jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2
description
Transcript of jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2
BAB 2PEMBAHASAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN
KESEHATAN REPRODUKSI HAMIL DAN MELAHIRKANSERTA ANALISA KONSEP KAMPANYE
2.1. Angka Kematian Ibu (AKI)Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati peringkat
pertama di ASEAN. Yakni 373 setiap 100 ribu kelahiran hidup pada
tahun 1997 dan terus meningkat mencapai 391 setiap 100 ribu
kelahiran hidup pada tahun 2003. Di Malaysia angka kematian ibu
melahirkan berjumlah sekitar 36 per 100 ribu kelahiran hidup, di
Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, bahkan di Vietnam 160
per 100 ribu kelahiran hidup (Pikiran Rakyat, 2004).
Gambar 1
Grafik Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia Tenggara
Namun pada tahun 2001 AKI menurun menjadi 334 per 100
ribu kelahiran hidup dan 307 per 100 ribu kelahiran hidup pada
tahun 2002 (Suara Pembaruan, 2004). Penurunan AKI tersebut
bisa diakibatkan adanya program bidan PTT (pegawai tidak tetap)
7
dan program bidan teladan. Namun pada tahun 2002 kedua
program tersebut dihilangkan oleh pemerintah yang berakibat
meningkatnya AKI pada tahun 2003. Pada bulan April 2004,
AKI tercatat 307 per 100 ribu (Republika, 2004) namun kembali
membengkak pada bulan Mei hingga mencapai kisaran 373 per
100 ribu kelahiran hidup (Rahima, 2005), namun faktanya setiap
satu jam dua orang ibu meninggal saat melahirkan di Indonesia
karena berbagai penyebab, kata Menkes (tahun 2003), Achmad
Sujudi.
Gambar 2
Grafik Laju Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Sumarjati Arjoso,
“ Angka kematian ibu melahirkan dan bayi saat kelahiran ini banyak terjadi di daerah timur indonesia seperti Nusat Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Namun demikian untuk Jabar juga angka kematian bayi dan ibu melahirkan cukup tinggi” (Republika, 2005).
Di Propinsi Jawa Barat, AKI sudah semakin meresahkan
karena telah melebihi angka rata-rata nasional. Meski menunjukkan
kecenderungan menurun dari 450 menjadi 390 per 100 ribu
kelahiran hidup. Masalah lainnya adalah masih tingginya angka
8
kematian bayi, yakni mencapai 42,33 per 1.000 kelahiran hidup.
Meski masih di bawah angka kematian bayi rata-rata nasional yang
mencapai 63 per 1.000 kelahiran bayi, angkanya dianggap masih
tinggi (Rahima, 2005).
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 40-
60 persen, infeksi 30 persen, dan eklampsi 20 persen (Suara
Pembaruan, 2002). Menurut Achmad Sujudi,
“Tiga keterlambatan penyebab tinggi AKI, yakni terlambat mengenali bahaya ibu akan melahirkan dan merujuk ke Puskesmas atau rumah sakit (RS), terlambat transportasi menuju Puskemas atau RS dan terlambat memperoleh pertolongan di RS/Puskesmas” (Departemen Kesehatan, 2004).
Kematian ibu umumnya terjadi pada kelompok ibu dengan
risiko tinggi, yang dapat mengancam jiwa ibu/janin. Sedangkan,
penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah infeksi, imaturitas,
dan asfiksia (Suara Pembaruan, 2002). Hasil penelitian UNDP di 21
Negara juga memperlihatkan bahwa di Indonesia, sebagian besar
wanita melahirkan yang meninggal dunia disebabkan komplikasi
melahirkan, seperti perdarahan. Sementara itu, sang suami pada
saat yang bersama tidak ada di tempat (Pikiran Rakyat, 2004).
Salah satu tradisi yang mempunyai andil terhadap hal ini adalah
tidak berani mengambil keputusan untuk segera mencari pelayanan
kesehatan ke dokter pada saat terjadi komplikasi.
Jawa barat termasuk daerah yang memiliki angka kematian
ibu melahirkan dan bayi tinggi disebabkan oleh beberapa hal.
“Rata-rata usia pernikahan yang terlalu dini, dan kasus kawin cerai. Misalnya, usia pernikahan di Jabar masih dibawah 20 tahun. Laju pertambahan penduduk di Indonesia mencapai 1,49 persen, artinya setiap tahunnya di Indonesia lahir bayi sekitar tiga hingga 3,5 juta jiwa. Saat ini keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I alasan ekonomi mencapai sekitar 15,9 juta keluarga. Dengan kata lain, jumlahnya mencapai sekitar 30,68 persen dari total keluarga yang ada di Indonesia (Sumarjati Arjoso dalam Republika Online, 2005).
