Jendela 4
-
Upload
dian-pertiwi-natawijaya -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Jendela 4
-
7/25/2019 Jendela 4
1/16
Edisi No. 1/Juni/2014
Jendela
BERBAGI PENGETAHUAN, MEMPERLUAS KEMITRAAN
Edisi No. 4/April/2016
Budir's Note ............................. 02
Menggali Potensi Perikanan
Enam Dasa Warsa .................... 03 Belajar Otomotif Di Indonesia,
Dengan Berbagi Ilmu ................................
Membangun Keramahan Di Perbatasan...
Mengubah Sampah Menjadi Indah .......... Apa Kata Mereka ...................................... 1
Mengapa Tidak? ........................................ 04
Berpikir LayaknyaEntrepreneurSejati ..... 06
Bersama Berantas Korupsi Lintas Benua .. 08 Indonesia-Palau Jalin Persahabatan
Tepat enam puluh satu tahun yang lalu, pada
bulan April 1955, Indonesia bersama-sama
dengan Burma (Myanmar), India,
Pakistan, dan Ceylon (Sri Lanka) telah
menyelenggarakan KTT Asia-
Afrika Pertama di Bandung. Konperensi
Asia-Afrika (KAA) menjadi forum untukmendeklarasikan solidaritas antar negara-
negara Selatan, dimana pada waktu itu sebagian
besar masih berada di bawah jajahan bangsa
lain. Berdasarkan hasil KAA, pada tahun 1961,
Indonesia bersama India, Burma, dan Mesir kembali
menginisiasikan pendirianNon Aligned Movementatau
Gerakan Non Blok.
Dari sedikit uraian di atas, nampak jelas bahwa
persaudaraan antara Indonesia dan negara-negara
Asia-Afrika telah dibangun sejak lama. Bahkan,
jika ditelaah lebih jauh lagi, negara-negara
yang pertama kali mengakui kemerdekaanIndonesia adalah negara-negara yang
berasal dari Asia dan Afrika. Negara-
negara dari kedua benua terbesar di dunia
tersebut dapat dikatakan sebagai sahabat
lama Indonesia. Dengan persahabatan
KEMBALI ERATKANSOLIDARITAS ASIA-AFRIKAyang terjalin dari berbagai kesamaan baik dari aspek
historis maupun budaya, tidak heran jika kerja sama
yang terjalin antara Indonesia dan para sahabat lama
ini terus berjalan hingga saat ini.
Memanfaatkan momentum Peringatan HUT
KAA ke-60 pada tahun 2015, Indonesia
kembali membuat komitmen untukmeningkatkan solidaritas dengan sahabat-
sahabat dari kedua benua tadi melalui Kerja
Sama Selatan-Selatan (KSS). Sahabat-sahabat
lama Indonesia menjadi prioritas pemberian
program-program peningkatan kapasitas Indonesia.
Indonesia juga kembali menggaungkan dukungan
untuk Palestina yang hingga saat ini masih belum
terbebas dari belenggu penjajahan.
Sejalan dengan komitmen KAA, beberapa
program peningkatan kapasitas untuk para negara
sahabat di Asia dan Afrika telah diseleng-
garakan oleh Pemri. Indonesia telahmenggandeng mereka untuk berbagi
pengetahuan dan pengalaman di bidang
perikanan, pemberantasan korupsi, ekono-
mi kreatif, perhotelan, hingga otomotif.
Ary Adiati
-
7/25/2019 Jendela 4
2/16
Pembina: Dirjen IDP -Esti AndayaniPenanggung Jawab: Direktur KST - Siti Nugraha Mauludiah
Pimpinan Redaksi : M. Aji SuryaDewan Redaksi: Victor S. Hardjono, Nunung Nurwulan, Sigit Witjaksono, Rumondang Sumartiani
Penyunting/Editor:Ary Adiati
Desain Grafis: Evan Pujonggo, Nur Jannah;Fotografer: Rizqi Adri M, Etty U. WulandariSekretariat/Umum:Rudiyanto, Neti Rahmi
Budirs Note
Pada saat saya diminta untuk menjadi pembicara
dalam forum koordinasi dengan pemda ataupun
pada saat saya berkunjung ke daerah, biasanya
para peserta forum atau para pejabat pemda yang
menerima kunjungan saya berpikiran bahwa saya
adalah direktur yang menangani bantuan teknis
bagi negara kita. Bahkan tidak jarang,
setelah saya menyampaikan paparan
dengan panjang lebar mengenai apa yang
dikerjakan oleh Dit. KST, pertanyaan
yang dilontarkan masih sekitar
bagaimana caranya bisa mendapatkan
bantuan dari negara lain Duh!
Tapi saya mencoba untuk mak-
lum. Sejak kita merdeka, kita sudah
terbiasa menerima bantuan dari negara-
negara maju atau yang lebih maju dari kita.
Konsep kita sebagai negara pemberi masih
asing.
Saya selalu mencari cara agar dapat memberikan
jawaban untuk pertanyaan seperti itu dengan menjelaskan
prosedur penerimaan bantuan yang sudah baku dan jelasperaturannya. Saya juga selalu menyelipkan pesan-pesan
agar bantuan yang diterima betul-betul bermanfaat bagi kita.
Saya tekankan bahwa tidak sedikit pemberi bantuan yang
menjadikan kita pasar produk/teknologi/pakar mereka dalam
pemberian bantuannya. Sering terjadi dalam penerimaan
bantuan, manfaatnya lebih besar dirasakan oleh negara
pemberi dibandingkan oleh negara penerima.
Tetapi, saya selalu kembalikan pembahasan ke arah
semula: mensosialisasikan program-program Dit. KST,
dimana Indonesia sebagai negara pemberi. Saya berusaha
agar para pejabat pemda bisa melihat manfaat yang besar bagi
kita sebagai pihak yang memberikan bantuan (tangan di atas,bukan tangan di bawah).
Dan pada saat konsep kita sebagai negara pemberi
masuk, selalu ada pertanyaan lanjutan yang disampaikan
kepada saya: Ngapain sih kita memberikan bantuan, padahal
kita juga masih memerlukan bantuan.
Jawaban normatif untuk pertanyaan itu yang
biasa saya sampaikan adalah: kita memberikan bantuan
karena dimandatkan konstitusi. Pembukaan Dasar UUD
1945, pada alinea ke empat, ada bagian yang
menyebutkan: ......dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial....., ini jelas mene-
gaskan mandat agar bangsa Indonesia
turut serta dalam upaya men ciptakan
kesejahteraan internasional.
Jawaban normatif lainnya:
kita sebagai negara berpenghasilan
menengah berkewajiban membantu
negara yang masih miskin dan ber-
kembang. Analoginya seperti dalam
kehidupan sosial/bertetangga. Kalau ada teman
atau tetangga yang masih memerlukan bantuan
kita, maka seyogyanya sebagai anggota masyarakat yang
baik, kita perlu membantu mereka. Begitu juga dalam tatanan
sosial/bertetangga pada level global.Tetapi jawaban yang biasanya lebih bisa didengar
adalah ketika saya menjelaskan manfaat dari pemberian
bantuan a.l:
Mendekatkan hubungan dengan negara penerima.
Meningkatkan citra Indonesia di mata negara penerima.
Berpotensi membuka pasar produk dan investasi Indonesia
di negara penerima. Memperluas ekspose regional maupun
internasional dari para tenaga ahli Indonesia.
Konsep memberi memang masih belum sepopuler
konsep menerima. Diperlukan revolusi mental bangsa
Indonesia agar bisa merubah kebiasaan dari negara penerima
menjadi negara pemberi (hal ini dilontarkan oleh MantanMenlu Dr, Hasan Wirayudha dalam salah satu FGD tentang
Kerjasama Selatan-Selatan di Kemlu).
