JENIS DAN PERAN MAJAS PERBANDINGAN PADA NOVEL “DAUN...
Transcript of JENIS DAN PERAN MAJAS PERBANDINGAN PADA NOVEL “DAUN...
JENIS DAN PERAN MAJAS PERBANDINGAN PADA NOVEL
“DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN”
KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Enlelia Gismiyati
141224011
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
JENIS DAN PERAN MAJAS PERBANDINGAN PADA NOVEL
“DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN”
KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Enlelia Gismiyati
141224011
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu karena ada upah bagi
usahamu”
(2 Taw 15: 7)
“Kegagalan terjadi ketika kita berhenti mencoba”
(Tan Malaka)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria.
2. Orang tua tercinta, Bapak Antonius Martono dan Ibu Anastasia Giyanti yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat serta cinta kasihnya pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Gismiyati, Enlelia. 2018. Jenis dan Peran Majas Perbandingan pada Novel “Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye. Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharna.
Penelitian ini membahas tentang majas perbandingan pada novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye. Tujuan utama penelitian ini adalah
mendeskripsikan jenis dan peran majas perbandingan. Dengan sub tujuannya pertama
mengidentifikasi jenis majas perbandingan, menganalisis peran majas perbandingan pada
novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye.
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi dengan menggunakan pendekatan
kualitatif pada sumber data novel karya Tere Liye yang berjudul Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini, yaitu teknik membaca, mencatat, dan menginventarisasi. Instrumen dalam
penelitian ini yaitu peneliti sendiri yang merupakan alat pengumpul data utama. Analisis data
dilakukan dengan tahapan: mengidentifikasi data hasil temuan, mengklasifikasi data hasil
temuan berdasarkan jenis dan peran majas perbandingan, menginterpretasi hasil analisis data,
mendeskripsikan hasil analisis data tersebut.
Kesimpulan hasil penelitian pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin karya Tere Liye menunjukan dua hal penting yakni pertama, jenis majas perbandingan
terbagi menjadi sepuluh jenis yaitu: simile atau perumpamaan, metafora, personifikasi,
depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme atau tautologi, perifrasis, antisipasi atau
prolepsis, dan koreksio atau epanortosis. Kedua, terdapat peran majas perbandingan yang
digunakan dalam novel tersebut yang bertujuan sebagai pembanding, menghidupkan suatu
gambaran, penginsanan, memberikan keterangan tambahan untuk hal yang sudah jelas,
melukiskan sesuatu, mendahului tentang sesuatu, mengkoreksi dan mempertegas antara
gagasan yang satu dengan yang lain.
Kata kunci: semantik, jenis majas perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Gismiyati, Enlelia. 2018. Types and Roles of Comparison Figure of Speech in the
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Novel by Tere Liye.
Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Department of Indonesian Language
Education and Literature, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University.
This research discusses comparison figure of speech in the Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin novel by Tere Liye. The main objective of the research
is to describe the types and roles of comparison figure of speech. Meanwhile, the sub
objectives are to identify the types of comparison figure of speech, analyze the roles
of comparison figure of speech in the Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin novel by Tere Liye.
This is a descriptive research by using qualitative approach. The data source
is Tere Liye’s novel entitled Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. The
techniques used in collecting the data were reading, recording, and inventorying. The
instrument of this research was the researcher himself who acted as the main data
collection tool. Data analysis was conducted in several stages: identifying the
findings data, classifying the findings based on the types and roles of the comparison
figure of speech, interpreting the data analysis results, describing the data analysis
results.
In conclusion, the research results on Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin novel by Tere Liye suggest two important things, first, the type of
comparison is divided into ten types, namely: simile or parable, metaphor,
personification, depersonification, allegory, antithesis, pleonasm or tautology,
periphrasis, anticipation or prolepsis, and correction or epanorthosis. Second, the
comparison figure of speech acts as a comparison, animating imagery, humanity,
providing additional information for clear aspects, describing something, overtaking
something, correcting and reinforcing between one and another idea.
Keywords: semantic, types of comparison figure of speech.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
memberikan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Jenis dan Peran Majas Perbandingan pada Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin Karya Tere Liye”. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi di Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan dan
dukungan oleh dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
2. Dr. Yohanes Haryoso, S.Pd.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan kemudahan adminitrasi dalam selama penulisan
skripsi ini.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum., selaku ketua Progam Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan
bijaksana dalam membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
5. Drs.J. Prapta Diharja SJ M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua yang sabar dan
bijaksana dalam membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
menyelesaikan skripsi.
6. Septina Krismawati S.S.,M.A., selaku dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah bersedia menjadi trianggulator dalam penelitian ini.
7. Seluruh dosen Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
mendidik, membimbing, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Progam Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan
berbagai urusan adminitrasi.
9. Kedua orang tua saya, Antonius Martono dan Anastasia Giyanti yang telah memberikan
semangat juga dukungan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar Trah Arjo Utomo dan Trah Warsinah yang selalu mengingatkan,
mendoakan, dan memberikan semangat untuk penulis agar dapat menyelesaikan skripsi.
11. Sahabat yang paling saya kasihi Kristina Dewi Arta Setyaningrum yang selalu sabar,
dan juga telaten dalam memberikan dukungan penuh untuk penulis agar dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
12. Teman-teman terdekat saya Elisabeth Innosensia, Patrisia Arum Puspaningtyas, Rizki
Agus Heryanto, Martinus Dwi Antoro S.Pd, Johannes Indrabakti, Raden Gregorius
A.W S.Pd, Agustinus Poga, Theodora Anindita Primaretka, Haris Mardiyanto,
Paulus Bayu Setiawan yang selalu mendukung dan mengingatkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman PBSI A 2014 yang sama-sama berjuang selama menjalani
perkuliahan di PBSI Universitas Sanata Dharma dan menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACK ..................................................................................................... vii
PERNYATANKEASLIANKARYA............................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................ ix
KATA PENGANTAR...................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Batasan Istilah ..................................................................................... 5
1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9
2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan ................................................ 9
2.2 Landasan Teori ..................................................................................... 11
2.2.1 Kajian Semantik ...................................................................... 11
2.2.2 Pengertian Majas ..................................................................... 13
2.2.3 Jenis Majas ............................................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.2.4 Majas Perbandingan ................................................................ 17
2.2.5 Novel ........................................................................................ 22
2.2.6 Kerangka Berpikir .................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 25
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................... 25
3.2 Sumber Data dan Data ......................................................................... 25
3.3 Metode dan Teknik Penelitian ............................................................. 25
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 27
3.5 Analisis Data ........................................................................................ 28
3.6 Trianggulasi Data ................................................................................. 29
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN..................................... 31
4.1 Deskripsi Data ...................................................................................... 31
4.2 Hasil Analisis Data............................................................................... 33
4.2.1 Jenis Majas Perbandingan ..................................................... 33
4.2.2 Makna Majas Perbandingan .................................................. 44
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 55
BAB V KESIMPULAN ................................................................................ 60
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 60
5.2 Saran .................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...
63
BIODATA PENULIS ……………………………………………………..
65
LAMPIRAN .................................................................................................
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa di samping cerpen.
Sebagai karya sastra, novel mempunyai peranan penting dalam menyampaikan ide,
gagasan, pengalaman, dan keyakinan pengarang. Novel tidak bergaya padat seperti
cerpen karena novel memiliki ruang lebih untuk menggambarkan setiap situasi di
dalamnya secara penuh Stanton (2007:104). Novel merupakan struktur yang
bermakna. Novel tidak sekedar atau merupakan serangkaian tulisan yang
menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari
unsur-unsur yang padu Suharto (2002:43).
Pemajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa,
penggayabahasaan, maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah kata-kata yang
mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat. Hal
ini terkadang memerlukan perhatian khusus untuk menangkap pesan dari pengarang.
Majas dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Keraf, 2000:13).
Jiwa dan kepribadian yang dimaksud, bagaimana seorang penulis dalam
menggambarkan seorang tokoh dengan bahasa yang khas dan gaya penulisannya.
Majas adalah kiasan, cara menggambarkan sesuatu dengan
memperbandingkan dan menyamakan sesuatu dengan yang lain KBBI (2008: 429).
Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis
atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Pada umumnya majas
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a) majas penegasan, b) majas perbandingan,
c) majas pertentangan, d) majas sindiran. Beberapa jenis majas dibedakan lagi
menjadi subjenis lain sesuai dengan cirinya masing-masing. Nyoman Kutha Ratna
(2009:164).
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin berbalut percintaan
karya Tere Liye. Novel tersebut ditulis oleh pengarang bernama Tere Liye yang
menceritakan kesuksesan anak jalanan yang tidak memiliki orang tua. Diceritakan
terdapat peran malaikat penyelamat keluarga mereka, nasib anak jalanan ini sangat
beruntung. Kehidupannya sekarang mulai membaik daripada sebelumnya. Namun,
selama memperbaiki kehidupan yang lebih baik, Tania ternyata mencintai pria yang
sudah menjadi malaikat di keluarga mereka yang bernama Om Danar. Namun, apa
daya sifat ketidakterbukaan Tania mengenai perasaannya membuat pria yang ia cintai
menikah dengan “perempuan artis” yang tidak disenangi oleh Tania. Akhirnya dari
cerita Dede adik Tania, Tania tahu bahwa Om Danar juga mencintai Tania. Om
Danar menuliskan perasannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yang tidak pernah
selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Om Danar merasa tidak
pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania.
Ketika Tania dan Om Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua
sudah terlambat. Biar bagaimanapun Om Danar telah menikah dengan Kak Ratna.
Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua
cerita cintanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Setelah membaca novel ini, peneliti menemukan bahwa novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin banyak menggunakan jenis majas perbandingan.
Misalnya,
1. Dia benar-benar menjadi malaikat kami. (hal,27)
Contoh (1) menggunakan metafora, karena pemakaian kata-kata bukan arti
yang sebenarnya, melainkan hanya sebagai kata kias, Poerwadarminta dalam buku
(Tarigan, 2013:15). Dalam contoh tersebut, metafora ditunjukkan dengan kata “dia
benar menjadi malaikat kami” dikisahkan sebagai seseorang yang dianggap sebagai
malaikat di keluarga kami.
Salah satu mengapa peneliti memilih majas perbandingan karena majas
perbandingan banyak digunakan dalam karya sastra khususnya dalam novel karya
Tere Liye yang berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Masih
banyak pembaca karya sastra kurang memahami majas perbandingan. Maka dari itu,
peneliti ingin menyampaikan pada pembaca mengenai jenis dan peran majas
perbandingan dalam penelitian ini. Terdapat sepuluh jenis yang termasuk dalam
majas perbandingan dan setiap jenis memiliki peran yang berbeda-beda. Peneliti
memilih novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye,
karena isi novel tersebut membawa pembaca pada suasana yang sesungguhnya ke
dalam cerita yang tidak bisa ditebak.
Harapannya peneliti dapat memberikan pemahaman mengenai pemakaian
majas, terutama majas perbandingan. Selain itu menambah pengetahuan berbagai
jenis majas terutama untuk para pendidik dan peminat sastra agar terus
mengembangkan dan menggunakan majas dalam karya-karya sastra yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang muncul berkaitan dengan uraian latar belakang masalah di
atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Jenis majas perbandingan apa saja yang terdapat dalam novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye?
2. Makna apa saja yang terdapat pada setiap majas perbandingan dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsi jenis majas perbandingan yang terdapat
dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere
Liye.
2. Mendeskripsikan makna yang terdapat pada setiap majas perbandingan yang
terdapat dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya
Tere Liye.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian terhadap jenis dan peran majas perbandingan pada novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh
dari pelaksanaan penelitian ini yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan berbagai macam
majas, khususnya penelitian mengenai jenis dan peran dalam majas perbandingan
dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye. Selain
itu bermanfaat bagi penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan majas terhadap
objek tertentu.
1.4.2 Manfaat Praktis
A. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca agar mampu memahami
setiap makna, khususnya makna majas perbandingan pada novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye.
B. Bagi guru dan calon guru
Penelitian ini, dapat memberikan bekal yang cukup, bagi guru yang
mengajar Bahasa Indonesia mengenai macam-macam majas dan subjenis yang ada di
dalamnya.
1.5 Batasan Istilah
Peneliti membatasi beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut: Semantik
1. Semantik
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti (Chaer, 2013: 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Majas
Majas adalah untuk mengkongkretkan dan menghidupkan karangan Anton
(Moeliono, 1989: 175).
3. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain (Tarigan, 2013: 7).
4. Perumpamaan
Perumpamaan di sini adalah asal kata simile dalam bahasa Inggris. Kata
simile berasal dari bahasa Latin yang bermakna “seperti”. Perumpamaan adalah
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap
sama (Tarigan, 2013: 9).
5. Metafora
Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan Poerwadarminta
1976: 648 (melalui Tarigan 2013: 15).
6. Personifikasi
Personifikasi adalah jenis majas yang meletakkan sifat-sifat insani kepada
benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17).
7. Depersonifikasi
Depersonifikasi terdapat dalam kalimat pengandaian yang secara eksplisit
memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai penjelas gagasam atau harapan
(Tarigan, 2013: 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
8. Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan
metafora yang diperluas dan kesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau
gagasan-gagasan yang diperlambangkan. Alegori biasanya mengandung sifat-sifat
moral atau spritual manusia (Tarigan, 2013: 24).
9. Antitesis
Antitesis adalah sejenis gaya yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik
yang bertentangan Ducrot & Todorov, 1981: 277 melalui (Tarigan, 2013: 26).
10. Pleonasme
Pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan dan bila kata yang
berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh (Tarigan, 2013: 7).
11. Perifrasis
Perifrasis adalah sejenis gaya yang mirip dengan pleonasme. Keduanya
menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Walaupun begitu
terdapat perbedaan yang penting antara keduanya. Pada gaya bahasa perifrasis, kata-
kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja cf.
Keraf, 1975: 134 melalui (Tarigan, 2013: 21).
12. Antisipasi atau prolepsis
Antipasi atau prolepsis adalah gaya yang berwujud mempergunakan lebih
dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa sebenarnya terjadi
(Tarigan, 2013: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
13. Koreksio dan Epanortosis
Koreksio dan Epanortosis adalah gaya yang berupa penegasan sesuatu tetapi
kemudian diperbaiki dan dikoreksi (Tarigan, 2013: 8).
14. Novel
Novel diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek
daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya hanya
mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari
suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang pokok-pokok saja
(Santoso Heru dan Sri Wahyuningtyas 2010: 46).
1.6 Sistematika Penyajian
Adapun sistematika penyajian penulisan skripsi dipaparkan sebagai berikut.
Bab I memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan
kajian terori terdahulu yang relevan, kajian teori yang menjelaskan mengenai novel,
pengertian majas, jenis majas perbandingan. Bab III memaparkan jenis penelitian,
sumber dan data penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, analisis data, dan trianggulasi data. Bab IV memaparkan deskripsi data,
hasil analisis data dan pembahasan. Bab V memaparkan kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan
Penelitian terhadap majas cukup banyak diminati sebagai salah satu kajian
yang hendak diteliti. Hal ini dapat dilihat dari tiga penelitian yang relevan antara lain:
Penelitian pertama, Ika Wirna (2012) berjudul Analisis Gaya Bahasa Novel
Laksar Pelangi Karya Andrea Hirata Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut
adalah mengetahui unsur intrinsik dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
yaitu data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi dijabarkan dengan
memberikan analisis-analisis kemudian diambil simpulan akhir. Dari analisis data,
dapat disimpulkan bahwa analisis unsur intrisnik dapat memperkaya pengetahuan
terhadap isi novel secara keseluruhan dan gaya bahasa yang paling dominan dipakai
dalam novel Laskar Pelangi adalah persamaan/simile. Gaya bahasa persamaan/simile
digunakan untuk membandingkan suatu hal dengan lainnya untuk memperjelas
makna yang disampaikan. Relevansi penelitian pertama dengan penelitian Majas
Perbandingan dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Pernah Membenci Angin
karya Tere Liye dan Rancangan Pembelajaran Berbentuk Rencana Pembelajaran di
SMA kelas XII sama-sama menggunakan gaya bahasa dalam novel hanya novel judul
novel yang berbeda. Peneliti Ika Wirna menggunakan novel Laskar Pelangi karya
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Andrea Hirata, sedangkan penelitian ini menggunakan novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye.