9
Sementara itu, Kepala BKKBN Jabar, Hertok Nurwahyu
Saud mengatakan, “Angka kematian bayi pada saat kelahiran di
Jabar mencapai sekitar 46/1000 kelahiran. Sedangkan angka
kematian ibu melahirkan mencapai 376/100.000” (Republika
Online, 2005). Tingginya angka kematian pada ibu melahirkan dan
bayi di Jabar disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, yaitu
persoalan pendidikan, kultur dan juga ekonomi. '' Akibatnya,
banyak warga di Jabar yang menikah pada usia muda,'' cetusnya
(Hertok Nurwahyu Saud, 2005). Usia menikah di Jabar saat ini,
rata-rata mencapai sekitar 17,8 tahun (Republika, 2005). Kualitas
SDM di Indonesia berdasarkan laporan Program Pembangunan
PBB (UNDP) tahun 2003, menempati urutan 112 dari 175 negara
dunia. Rendahnya pemahaman mengenai kesehatan reproduksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pendidikan,
pendapatan, pengetahuan, kedudukan perempuan/lelaki dalam
keluarga, kekosmopolitan, akses informasi, karakteristik
pemahaman kesehatan reproduksi, lingkungan sosial budaya dan
akses layanan kesehatan (Gatra, 2004).
90 persen kelahiran di kota-kota besar lebih banyak
ditangani bidan daripada dokter kandungan (Sinar Harapan, 2003).
Sebab, disamping tarifnya murah, pendekatan yang dilakukan para
bidan terhadap pasien biasanya lebih bersifat kekeluargaan
ketimbang dokter. Berbeda dengan kendala yang dihadapi di
pedesaan, harga tarif bidan tidak menjadi masalah yang serius
melainkan biaya transportasi yang besarnya bisa mencapai dua
puluh kali lipat tarif bidan. Padahal 80 persen penduduk Indonesia
bermukim di sekitar 69.061 desa (Profil Kesehatan Indonesia
2000). Sejak diadakan program Bidan di Desa (BDD) tahun 1989,
jumlah BDD justru terus menyusut. Dari 62.812 BDD di tahun 2000
menjadi 39.906 di tahun 2003. Hari ini ada sekitar 22.906 desa
yang tidak lagi memiliki bidan (Sinar Harapan, 2003).
10
Kendala lain yang dihadapi yang menyebabkan kurangnya
tenaga kerja bidan adalah masalah gaji yang tidak sesuai dan
bahkan tidak sedikit bidan mengeluhkan keterlambatan gaji yang
mereka terima. Sedangkan kondisi desa tempat para bidan bekerja
tidak memungkinkan untuk membayar mereka.. Apalagi sudah
sejak tahun 2000 pemerintah menghapus program pemilihan bidan
teladan. Otomatis tenaga bidan sekarang tidak lagi terlalu
bersemangat untuk berlaku teladan seperti masa lalu. Jenjang
pendidikan untuk para bidan kini amat terbatas. Sampai sekarang
strata pendidikan bidan belum ada yang mencapai S1. Pilihan bagi
bidan hanya mencakup D3 atau D4. Sementara untuk meneruskan
pendidikan ke luar negeri tentu butuh biaya besar. Jumlah Akademi
kebidanan di seluruh Indonesia hanya 120 buah untuk jenjang D3
dan hanya empat untuk D4 (Sinar Harapan, 2003). Diharapkan
pemerintah mau sedikit memberi perhatian pada masalah
pendidikan bidan ini demi meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Bukan hanya masalah pendidikan saja yang membuat
orang urung menjadi bidan. Mendung juga menerpa profesi ini
setelah ditiadakannya penerimaan pegawai negeri sipil (PNS).
2.2. Kesehatan Reproduksi
2.2.1. Pengertian Kesehatan
Reproduksi
Menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi) Istilah reproduksi berasal dari
kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya
membuat. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan
demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ
reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia.
11
Kesehatan reproduksi (Konferensi International
Kependudukan dan Pembangunan, 1994) adalah keadaan
sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala
hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem
reproduksi.
Adapun beberapa pengetahuan dasar kesehatan
reproduksi (BKKBN, 2005) agar memiliki kesehatan
reproduksi yang baik, yaitu:
1. Tumbuh kembang remaja:
perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur,
anemia dan kesehatan reproduksi.
2. Kehamilan dan
melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil
pada usia muda, berbagai aspek kehamilan yang tak
diinginkan dan abortus.
3. Pendidikan seks bagi
remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat
pendidikan seks dan keragaman seks.
4. Penyakit menular seksual
dan HIV/AIDS.
5. Kekerasan seksual dan
bagaimana menghindarinya.
6. Bahaya narkoba dan miras
pada kesehatan reproduksi.
7. Pengaruh sosial dan
media terhadap perilaku seksual.
8. Kemampuan
berkomunikasi, memperkuat kepercayaan diri dan
bagaimana bersifat asertif.
9. Hak-hak reproduksi dan
jender.