Saya setuju 100%, Pak Hasan. Bangsa Indonesia perlu
revolusi mental.
Susunan Redaksi
REVOLUSI MENTAL
-
7/25/2019 Jendela 4
3/16
Edisi No. 4/April/2016
Jendela
Banyak hal bisa terjadi dalam rentang waktu 60
tahun. Setidaknya dua generasi bisa terlahirkandalam kurun waktu enam dasawarsa. Elton
John mendambakan dunia yang tak lagi
butuh senjata jika ia mencapai usia 60 tahun
dalam lirik lagu Sixty Years On. Dalam 60 tahun pula,
berpuluh-puluh negara di Asia dan Afrika telah lahir setelah
memerdekakan diri dari tuan-tuan kolonial mereka. Bisa
dibilang, kemerdekaan bangsa-bangsa ini juga tak lepas dari
peran Indonesia yang memimpin berjalannya Konferensi
Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955 sebagai ajang untuk
melawan imperialisme.
Pada tahun 2015, telah dilaksanakan Peringatan ke-
60 Tahun KAA di Jakarta yang dihadiri oleh perwakilan 109negara Asia, Afrika, dan Pasik. Dalam pertemuan tersebut,
Indonesia berkomitmen untuk tururt serta meningkatkan
kapasitas bangsa-bangsa Asia Afrika, salah satunya di bidang
perikanan. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia untuk
menjadi negara maritim. Sebagai implementasi langsung
dari komitmen yang disampaikan para pemimpin bangsa
pada Peringatan ke-60 Tahun KAA tersebut, Indonesia
menginisiasi pelaksanaan suatu program peningkatan
kapasitas di bidang perikanan berjudul International
Workshop on Community Based Freshwater Aquaculture
for Pacic and African Countriesyang dilaksanakan di
Sukabumi pada tanggal 8-16 November 2015.
Sebanyak 32 peserta dari Angola, Burundi,
Ethiopia, Fiji, Indonesia, Kenya, Madagaskar, Mozambik,
Namibia, Rwanda, Sudan, Tanzania, dan Vanuatu dilatih
dalam pelatihan yang dilaksanakan di Balai Besar Pengem-
bangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Selama 9
hari, mereka belajar mengenai berbagai hal terkait budidaya
air tawar termasuk budidaya ikan lele, nila, patin, pengelolaan
jaring apung, dan pemberdayaan masyarakat. Mereka tentu-
nya juga berkesempatan untuk mengunjungi Museum KAA
Bandung, dimana beberapa peserta merasakan nuansa nostal-
gia perjuangan para pemimpin negara mereka terdahulu.
Dulu tahun 1955 Sudan belum punya bendera.
Sekarang saya disini mewakili Sudan yang sudah punyabendera, ucap peserta asal Sudan, Waleed Suliman. Peserta
asal Kenya, Isaiah Okello, kagum melihat betapa gigihnya
pelaku perikanan di Indonesia. Waktu kami ke Cirata,
kami lihat betapa danau disana dikelola dengan baik dan
masyarakat dapat berdagang ikan.Indonesians can really
make something out of nothing, demikian ujarnya. Berbeda
pula pendapat peserta asal Vanuatu, Janiengco Vusilai,
seorang petani ikan, Saya hanya seorang petani desa. Tapi
disini saya diperlakukan sangat baik, sama seperti yang lain.
Ia menambahkan, Di Vanuatu semua ikan nila berwarna
hitam, tidak ada yang warna merah seperti di Sukabumi. Saya
baru pertama kali lihat ikan nila merah.Dari pelatihan ini, kami dapat memahami
bahwa masih sedemikian banyaknya potensi yang bisa
dikembangkan untuk menguatkan kerja sama antara Asia,
Afrika, dan Pasik. Banyak pula pangsa pasar asset maritim
Indonesia yang bisa diekspor ke Afrika dan Pasik seperti
bibit ikan, palet ikan, dan teknologi jaring apung. Kerja
sama teknik lah yang dapat menjembatani peluang-peluang
tersebut, dan ke depannya upaya penguatan kerja sama
pembangunan dengan Afrika dan Pasik akan terus digali
dan digencarkan.
Rizqi Adri Muhammad
Pada Peringatan ke-60 Tahun KAA di Jakarta, Indonesia mengususng tema peningkatan
Kerja Sama Selatan-Selatan antar bangsa Asia dan Afrika di berbagai bidang pembangunan.
Selaras dengan visi Indonesia untuk menjadi negara maritim, bidang perikanan menjadi isu
kerja sama yang sangat penting. Indonesia kemudian mengundang peserta dari 13 negara
Asia-Afrika untuk berbagi ilmu secara langsung dengan para ahli perikanan di Sukabumi.
MENGGALI POTENSI PERIKANAN
ENAM DASA WARSA
-
7/25/2019 Jendela 4
4/16
4
P
ertanian, perikanan, demokrasi, atau disaster
risk managementadalah bidang-bidang akan
akan langsung muncul dalam benak kita ketika
seseorang manyakan mengenai kapasitas
unggulan yang dimiliki Indonesia. Tidak
banyak yang mengetahui bahwa Indonesia juga memilikikapasitas di bidang otomotif, khusunya modifikasi
kendaraan. Salah satu produsen sepeda motor terbesar
di Indonesia ialah PT Triangle Motorindo sebagai agen
tunggal pemegang merk VIAR dengan kapasitas produksi
hingga 1000 unit per hari.
Untuk mengembangkan pasar otomotif Indonesia
sekaligus berbagi keahlian di bidang otomotif, Kemlu
kemudian menggandeng PT Triangle Motorindo dan Balai
Besar Pengembangan Latihan Kerja, Semarang, guna
menyelenggarakan International Workshop on Automotive
Technician for Pacic Countriespada tanggal 9-16 November
Jendela
Edisi No. 4/April/2016
2015 di Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 7
(tujuh) peserta yang berasal dari Fiji (3 peserta), Kepulauan
Solomon (2 peserta) dan Papua Nugini (2 peserta).
Di wilayah Pasifik, sama halnya dengan sebagian
besar wilayah di Indonesia, mayoritas masyarakatnya
juga bertempat tinggal di daerah pedesaan. Karena itu,pembangunan pedesaan perlu dilakukan demi meningkatnya
kesejahteraan masyarakat desa. Salah satu upaya untuk
mempercepat pembangunan pedesaan ialah melalui
penyediaan sarana dan prasarana insfrstruktur untuk
memberdayakan masyarakat. Jaringan infrastruktur
menjadi sangat penting, terutama transportasi dan jaringan
lainnya yang mendukung konektivitas sehingga masyarakat
pedesaan dapat lebih mudah memobilisasi pemasaran produk
perikanan dan pertaniannya.
Perkembangan mobilisasi dan transportasi sangat
terkait dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia,
Dalam upaya membantu masyarakat pedesaan di Pasifik Selatan, Indonesia berbagi
keahlian di bidang permesinan. Banyak yang belum mengetahui bahwa modifikasi
kendaraan roda 2 (dua) menjadi roda 3 (tiga) dengan designkhusus sesuai kebutuhan
adalah salah satu keahlian yang dimiliki para pakar otomotif Indonesia. Keahlian
memodifikasi motor untuk dijadikan sebagai alat angkut dipandang perlu untuk
membantu masyarakat Pasifik di pedesaan guna memudahkan transportasi dan
peningkatan ekonominya.
BELAJAR OTOMOTIF
DI INDONESIA, MENGAPA TIDAK?
