JENIS DAN CARA PENGGUNAAN APAR.docx

49
JENIS DAN CARA PENGGUNAAN APAR Jenis-jenis Apar : 1. APAR Jenis Air 2. APAR Jenis Tepung Kimia 3. APAR Jenis Busa 4. APAR Jenis CO2 5. APAR Jenis Hallon Cara Penggunaan Apar : 1. Ambil APAR dari tempatnya 2. Bebaskan selang dari jepitannya 3. Cabut pin pengaman 4. Pegang nozzle dengan tangan kiri arahkan keatas 5. Tekan katup/handle (untuk tes alat)

Transcript of JENIS DAN CARA PENGGUNAAN APAR.docx

JENIS DAN CARA PENGGUNAAN APARJenis-jenis Apar :1. APAR Jenis Air2. APAR Jenis Tepung Kimia3. APAR Jenis Busa4. APAR Jenis CO25. APAR Jenis Hallon

Cara Penggunaan Apar :

1. Ambil APAR dari tempatnya2. Bebaskan selang dari jepitannya3. Cabut pin pengaman4. Pegang nozzle dengan tangan kiri arahkan keatas5. Tekan katup/handle (untuk tes alat)6. Ambil jarak ideal 4 meter dibelakang arah angin7. Arahkan nozzle ke sumber api8. Sapukan dimulai dari api yang terkecilBUKA KUNCI PENGAMAN

TEKAN (REMAS) GENGGAMAN

AMBIL JARAK & SUDUT IDEAL

ARAHKAN KE SUMBER API & SAPU SECARA PERLAHAN

Penggunaan Alat Pemadam Api yang efektif dan efisien adalah dengan melihat jenis bahan bakar yang terbakar. Hal ini sangat penting sebagai upaya awal penanggulangan kebakaran yang terjadi. Tidak semua bahan pemadam portabel cocok untuk semua jenis kebakaran.Sebagai contoh :1. kebakaran akibat konsleting/lokasi yang bermuatan listrik tidak cocok menggunakan alat pemadam berbentuk cair. Selain membahayakan orang yang melakukan pemadaman, hal tersebut juga dapat merusak komponen-komponen elektronik yang sebenarnya bisa diselamatkan. Alat pemadam api yang cocok adalah yang berbentuk gas atau serbuk (powder), sebagai contoh : CO2, atau DP (dry chemical powder)2. Memadamkan Kebakaran di tempat terbuka dengan menggunakan bahan pemadam berbentuk gas. Hal ini kurang efektif karena bahan pemadam akan banyak yang terbuang/terbawa angin. Sehingga akan membutuhkan banyak tabung pemadam dalam upaya penanggulangan kebakaran. Pembunuh api yang efektif untuk pemadaman di tempat terbuka adalah berbentuk serbuk.Dari contoh-contoh diatas, perlu sekali mengenali bahan-bahan yang mudah terbakar sehingga dalam menyiapkan/menempatkan jenis alat pemadam kebakaran lebih efektif dan efisien.

Memilih Camera ( Kamera ) CCTV yang baik MemilihCamera CCTV / Kamera CCTV sering kali membingungkan bagi orang yang awam akan produk ini. Hal ini disebabkan karena produk CCTV yang beredar di pasaran sangat bervariasi dalam merk, jenis, harga, teknologi, dan kualitas. Kurangnya standarisasi dalam fitur / teknologi yang terdapat dalam Kamera CCTV juga menyulitkan calon pembeli untuk membandingkan produk satu dengan lainnya. Artikel ini mencoba memaparkan secara sekilas aspek aspek yang membedakan kamera satu dengan lainnya sehingga dapat digunakan sebagai referensi awal dalam pemilihan Kamera CCTV. Camera (Kamera) CCTV dapat dibedakan berdasarkan jenis output, lokasi penempatan, waktu penggunaan, mekanisme control, dan resolusi. Mengacu pada jenis output, Camera (Kamera) CCTV dapat digolongkan menjadi Analog dan Digital.Camera CCTV Analog yaitu kamera yang mengirimkancontinuous streamingvideomelaluiKabel CoaxialCamera CCTV Digital yaitu kamera yang mengirimkandiscrete streamingvideomelaluiKabel UTP. Kamera CCTV Digital umumnya dilengkapi dengan IP Address sehingga sering pula dikenal sebagaiIP (Network) Camera. Dengan adanya IP kamera bisa dapat langsung diakses melalui jaringan LAN/WAN tanpa harus menggunakan tambahanconverter.Berdasarkan lokasi penempatan, Camera CCTV dapat dibedakan menjadi indoor dan outdoor camera.Indoor Camera adalah kamera yang ditempatkan di dalam gedung, umumnya berupaDome (Ceiling) Camera,Standard Box Camera.Outdoor camera adalah kamera yang ditempatkan di luar gedung dan memiliki casing yang dapat melindungi kamera terhadap hujan, debu, maupun temperatur yang extreme. Umumnya berupa Bullets Camera yang telah dilengkapi dengan Infra Red Led (Infra Red Camera). Disamping outdoor camera, standard box camera juga sering kali ditempatkan di luar dengan menggunakan tambahanOutdoor Housing.Waktu Penggunaan merupakan faktor yang penting diperhatikan saat memilih Camera CCTV. Kemampuan Camera CCTV untuk dapat menangkap gambar pada pencahayaan minimum dinyatakan sebagaiminimum lux, yaitu minimum satuan cahaya (lux) yang diperlukan Camera CCTV agar dapat menangkap obyek. Secara umum terdapat 2 jenis camera cctv berdasarkan waktu penggunaan (minimum lux):Standard Day Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk memonitor ruang yang memiliki tingkat penerangan cukup baik secara konsisten (di atas 0.5 lux)Day-Night Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk memonitor ruang yang memiliki tingkat penerangan kurang (di bawah 0.5 lux terus menerus ataupun sebagian waktu)Mekanisme control pada kamera cctv memungkinkan pengguna menggerakkan sudut pandang kamera secara vertical, horizontal, maupun mengatur jarak pandang (focus). Berdasarkan mekanisme kontrol ini kamera dapat dibagi menjadi:Motorized Camera CCTV yaitu kamera yang dilengkapi denganmotor untuk menggerakan sudut pandang ataupun focus secara remote. Motorized camera meliputi beberapa jenis camera seperti: zoom camera dan speed dome cameraFixed Camera CCTV yaitu kamera yang sudut pandang dan fokusnya harus disetting secara manual pada saat instalasi.Faktor lain yang juga sangat penting dalam menentukan camera cctv adalah resolusi kamera. Resolusi ini dinyatakan dalam jumlahTV Lines (TVL), semakin besar jumlah TVL maka akan semakin tinggi resolusi kamera yang bersangkutan. Kamera yang memiliki resolusi yang semakin tinggi akan menghasilkan gambar yang semakin tajam. Namun kamera beresolusi tinggi juga membutuhkan monitor dengan resolusi tinggi untuk dapat menampilkan gambar yang ditangkap oleh kamera secara utuh. Berdasarkan resolusinya kamera dapat dibedakan menjadi 3 jenis:High Resolution: kamera yang memiliki resolusi di atas 480 TVLStandard Resolution: kamera yang memiliki resolusi 380 480 TVLLow Resolution: kamera yang memiliki resolusi dibawah 380 TVLSemua faktor tersebut di atas akan mempengaruhi jenis cctv secarafungsional, di samping faktor di atas terdapat pula faktor lain yang juga sangat mempengaruhi kualitas Camera CCTV sepertiJenis Images SensordanJenis Arsitektur Chipset.

Tips Merawat CameraCCTVJika anda menginginkan CCTV,Camera CCTV atau CCTV Camera anda bertahan lebih lama maka Pemeliharaan CCTV juga harus anda perhatikan karena ini merupakan hal yang penting.Pemeliharaan CCTV terbagi menjadi dua hal kategori yaitu perawatan dan perbaikan. Hal yang paling harus di perhatikan dalam perawatan CCTV adalah Kebersihannya, Semua komponen yang ada pada CCTV, baik itu DVR (Digital Video Recorder), Kamera, Monitor dan yang lainnya tidak bisa terbebas dari yang namanya kotor. Hal yang paling sering mengakibatkan kotor pada komponen Camera CCTV ini adalah debu, Kotoran atau debu inilah yang dapat mengakibatkan kinerja dari sistem Camera CCTV berkurang bahkan mengalami kerusakan.Hal pertama yang dapat anda lakukan adalah pemeriksaan semua komponen Camera CCTV mulai dari DVR sampai kabel maupun koneksi. kemudian periksa kamera, maupun braket penunjang, diteruskan dengan sasaran kamera apakah apakah masih fokus ke tujuan ataukah bergeser, periksa kelengkapan kamera semua braket dan baut klem dengan saksama.Periksa dan atur waktu / tanggal.Periksa pengoperasian pengendali telemetri.Periksa jam indikator berjalan.Periksa DVR apakah ada kerusakan atau tidak.Periksa perekam dan kualitas pemutaran.Pastikan bahwa pengaturan perekaman optimal untuk jangka waktu dan kualitasnya.Untuk melakukan perbaikan disarankan untuk menghubungi Agen tempat anda memesan dengan melengkapi laporan pemeliharaan dan mendiskusikan pekerjaan yang dilakukan oleh agen.

