jumlah dokter gigi yang dibutuhkan di Indonesia adalah
26.130 orang sedangkan jumlah dokter gigi di Indonesia yang teregistrasi sampai
Desember 2010 menurut data dari KKI adalah sekitar 22.237 orang, berarti rasio
dokter gigi dengan penduduk Indonesia saat ini adalah 9 : 100000 (Indikator Visi
Indonesia Sehat 2010).
Laporan kajian kebijakan perencanaan tenaga kesehatan Direktorat Gizi dan
Kesehatan Masyarakat Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan
Bappenas 2005 menyebutkan bahwa jumlah tenaga kesehatan di Indonesia terutama
dokter gigi dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia dalam sepuluh tahun
1
2
terakhir masih sangat rendah. Rasio dokter gigi terhadap 100000 populasi di
Indonesia hanya 2,07 jauh dibawah Australia 40,0; Austria 47,2; Kanada 58;
Finlandia 93,7; Jepang 68,6; Malaysia 8,6 dan Belanda 47,1 (Bappenas, 2005).
Jumlah dokter dan dokter gigi yang melakukan praktek kedokteran sampai
saat ini belum didapatkan angka yang akurat, sebagai konsekuensinya jumlah
produksi dokter dan dokter gigi yang harus dihasilkan institusi pendidikan masih
sulit diprediksi demikian pula dengan distribusinya yang belum merata karena
sebagian besar praktek dokter dan dokter gigi berkumpul di kota-kota besar (KKI,
2008).
Kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan sistem PTT telah
diterapkan sejak tahun 1992 untuk mengatasi pendistribusian dokter dan dokter gigi
yang belum merata di Indonesia tetapi sampai saat ini penyebarannya masih jauh dari
yang diharapkan. Rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia bagian
barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian timur. Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Sumatera Utara adalah 0,84 dibandingkan
dengan provinsi Nusa Tenggara Timur 0,26 dan provinsi Papua 0,12 (SKN, 2009).
Pendidikan profesi dokter gigi merupakan pendidikan akademik dan
pendidikan profesional yang diarahkan pada penguasaan dan penerapan ilmu kepada
masyarakat dalam bidang kedokteran gigi (KKI, 2006). Mahasiswa program
pendidikan profesi dokter gigi diharapkan sudah memiliki gambaran mengenai
Pegawai Tidak Tetap karena sudah mendekati profesi dokter gigi.
3
Berdasarkan data-data diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
berapa besar kesediaan mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran menjadi Pegawai Tidak Tetap.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan informasi yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian,
maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah kesediaan mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran menjadi Pegawai Tidak Tetap?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
PTT pada mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesediaan mahasiswa program
pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran menjadi
Pegawai Tidak Tetap.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan mahasiswa program pendidikan
profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran mengenai program
Pegawai Tidak Tetap.
4
2. Bagi penulis penelitian ini diharapkan memberikan wawasan mengenai program
Pegawai Tidak Tetap.
3. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam bidang kesehatan untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah, dan swasta. Salah satu tanggung jawab besar sektor kesehatan adalah
menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat (Bappenas, 2005)
Pencapaian dan kinerja Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia secara
singkat dapat diuraikan sebagai berikut: (1) upaya kesehatan (2) pembiayaan
kesehatan (3) sumber daya manusia kesehatan (4) sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan (5) manajemen dan informasi kesehatan (6) pemberdayaan masyarakat.
Tujuan dari SKN yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil dan
berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Tujuan ini tidak akan tercapai jika 6 unsur Sistem Kesehatan Nasional
belum tercapai (SKN, 2009).
Tenaga kesehatan merupakan unsur utama yang mendukung subsistem
kesehatan lainnya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif
dan profesional di bidang kesehatan, untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
5
dalam melakukan upaya kesehatan. Subsistem sumber daya manusia kesehatan
bertujuan pada tersedianya tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhan yang
terdistribusi secara adil dan merata serta didayagunakan secara optimal dalam
mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (SKN, 2009).
Salah satu usaha untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-
tingginya adalah melalui pemerataan distribusi tenaga kesehatan di Indonesia. Hal ini
didukung dengan diberlakukannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37
tahun 1991 tentang pengangkatan dokter sebagai Pegawai Tidak Tetap selama masa
bakti (Kepres No. 37 tahun 1991).
Permenkes Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 menetapkan bahwa PTT
tidak diwajibkan lagi untuk lulusan dokter dan dokter gigi. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kesediaan tenaga kesehatan terutama dokter gigi untuk menjadi
Pegawai Tidak Tetap.
6
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran
Pemerataan Kesehatan
Bersedia
Permenkes No.512/MENKES/PER/
IV/2007
Tidak Bersedia
SKN
Dokter Gigi PTT
Subsistem SKN
SDM Kesehatan
Tujuan SKN
7
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan teknik survei. Tujuannya untuk memberikan gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan membuat penilaian terhadap
penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan
untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoadmodjo, 2010).
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran pada Bulan Maret 2011.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan (Knowledge)
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2007).
Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil penginderaan dapat digunakan
untuk menghasilkan pola perilaku yang baru melebihi yang telah didengar dan dilihat
sebelumnya (Pierce and Cheney, 2004).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan, yaitu (Notoadmodjo, 2007) :
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang telah dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
8
9
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi juga dapat diartikan
penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Sintesis juga merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru.
2.2 Sikap
2.2.1 Definisi Sikap
Menurut Fishbein & Ajzen (1975) sikap adalah organisasi yang relatif
menetap dari perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain,
kelompok, ide-ide, atau objek tertentu (Faturochman, 2006).