-
7/25/2019 Jendela 4
5/16
manajemen kearsipan, pemerintahan dan pemberantasan
korupsi, pengiriman tenaga ahli perikanan ke Nauru dan
Palau, serta program kunjungan wartawan.
Pelatihan dilaksanakan di salah satu fasilitas Balai
Besar Pengembangan Latihan Kerja di Semarang. Dalampelatihan ini, peserta lebih banyak berada di luar ruangan.
Namun demikian, teriknya sinar matahari ternyata tidak
menyurutkan semangat saudara-saudara kita dari Pasifik
untuk belajar. Selain mengutak-atik kendaraan, para peserta
juga diperbolehkan mengendarai melakukan uji coba
beberapa kendaraan VIAR Motor di lingkungan tempat
pelatihan.
Wakil peserta dari Kepulauan Solomon dan Fiji
menyampaikan respon positif dan mengucapkan terima
kasih kepada Pemri atas diselenggarakannya pelatihan ini.
Indonesia ternyata sudah jauh lebih berkembang daripada
apa yang saya bayangkan selama ini. Saya sangat terkesan
dengan hospitalityyang diberikan masyarakat Indonesia,
ungkap Nokali Patrick, peserta dari Kepulauan Solomon.
Shamal Narayan, peserta asal Fiji menambahkan bahwa
program yang didapatkan sangat berguna bagi dirinya dan
negaranya serta berjanji akan membagi ilmu yang didapat
kepada koleganya di Fiji. Yang bersangkutan berharap
program serupa dapat terus diberikan oleh Indonesia kepada
negara-negara Pasik.
Platihan otomotif ini merupakan salah satu upaya
memperkuat diplomasi RI di kawasan Pasik Selatan. Upaya
ini juga sejalan dengan pemenuhan komitmen Indonesia
untuk mengalokasikan USD 20 juta untuk bantuan capacity
buildingbagi negara-negara Pasik, termasuk negara-negaraMSG untuk 5 (lima) tahun kedepan (2015 2019) seperti yang
telah disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada pertemuanPacic Islands Development Forum(PIDF)
bulan Juni 2014.
Saya berharap para peserta dapat menyebar luaskan
pengetahuan mereka serta menggunakan segala wawasan
yang didapat selama pelatihan sekembalinya ke negara
masing-masing, kata Duta Besar Sudirman Haseng.
Selama menjalani pelatihan, peserta mendapatkan
pengajaran di kelas baik secara teori maupun praktek
langsung di bengkel otomotif. Materi yang diajarkan antara
lain tentang tune-up engine, pemeliharaan sistem bahanbakar, pemeliharaan rem, pemeliharaan penerangan, dan
pemeliharaan rantai.
Diakhir workshop peserta juga akan mengadakan
kunjungan budaya ke pusat oleh-oleh kota Semarang,
kampung batik, dan menyempatkan diri untuk berkunjung
ke kuil Sam Poo Kong, Semarang. Melalui workshopini,
diharapkan peserta memperoleh pengalaman negara lain
dalam mengatasi permasalahan transportasi barang dan
meningkatkan mobilitas ekonomi masyarakat di negara-
negara Pasik terutama di wilayah pedesaan.
Neti Rahmi
yang dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan di bidang transportasi. Dalam upaya membantu
masyarakat pedesaan di negara-negara Pasifik Selatan,
Indonesia bertukar pengalaman dan keahlian di bidang
permesinan, kelistrikan dan konstruksi modikasi kendaraanroda 2 (dua) menjadi kendaraan roda 3 (tiga) dengan design
khusus sesuai kebutuhan berbagai jenis aktivitas. Keahlian
memodifikasi motor untuk dijadikan sebagai alat angkut
dipandang perlu untuk membantu masyarakat Pasifik di
pedesaan guna memudahkan transportasi dan peningkatan
ekonominya.
Saya meyakini bahwa program ini akan mendorong
munculnya ide-ide kreatif masyarakat Pasik Selatan dan
mempercepat peningkatan transportasi serta geliat ekonomi
UKM di negara asal para peserta, tutur Sekretaris Direktorat
Jenderal Asia Pasik dan Afrika, dalam sambutan penutupan
wokrshop dimaksud pada tanggal 16 November 2015.
Corporate ManagerPT. Triangle Motorindo, Deden
Gunawan mengucapkan terima kasih kepada Kementerian
Luar Negeri yang telah memberikan kesempatan kepada
VIAR Motor sebagai salah satu narasumber untuk
mendedikasikan keahliannya dalam menyiapkan sumber
daya manusia dalam pengembangan industri otomotif pada
pelaksanaan program capacity building.Ke depan, kami berharap dengan adanya kegiatan
ini dapat membuka jalan untuk terjalinnya kerjasama
antara VIAR Motor dengan negara-negara lain, bahkan jika
memungkinkan dapat membuka peluang impor produk kami
ke wilayah Pasik, ujar Deden Gunawan.
Pelatihan ini merupakan salah satu dari 7 (tujuh)
program capacity buildingyang resmi dibuka oleh Menteri
Luar Negeri RI pada tanggal 9 November 2015 di kantor
Kementerian Luar Negeri. Selain pelatihan tersebut di
atas, terdapat pula pelatihan di bidang budidaya ikan air
tawar, kewirausahaan, pariwisata untuk warga perbatasan,
Edisi No. 4/April/2016
Jendela
-
7/25/2019 Jendela 4
6/16
Sebagian orang mungkin pernah mempertanyakan
mengapa di setiap gerai kopi ternama dengan
logo bulat bernuansa hijau selalu memiliki dua
macam kursi. Namun, banyak juga orang yangtidak mengamati bahwa di setiap kafe yang
sudah merambah secara internasional tersebut akan selalu
ditemukan kombinasi antara tempat duduk yang nyaman,
seperti sofa atau kursi malas, dengan bangku yang lebih keras.
Kemudian, di satu sisi, sebagian orang yang
mengetahui hal ini pun mempertanyakan alasan adanya
kombinasi dua jenis kursi tersebut. Karena, jika memang
tujuannya membuat suatu tempat singgah yang nyaman,
akan lebih baik jika seluruh kursi yang ada diganti dengan
sofa. Atau jika memang ingin membuat suatu gerai dengan
kapasitas lebih besar dan biaya operasional yang lebih murah,
6
akan lebih tepat untuk menggunakan jenis bangku yang lebih
sederhana seluruhnya. Di sisi lain, ada pula sebagian orang
yang meskipun mengetahui tentang dua macam bangku ini,
cenderung tidak acuh. Bagi mereka, yang penting hanyabagaimana mendapatkan kopi yang enak dan tempat yang
nyaman. Pemikiran seperti ini lah yang tidak dimiliki
seorang entrepreneur sejati.
Jadi apa sih yang ada di benak seorang entrepreneur?
Dari observasi permasalahan sofa dan bangku di atas
sudah dapat dibayangkan. Seandainya gerai kopi tersebut
menggunakan bangku kayu, tentunya tidak akan menarik
mayoritas pembeli kopi saat ini yang memanfaatkan kafe
sebagai tempat untuk duduk nyaman dan bercengkerama.
Namun demikian, ternyata ide mengubah seluruh tempat
duduk menjadi sofa bukanlah ide yang baik juga untuk bisnis.
BERPIKIR LAYAKNYAENTREPRENEUR SEJATIDi dunia bisnis Indonesia, siapa yang tidak pernah mendengar tentang sosok Ir. Ciputra?