perawatan, maintenance cctv plans Perawatan Kamera :1. Pembersihan unit kamera termasuk lensa , Housing , drive unit ( bila ada) , dan konektor serta pembetulan kembali arah pandang kamera bila diperlukan( untuk fixed camera) .2. Pengecekan tegangan daya dari adaptor ke kamera, termasuk konektor3. Pengecekan dan pembersihan PTZ rotator dan/ atau kontroler, termasuk konektor4. Pengecekan bracket kamera. Perawatan Hardware Server berkala :1. Pembersihan internal casing server / PC DVR2. Pengecekan DVR card yang terpasang3. Pengecekan tegangan daya listrik ke server / PC DVR4. Pengecekan konektor kabel coaxial ke server / PC DVR Back up berkala :1. Pengecekan fungsi Software DVR2. Melakukan Back up data hasil rekaman DVR ke Hardisk Eksternal ( sudah termasuk Hardisk )3. Melakukan Sortir data rekaman dan melakukan pelaporan ke owner akan hasil rekaman.4. Melakukan penggantian password berkala.Dalam memelihara / perawatan peralatan elektronik khususnya CCTV Camera, hindari pemakaian GENSET yang mempunyai tegangan tidak stabil. Jikapun terpaksa menggunakan arus dari Genset tersebut, pastikan cabut / putus dahulu kontak / Jalur arus CCTV Camera yg ke jaringan listrik jika ditempat anda tidak memakai stabilizer yang mampu menstabil kan tegangan listrik secara optimal, dan yang tidak kalah penting adalah jika terjadi trouble pada perangkat anda, jangan berikan kepada mereka yang belum tahu.B3 RSUD Apakah B3 itu ? B3 adalah Bahan-bahan yang selama pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan dan pembuangan limbah dapat melepaskan debu, partikel, gas, serat, radiasi yang bisa menimbulkan iritasi, korosif, keracunan, kebakaran, ledakan dan bahaya lain yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan, cacat, kematian dan kerusakan harta benda dan lingkungan hidup. Bahan berbahaya adalah Bahan yang karena: sifat, konsentrasinya, jumlahnya secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup / dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Bahan beracun adalah Bahan yang dalam jumlah relatif kecil berbahaya bagi kesehatan dan jiwa manusia. Kontaminasi adalah Proses terkenanya bahan pada manusia karena tertumpah, terpecik, tercium atau tertelan dan tertumpahnya bahan pada lingkungan hidup. Pengelolaan B3 adalah Kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan atau membuang B3. Penanggulangan B3 adalah Upaya pengamanan terhadap B3 mulai dari pembuatan sampai pembuangan limbah agar tidak terjadi iritasi,korosi, keracunan, kebakaran, ledakan, gangguan kesehatan, cacat, kematian, kerusakan harta benda dan lingkungan hidup. Berdasarkan definisi diatas tentunya sangat banyak pekerja dan satuan kerja yang terlibat dengan B3. Kita harus bagaimana dalam mengelola B3 ?Tempat penyimpanan B3 Bagaimana seharusnya B3 disimpan merupakan hal yang mutlak harus kita ketahui untuk mencegah bahaya dari bahan tersebut. Persyaratan tempat menyimpan B3 adalah : Tempat penyimpanan tidak untuk aktifitas Dekat dengan hidrant / safety shower. Ruang cukup luas dapat melindungi mutu produk, Menjamin keamanan produk Menjamin keamanan petugas Ada rambu / tanda, denah lokasi , jalur evakuasi. Bahan tidak diletakkan di lantai (letakkan di atas palet, rak, lemari), Sumber listrik sejauh mungkin, Ada alat pengukur suhu dan kelembaban, Alat deteksi kebakaran, apar, Ada APD Bagaimana dengan tenaga kerja yang mengelola B3 ? Jumlah cukup, Kualitas: o disiplin o patuh o jujur o sudah mendapatkan dik lat Pemeriksaan Kesehatan (Lab. Darah rutin, fungsi liver dan ginjal) o Awal o Berkala o Khusus Alat Pelindung Diri sesuai dengan jenis B3, Pemantauan Lingkungan Fisik Sanitasi Perorangan

Identitas bahaya adalah: Tanda pengenal bahaya, tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan akibat paparan seketika dalam waktu yang singkat. Identitas bahaya ini berupa gambar / symbol, seperti gambar dibawah ini.

Reaktif atau oxidatif, contoh: kaporit / chlorin, Korosif, contoh : asam sulphat, hcl, pembersih porselin, dll Mudah menyala, contoh: bensin, solar Infeksius, contoh: limbah medis, cairan tubuh pasien infeksius, dll Untuk mengetahui keterangan lebih lengkap bisa dibaca pada MSDS (Material Safety Data Sheet) yang bisa diperoleh di Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium Klinik atau Unit K3RS. Saat ini di Unit K3 telah tersedia MSDS dan Nucleid Safety Data Sheet dari B3, Gas Medis dan Radio Isotop. Jika dirasa perlu MSDS ditempat kerja Saudara silakan hubungi Unit K3RS untuk mendapatkan salinannya.

SPILL KIT Pernahkah anda mendengar istilah SPILL KIT ? Apakah itu ? Spill kit adalah kit atau seperangkat alat yang digunakan untuk menangani jika terjadi tumpahan bahan bahan berbahaya seperti bahan kimia, bahan infeksius, logam berat atau minyak agar tidak membahayakan penghuni dan lingkungan sekitarnya. Jika kita lihat diindustri perminyakan atau industri yang menggunakan bahan kimia spill kit adalah hal yang tidak asing lagi, tetapi di rumah sakit khususnya rumah sakit kita mungkin ini adalah hal baru. Pedoman penyimpanan zat kimia di laboratorium Document Transcript Pedoman Penyimpanan Zat Kimia di Laboratorium Untuk Kesehatan dan Keamanan Oleh Dina Fernata Purba A. Pendahuluan Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalalm proses belajar mengajar,sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar, laboratorium harus mempunyai siaft yangnyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya selaha kebutuhan ata keperluanuntuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat yang semestinya atau mudah di akses biladigunakan. Sedangkan laboratorium yang bersifat aman artinya segala penyimpanan materialberbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapkan kemanannya. Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratorium kimia. Padadasarnya semua bahan kimia beracun, namun apabila dikelola dengan baik maka dan benarmaka tingkat bahaya sebagai bahan beracun dapat ditanggulangi atau dikurangi, sehinggadibutuhkan suatu pengelolaan dan penyimpanan zat kimia yang benar dan tepat. Kegiatan pengelolaan bahan kimia di laboratorium meliputi beberapa tahapan ataulangkah, yaitu :- Pengemasan dan penempatan- Pengelompokan menurut jenis bahan- Administrasi dan pencatatan penggunaan bahan B. ISI1. Strategi pengemasan dan penempata Ada beberapa jenis kemasan atau botol yang dapat digunakan untuk mengemas bahankimia , misalnya botol plastik, botol berwarna coklat, botol berwarna putih. Botol plastik hanyabisa digunakan untuk bahan padat. Namun ada bahan cair yang memang sengaja harus ditempatkan dalam botol plastik berwarna hitam, misalnya H 2O2, untuk kegiatan siswa, sebaikknyakita menyediakan dalam jumlah yang terbatas atau dalam botol-botol kecil Penempatan bahan-bahan kimia disusun secara alfabetik sehingga mudah untuk dicaribahkan orang lain yang pertama kali masuk ke laboratorium tersebut. Bahan-bahan yangberbahaya sebaiknya di letakkan dalam rak yang paling bawah, sehingga mudah untuk diambil 1 Semua bahan harus diberi lebel secara jelas. Untuk larutan sebaikknya dicantumkan pulatanggal pembuatannya, dengan demikian kita akan segera tahu larutan yang lebih lama dan ituyang digunakan terlebih dahulu.2. Pengeompokan menurut jenis Bahan kimia yang digunakan di laboratorium wujudnya bermacam-macam, yaitu gas, cair,dan padatan, demikian pula sifat fisiknya dalam menggunakannya. Contohnya seperti sublimat,sianida, arsen, dan senyawanyaSecara umum bahan kimia dapat dikelompokkan sebagai berikut : - Sifat Racun Bahan bahan yang beracun diletakkan dikemas dalam kemasan bertanda khusus sehingga penggunaan langsung dan berhati-hati dalam menggunakannya. Setelah bahan ini fapat diletakkan dalam lemari yang khusus, sehingga tidak mudah di ambil oleh sembarang orang. Dalam laboratorium sebaiknya ditempel bagaimana menggunakan dengan benar- benar bahan yang beracun, sehingga tidak terjadi kejadian yang tidak diharapkan - Sifat Korosif Bahan korosif sebaiknya diletakkan jauh dari alat-alat atau instrument, terutama alat-alat yang terbuat dari logam. Penyimpanan bahan korosif yang benar adalah dalam lemari asam - Wujudnya Berdasarkan wujudnya bahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu padat, cair, dan gas. Penyimpanan yang baik adalah mengelompokkan menurut wujudnya. - Mudah Tidaknya menguap Bahan yang mudah menguap sebaiknya diletakkan dalam lemari asam, sehingga uapnya langsung keluar ruangan dan tidak menyebar kemana-mana - Mudah Tidaknya terurai kibat cahaya langsung Bahan yang mudah terurai bila kena cahaya harus dikemas dengan kemasan khusus ( botol Hitam) dan diletakkan tersembunyi dari matahari atau cahaya - Mudah Tidaknya terbakar Bahan yang mudah terbakar harus diletakkan jauh dari sumber api atau panas - Bahan Kimia reaktif terhadap air Bahan ini juga harus jauh dari tempat berair, seperti logam Na, logam halida, asam sulfat 2 3. Administrasi dan pencatatan penggunaan bahan Semua bahan harus mempunyai catatan yang rapi dan teliti. Inventaris bahan ini sangatberguna untuk merencanakan pembelian bahan yang akan diusulkan. Adanya pencatatan yangteratur juga dapat digunakan untuk merencakan anggaran biaya yang diperlukan untukmengadakan kegiatan laboratorium4. Kondisi tempat penyimpanan Tempat penyimpanan yang baik adalah ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempatkegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan juga harus benar-benar diperhatikan untukmencegah vagar bahan tidak mudah rusak. Sinar matahari diusahakan bisa masuk, tetapi tidakterlalu langsung atau banyak. Suhu ruangan juga tidak boleh terlalu panas, karena akan merusakbeberapa bahan. Umumnya bahan kimia di simpan berdasarkan kelompoknya misalnya rak atau almaritempat penyimpanan bahan padat, cair, gas, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang tidakmudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam almari tertutup sedangkan untuk bahanyang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam lemari terbuka yang tidak terkena sinarmatahari secara langsung. Tujuan penyimpanan ini agar bila terjadi ketidakberesan dapat denganmudah diketahui. Tempat penyimpanan bahan berwujud cair sebaiknya berada pada bagianbawah atau di dalam lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya dapat diletakkandalam lemari tersendiri. Hal bertujuan agar bila terjadi kebocoran gas dapat langsung keluarmelalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Demikian pula bila cairan yangtercecer, maka membersihkannya dapat dengan mudah, karenanya lemari asam biasanyadilengkapi dengan air/kran Lemari untuk menyimpan bahan, terutama cairan sebaiknya diabuat terjangkau olehtangan. Bila masih diperlukan alat bantu seperti tangga maka akan dapat mebahayakanpengambilnya. Lemari juga harus dibuat dari kayu yang tidak mudah lapuk atau dimakan rayap.Lemari dapat juga terbuat dari beton yang dikeramik. Yang terpenting lemari harus kuat dantidak mudah menyerap panas dari luar. Lemari yang terbuat dari besi sebaikknya dihindari untukmenyimpan bahan karena mudah korosi.5. Peraturan Bahan Dalam Lemari atau Rak Bahan kimia yang disimpan dalam lemari sebaikknya diurutkan berdasarkan abjad dandigunakan nama yang seragam, misalnya natrium klorida, natrium sulfat, natrium tiosulfat. Jadi 3 tidak perlu sampai ada dua istilah untuk satu jenis bahan yang sama. Hal ini dapat menyulitkanpengguna untuk mengambil bahan kimia tersebut. Sebaiknya untuk bahan yang sama dibuat urutkedalam lemari bahan yang sudah dibuka segelnya diletakkan di bagian depan agar penggunaanatau pengambilan bahan terkontrol. Jadi kemasan yang terbuka untuk bahan yang sama cukupsatu. Untuk menata dalam lemari, lebel diletakkan dibagian depan agar mudah terbaca untukmemudahkan pengambilan sebaiknya lemari dilengkapi dengan daftar atau skema tepat bahandiletakkan. Pintu lemari harus dapat dibuka dengan mudah.6. Pengelolaan bahan Buangan Bahan buangan setelah selesai kegiatan praktikum juga dapat merupakan masalah pentingbagi setiap laboratorium. Laboratorium yang baik umumnya dilengkapi dengan bak penampunglimbah, dengan demikian pembuangan limbah menjadi terkontrol. Pembuangan limbah yangbaik dipisahkan antara limbah padat, dan libah cair. C. KESIMPULAN Laboraorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Dalamhal ini seorang laboran memegang peranan penting dalam menciptakan suatu laboratorium yangaman. Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat bahan kimia yang ada di laboratoriumseorang laboran dapat mengetahui bagaimana cara menangani bahan kimia tersebut, termasukbagaimana cara menyimpan dengan baik dan aman. Memang bukan hanya faktor bahan kimia yang menyebabkan keadaan tidak aman, faktorlain seperti ventilasi ruangan, almari asam, atau sistem pengaman gas tidak bekerja dengan baikkeadaan akan menjadi lebih tidak aman. Pengetahuan tentang kegunaan alat, perawatan danpemeliharaan alat juga penting untuk menjaga keawetan alat. Memang diperlukan suatukerjasama dari berbagai pihak, baik dari para (maha)siswa, guru, dosen sebagai pengawas. Dalam melakukan praktikum (maha)siswa juga dituntut untuk berhati-hati, tidakmenganggap remeh setiap kemungkinan bahaya yang ditimbulkan. Peran guru/dosen sebagaipengawas juga penting. Prosedur dan cara kerja perlu diberikan secara jelas dan sempurnasebelum dikerjakan oleh para (maha)siswa dan laboran. Dengan kerjasama yang sinergis dariberbagai pihak maka akan tercipta laboratorium kimia yang aman dan nyaman bagi semua orangyang menggunakannya.