Penelitian kedua, Margareta Anggraini Taruk (2017) berjudul Pemakaian
Majas Perbandingan Dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari:
Kajian Semantik. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
mengidentifikasi dan menganalisis jenis majas perbandingan yang terdapat dalam
trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, menganalisis ciri penanda setiap gaya bahasa yang
digunakan, menganalisis makna dari setiap penggunaan gaya bahasa. Relevansi
penelitian kedua dengan penelitian Majas Perbandingan Dalam Novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye sama-sama menggunakan objek
majas perbandingan. Selain itu menggunakan jenis penelitian yang sama yakni
deskriptif kualitatif.
Penelitian ketiga, Yeni Magdalena (2017) Unsur Intrinsik Drama “Tangis”
karya P. Hariyanto dan Rancangan Pembelajarannya Berbentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran di SMA. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebuat adalah
mendeskripsikan setiap unsur intrinsik dan rancangan pembelajaran yang
memerlukan seperangkat rencana pembelajaran yang disebut Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Jenis penelitian yaitu penelitian kepustakaan, metode yang
digunakan adalah metode formal, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah teknik baca dan teknik catat. Relevansi penelitian ketiga dengan
penelitian Majas Perbandingan Dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye dan Rancangan Pembelajaran Berbentuk Rencana
Pembelajaran di SMA yaitu sama-sama menggunakan Rancangan Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA, sama-sama menggunakan
jenis penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan
objek drama Tangis karya P.Hariyanto sedangkan, penelitian ini menggunakan novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kajian Semantik
Menurut Chaer (1989: 2), kata semantik dalam bahasa Indonesia
(Inggris:semantic) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda”
atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau
“melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai
padanan kata sema itu adalah tanda lingustik seperti yang dikemukakan oleh
Ferdinand de Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang
mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen ini
adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau yang
dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen
atau hal yang dirujuk.
Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk
bidang lingustik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda lingustik dengan hal-
hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi lingustik yang mempelajari
maknsa atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai
ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa
yaitu: fonologi, gramatika, dan semantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Istilah semantik dalam sejarah lingustik ada pula digunakan istilah lain
seperti semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada
bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang.
Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi lingustik karena istilah-
istilah yang itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna
tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda lalu lintas, kode morse,
tanda-tanda dalam ilmu matematika.
Charles Morris dan kemudian Rudolf Canarp (melalui Tarigan. 1985: 2-3)
mengatakan bahwa Semantik dalam pengertian secara luas dapat dibagi atas tiga
pokok bahasan, yaitu: Sintaksis, Semantik, Pragmatik. Pembagian tersebut sesuai
dengan formulasi Morris terdahulu (1938) maka terdapatlah pembedaan sebagai
berikut: Sintaksis menelaah “hubungan-hubungan formal antara tanda-tanda satu
sama lain”. Semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-
objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut. Pragmatik menelaah
hubungan-hubungan tanda-tanda dengan para penafsir atau interpretator Morris
(melalui Tarigan, 1985: 2-3).
R,C Stalnaker (melalui Tarigan, 1985: 4), membuat perumusan yang lebih
sederhana dan lebih mudah dipahami sebagai berikut: Sintaksis menelaah kalimat-
kalimat; semantik menelaah proposisi-proposisi, sedangkan pragmatik melaah
mengenai perbuatan-perbuatan lingustik beserta konteks-konteks tempatnya tampil.
Berdasarkan pandangan dari para ahli mengenai pengertian semantik,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa objek dari semantik ialah makna. Maka,
semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.2.2 Pengertian Majas
Ada beberapa pengertian tentang majas yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Ratna Nyoman Kutha (2009: 164), majas (figure of speech) adalah pilihan
kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka
memperoleh aspek keindahan. Pada umumnya majas dibedakan menjadi empat
macam, yaitu: (1) majas penegasan, (2) perbandingan, (3) pertentangan, dan (4) majas
sindiran. Beberapa jenis majas dibedakan lagi menjadi subjenis lain sesuai dengan
ciri-cirinya masing-masing. Secara tradisional bentuk-bentuk inilah yang disebut
sebagai gaya bahasa. Dengan kalimat lain, majas disamakan dengan gaya bahasa.
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2011:174) majas
ialah bahasa yang maknanya melampaui batas yang lazim kata lain majas merupakan
gaya bahasa yang bersifat konotatif. Hal itu disebabkan oleh pemakaian kata yang
khas atau karena pemakaian bahasa yang menyimpang dari kelaziman ataupun karena
rumusannya yang jelas. Oleh karena itu, majas erat kaitanya dengan diksi, selanjutnya
diksi atau pilihan kata yang tepat akan memperkuat gaya bahasa. Jadi, majas juga
merupakan alat untuk menunjang gaya.
Menurut Tarigan (2013:5) mengungkapkan bahwa majas adalah bahasa
indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan
serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang
lebih umum. Pendek kata penggunaan majas tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Menurut Moeliono (1989:175) majas adalah umtuk mengkonkretkan dan
menghidupkan karangan. Kita dapat menggunakan majas (figure of speech) yang di
dalam buku pelajaran bahasa, secara salah kaprah disebut gaya bahasa. Menurut
Moeliono (melalui Laksana,2010:6) berdasarkan pembentukannya dengan cara
membandingkan, mempertentangkan, atau mempertautkan dua referen atau objek
dikenal tiga macam kategori majas, yaitu: (1) majas perbandingan; (2) majas
pertentangan; dan (3) majas pertautan. Tiap-tiap kategori majas tersebut dapat dibagi
lagi atas beberapa subkategori, seperti disajikan pada bagan berikut ini:
MAJAS
Majas Perbandingan Majas Pertentangan Majas pertautan
a. perumpamaan a. hiperbol a. sinekdoke
b.
c.
metafora
personifikasi
b. hiperbola
c. ironi
b. kilatan
c. eufemisme
Berdasarkan pandangan beberapa para ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa majas adalah bahasa yang digunakan untuk menghidupkan
karangan dengan membandingkan dan menyamakan suatu benda dengan benda lain
untuk memperoleh aspek keindahan.
2.2.3 Jenis-jenis Majas
Menurut Tarigan (melalui Laksana, 2010:19), subkategori majas yang
jumlahnya mencapai 55 buah yang dibagi dalam empat kategori yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1) majas perulangan, 2) majas perbandingan, 3) majas pertautan, dan 4)
majas pertentangan. Berikut empat jenis majas menurut Tarigan yakni:
2.2.3.1 Majas Perbandingan
Tarigan (2013: 7), majas perbandingan adalah majas yang membandingkan
sesuatu hal dengan hal lain. Majas perbandingan terbagi menjadi perumpamaan,
metafora, personifikasi, depersononifikasi, alegori, antitesis, pleonasme/tautologi,
perifrasis, prolepsis atau antisipasi, koreksio atau epanortosis. Berdasarkan
pandangan Tarigan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa majas perbandingan adalah
majas yang digunakan untuk membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui
proses penyamaan, menghidupkan suatu gambaran,mengkoreksi. Salah satu contoh
majas perbandingan yaitu:
Personifikasi adalah meletakkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak
bernyawa dan ide yang abstrak.
Contoh: Mentari mencubit wajahku.
2.2.3.2 Majas Pertentangan
Tarigan (2013: 53), majas pertentangan adalah majas memiliki ciri khas
penuturan yang mengungkapkan sesnuaru dengan makna yang sesungguhnya. Dalam
majas pertentangan terdapat paling sedikit dua puluh jenis antara lain: hiperbola,
litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma, silepsis, satire, inuendo,
antifrasis, paradoks, anabasis, antiklimaks, dekerementum, katabasis, bator, apostrof,
anastrof, inversi, apofasis, hiperbaton, hipalase, sinisme, sarkasme. Berdasarkan
pandangan Tarigan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa majas pertentangan adalah
majas yang memperkuat makna dari sesuatu yang diutarakan oleh pembicara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
sehingga lawan bicara akan terkesan dan tertarik dengan apa yang diucapkan oleh
lawan bicara. Salah satu contoh majas pertentangan yaitu:
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-
lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada
suatu pernyataan.
Contoh: Suaranya merdu sekali, hingga terdengar di luar angkasa.
2.2.3.3 Majas Pertautan
Tarigan (2013: 119), majas pertauatan adalah kata-kata kias yang bertautan
dengan gagasan, ingatan. Dalam majas pertautan terdapat tiga belas jenis gaya bahasa
antara lain: metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia,
erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, polisindeton. Berdasarkan
pandangan Tarigan peneliti dapat menyimpulkan bahwa majas pertautan adalah majas
yang menggunakan kata-kata kiasan yang bertautan terhadap sesuatu hal yang ingin
disampaikan. Salah satu contoh majas pertautan yaitu:
Epitet adalah semacam gaya bahasa yang mengandung acuan yang
menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu hal.
Contoh: Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyonsong mentari
bersinar menerangi alam. Lonceng pagi yang dimaksud yaitu ayam jantan
yang berkokok.
2.2.3.4 Majas Perulangan
Menurut Tarigan (2013: 173), majas perulangan adalah kiasan yang
mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupun bagian kalimat
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kelompok perulangan termasuk dua belas jenis gaya bahasa antara lain: aliterasi,
asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke,
mesodilopsis, epanalepsis, anadiplosis. Berdasarkan pandangan Tarigan peneliti dapat
menyimpulkan bahwa majas perulangan adalah menyatakan penegasan untuk
meningkatkan kesan dan pengaruh kepada pendengar atau pembicara. Salah satu
contoh majas perulangan yaitu:
Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata
berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh : Kau adalah aku, aku adalah kau, kau dan aku menjadi padu.
2.2.4 Majas Perbandingan
2.2.4.1 Gaya Bahasa Perumpamaan
Perumpamaan di sini adalah asal kata simile dalam bahasa Inggris. Kata
simile berasal dari bahasa Latin yang bermakna “seperti”. Perumpamaan adalah
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap
sama Tarigan (2013:9). Dalam gaya bahasa jenis ini biasanya menggunakan kata-kata
perumpamaan misalnya: seperti, bak, serupa, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana,
penaka.
Berdasarkan pandangan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
perumpamaan adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan hal lain, dan
menyatakan hal tersebut sama dengan hal yang lain. Oleh karena itu simile
memerlukan cara untuk menunjukkan persamaannya dengan menggunakan kata
seperti, sebagai, bagaikan, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Contoh: Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis seperti
artis-artis itu. (Tere Liye, 2014: 39).
2.2.4.2 Gaya Bahasa Metafora
Metafora ialah perbandingan yang implisit jadi tanpa kata seperti atau
sebagai di antara dua hal yang berbeda. Moelino (melalui Tarigan, 2013: 15).
Metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-
kata pembanding seperti: bagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Metafora itu
melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Becker (melalui Pradopo, 2012:
66).
Berdasarkan pandangan ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan dual hal seecara langsung,
dengan singkat dan tanpa menggunakan kata seperti, bagaikan, laksana, dan
sebagainya.
Contoh: Kak Ratna memang tak pernah menganggap aku sebagai duri dalam daging
hubungan mereka. (Tere Liye, 2014: 151).
2.2.4.3 Gaya Bahasa Personifikasi
Personifikasi ialah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani
kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17).
Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-
benda mati seolah memiliki sifat atau bersikap seperti manusia.
Contoh : Berdiri sendirian menatap jalanan kota Singapura yang bermandikan
cahaya. (Tere Liye, 2014: 220).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.2.4.4 Gaya Bahasa Depersonifikasi
Depersonifikasi atau pembendaan adalah kebalikan dari personifikasi atau
penginsanan. Depersonifikasi lebih pada membedakan manusia atau insan. Gaya
bahasa secara eksplisit memanfaatkan kata kalau, jika, misalkan, umpama, bila, dan
sejenisnya (Tarigan, 2013:21).
Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa depersonifikasi merupakan gaya bahasa kiasan yang membedakan manusia
dengan insan.
Contoh : Sekarang aku semakin kesal melihat tampang Dede yang penuh cahaya
kemenangan. (Tere Liye, 2014: 121).
2.2.4.5 Gaya Bahasa Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang-lambang;
merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah
objek-objek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan. Alegori biasanya
mengandung sifat-sifat moral atau spritual manusia (Tarigan, 2013: 24).
Berdasarkan pandangan pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa alegori merupakan cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini
harus dilihat dari awal ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalag sifat-
sifat yang abstak secara tujuannya selalu tersurat.
Contoh : Kancil dengan buaya.
Kancil dengan kura-kura.
Kancil dengan harimau. (Tarigan, 2013: 25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.4.6 Gaya Bahasa Antitesis
Antitesis adalah sejenis gaya yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik
yang bertentangan. Ducrot & Todrov (melalui Tarigan 2013: 26).
Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa antitesis merupakan komparasi dua antonim yang mengandung ciri semantik
yang bertentangan.
Contoh: Tawanya yang tulus, kebaikannya kepada anak-anak dan kecintaannya
untuk berbagi, tak satupun pengalaman buruk itu menyisahkan kepedihan.
(Tere Liye, 2014: 149).
2.2.4.7 Gaya Bahasa Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme dan Tautologi ialah acuan yang menggunakan kata-kata lebih
banyak daripada yang dibutuhkan untuk menyatakan suatu gagasan atau pikiran
Tarigan (2013: 29).
Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa pleonasme penggunaan kata-kata berlebihan untuk menyatakan suatu gagasan
atau pikiran.
Contoh : Setiap minggu aku akan selalu membawakan kue buatanku untuknya dan
aku hanya membuat untuknya. (Tere Liye, 2014: 49).
2.2.4.8 Gaya Bahasa Perifrasis
Perifrasis adalah sejenis gaya yang mirip dengan pleonasme. Kedua-duanya
menggunakan kata-kata lebih banyak dari yang dibutuhkan namun, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
membedakan antara keduanya yaitu dalam parafrasis kata-kata yang berlebihan itu
pada prinsipnya diganti dengan sebuah kata saja. cf.Keraf (melalui Tarigan 2013: 31).
Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa perifrasis penggunaan kata yang berlebihan namun pada prinsipnya diganti
satu kata saja.
Contoh : Mataku berdenting air, berkaca-kaca. Aku tak seharusnya memiliki jarak
ini. (meneteskan air mata) Tere Liye, 2014: 191.
2.2.4.9 Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis
Antisipasi atau Prolepsis adalah gaya bahasa yang berwujud
mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa
sebenarnya terjadi Tarigan (2013: 8).
Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa antisipasi merupakan penggunaan lebih dahulu satu atau beberapa kata
sebelum suatu peristiwa terjadi.
Contoh: “Kata tante Ratna kemarin, mereka bakal berbulan madu dua minggu!”
(Tere Liye, 2014: 139).
2.2.4.10 Gaya Bahasa Koreksio
Koreksio adalah gaya bahasa yang berupa penegasan sesuatu tetapi
kemudian diperbaiki atau dikoreksi (Tarigan 2013: 8).
Berdasarkan pandangan ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa koreksio menegaskan suatu gagasan lalu memperbaiki atau mengkoreksi jika
terdapat gagasan yang kurang tepat atau salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Contoh: Aku tak pernah berusaha menghubunginya lagi. Sebenarnya bukan tak
pernah, aku enggan menghubunginya. (Tere Liye, 2014: 163).
2.2.5 Novel
Kata novel berasal dari kata Latin Novellus yang diturunkan pula dari kata
novles yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-
jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul
kemudian. Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktof dalam panjang yang tertentu,
yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang repsentatif
dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut (Tarigan, 1984: 164).
Adapun novel sebagai sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang
berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui
unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain
(Nurgiyantoro, 2013: 5).
Dalam bahasa Inggris dua ragam fiksi naratif yang utama disebuh romance
(romansa) dan novel. Novel bersifat realistis, sedang romansa bersifat puitis dan epik.
Hal itu menunjukan bahwa keduanya berasal dari sumber yang berbeda. Novel
berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, misalnya surat, biografi, kronik, atau
sejarah. Novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih
mendalam. Romans merupakan kelanjutan epik dan romans abad pertengahan
mengabadikan kepatuhan secara detail Wellek & Warren ( melalui Nurgiyantoro,
2013: 17).