2.2.2 Struktur Sikap
Sikap mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu
(Walgito, 2003):
10
1. Komponen kognitif (komponen perseptual)
Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, dan keyakinan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senang terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu
positif dan negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku)
Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan
seseorang bertindak terhadap objek sikap.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude).
2.2.3. Tingkatan Sikap
Sikap memiliki beberapa tingkatan, yaitu (Notoadmodjo, 2003):
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
11
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
2.2.4 Ciri-Ciri Sikap
Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong
atau menimbulkan perilaku tertentu, tetapi sikap memiliki perbedaan dengan faktor
pendorong lain yang ada dalam diri manusia. Sikap memiliki ciri-ciri antara lain
(Walgito, 2003):
1. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Seseorang belum memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek ketika dilahirkan,
berarti sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
2. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap
Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek
tertentu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.
3. Sikap tidak hanya tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju pada
sekumpulan objek
12
4. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar
Sikap yang telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan seseorang
secara relatif akan bertahan lama pada orang yang bersangkutan dan sebaliknya.
5. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi
Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu
yang dapat bersifat positif atau negatif.
2.2.5 Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain dan
hubungan timbal balik turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu
sebagai anggota masyarakat. Interaksi sosial meliputi hubungan antara individu
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis disekitarnya (Azwar, 2007).
2.3 Motivasi
2.3.1 Definisi Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan dari
dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Menurut Terry G (1986)
motivasi adalah keinginan yang terdapat dalam diri individu yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan (perilaku). Stooner mendefinisikan motivasi adalah
sesuatu yang menyebabkan dan mendukung tindakan atau perilaku seseorang
(Notoadmodjo, 2007).
13
2.3.2 Konsep Motivasi
2.3.2.1 Teori McClelland
McClelland berpendapat bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi yakni
motif primer dan motif sekunder. Motif primer adalah motif yang tidak dipelajari dan
motif sekunder adalah motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi
dengan orang lain. Motif sekunder sering juga disebut motif sosial. Motif primer
secara alami timbul pada setiap manusia, sedangkan motif sekunder adalah motif
yang timbul karena dorongan dari luar akibat interaksi sosial. Motif sosial ini dibagi
menjadi (Notoadmodjo, 2007):
1) Motif untuk berprestasi
Motif berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi dan kompetisi
yang didasarkan pada keunggulan dibandingkan dengan standar ataupun orang
lain.
2) Motif berafiliasi
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga naluri untuk berafiliasi sesama
manusia melekat pada setiap orang. Manusia akan menggunakan perbuatan dan
perilakunya sebagai media agar diterima orang lain.
3) Motif berkuasa
Motif berkuasa adalah berusaha mengarahkan agar perilaku seseorang untuk
mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu yakni kekuasaan dengan jalan
mengontrol atau menguasai orang lain.
14
2.3.2.2 Teori McGregor
McGregor menyimpulkan teori motivasi dalam teori X dan teori Y. Teori ini
didasarkan pada pandangan konvensional atau klasik (teori X) dan pandangan
modern (teori Y) (Notoadmodjo, 2007).
2.3.2.3 Teori Herzberg
Frederick Herzberg menyimpulkan ada dua faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam tugas atau pekerjaannya (Notoadmodjo, 2007):
1) Faktor-faktor penyebab kepuasan atau faktor motivasional
Faktor yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yang meliputi
serangkaian kondisi intrinsik.
2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan
Faktor-faktor yang menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance
factor. Hilangnya faktor-faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan bekerja.
2.3.2.4 Teori Maslow
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarchy of needs milik Abraham
Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat
hierarki lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah (Robbins, 2008):
1) Fisiologis meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual dan kebutuhan fisik
lainnya.
2) Rasa aman meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.
15
3) Sosial meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.
4) Penghargaan meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri,
otonomi, pencapaian, dan faktor-faktor penghargaan eksternal seperti status,
pengakuan, dan perhatian.
5) Aktualisasi diri dorongan untuk menjadi seseorang sesuai dengan kecakapannya
meliputi pertumbuhan, pencapaian, dan potensi seseorang.
Maslow menyimpulkan untuk memotivasi seseorang, harus dipahami tingkat
hierarki dimana orang tersebut berada pada saat ini dan fokus untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan di atau di atas tingkat tersebut.
2.4 Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan merupakan tatanan yang bertujuan tercapainya derajat
kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya dalam tatanan
tersebut yang dilaksanakan secara efisien, berkualitas, dan terjangkau (Hatta, 2008).
Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan
saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan
ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan (Azwar, 1996).
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti
16
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. SKN tidak hanya menghimpun upaya sektor
kesehatan saja, melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya termasuk
masyarakat dan swasta (SKN, 2009).
2.4.1 Peranan Unsur Pembentuk Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan terbentuk pada dasarnya ditentukan oleh 3 unsur utama,
yaitu (Azwar, 1996):
1. Pemerintah
Pemerintah (policy maker) bertanggung jawab dalam merumuskan berbagai
kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan kesehatan.
2. Masyarakat
Masyarakat (health consumer) memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.
3. Penyedia Pelayanan Kesehatan
Penyedia pelayanan kesehatan bertanggung jawab secara langsung dalam
menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan (Azwar, 1996).
17
Bagan 2.1 Hubungan Unsur Pembentuk Sistem Kesehatan
2.4.2 Subsistem dalam Sistem Kesehatan
Subsistem kesehatan dibedakan atas 2 macam (Azwar, 1996):
1. Subsistem Pelayanan Kesehatan
Subsistem pelayanan kesehatan menunjuk kepada kesatuan yang utuh dan
terpadu dari berbagai upaya kesehatan yang diselenggarakan dalam satu negara.
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Subsistem pembiayaan kesehatan menunjuk kepada kesatuan yang utuh dan
terpadu dari pembiayaan upaya kesehatan yang berlaku dalam suatu negara.