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUMLa TahangFKIP UNHALU

Setiap instansi atau setiap unit kegiatan kerja, terutama menyangkut banyak jiwa manusia, selalu harus dipikirkan pula keselamatannya. Karena laboratorium adalah tempat bekerja karyawan, dosen, asisten dan mahasiswa maka perlu dipikrkan keselamatan kerja dalam laboratorium tersebut.

Laboratorium adalah tempat menyimpan alat-alat yang mahal harganya demikian pula data-data berharga lainnya, maka keselamatan ini meliputi:Tempat bekerjanyaAlat dan bahan yang tersediaPekerjaan dan hasil karyanyaHubungan antara pekerjaannyaPraktikan, asisten, mahasiswa, dosen (pengguna lab)Lingkungan

Keselamatan kerja di dalam LabLaboratorium dengan perabotnyaListrikKecelakaan akibat kebakaranKecelakaan akibat bahan kimiaLabel bahan kimia berbahayaPencegahan terhadap bahan kimia berbahaya

Beberapa catatan mengenai laboratorium yang menyimpan bahan-bahan kimiaSemua bahan kimia harus tersimpan dalam botol atau kaleng yang sesuai dan tahan lama. Sebaiknya di simpan di tempat-tempat yang kecil dan cukup untuk pemakaian sehari-hari.Tempat persediaan untuk jangka panjang harus tersimpan dalam gudang bahan kimia yang khusus/ gudang dalam tanah misalnya.Setiap saat bahan kimia harus diperiksa secara rutin, untuk menentukan apakah bahan-bahan tersebut masih dapat digunakan atau tidak, dan perbaikan label yang biasanya rusak. Bahan-bahan yang tak dapat digunakan lagi harus dibuang/ dimusnahkan secara kimia.

Beberapa catatan mengenai laboratorium yang menyimpan bahan-bahan kimiaSemua bahan harus diberi tanda-tanda khusus, diberi label dengan semua keterangan yang diperlukan misalnya.:nama bahantanggal pembuatanjumlah (isi)asal bahan (merek pabrik dan lain-lain)tinhgkat bahaya yang mungkin (racun, korosiv, higroskopis dll)keterangan-keterangan yang perlu (presentase, smbol kimianya dan lain-lain)

Di bawah ini tanda-tanda yang sering digunakan secara internasional:POISON : Bahan-bahan yang bersifat racun

Bahan yang mudah terbakarFlammable

Corrosivebahan yang dapat merusak jaringan hidup

IrritantSedikt saja masuk ke tubuh dapat membakar kulit, selaput lendir atau sistem pernapasan

ToxicSedikit saja masuk ke tubuh dapat menyebabkan kematian atau sakit keras

Oxidising AgentBahan yang dapat menghasilkan panas bila bersentuhan dengan bahan lain terutama bahan-bahan yang mudah terbakar

ExplosiveBahan yang mudah meledak bila kena panas, api atau sensitif terhadap gesekan atau goncangan

RadioactiveBahan-bahan yang bersifat radioaktif

High voltagePeringatan tegangan tinggi

No SmokingArea dilarang merokok

Area dilarang menyalakan api

SampahSetiap laboratorium harus memiliki tempat sampah yang khusus., sampah cair tidak dibuang di saluran air hujan atau saluran saptiktang.tempat sampah cair bahan kimiatempat sampah reaktifsampah radioaktifsampah biasapembuangan air cucian

PPPKLuka bakarMata kemasukan benda asingLuka tergores/teririsBahan kimia masuk dalam mulutKeracunanKejutan listrikMembalut lukaPingsanRadiasi dan zat radioaktif Pengertian Bahan Berbahaya dan BeracunDalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang pengelolaan B3, yang dimaksud dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnyaB3 ada dalam tiga bentuk yaitu: bentuk padat, cair dan gas.

Klasifikasi Bahan Berbahaya dan BeracunMudah meledak ( Explosive)Pengoksidasi (Oxidizing)Sangat mudah sekali menyala (Extremely Flamable)Sangat mudah menyala ( Highly Flammable)Mudah Menyala (Flammable)Beracun (Moderately Toxic)Berbahaya

Komunikasi Bahaya (Hazard Communication)Komunikasi bahaya adalah suatu cara untuk menunjukkan bahwa suatu benda atau area mengandung bahaya.Manfaat Hazard Communication Memudahkan mengetahui kandungan bahaya dalam suatu bahan / areaPenanganan bahan berbahaya tersebut dapat dilakukan dengan tepat sesua jenis bahan yang bersangkutanPenggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuaiDapat dengan cepat mengetahui langkah- langkah pengobatan jika terkena bahan.Penggunaan media pemadam yang sesuai

Tata Cara Dalam Komunikasi Bahaya123LisanTulisanVisual

MSDS (Material Safety Data Sheet)MSDS adalah suatu informasi terperinci yang disiapkan oleh produsen atau manufaktur atau importer dari suatu bahan kimia yang menjelaskan mengenai sifat kimia dan fisika, bahaya yang ada, batas bahaya yang diperbolehkan, cara penanganan yang aman, serta pertolongan pertama.Hak pekerja terkait dengan MSDS adalah : Tempat kerja kita harus memiliki MSDS untuk setiap bahan kimia berbahaya yang kita gunakan dalam pekerjaan kita. MSDS yang ada harus bisa dibaca dengan mudah. Jika kita meminta MSDS pada perusahaan kita dan ternyata tidak tersedia maka dalam waktu satu hari kerja MSDS harus tersedia. Menandai dan Memberi LabelSesuai dengan PP No.74 th 2001 tentang pengelolaan B3 pasal 15 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan lebel serta dilengkapi dengan lembar data keselamatan bahan (MSDS).Pemberian simbol dan label pada kemasan B3 dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi B3 sehingga pengelolaannya dapat dilakuan dengan baik, guna mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan oleh B3.