Secara harafiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ dan
kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’, novel adalah cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pendek yang diperpanjang dan yang setengah panjang disebut roman, seperti yang
dijelaskan Abrams, 1999: 110 (melalaui Wicaksono, 2014: 75).
Dapat disimpulkan bahwa novel merupakan suatu karya sastra yang
berbentuk prosa yang menceritakan imajinatif atau kisah nyata mengenai kehidupan
manusia dengan segala peristiwa serta konflik yang terjadi.
2.2.6 Kerangka berpikir
Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang
digunakan dalam jenis dan peran majas perbandingan pada novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye. Majas merupakan cara seseorang
untuk mengungkapkan pikiran dengan menggunakan bahasa-bahasa yang bersifat
puitik. Dalam hal ini penggunaan majas juga dapat menambah kosakata bagi para
siswi terutama dalam sebuah karya sastra baik itu puisi maupun prosa. Penggunaan
majas perbandingan pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya
Tere Liye ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis majas perbandingan, dan makna
majas perbandingan. Dengan data berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai
majas perbandingan dengan sumber data yaitu novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye. Kendala peneliti cukup sulit menentukan majas
perbandingan yang terdapat dalam novel, namun dengan berbekal teori dan wawasan
peneliti, maka peneliti menemukan beberapa kalimat yang dicurigai sebagai majas
perbandingan.
Data yang ditemukan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin karya Tere Liye ini, akan dideskripsikan jenis dan makna. Setiap data akan
ditafsirkan jenis dan perannya ke dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang digunakan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya
Tere Liye menggunakan gaya bahasa yang puitis artinya setiap kalimat akan
ditafsirkan dengan bahasa yang sederhana oleh peneliti dengan berbekalkan beberapa
teori dan contoh. Harapannya dengan mendeskripsikan jenis dan makna majas
perbandingan dalam novel ini dapat memberikan pemahaman bagi pembaca sastra.
Kajian Semantik
Majas Perbandingan
Gaya Bahasa
Simile
Metafora
Depersoni-
fikasi
Antitesis
Alegori
Antisipasi
Perifrasis
Personifikasi
Pleonasme Koreksio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Artinya, data
maupun fakta yang telah dihimpun oleh peneliti kualitatif berbentuk kata atau
gambar. Dalam hal ini mendeskripsikan berarti menggambarkan apa, mengapa, dan
bagaimana suatu kejadian Ghony, (2012:44). Penelitian deskriptif ini mengacu pada
dokumen sebagai bahan penelitian yang digunakan sebagai bahan informasi
penunjang dan sebagai bagian berasal dari kajian kasus yang merupakan sumber data
pokok. Data yang ditemukan dalam penelitian dideskripsikan secara sistematis. Data
yang ditemukan berupa frasa dan kalimat pada sebuah novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin karya Tere Liye yang mengangkat mengenai fenomena
sosial dan dikemas dengan majas perbandingan yang menarik.
3.2 Sumber Data dan Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,
2010:172). Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini yaitu sebuah novel yang
berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dan pengarangnya Tere Liye
yang merupakan penulis novel Indonesia yang karyanya diangkat ke layar lebar salah
satunya Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda disayang Allah. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa frasa, dan kalimat yang dicurigai mengandung
majas perbandingan. Frasa, dan kalimat dapat diwujudkan dalam bentuk deskripsian
oleh penulis dan dialog yang dilakonkan oleh para tokoh dalam novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Data dihimpun dengan membaca secara seksama disertai dengan catatan-catatan yang
mencakup deskripsian mengenai dugaan majas perbandingan pada novel tersebut.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif. Metode ini digunakan
berdasarkan beberapa pertimbangan: pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan latar penelitian dan mampu melakukan penajaman pola-pola nilai yang
dihadapi peneliti. Peneliti akan memulai kerjanya dengan lebih menekankan pada
confirmability, yaitu kesesuaian antara berbagai sumber informasi/ data ( Ghony dan
Almansur, 2014 :33-34).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan sumber data primer yaitu Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin karya Tere Liye. Dalam teknik penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan
yaitu:
a) Membaca
Peneliti akan membaca sumber terkait yaitu novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin. Menurut Hodgson dalam Tarigan (2008:7), menyatakan
bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/
media bahasa tulis. Dalam kaitannya dengan membaca, salah satu jenis dari membaca
akan digunakan oleh peneliti sebagai salah satu teknik untuk memperoleh informasi,
yaitu membaca teliti. Karena melalui membaca teliti peneliti dapat secara seksama dan
membaca ulang paragraf dan kalimat-kalimat dengan begitu, peneliti dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menemukan data yang dimaksud, terutama kata, rasa ataupun kalimat yang dicurangi
merupakan majas perbandingan (Tarigan, 2008:40).
b) Mencatat
Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan mencatat hasil temuan
yang dibaca dari sumber buku. Frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas
perbandingan akan dicatat dalam sebuah buku dengan membuat perbedaan masing-
masing majas perbandingan. Dengan cara seperti ini peneliti akan dengan mudah
mengumpulkan data.
c) Menginventarisasi
Langkah berikut adalah menginventarisasi atau mendaftarkan hasil temuan-
temuan berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas perbandingan ke dalam
penelitian ini.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri (human instrument) yang
merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena apabila
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu
sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, sangat tidak mungkin untuk
mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada (Ghony dan Almansur, 2014 :
33). Human instrument atau manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian ini
adalah peneliti yang sudah berbekalkan teori majas perbandingan pada khususnya.
Selain itu, peneliti juga berbekal mengenai teori sastra khususnya pemakaian bahasa
dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3.5 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis bahasa yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1993:55), yaitu teknik
perluasan. Adapun kegunaan teknik perluasan adalah untuk menentukan segi-segi
kemaknaan satuan lingual tertentu. Penggunaan teknik perluasan juga digunakan untuk
mengetahui kadar kesinoniman bila menyangkut dua satuan atau dua unsur satuan
yang berlainan tetapi diduga bersinonima satu sama lain. Teknik perluasan yang
diutarakan Sudaryanto kemudian dikembangkan disesuaikan dengan objek penelitian.
Pengembangan dan penyesuaian dilakukan karena objek penelitian terdapat dalam
data penelitian yang berupa majas perbandingan dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin.
Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan
data. Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan analisis data dengan
langkah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi dan Menginvetarisasi
Tahap ini peneliti akan mengidentifikasi dan mengiventarisasi data setiap
majas perbandingan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
b) Mengidentifikasi Hasil Intervensi Data
Dalam tahap ini peneliti akan mengklasifikasi hasil temuan yang telah dicatat
berdasarkan jenis dan peran dalam majas khusunya majas perbandingan.
c) Menginterpretasi Makna
Langkah selanjutnya yaitu peneliti menginterpretasikan atau menafsirkan
makna jenis dan peran majas perbandingan yang ditulis oleh Tere Liye dalam novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Interpretasi data merupakan upaya
untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil
penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara
meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi yang
akurat (Moleong, 2006:151).
3.5.4 Mendeskripsikan
Pada tahap ini yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan tentang majas
perbandingan dalam suatu bentuk laporan penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan
mencantumkan hasil data yang berupa frasa, dan kalimat yang dicurigai sebagai majas
perbandingan dan kemudian mencantumkan makna dalam pemakaian gaya bahasa dari
majas perbandingan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya
Tere Liye.
3.6 Trianggulasi Data
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Selain itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terdapat data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Denzin (1978) melalui Moelong (2006:330), membedakan
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi yang digunakan untuk memeriksa
keabsahan penelitian ini adalah trianggulasi sumber dan trianggulasi penyidik.
Trianggulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif, Moelong(2006:330). Dalam penelitian ini, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
meminta bantuan pakar bahasa dan sastra untuk mengecek keabsahan penelitian.
Trianggulasi penyidik adalah teknik trianggulasi yang memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan dosen untuk mengecek dan peneltian
dengan cara mencocokkan dengan teori yang sudah didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil penelitian yang terdiri dari beberapa poin penting
antara lain: (1) deskripsi data, (2) analisis data, (3) pembahasan. Deskripsi data dalam
bab ini berisi paparan data yang diperoleh oleh peneliti. Analisis data berisi jenis dan
peran majas perbandingan, sedangkan pada pembahasan akan dipaparkan lebih lanjut
mengenai hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai jenis dan peran majas
perbandingan pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere
Liye. Adapun kedua poin tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
4.1 Deskripsi Data
Pemajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa,
penggayabahasaan, maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah kata-kata yang
mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat. Hal
ini terkadang memerlukan perhatian khusus untuk menangkap pesan dari pengarang.
Penggunaan bentuk-bentuk kiasan dalam kesastraan, dengan demikian merupakan
salah satu bentuk penyimpangan kebahasaaan, yaitu penyimpangan makna
(Wicaksono, 2014:29).
Penggunaan stile yang berwujud pemajasan mempengaruhi gaya dan
keindahan bahasa karya yang bersangkutan, namun penggunaan bentuk-bentuk
bahasa kias tersebut haruslah tepat. Artinya, ia haruslah menggiring ke arah
interpretasi pembaca yang kaya dengan asosiasi-asosiasi, di samping juga dapat
mendukung terciptanya suasana dan nada tertentu. Penggunaan bentuk ungkapan
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
itu haruslah baru dan segar, tidak hanya bersifat mengulang bentuk-bentuk tertentu
yang telah banyak dipergunakan.
Data yang dihimpun dalam penelitian ini berupa frasa atau kalimat yang
dianggap sebagai majas perbandingan pada novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin karya Tere Liye. Tarigan, (2013: 5) membagi majas menjadi empat
kelompok yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, majas
perulangan. Dalam penelitian ini, peneliti membahas majas perbandingan sebagai
objek kajian makna dari itu peneliti memilih menggunakan pendapat Tarigan sebagai
teori yang digunakan dalam penelitian ini. Majas perbandingan adalah majas yang
membandingkan sesuatu dengan yang lain.
Berdasarkan teori terdapat sepuluh jenis dalam majas perbandingan yang
digunakan oleh peneliti untuk membantu menemukan dan mendeskripsikan majas
perbandingan tersebut. Jenis majas perbandingan tersebut ialah, simile atau
perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme
atau tautologi, perifrasis, antisipasi atau prolepsisi, dan koreksio atau epanortosis.
Mengingat data yang ditemukan cukup banyak, maka dalam sajian ini
masing-masing majas perbandingan akan ditampilkan beberapa contoh tergantung
pemakaian majas perbandingan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin karya Tere Liye. Namun, ada beberapa data yang akan ditampilkan satu sampai
tiga contoh saja dikarenakan minimnya penggunaan majas tersebut. Uraian yang lebih
lengkap akan ditampilkan pada bagian lampiran di akhir skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Jenis Majas Perbandingan
Majas perbandingan menurut Tarigan terbagi menjadi gaya bahasa
perumpamaan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa
depersonifikasi, gaya bahasa alegori, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa pleonasme
atau tautologi, gaya bahasa perifrasis, gaya bahasa antisipasi, dan gaya bahasa
koreksio. Dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere
Liye menggunakan majas perbandingan sebagai salah satu gaya pengarang untuk
mengembangkan ceritanya. Dalam uraian ini, peneliti akan menjabarkan analisis data
dari majas perbandingan yang telah ditemukan.
4.2.1.1 Gaya Bahasa Simile atau Perumpamaan
Berdasarkan hasil penelitian data simile atau perumpamaan dalam Novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 26 buah. Perumpamaan
adalah perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berlainan dan yang sengaja kita
anggap sama Tarigan (2013:9). Perumpamaan atau simile yang terkandung dalam
data akan dipaparkan sebagai berikut:
1. “Aku seperti kaset yang memutar ulang semua kejadian itu.” (hal, 51)
2. “Mobil beringsut seperti keong.” (hal, 65)
3. “Daun berbentuk hati yang kuning mengering seperti hatiku yang tiba-tiba
kering.” (hal, 235)
Simile pada contoh kalimat (1) yaitu membandingkan dua hal. Contoh
tersebut menjelaskan bahwa aku yang sedang duduk di lantai atas toko buku sambil
menikmati pemandangan jalan raya yang ramai. Semua cerita masa laluku tiba-tiba
muncul begitu saja seperti kaset yang memutar ulang semua kejadian itu. Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
“memutar” dapat diartikan mengalihkan tentang perhatian, pandangan, arah. Dalam
cerita tersebut pengarang ingin menunjukkan sekaligus ingin membandingkan bahwa
ingatan manusia dibandingkan dengan kaset yang dapat memutar ulang lagu-lagu
yang ada di dalam kaset tersebut.
Analisis pada kalimat (2) mengandung simile atau perumpamaan. Hal ini
sejalan dengan pengertian simile atau perumpamaan adalah gaya bahasa yang
membandingkan dua hal yang berbeda namun dianggap sama oleh pengarang.
Kalimat ini menggambarkan adanya perbandingan dua hal yakni “mobil” dan
“keong”. Dari kedua unsur tersebut jelas sangat berbeda. Namun, dianggap sama oleh
pengarang dilihat dari segi “pergerakannya”. Dalam cerita dijelaskan bahwa Tania
sedang melihat keramaian yang terjadi di jalan raya, aktivitas orang-orang yang akan
berangkat ke kantor, ke sekolah, dan ke tempat tujuan mereka. Begitu padatnya jalan
raya membuat mobil yang berjalan secara perlahan seperti keong yang hanya berjalan
lambat menyusuri jalan raya.
Analisis pada kalimat (3) mengandung simile atau perumpamaan. Hal ini
sejalan dengan pengertian simile atau perumpamaan adalah gaya bahasa yang
membandingkan dua hal yang berbeda namun dianggap sama oleh pengarang.
Kalimat ini menggambarkan adanya perbandingan dua hal yakni “daun berbentuk
hati yang mengering” dan “hatiku yang kering”. Namun dianggap sama oleh
pengarang dari segi “perasaan.” Kata kering memiliki arti “tidak basah, tidak
lembap.” Dalam cerita dijelaskan bahwa ketika Tania mendatangi Om Danar di
rumah kardus mereka dulu, Tania mengambil sehelai daun yang mengering, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menggunakan kata “seperti”, mengibartakan bahwa daun kering itu sama dengan
hatinya yang juga kering.
4.2.1.2 Gaya Bahasa Metafora
Berdasarkan hasil penelitian data metafora dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 14 buah. Metafora adalah membuat
perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang
hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata
seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada majas
perumpamaan. Metafora dapat dikatakan majas yang menggunakan kata-kata bukan
arti sebenarnya melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan Tarigan (2013: 15). Dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin ditemukan metafora antara lain sebagai berikut:
4. “Anak-anak kelas mendongeng akan jadi peri pengantin.” (hal. 139)
5. “Bergugur-an semua kemarahan di hati.”(hal, 236)
6. “Seperti biasa, adikku jago banting setir topik pembicaraan.” (hal, 178)
Pada contoh kalimat (4) mengandung metafora. Dapat dibuktikan dengan
pengarang membandingkan dua hal yang berbeda yakni “anak-anak”yang diceritakan
dalam novel yaitu anak kecil yang sering mengunjungi kelas mendongeng dan kawan
bicaradan “peri pengantin” yaitu roh perempuan yang elok rupanya. Pengarang telah
menciptakan frasa tersebut sehingga terkesan lebih hidup. Dalam frasa tersebut
pengarang tidak menggunakan kata pembanding.
Analisis pada kalimat (5) tergolong ke dalam jenis metafora. Pengarang
menggunakan istilah dua hal yakni kemarahan di hati Tania sebagai salah satu bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
fisik manusia dan “berguguran” ibarat tumbuhan yang jatuh tertiup angin. Di dalam
novel diceritakan Dede memberitahu Tania, jika Om Danar berada di bekas Rumah
kardus mereka dulu. Mendengar ucapan Dede, Tania yang awalnya marah karena Om
Danar pergi dan tidak pulang beberapa hari meninggalkan Ratna di rumah tanpa
kabar.
Analisis pada kalimat (6) tergolong ke dalam jenis metafora di atas memiliki
arti “mengalihkan pembicaraan”. Pengarang menceritakan bahwa Dede yang pandai
mengalihkan pembicaraan saat Dede menceritakan Om Danar pada Anne teman
Tania saat di Singapura. Dede merasa bersalah karena sudah membahas Om Danar di
depan Tania dan juga Anne.