12
2.2.2. Anemia dan Kesehatan
Reproduksi
Anemia (kurang darah: Hb <12 gr %) sangat terkait
erat dengan masalah kesehatan reproduksi (terutama pada
perempuan) (BKKBN, 2005). Jika perempuan mengalami
anemia maka akan menjadi sangat berbahaya pada waktu
dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita
anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan
rendah (kurang dari 2.5 kg) (BKKBN, 2005). Di samping itu,
anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun
bayi pada waktu proses persalinan. Karena itu untuk
memastikan agar remaja tidak mengidap anemia maka perlu
dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis.
Jika ternyata remaja mengidap anemia maka perlu
dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi atau
mengkonsumsi pil besi sesuai dengan anjuran.
2.3. Kehamilan dan Melahirkan
2.3.1. Usia Ideal Untuk Hamil dan Melahirkan
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan
melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan
dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/
emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara
umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika
telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika
tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun.
Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan
fisik.
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia
dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-undang
Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah
13
bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun
(BKKBN, 2005). Tetapi perlu diingat beberapa hal sebagai
berikut:
1. Ibu muda pada waktu hamil
kurang memperhatikan kehamilannya termasuk
kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya
berbagai resiko kehamilan.
2. Ibu muda pada waktu hamil
sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan
serta kekejangan yang berakibat pada kematian.
3. Penelitian juga
memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda
(dibawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan
munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya dengan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
2.3.2. Persiapan Kehamilan
Pada saat pasangan suami istri memutuskan untuk
mempunyai anak, persiapan menuju terjadinya proses
pembuahan sangat penting untuk dilakukan. Sebaiknya,
persiapan ini dilakukan dan diperkirakan 3–6 bulan sebelum
proses pembuahan terjadi. Persiapan-persiapan yang dapat
dilakukan (Huliana, 2001, p:10-12) antara lain:
1. Mengkonsultasikan kesehatan fisik
Sebelum melakukan hubungan intim sebaiknya
konsultasikan kesehatan dengan melakukan
beberapa pemeriksaan seperti, pemeriksaan virus
rubella, hepatitis (A, B, dan C), penyakit
toksoplasmosis, penyakit seksual menular, penyakit
menurun yang sedang diderita (asma, diabetes
mellitus, dan jantung), penyakit akibat kekurangan zat
14
tertentu (misal anemia), pemeriksaan alat reproduksi
pria dan wanita.
2. Mengatur asupan nutrisi
Hindari diet makanan pengendali berat badan,
pilihlah makanan yang sehat dan seimbang yang
mengandung protein, asam-asam lemak esensial,
mineral dan vitamin. Asupan jumlah kalori pun harus
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan hindari
makanan yang mengandung bahan pengawet.
3. Bersikap teliti terhadap obat-obatan
Jangan mengkonsumsi sembarang obat untuk
menghindari terjadinya alergi atau keracunan obat.
4. Menerapkan pola hidup yang sehat
Hindari rokok dan minuman beralkohol karena
dapat merusak kesuburan telur.
5. Memeriksakan darah
Pemeriksaan golongan dan rhesus darah pada
pasangan suami istri perlu dilakukan untuk
mengantisipasi adanya perbedaan golongan darah
dan rhesus darah ibu dan bayi.
6. Mengkonsultasikan faktor genetik
Konsultasi genetik perlu dilakukan jika
pasangan suami istri masih terkait persaudaraan. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit
yang dapat diturunkan pada janin. Konsultasi genetik
diperlukan juga untuk memilih jenis kelamin.
7. Mencatat kondisi kesehatan
Catatlah hal-hal penting tentang kondisi
kesehatan, khususnya kondisi kesehatan istri,
misalnya mengenai siklus menstruasi. Hal ini akan
berguna untuk menentukan umur kehamilan. Selain
itu, catatlah bila alergi terhadap makanan, obat-
15
obatan, bahan, atau benda tertentu. Proses
pengobatan alergi pada wanita hamil sangat sulit
dilakukan.
8. Menjaga hubungan yang harmonis
Hubungan suami istri harus tetap
dipertahankan. Timbulnya stres yang berkepanjangan
akan mempengaruhi proses pembuahan, kehamilan,
pertumbuhan janin di dalam kandungan, proses
melahirkan, dan menyusui.
9. Mempersiapkan tabungan
Siapkan tabungan dan bergabunglah dengan
perusahaan asuransi agar kebutuhan dan keluarga
terjamin.
2.3.3. Masa Kehamilan dan Pertumbuhan Janin
Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi)
sampai sebelum janin lahir. Kehamilan normal berlangsung
selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung
mulai dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk
menentukan usia kehamilan dapat digunakan rumus
Naegele sebagai berikut.
Bulan dikurang 3
Tahun ditambah 1
Tanggal ditambah 7
(1 bulan = 30 hari).
Contoh :
Hari pertama haid terakhir dengan siklus normal jatuh
pada tanggal 3 Januari 1998. Persalinan diperkirakan terjadi
pada tanggal 10 Oktober 1998.
Perhitungan tanggal kelahiran dapat juga dilakukan
dengan cara, tanggal ditambah 7 hari, bulan ditambah 9,
seperti kehamilan cukup bulan yang terhitung 9 bulan 7 hari.