Cara Masuk B3 Dalam TubuhTerhirup(Inhalation)Tertelan(Swallowing)Terserap(Absorption)

Efek Yang Timbul Akibat B3 Jangka PendekJangka Panjang Rasa Mual Pusing Gatal-gatal Sesak Nafas Leukimia Kanker Mutasi Gen UU dan Peraturan Pemerintah Tentang B3UU No.1 th 1970 Tentang Keselamatan KerjaUU No.74 th 2001 Tentang Pengelolaan B3UU No.12 th 1992 Tentang Budidaya TanamanUU No.12 th 1995 Tentang Ketenaga NukliranUU No.23 th 1997 Tentang Pengelolaan LingkunganBahan kimia mudah terbakar Presentation Transcript Pengertian ApiNyala api yang tampak pada hakekatnyaadalah masa zat yang sedang berpijaryang dihasilkan didalam proses kimiaoksidasi yang berlansung secara cepatdan disertai pelepasan energi/panas. Pengetahuan !!!mengapa api selalu menguncup ke atas?Hal ini tak lain dikarenakan oleh udara panas yangselalu mengarah ke atas. Udara panas naik inilahyang menarik nyala api ke atas.LEDAKANApabila reaksi kimia ini berjalan begitutiba- tiba/sangat mendadak dan di ruangantertutup hal ini akan berakibat terjadinyaledakan. Terjadinya apiApi atau pembakaran dapat terjadi karena adanyapertemuan unsur-unsur dalam perbandingan yangbaik yaitu Panas/sumber nyala yang cukup. Oksigen/zat pembakar.Bahan bakar. Semua bahanPadamnya apiApi akan padam apabila : Konsentrasi oksigen tidak cukup untuktelah habis terbakar. Temperatur material berada di bawah suhuberlansungnyapembakaran. Reaksi berantai terputus.penyalaan. Kebakaran adalah terjadinya api yangkebakaran ? Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasieksotermis yangtidakdikehendaki. berlangsung dengan cepat darisuatu bahan bakar yang disertai dengantimbulnya api/penyalaan. Terjadinya secara tidakSifat-sifat Kebakaran Kebakaran akan Tidak akan padam apabila tidak dipadamkan.terduga. padam dengan sendirinya apabilakonsentrasi keseimbangan hubungan 3 unsur segitigaapi tidak terpenuhi lagi. Bahan kimia mudah terbakar ?Bahan kimia yang mudahbereaksi dengan oksigen dandapat menimbulkan kebakaran GAS MUDAH TERBAKAR ZAT CAIR MUDAH TERBAKAR ZAT PADAT MUDAH TERBAKAR Pada umumnya zatpadatZAT PADAT MUDAH TERBAKAR lebih sukarterbakar daripadadalam benTuk cair.Meski demikian zatpadat Zat padat mudahterbakarberbentuk serbukhalus sangat mudahterbakar. dalam industriadalah belerang(sulfur),fosfor, kertas/rayon,hidrida logam, dankapas. Kelompok ini adalahyangZAT CAIR MUDAH TERBAKAR paling banyakditemui dala industriyang dikenal sebagaipelarut organik.Contohnya adalh eter,alkohol, aseton,benzena, heksan, Pelarut-pelarut tersebutpada suhu kamarmenghasilkan uapdanlain-lain. yangdalam perbandingantertentu dapat terbakaroleh adanya api terbukaatau loncatan listrik Gas-gass tersebutamat cepatGAS MUDAH TERBAKAR Gas mudah terbakardalamterbakarsehingga seringmenimbulkan ledakan industrimisalnya adalah gasalam, hidrogen,asetilen, etilen, oksida. SIFAT FISIKPadatan mudah terbakarPada temperatur dan tekanan standar (25oCdan 760 mmHg) menunjukkan titik nyalakurang dari 40oC Cairan mudahzat Cairan mudah terbakar Cairan sangat mudahterbakarTitik nyala: 21-55oC pada tekanan 1 atm terbakarTitik nyala: 20 oC pada tekanan1 atm Gas mudah terbakarTitik didih: CH2S + 6F2 ---CO2 + 2 H2O + panas> 2H2 + O2 ---CF4 + 2HF + SF6 + panas> 2H2O + panas (digunakan dalammesin roket) (Padat, cair, gas)mudah terbakarKEGUNAAN 1) Zat Padat Mudah Terbakara. Belerang (sulfur) : untuk pembuatan kertas sulfit dan kertas lainnya, untukmensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering.b. Fosfor : digunakan pada ragaan tabung sinar katoda (CRT) dan lampupendar.c. Hidrida logam : untuk pereduksi, baik untuk pereduksi senyawa anorganikmaupun senyawa organik.d. Logam alumunium : sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi bangunane. Logam magnesium : digunakan di fotografi, memproduksi grafit dalam castiron, dan sebagai bahan tambahan conventional propellants.f. Logam zinc (seng) : membentuk berbagai campuran logam dengan metal lain(contoh : kuningan, perak nikel, perunggu, perak Jerman, solder lunak dansolder aluminium).g. Logam K (Kalium) : digunakan dalam sel foto listrik.h. Logam Na (Natrium) : digunakan untuk memperbaiki struktur beberapacampuran logam, dan untuk memurnikan logam cair. 2) Zat Cair Mudah Terbakara. Eter : Sebagai pelarut dan obat bius (anestesi)pada operasi.b. Benzena : sebagai pelarut dan sebagai bahanbaku pembuatan senyawa-senyawa aromatiklainnya yang merupakan senyawa turunanbenzena.c. Aseton : sebagai pelarut, khususnya untuk zat-zat non polar dan kurang polar. Digunakan jugauntuk membersihkan pewarna kuku (kuteks).d. Spiritus / metanol : sebagai bahan pembuatbahan kimia lainnya (40% metanol diubahmenjadi formaldehyde, lalu dijadikan produkseperti plastik, plywood, cat, dan tekstil) . Ester : sebagai essens (penambah aroma) padamak Karbon disulfida : bahan baku atau bahan kimiayanganan. dibutuhkan dalam pembuatan rayon, tekstil,selofan, karbon tetra klorida, aselerator, vulkanisasikaret, bahan aktif, fungisida, viskos, produksi Asetaldehid :catmobil, serta bahan aditif dalam produksi ban mobil. zat antara dalam produksi asamasetat, beberapa ester, dan zat-zat kimia Asam asetat : Pengatur keasaman pada industrimakanan,lainnya. digunakan dalam produksi polimer,bahan baku Vinil asetat, Selulosa Petroleum eter :asetat, AsetatAnhidrit, Ester Asetat, dan Garam Asetat. digunakan sebagai pelarut dalamindustri. 3) Gas Mudah Terbakara. Gas Alam : sebagai bahan bakar.b. Asetilen : pemotongan besi, pengelasan dan jugauntuk mempercepat matangnya buah-buahan.c. Hidrogen : mengikat nitrogen dengan unsur laindalam proses Haber (memproduksi amonia) danuntuk proses hidrogenasi lemak dan minyak, bahanbakar roket, memproduksi asam hidroklorida,mereduksi bijih-bijih besi dan sebagai gas pengisibalon.d. Etilen Oksida : sebagai bahan pensteril.e. Metana : sebagai bahan bakar.f. Karbon monoksida : digunakan pada prosespemurnian nikel.g. Butana : sebagai bahan bakar. CARAMENGGUNAKAN 1) Bahan tidak boleh dipanaskan langsung. Gunakan penangas uap atau penangasair.2) Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidakdigunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut.3) Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran dengan api kecilgunakan kain basal atau pasir, tapi bila api besar gunakan alat pemadam.4) Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.5) Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan mudahterbakar melebihi kapasitasnya. Gunakan batu didih guna menghindarkanledakan/letupan.6) Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai penuh, sediakan1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkandan sumber perapian.7) Kontrol semua bahan secara periodik.8) Menggunakan pelindung diri.9) Memasang detektor kebocoran gas.10) Cairan yang mudah terbakar hanya boleh dikeluarkan dengan bantuan gas inert 1. Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari sumber panas, bahan lembabdan air, bahan pengoksidasi atau asam.2. Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif3. Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika uapnya tercampur udara.4. Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar dari bahaya kebakaran.5. Bahan padat mudah terbakar disimpan di tempat sejuk, dijauhkan dari sumber panas, bahan lembabdan air, bahan pengoksidasi atau asam.6. Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan korosif.7. Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika uapnya tercampur udara.8. Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar dari bahaya kebakaran.9. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panasdengan sendirinya, atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadipanas.10. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dijangkau.11. Menyingkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan.12. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau apiotomatis dan diperiksa secara periodik.13. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.14. Fosfor kuning akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan dalam air dan kontrol selalupermukaan airnya karena permukaan air akan menurun akibat penguapan.15. Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air, simpan didalam minyak paraffin. 1. Menghilangkan bahan yang dapat terbakar.2. Membuang panas.3. Mencegah masuknya oksigen ke dalam bahan yang terbakar.4. Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam ApiRingan (APAR).5. Mematikan sumber listrik.6. Melokalisasi api agar tidak merembet.7. Menghubungi PBK (Pertolongan Bahaya Kebakaran) jika api membesar.8. Bersikap tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan mengambiltidakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.9. Membawa korban keracunan gas ke tempat terbuka, dan segera dibawa kerumah sakit.10. Bila terjadi kebakaran logam Alumunium, Magnesium, dan Zink (seng) dalamkeadaan murni, jangan gunakan pemadam berisi air tetapi gunakanlahserbuk pemadam. simbolF+ = sangat mudahterbakar F = mudah terbakar GambarBelerang / Sulfur (S) Fosfor Kuning (P4) GambarAluminium Magnesium Makalah Limbah Farmasi Document Transcript BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Limbah farmasi merupakan salah satu sumber pencemaran yang sangat potensial. Pada saat ini masih sering kita jumpai limbah farmasi yang kurang mendapatkan perhatian serius dari berbagai rumah sakit maupun industri farmasi. Pengelolaan limbah yang masih terpinggirkan dari pihak-pihak rumah sakit dan industri farmasi tentunya berdampak buruk bagi masyarakat maupun lingkungan. Pada dasarnya, limbah farmasi merupakan salah satu dari limbah medis berbahaya karena sifat toxicity, flammable, reactivity, dan corrosive, serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang baik dan benar demi menghindari resiko-resiko yang akan terjadi. Sangat disayangkan bahwa pengetahuan maupun pemahaman pihak-pihak terkait mengenai peraturan dan persyaratan dalam pengelolaan limbah farmasi masih dirasa minim sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah sakit atau industri farmasi yang membuang air limbahnya ke saluran umum. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah limbah masih sangat terbatas. Maka, perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah yang murah dan mudah pengoperasiannya. Melalui makalah ini, akan dijabarkan secara lebih rinci mengenai limbah farmasi dari segi golongannya, bahayanya bagi makhluk hidup maupun lingkungan, serta cara dan teknologi pengelolaan limbah farmasi agar tidak merusak lingkungan. 1 B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari limbah farmasi? 2. Apa saja yang tergolong dalam limbah farmasi? 3. Apa bahaya limbah farmasi bagi makhluk hidup maupun lingkungan? 4. Bagaimana cara mengolah limbah farmasi agar tidak merusak lingkungan?C. Tujuan 1. Menjelaskan definisi dari limbah farmasi. 2. Mengenalkan yang termasuk dalam limbah farmasi. 3. Mengetahui bahaya limbah farmasi bagi makhluk hidup dan lingkungan. 4. Mengetahui cara mengolah limbah farmasi yang benar dan tepat agar tidak merusak lingkungan. 2 BAB II PEMBAHASANA. Pengertian Limbah Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya yang dikenal sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Berdasarkan BAPEDAL (1995), limbah B3 ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3. 3 B. Pengertian Limbah Farmasi Limbah Farmasi adalah limbah yang mencakup produk farmasi yang sudah kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Contoh produk farmasi tersebut, antara lain: 1. Senyawa kimia dan produk botani yang digunakan dalam pengobatan 2. Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, salep, krim, infus, dll) 3. Produk diagnostik in vitro dan in vivo 4. Produk biologi seperti vaksin dan sera. Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung dan ampul obat. Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus (BAPEDAL, 1999). Dampak negatif limbah medis terhadap masyarakat dan lingkungan terjadi akibat pengelolaan yang kurang baik. Limbah medis jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan patogen yang dapat berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis, karena limbah nonmedis diperlakukan sama dengan limbah padat lainnya. Artinya, dikelola Dinas Kesehatan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) limbah seperti di Bantar Gebang Bekasi. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini, namun lemahnya peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah farmasi mengakibatkan hanya sedikit pihak farmasi yang memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya sampai saat ini. 4 C. Sumber Limbah Farmasi Pada hakikatnya, limbah farmasi bersumber dari : 1. Limbah padat Contoh: debu atau serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust collector), obat rusak atau kadaluarsa (tablet), bungkus obat, botol obat yang beresidu, aluminium foil, jarum suntik dan bekas pembalut. Adapun kegiatan produksi yang menyebabkan munculnya limbah padat tersebut diantaranya: Kegagalan produksi, Debu bahan formulasi yang terkumpul dari dust collector dan vacuum cleaner Bekas kemasan bahan baku dan kemasan yang rusak 2. Limbah cair Contoh: Bekas reagensia di laboratorium, bekas cucian peralatan produksi, tumpahan bahan, dan sebagainya. Adapun kegiatan produksi yang menyebabkan munculnya limbah cair tersebut diantaranya: Pencucian mesin, alat-alat produksi, kemasan (botol), dan lain-lain. Sanitasi ruangan 3. Limbah gas Contoh: Debu selama proses produksi, uap lemari asam di Laboratorium, uap solvent proses film coating, asam steam boiler, generator listrik dan incinerator. Adapun kegiatan produksi yang menyebabkan munculnya limbah cair tersebut diantaranya: Dari proses granulasi Dari proses pencetakan tablet Dari proses coating Dari proses masa kapsul 4. Limbah suara atau getaran Contoh: Suara dan getaran dari mesin-mesin pabrik, genset, dan steam boiler. 5 D. Bahaya Limbah Farmasi Limbah cair, seperti limbah farmasi, yang dihasilkan umumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya dan dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kolera, disentri dan hepatitis. 1. Limbah jarum suntik Limbah jarum suntik yang juga merupakan limbah medis B3 tidak boleh dianggap sepele keberadaannya. Bayangkan jika setiap hari ada ratusan jarum suntik yang harus dibuang karena fungsinya yang sekali pakai. Kemudian kemanakah jarum- jarum suntik itu setelah dipakai? Limbah jarum suntik yang berasal dari rumah sakit atau Puskesmas harus dimusnahkan karena bila pengelolaan limbahnya tidak benar, jarum suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum. Yang lebih berbahaya lagi yaitu, bila jarum suntik tersebut pernah digunakan oleh pengidap HIV/AIDS kemudian digunakan kembali oleh orang yang tidak terkena HIV/AIDS, maka orang tersebut akan terkena infeksi HIV. Jarum suntik ini juga merupakan salah satu rute masuknya HIV ke tubuh manusia. Sebenarnya ada cara praktis untuk menghancurkan jarum suntik yaitu dengan menggunakan alat khusus berteknologi sederhana yang bernama needle destroyer. Cara penggunaannya dengan memasukkan jarum suntik bekas ke dalam lubang aluminium di dalam alat, maka mesin akan melelehkan jarum dan menjadi steril. 2. Limbah obat Obat palsu juga merupakan salah satu limbah medis atau limbah farmasi yang berasal dari obat-obat yang tidak digunakan lagi oleh pasien/masyarakat, obat-obat yang tidak dibutuhkan lagi oleh institusi terkait, obat-obat yang dibuang karena kemasannya telah terkontaminasi, serta merupakan limbah yang dihasilkan dalam 6 proses produksi obat-obatan. Obat-obatan tersebut seharusnya dimusnahkan karena sudah tidak memiliki khasiat dalam menyembuhkan, bahkan bisa membahayakan. Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak menurut undang-undang. Obat tidak terdaftar, obat dengan zat aktif di bawah 80% , obat tanpa zat aktif sama sekali, serta obat kadaluarsa yang dikemas kembali. Minimnya pengetahuan masyarakat dalam membedakan antara obat asli dan palsu merupakan salah satu faktor pemicu masih beredarnya obat palsu dan kadaluarsa. Selain itu, penawaran obat dengan harga yang relatif murah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Idealnya obat-obatan dibuang dengan menggunakan insinerasi suhu tinggi (misalnya, lebih dari 1.200C). Fasilitas insinerasi seperti itu, yang dilengkapi dengan pengendali emisi yang memadai biasa ditemukan di negara-negara industri. Biaya pembuangan limbah farmasi dengan cara tersebut di Kroasia dan Bosnia dan Herzegovina berkisar antara US$ 2.2/kg hingga US$ 4.1/kg. Untuk menginsinerasi jumlah limbah farmasi yang ada di Kroasia akan membutuhkan biaya antara US$ 4.4 juta hingga US$ 8.2 juta.E. Pengelolaan Limbah Farmasi Limbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah medis atau merupakan limbah berbahaya yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh limbah farmasi adalah obat obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll. Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pemilihan teknologi pengelolaan limbah farmasi dapat didasarkan pada: 1. Karakteristik limbah Misalnya, kandungan senyawa organik (BOD dan COD), bahan padat tersuspensi, derajat degradabilitas, dan jumlah limbah yang dibuang per harinya. 2. Mutu baku lingkungan Misalnya dari tempat pembuangan limbahnya dan mutu baku limbah yang berlaku. 7 3. Biaya operasional pengolahan 4. Lahan yang harus disediakanPengelolaan limbah farmasi merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak diantara lain:1. Penimbunan Limbah (pemisahan dan pengurangan) Limbah farmasi dapat berasal dari industri farmasi, rumah sakit (tempat pelayanan kesehatan), dan perumahan. Kawasan pemukiman mengahasilkan limbah farmasi seperti obat obatan, tetapi karena jumlahnya tidak banyak. Proses pemilahan dan reduksi limbah maka penggunaanya dilakukan bersama sama dengan limbah domestik. Bila suatu daerah dengan tata ruang terencana baik, yaitu kawan industri terpisah dengan kawasan pemukiman maka penanganan buangan akan lebih mudah. Proses pemilahan dan reduksi limbah hendaknya merupakan proses secara rutin yang pelaksanaanya harus mempertimbangkan : a. Kelancaran penanganan dan penampungan limbah b. Pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah berbahaya (farmasi) c. Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.2. Penyimpanan (storage) Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah farmasi hingga dipindahkan ke tahap penampungan.Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan nilai ekonomis. Penyimpanan limbah farmasi untuk waktu yang lama tanpa kepastian yang jelas untuk memindahkan ke tempat penampungan tidak diperbolehkan.Penyimpanan dalam jumlah banyak dapat dikumpulkan di lokasi pengumpulan limbah farmasi. Limbah farmasi yang dihasilkan disimpan sementara di dalam kontainer yang tertutup dan kedap air. Kapasitas kontainer penyimpanan harus diperhatikan agar limbah tidak berkeluaran atau overload. 8 3. Penampungan atau Pengumpulan Limbah Sebelum di Angkut Wadah penampungan limbah ini harus memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam limbah farmasi dilakukan perlakuan standarisasi seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992. Penampungan limbah cair farmasi dapat dimasukkan kedalam drum dan disimpan dalam gudang atau tempat yang terlindung dari panas dan hujan. Limbah dalam bentuk padat disimpan dalam wadah yang kuat (tidak mudah bocor atau rusak) dan kedap air. Penyimpanan harus mempertimbangkan jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan. Contoh, untuk buangan/limbah yang korosif disimpan dalam wadah yang terbuat dari fiberglass.4. Pengangkutan Pengangkutan eksternal (pengangkutan ke tempat pengolahan yang tidak berada pada tempat penimbunan limbah) adalah pengangkutan limbah ke tempat pembuangan di luar (of site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Limbah farmasi diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.5. Pengolahan Limbah farmasi memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan racun atau detoksitasi, merubah bahan berbahaya menjadi kurang berbahaya atau untuk mempersiapkan proses berikutnya. Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang limbah farmasi tergantung pada faktor faktor khusus yang sesuai dengan intstitusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan limbah farmasi yang mungkin diterapkan adalah: 9 a. Insenerasi suhu tinggi dan rendah b. Inaktivasi suhu tinggi c. Sterilisasi suhu tinggi d. Microwave treatment e. Enkapsulasi (peng-imobilisasian) Pengolahan limbah farmasi dapat dilakukan melalui dua cara, yakni: a. Imobilisasi limbah : enkapsulasi Enkapsulasi berarti peng-imobilisasi-an obat-obatan dengan memadatkannya dalam tong plastik atau besi. Sebelum dipergunakan, tong harus dibersihkan terlebih dahulu. Kandungan sebelumnya harus bukan berupa bahan yang mudah meledak atau berbahaya. Kemudian, tong tersebut diisi hingga memenuhi 75% kapasitasnya dengan obat-obatan padat atau setengah padat. Lalu, bahan-bahan seperti semen atau campuran semen dengan kapur, busa plastik atau pasir batu bara dituang ke dalam tong tadi hingga terisi penuh. Untuk memudahkan dan mempercepat pengisian, tutup tong harus dipotong hingga terbuka kemudian dilipat ke belakang. Penempatan obat-obatan ke dalam tong harus berhati-hati agar tutup tong tidak terpotong. Bila tong telah terisi hingga 75% kapasitasnya, tambahkan campuran kapur, semen dan air dengan perbandingan 15:15:5 (berat) hingga tong terisi penuh. Untuk memperoleh cairan dengan konsistensi yang diinginkan, kadangkala diperlukan air yang lebih banyak. Kemudian tutup tong besi dilipat kembali ke tempatnya dan disegel, sebaiknya dengan dikelim atau pengelasan. Tong yang sudah disegel kemudian harus ditempatkan di dasar lubang pembuangan dan ditutupi dengan limbah padat rumah tangga. Agar mudah dipindahkan, tong dapat ditempatkan di atas pallet kemudian diletakkan ke pemindah pallet.b. Imobilisasi limbah : insinerasi Insinerasi merupakan teknologi pengolahan limbah dengan cara pembakaran. Insinerasi termasuk dalam varian enkapsulasi yang meliputi pelepasan bahan-bahan pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obat-obatan. Pil harus dilepaskan dari blisternya. Obat-obatan tersebut lalu ditanam kemudian ditambahkan campuran air, 10 semen dan kapur hingga terbentuk pasta yang homogen. Pasta tersebut kemudian dipindahkan dalam keadaan cair dengan mempergunakan truk pengaduk konstruksi ke tempat pembuangan dan dituang ke dalam tempat pembuangan limbah biasa. Pasta akan berubah menjadi massa padat yang bercampur dengan limbah rumah tangga. Ketika melakukan proses ini, pekerja perlu melindungi dirinya dengan pakaian pelindung dan masker untuk mencegah timbulnya resiko timbulnya debu. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya, dimana sebagian besar dari komponen limbah farmasi dapat dihancurkan dan limbah dapat berkurang dengan cepat. Tak hanya itu, proses insinerasi relatif murah, memerlukan lahan yang relatif kecil dan dapat dilaksanakan tanpa peralatan canggih. Sayangnya, dibalik kelebihan insinerasi, masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya, insinerasi hanya mengubah volume limbah menjadi lebih kecil, debu yang dihasilkan dari proses insinerasi sangat berbahaya sehingga harus diimobilisasi atau ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu tersebut juga bersifat tak terurai dan akan sangat berbahaya bagi pernapasan manusia. Yang perlu disediakan adalah alat penggiling untuk menghancurkan obat- obatan, alat pengaduk konstruksi, serta sejumlah semen, kapur dan air. Perbandingan berat yang digunakan adalah sebagai berikut: Obat-obatan : 65% Kapur : 15% Semen : 15% Air : 5% atau lebih untuk mendapatkan konsistensi cairan yang sesuai. Pengolahan limbah yang dilakukan tergantung jenis dan karakter limbahnya.Contohnya, limbah jenis ampul ( obat anti keganasan) diolah dengan metode enkapsulasiyaitu tong di isi dengan obat anti keganasan, tong harus di isi dengan obat anti keganaanhingga 50 % kapasitasnya kemudian di tambahkan dengan campuran kapur, semen dan airdengan perbandingan berat 15:15:5 hingga tong penuh. Hingga terbentuk balok yang kuatdan padat dimana limbah akan terisolasi secara relatif aman. 11 6. Pembuangan Akhir Setelah proses pengolahan, kuantitas limbah menjadi sedikit. Hasil dari pengolahan limbah dengan insenerasi menghasilkan abu yang sedikit. Abu atau sisa pengolahan dengan insenerasi ini dapat digunakan untuk penimbun tanah. Limbah farmasi tidak berbahaya lagi bila telah diolah dengan insenerasi.CATATAN DALAM PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI: SemuaBahan kontainer harus sesuai dengan karakter limbah atau limbah kontainer ( wadah/tempat limbah) baik pada tahap penimbulan sampai tahap pengolahan harus kuat, kedap air dan harus disimpan di area yang tertutup untuk Adanyamelindungi resiko bahaya dari limbah farmasi. pemisahan area yang mengahasilkan limbah farmasi dapat menyulitkan dalam pengelolaan limbah baik dalam efektifitas kerja dan efisiensi Diperlukan pemilahan limbah limbah yang mungkin dapatbiaya. digunakan lagi seperti, desinifiktan yang penggunaanya tidak Perlu adanya proteksi diri terhadap pekerja yang mengelolaterbatas. limbah farmasi agar tehindar dari kecelakaan kerja. 12 BAB IV PENUTUPA. Kesimpulan Limbah farmasi merupakan salah satu dari limbah medis B3 yang mencakup produk farmasi (obat-obatan, vaksin, sera, jarum suntik, dan lain-lain) yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, atau terkontaminasi sehingga harus dibuang. Produk farmasi yang tidak memenuhi standar tersebut harus dikelola dan dibuang dengan cara pengelolaan limbah yang tepat. Bila limbah farmasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan bahaya bagi makhluk hidup maupun lingkungan. Bahaya ini dapat berupa berbagai penyakit yang dapat menjangkit manusia seperti demam typoid, kolera, disentri dan hepatitis. Penyakit-penyakit tersebut timbul karena adanya virus, bakteri, racun, bahkan bahan radioaktif. Bukan hanya penyakit yang merupakan bahaya dari limbah farmasi, melainkan juga beredarnya obat-obat palsu. Peredaran obat palsu merupakan masalah serius yang saat ini dihadapi oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Obat palsu tidak hanya dapat memperburuk kondisi kesehatan yang mengkonsumsinya, namun bahkan dapat mengakibatkan kematian. Begitu juga dengan jarum suntik bekas, dapat menularkan penyakit bila jarum suntik bekas digunakan kembali tanpa disterilisasi terlebih dahulu. Pengelolaan limbah farmasi harus dilakukan secara bertahap dan benar, yakni : penimbunan, penyimpanan, penampungan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Seluruh tahap-tahap tersebut harus dilakukan secara berurutan.B. Saran Limbah farmasi seharusnya ditangani secara tepat agar tidak membahayakan lingkungan. Tak hanya itu, pemerintah juga sebaiknya ikut ambil alih dalam hal mengawasi pengelolaan limbah farmasi. Pemerintah harus mengawasi limbah farmasi secara sungguh-sungguh. Jangan sampai terjadi pembuangan limbah yang asal-asalan (langsung dibuang ke tampat sampah) tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang akan terjadiPersyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 Intisari Kepka Bapedal No.01 thn 1995 ttgTata Cara danPersyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Pasal 1Setiap limbah B3 yang belum diketahui sifat dan karakteristiknya wajib dilakukan pengujian pada laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.

Pasal 2Hasil pengujian sifat dan karakteristik limbah limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, wajib dilaporkan kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Pasal 3Apabila dari hasil pengujian sifat dan karakteristik limbah B3 yang dilakukan oleh laboratorium di daerah terdapat keraguan, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan menunjuk laboratorium rujukan untuk melakukan pengujian ulang.

Pasal 4Tata cara pengujian sifat dan karakteristik limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan Laboratorium Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Pasal 5Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Pasal 6Setiap pengumpul dan penyimpan limbah B3 wajib melaporkan limbah B3 yang diterimanya dari penghasil kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dengan tembusan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan.

LampiranKeputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01 /Bapedal/09/1995 Tanggal 5 September/1995

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PENDAHULUAN

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.1. PERSYARATAN PENGEMASANKetentuan dalam bagian ini berlaku bagi kegiatan pengemasan/ pewadahan limbah B3 di fasilitas:a. Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil;b. Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak sebagai pengumpulc. Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengolah;d. Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan.

1.1 Persyaratan pra pengemasan, persyaratan umum kemasan dan prinsip pengemasan limbah B3Persyaratan pra pengemasan1). Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yang dihasilkan/ dikumpulkannya. Apabila ada keragu-raguan dengan karakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, maka terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujian karakteristik di laboratorium yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian yang ditetapkan oleh Bapedal.2). Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus menerus, maka pengujian karakteristik masing-masing limbah B3 dapat dilakukan sekurang-kurangnya satu kali. Apabila dalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3 yang dihasilkan, maka terhadap masing-masing limbah B3 hasil kegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian kembali terhadap karakteristiknya.3). Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jenis dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya..

Persyaratan umum kemasan1). Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.2). Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.Gambar 1. Kemasan untuk penyimpanan limbah B3, a. kemasan drum penyimpan limbah B3 dair; b. kemasan drum untuk limbah B3 sludge atau padat.

3). Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.

Prinsip pengemasan limbah B31). Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan;2). Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.3). Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak (misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.4). Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.5). Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:a). ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan pada kemasan limbah B3-1b). selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya,c). disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya.6). Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan di tempatpenyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu satu kali.a). apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang baru, sesuai dengan ketentuan butir 1 di atas.b). apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah.7). Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah B3dengan karakteristik :a). sama dengan limbah B3 sebelumnya, ataub). saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai kemasan limbah B3 dengan memenuhi ketentuan butir 1) di atas.

9). Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan di tempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang tidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang "label KOSONG" sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan limbah B3.

10). Kemasan yang telah rosak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai limbah B3.

Persyaratan pewadahan limbah B3 dalam Tangki1). Sebelum melakukan pemasangan tangki penyimpanan limbah B3, pemilik atau operator harusmengajukan permohonan rekomendasi kepada Kepala Bapedal dengan melampirkan laporan hasil evaluasi terhadap rancang bangun dari sistem tangki yang akan dipasang untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Laporan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:a). rancang bangun dan peralatan penunjang sistem tangki yang akan dipasang;b). karakteristik limbah B3 yang akan disimpan;c). jika sistem tangki dan atau peralatan penunjangnya terbuat dari logam dan kemungkinan dapat terkontak dengan air dan atau tanah, maka evaluasi harus mencakup pengukuran potensi korosi yang disebabkan oleh faktor lingkungan serta daya tahan bahan tangki terhadap faktor korosi tersebut;d). perhitungan umur operasional tangki;e). rencana penutupan sistem tangki setelah masa operasionalnya berakhir;f). jika tangki dirancang untuk dibangun di dalam tanah, maka harus dengan memperhitungkan dampak kegiatan di atasnya serta menerapkan rancang bangun atau kegiatan yang dapat melindungi sistem tangki terhadap potensi kerusakan.

2). Selama masa konstruksi berlangsung, maka pemilik/operator harus memastikan agar selamapemasangan tangki dan sistem penunjangnya telah diterapkan prosedur penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya kerusakan selama tahap konstruksi. Pondasi, rangka penunjang, keliman, sambungan, dan kontrol tekanan (jika ada) dirancang memenuhi persyaratan keamanan lingkungan. Sistem tangki harus ditunjang kekuatan rangka yang memadai, terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah yang akan disimpan atau diolah, dan aman terhadap korosi sehingga tangki tidak mudah rusak.3). Terhadap tangki penyimpanan limbah B3 yang telah terpasang dan atau telah dioperasikansebelum keputusan ini ditetapkan, atau terhadap tangki penyimpan bahan yang menurut peraturan yang berlaku merupakan limbah B3, maka pemilik/operator diharuskan untuk mengajukan rekomendasi pengoperasian tangki dengan melampirkan laporan hasil evaluasi sesuai dengan butir 1) di atas.4). Dalam pengoperasian tangki sebagai tempat pengemasan/pewadahan limbah B3, maka :a). tangki dan sistem penunjangnya harus terbuat dari bahan yang saling cocok dengan karakteristik dan jenis limbah B3 yang dikemas/ disimpannya.b). limbah-limbah yang tidak saling cocok tidak ditempatkan secara bersama-sama di dalam tangki. Apabila tangki akan digunakan untuk menyimpan limbah yang tidak saling cocok dengan karakteristik limbah sebelumnya, maka tangki harus terlebih dahulu dicuci bersih;c). tidak digunakan untuk menyimpan limbah mudah menyala atau reaktif kecuali:1 . limbah tersebut telah diolah atau dicampur terlebih dahulu sebelum/segerasetelah ditempatkan di dalam tangki, sehingga olahan atau campuran limbah yang terbentuk tidak lagi berkarakteristik mudah menyala atau reaktif; atau2. limbah disimpan atau diolah dengan suatu cara sehingga tercegah dari kondisi atau bahan yang menyebabkan munculnya sifat mudah menyala atau reaktif.

5). Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi dengan penampungan sekunder. Penampungan sekunder dapat berupa satu atau lebih dari ketentuan berikut:a. pelapisan (di bagian luar tangki),b. tanggul (vault; berm) dan atau tangki berdinding ganda,dengan ketentuan bahwa penampungan sekunder tersebut harus:a). dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3 yang disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan memadai untuk mencegah kerusakan akibat pengaruh tekanan;b). ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukung ketahanan tangki terhadap tekanan dari atas dan bawah dan mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan karena pengisian, tekanan atau uplift,

c). dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancang dan dioperasikan 24 jam sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada struktur tangki primer data sekunder, atau lepasnya limbah B3 dari sistem penampungan sekunder.d). Penampungan sekunder, dirancang untuk dapat menampung dan mengangkat cairancairan yang berasal dari kebocoran, ceceran atau presipitasi.

6). Pemilik atau operator harus melakukan pemeriksaan sekurangkurangnya 1 (satu) kali sehariselama sistem tangki dioperasikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap:a). peralatan pengendalian luapan/tumpahan;b). mendeteksi korosi atau lepasnya limbah dari tangki;c). pengumpulan data untuk memastikan bahwa sistem tangki berfungsi sesuai dengan rancarig bangunnya; dand). bahan-bahan konstruksi dan areal seputar sistem tangki termasuk struktur pengumpul sekunder (misalnya tembok isolasi tumpahan) untuk mendeteksi pengikisan atau tandatanda terlepasnya limbah B3 (misalnya bintik lembab, kematian vegetasi);

7).Pemilik atau operator harus memeriksa sistem perlindungan katodik (jika ada), untuk memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja sempurna. Pemeriksaan meliputi:a). fungsi sistem perlindungan katodik harus dilakukan dalam 6 (enam) bulan setelah pengoperasian awal, dan selanjutnya setiap tahun sekali;b). semua bagian yang dapat mempengaruhi sistem perlindungan (a) harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali.

Pemilik atau operator harus menyimpan catatan hasil pemeriksaan kegiatan nomor 6 dan 7 tersebut.8).Sistem tangki atau sistem pengumpul sekunder yang mengalami kebocoran atau gangguan yangmenyebabkan limbah B3 yang disimpannya terlepas, maka pemilik atau operator harus segera melakukan:a). penghentian operasional sistem tangki dan mencegah aliran limbah,b). memindahkan limbah B3 dari sistem tangki atau sistem penampungan sekunder.c). mewadahi limbah yang teriepas ke lingkungan, mencegah terjadinya perpindahan tumpahan ke tanah atau air permukaan, serta mengangkat tumpahan yang terlanjur masuk ke tanah atau air permukaan.d). membuat catatan dan laporan mengenai kecelakaan dan penanggulangan yang telah dilakukan.

3. PERSYARATAN PENYIMPANAN LIMBAH B3Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi penghasil limbah B3 yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara yang dilakukan di dalam lokasi pabrik/fasilitas.

3.1. Tata cara Penyimpanan limbah B3a. Penyimpanan kemasan limbah B31). Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan (gambar 2), sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.2). Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukkannya. Lebar gang untuk lalulintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu-lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.Gambar 2. la peyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak minimum antar blok.

3). Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak. (gambar 3).

4). Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.

5). Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara terpisah,tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk kedalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.

b. Penempatan tangkiPenyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan tangki (gambar 4) dengan ketentuan sebagai berikut :1) Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan yang menuju bak penampung.2). Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110 % dari kapasitas maksimum volume tangki.3). Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di daerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.

Gambar 4. Tempat penyimpanan limbah B3 cair dalam jumlah besar4). Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara langsung.