4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi
Berdasarkan hasil penelitian data personifikasi dalam Novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 8 buah. Personifikasi adalah semacam
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Dengan kata lain, personifikasi
menerapkan sifat-sifat atau tingkah laku manusia terhadap benda mati Tarigan
(2013:17). Dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ditemukan
personifikasi antara lain sebagai berikut:
7. “Aku berteman dengan lorong-lorong kantor yang kosong di malam hari.”
(hal, 203)
8. “Angin berembus lembut memain-kan anak rambutku.” (hal, 197)
9. “Mobil merayap dengan kipas air kaca depan terus berderit.” (hal,65)
Kalimat (7) di atas, mengandung personifikasi. Dapat dibuktikan melalui
kata yang digunakan yakni “berteman” lebih tertuju pada sifat seseorang, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
digunakan pada benda mati atau ide abstrak yakni pada “lorong-lorong kantor”.
Berteman merupakan sifat manusia yaitu mempunyai teman. Pada kalimat tersebut
pengarang membandingkan benda mati seakan hidup. Lorong-lorong kantor seakan-
akan memiliki sifat berteman pada manusia. Makna dari kalimat tersebut yakni Tania
berteman dengan jalanan kecil yang ada di samping kanan-kiri kantor itu.
Kalimat (8) di atas, mengandung personifikasi. Dapat dibuktikan melalui
kata yang digunakan yakni “memainkan” lebih tertuju pada perilaku manusia, namun
digunakan pada benda mati atau ide abstrak yakni pada “anak rambut”. Seolah-olah
angin yang berembus lembut bermain-main dengan anak rambutku.
Kalimat (9) di atas, mengandung personifikasi. Dapat dibuktikan melalui
kata yang digunakan yakni “merayap” yang artinya bergerak perlahan-lahan yang
lebih tertuju pada perilaku manusia atau hewan. Namun digunakan pada benda mati
yakni pada “mobil”. Kalimat di atas memiliki arti jalanan yang mulai macet membuat
mobil berjalan pelan-pelan.
4.2.1.4 Gaya Bahasa Depersonifikasi
Berdasarkan hasil penelitian data depersonifikasi dalam Novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 4 buah. Depersonifikasi atau
pembendaan adalah membedakan manusia atau insan. Dapat dikatakan bahwa
depersonifikasi adalah majas yang menggambarkan manusia menjadi atau memiliki
sifat-sifat benda mati atau benda lainnya yang bukan manusia.
10. “Aku menatap adikku dengan pandangan buas.” (hal, 236)
11. “Dan sekarang aku semakin kesal melihat tampang Dede yang penuh
cahaya kemenangan.” (hal, 121)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pada kalimat (10) tergolong ke dalam depersonifikasi. Terlihat jelas
pembendaan insan antara manusia dengan hewan. Kata aku disamakan dengan buas
yang artinya memiliki sifat yang liar, ganas, seperti binatang. Dalam novel tersebut
diceritakan bahwa Tania menatap adeknya dengan ekspresi marah.
Pada kalimat (11) tergolong ke dalam depersonifikasi. Terlihat jelas
pembendaan insan antara manusia dengan energi. Kata “tampang Dede” disamakan
dengan energi yang artinya sinar atau terang (dari sesuatu yang bersinar seperti
matahari, bulan, lampu). Dalam novel tersebut diceritakan bahwa Tania merasa kesal
karena melihat wajah Dede yang penuh kesenangan.
4.2.1.5 Gaya Bahasa Antitesis
Berdasarkan hasil penelitian data antitesis dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 6 buah. Antitesis adalah sejenis majas yang
mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim atau kata-kata yang
mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Dalam novel Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin antitesis yang digunakan oleh pengarang yakni:
12. “Tiga tahun lamanya mereka terhinakan dalam kehidupan, dan saat
kehidupan sedikit berbaik hati kepada mereka semuanya berubah lagi!
Kehidupan amat kejam.” (hal, 58)
13. “Kau tidak ingin terjebak oleh kebaikan itu sendiri, ada banyak kebaikan
yang justru berbalik menikam menyakiti pemberinya.” (hal,212).
14. “Berbagai kejadian yang membanggakan, berbagai kejadian yang
menyedihkan setelah ibu pergi.” (hal, 65).
Pada kalimat (12) digolongkan ke dalam antitesis. Kalimat tersebut
menggunakan lawan kata atau antonim dengan menggunakan kata-kata yang
mengandung ciri-ciri semantik. Meski tidak bertentangan namun memiliki makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Arti “berbaik hati” yaitu memiliki hati yang tidak jahat. Sedangkan “kejam” tidak
menaruh belas kasihan. Tiga tahun lamanya mereka terhinakan dalam kehidupan,
dan saat kehidupan sedikit berbaik hati kepada mereka semuanya berubah lagi!
Kehidupan amat kejam” yaitu tiga tahun tania bersama dengan keluarganya ia
dipermainkan oleh kehidupan. Saat kehidupan berbaik hati, berubah menjadi
kehidupan yang kejam sekali.
Kalimat (13) digolongkan ke dalam antitesis. Kalimat tersebut menggunakan
lawan kata atau antonim. Arti “kebaikan” memiliki maksud yaitu sifat manusia yang
dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku, sedangkan
“menikam” memiliki maksud yaitu melukai. Dalam kalimat di atas dikatakan
antitesis karena terdapat lawan kata pada satu kalimat.
Kalimat (14) digolongkan ke dalam antitesis. Kalimat tersebut menggunakan
lawan kata atau antonim. Arti “membanggakan” memiliki maksud menimbulkan
perasaan bangga sedangkan “menyedihkan” memiliki maksud menimbulkan rasa
sedih. Dalam kalimat di atas dikatakan antitesis karena terdapat lawan kata pada satu
kalimat.
4.2.1.6 Gaya Bahasa Pleonasme atau Tautologi
Berdasarkan hasil penelitian data pleonasme dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 6 buah. Pleonasme atau tautologi adalah
pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu seperti
(menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong). Penggunaan majas ini juga
sangat minim dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, oleh
karena itu peneliti hanya menyajikan satu dari data yang diperoleh sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
15. “Aku masih terlalu kecil untuk mengerti perasaanku sendiri.” (hal. 43)
16. “Aku pernah bermimpi suatu hari akan masuk ke dalam, menikmati
semuanya bak putri kesayangan orang kaya.” (hal, 88)
17. “Tidak hanya itu, dia juga sebenarnya berusaha mengumpulkan potongan-
potongan lain selama enam bulan terakhir.” (hal, 217)
Contoh kalimat (15) merupakan pleonasme atau tautologi karena adanya
pemakaian kata-kata yang berlebihan. Hal ini dapat dibuktikan melalui pilihan kata
“perasaanku sendiri”. Kata “perasaanku” sudah menjelaskan mengenai perasaan yang
dirasakan oleh dirinya sendiri, ditambah kata “sendiri” yang jika dihilangkan salah
satu artinya tetap utuh.
Kalimat (16) merupakan pleonasme atau tautologi karena adanya pemakaian
kata-kata yang berlebihan. Hal ini dapat dibuktikan melalui pilihan kata “masuk ke
dalam” yang sebenarnya tidak perlu ditambahkan kata “ke dalam”, karena kata
“masuk” sudah pasti ke dalam. Penggunaan pleonasme dapat disimpulkan bila kata
yang berlebihan sebenarnya tidak perlu.
Kalimat (17) merupakan pleonasme karena adanya pemakaian kata yang
berlebihan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kata potongan-potongan yang jika
dihilangakn satu kata tetap memiliki arti yang utuh yaitu penggalan.
4.2.1.7 Gaya Bahasa Perifrasis
Berdasarkan hasil penelitian data perifrasis dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 5 buah. Perifrasis adalah majas yang agak
mirip dengan pleonasme. Kedua-duanya mempergunakan kata-kata lebih banyak
daripada yang dibutuhkan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang penting
antara keduanya. Pada perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
diganti dengan sebuah kata saja. Dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin tidak banyak ditemukan penggunaan perifrasis oleh pengarang.
Oleh karena itu, peneliti akan menyajikan satu contoh kalimat yakni sebagai berikut:
18. “Yang pasti, pasangan tadi sedang duduk saling merapat di depan meja
panjang saling berhadapan dan bersitatap.” (hal, 10)
19. “Mataku berdenting air, berkaca-kaca. Aku tak seharusnya memiliki jarak
ini.” (hal, 191)
20. “Apapun yang akan dikatakannya, apapun yang diucapkannya akan selalu
kuturuti. Apapun itu!” (hal, 20)
Kalimat (18) mengandung perifrasis karena menggunakan kata-kata yang
berlebihan. Penggunaan kata tersebut dapat dibuktikan dengan pilihan kata
“berhadapan” dan “bersitatap”. Keduanya sama-sama memiliki arti bertatap muka.
Analisis ciri dari kalimat tersebut yakni pada penggunaan pilihan kata yang
berlebihan dan dapat disimpulkan.
Kalimat (19) mengandung perifrasis karena menggunakan kata-kata yang
berlebihan. Penggunaan kata tersebut dapat dibuktikan dengan pilihan kata
“berdenting” dan “berkaca-kaca”. Keduanya sama-sama memiliki arti berlinang air
mata. Analisis ciri dari kalimat tersebut yakni pada penggunaan pilihan kata yang
berlebihan dan dapat disimpulkan.
Kalimat (20) mengandung perifrasis karena menggunakan kata-kata yang
berlebihan. Penggunaan kata tersebut dapat dibuktikan dengan pilihan kata
“diucapkan” dan “dikatakan”. Keduanya sama-sama memiliki arti kata-kata yang
keluar dari mulutnya. Analisis ciri dari kalimat tersebut yakni pada penggunaan
pilihan kata yang berlebihan dan dapat disimpulkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4.2.1.8 Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis
Berdasarkan hasil penelitian data antisipasi atau prolepsis dalam Novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 5 buah. Antisipasi adalah hal
berbicara atau menulis dimana mempergunakan terlebih dahulu satu atau beberapa
kata sebelum gagasan ataupun peristiwa yang sebenarnya terjadi. Dapat juga
dikatakan bahwa antisipasi adalah “mendahului” atau “penetapan” yang mendahului
tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi. Dalam novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin tidak banyak ditemukan penggunaan
antisipasi oleh pengarang. Oleh karena itu, peneliti akan menyajikan satu contoh
kalimat yakni sebagai berikut:
21. “Tania, datang tidaknya kau ke acara minggu depan jelas membuat
perbedaan besar.” (hal,142)
22. “Minggu depan selepas kelas mendongerng yang selesai lebih cepat daripada
biasanya, aku, Ibu, dan adikku pergi ke Dunia Fantasi.” (hal, 39)
23. “Menyimpan hasil ujian itu dengan sebal dalam tas sekolah, mungkin hari
Minggu bisa diperlihatkan di kelas mendongeng.” (hal, 48)
Kalimat (21) merupakan kalimat yang tergolong ke dalam jenis antisipasi
karena terdapat penggunaan beberapa kata sebelum sesuatu terjadi. Dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin diceritakan bahwa Kak Ratna sudah
merasa bahwa datang tidaknya Tania ke acara pernikahan Kak Ratna membuat
perbedaan yang sangat menonjol. Hal tersebut diketahui kata datang tidaknya kau ke
acara minggu depan jelas membawa perbedaan besar. Analisis jenis dalam kalimat
tersebut yakni adanya penggunaan kata yang mendahului kalimat berikutnya.
Kalimat (22) merupakan kalimat yang tergolong ke dalam jenis antisipasi
karena terdapat penggunaan beberapa kata sebelum sesuatu terjadi. Dalam novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin diketahui dari kata “minggu depan
selepas kelas mendongeng”. Analisis jenis dalam kalimat tersebut yakni adanya
penggunaan kata yang mendahului kalimat berikutnya.
Kalimat (23) merupakan kalimat yang tergolong ke dalam jenis antisipasi
karena terdapat penggunaan beberapa kata sebelum sesuatu terjadi. Dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin diketahui dari“mungkin hari minggu
bis diperlihatkan di kelas mendongeng”.Analisis jenis dalam kalimat tersebut yakni
adanya penggunaan kata yang mendahului kalimat berikutnya.
4.2.1.9 Gaya Bahasa Koreksio
Berdasarkan hasil penelitian data koreksio atau epanortosis dalam Novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 4 buah. Ketika berbicara
atau menulis, ada kalanya kita ingin menegaskan sesuatu tetapi kemudian kita
memperbaikinya atau mengoreksinya kembali, seperti ini biasa disebut koreksio atau
epanortosis. Dengan kata lain, koreksio ini yang berwujud mula-mula ingin
menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang
salah. Berikut akan disajikan dua contoh kalimat:
24. “Aku dulu mungkin keliru, ya aku dulu keliru kau yang benar Tania.”
(hal,144)
25. “Apakah aku salah sangka? apakah aku hanya menduga-duga. Tidak, aku
tidak salah lagi. Semuanya teramat jelas sekarang.” (hal,247)
Kalimat (24) merupakan jenis koreksio atau epanortosis. Penggunaan
koreksio terdapat pada pilihan kata “keliru”. Pada kalimat sebelumnya tokoh yang
bernama Anne memberitahu Tania bahwa Tania tidak memiliki hakuntuk berbicara
pada Om Danar mengenai perasaannya. Awalnya Anne tidak memperbolehkannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
namun ia memperbaikinya kembali dengan mengungkapkan“ya aku dulu keliru kau
yang benar Tania”. Kekeliruan yang dimaksud ialah, Tania harus mengungkapkan
perasaan cinta pada om Danar supaya om Danar tau bahwa Tania mencintainya.
Kalimat (25) merupakan jenis koreksio atau epanortosis.Penggunaan
koreksio terdapat pada pilihan kata “apakah aku salah sangka”. Pada kalimat ini
menjelaskan bahwa Tania merasa salah sangka mengenai liontin yang diberikan oleh
Om Danar memiliki maksud tertentu. Ternyata betul dugaan Tania yang dikoreksi
“tidak salah lagi” bahwa liontin itu memiliki maksud pohon linden yang jika
disatukan dengan liontin om Danar.
4.2.2 Makna Majas Perbandingan
Makna yang dimaksud pada majas perbandingan yakni arti dari kalimat-
kalimat yang terkandung dalam setiap majas perbandingan. Setiap kalimat pada majas
perbandingan yang digunakan disandingkan dengan makna yang ada pada majas
perbandiangan tersebut. Makna yang terkait dalam novel tersebut yaitu
membandingkan dua hal yang berbeda, pemakaian bukan kata yang sebenarnya,
menginsankan benda mati, membedakan manusia, memberikan keterangan untuk hal
yang sudah jelas, melukiskan sesuatu dengan satu kata, menggunakan beberapa kata
sebelum gagasan, menegaskan dan mengkoreksi sesuatu. Dalam uraian ini peneliti
akan menjabarkan analisis data dari makna majas perbandingan yang telah
ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4.2.2.1 Gaya Bahasa Simile atau Perumpamaan
Berdasarkan hasil penelitian data simile atau perumpamaan dalam Novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 26 buah. Simile atau
perumpamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Maksud bersifat eksplisit
ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Simile
memerlukan kata-kata,: seperti, sama, sebagai, bagaikan, bak, laksana, dan
sebagainya Tarigan (2013: 9). Berikut contoh makna dari simile yakni:
1. “Tak ada rumah kardus kami yang dulu seperti monumen, menjadi landmark
di tanah seluas setengah hektar itu.” (hal, 231)
2. “Waktu benar-benar berlalu meleset bagai desingan peluru.” (hal, 109)
3. “Dede bersungut-sungut menjauh, seperti orang yang takut terkena flu
burung.” (hal, 174)
Makna pada kalimat (1) diartikan bahwa tidak ada lagi sampah, rumah
kardus yang berserakkan di atas tanah yang disamakan seperti monumen yang
menjadi landmark di tanah seluas setengah hektar. Monumen memiliki arti bangunan
atau tempat yang mempunyai nilai sejarah. Dalam cerita, sudah tidak ada rumah
kardus yang menjadi tempat tinggalnya dulu keluarga Tania. Sekarang rumah kardus
itu menjadi sebuah monumen untuk mengenang masa lalunya. Makna simile ini jelas
bertujuan untuk membandingkan dua hal yang hakikatnya berlainan dan yang sengaja
dianggap sama, perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata
seperti. Hal tersebut digunakan penulis dalam novel untuk membuat penulis
membayangkan kutipan tersebut dalam kehidupan nyata.