16
Jika lupa hari pertama haid terakhir, dapat dilakukan
perhitungan dengan USG (ultrasonografi/scan ultra sound)
beberapa kali pada usia kehamilan dini.
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga trimester
(Huliana, 2001, p:14), yaitu :
1. Trimester pertama, dimulai
dari proses konsepsi sampai usia kehamilan tiga
bulan,
2. Trimester kedua dihitung dari
bulan keempat sampai usia kehamilan enam bulan,
dan
3. Trimester ketiga, dihitung dari
bulan ketujuh sampai usia kehamilan sembilan bulan.
Proses pematangan telur dipengaruhi oleh hormon.
Pada setiap bulannya, indung telur wanita usia subur akan
menghasilkan satu atau dua telur matang, yang disebut
ovum. Sekitar 14 hari sebelum haid akan terjadi proses
pelepasan telur yang matang dari indung telurnya. Proses ini
dinamakan ovulasi. Telur inilah yang siap untuk dibuahi oleh
sebuah sperma. Proses bersatunya inti ovum dan inti
sperma disebut konsepsi (pembuahan), yang merupakan
awal dari proses kehamilan. Proses terjadinya pembuahan
sampai pertumbuhan janin diuraikan berikut ini (Huliana,
2001, p:14-18).
1. Minggu pertama
Masa haid terakhir selama 5-7 hari. Pada fase
ini, seorang wanita harus memperhatikan tanggal dari
hari pertama haid terakhir. Penanggalan ini akan
digunakan untuk menentukan usia kehamilan menurut
rumus Naegele.
2. Minggu ke-2 dan ke-3
17
Merupakan masa subur, jika siklus seseorang
terjadi selama 28-35 hari. Pada fase ini akan terjadi
proses ovulasi dan dilanjutkan dengan konsepsi di
saluran telur. Hasil konsepsi akan berkembang
dengan cara pembelahan sel, mulai dari 1 sel menjadi
2, 4, 8 sampai membentuk sekelompok sel yang
bergerak dari saluran telur menuju rongga rahim.
Kelompok sel ini akan melekat (bernidasi) pada
dinding rahim.
Gambar 3
pertumbuhan janin minggu ke 1 sampai 4
3. Minggu ke-4
Kelompok sel akan berkembang menjadi
embrio kecil dan melekat pada lapisan dinding rahim.
4. Minggu ke-5
Terjadi pembentukan awal embrio (manusia
dini) yang sudah memiliki sistim vaskuler (peredaran
darah). Pada fase ini, seorang wanita tidak akan
mengalami menstruasi (haid terhenti). Jika dilakukan
uji kehamilan secara klinis akan diproleh hasil yang
positif. Pada fase ini pun sudah terbentuk kantung
ketuban yang terdiri dari dua selaput tipis. Selaput ini
berisi air ketuban tempat bayi terapung di dalam
rahim. Air ketuban akan menjaga bayi dari cedera
akibat benturan luar selama kehamilan.
18
5. Minggu ke-6
Terbentuk tulang belakang, kepala besar yang
mengandung otak rudimenter, bakal tangan kaki,
serta soket untuk mata dan telinga. Jantung sedang
dibentuk, pada USG akan terdengar denyut jantung
yang kuat. Plasenta (ari-ari) tampak lebih besar dari
embrio.
Gambar 4
pertumbuhan janin minggu ke 6
6. Minggu ke-8
Terjadi pembentukan semua organ besar dan
bagian-bagian organ ginjal. Kelopak mata telah
menyatu untuk melindungi kedua matanya. Hidung,
telinga, dan jari-jari mulai terbentuk. Kepala mulai
menunduk ke arah dada. Wajah dan jari-jari sudah
berkembang. Embrio tampak seperti manusia yang
meningkat menjadi janin. Pada fase ini sudah terjadi
gerakan janin, tetapi terlalu lembut untuk dapat
dirasakan oleh sang ibu. Panjang janin mencapai 2,5
cm.
19
Gambar 5
pertumbuhan janin minggu ke 8
7. Minggu ke-10
Pada masa ini, kegiatan jantung janin hampir
dapat terdeteksi dengan dengan peralatan yang
menggunakan prinsip Doppler ultrasonik. Sirkulasi
darah melalui tali pusat. Jari-jari dan kuku sudah
terlihat dan ukuran kepala masih belum proporsional.
8. Minggu ke-12
Daun telinga mulai terbentuk, kelopak mata
masih melekat, leher dan alat kelamin luar mulai
terbentuk. Pada masa ini, ginjal janin mulai berfungsi.
Janin sudah lebih aktif, tetapi masih belum dapat
20
dirasakan oleh sang ibu. Berat ari-ari 6 kali berat
janin. Kantung ketuban berisi sekitar 100 ml air
ketuban. Panjang janin sekitar 9 cm.
Gambar 6
pertumbuhan janin minggu ke 12
9. Minggu ke- 14
Rasa nyeri payudara sudah hilang. Kulit puting
susu dan sekitar areola akan terlihat lebih gelap.