3.2 Persyaratan Bangunan Penyimpanan limbah B3a. Persyaratan bangunan penyimpan kemasan limbah B3.1) Bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 harus:a). memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan;b). terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung;c). dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai (gambar 5) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan;d). memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan.e). dilengkapi dengan sistem penangkal petir.f). pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai dengan tata cara yang berlaku.2). Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1 % pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan penyimpanan.Gambar 5. Sirkulasi udara dalam ruang penyimpanan limbah B3.

3). Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu) karakteristik limbah B3, maka ruang penyimpanan:a). harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok (gambar 6).b). antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul atau tembok, pemisah untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.c). setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak penampung tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai.d). sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas maksinium limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.Gambar 6. Tata ruang gudang penyimpanan limbah B3

4). Sarana lain yang harus tersedia adalah :a) Peralatan dan sistem pemadam kebakaranb) Pagar pengamanan;c) Pembangkit listrik cadangan;d) Fasilitas pertolongan pertama;e) Peralatan komunikasif) Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;g) Pintudarurath) Alarm

b. Persyaratan Khusus Bangunan Penyimpanan Limbah B31) Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakara) Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain maka harus dibuat tembok pemisah tahan api, berupa :a. tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; ataub. tembok bata merah, tebal minimum 23 sm; atauc. blok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.b) Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.c) Jika bangunan dibuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak minimum dengan bangunan laian adalah 20 meter.d) Untuk kestabilan struktur tembok penahan api dianjurkan agar digunakan tiang-tiang betron bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik.

e) Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala. Konstruksi atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran, sehingga asap dan panas akan mudah keluar.f) Penerangan, jika menggunakan lampu, harus menggunakan instalsi yang tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik (explotion proof).g) Faktor-faktor lain yang harus dipenuhi :1. sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran;2. persediaan air untuk pemadam api;3. hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran.2). Rancang bangun untuk limbah B3 mudah meledak.a). Konstruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harus dibuat tahan ledakan dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap, sehingga bila terjadi ledakan sangat kuat akan mengarah ke atas (tidak samping)b). Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal. Desain bangunan sedemikian rupa sehingga cahaya matahari tidak langsung masuk ke ruang gudang.3). Rancang bangun khusus untuk penyimpan limbah B3 reaktif, korosif dan beracuna). Konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan pengamanan limbah B3 dalam keadaan darurat.b). Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.4. Persyaratan bangunan untuk penempatan tangkia). Tangki penyimpanan limbah B3 harus terletak di luar bangunan tempat penyimpanan limbah B3;b). Bangunan penyimpan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding yang memiliki atap pelindung dan memiliki lantai yang kedap air;c). Tangki dan daerah, tanggul serta bak penampungnya harus terlindung dari penyinaran matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak langsung-,3.3 Persyaratan lokasi untuk tempat penyimpanan limbah B3Lokasi bangunan tempat penyimpanan kemasan drum/tong, bangunan tempat penyimpanan bak container dan bangunan tempat penyimpanan tangki harus :a. Merupakan daerah bebas banjir, atau daerah yang diupayakan melalui pengurugan sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir;b. Jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter.

4. PERSYARATAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 Ketentuan dalama bagian ini berlaku bagi :a. penghasil lirnbah B3 yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara yang dilakukan di luar lokasi pabrik/fasilitas, tetapi bertindak sebagai pengumpul;b. kegiatan pengumpulan (penyimpanan) limbah B3 yang dilakukan oleh pengumpul dan atau pengolah;c. kegiatan pengumpulan (penyimpanan) limbah B3 yang dilakukan oleh Pengolah dan atau penimbun.4.1. Persyaratan lokasi pengumpulana. Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar;b. Area secara geologis merupakan daerah bebas banjir tahunan;c. Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu. Jarak terdekat yang diperkenankan adalah:1). 150 meter dari jalan utama atau jalan tol, 50 meter dari jalan lainnya;2). 300 meter dari fasilitas umum seperti:daerah pemukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.3). 300 meter dari perairan seperti :garis pasang tertinggi laut, badan sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air, sumur penduduk, dll.4). 300 meter dari daerah yang dilindungi seperti:cagar alam, hutan lindung, kawasan suaka, dll.4.2 Persyaratan bangunan pengumpulana. Fasilitas pengumpulan merupakan fasilitas khusus yang harus dilengkapi dengan berbagai sarana untuk penunjang dan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan (gambar 7).b. Setiap bangunan perigumpulan limbah B3 dirancang khusus hanya untuk menyimpan 1 (satu) karakteristik limbah, dan dilengkapi dengan bak penampung tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya;c. Fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan:1). Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;2). Pembangkit listrik cadangan;3). Fasilitas pertolongan pertama;4). Peralatan komunikasi;5). Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;6). Pintu darurat; dan alarni;

Gambar 7. Tata ruang fasilitas penyimpanan sementara limbah B3 di luar lokasi pabrikpenghasil atau di pengumpul dan atau di pengolah.

d. Persyaratan banguinan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar1). Bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar sekurang-kurangnya berjarak 20 meter daribangunan penyimpanan limbah karakteristik lain atau dari bangunan-bangunan lain dalam fasilitas pengumpulan-I2). Dinding bangunari terbuat dari tembok tahan api yang dapat berupa:a. tembok beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm, ataub. tembok bata merah dengan tebal minimum 25 cm, atauc. blok-blok (padat) tak bertulang dengan tebal minimum 30 cm3). Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Atap tanpa plafon,terbuat dari bahan yang ringan dan mudah hancur jika terbakar, sehingga jika terjadi kebakaran dalam tempat pengumpulan, asap dan panas menjadi mudah untuk keluar;4). Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruangpengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan-,5). memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasionalpenggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan:6). Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantaibagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1 %. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan penyimpanan;

7). Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah terbakar, sesuaidengan peraturan penandaan yang berlaku.

e. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah meledak1). Bangunan penyimpanan harus memiliki lantai, dinding dan atap yang kuat terhadap ledakan. Konstruksi lantai dan dinding harus lebih kuat dari konstruksi atap sehingga jika terjadi ledakan yang kuat, maka ledakan akan mengarah ke atas (tidak ke samping);2). Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur suhu dan atau desain bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga suhu dalam ruang pengumpulan tidak akan melampaui suhu aman/normal penyimpanan;3). Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan;4). memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;5). Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1 %. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan penyimpanan-I6). Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah meledak, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku.

f. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 bersifat korosif atau reaktif atau beracun1). Konstruksi dinding harus dibuat mudah untuk dilepas sehingga penanganan limbah dalam keadaan darurat lebih mudah untuk dilakukan;2). Untuk bangunan pengumpulan limbah korosif dan reaktif, maka konstrliksi bangunan (atap, lantai dan dinding) harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan api/panas;3). Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang pengumpulan;4). memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan larnpu, maka lampu penerangan harus dipasang minimum 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan-,5). Lantai bangunan pengunipulan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan;6) Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda simbol limbah B3 sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku.

4.3 Fasilitas tambahana. LaboratoriumLaboratorium yang tersedia harus mampu:1). melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari limbah B3 yang diterima, sehingga penanganan lebih lanjut seperti pencampuran, pengemasan ulang atau pengolahan awal (pre treatment) dapat dilakukan dengan tepat;2). melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari kegiatan pengelolaan limbah yang dilakukan (misalnya cairan dari fasilitas pencucian atau dari kolam penampung darurat) sehingga dapat penanganan sebelum dibuang ke lingkungan dapat ditetapkan.

b. Fasilitas pencucian1). Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan limbah B3 harus dilakukan di dalam fasilitas pencucian. Fasilitas tersebut harus dilengkapi bak penampung dengan kapaistas yang memadai dan harus kedap air;2). Sebelum dapat dibuang ke lingkungan, maka terhadap cairan dalam bak penampung tersebut harus dilakukan analisis laboratorium guna memperoleh kepastian pemenuhan terhadap baku mutu. Cairan dari bak penampung dapat dibuang ke lingkungan sepanjang beban maksimum tidak dilampauinya;3). Setiap kendaraan pengangkut yang akan meninggalkan lokasi pengumpulan harus dibersihkan/dicuci terlebih dahulu, terutama pada bagian-bagian yang diduga kuat terkontaminasi limbah B3 (misalnya bak kendaraan pengangkut, roda, dll.)

c. Fasilitas untuk bongkar-muat1). Fasilitas bongkar-muat harus dirancang sehingga memudahkan kegiatari pemindahan limbah dari dan ke kendaraan pengangkut-,2). Lantai untuk kegiatan bongkar-muat harus kuat dan kedap air serta dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju bak penampung untuk menjamin tidak ada tumpahan atau ceceran limbah B3 yang lepas ke lingkungan.

d. Kolam Penampungan darurat1). Kolam penampung darurat dimaksudkan untuk menampung cairan atau bahan yang terkontaminasi oleh limbah B3 dalam jumlah besar (misalnya cairan dari bekas pemakaian bahan pemadam kebakaran, dil);2). Kolam penampung darurat harus dirancang kedap air dan mampu menampung cairan/bahanyang terkontaminasi dalam jumlah memadai;

e. Peralatan penanganan tumpahan1. Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan membersihkan ceceran atau tumpahan limbah B3;2. Bekas alat atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat digunakan kembali harus diperlakukan sebagai limbah B3.

4.4 Tata cara penyimpanan/pengumpulan1). Tata cara pengemasan dan tata cara pengumpulan/penyimpanan limbah untuk kemasan drum dan atau tong dan atau bak Container mengacu pada ketentuan 2.2. a dan 3. 1. a di atas;2). Tata cara pewadahan dan tata cara penempatan tangki limbah B3 di fasilitas pengumpul dan atau pengolah mengacu pada ketentuan 2.2.b dan 3.l.b di atas.