Kalimat (2) diartikan bahwa waktu yang berlalu disamakan dengan desingan
peluru yang artinya waktu berlalu begitu cepat. Pengarang memanfaatkan simile
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
untuk membandingkan dua hal yangberbeda namun sengaja dianggap sama. Sejalan
dengan pendapat Tarigan (2013: 9) yang mengatakan bahwa simile yaitu
perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap
sama. Makna dalam kalimat tersebut yaitu membandingkan dua hal yang berlainan
yaitu waktu yang berlalu dibandingkan dengan desingan peluru menggunakan kata
bagai.
Makna yang terkandung pada kalimat (3) adalah Dede yang sedang
berkunjung di flat tempat tinggal Tania merasa kaget karena orang-orang yang ada di
flat perempuan semua. Dede menghindar karena digoda oleh para perempuan yang
ada di flat tersebut. Kata bersungut-sungut dibandingkan oleh pengarang seperti
orang yang takut terkena flu burung. Kedua hal ini, pada hakikatnya berbeda tetapi
dianggap sama dengan memanfaatkan katapembanding yakni seperti.
4.2.2.2 Gaya Bahasa Metafora
Berdasarkan hasil penelitian data metafora dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 14 buah. Metafora membuat perbandingan
antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup
walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti,
ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, dan sebagainya (Tarigan, 1985: 15).
Berikut beberapa contoh metafora dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin antara lain:
4. “Sumpah yang akan membuat seluruh catatan pendidikan-ku terlihat
bercahaya.” Sempurna!(hal, 33)
5. “Ibu pontang-panting mencari tempat berteduh.” (hal, 30)
6. “Mataku berdenting air .” (hal, 191)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kalimat (4) dengan metafora di atas memiliki arti prestasi yang cemerlang.
Tania bersumpah pada dirinya sendiri bahawa ia akan memberikan semua catatan
pendidikannya menjadi sebuah prestasi yang cemerlang. Pengarang memanfaatkan
kata bercahaya yang bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan berdasarkan
perbandingan antara dua hal. Peran metofora ini jelas bertujuan membandingkan dua
hal yang secara eksplisit tersusun singkat, padat, dan rapi.
Kalimat (5) merupakan pernyataan yang memiliki arti Rumah. Setelah
rumah kardus kami tidak layak huni lagi, Ibu dengan susah payah mencari rumah
yang layar bagi kami. Makna metafora pemakaian kata yang bukan sebenarnya.
Kalimat (6) merupakan penyataan yang memiliki arti berlinang air mata.
Dalam cerita pengarang ingin menyampikan bahwa Tania merasa terharu ketika
bertemu dengan Om Danar. Selama Tania bersekolah di Singapura, mereka berdua
jarang memberi kabar lewat e-mail dan sudah tidak bertemu selama dua tahun.
Pengarang memanfaatkan kata berdenting yang bukan arti sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan berdasarkan perbandingan antara dua hal
4.2.2.3 Gaya Bahasa Personifikasi
Berdasarkan hasil penelitian data personifikasi dalam Novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 8 buah. Tarigan (2013:17) mengatakan
bahwa personifikasi yaitu penginsanan atau jenis majas yang melekatkan sifat-sifat
insani kepada benda yang tidak bernayawa dan ide yang abstrak. Berikut beberapa
contoh personifikasi beserta perannya:
7. “Kehidupan jalanan yang sudah senyap. Kehidupan kota yang beranjak tidur.”
(hal, 220)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
8. “Lampu itu setia. Dan penduduk kota ini juga setia mengikuti petunjuk
tersebut.” (hal, 220)
9. “Nanti jika hatiku sedang baik, mungkin aku akan mencerita-kan bagian itu.”
(hal, 148)
Makna dari kalimat (7) yakni kota yang sudah sepi, kota yang dalam
keadaan berhenti dari segala hiruk pikuk kegiatan di kota. Dalam novel menceritakan
bahwa sebuah daerah permukiman yang terdiri atasbangunan rumah yang merupakan
kesatuan tempat tinggal dari berbagailapisan masyarakat yang disebut kota sudah sepi
atau dikatakan tidur dan sudah tidak ada lagi kegiatan yang dikerjakan oleh
masyarkat di kota tersebut. Pengarang memberikan makna personifikasi, yang
meletakkan gaya yang menghidupkan benda mati (Tarigan, 2013:17).
Kalimat (8) yakni sabar. Dalam novel diceritakan bahwa lampu yang ada di
sepanjang jalan raya selalu setia (yang bukan arti sebenarnya) diibartkan seperti sifat
manusia yang patuh, taat, dan berpegang teguh. Sejalan dengan pendapat Keraf
(melalui Wicaksono, 2014:33) mengatakan personifikasi adalah semacam kiasan
yang menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-
olah memiliki sifat kemanusiaan.
Kalimat (9) yakni hati Tania sedang bahagia. Hati merupakan benda mati,
dan baik merupakan sifat manusia. Hati Tania diumpamakan memiliki sifat seperti
manusia, sifat tersebut yaitu baik. Sejalan dengan pendapat Keraf (melalui
Wicaksono, 2014:33) mengatakan personifikasi adalah semacam kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah
memiliki sifat kemanusiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4.2.2.4 Gaya Bahasa Depersonifikasi
Berdasarkan hasil penelitian data depersonifikasi dalam Novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 4 buah. Depersonifikasi adalah
membedakan manusia atau insan Tarigan (2013:21). Beberapa contoh makna
depersonifikasi antara lain:
10. “Aku menyeka mataku yang mulai mengembun.” (hal, 125)
11. “Mukanya bercahaya oleh ketulusan dan persahabatan.” (hal, 131)
Pada kalimat (10), yaitu Tania merasa sedih hingga keluar air matanya.
Tania ingin menahan air mata saat ia tahu bahwa Tania tidak akan pernah
menangis, walaupun dulu sebelum ibu Tania pergi, ibu mengizinkan Tania untuk
menangis demi dia. Pengarang membedakan air mata manusia dengan sifat uap yaitu
kata mengembun. Berdasarkan ungkapan tersebut makna depersonifikasi ini
mengandai-andaikan sifat manusia seperti benda mati.
Pada kalimat (11), yaitu muka yang dimaksud adalah wajah Kak Ratna yang
tidak memperlihatkan ekspresi benci kepada Tania. Kata “muka bercahaya”
maksudnya memiliki wajah yang baik dan kata “ketulusan” maksudnya kesungguhan
dari dalam hati. Terlihat penjelasan pembendaan sifat manusia dengan energi.
Berdasarkan ungkapan tersebut makna depersonifikasi yaitu mengandaikan sifat
manusia seperti benda mati.
4.2.2.5 Gaya Bahasa Antitesis
Berdasarkan hasil penelitian data antitesis dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 6 buah. Antitesis sejenis majas yang
mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim atau kata-kata yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Ciri khusus antitesis adalah
menggunakan antonim atau lawan kata dalam penggunaan kalimat Tarigan (2013:26).
Dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin antitesis yang digunakan
oleh pengarang yakni:
12. “Dan satu dari semua kemungki-nan buruk itu cukup sudah untuk
membunuh semua kegembira-an kami selama ini.” (hal, 54)
13. “Tawanya yang tulus, kebaikannya kepada anak-anak dan kecintaannya
untuk berbagi, tak satupun pengalaman buruk itu yang menyisahkan
kepedihan.” (hal, 149)
14. “Sayangnya semua kabar bahagia itu tertutup begitu saja beberapa saat
kemudian oleh sebuah kabar yang bagai petir di siang hari, datang amat
mengejutkan.” (hal, 130)
Kalimat (12) yang mengandung antitesis yaitu kemungkinan buruk dan
kegembiraan. Penggunaan antonim dalam kalimat (12) terletak pada pilihan kata
buruk dan gembira. Kata buruk dan gembira merupakan perasaaan atau hal yang
berkaitan sama perasaan seseorang. Data di atas merupakan sampel analisis dari
antitesis dari total enam data yang terdapat dalam lampiran. Berdasarkan ungkapan
tersebut makna antitesis membandingkan dua antonim yang mengandung ciri
semantik yang bertentangan.
Kalimat (13) yang mengandung antitesis yaitu tulus dan kepedihan.
Penggunaan antonim dalam kalimat tersebut terletak pada pilihan kata tulus dan
pedih. Kata tulus dan pedih merupakan perasaaan atau hal yang berkaitan dengan
perasaan seseorang. Tawanya yang selalu tulus jika dilihat dari luar, namun dalam
hatinya terdapat pengalaman yang pedih, itu perasaan yang dirasakan oleh Om Danar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Berdasarkan ungkapan tersebut makna antitesis membandingkan dua antonim yang
mengandung ciri semantik yang bertentangan.
Kalimat (14) yang mengandung antitesis yaitu kabar baik dan kabar buruk.
Penggunaan antonim dalam kalimat tersebut terletak pada pilihan kata baik dan
buruk. Kata baik dan buruk merupakan perasaaan atau hal yang berkaitan dengan
perasaan seseorang. Sayangnya kabar baik itu tertutup begitu saja dengan beberapa
saat sebuah kabar yang bagai petir di siang hari amat mengejutkan (kabar buruk).
Dalam cerita pengarang menceritakan bahwa Tania yang terkejut setelah diberitahu
bahwa Om Danar dan Kak Ratna akan menikah. Berdasarkan ungkapan tersebut
makna antitesis membandingkan dua antonim yang mengandung ciri semantik yang
bertentangan.
4.2.2.7 Gaya Bahasa Pleonasme atau Tautologi
Berdasarkan hasil penelitian data pleonasme dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 6 buah. Pleonasme adalah acuan yang
mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan
satu pikiran atau gagasan. Walaupun secara praktis kedua istilah disamakan saja,
namun ada yang ingin membedakan keduanya. Suatu acuan disenut pleonasme bila
kata yang berlebihan itu dihilangkan artinya tetap utuh. Sebaliknya, acuan itu disebut
tautologi jika yang berlebihan itu pada dasarnya mengandung perulangan dari sebuah
kata yang lain. Beberapa contoh pleonasme beserta perannya antara lain:
15. “Aku ingin masuk ke dalam, aku semakin kalap!” (hal, 55)
16. “Adikku hanya mengintil di belakang.” (hal, 82).
17. “Kenapa tidak bilang-bilang? Bukankah Dede dalam e-mailnya terakhir
malah menulis, Om Danar sedang sibuk di Jepang.(hal, 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Kalimat (15) yang mengandung pleonasme yaitu Tania yang disuruh
menunggu di luar ruang daruat oleh perawat dan ia merasa kesal. Kalimat (15)
mengandung pleonasme karena terdapat kata-kata yang berlebihan yakni pada pilihan
kata ke dalam yang sebenarnya tidak perlu, namun ditambahkan untuk memperjelas
ke arah mana Tania masuk.
Kalimat (16) yang mengandung pleonasme pada pilihan kata di belakang
alam kalimat tersebut sebenarnya tidak perlu. Kata “mengintil” memiliki arti
mengikuti terus dari belakang. Jadi kalimat tersebut ditambahkan “di belakang” untuk
memperjelas bahwa Dede yang selalu berada di belakang Tania dan juga Om Danar
jika mereka berpergian bersama-sama.
Kalimat (17) merupakan pernyataan bahwa Tania terkejut ketika Om Danar
datang saat hari kelululsannya. Kata “bilang-bilang” merupakan pemakaian kata yang
berlebihan, jika ditulis “bilang” satu kata saja tetap memiliki arti yang sama.
4.2.2.8 Gaya Bahasa Perifrasis
Berdasarkan hasil penelitian data perifrasis dalam Novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin terdapat 5 buah. Perifrasis adalah gaya bahasa yang
mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang
diperlukan. Kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata
saja Tarigan (2013: 31). Berikut contoh kalimat dengan perifrasis beserta maknanya
yakni:
18. “di langit, hanya dalam waktu lima menit, awan hitam yang sejak sore
membungkus langit kota Depok tersaput entah kemana. Bintang gemintang
satu demi satu mulai malu-malu bermunculan, ditutup dengan kehadiran
purnama bundar yang indah.” (hal. 184)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
19. “Berharap bertemu! Menatap wajahnya yang menyenangkan tersenyum
kepadaku. Melihat ekspresi wajahnya yang tertawa lebar.” (hal,78)
Kalimat (18) merupakan pernyataan malam bulan purnama. Dalam cerita
diceritakan bahwa cuaca malam hari di luar amat cepat berubah. Penggunaan kata-
kata yang berlebihan yakni awan hitam yang sejak sore membungkus langit kota
Depok tersaput entah kemana. Bintang gemintang satu demi satu mulai malu-malu
bermunculan, ditutup dengan kehadiran purnama bundar yang indah. Kata tersebut
dapat disimpulkan bahwa keadaan di luar sedang malam bulan purnama Berdasarkan
ungkapan tersebut, makna perifrasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya
dapat diganti dengan sebuah kata saja.
Kalimat (19) merupakan pernyataan berjumpa. Dalam cerita diceritakan
bahwa Tania sedang rindu dengan Om Danar. Penggunaan kata yang berlebihan
yakni “bertemu, menatap, melihat”. Kata tersebut dapat disimpulkan bahwa ingin
berjumpa. Berdasarkan ungkapan tersebut, makna antisipasi mempergunakan lebih
dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa yang sebenarnya
terjadi.
4.2.2.9 Gaya Bahasa Antisipasi atau Prolepsis
Berdasarkan hasil penelitian data antisipasi atau prolepsis dalam Novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 5 buah. Makna Antisipasi
mempergunakan terlebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum gagasan ataupun
peristiwa yang sebenarnya terjadi Tarigan (2013: 33). Beberapa contoh kalimat
dengan antisipasi beserta maknanya antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
20. “Kata KakRatna kemarin, mereka bakal berbulan madu dua minggu!”
(hal, 139)
21. “Kata Kak Ratna, kak Tania bisa pulang seminggu sebelum pernikahan,
biar bisa bantu-bantu.Kak Ratna bilang, kak Tania yang harus jadi pengiring
pengantinnya.”
Kalimat (20) merupakan pernyaatan, ada hal yang telah direncanakan
setelah om Danar dan Kak Ratna menikah. Mereka sudah mengantisipasi selama dua
mingguakan berbulan madu setelah menikah. Termasuk antisipasi karena melakukan
penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang akan terjadi. Kata yang melakukan
penetapan yang mendahului sesuatu yaitu “bakal berbulan madu dua minggu.”
Berdasarkan ungkapan tersebut, makna antisipasi mempergunakan lebih dahulu satu
atau beberapa kata sebelum gagasan atau peristiwa yang sebenarnya terjadi.
Kalimat (21) merupakan pernyataan, telah direncanakan sebelum om Danar
dan Kak Ratna menikah. Tania harus pulang seminggu sebelumnya dan harus
menjadi pengiring pengantin. Kata yang melakukan penetapan yang mendahului
sesuatu yaitu “seminggu sebelum penikahan biar bisa bantu-bantu.” Berdasarkan
ungkapan tersebut, makna antisipasi mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa
kata sebelum gagasan atau peristiwa yang sebenarnya terjadi.
4.2.2.10 Gaya Bahasa Koreksio
Berdasarkan hasil penelitian data koreksio atau epanortosis dalam Novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terdapat 4 buah. Koreksio adalah
suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya (Keraf, 1984: 135). Beberapa contoh kalimat dengan koreksio
beserta maknanya antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
22. “Semalam kami bertengkar,tidak, tidak bertengkar.” (hal, 225)
23. “Aku tak pernah berusaha menghubunginya lagi. Sebenarnya bukan tak
pernah, aku enggan menghubunginya.” (hal,163)
Kalimat (22) berisi cerita Kak Ratna mengirim email pada Tania bahwa ia
bertengkar dengan Om Danar. Pada kalimat tersebut, terjadi perbaikan oleh tokoh
bernama Kak Ratna awalnya ia bertengkar namun ia memperbaikinya kembali dan
menegaskan bahwa ia tidak bertengkar dengan Om Danar. Berdasarkan ungkapan
tersebut, makna koreksio yaitu berupa penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki
dan dikoreksi.