Beliau terkenal sebagai pengusaha properti yang sukses, antara lain pada Jaya Group,
Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Dengan kepiawaiannya berbisnis, Ir. Ciputra
menjadi sosok yang patut diteladani oleh para entrepreneurmuda, tidak hanya di Indonesianamun juga di manca negara. Untuk itu, kali ini Direktorat Kerja Sama Teknik (Dit. KST)
menggandeng Ciputra University menyelenggarakan pelatihan entrepreneurship bagi pelaku
bisnis Indonesia dan Fiji. Dalam pelatihan ini, para peserta bukan hanya dilatih untuk
menjalankan bisnis, namun juga bagaimana berpikir layaknya entrepreneur sejati.
Jendela
Edisi No. 4/April/2016
-
7/25/2019 Jendela 4
7/16
Bayangkan apabila kafe sudah penuh dan seluruh pembeli
kopi terlalu nyaman duduk di sofa. Apalagi sofa memakan
lebih banyak tempat dibandingkan bangku, jadi wajar kafe
semacam itu akan cepat penuh. Tentunya jika kafe penuh
pelanggan yang berniat membeli kopi akan memilih tempatlain. Apabila kemudian ada seorang pelanggan mendatangi
gerai kopi ternama yang menggunakan kombinasi sofa dan
kursi tersebut untuk mencari kenyamanan, ia beruntung jika
ia menemukan kursi yang nyaman untuk diduduki. Namun
jika seluruh sofa sudah penuh, apakah ia akan berpikir untuk
mencari gerai kopi lain saja? Atau memilih duduk di bangku
kayu dan mengorbankan kenyamanannya?
Bisa dipastikan sebagian besar pelanggan kafe yang
mengalami hal tersebut akan tetap membeli kopi dan duduk
di bangku kayu. Mereka yang mencari kenyamanan akan
memilih menunggu dan berharap sofa yang saat ini penuh,
dalam beberapa menit ke depan akan tersedia. Tidak nyaman
memang duduk di bangku kayu. Akan tetapi, hal ini baik
untuk bisnis karena pelanggan cenderung untuk duduk lebih
sebentar di bangku kayu dibandingkan sofa. Pelanggan
tersebut tentunya akan pergi sambil berharap bahwa
suatu waktu ketika datang kembali ke kafe tersebut akan
menemukan sofa kosong untuk diduduki.
Contoh di atas merupakan salah satu hal yang
diajarkan dalam programEntrepreneurship Boot Campyang
diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Luar Negeri
dan Ciputra Foundation.
Ciputra Foundation, merupakan institusi yang
didirikan oleh Ir. Ciputra, salah satu entrepreneur kenamaan
Indonesia, dengan berawal dari mimpi menghasilkan empatjuta entrepreneur baru di Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Dari pesisir pantai hingga ke gunung, desa hingga
kota. Putra putri petani, nelayan, guru, pegawai negeri sipil,
maupun pekerja swasta, seluruhnya menjadi entrepreneur.
Dengan pengalaman mumpuni di dunia bisnis
selama lebih dari 50 tahun, Ir. Ciputra kini mengedepankan
pendidikan berbasisentrepreneur.ProgramEntrepreneurship
Boot Camp menjadi salah satu program unggulan untuk
mendorong para pengusaha Indonesia berkembang menjadi
entrepreneur.
Entrepreneurship Boot Camp hasil kerja sama
Ciputra dan Kementerian Luar Negeri sudah dimulai sejakbulan November 2015. Hingga saat ini, program tersebut
sudah menyelenggarakan dua lokakarya dan mentoring
berkelanjutan selama lima bulan. Proses inkubasi bisnis
ini akan dimonitor secara terus menerus setidaknya dalam
periode waktu 6 (enam) bulan.
Sebanyak 38 (tiga puluh delapan) peserta dari Fiji
dan Indonesia aktif dilibatkan dalam program yang masih
akan berlanjut hingga tiga atau empat bulan mendatang.
Program tersebut diharapkan akan mencetak entrepreneur-
entrepreneur yang tangguh, kreatif, dan inovatif.
Ir. Ciputra sendiri sempat memberikan kelas motivasi
kepada para peserta secara langsung. Beliau bercerita
bagaimana dirinya memulai bisnis dari skala kecil dengan
mengandalkan modal orang lain. Namun saat ini beliau
memiliki beberapa anak perusahaan di bawah Ciputra Group,
dengan total aset senilai 1,5 milyar USD.Cerita hidup Ir. Ciputra tersebut kemudian menginspirasi
para peserta untuk menetapkan target pengembangan bisnis
mereka. Program (Entrepreneurship Boot Camp) ini memo-
tivasi saya untuk mengembangkan bisnis dengan ide baru yang
saya sendiri pikir tidak akan pernah berani saya ambil, ujar Mr.
Junior Saladuadua Bali, peserta program dari Fiji.
Dalam tiga bulan ke depan, saya ditargetkan untuk
mengembangkan bisnis saya sepuluh kali lipat! cerita Zaki
Falimbany, salah satu peserta termuda dari Indonesia. Saat
ini dia sedang menjalankan tiga linebisnis berbeda. Bisnis
tersebut diharapkan berkembang dan menciptakan berbagai
lapangan pekerjaan baru di Indonesia. Dari 10 (sepuluh)
pegawai yang dipekerjakan, Zaki diharapkan dapat membuka
90 (sembilan puluh) lapangan pekerjaan tambahan dalam line
bisnisnya selama tahun 2016.
Kalau tidak dari segi sumber daya manusianya, ya
dari tingkat revenue yang diperoleh, tutur Dr. Ivan Sandjaja,
mentor dan pengajar program, ketika berbicara mengenai
target yang ditetapkan kepada para peserta.
Tidak hanya pengembangan bisnis secara individu,
program juga berhasil mendorong pengembangan bisnis
kerja sama antara Fiji dan Indonesia. Elizabeth Ann
Morriss, salah satu peserta dari Fiji, menyatakan minatnya
untuk mengembangkan bisnis oris yang dimiliki dengan
mengimpor produk-produk dari Indonesia. Saya akankembali lagi pada bulan Oktober untuk melihat Trade Expodi
Jakarta. Indonesia memiliki banyak hal yang akan membantu
pengembangan bisnis saya di Fiji, ujarnya optimis.
Saat ini para peserta sedang menggeluti bisnisnya
masing-masing untuk mengejar target yang telah diberikan.
Seluruh peserta akan melaporkan perkembangan bisnisnya
dalam lokakarya fase ketiga pada pertengahan tahun 2016.
Targetnya, mereka sudah berubah dari pola pikir pengusaha
menjadi seorang entrepreneur.
Bagi Ciputra, tidak semua pengusaha adalah
entrepreneur. Menjadi entrepreneurbukan hanya sekedar
menjalankan bisnis, namun juga harus mampu berpikirkeatif dan inovatif dalam mengembangkan bisnis tersebut ke
tingkat yang lebih tinggi.
Konsep pengusaha bukan entrepreneur juga
melahirkan berbagai konsep entrepreneur lainnya.
Untuk para pegawai negeri sipil misalnya terdapat istilah
government entrepreneurship. Dengan demikian, yang
menjadikan seseorang entrepreneur adalah pola pikirnya
bukan profesinya.
Bagaimana dengan Anda, sudahkah Anda berpikir
layaknya seorang entrepreneur?