2.4.3 Subsistem Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba (1973) adalah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan, mencegah, menyembuhkan penyakit, dan
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Azwar,
1996).
Masyarakat
Pemerintah
Sistem Kesehatan
Penyedia Pelayanan
Kesehatan
18
2.4.3.1 Macam Pelayanan Kesehatan
Hodgetts dan Cascio (1983) membedakan pelayanan kesehatan menjadi 2
macam, yaitu (Azwar, 1996):
1. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kedokteran (medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian
yang dapat besifat sendiri atau secara bersama-sama dalam satu organisasi,
tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan.
Sasaran utamanya adalah perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi,
tujuan utamanya untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, dan mencegah
penyakit. Sasaran utamanya adalah kelompok dan masyarakat.
2.4.3.2 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat,
namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan yang baik, keduanya harus
memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok pelayanan kesehatan adalah
(Azwar, 1996):
19
1. Tersedia dan berkesinambungan (available and continuous)
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan adalah harus tersedia di masyarakat
(available) serta bersifat berkesinambungan (continuous), artinya semua jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit untuk ditemukan,
serta keberadaannya dalam masyarakat pada setiap dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate)
Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat
istiadat, kebudayaan, dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar
bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah dicapai (accessible)
Pengertian ketercapaian adalah dari sudut lokasi. Pengaturan distribusi sarana
kesehatan menjadi sangat penting untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
baik. Pelayanan kesehatan dianggap tidak baik apabila terlalu terkonsentrasi di
daerah perkotaan saja dan tidak ditemukan di pedesaan.
4. Mudah dijangkau (affordable)
Pengertian keterjangkauan terutama dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan
harus sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu (quality)
Mutu menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan,
dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta
standar yang telah ditetapkan.
20
2.5 Pegawai Tidak Tetap
2.5.1 Definisi Pegawai Tidak Tetap
Pegawai Tidak Tetap menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540
tahun 2002 adalah pegawai yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk jangka
waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang
bersifat teknis profesional dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan dan
tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri, sedangkan menurut Keputusan Presiden
Nomor 37 tahun 1991 dokter sebagai Pegawai Tidak Tetap adalah dokter yang bukan
pegawai negeri diangkat oleh pejabat yang berwenang pada sarana pelayanan
kesehatan untuk selama masa bakti.
2.5.2 Jenis PTT
2.5.2.1 Pegawai Tidak Tetap Pusat
Menurut pasal 12 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002:
1. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap pusat hanya dapat
dilakukan pada:
a. Daerah terpencil/sangat terpencil yang tidak diminati pada daerah kabupaten
yang kurang mampu.
b. Daerah biasa pada kabupaten berdasarkan usul kebutuhan dari bupati dan
menyatakan bahwa daerahnya termasuk daerah kurang mampu mengangkat
Pegawai Tidak Tetap daerah.
21
c. Daerah propinsi/kabupaten/kota dengan potensi rawan konflik dalam situasi
konflik.
d. Rumah sakit tertentu sebagai tenaga medis BSB (Brigade Siaga Bencana).
2. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap pusat dilaksanakan
oleh Kepala Biro Kepegawaian atas nama Menteri Kesehatan.
2.5.2.2 Pegawai Tidak Tetap Daerah Propinsi/ Kabupaten/ Kota
Menurut pasal 21 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002:
1. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap daerah propinsi/
kabupaten/ kota dapat dilakukan pada:
a. Daerah terpencil/ sangat terpencil
b. Daerah biasa
2. Pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap daerah propinsi/
kabupaten/kota dilaksanakan oleh gubernur/bupati/walikota atau pejabat yang
ditunjuk.
3. Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai dengan
pembiayaan yang tersedia dalam APBD propinsi/kabupaten/kota untuk
memenuhi kebutuhan tenaga medis yang diusulkan oleh pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
22
2.5.3 Kewajiban dan Hak Dokter PTT
2.5.3.1 Kewajiban
Menurut pasal 28 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002,
Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap wajib:
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 45, negara, dan pemerintah.
b. Menyimpan rahasia negara dan rahasia jabatan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
c. Mantaati dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku
termasuk ketentuan kedinasan bagi Pegawai Negeri Sipil.
d. Melaksanakan masa bakti selama ketentuan yang berlaku.
e. Melaksanakan program kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah.
f. Menjadi peserta PT. Asuransi Kesehatan dan wajib membayar iuran sebesar 2%
dari gaji pokok.
g. Membayar pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Mengikuti latihan pratugas untuk menunjang pelaksanaan tugas pada wilayah
kerjanya.
2.5.3.2 Hak
Menurut pasal 28 Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1540 tahun 2002,
Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap berhak:
23
a. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap memperoleh penghasilan berupa:
1. Gaji pokok
2. Tunjangan Pegawai Tidak Tetap
3. Tunjangan bagi dokter yang ditempatkan di daerah terpencil dan sangat
terpencil
4. Tunjangan pajak penghasilan
5. Insentif dan tunjangan lain
b. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap pusat memperoleh biaya perjalanan
dari ibukota propinsi lulusan/adaptasi ke propinsi/kabupaten/kota penempatan
c. Besarnya biaya perjalanan ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi
Pegawai Negeri Sipil.
d. Tenaga medis apabila meninggal dunia dalam melaksanakan masa bakti,
memperoleh biaya pemakaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
meliputi antara lain: peti jenazah, angkutan jenazah, dan biaya perjalanan
keluarga ahli waris sebanyak-banyaknya 3 orang.
e. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap yang meninggal dunia pada waktu
melaksanakan masa bakti kepada ahli warisnya diberikan uang duka wafat
sebesar 6 kali penghasilan terakhir.
f. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap yang meninggal dunia karena dalam
melaksanakan tugas selama masa bakti, kepada ahli warisnya diberikan uang
duka tewas sebesar 12 kali penghasilan terakhir.
g. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap berhak memperoleh cuti.
24
h. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap selama masa bakti dapat melakukan
praktek perorangan di luar jam kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap dapat mengajukan usul sebagai tim
kesehatan haji Indonesia melalui propinsi setempat.
j. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap yang ditempatkan di daerah
terpencil/sangat terpencil diberikan bonus nilai pada saat seleksi penerimaan
CPNS.
k. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap mendapatkan pelatihan yang sama
dengan PNS/karyawan lainnya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.
l. Tenaga medis sebagai Pegawai Tidak Tetap dapat dipilih sebagai tenaga medis.
2.5.4 Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil
2.5.4.1 Pengertian Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540 tahun 2002 pengertian
daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau karena berbagai
sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan hutan, dan rawa),
transportasi dan sosial budaya. Daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau
karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan,
hutan, dan rawa), transportasi, dan sosial budaya.
25
2.5.4.2 Kriteria Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil
Menurut pasal 2 Permenkes Nomor 949/MENKES/PER/VII/2007, kriteria
sarana pelayanan kesehatan terpencil adalah:
1. Sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan dengan kriteria terpencil harus
memenuhi syarat-syarat:
a) Letak geografis:
- Berada di wilayah yang sulit dijangkau
- Pegunungan, pedalaman, dan rawa-rawa
- Rawan bencana alam, baik gempa, longsor, maupun gunung api
b) Akses transportasi:
- Transportasi yang umum digunakan (darat/air/udara) rutin maksimal 2
(dua) kali seminggu
- Waktu tempuh memerlukan waktu pulang pergi lebih dari 6 (enam) jam
perjalanan
c) Sosial ekonomi:
- Kesulitan pemenuhan bahan pokok
- Kondisi keamanan
2. Sarana pelayanan kesehatan ditetapkan sebagai sarana pelayanan kesehatan
kriteria terpencil dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, b, c.
3. Bagi pusat pelayanan masyarakat (Puskesmas) penetapan kriteria terpencil
ditentukan dari jarak ibukota kabupaten ke lokasi puskesmas.
26
4. Bagi sarana pelayanan rujukan penetapan kriteria terpencil ditentukan dari jarak
ibukota propinsi ke lokasi sarana rujukan.
5. Bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya penetapan kriteria terpencil ditentukan
dari jarak ibukota kabupaten ke lokasi sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Menurut pasal 3 Permenkes Nomor 949/MENKES/PER/VII/2007 tentang
kriteria sarana pelayanan kesehatan sangat terpencil adalah:
1. Sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan dengan kriteria terpencil harus
memenuhi syarat-syarat:
a) Letak geografis
- Berada di wilayah yang sulit dijangkau
- Pegunungan, pedalaman, dan rawa-rawa
- Pulau kecil/gugus pulau dan daerah pesisir
- Berada di wilayah perbatasan negara lain, baik darat maupun di pulau-
pulau kecil terluar
b) Akses transportasi
- Transportasi yang umum digunakan (darat/air/udara) rutin maksimal 1
(satu) kali seminggu
- Waktu tempuh memerlukan waktu pulang pergi lebih dari 8 (delapan) jam
perjalanan
- Hanya tersedia transportasi dengan pesawat udara untuk mencapai lokasi
- Transportasi yang ada sewaktu-waktu terhalang kondisi iklim/cuaca
(seperti: musim angin, gelombang, dan lain-lain)
- Tidak ada transportasi umum
27
c) Sosial ekonomi:
- Kesulitan pemenuhan bahan pokok
- Kondisi keamanan
2. Sarana pelayanan kesehatan ditetapkan sebagai sarana pelayanan kesehatan
kriteria sangat terpencil dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, c.
3. Bagi pusat pelayanan masyarakat (Puskesmas) penetapan kriteria sangat terpencil
ditentukan dari jarak ibukota kabupaten ke lokasi puskesmas.
4. Bagi sarana pelayanan rujukan penetapan kriteria sangat terpencil ditentukan
dari jarak ibukota propinsi ke lokasi sarana rujukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan teknik survei. Tujuannya untuk memberikan gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan membuat penilaian terhadap
penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan
untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoadmodjo, 2010).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program pendidikan
profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, dengan kriteria populasi:
1. Mahasiswa yang sudah melewati semester satu pada program pendidikan profesi
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
2. Bersedia mengisi kuesioner.
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoadmodjo, 2010).
28
29
Besarnya sampel ditentukan dengan:
N n =
1 + N (d2)
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Tingkat kepercayaan atau ketepatan pada rumus tersebut sebesar 5%, maka
diperoleh jumlah sampel sebanyak 164 orang.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Kesediaan
2. Pegawai Tidak Tetap
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:
1. Kesediaan
Kesediaan adalah kesanggupan untuk berbuat sesuatu (KBBI, 2008).
30
2. Pegawai Tidak Tetap
Pegawai Tidak Tetap adalah adalah pegawai yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemenuhan
dan pembangunan yang bersifat teknis professional dan administrasi pada sarana
pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri (KMK
No.1540 tahun 2002).
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan
metode pertanyaan tertutup dan terbuka.
3.7 Cara Pengumpulan Data
1. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian.
2. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner yang telah
disiapkan.
3. Kuesioner diberikan kepada responden yang telah bersedia mengisi kuesioner.
4. Setelah diisi kuesioner dikembalikan lagi kepada peneliti.
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 20 responden. Nilai α yang
digunakan sebesar 0,444. Pertanyaan dikatakan valid jika nilai α>0.444 (Riwidikdo,
2008).
31
3.9 Analisis dan Penyajian Data
Pengolahan data pada penelitian ini dengan komputerisasi menggunakan
program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS. Setelah data diolah, kemudian
disajikan dengan menggunakan diagram.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap
Kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden, didalamnya terdapat 5
pernyataan yang berhubungan dengan pengetahuan responden mengenai Pegawai
Tidak Tetap. Tanggapan responden terhadap pernyataan tersebut dapat dilihat dari
diagram 4.1.
Diagram 4.1 Pemahaman Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Mengenai Pegawai Tidak Tetap
32
33
Pernyataan pertama pada kuesioner adalah pernyataan positif mengenai
Pegawai Tidak Tetap merupakan pegawai yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi pada sarana
pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri. Hasilnya
menunjukkan responden yang menjawab ya adalah 96% (157 responden) dan yang
menjawab tidak adalah 4% (7 responden).
Pernyataan kedua pada kuesioner adalah pernyataan positif mengenai saat
pendaftaran PTT bisa memilih daerah yang diinginkan. Hasilnya menunjukkan
responden yang menjawab ya adalah 84% (138 responden) dan yang menjawab tidak
adalah 16% (26 responden).
Pernyataan ketiga pada kuesioner adalah pernyataan positif mengenai jenis
PTT yang terdiri dari PTT pusat dan PTT daerah. Hasilnya menunjukkan responden
yang menjawab ya adalah 96% (158 responden) dan yang menjawab tidak adalah 4%
(6 responden).
Pernyataan keempat pada kuesioner adalah pernyataan negatif mengenai
setiap lulusan dokter gigi diwajibkan untuk melaksanakan PTT. Hasilnya
menunjukkan responden yang menjawab tidak adalah 94% (155 responden) dan yang
menjawab ya adalah 6% (9 responden).
Pernyataan kelima pada kuesioner adalah pernyataan negatif mengenai masih
dibutuhkannya surat keterangan telah menyelesaikan PTT untuk memperoleh SIP
(Surat Izin Praktek). Hasilnya menunjukkan responden yang menjawab tidak adalah
91% (150 responden) dan yang menjawab ya adalah 9% (14 responden).
34
4.1.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Pertanyaan pada kuesioner apakah responden bersedia mengikuti PTT setelah
lulus menjadi dokter gigi. Jawaban responden mengenai pertanyaan tersebut dapat
dilihat dari diagram 4.2.
Diagram 4.2 Kesediaan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Hasilnya menunjukkan dari 164 orang responden, yang menjawab bersedia
adalah 82% (135 responden) dan yang menjawab tidak bersedia adalah 18% (29
responden).
35
4.1.2.1 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Pertanyaan pada kuesioner apakah alasan responden yang bersedia menjadi
Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden mengenai pertanyaan tersebut dapat dilihat
dari diagram 4.3.
Diagram 4.3 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Hasilnya menunjukkan alasan responden yang bersedia menjadi Pegawai
Tidak Tetap adalah 58% (78 responden) untuk menambah pengalaman, 24% (32
responden) untuk alasan finansial, 10% (13 responden) untuk pengabdian, 7% (10
responden) untuk nilai tambah sebagai CPNS, 1% (2 responden) menjawab lain-lain.
36
4.1.2.2 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Pertanyaan pada kuesioner apakah kriteria daerah yang menjadi pilihan
responden yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden
mengenai pertanyaan tersebut dapat dilihat dari diagram 4.4.
Diagram 4.4 Kriteria Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat bahwa 46% (62 responden) memilih
daerah terpencil, 31% (42 responden) memilih daerah sangat terpencil, dan 23% (31
responden) memilih daerah biasa sebagai daerah tujuan PTT.
Alasan-alasan dari responden yang memilih kriteria daerah yang menjadi
tujuan untuk PTT dilihat pada diagram 4.5, 4.6, 4.7.
37
Diagram 4.5 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Biasa
Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat bahwa alasan responden yang
memilih kriteria daerah biasa adalah 26% (8 responden) tidak memberikan alasan,
19% (6 responden) menjawab akses yang lebih mudah, 16% (5 responden) menjawab
karena alasan keluarga, 13% (4 responden) menjawab sarana yang masih memadai,
10% (3 responden) menjawab agar mudah beradaptasi dengan daerah baru, 7% (2
responden) menjawab untuk pengabdian, 3% (1 responden) menjawab untuk
mencoba daerah baru, 3% (1 responden) menjawab menambah pengalaman, 3%
(1 responden) menjawab lain-lain.
38
Diagram 4.6 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Terpencil
Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat alasan responden yang memilih
kriteria daerah terpencil adalah 29% (18 responden) dengan alasan untuk menambah
pengalaman, 16% (10 responden) tidak memberikan alasan, 13% (8 responden)
menjawab karena alasan akses yang lebih mudah, 13% (8 responden) menjawab
untuk finansial, 10% (6 responden) menjawab karena waktu yang relatif singkat, 8%
(5 responden) menjawab untuk pengabdian, 5% (3 responden) menjawab alasan
keamanan, 3% (2 responden) menjawab alasan keluarga, 2% (1 responden)
menjawab untuk daerah wisata, 1% (1 responden) menjawab alasan kesanggupan.
39
Diagram 4.7 Alasan Responden yang Memilih Kriteria Daerah Sangat Terpencil
Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat alasan responden yang memilih
kriteria daerah sangat terpencil adalah 33% (14 responden) dengan alasan untuk
menambah pengalaman, 31% (13 responden) dengan alasan finansial, 17% (7
responden) dengan alasan waktu yang lebih cepat, 7% (3 responden) tidak
memberikan alasan, 5% (2 responden) menjawab alasan pengabdian, 5% (2
responden) menjawab untuk daerah wisata, 2% (1 responden) menjawab alasan akses
yang mudah.