Kalimat (23) merupakan pernyatan, Tania sudah jarang berhubungan lewat
email dengan Om Danar. Pada kalimat tersebut, terjadi perbaikan oleh tokoh bernama
Tania awalnya ia mengatakan bahwa ia tak pernah menghubunginya, namun ia
memperbaikinya kembali dan menegaskan bahwa ia sebenernya bukan tidak pernah
menghubungi tapi enggan menghubungi om Danar. Berdasarkan ungkapan tersebut,
makna koreksio yaitu berupa penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki dan
dikoreksi.
4.3 Pembahasan
Penelitian berjudul Jenis dan Peran Majas Perbandingan Pada Novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye ini bertujuan untuk
mendeskripsikan jenis dan peran majas perbandingan pada novel Daun yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye. Dalam melakukan penelitian ini,
peneliti menggunakan teori majas perbandingan menurut Tarigan. Sasaran dalam
penelitian ini adalah majas perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pada sub bab ini, peneliti menjelaskan temuan data-data hasil penelitian
yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya. Penjelasan
dalam sub ini berhubungan dengan temuan data-data hasil penelitian yang sudah
sesuai dengan teori-teori yang dipaparkan peneliti. Kesesuaian teori dengan temuan
data-data hasil penelitian tersebut berhubungan dengan teori majas perbandingan
menurut Tarigan. Tarigan (2013: 8) majas perbandingan menjadi sepuluh yaitu gaya
bahasa perumpamaan atau simile, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi,
gaya bahasa depersonifikasi, gaya bahasa alegori, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa
pleonasme, gaya bahasa perifrasis, gaya bahasa antisipasi,dan gaya bahasa koreksio.
Selanjutnya, pembahasan akan didasarkan pada dua rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori yang sudah dipaparkan
di atas dengan hasil temuan data-data hasil penelitian. Kedua rumusan masalah
tersebut meliputi jenis dan makna majas perbandingan, yang digunakan dalam novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye. Pembahasan kedua
rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
4.3.1 Jenis Majas Perbandingan
Jenis majas perbandingan Menurut Tarigan (2013: 7), dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis antara lain: gaya bahasa simile atau perumpamaan, gaya
bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa depersonifikasi, gaya bahasa
alegori, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa pleonasme, gaya bahasa perifrasis,gaya
bahasa antisipasi atau prolepsis, dan gaya bahasa koreksio atau epanortosis.
Perumpamaan adalah majas yang membandingkan dua hal atau gagasan
yang berbeda namun seolah-olah sama. Pengertian ini sejalan dengan pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tarigan (2013: 9) yang menyatakan bahwa perumpamaan adalah perbandingan dua
hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Itulah
sebabnya sering pula perumpamaan disamakan dengan metafora. Metafora yaitu
membandingkan dua hal atau gagasan yang tidak dinyatakan secara eksplisit dengan
menggunakan ciri-ciri penanda. Sejalan dengan Tarigan, (2013: 15), bahwa metafora
membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan
mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan
kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa seperti
perumpamaan.
Personifikasi yaitu menginsankan benda atau hal-hal yang tidak berwujud
dan mati. Selaras dengan pendapat Tarigan (2013: 17) yang mengatakan bahwa
personifikasi sejenis majas yang meletakan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak
bernyawa atau ide abstrak. Selanjutnya depersonifikasi, ini kebalikan dari
personifiaksi atau penginsanan. Depersonifikasi justru membedakan manusia atau
insan dengan memanfaatkan kata-kata pengandaian. Alegori Menurut Tarigan (2013:
24) merupakan cerita-cerita dalam bentuk lambang-lambang metafora yang diperluas
dengan kesinambungan, tempat, atau wadah objek atau gagasan yang
diperlambangkan. Selanjutnya antitesis yang merupakan majas yang mengadakan
komparasi atau perbandingan antara dua antonim (yaitu kata-kata yang mengandung
ciri-ciri semntaik yang bertentangan).
Pleonasme atau tautologi, yaitu penggunaan kata yang berlebihan. Meskipun
kata tersebut dihapus, makna secara keseluruhan tetap utuh. Sejalan dengan pendapat
Tarigan (2013: 29) pleonasme merupakan pemakaian kata-kata yang mubazir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Selanjutnya perifarsis, adalah mirip seperti
pleonasme. Dalam perifrasis, setiap kata-kata lebih sederhana. Tarigan (2013: 31)
mengatakan bahwa pada perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu, pada prinsipnya
dapat diganti dengan sebuah kata saja.
Antisipasi yaitu mempergunakan kata-kata beberapa sebelum peristiwa yang
sebenarnya terjadi. Terakhir yaitu koreksio atau epanortosis. Koreksio yaitumajas
yang ingin memperbaiki atau mengoreksi kesalahan ketika seseorang berbicara.
Sejalan dengan pendapat Tarigan, (2013: 34), koreksio yaitu berwujud mula-mula
ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana
yang salah.
4.3.2 Makna Majas Perbandingan
Makna majas perbandingan dapat dilihat pada pengetian tiap majas
perbandingan. Perumpamaan adalah asal kata simile dalam bahasa Inggris. Kata
simile berasal dari bahasa Latin yang bermakna “seperti”. Perumpamaan
mengumpamakan perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang
sengaja kita anggap sama dengan menggunakan kata-kata perumpamaan misalnya:
seperti, bak, serupa, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka Tarigan, (2013:
9).Makna metafora yaitu pemakaian kata yang bukan sebenarnya Tarigan, (2013: 10).
Makna personifikasi menghidupakan penggambaran. Makna depersonifikasi
membandingkan ciri manusai seperti benda mati atau binatang Tarigan, (2013:
21).Makna antitesis membandingkan dua hal yang berlawanan Ducrot & Todorov,
1981: 277 melalui (Tarigan, 2013: 26).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Makna pleonasme yaitumemberikan keterangan tambahan untuk hal yang
sudah jelas Keraf, 1985: 133 melalui (Tarigan, 2013: 28). Makna perifrasis
melukiskan sesuatu dengan menggunakan sebuah kata saja Tarigan, (2013: 31).
Makna antisipasi mempergunakan lebih dahulu satu atau beberapa kata sebelum
gagasan atau peristiwa sebenarnya terjadi Tarigan (2013:8). Makna koreksio
penegasan sesuatu tetapi kemudian diperbaiki atau dikoreksi (Tarigan 2013:8).
Berdasarkan pengumpulan data, novel ini lebih bersifat mengumpamakan isi
novel. Dari hasil analisis data yang diperoleh peneliti jumlah penggunaan majas
perbandingan dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, yakni:
simile sebanyak 26 buah, metafora sebanyak 14 buah, personifikasi sebanyak 8 buah,
depersonifikasi 4 buah, antitesis 6 buah, pleonasme terdapat 6 buah, perifrasis 5 buah,
antisipasi atau prolepsis sebanyak 5 buah, dan koreksio atau epanortosis sebanyak 4
buah. Hasil penelitian majas perbandingan ini memperlihatkan bahwa novel Daun
yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin lebih dominan menggunakan simile,
metafora, dan personifikasi, kemudian diikuti dengan penggunaan jenis yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.1 Kesimpulan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada penelitian yang berjudul “Jenis dan Peran Majas Perbandingan pada
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye” ini peneliti
memaparkan dua hal penting, yakni pertama, penggunaan jenis majas perbandingan
dalam novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye yang
kedua, analisis peran majas perbandingan yang terdapat dalam novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.
Pertama, dalam novel Daun yang JatuhTak Pernah Membenci Angin
Karya Tere Liye sepuluh jenis, yakni gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa
metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa depersonifikasi, gaya bahasa
alegori, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa pleonasme, gaya bahasa perifrasis, gaya
bahasa antisipasi dan gaya bahasa koreksio.
Kedua, mengenai makna yang terdapat dalam majas perbandingan yakni:
Makna perumpamaan, mengumpamakan menggunakan kata seperti, ibarat, bak,
sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa; Makna metafora pemakaian kata yang
bukan arti sebenarnya; makna personifikasi meletakkan sifat insani dengan benda
mati; makna depersonifikasi membandingkan ciri manusia seperti benda mati atau
binatang; makna antitesis membandingkan dua hal yang berlawanan; makna
pleonasme memberikan keterangan tambahan untuk hal yang sudah jelas; makna
perifrasis melukiskan sesuatu dengan menguraikan sebuah kata saja; makna
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
antisipasi mendahului kata yang masih dikerjakan, makna koreksio menegaskan lalu
mengoreksi kata yang salah.
Majas memiliki peranan yang sangat penting dalam cerita novel Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye majas menjadi saran penulisan,
memberikan penekanan tertentu terhadap persoalan yang ingin disampaikan oleh
penulis, memperkuat kesan pembaca terhadap suatu peristiwa atau karakter tokoh
dalam cerita, menghidupkan cerita, dan memperindah cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan agar penelitian tentang majas dalam karya sastra
dikembangkan lebih luas oleh peneliti selanjutnya. Dalam penelitian ini, peneliti
hanya berfokus pada satu majas saja yakni majas perbandingan. Apabila ada peneliti
lain yang ingin meneliti mengenai majas sekiranya tidak hanya berfokus pada satu
majas saja. Peneliti lain juga hendaknya meneliti tentang objek karya sastra yang
lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: AR-ARUZZ Media.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. PT.Gramedia.
Kurniasih Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Laksana, I Ketut Darma. 2010. Majas dalam Bahasa Pers. Denpasar-Bali: Bali
Media Adhikarsa.
Liye, Tere. 2014. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Jakarta. PT.
Gramedia.
Majid Abdul dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moeliono. M Anton. 1989. KEMBARA BAHASA Kumpulan Karangan Tersebar.
Jakarta: PT. Gramedia.
Moelong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santoso, Heru Wijaya dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Taruk, Margareta Anggraini. 2017. Pemakaian Majas Perbandingan dalam Trilogi
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Kajian: Semantik. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Waluyo, J Herman. 2011. Pengkajian dan apresiasi prosa fiksi. Surakarta: Sebelas
Maret University Press
Wicaksono Andri. 2014. Catatan Ringkas Stilistika. Yogyakarta: Garudhawaca.
Wirna, Ika. 2012. “Analisis Gaya Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
Serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.”
Skripsi. Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA PENULIS
Enlelia Gismiyati, putri pertama dari pasangan
Bapak Antonius Martono dan Ibu Anastasia Giyanti. Lahir di
Sleman, 10 Desember 1995. Bersekolah di Taman Kanak-
kanak Indriasana Baciro Yogyakarta. Pendidikan Sekolah
Dasar penulis di SD Kanisius Baciro, kemudian melanjutkan
di SMP Joannes Bosco School Yogyakarta. Pendidikan SMA
penulis di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Setelah lulus dari SMA, penulis
melanjtkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan tercatat
sebagai mahasiswi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2014. Masa pendidikan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri penulis dengan menulis skripsi
sebagai tugas akhir dengan judul Jenis dan Peran Majas Perbandingan pada Novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Trianggulasi Data
Data kata dan penelitian skripsi dengan judul Jenis dan Peran Majas Perbandingan pada Novel “Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin” Karya Tere Liye
Oleh: Enlelia Gismiyati (141224011)
DosenPembimbing 1 :Prof. Dr.Pranowo, M.Pd
DosenPembimbing 2 :Drs. J.Prapta Diharja SJ M.Hum.
Petunjuk Triangulasi:
1. Trianggulator memberikan tanda centang(✓) pada kolom setuju/tidak setuju yang menggambarkan penilaian Anda.
2. Berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis makna penggunaan dalam majas
perbandingan yang terdapat pada novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye.
3. Setelah mengisitabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
1. Dia benar-
benar
menjadi
malaikat
kami. (hal.
27)
✓ Seseorang yang
dianggap
sebagai
malaikat di
keluarga kami.
(Termasuk
metafora karena
pemakai-an
kata-kata bukan
arti yang
sebenarnya,
melainkan
hanya sebagai
kata kias. Kata
kias yang
dimaksud yaitu
malaikat kami).
✓
2. Bagaimana akan
mengucek
rambut
Dede kalau
✓ Seseorang yang
tidak disenangi
oleh pemain
dalam novel.
✓
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
sekarang tangannya
digenggam
erat oleh
cewek artis
itu? (hal,
40)
(Termasuk metafora karena
pemakaian kata-
kata bukan arti
yang
sebenarnya,
melainkan
hanya sebagai
kata kias. Kata
kias yang
dimaksud yaitu
cewek artis).
3. Mobil
merayap
dengan
kipas air
kaca depan
terus berderi
(hal,65)
✓ Jalanan yang
mulai macet
membuat mobil
berjalan pelan-
pelan.
(Termasuk
personifikasi
karena
menggambarkan
benda mati yang
✓
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
hidup. Benda mati yang
dimaksud yaitu
mobil).
4. Mobil
beringsut
seperti
keong. (hal,
65)
✓ Mobil yang
bergeser secara
perlahan. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti.
Pembanding dua
hal tersebut
✓
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yaitu mobil dibanding-kan
dengan siput).
5. Kebaikan
itu seperti
pesawat terbang, Tania.
Jendela-
jendela
bergetar,
layar teve
bergoyang,
telepon
genggam
terinduksi
saat pesawat
itu lewat
(hal, 184).
✓ Kebaikan yang
dapat terbang
dan dikemudi-
kan oleh
seseorang.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti.
Pembanding dua
hal tersebut
✓
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yaitu kebaikan dibanding-kan
dengan pesawat
terbang).
6. Anak-anak kelas men-
dongeng
akan jadi
peri
pengantin.
(hal, 139)
✓ Anak-anak
kecil yang
mengiring di
belakang
pengantin.
(Termasuk
metafora karena
pemakian kata-
kata yang bukan
sebenarnya.
Kata yang bukan
arti sebenarnya
ditunjukan pada
kata peri
pengantin).
✓
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
7. Kak Ratna memang tak
pernah
meng-
anggap aku
sebagai
duri dalam
daging
hubungan
mereka.
(hal, 151)
✓ Musuh dalam
sebuah
hubungan.
(Termasuk
metafora karena
pemakaian kata-
kata yang bukan
arti sebenarnya.
Kata yang bukan
arti sebenarnya
ditunjukkan
pada kata duri
yang ada di
dalam daging
hubungan
mereka).
✓ Termasuk perumpamaan,
karena
menggunakan
kata sebagai.
8. Oh ibu izinkanlah
aku
menangis,
aku
sekarang
✓ Tania dalam
hati seperti
berbicara
kepada ibunya
meminta izin
untuk
✓
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
ingin menangis
demi dia,
izinkanlah
aku
menangis.
(hal,142)
menangis demi
Danar, karena
Danar akan
menikah.
(Termasuk
pleonasme
karena
mengandung
kata yang
berlebihan atau
tidak perlu
digunakan. Kata
yang berlebihan
yaituizinkanlah
aku menangis
dikatakan dua
kali).
9. Mataku
berdenting
air. (hal,
191)
✓ Berlinang air
mata.
(Termasuk
metafora karena
✓
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
pemakaian kata- kata yang bukan
arti sebenarnya.
Kata yang bukan
arti sebenarnya
yaitu
berdenting).
10. Aku
berteman
dengan
lorong-
lorong
kantor
yang
kosong di
malam hari.
(hal, 203)
✓ Kesepian. (Termasuk
personifikasi
karena
menggambarkan
benda mati yang
hidup.
Menggambarkan
benda mati yang
hidup yaitu
lorong-lorong
kantor yang
kosong
berteman
✓
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
dengan manusia).
11. Kebohong-
an besar
yang
terbungkus
begitu rapi. (hal,210)
✓ Pendiam atau
tidak terbuka. (Termasuk
metafora karena
pemakaian kata-
kata yang bukan
arti sebenarnya.
Kata yang bukan
sebenarnya yaitu
kebohongan
yang terbungkus
rapi).
✓
12. Berdiri sendirian
menatap
jalanan
kota
Singapura
yang
✓ Banyak lampu
disetiap jalan. (Termasuk
personifikasi
karena
menggambarkan
✓
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
bermandi-
kan cahaya.