Pada masa ini, perut ibu mulai bertambah gendut dan
sudah terlihat hamil.
10. Minggu ke- 16
Alat kelamin luar sudah terbentuk, hidung dan
telinga tampak jelas, kulit merah, rambut mulai
tumbuh, dan semua bagian sudah terbentuk lengkap.
Pada masa ini plasenta (ari-ari) sudah terbentuk
sempurna, yang merupakan akar janin untuk tumbuh
21
dan berkembang dengan baik dalam rahim. Kadang-
kadang terjadi gerakan yang tidak teratur. Pada
kehamilan pertama, gerakan semacam ini tidak terasa
oleh sang ibu. Rambut-rambut yang halus (lanugo)
mulai tumbuh. Berat janin sama dengan berat ari-ari.
Pembuluh darah terlihat dengan jelas pada kulit janin
yang tipis. Panjang janin mencapai 16-18 cm.
Gambar 7
pertumbuhan janin minggu ke 16
11. Minggu ke-20
Kulit makin tebal, rambut kepala mulai tumbuh,
rambut halus (lanugo) mulai tampak. Untuk pertama
kalinya, getaran janin mulai dirasakan oleh sang ibu,
namun kondisi ini tidak selalu terjadi. Bola dan alis
mata sudah tumbuh. Panjang janin sekitar 25 cm.
Gambar 8
22
pertumbuhan janin minggu ke 20
12. Minggu ke- 22
Telinga bagian dalam sempurna. Janin sudah
mulai bisa mendengar suara dari luar.
13. Minggu ke-24
Kelopak mata terpisah, tumbuh alis dan bulu
mata, kulit khas berkerut-kerut, dan lemak tertumpuk
di bagian bawahnya. Kepala besar dan panjang janin
mencapai 30 cm. Jika janin ini lahir, akan berusaha
untuk bernafas, tetapi akan meninggal setelah
beberapa jam dilahirkan.
Gambar 9
23
pertumbuhan janin minggu ke 24
14. Minggu ke- 28
Janin dapat mengisap jari. Kulit tipis merah
ditutupi lemak yang disebut verniks. Pertumbuhan
kepala mulai lambat, ukurannya sebanding dengan
ukuran tubuhnya . Organ dalam sudah lengkap. Berat
janin mencapai 1000 gram. Jika janin ini lahir dapat
bertahan hidup dengan perawatan khusus. Panjang
janin mencapai 35 cm. Pada usia 28 minggu, janin
masih leluasa berputar di dalam rahim ibu.
Gambar 10
24
pertumbuhan janin minggu ke 28
15. Minggu ke- 32
Janin masih mempunyai cukup ruang untuk
berenang bebas dalam air ketuban, menendang, dan
jungkir balik. Sebagian besar, janin akan berada pada
posisi siap lahir, yaitu kepala di bawah dan kaki di
atas. Kulit janin merah dan keriput. Jika lahir, tampak
seperti orang tua kecil (little old man). Panjang janin
mencapai 40-43 cm.
Gambar 11
pertumbuhan janin minggu ke 32
25
16. Minggu ke- 34
Cahaya akan tersaring masuk ke dalam rongga
rahim. Janin lebih banyak bergerak dan mata
berkembang sepenuhnya.
17. Minggu ke- 36
Badan menjadi lebih bulat, kerutan di wajah
hilang karena lemak menutupi kulit sekeliling bayi dan
menutupi wajahnya. Janin yang dikandung oleh
sebagaian wanita yang hamil untuk pertama kalinya
akan mengalami penurunan, yaitu turunnya kepala ke
rongga panggul ( bayi sudah "turun") Umumnya testis
(buah pelir) janin laki-laki sudah turun ke skrotum.
Turunnya buah pelir ini dapat terjadi pula sampai
mendekati kelahiran. Pada masa ini disebut bayi
prematur. Panjang janin sekitar 46 centimeter dan
beratnya 2.5 kilogram.
Gambar 12
pertumbuhan janin minggu ke 36
18. Minggu ke- 38
26
Tendangan keras berkurang dan kepala janin
mulai masuk ke dalam panggul.
19. Minggu ke- 40
Janin telah berkembang sempurna dan siap
lahir. Secara umum sebagaian lanugo sudah hilang ,
tetapi pelindung verniks masih ada sampai bayi lahir.
Umumnya, panjang bayi yang lahir mencapai 48 - 50
cm dan berat badannya sekitar 2750 - 3000 gram.
Gambar 13
pertumbuhan janin minggu 40
2.3.4. Perubahan Psikologi Wanita Hamil
Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang
wanita. Kesehatan wanita sangat ditentukan oleh kesehatan
jiwanya. Wanita lebih cepat bereaksi terhadap setiap kondisi
yang dihadapinya dibandingkan dengan pria. Oleh karena
itu, kematangan perkembangan emosional dan psikoseksual
sangat diperlukan bagi seseorang yang berkeinginan untuk
mempunyai anak. Kondisi ini akan mendukung
kesanggupannya untuk menyesuaikan diri selama proses
kehamilan, persalinan, dan menjadi ibu.