40
4.1.2.3 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Pertanyaan pada kuesioner apakah daerah yang menjadi tujuan responden
yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden mengenai
pertanyaan tersebut dapat dilihat dari diagram 4.8.
Diagram 4.8 Daerah Pilihan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Bersedia Menjadi Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat 46% (62 responden) dari reponden
yang bersedia untuk PTT memilih Indonesia bagian tengah meliputi Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali, 33% (44 responden) memilih Indonesia bagian
barat meliputi Sumatera, dan Jawa, 21% (29 responden) memilih Indonesia bagian
timur meliputi Maluku dan Papua.
41
4.1.2.4 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Tidak Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Peneliti menanyakan mengenai alasan responden yang tidak bersedia menjadi
Pegawai Tidak Tetap. Jawaban responden mengenai pertanyaan tersebut dapat dilihat
dari diagram 4.9.
Diagram 4.9 Alasan Mahasiswa Program Pendidikan Profesi FKG UNPAD yang Tidak Bersedia Menjadi Pegawai Tidak Tetap
Berdasarkan diagram diatas dapat terlihat alasan responden yang tidak
bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap adalah 41% (12 responden) ingin
melanjutkan pendidikan atau spesialisasi, 28% (8 responden) tidak diizinkan
keluarga, 17% (5 responden) akses terhadap fasilitas umum sulit, dan 14% (4
responden) menjawab lain-lain seperti ingin lansung membuka praktek dan ingin
membuka usaha sendiri yang tidak berhubungan dengan kodokteran gigi.
42
4.2 Pembahasan
Pernyataan mengenai pengertian PTT pada kuesioner yang diberikan kepada
responden, hasilnya menunjukkan sebagian besar (96%) responden memahami
pengertian PTT. Pengertian PTT tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1540 tahun 2002 tentang penempatan tenaga medis melalui masa bakti dan cara
lain. Pengertian PTT sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan adalah pegawai
yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk jangka waktu tertentu guna
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional
dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai
pegawai negeri (KMK No. 1540 tahun 2002).
Responden sebagian besar (84%) memahami mengenai jenis PTT yang terdiri
dari PTT pusat dan PTT daerah. Jenis PTT ini tercantum pada pasal 6 Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1540 tahun 2002 bahwa Pegawai tidak tetap meliputi
Pegawai Tidak Tetap Pusat dan Pegawai Tidak Tetap daerah propinsi/kabupaten/kota
(KMK No. 1540 tahun 2002). Pegawai Tidak Tetap Daerah berhubungan dengan
otonomi daerah yang sedang berlansung dengan diberlakukannya UU No. 22/1999
dan UU No. 25/1999. Undang-Undang ini mengandung arti bahwa pemerintah
kabupaten atau kota mempunyai otonomi dalam mengatur sumber dana atau
keuangan dan sumber daya ilmu pengetahuan (termasuk investasi sarana dan
prasarana) yang paling mendesak untuk dilakukan peningkatan keterampilan dan
pemberdayaan sumber daya manusia. Salah satu sumber daya yang ada di masyarakat
adalah tenaga kesehatan yang siap untuk bekerja dalam membangun kesehatan bagi
masyarakat setempat (Depkes, 2002).
43
Pernyataan pada kuesioner mengenai pemilihan kriteria daerah tujuan PTT,
16% responden tidak mengetahui ketika mendaftar PTT bisa memilih kriteria daerah
yang diinginkan. Kriteria daerah tujuan PTT ini terdiri dari daerah biasa, terpencil,
dan sangat terpencil. Hal ini sesuai dengan pasal 21 Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1540 tahun 2002 yang menyatakan pengangkatan tenaga medis sebagai Pegawai
Tidak Tetap daerah propinsi/kabupaten/kota dapat dilakukan pada daerah terpencil,
sangat terpencil, dan daerah biasa (KMK No. 1540 tahun 2002).
Jawaban responden mengenai kewajiban untuk PTT, masih ada 6% responden
yang belum mengetahui bahwa PTT sudah tidak diwajibkan. Kewajiban untuk tidak
PTT sudah diberlakukan sejak tahun 2007 sesuai dengan Permenkes No.
512/MENKES/PER/IV/2007, yang ditandai dengan tidak dibutuhkannya surat
keterangan telah menyelesaikan PTT sebagai syarat untuk memperoleh Surat Izin
Praktek (SIP).
Pertanyaan pada kuesioner mengenai kesediaan untuk menjadi Pegawai Tidak
Tetap yang menjawab bersedia dari 164 responden adalah 82% (135 responden) dan
yang menjawab tidak bersedia adalah 18% (29 responden). Kesediaan menjadi
Pegawai Tidak Tetap yang tinggi akan mendukung tercapainya tujuan Sistem
Kesehatan Nasional yaitu terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai
(accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (SKN, 2009).
44
Keputusan Menteri Kesehatan No. 004/Menkes/SK/2003 tentang kebijakan
dan desentralisasi bidang kesehatan menyebutkan bahwa dalam memantapkan sistem
manajemen SDM kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan
perencanaan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan, dan pemberdayaan
profesi kesehatan. Salah satu langkah pemantapan sistem manajemen SDM adalah
melalui pendayagunaan SDM kesehatan termasuk pengembangan model-model
pendayagunaan SDM kesehatan untuk daerah terpencil (Budiarto, 2006).
Alasan mayoritas responden yang bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap
adalah untuk menambah pengalaman, selain itu juga alasan finansial, pengabdian,
untuk nilai tambah sebagai CPNS, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan teori Maslow
bahwa salah satu motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu adalah fisiologis, dan
keamanan. Menurut teori Herzberg bahwa salah satu yang mempengaruhi seseorang
dalam tugas atau pekerjaannya adalah faktor penyebab kepuasan atau faktor
motivasional yang mencakup prestasi, pengahargaan, tanggung jawab, kesempatan
untuk maju dan pekerjaan itu sendiri (Notoadmodjo, 2007).