Evan Pujonggo
Edisi No. 4/April/2016
Jendela
-
7/25/2019 Jendela 4
8/16
8
Indonesia pada masanya pernah terjerat dalam praktik
korupsi yang sedemikian parahnya dan sistematik
hingga nyaris menyebabkan lumpuhnya negara ketika
dihantam Krisis Moneter 1997. Selain melumpuhkan
sektor finansial negara, krisis moneter kala itu
mengungkap borok praktik korupsi selama 32 tahun masa
Orde Baru. Selanjutnya periode Reformasi-pun bergulir
hingga didirikannya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)sebagai garda depan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Berdirinya KPK juga membuka jalan kolaborasi dengan
unsur organisasi masyarakat terkemuka sepertiIndonesia
Corruption Watch(ICW) dan Transparency International
Indonesia(TII).
Sekian tahun berjalan, upaya bersama antara KPK
dengan berbagai pihak di Indonesia dalam memberantas
korupsi kian mendapat sorotan dari publik dan media. Tidak
hanya di Indonesia, kabar mengenai kiprah Indonesia dalam
memberantas korupsi terdengar hingga ke mancanegara.
Berbagai permintaan bantuan teknis pun disampaikan kepada
pemerintah Indonesia untuk dapat membagikan praktikterbaik pemberantasan korupsi Indonesia kepada negara-
negara maju maupun berkembang.
Menjawab banyaknya permintaan bantuan teknis
tersebut. Direktorat KST Kemlu bekerja sama dengan KPK,
ICW, TII, dan USAID Indonesia melaksanakan pengiriman
tenaga ahli bidang pemberantasan korupsi ke Tunisia
dalamInternational Workshop on Corruption Eradication
for Africa and Middle East Countries pada tanggal 26-
27 November 2015. Tenaga ahli yang dikirimkan adalah
Pimpinan KPK, Zulkarnain, Direktur Gratifikasi KPK,
peneliti hukum ICW, dan program managerTII. Tunisia
Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely, demikian disebutkan
John Acton saat menyerukan protes kepada kekuasaan absolut Vatikan pada tahun 1887.
Kalimat ini seolah menjadi suatu ramalan yang terwujud sendiri dan melambangkan
keniscayaan adanya korupsi pada kekuasaan dalam bentuk apapun, baik pada level
individu, organisasi, maupun negara. Meskipun begitu, upaya pemberantasan korupsi terusberjalan dan melibatkan dukungan dari banyak pihak.
BERSAMA BERANTASKORUPSI LINTAS BENUA
Jendela
Edisi No. 4/April/2016
dipilih karena adanya keinginan yang kuat dari pemerintah
Tunisia untuk merumuskan Undang-Undang Anti Korupsidan adanya peran badan anti-korupsiInstance National de la
Lutte Contre la Corruption (INLUCC) yang aktif berperan
dalam pengentasan korupsi di Tunisia. Selain itu, pakar
anti-korupsi dari Aljazair, Ethiopia, Libya, dan Mesir juga
dilibatkan dalam workshop.
Para peserta workshopterkesan dengan upaya yang
dilakukan oleh KPK sebagai lembaga anti-korupsi yang
independen dan imparsial. Perhatian yang besar juga
ditujukan kepada narasumber dari ICW, yang menjelaskan
mengenai peran ICW dalam memberikan pendidikan
anti-korupsi sejak dini dengan adanya program Cek
-
7/25/2019 Jendela 4
9/16
Sekolahku untuk melayani pengaduan masyarakat
terkait proses persekolahan. Guna memberikan perspektif
yang berimbang, pakar dari TII menyampaikan berbagai
hambatan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia antara
lain upaya pelemahan terhadap KPK. Dijelaskan olehpakar TII bahwa KPK menjadi kuat karena dukungan dari
berbagai elemen masyarakat, sehingga dukungan publik
sangat menentukan awet tidaknya upaya pemberantasan
korupsi.
Workshopyang berlangsung selama dua hari tersebut
juga menjembatani berbagai pertukaran pengalaman
mengenai praktik korupsi di kawasan Afrika dan Timur
Tengah. Pakar dari Jaksa Penuntut Umum Mesir, misalnya,
menyampaikan gerakan anti-korupsi di Mesir lebih banyak
difokuskan pada praktik korupsi pada level institusi negara.
Sedangkan gerakan ormas dalam pemberantasan korupsi
nyaris tidak berkembang di Mesir. Berbeda pula di Libya,
yang saat ini kondisinya dipersulit dengan adanya duakubu pemerintahan dan dua kubu parlemen. Terdapat pula
tiga badan anti-korupsi di Libya yang memiliki afiliasi
pemerintahan yang berbeda, sehingga diperlukan upaya
penyamaan persepi di Libya yang terus-menerus.
Tunisia sebagai tuan rumah menyatakan keseriusannya
untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam pemberantasan
korupsi dimana INLUCC berencana untuk mengajukan
MoU Kerja Sama institusional dengan KPK. INLUCC saat
ini mendapat dukungan dariEuropean Uniondan Council
of Europe untuk menyusun Undang-Undang organik
untuk pemberantasan korupsi di Tunisia dan berharap dapat
belajar dari berbagai pengalaman KPK dan ormas terkait di
Indonesia.
Kerja sama internasional dalam gerakan anti-korupsi
menjadi penting dalam mendukung perkembangan
ekonomi. Hal ini ditegaskan pula oleh Ketua INLUCCTunisia, Samir Annabi, Pemberantasan korupsi
merupakan syarat utama bagi terciptanya kemajuan
ekonomi di Tunisia yang relatif stagnan sejak terjadinya
Revolusi Jasmin pada tahun 2011, ucapnya. Damaw
Asfaw, Team Leader Federal Ethics andAnti Corruption
Comission Ethiopia menambahkan Kami di Ethiopia
perlu belajar dari workshop seperti ini. Semoga pada
tahun-tahun selanjutnya Indonesia dapat pula datang ke
Ethiopia untuk berbagi ilmu anti-korupsi,ungkapnya.
Memang upaya anti-korupsi di Indonesia masih
mengalami banyak tantangan. Namun hal ini tidak lantas
membatasi pentingnyasharing of knowledge and experience
antara Indonesia dengan negara sahabat dalam kontekspenguatan anti-korupsi di dalam negeri maupun perluasan
jaringan anti-korupsi secara global. Kinerja institusi-
institusi negara yang transparan dan bebas korupsi juga
menjadi landasan timbulnya kepercayaan investor dalam
melaksanakan kerja sama ekonomi. Dalam konteks itulah,
kerja sama teknik dalam bidanggood governancemaupun
pemberantasan korupsi menjadi penting untuk terus
dilaksanakan tidak hanya untuk mendukung pemerintahan
yang bersih namun juga untuk memperkuat solidaritas antara
negara berkembang.
Rizqi Adri Muhammad
Edisi No. 4/April/2016
Jendela
-
7/25/2019 Jendela 4
10/16
10 Jendela
Edisi No. 4/April/2016
Berangkat dari keprihatinan terhadap minimnya
pemanfaatan produk kelapa di negaranya,
Pemerintah Palau meminta Pemerintah
Indonesia untuk membantu memberikan
pelatihan di bidang kerajinan dengan
memanfaatkan komoditas kelapa. Atas dasar ini, Direktorat
Kerja Sama Teknik (Dit. KST) mencoba mendesain kegiatan
yang dapat mengakomodasi permintaan tersebut.
Bekerja sama dengan Balai Besar Kerajinan danBatik (BBKB) di Yogyakarta, Dit. KST telah menerjunkan
2 (dua) orang tenaga ahli, Siswanto dan Harnandito,
guna memberikan pelatihan capacity buildingdi bidang
kerajinan tempurung kelapa di Koror, Palau. Pelatihan yang
dikoordinasikan oleh Museum Nasional Belau ini sukses
diselenggarakan dan diikuti oleh 20 orang peserta selama
5 (lima) hari berturut-turut sejak tanggal 23-27 November
2015.
Pelatihan ini merupakan prakarsa Indonesia dalam
upayanya meningkatkan kerja sama bilateral dengan Palau.
Besarnya kuantitas tempurung kelapa yang melimpah
di Palau dan belum mendapat perhatian khusus untukdieksploitasi menjadi perhatian Pemri dalam membantu
masyarakat Palau, ujar Wakepri Manila, Ade Petranto.
Selama pelatihan para peserta mendapatkan
pengetahuan dan teknik dasar pembuatan aneka kerajinan dari
bahan tempurung kelapa baik dalam bentuk laminasi yang
menggunakan potongan ataupun serpihan tempurung kelapa
dan bahan tempurung kelapa utuh. Para peserta berhasil
menyelesaikan proyek mereka dengan membuat pigura,
alas gelas (coaster), dan baki dari potongan dan serpihan
tempurung kelapa. Sedangkan dari bahan tempurung kelapa
utuh mereka berhasil membuat berbagai perlengkapan rumah
tangga seperti sendok sayur, teko, pot bunga, tempat permen,
dan pajangan.
Mereka tampak bangga mempresentasikan karyanya
kepada sesama peserta, tenaga ahli yang mengajar, maupun
sejumlah warga yang datang menyaksikan pelatihan di
bengkel kerja milik Museum Nasional. Setelah kami telisik
ternyata sebagian besar kerajinan dari tempurung kelapa
yang dijual di toko suvenir setempat berasal dari Filipina, dan
bahkan diduga berasal dari Bali. Tak heran mereka bangga
Palau bukan merupakan negara yang familiardi telinga sebagian besar masyarakat
Indonesia. Begitu pula Indonesia bagi masyarakat Palau. Lalu mengapa Pemerintah
Indonesia mengirimkan pakar kerajinan ke negara yang mungkin namanya saja belum
pernah terdengar oleh masyarakat Indonesia? Testimoni dari para peserta pelatihan
tempurung kelapa di Palau menjadi jawabannya.
INDONESIA-PALAU
JALIN PERSAHABATANDENGAN BERBAGI ILMU
-
7/25/2019 Jendela 4
11/16
1Edisi No. 4/April/2016
Jendela
luar biasa pada peningkatan kapasitas mereka dalam waktu
yang relatif singkat.
Di akhir pelatihan, para tenaga ahli Indonesia
mengaku kagum terhadap sejumlah karya para peserta dan
menyampaikan bahwa seluruh peserta mampu menyerapberbagai teknik yang diberikan selama pelatihan. Keduanya
juga memberikan apresiasi atas upaya dan semangat peserta
dalam mengikuti pelatihan. Namun demikian, peserta
diharapkan mampu memperhalus karyanya sehingga menjadi
lebih layak jual, mengingat tujuan akhir pelatihan adalah agar
peserta mampu menghasilkan produk dari tempurung kelapa
yang dapat bermanfaat secara ekonomi.
Masing-masing peserta pelatihan kerajinan tempurung
kelapa memiliki kesan tersendiri terhadap pelatihan
tersebut. Salah seorang peserta, Nana Bruce, dengan yakin
menyatakan bahwa sebelumnya ia merasa tidak melihat
penting keberadaan tumpukan limbah tempurung kelapa
yang melimpah di sekitar tempat tinggalnya. Pelatihan ini
membuka mata saya akan berbagai ide pembuatan produk
berbahan dasar tempurung kelapa, ujar nenek yang masih
aktif bekerja ini.
Bebeda lagi dengan Scott Weers, seniman setempat,
yang mengaku bahwa pelatihan ini telah membuka
wawasannya tentang keberadaan Indonesia, negeri tetanggaPalau di kawasan. Terus terang, saya tidak menyangka
Pemerintah Indonesia telah mau berbagi ilmu dan membuka
wawasannya bagi kami. Setelah mengikuti pelatihan ini, saya
merasa sangat ingin mengenal lebih dekat negara Indonesia
dan penduduknya. Saya benar-benar berharap masyarakat
Palau dapat berkesempatan memperoleh tambahan pelatihan
lainnya dari Pemri serta kelak berkesempatan untuk
berkunjung ke Indonesia, ucapnya.
Ketika tiba waktunya pelatihan ini ditutup, suasana
haru sempat menyelimuti para peserta. Scott Bruce, salah
seorang peserta yang mengungkapkan pesan kesannya
selama pelatihan menyatakan bahwa pelatihan tidak hanya
membawa peningkatan kapasitas bagi warga di Palau, namun
juga persahabatan dan rasa persaudaraan dengan teman-
teman dari Indonesia. Sulit bagi saya berpisah dengan
teman-teman baru dari Indonesia. Sejak awal, saya dan
peserta lain sudah merasa sangat diterima oleh kawan-kawan
dari Indonesia, ujarnya haru. Hal ini memberikan nuansa
yang berbeda dari berbagai pelatihan yang pernah diikutinya
selama ini.
Di Palau sendiri, pemberitaan mengenai adanya
kegiatan pelatihan kerajinan tempurung kelapa ini mendapat
perhatian khalayak ramai. Dua media cetak yang terbit
di Palau, Tia Belau dan Island Times, masing-masing
menerbitkan tulisan mengenai jalannya pelatihan ini.Keduanya memuat informasi dasar tentang pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan. Pemberitaan ini kemudian
memperluas penyebaran informasi pelatihan kepada
sejumlah warga umum yang kemudian tertarik mendatangi
tempat pelaksaan kegiatan di Museum.
Meski tidak dapat mengikuti pelatihan namun
kehadiran mereka dapat dimanfaatkan dengan baik untuk
memberikan informasi tentang Indonesia secara umum
maupun pelatihan kerajinan tempurung kelapa. Beberapa
di antaranya menyatakan tertarik untuk berkunjung ke
Indonesia atau berminat mengikuti berbagai pelatihan yang
akan dilaksanakan oleh Dit. KST.Palau merupakan salah satu negara di wilayah Pasik
yang merupakan sasaran pemberian bantuan kapasitas
Indonesia. Hingga November 2015, Indonesia telah
mengadakan sekitar 150 pelatihan untuk negara-negara
Pasifik di berbagai bidang. Namun demikian,program
pelatihan yang diberikan ternyata tidak hanya mampu
meningkatkan kapasitas masyarakat setempat, namun
juga menjadi alat yang cukup ampuh bagi Indonesia dalam
menjalin persahabatan dan persaudaraan dengan warga di
belahan dunia lainnya.
Etty Wulandari
-
7/25/2019 Jendela 4
12/16
12 Jendela
Edisi No. 4/April/2016
My name is Fidelis Maren!!teriaknya
lantang diikuti gelak tawa seantero
ruangan. Fidelis menunduk malu,tidak sadar kalau posisi microphone
terlalu dekat dengan mulutnya.
Saya datang dari provinsi Sandaun, PNG. Saya pernah
bekerja sebagai staf cleaning servicedi salah satu rumah
sakit di Sandaun. Sekarang saya masih mencari pekerjaan,
lanjut Fidelis, kini dengan lebih percaya diri. Mungkin karena
sebelumnya pemandu acara telah memberi isyarat kepada
Fidelis untuk berbicara dalam Tok Pisin saja. Bahasa yang
umum digunakan oleh warga PNG, dan dimengerti oleh
mayoritas warga Jayapura khususnya mereka yang tinggal di
wilayah perbatasan kedua negara.
Sehari sebelumnya Fidelis dan tujuh rekannya datang
ke Jayapura dengan menggunakan mobil dinas Kantor
Pengelola Perbatasan dan Kerja Sama Luar Negeri, PemprovPapua. Mereka dijemput di pos perbatasan Skouw, distrik
Muara Tami, Jayapura yang merupakan pintu gerbang
perbatasan dengan wilayah Wutung, Provinsi Sandaun,
PNG. Dalam bahasa Tok Pisin, Sandaun artinya Matahari
Tenggelam, diambil dari bahasa Inggris: Sundown.
Ketika mendengar istilah perbatasan, jangan
membayangkan wilayah terpencil dengan fasilitas serba
minim cenderung memperihatinkan serta pos militer yang
suram. Sebaliknya, Skouw sebagai salah satu teras terdepan
Indonesia kini terus bersolek. Jalan raya selebar kurang lebih
enam meter dengan aspal mulus terbentang hingga ke kota
Daerah perbatasan yang merupakan gerbang masuk dan keluarnya warga Indonesia
maupun warga asing justru seringkali luput dari upaya peningkatan kapasitas. Padahal, di
wilayah perbatasan inilah Indonesia dapat membangun kesan pertama bagi mereka yang
baru saja menginjakkan kaki di Indonesia. Melihat hal ini, Direktorat Kerja Sama Teknik (Dit.
KST) kemudian mengajak para warga di provinsi paling timur Indonesia dan warga Papua
New Guinea (PNG) untuk bersama-sama meningkatkan kapasitas di bidang perhotelan
dalam rangka memajukan daerah perbatasan.
MEMBANGUN KERAMAHANDI PERBATASAN
-
7/25/2019 Jendela 4
13/16
1Edisi No. 4/April/2016
Jendela
Jayapura, memangkas jarak tempuh menjadi kurang dari dua
jam. Tidak ada lubang berisi genangan air yang seringkali
dijumpai di jalan-jalan ibukota. Yang lebih menarik,
terdapat pasar rakyat dengan deretan kios permanen beratap
kerucut menyerupai Honai salah satu rumah adat Papuamenggeliatkan perekonomian wilayah perbatasan. Konon,
setiap hari lebih dari 500 warga PNG datang untuk berbelanja
atau menjual hasil buminya dan kemudian ditukarkan dengan
kebutuhan sehari-hari. Barang yang dijual pun cukup lengkap
dan beragam. Mulai dari peralatan dapur hingga tangki air
dan genset dapat ditemukan di pasar yang berjarak kurang
lebih 300 meter dari pintu perbatasan ini.
Jelas terlihat bahwa keberadaan pasar ini tidak hanya
sangat bermanfaat bagi warga perbatasan kedua negara,
namun juga memiliki nilai strategis dan berpotensi untuk
mendorong peningkatan nilai ekspor produk Indonesia
ke PNG. Fidelis pun takjub. Ternyata situasi riil di Skouw
melebihi ekspektasinya. Disini lebih ramai daripada di
Wutung, Kata Fidelis sambil melihat-lihat salah satu kios
yang menjual sepatu. Ketika saya tanya apakah dia akan
membeli sepatu itu atau tidak, dia bilang ingin mencari sepatu
di kota saja. Dia terlihat bersemangat, rupanya itu pertama
kalinya dia mengunjungi kota Jayapura.
Lantas apa yang dilakukan Fidelis di Jayapura?
Tentunya bukan cuma untuk membeli sepatu baru. Lebih dari
itu, Fidelis beserta 19 orang lainnya yang terdiri dari 7 warga
PNG dan 12 WNI adalah peserta program pelatihan di bidang
perhotelan yang berlangsung pada tanggal 12 19 November
2015 di SMK 1 Jayapura. Kegiatan ini diadakan dalam
rangka peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) danke-10New Asian-African Strategic Partnership(NAASP).
Dalam kegiatan yang diadakan oleh Dit. KST,
Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan
Afrika, dan Kantor Pengelola Perbatasan dan Kerja Sama
Luar Negeri Pemprov Papua ini, Fidelis dan rekan-rekannya
mendapatkan materi pelatihan mengenai room reservation,
room cleaning, dan room service. Peserta juga mengunjungi
salah satu hotel bintang empat di kota Jayapura guna
memperkaya pengalaman dan pemahaman mereka terkait
praktik perhotelan. Disamping itu, peserta juga mendapat
materi mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan
menjaga perilaku, dua hal yang paling mendasar jika inginbekerja di sektorhospitality. Terkadang mereka terlihat saling
mengingatkan hal-hal yang bagi kita mungkin terdengar
sangat sederhana. Misalnya untuk mandi sebelum mengikuti
kelas, tersenyum dan menyapa atau sekedar mengucapkan
kata permisi. Di hari terakhir pelatihan, Fidelis dan peserta
lainnya diajak berkeliling Jayapura. Melihat danau Sentani,
menikmati indahnya pemandangan dan segarnya udara
dari bukit McArthur, dan tentu saja mengunjungi Mall kota
Jayapura dimana Fidelis akhirnya bertemu dengan sepatu
barunya.
Bidang perhotelan sendiri dipilih untuk menjawab
meningkatnya permintaan tenaga bidang perhotelan di
Jayapura dan Vanimo. Elisabeth Paksoal, Kepala SMK 1
Jayapura mengatakan bahwa lulusan bidang perhotelan
memiliki daya serap 100%. Beberapa hotel di Jayapura
bahkan telah memesan sejumlah siswa yang masih menempuhpendidikan untuk nantinya setelah lulus dapat langsung
bekerja. Kami juga tengah menindaklanjuti kunjungan
pemerintah Provinsi Sandaun, PNG. Mereka meminta agar
sekolah kami dapat melatih lebih banyak siswanya, salah satu
bidang yang diminta adalah bidang perhotelan, terangnya.
Hal ini dipertegas oleh Susanna Wanggai, Kepala
Kantor Perbatasan dan Kerja Sama Luar Negeri, Pemprov
Papua. Beliau menyampaikan bahwa bidang perhotelan
memang memiliki potensi yang cukup besar. Namun
demikian, terdapat banyak sektor potensial lainnya seperti
perbengkelan, tata rias, pengolahan makanan berbasis
UMKM untuk kaum perempuan, dan kerajinan tangan.
Sektor-sektor ini merupakan kebutuhan riil di wilayah
perbatasan, sehingga dengan pelaksaan pelatihan di bidang-
bidang tersebut, kita dapat memberikan kontribusi positif
bagi pembangunan ekonomi wilayah perbatasan, jelas
Susanna.
Pelatihan di bidang perhotelan kali ini memang khusus
diperuntukkan bagi warga wilayah perbatasan Indonesia-
PNG sebagai bentuk dukungan bagi kebijakan pemerintah.
Pembangunan wilayah perbatasan sebagai wajah terdepan
Indonesia adalah salah satu prioritas pemerintahan Jokowi.
Tidak hanya infrastruktur, pembangunan ekonomi, sosial
dan budaya juga harus sejalan. Hal inilah yang disampaikan
oleh Duta Besar Sudirman Haseng, Sekretaris DirektoratJenderal Asia Pasik dan Afrika dalam laporan kegiatan pada
malam penutupan pelatihan. Kegiatan ini merupakan upaya
pemerintah Indonesia untuk mendorong pembangunan
ekonomi melalui pemberdayaan komunitas warga perbatasan
dengan membuka peluang dan kesempatan kerja terangnya.
Dalam sambutan penutupannya, Duta Besar Andreas
Sitepu (Duta Besar Indonesia untuk PNG periode 2012-
2015) menekankan bahwa sebagai negara yang berbatasan
langsung, merupakan kewajiban kedua negara untuk dapat
saling mendukung pengembangan ekonomi masing-masing
dan hidup berdampingan secara damai.
Suara tabuhan Tifa menandakan berakhirnya kegiatanInternational Training on Tourism for Border Community.
Acara kemudian dilanjutkan dengan bernyanyi bersama dan
menari melingkar sambil bergandengan. Seluruh peserta
tertawa girang. Mereka mendapat teman baru, keluarga
baru. Bekal pengetahuan dan sertifikat tanda bukti telah
mengikuti pelatihan juga memberi harapan baru bagi Fidelis
dan rekan-rekannya. Harapan untuk memperbaiki keadaan
ekonomi untuk kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan
keluarganya, dan mungkin mewujudkan mimpi-mimpi yang
lebih besar.
Nur Jannah
-
7/25/2019 Jendela 4
14/16
14 Jendela
Edisi No. 4/April/2016
G
emerlap cahaya lampu memantul ke benda
yang sebagian besar terbuat dari kerang.
Tujuh orang peserta yang berasal dari Fiji,
Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini
memandangi dengan kagum berbagaikerajinan yang terpampang di tengah ruang pameran CV
Multi Dimensi, Indonesia, mulai dari guci-guci besar, meja,
kursi, bahkan bedug raksasa, hingga patung manusia.
Kunjungan ke tempat pameran tersebut merupakan
bagian dari rangkaian kegiatan Internship for the Alumni
of the International Training on Seashell Crafting for
Melanesian Spearhead Group (MSG) Countries yang
diselenggarakan Direktorat Kerja Sama Teknik tanggal
1 - 7 Desember 2015 di Pulau Pramuka dan Cirebon,
Jawa Barat. Sesuai judulnya, peserta kegiatan ini adalah
alumni dari pelatihan pengolahan kerajinan kerang yang
sebelumnya telah diadakan di 3 (tiga) negara yaitu Fiji,
Papua Nugini dan Kepulauan Solomon pada periode
bulan Agustus September 2015 lalu, dimana Indonesia
mengirimkan seorang tenaga ahli kerajinan kerang ke
negara-negara tersebut.Bagi negara-negara di kawasan Pasik Selatan yang
terkenal akan hasil laut yang melimpah, limbah laut menjadi
suatu permasalahan tersendiri. Cangkang-cangkang kerang
yang tidak dapat dimanfaatkan akhirnya menumpuk begitu
saja dan menjadi sampah yang mengganggu pemandangan.
Oleh karena itulah, keahlian untuk mengolah sampah-
sampah hasil laut sangat diperlukan oleh saudara-saudara
Melanesia kita.
Melihat kebutuhan ini, Indonesia sebagai sesama
negara maritim tergerak untuk mengajak negara-negara
Pasifik Selatan berbagi ilmu dan keahlian di bidang
Bagi negara-negara di kawasan Pasifik Selatan yang terkenal akan hasil laut yang melimpah,
limbah laut menjadi suatu permasalahan tersendiri. Cangkang-cangkang kerang yangtidak dapat dimanfaatkan akhirnya menumpuk begitu saja dan menjadi sampah yang
mengganggu pemandangan. Oleh karena itulah, keahlian untuk mengolah sampah-sampah
hasil laut sangat diperlukan oleh saudara-saudara Melanesia kita.
MENGUBAH SAMPAHMENJADI INDAH
-
7/25/2019 Jendela 4
15/16
1Edisi No. 4/April/2016
Jendela
pengolahan cangkang kerang. Dalam penyelenggaraan
program ini, Dit. KST Kemlu bekerja sama dengan Citra
Handicraft, mitra Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Diharapkan dari pelatihan tersebut, semakin banyak muncul
UKM yang dapat berkreasi dengan berbagai limbah kerangyang dapatdiubah menjadi beragam bentuk sehingga menjadi
produk bernilai ekonomis.
Selain itu, kegiatan pelatihan pengolahan kerajinan
kerang ini juga dapat menjadi ajang mempromosikan mesin
dan produk buatan lokal Indonesia. Pada bulan Februari 2015,
Menlu RI, Ibu Retno LP Marsudi telah menyumbangkan
seperangkat mesin alat kerajinan kerang buatan industri
lokal Indonesia kepada Fiji, Papua Nugini dan Kepulauan
Solomon.
Program ini merupakan bagian dari komitmen
Pemri bagi negara-negara Melanesian Spearhead Group
(MSG), khususnya dalam mendukung
pengembangan ekonomi skala kecil dan
menengah di wilayah tersebut, Ungkap
Direktur Kerja Sama Teknik, Siti Nugraha
Mauludiah.
Dalam pelatihan ini, peserta
mendapatkan pengajaran melalui praktek
langsung dengan melakukan teknik
pengenalan berbagai jenis kulit kerang,
teknik pencucian, teknik pewarnaan,
simulasi penggunaan mesin penghalus
dan gerinda, teknik penggunaan perekatan
kerang dengan obat kimia, serta teknik
pengemasan dan pemasaran hasil akhirproduk kerajinan kerang.
Kegiatan pelatihan berlangsung di
Pulau Pramuka selama 7 (tujuh) hari dan
diakhiri dengan jalan-jalan mengamati
perkembangan sektor pariwisata di Pulau
Pramuka serta menikmati keindahan alam
bawah lautnya serta acara eld visit para peserta pelatihan ke
CV. Multi Dimensi. CV Multi Dimensi adalah perusahaan
berskala besar yang bergerak dalam bidang pembuatan
kerajinan kekerangan dan telah mengekspor produknya ke
mancanegara. Para peserta dapat melihat langsung peluang
usaha dari produk kerang dimaksud.Salah satu peserta asal Fiji, Samuela Cabe
Q.menyatakan ketertarikannya yang besar terhadap peluang
bisnis yang mungkin muncul di bidang pengolahan limbah
kerang di negaranya. Saya jadi begitu semangat mendalami
bisnis kerang ini. Saya bermimpi suastu saat bisa menjadi
pengusaha mebel seperti ini, katanya. Samuela merupakan
peserta terbaik dalam pelatihan ini. Samuela juga dilibatkan
sebagai trainer pada kegiatan pelatihan lanjutan bidang
kerajinan hasil kerang yang diselenggarakan oleh KBRI Suva
di Nadi pada tanggal 7-14 Desember 2015.
Neti Rahmi
-
7/25/2019 Jendela 4
16/16
APA KATA
MEREKA?
DIREKTORAT KERJASAMA TEKNIK,DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN DIPLOMASI PUBLIK
Inilah hasilkarya saya selama pelatihan!
Saya senang sekali bisa belajarmembuat kerajinan dari tempurung
kelapa seperti ini. Ternyata tempurungkelapa bisA diubah menjadi benda-
benda yang berguna dan bahkan bisadijual lagi.
Tobias Warbau (Palau),peserta Dispatch Expert On Coconut
Product Development For Palau,Koror, 23-27 November 2015.
Sayasangat senang
dapat mendengarkanpengalaman dari seorangentrepreneur ternama
seperti Ir. CIputra secaralangsung. Di samping itu, di sinisaya juga belajar bagaimanamembuat sebuah business planyang efektif dan efisien dari
para ahli.
Christine Pickering (Fiji),peserta EntrepreneurshipBoot Camp, Jakarta, 8-12
November 2015.
Dalamhal pembudi-dayaan ikan, ternyatateknik yang digunakan
di Indonesia tidakjauh berbeda denganyang kami gunakan di
Kenya. Jadi pelatihan inibermanfaat sekali untukkami. Saya harap kami bisabelajar lebih lama lagi
di Sukabumi.
Charles (Kenya), pesertaInternational Workshop onCommunity Based Freshwater
Aquaculture for Pacificand African Countries,
Sukabumi, 8-16November 2015.