Jeliya Safitri (G1A112048)

14
TUGAS FARMAKOLOGI NAMA : JELIYA SAFITRI NIM : G1A112048 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

description

delirium

Transcript of Jeliya Safitri (G1A112048)

TUGAS FARMAKOLOGI

NAMA: JELIYA SAFITRINIM: G1A112048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JAMBI

Kasus 1Seorang pasien lansia dengan riwayat penyakit jantung dan mengalami kesulitan bernafas di bawa ke IGD. Pemeriksaan mengungkapkan bahwa beliau menderita udema paru.

Praktek Dokter Umumdr. Jeliya SafitriSIP. G1A112048TELANAI PURA0721-212604Praktek: Senin-Sabtu

Jambi, 20 januari 2015

R/ Furosemide amp 10mg/2ml no. IV s.i.m.m

Nama : Pak BudiUsia : 55thAlamat : Telanai Pura

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Kasus 2Praktek Dokter Umumdr. Jeliya SafitriSIP. G1A112048TELANAI PURA0721-212604Praktek: Senin-Sabtu

Jambi, 20 Januari 2015

R/ Hydrochlorthiazide tab 12,5 mg no. VII

s.1.d.d tab 1 p.c

Nama : Tn.xUsia : 25thAlamat : Telanai pura

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Seorang pasien di diagnosa hipertensi grade I, dengan fungsi ginjal normal, kadar asam urat darah normal.

Resistensi Diuretik

Diuretik adalah obat yang biasa digunakan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, paling sering menggunakan diuretik jenis loop diuretik. Resistensi diuretik mungkin disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dan penuruan serta penundaan puncak konsentrasi loop diuretik dalam tubular cairan, tetapi juga dapat diamati tanpa adanya kelainan farmakokinetik.(1)Pada pasien dengan gagal jantung ringan dan fungsi ginjal baik, resitensi diuretik jarang terjadi. Tetapi, resistensi diuretik sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung sedang dan berat.(2)Pada umunya, kegagalan menurunkan volume ekstraseluler meskipun telah menggunakan diuretik sering disebut resistensi diuretik. Dalam peraturan klinis, resistensi diuretik pada pasien edema telah didefinisikan sebagai keadaan klinis dimana asupan dan pengeluaran sodium sama sebelum eliminasi cairan secara adekuat terjadi. Resistensi diuretik telah dinyatakan sebagai fraksi eksresi sodium (FENa+) < 0,2%. (FENa+) mewakili jumlah ekresi sodium (mmol/time) sebagai persentasi filtered load(konsentrasi plasma Na+ adalah 5 laju filtrasi glomerulus). Pada akhirnya, Epstein et al, mendefinisikan diuretik resisten sebagai kegagalan eksresi sodium setidaknya 90 mmol selama 72 jam ketika dosis 160 mg furosemide oral diberikan dua kali sehari.(3)Penyebab farmakokinetik dan farmakodinamik resistensi diuretik:(2) Penundaan absorbsi diuretik. Penurunan sekresi diuretik ke dalam lumen tubulus (tergantung letak aksinya). Retensi kompensasi natrium setelah periode efektif diuretik. Hipertrofi dan hyperplasia sel epitel tubulus konvertus distal.

Penegakan DiagnosisPasien dikatakan resistensi bila masih terlihatnya edema perifer walautelah diberikan dosis loop diuretic yang adekuat. Dapat juga dikatakan tetap terdapatnya kongesti paru persisten dengan atau tanpa perburukan fungsi ginjal meskipun telah diberikan diuresis.

Pentalaksanaan1. Istirahat total dapat memulihkan respon obat dengan memperbaiki siklus ginjal.(1)2. Peningkatan dosis.Meningkatkan dosis mungkin adalah strategi terapi yang efektif karena strategi ini mengkompensasi perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik dari loop diuretik yang terjadi pada pasien dengan CHF (chronic heart failure). Penyidik telah mempelajari penggunaan dosis tinggi furosemide dalam pengobatan CHF. Gerlag dan Van Meijel telah menunjukkan keberhasilan dan keselamatan pemberian dosis tinggi furosemide.(1)3. Pemberian dosis kecil loop diuretic secara lebih sering atau infuse untravena yang kontinu.Infus kontinu dari loop diuretik mungkin efektif ketika strategi mengatasi resistensi diuretik lain gagal. Ini akan mencegah retensi garam postdiuretic secara utuh dan telah terbukti sebagai terapi yang aman dan afektif bagi pasien CHF refrakter terhadap 250 mg furosemide yang diberikan secara oral atau intravena. Beberapa studi control telah membandingkan keberhasilan intermiten pemberian blous intravena loop diuretik dengan infus kontinu pada psien dengan CHF stadium lanjut. Dosis infus kontinu furosemide berkisar dari serandah 3 mg/jam hingga setinggi 200 mg/jam, dengan sebagian besar pasien menerima 10-20 mg/jam; bumetadine diberikan sebagai 0,5 mg bolus bumetadine diikuti dengan infus kontinu 0,5 mg bumetadine/jam. Dosis harian yang sama menyebabkan ekskresi volume lebih tinggi pada urin dan elekrolit ketika diberikan sebagai infus kontinu. Konsentrasi maksimal plasma furosemide secara signifikan lebih dendan dan in mengakibatkan penurunan risiko efek samping sitotoksik.(1)4. Terapi kombinasi diuretic.Pengggunaan terapi kombinasi untuk memblok lebih dari satu tempat dalam nefron secara berurutan dapat menghasilkan interaksi sinergis antara dua diuretic. Sebagai contoh, kombinasi loop diuretic dengan diuretic hemat-K+ atau diuretic thiazid dapat member respon terapeutik, namun pemberian dua tipe obat yang sama tidak akan menghasilkan perbaikan apapun. Diuretic thiazid yang efeknya signifikan pada tubulus proksimal,misalnnya metalazon, sangat cocok untuk blockade yang berurutan jika diberikan bersamaan dengan loop diuretic.Tiga studi telah menilai keberhasilan pengobatan kombinasi dengan diuretik thiazide dan loop diuretik di CHF. Diuretik thiazide terbukti sangat efektif dalam membangun diuresis pada pasien reisten terhadap dosis tinggi loop diuretik. Kebanyakan pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan dan peningkatan kelas fungsional ketika diuretik thiazide telah ditambahkan dalam terapi mereka. Efek samping meliputi hipokalemi, hiponatermia, dehidrasi, dan gagal ginjal. Semua pasien memiliki harapan hidup yang sangat singkat; kegagalan untuk merespon terapi thiazide dihubungkan dengan prognosis yang lebih menyenangkan.Biasanya, metalazone telah digunakan dalam kombinasi loop diuretik, meskipun tidak ada manfaat secara teori. Tambahan 25-100 mg hydrochlorothiazide, diuretik thiazide lain, terbukti sangat efektif pada pasien dengan dengan CHF berat dan gangguan fungsi ginjal menunjukkan resisetnsi urin terhadap dosis harian furosemide sedikitnya 250 mg. hanya ada satu studi yang membandingkan metalazone dan diuretik thiazide lain pada pengobatan CHF berat resisten. Bendrofluazide 10 mg dan metalazone 10 mg sama efektif dalam membangung diuresis ketika dikombinasikan dengan loop diuretik. Berdasarkan data yang tersedia, tiak ada alasan untuk mengasumsikan metolazone lebih unggul dibanding diuretik thiazide lain.(1,2)5. Penjadwalan pemberian diuretic beberapa saat sebelum asupan makanan akan menghasilkan konsentrasi diuretic yang efektif dalam tubulus jika beban garam sangat tinggi.(1)

Respon jangka pendek. Waktu paruh dari diuretik dalam darah menentukan seberapa sering obat harus diberikan. Karena kebanyakan waktu paruh diuretik dalam beberapa jam, dan kadang diberikan satu kali sehari, efektivitas diuretik dapat hilang sebelum pasien menerima dosis selanjutnya. Ketika satu dosis selesai, ginjal munkgin menanggapi secara agresif untuk mempertahankan sodium. Efek rebound ini dapat berlangsung beberapa jam dan bahkan mungkin menetralkan efek diuretik dosis sebelumnya.(2)Diuretik beraksi dengan meningkatkan elimansi sodium dalma satu segemen ginjal yang dapat mengakibatkan peningkatan beban dari sodium kebagian hilir ginjal, yang kemudian meningkatkan reabsorbsi sodium.(2)

Respon jangka panjang. Efektfivitas loop diuretik mungkin dapat menurun sejalan dengan waktu selama masa pemberian jangka panjang, sebagaimana tubuh beradaptasi dengan efeknya secara perlahan. Proses rumit ini disebiut braking phenomenon dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi ginjal itu sendiri, aktivasi dari system saraf simpatik dan perubahan diberbagai jalur hormone. Ada banyak cara tubuh untuk melawan efek dari loop diuretik.(2)Perubahan struktur dan fungsi ginjal dapat terajadi di bagian hilir dari segmen dimana loop diuretik beraksi. Perubaha ini, yang disebabkan oleh peningkatan pengiriman sodium di daerah ini selama periode waktu, dapat mengakibatkan penurunan efektivitas diuretik.(2)

Daftar Pustaka

1) Bruyne, De Lode PhD. 2003. Mechanisms and Management of Diuretic Resistance in Congestive Heart Failure. Departement of Cardiology, University Hospital Gent.2) Goodman Gillman. 2012. Dasar farmakologi terapi. Ed10. EGC : Jakarta3) Ravnan, Susan L PharmD et al. 2002. Diuretic Resistance and Strategies to Overcome Resistance in Patients with Congestive Heart Failure. www. medscape. com/viewrticle/ 423 s193 diakses tanggal 22 Januari 2015.