Alasan untuk menambah nilai tambah sebagai CPNS sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1540 tahun 2002 pasal 29 point j, tenaga medis
sebagai Pegawai Tidak Tetap yang ditempatkan di daerah terpencil/sangat terpencil
diberikan bonus nilai pada saat seleksi penerimaan CPNS dan Kepres No.37 tahun
1991 point 2b, prioritas pengangkatan sebagai PNS.
Pertanyaan mengenai kriteria daerah tujuan PTT, dari 135 responden yang
bersedia untuk PTT sebagian besar (46%) memilih daerah terpencil, diikuti dengan
daerah sangat terpencil (31%), dan sebagian kecil (23%) memilih daerah biasa.
45
Alasan mayoritas responden memilih daerah terpencil adalah untuk menambah
pengalaman, responden meyakini jika bekerja di daerah terpencil akan banyak
menemukan pengalaman-pengalaman baru terutama yang berhubungan dengan
profesi responden. Alasan selanjutnya adalah akses yang mudah. Daerah terpencil
adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi
(kepulauan pegunungan, daratan, hutan, dan rawa). Kriteria daerah terpencil
diantaranya transportasi umum yang digunakan adalah (darat/air/udara) rutin
maksimal dua kali seminggu (Permenkes No. 949 tahun 2007).
Mayoritas alasan responden memilih daerah sangat tepencil adalah 33%
dengan alasan untuk menambah pengalaman, 31% dengan alasan finansial. Hal ini
karena insentif di daerah terpencil lebih besar daripada daerah terpencil dan biasa.
Sebanyak 17% dengan alasan waktu yang lebih cepat, walaupun sekarang sudah ada
kebijakan baru dimana waktu pengabdian untuk daerah terpencil dan sangat terpencil
adalah sama yaitu satu tahun, 7% tidak memberikan alasan, 5% menjawab alasan
pengabdian, 5% menjawab untuk daerah wisata, 2% menjawab alasan akses yang
mudah. Daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau karena
berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan pegunungan, daratan, hutan, dan
rawa). Kriteria daerah sangat terpencil adalah transportasi umum yang digunakan
adalah (darat/air/udara) rutin maksimal satu kali seminggu, waktu tempuh
memerlukan waktu pulang pergi lebih dari 8 (delapan) jam perjalanan, berada di
wilayah perbatasan negara lain, baik darat maupun di pulau-pulau kecil terluar
(Permenkes No. 949 tahun 2007).
46
Mayoritas responden tidak memberikan alasan memilih daerah biasa, hal ini
bisa disebabkan karena responden belum tahu banyak mengenai PTT, karena sebelum
membentuk sikap yang tepat perlu ada upaya memberikan pengetahuan yang tepat.
Pengetahuan akan menstimulasi terjadinya dinamika berbagai psikofisik seperti
kebutuhan, motif, perasaan, perhatian, dan pengambilan keputusan dalam diri
individu (Azwar, 1997). Alasan selanjutnya memilih daerah biasa adalah akses yang
lebih mudah, keluarga, sarana yang masih memadai, mudah beradaptasi dengan
daerah baru, untuk pengabdian, dan lain-lain
Pertanyaan mengenai daerah tujuan PTT, dari 135 responden yang bersedia
untuk PTT sebagian besar (46%) memilih Indonesia bagian tengah meliputi
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali. Observasi yang dilakukan peneliti,
responden lebih banyak memilih daerah Indonesia bagian tengah karena menurut
asumsi responden daerah Indonesia bagian tengah tidak terlalu terpencil, juga tidak
tergolong kriteria daerah biasa. Perbedaan antara Indonesia bagian barat dengan
Indonesia bagian timur juga cukup jauh, 33% memilih Indonesia bagian barat
meliputi Sumatera dan Jawa, 21% memilih Indonesia bagian timur meliputi Maluku
dan Papua. Hal ini sejalan dengan data yang dikeluarkan Departemen Kesehatan
bahwa penyebaran dan rasio tenaga kesehatan menunjukkan adanya disparitas antar
Puskesmas di Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur (Depkes, 2009).
Responden yang berjumlah 164 orang, 18% diantaranya tidak bersedia untuk
PTT. Alasan ketidaksediaan mereka adalah 41% ingin melanjutkan pendidikan atau
spesialisasi, 28% tidak diizinkan keluarga, 17% akses terhadap fasilitas umum sulit,
47
dan 14% menjawab lain-lain (ingin langsung merintis karir di kota dan tidak mau
praktek). Minat yang tinggi untuk melanjutkan spesialisasi diharapkan mampu untuk
mengatasi jumlah tenaga spesialis yang tidak merata di Indonesia. Tahun 2008 DKI
Jakarta mempunyai 2890 spesialis (23,92%), Jawa Timur 1980 (16.39%), Jawa Barat
1881 (15,57%), sedangkan di Sumatera Barat hanya 167 (1.38%). Ketimpangan
penyebaran spesialis ini merupakan hal yang tidak adil, terutama dalam konteks
kebijakan nasional yang menggunakan pembayaran penuh untuk masyarakat miskin.
Masyarakat miskin akan kesulitan mendapatkan akses pelayanan medik di daerah
yang jarang dokter spesialis, sebaliknya di tempat yang banyak dokter spesialis akan
sangat mudah. Konsekuensinya dana pusat untuk masyarakat miskin dikhawatirkan
terpakai lebih banyak di kota-kota besar dan di pulau Jawa (Handono, 2008).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran sebagian besar bersedia menjadi Pegawai tidak Tetap. Mahasiswa
program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang
bersedia menjadi Pegawai Tidak Tetap sebagian besar memberikan alasan untuk
menambah pengalaman.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Agar mahasiswa program pendidikan profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran lebih memahami tata cara pemilihan kriteria daerah tujuan PTT.
