file · Web viewlaboratorium kimia farmasi. jurusan farmasi. universitas hasanuddin....
Embed Size (px)
Transcript of file · Web viewlaboratorium kimia farmasi. jurusan farmasi. universitas hasanuddin....

LABORATORIUM KIMIA FARMASI
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
NITRITOMETRI
OLEH :
KELOMPOK III
EDWIND (N111 12 286)
IKA RESKIA (N111 12 105)
JENI RUSTAN (N111 12 009)
KRISMAWATI SIMON (N111 12 268)
NURUL FAJARYANTI (N111 12 341)
AYU ISTIQOMAH (N111 12 296)
ARMALA SAHID (N111 12 902)
ASISTEN : PUTRI WULANDARI
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Analisa kualitatif dapat dilakukan dengan cara klasik maupun
istrumental yaitu dengan menggunakan alat modern. Cara klasik dapatn
dibagi menjadi beberapa metode diantaranya adalah volumetri.
Nitritometri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan
pada reaksi pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu
terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin
aromatis bebas,pada suhu tertentu dalam senyawa asam.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri
adalah seperti sulfamerazin, sulfadiazin, dan sulfanilamid dan juga
senyawa-senyawa anastetika lokal golongan asam amino benzoat.
Senyawa-senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat, seperti
sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Melihat
kegunaannya tersebut maka percobaan ini perlu dilakukan agar
penyalahgunaan obat-obatan tersebut dapat dihindari
I..2 Maksud dan tujuan percobaan
I. 2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar zat dengan
metode nitritometri.

I..2.2.Tujuan Percobaan
Menetapkan kadar sampel Paracetamol, Kloramfenikol, Sulfadiazin,
Sulfamerazin, Sulfanilamid, dan Sulfaguanidin dengan metode nitritometri.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Penetapan kadar sampel Paracetamol melalui metode nitritometri
dengan pembentukan garam diazonium dari amin aromatik bebas
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit 0,149 N dan
indikator dalam yang menggunakan tropeolin oo dan metilen biru
untuk mengetahui titik akhir titrasinya.
2. Penetapan kadar sampel Kloramfenikol melalui metode nitritometri
dengan pembentukan garam diazonium dari amin aromatik bebas
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit 0,149 N, dan
titambahkan serbuk zink dengan indikator luar yang menggunakan
kertas kanji Iodida/pasta kanji Iodida untuk mengetahui titik akhir
titrasinya.
3. Penetapan kadar sampel Sulfadiazin melalui metode nitritometri
dengan pembentukan garam diazonium dari amin aromatik bebas
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit 0,149 N dan
indikator dalam yang terdiri dari campuran tropeolin oo dan metilen
biru untuk mengetahui titik akhir titrasinya.
4. Penetapan kadar sampel Sulfamerazin melalui metode nitritometri
dengan pembentukan garam diazonium dari amin aromatik bebas
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit 0,149 N dan

indikator dalam yang terdiri dari campuran tropeolin oo dan metilen
biru untuk mengetahui titik akhir titrasinya.
5. Penetapan kadar sampel Sulfanilamid melalui metode nitritometri
dengan pembentukan garam diazonium dari amin aromatik bebas
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit 0,149 N dan
indikator luar yang menggunakan kertas kanji Iodida/pasta kanji
Iodida untuk mengetahui titik akhir titrasinya.
6. Penetapan kadar sampel Sulfaguanidin melalui metode nitritometri
dengan pembentukan garam diazonium dari amin aromatik bebas
dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit 0,149 N dan
indikator dalam yang terdiri dari campuran tropeolin oo dan metilen
biru untuk mengetahui titik akhir titrasinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum
Metode titrasi diazotasi disebut juga nitritometri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku
natrium nitrit (1).
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan
gugusan amino aromatis dalam industri zat warna, dan dapat dipakai
untuk penetapan sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang
mengandung gugusan amino aromatis yang bebas atau gugusan amino
aromatis yang diperoleh dari hasil hidrolisa dan reduksi, dasar dari
diazotasi ini digunakan untuk penetapan kadar obat-obatan (2).
Titrasi diazotasi didasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugusan amino aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit,
dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam (2).
Dalam reaksi diazotasi kita harus memperhatikan beberapa hal, yaitu
suhu dan kecepatan reaksi. Titrasi dengan diazotasi sebaiknya dilakukan
pada suhu rendah lebih kecil dari 15℃ karena asam nitrit yang terbentuk
dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak stabil dan mudah terurai dan
garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak stabil.

Kecepatan reaksi, reaksi titrasi amino aromatis pada reaksi diazotasi
berjalan agak lambat, titrasi sebaiknya di lakukan secara perlahan-lahan
dan dapat dikatalisa dengan penambahan natrium atau kalium bromida
sebagai katalisator (2).
Sebab pada suhu yang lebih tinggi senyawa diazonium tidak stabil
dan akan terhidrolisa menghasilkan fenol dan gas nitrogen. Selain itu,
pada suhu kamar, asam nitrit akan lebih cepat terurai sehingga reaksinya
tidak stokiometrik. Akan tetapi, reaksi ini dapat berlangsung asalkan titrasi
dilakukan secara perlahan- lahan (4).
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir dapat menggunakan
indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometrik (3).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi :
1. Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil
dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit
dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang
terbentuk pada hasil titrasi juga tidak stabil.
2. Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak
lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi
diazotasi dapat dikatalisa dengan penambahan natrium dan kalium
bromida sebagai katalisator.

Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator,
indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang
bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang sebenarnya tidak tergantung
dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan selama titrasi.
Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran
dan titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut.
Bila potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus
diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung (3).
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu
indikator dalam dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan
campuran indikator tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami
perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan. Sedangkan untuk
indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida (3).
II. 2 Uraian Bahan
1. Kloramfenikol (4)
Nama resmi : Chloramphenicolum
Nama lain : Kloramfenikol
RM/BM : C11H12Cl2N2O5/323,12
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang, putih, tidak berbau, rasa sangat
pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air,
dalam 2,5 bagian etanol 95% P, sukar larut
dalam kloroform P dan eter P.
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 103,0%.
2. Sulfadiazinum (4)
Nama resmi : Sulfadiazinum
Nama lain : N-2-pirimidinisulfanilamida
RM/BM : C10H10N4O5S/250,27
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk putih sampai agak kuning, tidak
berbau atau hampir tidak berbau, stabil di
udara tapi pemaparan terhadap cahaya
perlahan-lahan menjadi hitam.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut
dalam asam mineral encer, dalam larutan
KOH, dalam larutan NaOH dan dalam NH4OH,

agak sukar larut dalam etanol dan dalam
aseton.
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan
tidak lebih dari 102,0 % C10H10N4O2S dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
3. Tropeolin oo (5)
Nama resmi : 4-(4-phenylamino)phenylazo
Nama lain : Tropeolin oo
RM/BM : C10H14N3NaO2S/375,38
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk coklat kekuningan
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Kegunaan : Sebagai indikator
4. Metilen biru (5)
Nama resmi : Methylthronini Chloridum
Nama lain : Biru metilen
RM/BM : C16H18ClN3S.2H2O/372,96
Pemerian : Serbuk hablur mengkilat seperti logam atau
suram kehijauan tua atau serbuk berwarna
coklat, hampir tidak berbau.
NaO3S--- ---N=N--- ---NH---

Kelarutan : Larut dalam 40 bagian air, dalam 110 bagian
etanol 95 % P dan dalam 450 bagian
kloroform P
Kegunaan : Sebagai indikator
5. Natrium Nitrit (4)
Nama resmi : Natrii nitrit
Nama lain : Natrium nitrit
RM/BM : NaNO2/69,00
Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau
putihj
kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut
dalam etanol 95 % P
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Asam klorida (4)
Nama resmi : Acidum hydrochloridum
Nama lain : Asam klorida
RM/BM : HCl/36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian
air, uap dan bau hilang.

Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pemberi asam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
7. Sulfanilamid (4)
Nama Resmi : Sulfanilamidum
Nama Lain : Sulfanilamid
RM/BM : C6H8N2O2S
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur, serbuk hablur/butiran, putih, tidak
berbau, rasa agak pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah
larut dalam air mendidih, agak sukar larut
dalam etanol (95%) P, sangat sukar larut
dalam kloroform, dalam eter dan dalam
benzen, mudah arut dalam aseton, larut
dalam alkali hidroksida
Kegunaan : Sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari
Cahaya
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 99 %
C6H8N2O2S dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.

8. Sulfaguanidin (4)
Nama resmi : Sulfaguanidinum
Nama lain :Sulfaguanidina
Rumus molekul : C7H10N 4O2S.H 2O
Berat molekul : 232,26
Rumus struktur :
Pemerian : hablur atau serbuk; putih atau hampir putih;
tidak berbau atau hampir tidak berbau; oleh
pengaruh cahaya lambat laun warna berubah
menjadi gelap.
Kelarutan : Mudah larut dalam air mendidih dan dalam
asam mineral encer; sukar larut dalam etanol
(95%) P dan dalam aseton P; sangat sukar
larut dalam air; praktis tidak larut dalam
larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak
lebih dari 101,0 % C6H7N3O, dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan.
9. Sulfamerazin (4)
Nama resmi : Sulfamerazinum
Nama lain : Sulfamerazina
Rumus molekul : C11H12 N4O2S
Berat molekul : 264,31
Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau putih agak
kekuningan; tidak berbau atau hampir tidak
berbau, rasa agak pahit. Mantap di udara
kalau kena cahaya langsung lambat laun
warna menjadi tua.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P; sukar larut
dalam etanol (90%) P; agak sukar larut
dalam aseton P; mudah larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya

Kegunaan : Sebagai sampel
II.3 Prosedur Kerja
a. Sulfadiazin
1. (FI III : 579)
Timbang seksama 500 mg atau sejumlah yang setara. Masukkan
kedalam gelas kimia yang sesuai, tambahkan 20 ml HCl P dan 5 ml
air, aduk hingga larut, dinginkan hingga suhu ± 150 C. Titrasi
perlahan-lahan dengan NaNO3 0,1 N. Titik akhir titrasi ditentukan
secara potensiometri menggunakan elektroda Na. Jika mendekati
titik akhir, tiap selang waktu sekurangnya 1 menit, tambahkan 0,1 ml
NaNO3 0,1 N.
I ml NaNO3 0,1 N ~ 25, 027 mg C10H10N4O2S.
2. (Analisis Kuantitatif Obat : 78)
Cara penetapan kadar sulfadiazine: sebanyak kurang lebih 500mg
sulfadiazine yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam 10 ml asam
klorida pekat dan 75 ml air (jika perlu hangatkan samapi larut) lalu
didinginkan. Larutan dititrasi secara perlahan-lahan dengan larutan
baku natrium itrit 0,1N pada suhu tidak lebih dari 15 °C. Natrium
nitrit. Ditambahkan dengan kecepatan 4–8 ml setiap menit sampai
lebih kurang 1 ml sebelum titik akhir, kemudian penambahan lebih
lambat hingga 1 tetes larutan segera memberikan warna biru pada
kertas kanji iodide. Titrasi dianggap selesai jika titik akhir dapat

ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 1 menit. Titik akhir
dapat juga ditetapkan secara potensiometri. Tiap ml larutan natrium
nitrit 0,1 N setara dengan 25,03 mg sulfadiazine.
3. (Asas Pemeriksaan kimia : 135 )
Penetapan kadar : lakukan penetapan menurut cara nitrimetri, jika
perlu hangatkan hingga sulfadiazine larut.
1 ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 25,027 mg C10H10N4O2S.
b. Sulfanilamida
1. (Analisis Kuantitatif Obat : 85 )
Timbang seksama 500 mg, masukkan kedalam gelas kimia yang
sesuai, tambahkan 10 ml asam klorida P, dan 75 ml air, aduk hingga
larut, dinginkan hingga suhu lebih kurang 150C. Titrasi perlahan-
lahan dengan NaNO2 0,1 M. Titik akhir titrasi ditetapkan secara
potensiometri menggunakan elektrode natrium/cocok. Letakkan
ujung buret dibawah permukaan larutan untuk menghindari oksidasi
udara terhadap natrium nitrit, aduk perlahan-lahan menggunakan
pengaduk magnetik, tanpa menimbulkan putaran gelombang udara
dibawah permukaan larutan. Selama titrasi suhu 150C. Jika
mendekati TAT, tiap selang waktu sekurang-kurangnya 1 menit
tambahkan 0,1 ml natrium nitrit 0,1 N hingga jarum tidak bergerak
kembali pada kedudukan semula.
1 ml Natrium nitrit ~ 17,22 mg C6H8N2O2S

2. (FI III : 445)
Penetapan kadar: Lakukan penetapan menurut cara Nitrimetri
menggunakan larutan yang dibuat sebagai berikut : Timbang
saksama 500 mg, larutkan dalam campuran 10 ml asam klorida P
dan 75 ml air, dinginkan.
1 ml natrium nitrit 0,1 M setara dengan 17,22 mg C6H8N2O2S
3. (FI IV : 1076 )
Lakkukan penetapan menurut cara nitrimetri menggunakan larutan
yang dibuat sebagai berikut:
Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam campuran 10 ml HCl P
dan 75 ml air, dinginkan
1 ml NaNO2 ~ 17,22 mg C6H8N2O2S
c. Kloramfenikol
1. (FI III : 143)
Timbang seksama 500 mg, tambahkan 20 ml asam klorida P,
kemudian 5 g debu seng P sedikit demi sedikit. Tambahkan 15 ml
asam klorida P, biarkan selama 1 jam. Saring melalui kapas, cuci 3
kali, tiap kali dengan 5 ml air. Dinginkan hingga suhu 150, tambahkan
lebih kurang 300 g es. Titrasi perlahan-lahan dengan natrium nitrit 0,1
M hingga 1 tetes larutan segera menghasilkan warna biru pada

kertas kanji iodida P. Titrasi dianggap selesai jika titik akhir titrasi
dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 5 menit
1 ml Natrium nitrit o,1 M ~ 32, 31 mg C11H12Cl12N2O5
2. (Analisis Kuantitatif Obat : 98)
Timbang seksama sampel, tambahkan 5 ml HCl pekat, lalu
tambahkan serbuk Zn 1,6 gr sedikit demi sedikit, lalu tambahkan 3 ml
HCl pekat. Diamkan 10 menit, saring dengan kertas saring.
Dinginkan dalam es, jaga suhu tetap 150. Titrasi dengan NaNO3
hingga menunjukkan perubahan warna menjadi biru pada kertas
kanji iodida.
3. (Asas Pemeriksaan kimia : 67)
Timbang sekitar 0,5 gram sampel (ditimbang seksama) dalam labu
erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 20 ml asam klorida dan juga bubuk
seng 5 gram dalam porsi kecil. Kemudian tambahkan 10 ml asam
klorida untuk membersihkan dinding labu. Setelah larut sempurna
bubuk sengnya (dipanaskan jika perlu) pindahkan larutan secara
kuantitatif kedalam beaker diazotasi yang didinginkan dengan air es.
Tambahkan 3 gram kalium bromida lalu perlahan-lahan dititrasi
dengan NaNO2 0,1 M. Titrasi dikatakan selesai jika suatu tetes cairan
yang telaha disimpan 3 menit setelah penambahan NaNO2
menyebabkan timbulnya warna biru pada kertas kanji iodida.

d. Sulfaguanidin
1. (FI III : 231)
Timbang seksama 500 mg, masukkan kedalam gelas kimia yang
sesuai, tambahkan 75 ml air dan 10 ml asam klorida P, aduk hingga
larut, dinginkan hingga suhu 150C. Titrasi perlahan-lahan dengan
natrium nitrit 0,1 M. TAT ditetapkan secara potensial magnetik
menggunakan elektrode natrium/ cocok. Jika mendekati TAT, tiap
selang waktu sekurang-kurangnya 1 menit tambahkan 0,1 ml larutan
Natrium nitrit 0,1 M hingga jarum tidak kembali pada kedudukan
semula.
1 ml Natrium nitrit ~ 21,424 mg C7H10NaO2S
2. (FI IV : 344)
Lakukan penetapan menurut cara nitrimetri menggunakan larutan
yang dibuat sebagai berikut, timbang seksama 500 mg, larutkan
dalam campuran 75 ml air dan 10 ml HCl P, dinginkan
1 ml Natrium nitrit ~ 21,424 mg C7H10NaO2S.
3. (Analisis Kuantitatif Obat : 60)
Timbang seksama 0,175 g dalam 50 ml HCl encer P, dinginkan
dalam es batu. Tentukan hasil dengan metode aromatik primer,
tentukan TAT dengan elektromatik.
1 ml NaNO2 0,1 M ~ 21,42 mg C7H10NaO2S.

e. Sulfamerazine
1. (Asas pemeriksaan kimia : 85)
Timbang seksama 500 mg atau sejumlah yang setara, masukkan
kedalam gelas kimia yang sesuai, tambahkan 20 ml asam klorida P
dan 50 ml air, aduk hingga larut, dinginkan hingga suhu 150 C. Titrasi
dengan NaNO2 0,1 ml secara perlahan-lahan, titik akhir titrasi
ditetapkan secara potensiometri menggunakan elektrode
natrium/elektrode yang cocok. Jika mendekati TAT, tiap selang
waktu sekurang-kurangnya 1 menit tambahkan 0,1 ml NaNO2 0,1 M
hingga jarum tidak kembali pada posisi semula.
1 ml Natrium nitrit 0,1 M ~ 26,43 mg C11H12N4O2S
2. (FI III: 584)
Lakukan penetapan menurut cara nitrimetri menggunakan larutan
yang dibuat sebagai berikut:
Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam campuran 75 ml air dan
10 ml asam klorida P. Dinginkan.
1 ml NaNO2 0,1 N ~ 23, 226 mg C7H10NaO2S.H2O
3. (Polimetri analysis : 57)
Larutkan 0,200 g dalam campuran 20 ml HCl encer dan 50 ml air,
dinginkan dalam air. Lakukan penetapan kadar amin aromatik
primer, tentukan TAT secara elektometri.

1 ml NaNO2 0,1 N ~ 27,09 mg C10H10NaO2S
f. Paracetamol
1. (Analisis kuantitatif obat : 37)
Lakukan penetapan kadar dengan cara penetapan kadar nitrogen,
menggunakan 200 mg yang ditimbang seksama dalam 8 ml asam
sulfat bebas nitrogen P.
1 ml Asam sulfat 0,1 N ~ 15, 116 mg C8H9NO2
2. (Polimetri analysis : 69)
Larutan baku ditimbang seksama sejumlah kluvogasetamida G,
larutkan dalam eter hingga kadar 10 ml
3. (FI III: 122)
Larutkan 200 mg contoh yang ditimbang seksama dalam 2 ml asam
klorida encer. Panaskan perlahan-lahan diatas penangas air.
Encerkan dalam 20 ml air dan dinginkan sampai 150C-200C.
Tambahkan 0,2 gr KBr dan campurkan 5 tetes indikator tropeolin oo
0,05% dan 3 tetes biru metilen 0,1 %. Titrasi dengan larutan baku
nitrit sampai timbul warna biru hijau.
1 ml NaNO2~0,01652 Paracetamol

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan bahan
III.1.1.Alat
Alat–alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, aluminium foil,
baskom, batang pengaduk, botol semprot, corong, gelas beaker, gelas
piala, gelas ukur, pipet tetes, sendok tanduk, statif dan klem, termometer,
serta timbangan analitik.
III.1.2.Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, akuades,
asam klorida, es batu, Kalium bromida, serbuk zink, Kloramfenikol, metilen
biru, natrium nitrit, Paracetamol, Sulfadiazin, Sulfaguanidin, Sulfamerazin,
sulfanilamid, pasta kanji Iodida, dan tropeolin oo.
III.2. Cara Kerja
A. Kloramfenikol
1. Alat dan bahan disiapkan
2. 100 mg Kloramfenikol ditimbang dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.

3. 4 mL HCl pekat ditambahkan, kemudian 1 g serbuk seng
ditambahkan lagi.
4. Kemudian didinginkan dalam es batu hingga suhu 15oC.
5. Serbuk KBr ditambahkan kemudian dititrasi dengan natrium nitrit
0,149 N hingga terjadi perubahan warna
6. Amati perubahannya dan catat hasilnya.
B. Sulfadiazin
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sulfadiazin ditimbang sebanyak 118 mg dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
3. HCl encer ditambahkan sebnayak 10 ml hingga larut.
4. Indikator campuran tropeolin oo dan metilen biru (5:3) ditambahkan
5. Kemudian didinginkan dalam es batu hingga suhu 15oC lalu titrasi
dengan natrium nitrit 0,149 N.
6. Amati perubahannya dan catat hasilnya.
C. Sulfaguanidin
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sulfaguanidin ditimbang sebanyak 105 mg dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer .
3. HCl encer ditambahkan sebanyak 10 ml hingga larut
4. Indikator campuran tropeolin oo dan metilen biru (5:3) ditambahkan

5. Kemudian didinginkan hingga suhu 15oC lalu titrasi dengan natrium
nitrit 0,149 N.
6. Amati perubahannya dan catat hasilnya.
D. Sulfamerazin
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sulfamerazin ditimbang sebanyak 100 mg dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
3. HCl encer ditambahkan sebanyak 10 ml hingga larut.
4. Indikator campuran tropeolin oo dan metilen biru (5:3) ditambahkan
5. Kemudian didinginkan hingga suhu 15℃ lalu titrasi dengan natrium
nitrit 0,149 N.
6. Amati perubahannya dan catat hasilnya
E. Sulfanilamid
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sulfaguanidin ditimbang sebanyak 102 mg dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer.
3. HCl encer ditambahkan sebanyak 10 ml hingga larut
4. Indikator campuran tropeolin oo dan metilen biru (5:3) ditambahkan
5. Kemudian didinginkan hingga suhu 15oC, lalu titrasi dengan natrium
nitrit 0,149 N.
6. Amati perubahannya dan catat hasilnya

F. Paracetamol
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Paracetamol ditimbang sebanyak 109 mg
3. Asam sulfat sebanyak 10 mL direfluks 10%
4. Kemudian didinginkan hingga suhu 15℃
5. KBr ditambahkan sebanyak 2,5 g dan air ditambahkan sebanyak
75 mL .
6. Kemudian indikator campuran tropeolin oo dan metilen biru (5:3)
ditambahkan.
7. Titrasi dengan natrium nitrit 0,149 N.
8. Amati perubahannya dan catat hasilnya

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel hasil pengamatan
No. Kelompok Sampel Berat sampel
(mg)
Volume titran
(ml)
1 I Paracetamol 109 1,1
2 I Kloramfenikol 106 0,75
3 II Sulfadiazin 110 14,7
4 II Kloramfenikol 110 1,3
5 III Sulfaguanidin 100 10,1
6 III Sulfanilamid 102 25
7 IV Sulfadiazin 118 1,4
8 IV Sulfaguanidin 105 12,1
9 V Sulfaguanidin 100 8,3
10 V Sulfamerazin 100 10,5
11 VI Sulfamerazin 100 7,1
12 VI Paracetamol 107 18,6
\IV.2 Perhitungan
A. Kloramfenikol
1. Kelompok 1
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100% = 0,75×0,149×32,31
106×0,1×100% = 34,06 %

Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=0,75×0,149×323,1106
×100% = 34,06 %
Cara III :
% kadar: Bobot praktekBobot teori
×100%=0,75×0,149×323,1106
×100%=¿ 34,06
%
2. Kelompok 2
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=1,3×0,149×32,31110×0,1
×100%=¿ 56,89%
Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=1,3×0,149×323,1110
×100%=¿ 56,89 %
Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=1,3×1,149×323,1110
×100%=¿ 56,89%
B. Sulfaguanidin
1. Kelompok 3
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=10,1×0,149×21,424100×0,1
×100%=¿ 322 %
Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=10,1×0,149×214,24100
×100%=¿ 322 %

Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=10,1×1,149×214,24100
×100%=¿ 322
%
2. Kelompok 3
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=8,3×0,149×21,424100×0,1
×100%=¿ 264 %
Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=8,3×0,149×214,24100
×100%=¿ 264 %
Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=8,3×1,149×214,24100
×100%=¿ 264 %
C. Sulfadiazin
Kelompok 2
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=14,7×0,149×25,027110×0,1
×100%=¿ 498 %
Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=14,7×0,149×250,27110
×100%=¿ 498 %
Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=14,7×0,149×214,24110
×100%=¿ 498
%

D. Sulfamerazin
1. Kelompok 4
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=1,4×0,149×26,43118×0,1
×100%=¿ 46,72 %
Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=1,4×0,149×264,3118
×100%=¿ 46,72 %
Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=1,4×0,149×264,3118
×100%=¿ 46,72 %
2. Kelompok 6
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=7,1×0,149×26,43100×0,1
×100%=¿ 279 %
Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=7,1×0,149×264,3100
×100%=¿ 279 %
Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=7,1×0,149×264,3100
×100%=¿ 279 %
E. Paracetamol
1. Kelompok 1
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=1,1×0,149×15,116109×0,1
×100%=¿ 22,72
%

Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=1,1×0,149×151,16109
×100%=¿ 22,72 %
Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=1,1×0,149×151,16109
×100%=¿ 22,72
%
2. Kelompok 4
Cara I :
% kadar=Vt ×Nt ×BstBs× fk
×100%=18,6×0,149×15,116107×0,1
×100%=¿ 391 %
Cara II :
% kadar=Vt ×Nt ×BEBs
×100%=18,6×0,149×151,16107
×100%=¿ 391 %
Cara III :
% kadar=Bobot praktekBobot teori
×100%=18,6×0,149×151,16107
×100%=¿ 391
%

BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar paracetamol dan
isoniazid dengan menggunakan metode titrimetri berdasarkan reaksi
diazotasi. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitritometri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku
natrium nitrit.
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan
gugusan amino aromatis dalam industri zat warna, dan dapat dipakai
untuk penetapan sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang
mengandung gugusan amino aromatis yang bebas atau gugusan amino
aromatis yang diperoleh dari hasil hidrolisa dan reduksi, dasar dari
diazotasi ini digunakan untuk penetapan kadar obat-obatan.
Titrasi diazotasi didasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugusan amino aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit,
dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam.
Asam nitrit yang dibutuhkan disini harus dibuat dengan mereaksikan
antara natrium nitrit dengan suatu asam. Hal ini dilakukan karena asam
nitrit sangat tidak stabil. Asam nitrit sangat mudah teroksidasi menjadi
asam nitrat oleh udara.

Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari 15 C, hal ini
dilakukan karena asam nitrit yang dibentuk dari natrium nitrit dari suatu
asam klorida tidak stabil dan mudah terurai dalam suhu kamar. Selain itu,
garam diazonium yang terbentuk pada hasil reaksi juga tidak stabil.
Titrasi pembentukan garam diazonium berjalan lambat, karenanya
digunakan katalisator serbuk KBr untuk mempercepat reaksi. Selain itu,
volume larutan baku yang ditambahkan juga secara perlahan-lahan,
dengan kecepatan 2 ml per menit. Titrasi ini dilakukan dalam keadaan
tertutup, karena sifat dari HNO2 yang mudah menguap.
Pada percobaan ini juga digunakan serbuk zink pada kloramfenikol
untuk mereduksi kloramfenikol menjadi gugus amin primer karena
kloramfenikol termasuk gugus nitro amin. Selain itu, pada percobaan ini
juga digunakan indikator luar yakni kertas kanji iodida. Titik akhir dengan
indikator ini kurang akurat penentuannya sebab untuk menentukan titik
akhirnya kita harus menebak dimana tepat sampel harus bereaksi dengan
titran. Setelah itu, dengan batang pengaduk larutan kemudian digoreskan
kembali pada kertas kanji iodida dan jika tepat maka pada goresan terlihat
perubahan warna yakni menjadi biru tua. Indikator luar ini sangat tidak
efektif dalam mendapatkan titik akhir titrasi. Selain itu, penetapan
kadarnya juga tidak tepat.
Pada percobaan ini, didapatkan hasil Kadar kemurnian kloramfenikol
adalah 282,71% dan 109,13%, sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu
tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%.

Kadar kemurnian sulfadiazin adalah 54,09% dan 118,34%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 99,0%.
Kadar kemurnian sulfaguanidin adalah 134,47% dan 93,23%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 99,0%.
Kadar kemurnian PCT adalah 109,4% dan 14,58%, sedangkan pada
pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0%.
Kadar kemurnian sulfamerazin adalah 13,23% dan 47,64%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0%.
Kadar kemurnian sulfanilamid adalah 93,06% dan 103,03%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 99,0%.
Faktor-faktor yang menyebabkan penetapan kadar dari beberapa
senyawa tidak sesuai dengan pustaka antara lain disebabkan oleh :
1. Adanya pengotor yang ikut bereaksi.
2. Kesalahan saat penimbangan sampel dan saat memasukkan sampel
ke dalam Erlenmeyer.
3. Titrasi tidak dilakukan pada suhu yang sesuai, yaitu 15oC.
4. Penentuan titik akhir titrasi dengan indikator luar yang dilakukan
terlalu lambat, sehingga perubahan warna yang diamati dapat juga
disebabkan oleh oksidasi udara.

BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar kemurnian kloramfenikol adalah 282,71% dan 109,13%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 103,0%.
2. Kadar kemurnian sulfadiazin adalah 54,09% dan 118,34%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 99,0%.
3. Kadar kemurnian sulfaguanidin adalah 134,47% dan 93,23%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 99,0%.
4. Kadar kemurnian PCT adalah 109,4% dan 14,58%, sedangkan pada
pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0%.
5. Kadar kemurnian sulfamerazin adalah 13,23% dan 47,64%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0%.
6. Kadar kemurnian sulfanilamid adalah 93,06% dan 103,03%,
sedangkan pada pustaka kadarnya yaitu tidak kurang dari 99,0%.

VI.2 Saran
Sebaiknya pada saat penyediaan alat dan bahan didampingi oleh
asisten agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum dan sebaiknya
kelompok alat lebih memperhatikan kebersihan alat-alat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi
Analisis. Jakarta : Pustaka Pelajar
2. Marzuki, Asnah; Lethe, Christiana; Rifai, Yusnita; Saud, Anshar dan
Tim Asisten Kimia Analisis 2012/2013. 2013. Penuntun Praktikum
Kimia Analisis. Makassar : Universitas Hasanuddin
3. Marzuki, Asnah. 2013. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu
Press
4. Hamid, gsala. Analisis kuantitatif obat. surabaya : cipta buana press.
5. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
6. Dirjen POM. 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
7. Kathoff, M.J. 1957. Polimetri analysis, volume III. London.
Intensciense publishing.
8. Rivai, H. 1995. Asas pemeriksaan kimia. Jakarta : universitas
indonesia press.