Berikut ini akan diuraikan beberapa perubahan-
perubahan psikologi yang sering terjadi selama masa
kehamilan (Huliana, 2001, p:30-32).
27
1. Perubahan psikologi
pasangan suami istri di awal kehamilan dan trimester
pertama
Tidak semua wanita menghendaki dirinya
hamil. Jika wanita yang bersangkutan mengetahui
bahwa dirinya hamil, ia akan merasa syok dan
menyangkal kehamilan tersebut. Umumnya, reaksi
psikologi dan emosional wanita yang pertama kali
hamil ditunjukkan dengan adanya rasa kecemasan,
kegusaran, ketakutan, dan kepanikan. Di antara
mereka ada yang berpikiran bahwa kehamilan
merupakan ancaman maut yang menakutkan dan
membahayakan bagi diri mereka. Bahkan, adapula
yang mengalami kecemasan yang berlebihan saat
menjaga kehamilannya karena takut mengalami
keguguran.
Sama halnya dengan wanita, pria pun akan
mengalami perubahan psikologi yang nyata ketika
mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang
ayah. Seorang pria pun akan merasakan adanya
kegundahan, antara perasaan bangga dan
kesiapannya berperan sebagai seorang ayah. Selain
itu, calon ayah pun akan merasa khawatir terhadap
kondisi istri dan janin yang dikandungnya. Ia akan
berperan aktif dalam memberikan perawatan maupun
pengobatan. Ia akan melindungi istri dan janinnya.
Pada periode ini, hendaknya pasangan suami
istri berusaha menerima kenyataan yang ada.
Komunikasi dan saling terbuka merupakan modal
utama untuk membicarakan perasaan masing-masing
sehingga kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul
dapat diatasi.
28
Salah satu upaya untuk mengatasi perubahan-
perubahan psikologi yang terjadi di awal kehamilan
adalah mengikuti kursus program orang tua di
beberapa rumah sakit yang menyediakan fasilitas
tersebut. Melalui program ini, pasangan suami istri
akan dipandu mengenai proses perkembangan
kehamilan, nutrisi ibu hamil, dan hidup sehat selama
kehamilan.
2. Perubahan psikologi ibu pada
kehamilan trimester kedua
Pada periode ini, umumnya wanita hamil sudah
bisa menerima kehamilannya dengan baik. Akan
tetapi, perasaan cemas pun muncul kembali ketika
melihat keadaan perutnya yang bertambah besar,
payudara semakin besar, dan bercak-bercak hitam
yang semakin melebar. Perasaan cemas muncul
karena mereka mengkhawatirkan penampilannya
akan rusak dan merasa takut suaminya tidak akan
mencintai dirinya lagi. Tentunya perasaan ini akan
mengganggu proses kehamilannya. Akan tetapi, hal
ini jangan dikhawatirkan karena sebagian besar
suami akan menganggap istrinya sangat seksi.
Pada periode ini, dukungan sang suami
kepada istri sangat dibutuhkan. Kursus program
orang tua harus diikuti terus untuk mempersiapkan
program ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI saja,
tanpa tambahan makanan lain pada bayi selama 4 –
6 bulan. Untuk mengatasi berbagai perubahan
psikologi, wanita hamil pun dapat mengikuti senam
hamil. Akan tetapi, sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter / bidan yang menangani
29
kehamilan untuk mengetahui ada-tidaknya kontra-
indikasi.
3. Perubahan psikologi ibu pada
kehamilan trimester ketiga
Bertambahnya usia kehamilan akan
menyebabkan perasaan yang tidak nyaman dan ingin
segera melahirkan. Pada masa ini, seorang wanita
akan disibukkan oleh persiapan-persiapan kebutuhan
bayi, dan pengontrolan kehamilan yang lebih ketat.
Pada periode ini, sang suami hendaknya
memberikan dukungan yang lebih kepada istrinya..
kecemasan-kecemasan menghadapi persalinan akan
muncul dan mulai dirasakan. Bayangan-bayangan
negatif mulai menghantuinya, misalnya apakah ia bisa
melahirkan normal, bagaimana jika terjadi sesuatu
dengan dirinya pada saat melahirkan, apakah bayi
akan lahir normal.
Untuk mengatasi perubahan psikologi pada
periode ini, berilah rasa aman pada istri dan
dukunglah istri untuk melakukan berbagai kegiatan,
misalnya dengan latihan senam bersama-sama,
menemaninya saat mengontrol kehamilannya, dan
membantu istri dalam segala kebutuhannya. Dengan
cara ini, akan muncul rasa percaya diri sehingga sang
istri akan memiliki mental yang kuat untuk
menghadapi persalinannya.
2.3.5. Perawatan Berkala dan Cara Hidup Sehat
Wanita Hamil
Dengan bertambahnya usia kehamilan dan semakin
membesarnya perut, akan timbul rasa tidak nyaman, baik
dari segi fisik maupun penampilan. Pada kondisi ini, wanita
hamil dianjurkan untuk tetap merawat dan menjaga
30
kesehatan pribadi. Walaupun rasa malas sering muncul,
wanita hamil dianjurkan untuk dapat mengatasinya. Berikut
ini hal-hal yang harus diperhatikan oleh wanita hamil dalam
upaya merawat dan menjaga kesehatan pribadinya (Huliana,
2001, p:87-98).
1. Memelihara kebersihan pribadi
Selama kehamilan, rambut akan tumbuh lebih
cepat, tebal, dan mengkilat sehingga akan tampak
berminyak. Untuk mengatasinya, cucilah rambut
paling sedikit 2-3 kali seminggu.
Peliharalah gigi secara teratur untuk
menghindari terjadinya infeksi di rongga mulut. Infeksi
yang terjadi di rongga mulut akan mudah menyebar
ke organ yang lainnya. Selain itu, periksalah gigi ke
dokter secara teratur dan informasikan bahwa Anda
sedang hamil.
Jagalah kebersihan kulit dengan baik. Pada
saat mandi, gosoklah kulit secara perlahan untuk
menghindari terjadinya kelecetan. Kulit yang lecet
sangat mudah terinfeksi oleh kuman- kuman penyakit.
Peliharalah kebersihan payudara. Lakukanlah
pengurutan sesuai nasehat dokter/bidan untuk
mempersiapkan ASI. Sokong payudara dengan BH
yang lebih besar dan cukup menunjang.
Jagalah kesehatan alat kelamin untuk
menghindarkan terjadinya infeksi kandungan. Jika
kandungan Anda terinfeksi, tentunya akan
membahayakan pertumbuhan dan perkembangan
janin.
2. Memilih makanan yang tepat
Makanlah makanan yang bergizi seimbang dan
olahlah makanan secara benar. Pilihlah bahan
31
makanan yang segar. Hindari penggunaan bahan
pengawet dan berwarna.
Konsumsilah makanan yang diolah matang
dan hindari pola makan yang berlebihan.
Konsumsilah makanan yang cukup
mengandung protein, baik hewani maupun nabati dan
kurangi makanan yang banyak mengandung garam.
Gambar 14
sumber protein nabati dan hewani
3. Penggunaan obat-obatan
Pada masa kehamilan (terutama selama
triwulan pertama), usahakan untuk tidak
menggunakan obat apapun tanpa seizing dokter/
bidan.
4. Hindari minuman beralkohol dan merokok
Hindari minuman yang mengandung alkohol
dan merokok. Secara langsung, hal tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin, yang mengakibatkan kelahiran janin dengan
berat badan yang rendah. Lebih parah lagi,
kemungkinan besar timbulnya cacat bawaan atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental
dapat terjadi.
32
Gambar 15
hindari minuman beralkohol dan rokok
5. Mengatur waktu tidur dan istrahat
Semakin tua usia kehamilan, seseorang wanita
lebih cepat merasa letih. Pada kondisi seperti ini,
wanita hamil dianjurkan untuk beristrahat secukupnya
dan menhindari aktivitas yang berat. Berbaringlah
dengan posisi kaki lebih tinggi.
Usahakan untuk tidur di siang hari selama 1-2
jam dan di malam hari sekitar 8 jam. Pada saat
istirahat, pikiran wanita hamil harus setenang
mungkin.
6. Mengatur olah raga dan bekerja
Wanita hamil dianjurkan untuk melakukan olah
raga ringan, seperti jalan kaki di pagi hari atau
berenang. Jika tidak ada keluhan mengenai
kandungan, ikutilah senam hamil secara teratur untuk
mendukung pembentukan dan menguatkan otot-otot
tubuh. Sesuaikan dengan kondisi jika Anda
melakukan pekerjaan sehari-hari.
Gambar 16
33
saat hamil tetap biasakan olah raga
7. Kendaraan
Gunakan kendaraan yang aman dan nyaman
jika bepergian jauh. Hindari jalan yang buruk agar
kandungan tidak terguncang terlalu keras.
8. Mengatur berat badan
Hindari kenaikan berat badan yang berlebihan
karena dapat mempersulit proses persalinan.
9. Pengobatan
Cegah dan obatilah penyakit infeksi sedini
mungkin. Konsultasikan ke dokter segera jika ada
keluhan/ kelainan.
10.Senggama
Batasi sanggama jika terjadi perdarahaan,
keluar air, atau kontraksi. Jika tidak ada keluhan atau
kelainan, biasanya sanggama aman dilakukan sampai
enam atau delapan minggu terakhir sebelum hari
taksiran persalinannya.
11.Memilih dan menggunakan pakaian dan alas kaki
Wanita hamil dianjurkan untuk menggunakan
pakaian yang longgar, mudah dan nyaman dipakai.
Hindari penggunaan sepatu atau alas kaki dengan
34
tumit yang tinggi untuk mencegah terjadinya hal yang
tidak diinginkan (misalnya jatuh atau tergelincir).