(hal, 220)
benda mati yang hidup. Benda
mati yang
digambarkan
hidup yaitu
jalanan kota
singapura
seolah-olah
bermandikan
cahaya).
13. Kehidupan jalanan yang
sudah
senyap.
Kehidupan
kota yang
beranjak
tidur. (hal,
220
✓ Kota yang
sudah sepi.
(Termasuk
personifikasi
karena
menggambar-
kan benda mati
yang hidup.
Benda mati yang
digambarkan
hidup yaitu
kehiduoan kota
✓
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yang seolah- olah beranjak
tidur).
14. Lampu itu
setia. Dan
penduduk
kota ini
juga setia
mengikuti
petunjuk
tersebut.
(hal, 220)
✓ Sabar.
(Termasuk
personifikasi
karena
menggambar-
kan benda mati
yang hidup.
Benda mati yang
digambarkan
hidup yaitu
lampu yang
seolah-olah
setia bersama
dengan
penduduk kota
yang ikut setia).
✓
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
15. Tak ada rumah
kardus kami
yang dulu
seperti
monumen,
menjadi
landmark di tanah seluas
setengah
hektar itu.
(hal, 231)
✓ Kenangan. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan yaitu
rumah kardus
dengan
monumen yang
menjadi
landmark).
✓
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
16. Bergugur-
an semua
kemarahan
di hati. (hal,
236)
✓ Meredam
kemarahan.
(Disebut
metafora karena
pemakaian kata-
kata bukan arti
yang
sebenarnya,
melainkan
hanya sebagai
kata kias. Kata
kias yang
dimaksud yaitu
kemarahan yang
dapat
berguguran).
✓
17. Jawaban
itu
membuat
✓ Jawaban yang
mengaget-kan.
(Disebut
metafora karena
✓
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
bergugur-
an. (hal,
236)
pemakaian kata- kata bukan arti
yang
sebenarnya,
melainkan
hanya sebagai
kata kias. Kata
kias yang
dimaksud yaitu
jawaban yang
dapat
berguguran).
18. Aku seperti
kaset yang
memutar
ulang
semua
kejadian itu. (hal, 51)
✓ Mengingat
masa lalu.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
✓
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
dengan mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan yaitu
kata Aku
disamakan
dengan kaset ).
19. Waktu benar-benar
berlalu
meleset
bagai
desingan
peluru.
(hal, 109)
✓ Berlalu begitu
cepat.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
✓
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
mengguna-kan ciri penanda
yaitu kata bagai.
Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan yaitu
kata waktu
disamakan
dengan
desingan
peluru).
20. Walau hanya
sejenak
mengajak
kami
menatap
kesibukan
di luar
“akuarium ” tersebut,
✓ Merasakan arti
kehidupan
yang
sebenarnya.
(Termasuk
metafora karena
pemakaian kata-
kata yang bukan
✓
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
aku bisa merasakan
energi
kesenangan
yang besar
dari
pemandanga
n tersebut.
(hal, 21)
arti sebenarnya. Kata bukan arti
sebenarnya yang
dimaksud yaitu
kesibukan yang
seolah-olah
berada di dalam
akuarium
maupun yang
tidak ada di
akuarium).
21. Adikku mematut-
matut
kakinya
dengan
bangga.
Membuat
jalur
tengah bus
layaknya
catwalk.
(hal, 25)
✓ Berjalan di
tengah sisi
tempat duduk
di dalam bus.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
✓
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
dengan menggunakan
ciri penanda
yaitu kata
layaknya. Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan yaitu
jalur tengah bus
dengan
catwalk).
22. Ibu pontang-
panting
mencari
tempat
berteduh.
(hal, 30)
✓ Rumah.
(Termasuk
metafora karena
pemakaian kata-
kata yang bukan
arti sebenarnya.
Kata bukan arti
sebenarnya yang
dimaksud yaitu
✓
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
tempat berteduh).
23. Ah, setidaknya
ada
positifnya
macet
malam ini.
Pertunjuk-
an ratusan
cahaya
lampu.
(hal,32)
✓ Banyaknya
lampu yang
berjejer.
(Termasuk
personifikasi
karena
menggambarkan
benda mati yang
hidup. Benda
mati yang hidup
yaitupertunjukka
n ratusan
lampu).
✓
24. Sumpah yang akan
membuat
seluruh
catatan
pendidikan
-ku terlihat
✓ Prestasi yang
cemerlang. (Termasuk gaya
bahasa metafora
karena
pemakaian kata-
✓
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
bercahaya. Sempurna! (hal, 33)
kata yang bukan arti sebenarnya.
Kata bukan arti
sebenarnya yang
dimaksud yaitu
seluruh catatan
pendidikan
Tania seolah-
olah
bercahaya).
25. Aku bergumam,
bagaimana
mungkin
adikku tidak
hafal, kalau
sepanjang
mengamen
tadi dia
selalu ber-
dengung
seperti
lebah
✓ Bersuara tak
henti.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
✓
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
menyebut satu per-satu
huruf-huruf
tersebut
sambil
menabuh
kencreng-
an.(hal, 34)
seperti. Dua pembanding
yang berbeda
namun
disamakan yaitu
kata bergumam
disamakan
dengan dengung
suara lebah).
26. Kak Ratna amat cantik,
rambutnya
panjang, dan
pakaiannya
modis
seperti
artis-artis
itu. (hal, 39)
✓ Mengikuti
mode yang
paling baru.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
✓
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
ciri penanda yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan yaitu
kata pakaian
modis
disamakan
dengan artis).
27. Kautidak ingin
terjebak
oleh
kebaikan itu
sendiri, ada
banyak
kebaikan
yang justru
berbalik
menikam
menyakiti
✓ Banyak
memberikan
kebaikan, akan
dibalas dengan
menyakiti.
(Termasuk
antitesis karena
membandingkan
dua hal yang
mengandung ciri
semantik yang
✓
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
pemberi-
nya.
(hal,212)
bertentangan. Dua hal yang
bertentangan
yaitu pada kata
kebaikan
antonim
berbalik
menikam
menyakiti.)
28. Sekeliling
kami
seperti
membeku
oleh tarian
lampu
mobil,
sementara
wajahku dan
dia terlihat
tersenyum
indah di foto
itu. (hal, 83)
✓ Macet. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
✓
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
pembanding yang sama
namun
disamakan yaitu
kata sekeliling
kami disamakan
dengan tarian
lampu mobil
yang tidak
bergerak).
29. Aku
memasang
tampang
lucu seperti
gambar
komik-
komik itu
(maksudnya
biar dia
tidak
curiga).
(hal, 84)
✓ Tersipu malu. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
✓
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
seperti. Dua pembanding
yang sama
namun
disamakan yaitu
kata Aku yang
memasang
wajah lucu
disamakan
dengan wajah
lucu yang ada
dikomik).
30. Perasaan padam
seketika
seperti
nyala lilin
yang
disiram
segentong
air besar.
(hal, 119)
✓ Lemas, kaku
tak berdaya.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
✓
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
mengguna-kan ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang beda
namun
disamakan yaitu
kata perasaan
yang disamakan
dengan nyala
lilin yang
disiram
segentong air
besar).
31. Nanti jika
hatiku
sedang
baik,
mungkin
aku akan
mencerita-
✓ Hati Tania
sedang
bahagia.
(Termasuk
personifikasi
karena
✓
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
kan bagian itu. (hal,
148)
menggambarkan benda mati yang
hidup. Hati
merupakan
benda mati, baik
merupakan sifat
manusia. Hati
yang
menggambarkan
memiliki sifat
manusia.)
32. Tak ada lagi yang bisa ku
lakukan.
Aku
mendesah-
kan nama
Ibu di setiap
sela tarikan
napas. Aku
akan
terbang
✓ Pasrah.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
✓
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
seperti
sehelai
daun. (hal,
157)
yaitu kata seperti. Dua
pembanding
yang sama
namun
disamakan yaitu
kata Aku
disamakan
dengan sehelai
daun yang
terbang).
33. Tak ada
keajaiban
seperti
dongeng-
dongeng
kuno itu.
(hal, 160)
✓ Khayalan.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
✓
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
ciri penanda yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang beda
namun
disamakan yaitu
kata keajaiban
dengan
keajaiban yang
ada terdapat
dalam dongeng-
dongeng kuno).
34. Berbagai
kejadian
yang
membangg
a-kan,
berbagai
kejadian
yang
menyedih-
kan setelah
✓ Ada kejadian
yang
membangga-
kan ada pula
kejadian yang
menyedihkan.
(Termasuk
antitesis karena
membandingkan
✓
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
Ibu pergi. (hal,65)
dua hal yang mengandung ciri
semantik yang
bertentangan.
Dua hal yang
bertentangan
yaitu pada kata
membanggakan
antonim
menyedihkan.)
35. Di kehidupan
keseharian,
paradoks itu
berubah
menjadi
sesuatu
yang mulai
serius. Aku
mulai
berubah
licin seperti belut. (hal,
✓ Cepat berubah
pikiran.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
✓
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
168) seperti. Dua pembanding
yang beda
namun
disamakan yaitu
kata Aku yang
disamakan
dengan belut).
36. Dede
bersungut-
sungut
menjauh,
seperti
orang yang
takut
terkena flu
burung.
(hal, 174)
✓ Menghindar. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
✓
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
Pembanding yang beda
namun
disamakan yaitu
kata perilaku
dede yang
disamakan
dengan orang
yang ketakutan
terkena flu
burung).
37. Entah jika
di dunia ini
cowoknya
hanya
tinggal si
tampang
artis itu.
(hal, 185)
✓ Membayang-
kan lelaki
hanya ada satu
di dunia dan
merasa paling
tampan.
(Termasuk
metafora karena
pemakaian kata-
kata bukan arti
sebenarnya,
✓
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
melainkan hanya sebagai
kata kias. Kata
kias yang
dimaksud yaitu
si tampang artis
yang
diumpamakan
seperti artis).
38. Tubuhku langsung
kaku. Amat
berat
leherku
menoleh,
seperti
diganduli
beban
berkilo-
kilo.
Kakiku
seperti
✓ Tidak dapat
menggerakkan
badan.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
menggunakan
ciri penanda
yaitu kata
✓
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
diikat
sejuta tali-
temali saat
beranjak
berdiri.
(hal, 189)
seperti. Dua pembanding
yang berbeda
namun
disamakan yaitu
pada kata tubuh,
leher, kaki yang
berat disamakan
dengan beban
yang beratnya
berkilo-kilo dan
sejuta
talitemali).
39. Ya Tuhan, cepat sekali
terbentuk
jarak di
antara
kami
seperti
bumi yang
merekah.
(hal, 190)
✓ Jarak yang
berjauhan.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
✓
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
mengguna-kan ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan
dengan kata
jarak di antara
kami dengan
jarak bumi yang
sedang
merekah).
40. Angin
berembus
lembut
memain-
kan anak
rambutku.(
hal, 197)
✓ Angin sepoi-
sepoi
(Termasuk
personifikasi
karena
menggambar-
kan benda mati
✓
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yang hidup. Benda mati yang
dimaksud yaitu
kata angin
berembus
memainkan
anak rambutku).
41. Bibir
jalanan
ramai lagi oleh orang-
orang yang
berlalu-
lalang. (hal,
198)
✓ Trotoar. (Termasuk
metafora karena
pemakaian kata-
kata yang bukan
arti sebenarnya.
Kata bukan arti
sebenarnya yang
dimaksud yaitu
trotoar yang
diandaikan bibir
jalanan).
✓ Termasuk personifikasi,
karena kata
bibir merupakan
anggota tubuh
manusia.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
42. Melepas
kepergian
mereka
dengan
perasaan
normal,
seperti kita
sedang
melepas
sepasang
keluarga
muda
bahagia
yang pulang
dari
berkunjung.
(hal, 199)
✓ Menerima
kenyataan
dengan ikhlas
dan ikut
berbahagia,
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan
dengan kata
✓
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
melepas
kepergian
dengan melepas
sepasang
keluarga).
43. Namun, hubungan
mereka
berdua baik-
baik saja.
Mereka
memang
punya isu
penting itu,
tetapi
setidaknya
mereka
saling
menyukai.
Perasaan
masing-
✓ Indah, bahagia. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata bagai.
Dua
pembanding
yang berbeda
disamakan
✓
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
masing sudah jelas
bagai
bintang di
langit. (hal,
205)
dengan kata perasaan
dengan bintang
yang bersinar di
langit).
44. Hujan
semakin
menggila di luar (hal,126)
✓ Hujan deras. (Termasuk
Depersonifikasi karena
pembendaan
insan pada
cuaca. Kata
hujan
merupakan
cuaca dan
menggila sifat
manusia.).
✓ Termasuk personifikasi,
karena kata
menggila
merupakan sifat
manusia.
45. Bekas rumah yang
atasnya
ditanami
✓ Tanah yang
dulu didirikan
rumah kardus,
sekarang
✓
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
rumput lembut
seluruhnya
seperti
rumput
lapangan
bola
terbaik.
(hal, 231)
menjadi
lapangan luas
yang diberi
rumput
terbaik.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
disamakan
dengan kata
bekas rumah
kardus mereka
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yang sekarang ditanami rumput
terbaik yang
terdapat di
lapangan bola).
46. Bentuk
daunnya
sempurna
seperti
sebungkus
hati.
(hal,232)
✓ Daun pohon
linden.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
menggunakan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
disamakan
✓
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
dengan kata bentuk daun
dengan
sebungkus hati).
47. Daun
berbentuk
hati yang
kuning
mengering
seperti hatiku yang
tiba-tiba
kering. (hal,
235)
✓ Hati yang
kosong.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
disamakan
dengan kata
✓
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
daun yang kering dengan
hati yang
kering).
48. Pembicara- an ini
seperti
kami
sedang
duduk
berdua di
atas perahu
saja. (hal,
237)
✓ Pembicaraan
yang romantis
di atas perahu. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
disamakan
dengan kata
✓
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
pembicaraan yang dilakukan
oleh Tania dan
Danar yang tega
disamakan
dengan
berbicara
layaknya
pasangan yang
duduk berdua
diperahu).
49. Di setiap kalimat aku
terpaksa
berhenti
karena
hatiku
perih
seperti
diiris-iris
sembilu.
(hal, 243)
✓ Patah hati.
(Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
✓
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yaitu kata seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
namun
disamakan
dengan kata
hatiku yang
perih dengan
hati yang diiri-
iris sembilu).
50. Aku pikir dengan
menikahi
Kak Ratna
semuanya
jelas seperti
bintang
gemintang.
(hal, 248)
✓ Indah, bahagia. (Termasuk
simile karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
yaitu kata
✓
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
seperti. Dua pembanding
yang berbeda
namun
disamakan
dengan kata
menikahi kak
Ratna sama
dengan sinar
bintang
gemintang).
51. Semua perasaan ini
kembali
bagai
seribu anak
panah yang
meng- hunjam. (hal, 252)
✓ Patah hati.
(Termasuk imile
karena
membandingkan
dua hal yang
berbeda namun
disamakan
dengan
mengguna-kan
ciri penanda
✓
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yaitu kata seperti. Dua
pembanding
yang berbeda
disamakan
dengan kata
perasaan buruk
disamakan
dengan
perasaan yang
dihunjam oleh
seribu anak
panah).
52. Dan satu dari semua
kemungki-
nan buruk
itu cukup
sudah untuk
membunuh
semua
kegembira-
an kami
✓ Satu
keburukan
akan merusak
semua
kegembira-an.
(Termasuk
antitesis karena
membanding-
kan dua hal
✓
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
selama ini. (hal, 54)
yang mengandung ciri
semantik yang
bertentangan.
Dua hal yang
bertentangan
yaitu pada kata
kemungkinan
buruk antonim
kegembiraan).
53. Apapun yang akan
dikatakan-
nya,
apapun
yang
diucapkan-
nya akan
selalu
kuturuti.
Apapun itu!
(hal,20)
✓ Tania akan
menuruti
apapun yang
disuruh oleh
Danar.
(Termasuk
perifrasis karena
mengandung
kata-kata
berlebihan dan
✓
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
dapat diganti dengan satu kata
saja. Pada kata
diucapkan dan
dikatakan yang
diulang
memiliki arti
yang dapat
diganti satu kata
saja yaitu kata
yang keluar dari
mulutnya).