2. Agar pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan setempat lebih meningkatkan
sosilalisasi mengenai Permenkes No. 512/MENKES/PER/IV/2007, karena masih
ada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang belum mengetahui tentang tidak
adanya kewajiban PTT untuk lulusan dokter gigi.
3. Agar Fakultas mengundang alumni- alumni yang telah melaksanakan PTT untuk
berbagi pengalaman selama bekerja menjadi Pegawai Tidak Tetap dalam bentuk
seminar-seminar.
32
49
4. Agar dengan adanya desentralisasi kesehatan atau otonomi daerah Pegawai Tidak
Tetap daerah setiap kota atau kabupaten dapat meningkatkan status kesehatan
gigi dan mulut di daerah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Ed. 3: Jakarta: Binarupa Aksara.
Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Ed.2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk. Jakarta.
Bappenas. 2005. Kajian Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Bimo Walgito. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Ed.4. Yogyakarta: Andi.
Budiarto. 2006. Pengembangan Model Rekruitmen dan Pendayagunaan Tenaga Keperawatan di Daerah Terpencil. Jakarta: Depkes.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. In: Departemen Kesehatan, editor. Jakarta.
2003. Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1540/Menkes/SK/XII/2002/Tentang Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain.
Keputusan Presiden no. 37 Tahun 1991 Tentang Pengangkatan Dokter Sebagai Pegawai Tidak Tetap Selama Masa Bakti. Available at: http://www.hukor.depkes.go.id/ .
2009. Kebijakan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
2007. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007.
2002. Beberapa Model Pendayagunaan Tenaga Kesehatan non-PNS dalam Otonomi Daerah. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
52
51
2007. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/MENKES/PER/VII/2007 tentang kriteria sarana pelayanan kesehatan terpencil dan sangat terpencil.
Faturochman. 2006. Pengantar Psikologi Sosial. Ed.1. Yogyakarta: Pustaka.
Hatta, R. 2008, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan dan Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
KKI. 2006. Rencana Strategis Konsil Kedokteran Indonesia 2005 – 2010. Jakarta
2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi. Jakarta.
Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pierce and Cheney. 2004. Behaviour Analysis and Learning. 3rd. Lawrence Erlbaum Associates: London.
Pusat Bahasa Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Roobins, et.al. 2008. Perilaku Organisasi Organizational Behavioural. 12th. Jakarta: Salemba Empat.
Trisnantoro dan Handono. 2008. Inovasi dalam pemberian pelayanan berdasarkan kontrak di RS Cutnya’dien Kabupaten Aceh Barat dan di kabupaten Berau Kalimantan Timur. Available at : http://www.jmpk-online.net/.
Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Lampiran 1
52
Lampiran 2
53
Lampiran 3
54
KUESIONER
No. Responden :
INo Pernyataan Ya Tidak
1. Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas Pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan dan tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri
2. Saat pendaftaran PTT kita bisa memilih daerah yang kita inginkan
3. PTT terdiri dari PTT pusat dan PTT daerah4. Setiap lulusan dokter gigi diwajibkan untuk melaksanakan
PTT5. Saat ini untuk memperoleh SIP (Surat Izin Praktek) masih
dibutuhkan surat keterangan telah menyelesaikan PTT
II. Berilah tanda “X” untuk jawaban yang menurut anda benar.1. Apakah anda bersedia mengikuti PTT setelah lulus menjadi dokter gigi?
(Jika anda menjawab “Ya” lanjut ke pertanyaan no. 2. Jika anda menjawab “Tidak” lanjut ke pertanyaan no. 3).a. Yab. Tidak
2. Apabila anda menjawab “Ya”2.1 Apakah alasan utama anda bersedia mengikuti PTT? ( 1 alasan utama)
a. Untuk menambah pengalamanb. Untuk pengabdian c. Nilai tambah sebagai CPNSd. Meningkatkan kesejahteraan finansiale. Lain-lain..................................................
2.2 Di daerah manakah anda ingin ditempatkan? (1 alasan utama)a. Biasa
Alasan...........................................................................................b. Terpencil
Alasan...........................................................................................c. Sangat terpencil
Alasan...........................................................................................
55
Lampiran 4
56
2.3 Dimanakah daerah tujuan PTT yang anda inginkan?a. Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa,) b. Indonesia bagian tengah (Kalimantan,Sulawesi, Nusa Tenggara,
Bali)c. Indonesia bagian timur (Maluku, Papua)
3. Apabila anda menjawab “Tidak”, apakah alasan utama anda tidak bersedia mengikuti PTT? ( 1 alasan utama)
a. Merasa diri sendiri tidak sanggupb. Tidak diizinkan keluargac. Akses terhadap fasilitas umum/ hidup sulitd. Tidak adanya jaminan kesejahteraan di daerah e. Ingin melanjutkan pendidikan/spesialisasif. Lain-lain..........................................................................................
RIWAYAT AKADEMIK PENULIS
Penulis dilahirkan di Padang Panjang pada tanggal 7 Juni 1988.
Pada tahun 1994-1995 penulis mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak
Nurul Huda Paninjauan Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.
Pada tahun 1995-2001 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar Negeri
32 Paninjauan Paninjauan Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat.
Pada tahun 2001-2004 penulis mengikuti pendidikan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Padang Panjang Sumatera Barat.
Pada tahun 2004-2007 penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Padang Panjang Sumatera Barat.
Pada tahun 2007 sampai sekarang penulis menempuh pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.
57