Gambar 17
gunakan pakaian yang longgar
12.Memeriksakan kehamilan
Periksalah kehamilan secara teratur dan
ikutilah saran-saran dari dokter / bidan agar proses
kehamilan dapat berjalan lancar.
Gambar 18
pemeriksaan kehamilan
2.5. Analisa Masalah
2.5.1. Analisa SWOT
Konsep kampanye periklanan mengenai
permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) dan kesehatan
reproduksi kehamilan serta melahirkan dianalisa sehingga
dapat dicarikan solusinya. Adapun sudut pandang yang
dianalisa yaitu:
1. Strength (kekuatan)
35
Dilihat dari masalah yang timbul, AKI dan AKB
merupakan masalah yang sangat serius sehingga
masyarakat akan memperhatikan dan tidak
memandang remeh. Permasalahan AKI sangat erat
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari terutama
dengan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Weakness (kelemahan)
Permasalahan AKI dan AKB selalu muncul
sebagai akibat dari masalah-masalah pada
masyarakat yang sulit untuk diselesaikan seperti
masalah kemiskinan dan pendidikan serta tingkat
pemahaman yang berbeda mengenai kesehatan
reproduksi.
3. Opportunity (peluang)
Tingkat kesadaran masyarakat akan masalah
AKI dan AKB cukup tinggi karena melibatkan
masyarakat secara langsung. Juga adanya beberapa
program pemerintah yang masih berjalan
sehubungannya dengan usaha penekanan AKI dan
AKB. Kesehatan reproduksi yang berkaitan erat
dengan permasalahan AKI.
4. Threatment (ancaman)
Permasalahan yang ada sekarang seperti
kemiskinan, kekosmopolitan, dan rendahnya tingkat
pendidikan dan pemahaman mengenai kesehatan
reproduksi menjadi ancaman terbesar yang
menyebabkan tinggi AKI dan AKB.
2.5.2. Penyimpulan Masalah
36
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dari tahun ke
tahun jumlahnya tidak pasti, dan mengalami turun naik.
Menurut data terakhir yang didapatkan, AKI telah mencapai
kisaran 376 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB mencapai
63 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan di Propinsi Jawa
Barat AKI telah melebihi rata-rata nasional walaupun ada
kecenderungan penurunan yaitu 450-390 per 100 ribu
kelahiran hidup. Bukan berarti pemerintah tidak melakukan
tindakan guna menekan tingginya AKI dan AKB.
Program pemerintah yang pernah dilakukan antara
lain ;
1. Program bidan teladan,
2. Program bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT),
3. Warga siaga, dan
4. Bidan delima.
Namun program yang masih berjalan yaitu warga
siaga dan bidan delima sedangkan program bidan teladan
dan bidan PTT sudah tidak berjalan sejak tahun 2002.
Sedangkan program suami siaga dijalankan oleh salah satu
LSM guna mendukung program pemerintah yang sedang
berjalan. Selain itu ada program pemerintah di daerah-
daerah yang secara tidak langsung mendukung antara lain
catur warga dan keluarga berencana.
Menurut Ida Yustina (Gatra, 2004) ada beberapa
penyebab perilaku kesehatan reproduksi belum terbentuk
antara lain, pendidikan, pendapatan, pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, kekosmopolitan, akses informasi,
akses pelayanan kesehatan dan tingkat pemahaman
kesehatan reproduksi. Penurunan AKI dan tercapainya
kesehatan reproduksi efektif dapat ditempuh dengan
mengubah perilaku perempuan dan laki-laki. Ia pun
menyimpulkan bahwa informasi tingkat pemahaman
37
reproduksi dan perilaku kesehatan penting untuk
menentukan strategi dalam membentuk perilaku kesehatan
reproduksi yang baik.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat
telah melebihi angka rata-rata nasional. Sedangkan posisi
Indonesia sendiri menduduki peringkat pertama di ASEAN
sebagai negara dengan AKI tertinggi. Tingginya AKI di Jawa
Barat dibarengi dengan tingginya Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadikannya masalah yang sangat serius.
Berdasarkan analisa di atas bahwa permasalahan AKI dan
AKB di Jabar secara langsung disebabkan faktor-faktor
seperti kemiskinan, IPM masyarakat yang relatif rendah, dan
pendidikan yang relatif rendah. Penyebab utama yang
ditemukan yaitu kurangnya informasi mengenai kesehatan
reproduksi dan tingkat pemahaman masyarakat akan
kesehatan reproduksi yang berbeda-beda, namun
masyarakat memiliki kesadaran yang cukup tinggi mengenai
permasalahan AKI dan AKB karena permasalahan tersebut
melibatkan mereka secara langsung. Sehingga disimpulkan
permasalahan konsep kampanye yang ada yaitu bagaimana
mengkomunikasikan informasi kesehatan reproduksi secara
jelas dan lengkap di Bandung sehingga tidak ada
kesalahpahaman serta mudah dimengerti oleh target
khalayak.
38