54. “Tiga tahun lamanya
mereka
terhinakan
dalam
kehidupan,
dan saat
kehidupan
sedikit
berbaik
hati kepada
✓ Tiga tahun
Tania bersama
dengan
keluarganya
dipermain-kan
oleh
kehidupan.
Saat kehidupan
berbaik hati,
berubah
menjadi
✓
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
mereka semuanya
berubah
lagi!
Kehidupan
amat
kejam”.
(hal, 58)
kehidupan
yang kejam
sekali.
(Termasuk
antitesis karena
mengandung
dua antonim
yaitu kata
semantik yang
bertentangan.
Dua kata yang
bertentangan
yaitu kata
kehidupan
berbaik hati
antonim
kehidupan amat
kejam).
55. Minggu
depan
selepas mendonge-
✓ Sudah
merencankan
akan ke Dunia
Fantasi
✓
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
ng yang selesai lebih
cepat
daripada
biasanya,
aku, Ibu,
dan adikku
pergi pergi
ke Dunia
Fantasi.
(hal,39)
minggu depan. (Termasuk
antisipasi karena
penetapan hari
yang
mendahului
tentang sesuatu
yang masih akan
dikerjakan atau
akan terjadi.
Kata yang akan
terjadi yaitu
minggu depan
selepas
mendongeng).
56. Kenapa tidak
bilang-
bilang?
Bukankah
Dede dalam
e-mailnya
✓ Tania kaget
melihat Om
Danar datang
saat
kelulusannya.
✓
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
terakhir malah
menulis,
Om Danar
sedang
sibuk di
Jepang.(hal,
127)
(Termasuk pleonasme
karena
pemakaian kata
yang berlebihan
itu dihilangkan
artinya tetap
utuh. Kata yang
berlebihan yaitu
bilang-bilang
yang jika
dihilangkan satu
kata artinya
tetap sama.)
57. Semalam
kami
bertengkar,
tidak, tidak
bertengkar.
(hal, 225)
✓ Ratna bercerita
lewat email
pada Tania,
bahwa ia tidak
bertengkar
dengan Danar
hanya
berbicara
biasa.
✓
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
(Termasuk koreksio karena
bukan hal yang
dimaksud dan
kemudian
diperbaiki
kembali oleh
penutur. Kata
yang diperbaiki
oleh penutur
yaitu kata
bertengkar,
tidak kami tidak
bertengkar.)
58. Aku menatap
adikku
dengan
pandangan
buas. (hal,
236)
✓ Marah. (Termasuk
depersonifikasi
karena
membendakan
manusia. Pada
✓
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
kata buas seolah-olah
memiliki sifat
seperti
binatang.)
59. Adikku hanya
mengintil di
belakang.
(hal, 82)
✓ Tania, Om
Danar dan
Dede sedang
jalan-jalan ke
toko buku. Dede selalu
mengikuti
mereka berdua.
(Termasuk
pleonasme
karena
menggunakan
kata-kata yang
berlebihan itu
dihilangkan
artinya tetap
utuh. Kata yang
✓
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
berlebihan yaitu mengintil dari
belakang,
mengintil sudah
jelas megikuti
terus dari
belakang).
60. Tidak hanya itu, dia yang
sebenarnya
berusaha
mengumpul-
kan
potongan-
potongan
lain selama
enam bulan
terakhir.
(hal,217)
✓ Tania yang
sedang
bertukar pesan melalui email
dengan Dede.
Dede yang
sedang
berusaha
mengingat
kejadian
selama enam
bulan terakhir.
(Termasuk
pleonasme
karena
✓
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
menggunakan kata-kata yang
berlebihan itu
dihilangkan
artinya tetap
utuh. Kata yang
berlebihan yaitu
potongan-
potonganjika
dihilangakn satu
kata saja tetap
memiliki arti
yang sama).
61. “Kata KakRatna
kemarin,
mereka
bakal
berbulan
madu dua
minggu!”
(hal, 139)
✓ Ada hal yang
telah
direncana-kan
setelah Danar
dan Ratna
menikah,
antisipasi agar
tidak ada yang
mengganggu
selama dua
✓
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
minggu. (Termasuk
antisipasi karena
melakukan
penetapan yang
mendahului
tentang sesuatu
yang akan
terjadi. Kata
yang melakukan
penetapan yang
mendahuli
sesuatu yaitu
bakal berbulan
madu dua
minggu).
62. “Tania,
datang
tidaknya
kau ke
acara
minggu
✓ Ratna telah
menduga jika
Tania tidak
hadir diacara
pernikahannya,
akan membawa
✓
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
depan jelas
membuat
perbedaan
besar.”
(hal,142)
perubahan
besar bagi
pernikahan
mereka.
(Termasuk
antisipasi karena
melakukan
penetapan yang
mendahului
tentang sesuatu
yang akan
terjadi. Kata
yang melakukan
penetapan yang
mendahului
sesuatu yaitu
minggu depan
jelas membuat
perbedaan besar
dalam
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
pernikahan Ratna dan
Dede).
63. “Aku dulu
mungkin
keliru, ya
aku dulu
keliru kau
yang benar
Tania.”
(hal,144)
✓ Anne teman
Tania merasa
bahwa
pendapatnya
dia dulu keliru
yang benar
yaitu pendapat Tania.
(Termasuk
koreksio karena
bukan hal yang
dimaksud dan
kemudian
diperbaiki
kembali oleh
penutur. Kata
yang diperbaiki
oleh penutur
yaitu
✓
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
kata dulu keliru kau yang benar
tania).
64. Seperti biasa,
adikku jago
banting
setir topik
pembicara-
an. (hal,178)
✓ Mengalih-kan
pembicara-an.
(Termasuk
metafora karena
pemakaian kata-
kata yang bukan
sebenarnya,
melainkan
hanya sebagai
kata kias. Kata
kias yang
dimaksud yaitu
banting setir).
✓
65. Dan sekarang
aku semakin
kesal
melihat
tampang
✓ Muka Dede
yang penuh
kesenangan.
✓
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
dede yang
penuh
cahaya
kemenang-
an (hal,121)
(Termasuk Depersonifikasi
karena
pembendaan
insan pada
energi. Kata
cahaya
kemenangan
merupakan
energi dan
bentuk muka
manusia.)
66. Aku menyeka
mataku
yang mulai
meng-
embun(hal,
125)
✓ Menahan air
mata.
(Termasuk gaya
bahasa
Depersonifikasi
karena
pembendaan
insan pada uap.
Kata
mengembun
✓
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
merupakan uap dan mata
merupakan
anggota tubuh
manusia.
67. Mukanya
bercahaya
oleh
ketulusan
dan
persahabat-
an. (hal,31)
✓ Kak Ratna
yang tidak
memperlihat-
kan muka
bencinya pada Tania.
(Termasuk
Depersonifikasi
karena
pembendaan
insan pada
energi. Kata
cahaya
merupakan
energi dan
ketulusan
✓
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
merupakan sifat manusia).
68. Tawanya yang tulus,
kebaikan-
nya kepada
anak-anak
dan
kecintaan-
nya untuk
berbagi, tak
satupun
pengalaman
buruk itu
menyisah-
kan
kepedihan.
(hal,149)
✓ Tawanya yang
tulus tidak
melihatkan
bahwa
sebenarnya
Danar
sedangan
dalam pengalaman
yang
menyedihkan.
(Termasuk
antitesis karena
mengandung
dua antonim
yaitu kata
semantik yang
bertentangan.
Kata yang
bertentangan
✓
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
yaitu kebaikan yang tulus
antonim
menyisahkan
kepedihan).
69. Sayangnya semua
kabar
bahagia itu
tertutup
begitu saja
beberapa
saat
kemudian
oleh sebuah
kabar yang
bagai petir
di siang
hari datang
amat
mengejut-
kan.
(hal,130)
✓ Kabar bahagia
yang tiba-tiba
muncul tak
terduga yaitu
kabar buruk. (Termasuk
antitesis karena
mengandung
dua antonim
yaitu kata
semantik yang
bertentangan.
Kata
bertentangan
yaitu kabar
✓
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
bahagia antonim kabar
bagai petir
siang hari).
70. Yang pasti, pasangan
tadi sedang
duduk
saling
merapat di
depan meja
panjang
saling
berhadap-
an dan
bersitatap.
(hal,10)
✓ Bertatap muka.
(Termasuk
perifrasis karena
mengandung
kata-kata
berlebihan dan
dapat diganti
dengan satu kata
saja. Kata yang
berlebihan yaitu
berhadapan,
bersitatap.)
✓
71. Mataku
berdenting
air,
berkaca-
kaca. Aku
tak
✓ Meneteskan air
mata. (Termasuk
perifrasis karena
mengandung
✓
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
seharusnya memiliki
jarak ini.
(hal,191)
kata-kata berlebihan dan
dapat diganti
dengan satu kata
saja. Kata yang
berlebihan yaitu
berdenting air,
berkacak-kaca.
72. Di langit hanya dalam
waktu lima
menit, awan
hitam yang
sejak sore
membung-
kus kota
Depok
tersaput
entah
kemana.
Bintang
gemintang
satu demi
✓ Malam bulan
purnama.
(Termasuk
perifrasis karena
mengandung
kata-kata
berlebihan dan
dapat diganti
dengan satu kata
saja. Kata yang
berlebihan yaitu
awan hitam
membungkus
✓
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
satu mulai malu-malu
bermuncul-
an, ditutup
dengan
kehadiran
purnama
bundar yang
indah.
(hal,184)
kota, entah kemana bintang
gemintang,
namun ditutup
dengan bulan
purnama yang
indah).
73. Berharap
bertemu!
menatap
wajahnya
yang
menyenangk
an
tersenyum
kepadaku.
Melihat
ekspresi
wajahnya
yang
✓ Berjumpa. (Termasuk
perifrasis karena
mengandung
kata-kata
berlebihan dan
dapat diganti
dengan satu kata
saja. Kata yang
berlebihan yaitu
berharap
bertemu,
✓
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
tertawa lebar.
(hal,78)
menatap wajahnya,
melihat ekspresi
wajahnya).
74. Menyimpan hasil ujian
itu dengan
sebal dalam
tas sekolah,
mungkin
hari
minggu
bisa
diperlihat-
kan di kelas
mendonge-
ng (hal,48)
✓ Tania ingin
menunjukkan
hasil ujiannya
pada Danar,
namun saat itu
belum dapat bertemu. Lalu
Tania
mendahului
semoga hari
minggu depan
dapat
diperlihatkan
pada Danar
saat kelas
mendongeng. (Termasuk
antisipasi karena
✓
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
melakukan penetapan yang
mendahului
tentang sesuatu
yang akan
terjadi. Kata
yang melakukan
penetapan yang
mendahului
sesuatu
yaituhari
minggu bisa
diperlihatkan di
kelas
mendongeng.)
75. Kata tante, kak tania
bisa pulang
seminggu
sebelum
pernikahan
✓ Kak Ratna
mengatakan
pada Dede
bahwa Tania
bisa pulang
seminggu
✓
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
, biar bisa
bantu-
bantu.
Kakbilang,
kak Tania
yang harus
jadi
pengiring
pengantin-
nya.
(hal,140)
sebelum
pernikahan
Kak Ratna
dengan Danar.
(Termasuk
antisipasi karena
melakukan
penetapan yang
mendahului
tentang sesuatu
yang akan
terjadi. Kata
yang melakukan
penetapan yang
mendahului
sesuatu
yaitu seminggu
sebelum
pernikahan).
76. Aku ingin
masuk ke
dalam, aku
✓ Tania merasa
jengkel oleh
suster yang
✓
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
semakin kalap!
(hal,55)
berada di
rumah sakit
karena
menyuruh
Tania
menunggu di
luar ruang
darurat
sedangkan
Ibunya dalam
keadaan kritis.
(Termasuk
pleonasme
karena
menggunakan
kata-kata yang
berlebihan itu
dihilangkan
artinya tetap
utuh. Kata yang
berlebihan yaitu
kata masuk ke
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
dalam bahwa masuk sudah
menegaskan
pasti ke dalam).
77. Aku masih terlalu kecil
untuk
mengerti
perasaanku
sendiri
(hal,43)
✓ Tania belum
bisa mengerti
mengenai
perasaannya
sendiri. (Termasuk
pleonasme
karena
menggunakan
kata-kata yang
berlebihan itu
dihilangkan
artinya tetap
utuh. Kata yang
berlebihan yaitu
kata perasaanku
sendiri yang
sudah jelas
✓
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
membicarakan perasaanku
diperjelas lagi
dengan kata
sendiri).
78. Akutak
pernah
berusaha
meng-
hubunginya
lagi.
Sebenernya
bukan tak
pernah,
aku enggan
meng-
hubungi-
nya.
(hal,163)
✓ Tania sudah
tidak pernah
menghubungi
Danar, bukan
tidak pernah namun enggan
menghubungi
Danar.
(Termasuk
koreksio karena
bukan hal yang
dimaksud dan
kemudian
diperbaiki
kembali oleh
penutur. Kata
yang diperbaiki
✓
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
oleh penutur yaitu katatak
pernah
berusaha
menghubungi,
sebenarnya
bukan tak
pernah, aku
enggan
menghubungi-
nya).
79. Aku pernah bermimpi
suatu hari
akan masuk
ke dalam,
menikmati
semuanya
bak putri
kesayangan
orang kaya.
(hal,29)
✓ Saat Tania
masih menjadi
pengamen, ia
bermimpi
dapat masuk
ke restoran bak
putri
kesayangan
orang kaya. (Termasuk
pleonasme
✓
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
karena menggunakan
kata-kata yang
berlebihan itu
dihilangkan
artinya tetap
utuh. Kata yang
berlebihan yaitu
kata masuk ke
dalam, bahwa
masuk sudah
menegaskan
pasti ke dalam).
80. Apakah aku salah
sangka?
apakah aku
hanya
menduga-
duga.
Tidak, aku
tidak salah
lagi.
✓ Tania awalnya
menduga
bahwa Danar
tidak pernah
mencintainya,
ternyata
dugaan itu
tidak salah lagi
bahwa Danar
sebenarnya
✓
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Data
Jenis Majas Perbandingan
Makna
Penggunaan
Majas
Perbandingan
Tiangg
ula-tor
Keterangan
Trianggu-lator
Si
mi
le
Meta
fora
Per-
so
nifi-
kasi
De-
per
soni
fika
si
Ale
go-
ri
Anti
tesis
Pleo
nas
me
Peri
fra-
sis
Anti
si
pasi
Ko-
rek
Si
S
TS
Semuanya
teramat
jelas
sekarang.
(hal,247)
juga mencintai
Tania.
(Termasuk gaya
bahasa koreksio
karena bukan
hal yang
dimaksud dan
kemudian
diperbaiki
kembali oleh
penutur. Kata
yang diperbaiki
oleh penutur
yaitu kata tidak,
aku tidak salah
lagi).
Keterangan :
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Perumpamaan/ simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Gaya
bahasa ini biasanya menggunakan kata-kata perumpamaan misalnya: seperti, ibarat, bagaikan, sebagai, bak, laksana.
2. Metafora adalah perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda. Tanpa menggunakan kata seperti, atau bagaikan.
Contohnya: Andi tulang punggung keluarganya.
3. Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Contoh: Angin itu memainkan anak rambutku.
4. Depersonifikasi atau pembendaan adalah lebih pada membedakan manusia atau insan dengan menggunakan gaya bahasa secara
eksplisit dengan memanfaatkan kalau, jika. Contoh: Seandainya aku bisa terbang.
5. Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang metafora yang diperluas. Biasanya mengenai moral atau spritual
manusia.
Contoh: Kancil dan buaya.
6. Antitesis adalah yang mengadakan perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang
bertentangan. Contoh: Kecantikannyalah yang justru mencelakakannya.
7. Pleonasme atau tautologi adalah acuan yang menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk menyatakan
suatu gagasan atau pikiran. Contoh: Orang yang meninggal itu menutup mata buat selama-lamanya.
8. Perifrasis yang mirip dengan pleonasme. Keduanya menggunakan kata-kata lebih banyak dari yang dibutuhkan namun, yang
membedakan antara keduanya yaitu dalam perifrasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya diganti dengan sebuah kata
saja. Contoh: Saya menenima segala saran,petuah,petunjuk yang sangat berharga dari Bapak Lurah (nasihat).
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI