jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

43
BAB 2 PEMBAHASAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN KESEHATAN REPRODUKSI HAMIL DAN MELAHIRKAN SERTA ANALISA KONSEP KAMPANYE 2.1. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati peringkat pertama di ASEAN. Yakni 373 setiap 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 1997 dan terus meningkat mencapai 391 setiap 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2003. Di Malaysia angka kematian ibu melahirkan berjumlah sekitar 36 per 100 ribu kelahiran hidup, di Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, bahkan di Vietnam 160 per 100 ribu kelahiran hidup (Pikiran Rakyat, 2004). Gambar 1 7

description

JYRJUHNB

Transcript of jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Page 1: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

BAB 2PEMBAHASAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN

KESEHATAN REPRODUKSI HAMIL DAN MELAHIRKANSERTA ANALISA KONSEP KAMPANYE

2.1. Angka Kematian Ibu (AKI)Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati peringkat

pertama di ASEAN. Yakni 373 setiap 100 ribu kelahiran hidup pada

tahun 1997 dan terus meningkat mencapai 391 setiap 100 ribu

kelahiran hidup pada tahun 2003. Di Malaysia angka kematian ibu

melahirkan berjumlah sekitar 36 per 100 ribu kelahiran hidup, di

Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, bahkan di Vietnam 160

per 100 ribu kelahiran hidup (Pikiran Rakyat, 2004).

Gambar 1

Grafik Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia Tenggara

Namun pada tahun 2001 AKI menurun menjadi 334 per 100

ribu kelahiran hidup dan 307 per 100 ribu kelahiran hidup pada

tahun 2002 (Suara Pembaruan, 2004). Penurunan AKI tersebut

bisa diakibatkan adanya program bidan PTT (pegawai tidak tetap)

7

Page 2: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

dan program bidan teladan. Namun pada tahun 2002 kedua

program tersebut dihilangkan oleh pemerintah yang berakibat

meningkatnya AKI pada tahun 2003. Pada bulan April 2004,

AKI tercatat 307 per 100 ribu (Republika, 2004) namun kembali

membengkak pada bulan Mei hingga mencapai kisaran 373 per

100 ribu kelahiran hidup (Rahima, 2005), namun faktanya setiap

satu jam dua orang ibu meninggal saat melahirkan di Indonesia

karena berbagai penyebab, kata Menkes (tahun 2003), Achmad

Sujudi.

Gambar 2

Grafik Laju Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN), Sumarjati Arjoso,

“ Angka kematian ibu melahirkan dan bayi saat kelahiran ini banyak terjadi di daerah timur indonesia seperti Nusat Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Namun demikian untuk Jabar juga angka kematian bayi dan ibu melahirkan cukup tinggi” (Republika, 2005).

Di Propinsi Jawa Barat, AKI sudah semakin meresahkan

karena telah melebihi angka rata-rata nasional. Meski menunjukkan

kecenderungan menurun dari 450 menjadi 390 per 100 ribu

kelahiran hidup. Masalah lainnya adalah masih tingginya angka

8

Page 3: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

kematian bayi, yakni mencapai 42,33 per 1.000 kelahiran hidup.

Meski masih di bawah angka kematian bayi rata-rata nasional yang

mencapai 63 per 1.000 kelahiran bayi, angkanya dianggap masih

tinggi (Rahima, 2005).

Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan 40-

60 persen, infeksi 30 persen, dan eklampsi 20 persen (Suara

Pembaruan, 2002). Menurut Achmad Sujudi,

“Tiga keterlambatan penyebab tinggi AKI, yakni terlambat mengenali bahaya ibu akan melahirkan dan merujuk ke Puskesmas atau rumah sakit (RS), terlambat transportasi menuju Puskemas atau RS dan terlambat memperoleh pertolongan di RS/Puskesmas” (Departemen Kesehatan, 2004).

Kematian ibu umumnya terjadi pada kelompok ibu dengan

risiko tinggi, yang dapat mengancam jiwa ibu/janin. Sedangkan,

penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah infeksi, imaturitas,

dan asfiksia (Suara Pembaruan, 2002). Hasil penelitian UNDP di 21

Negara juga memperlihatkan bahwa di Indonesia, sebagian besar

wanita melahirkan yang meninggal dunia disebabkan komplikasi

melahirkan, seperti perdarahan. Sementara itu, sang suami pada

saat yang bersama tidak ada di tempat (Pikiran Rakyat, 2004).

Salah satu tradisi yang mempunyai andil terhadap hal ini adalah

tidak berani mengambil keputusan untuk segera mencari pelayanan

kesehatan ke dokter pada saat terjadi komplikasi.

Jawa barat termasuk daerah yang memiliki angka kematian

ibu melahirkan dan bayi tinggi disebabkan oleh beberapa hal.

“Rata-rata usia pernikahan yang terlalu dini, dan kasus kawin cerai. Misalnya, usia pernikahan di Jabar masih dibawah 20 tahun. Laju pertambahan penduduk di Indonesia mencapai 1,49 persen, artinya setiap tahunnya di Indonesia lahir bayi sekitar tiga hingga 3,5 juta jiwa. Saat ini keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I alasan ekonomi mencapai sekitar 15,9 juta keluarga. Dengan kata lain, jumlahnya mencapai sekitar 30,68 persen dari total keluarga yang ada di Indonesia (Sumarjati Arjoso dalam Republika Online, 2005).

9

Page 4: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Sementara itu, Kepala BKKBN Jabar, Hertok Nurwahyu

Saud mengatakan, “Angka kematian bayi pada saat kelahiran di

Jabar mencapai sekitar 46/1000 kelahiran. Sedangkan angka

kematian ibu melahirkan mencapai 376/100.000” (Republika

Online, 2005). Tingginya angka kematian pada ibu melahirkan dan

bayi di Jabar disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, yaitu

persoalan pendidikan, kultur dan juga ekonomi. '' Akibatnya,

banyak warga di Jabar yang menikah pada usia muda,'' cetusnya

(Hertok Nurwahyu Saud, 2005). Usia menikah di Jabar saat ini,

rata-rata mencapai sekitar 17,8 tahun (Republika, 2005). Kualitas

SDM di Indonesia berdasarkan laporan Program Pembangunan

PBB (UNDP) tahun 2003, menempati urutan 112 dari 175 negara

dunia. Rendahnya pemahaman mengenai kesehatan reproduksi

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pendidikan,

pendapatan, pengetahuan, kedudukan perempuan/lelaki dalam

keluarga, kekosmopolitan, akses informasi, karakteristik

pemahaman kesehatan reproduksi, lingkungan sosial budaya dan

akses layanan kesehatan (Gatra, 2004).

90 persen kelahiran di kota-kota besar lebih banyak

ditangani bidan daripada dokter kandungan (Sinar Harapan, 2003).

Sebab, disamping tarifnya murah, pendekatan yang dilakukan para

bidan terhadap pasien biasanya lebih bersifat kekeluargaan

ketimbang dokter. Berbeda dengan kendala yang dihadapi di

pedesaan, harga tarif bidan tidak menjadi masalah yang serius

melainkan biaya transportasi yang besarnya bisa mencapai dua

puluh kali lipat tarif bidan. Padahal 80 persen penduduk Indonesia

bermukim di sekitar 69.061 desa (Profil Kesehatan Indonesia

2000). Sejak diadakan program Bidan di Desa (BDD) tahun 1989,

jumlah BDD justru terus menyusut. Dari 62.812 BDD di tahun 2000

menjadi 39.906 di tahun 2003. Hari ini ada sekitar 22.906 desa

yang tidak lagi memiliki bidan (Sinar Harapan, 2003).

10

Page 5: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Kendala lain yang dihadapi yang menyebabkan kurangnya

tenaga kerja bidan adalah masalah gaji yang tidak sesuai dan

bahkan tidak sedikit bidan mengeluhkan keterlambatan gaji yang

mereka terima. Sedangkan kondisi desa tempat para bidan bekerja

tidak memungkinkan untuk membayar mereka.. Apalagi sudah

sejak tahun 2000 pemerintah menghapus program pemilihan bidan

teladan. Otomatis tenaga bidan sekarang tidak lagi terlalu

bersemangat untuk berlaku teladan seperti masa lalu. Jenjang

pendidikan untuk para bidan kini amat terbatas. Sampai sekarang

strata pendidikan bidan belum ada yang mencapai S1. Pilihan bagi

bidan hanya mencakup D3 atau D4. Sementara untuk meneruskan

pendidikan ke luar negeri tentu butuh biaya besar. Jumlah Akademi

kebidanan di seluruh Indonesia hanya 120 buah untuk jenjang D3

dan hanya empat untuk D4 (Sinar Harapan, 2003). Diharapkan

pemerintah mau sedikit memberi perhatian pada masalah

pendidikan bidan ini demi meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan. Bukan hanya masalah pendidikan saja yang membuat

orang urung menjadi bidan. Mendung juga menerpa profesi ini

setelah ditiadakannya penerimaan pegawai negeri sipil (PNS).

2.2. Kesehatan Reproduksi

2.2.1. Pengertian Kesehatan

Reproduksi

Menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan

Perlindungan Hak Reproduksi) Istilah reproduksi berasal dari

kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya

membuat. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu

proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan

demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ

reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk

reproduksi manusia.

11

Page 6: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Kesehatan reproduksi (Konferensi International

Kependudukan dan Pembangunan, 1994) adalah keadaan

sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala

hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem

reproduksi.

Adapun beberapa pengetahuan dasar kesehatan

reproduksi (BKKBN, 2005) agar memiliki kesehatan

reproduksi yang baik, yaitu:

1. Tumbuh kembang remaja:

perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur,

anemia dan kesehatan reproduksi.

2. Kehamilan dan

melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil

pada usia muda, berbagai aspek kehamilan yang tak

diinginkan dan abortus.

3. Pendidikan seks bagi

remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat

pendidikan seks dan keragaman seks.

4. Penyakit menular seksual

dan HIV/AIDS.

5. Kekerasan seksual dan

bagaimana menghindarinya.

6. Bahaya narkoba dan miras

pada kesehatan reproduksi.

7. Pengaruh sosial dan

media terhadap perilaku seksual.

8. Kemampuan

berkomunikasi, memperkuat kepercayaan diri dan

bagaimana bersifat asertif.

9. Hak-hak reproduksi dan

jender.

12

Page 7: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

2.2.2. Anemia dan Kesehatan

Reproduksi

Anemia (kurang darah: Hb <12 gr %) sangat terkait

erat dengan masalah kesehatan reproduksi (terutama pada

perempuan) (BKKBN, 2005). Jika perempuan mengalami

anemia maka akan menjadi sangat berbahaya pada waktu

dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita

anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan

rendah (kurang dari 2.5 kg) (BKKBN, 2005). Di samping itu,

anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun

bayi pada waktu proses persalinan. Karena itu untuk

memastikan agar remaja tidak mengidap anemia maka perlu

dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis.

Jika ternyata remaja mengidap anemia maka perlu

dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi atau

mengkonsumsi pil besi sesuai dengan anjuran.

2.3. Kehamilan dan Melahirkan

2.3.1. Usia Ideal Untuk Hamil dan Melahirkan

Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan

melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan

dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/

emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara

umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika

telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika

tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun.

Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan

fisik.

Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia

dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-undang

Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah

13

Page 8: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun

(BKKBN, 2005). Tetapi perlu diingat beberapa hal sebagai

berikut:

1. Ibu muda pada waktu hamil

kurang memperhatikan kehamilannya termasuk

kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya

berbagai resiko kehamilan.

2. Ibu muda pada waktu hamil

sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah

yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan

serta kekejangan yang berakibat pada kematian.

3. Penelitian juga

memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda

(dibawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan

munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya dengan

belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.

2.3.2. Persiapan Kehamilan

Pada saat pasangan suami istri memutuskan untuk

mempunyai anak, persiapan menuju terjadinya proses

pembuahan sangat penting untuk dilakukan. Sebaiknya,

persiapan ini dilakukan dan diperkirakan 3–6 bulan sebelum

proses pembuahan terjadi. Persiapan-persiapan yang dapat

dilakukan (Huliana, 2001, p:10-12) antara lain:

1. Mengkonsultasikan kesehatan fisik

Sebelum melakukan hubungan intim sebaiknya

konsultasikan kesehatan dengan melakukan

beberapa pemeriksaan seperti, pemeriksaan virus

rubella, hepatitis (A, B, dan C), penyakit

toksoplasmosis, penyakit seksual menular, penyakit

menurun yang sedang diderita (asma, diabetes

mellitus, dan jantung), penyakit akibat kekurangan zat

14

Page 9: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

tertentu (misal anemia), pemeriksaan alat reproduksi

pria dan wanita.

2. Mengatur asupan nutrisi

Hindari diet makanan pengendali berat badan,

pilihlah makanan yang sehat dan seimbang yang

mengandung protein, asam-asam lemak esensial,

mineral dan vitamin. Asupan jumlah kalori pun harus

disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan hindari

makanan yang mengandung bahan pengawet.

3. Bersikap teliti terhadap obat-obatan

Jangan mengkonsumsi sembarang obat untuk

menghindari terjadinya alergi atau keracunan obat.

4. Menerapkan pola hidup yang sehat

Hindari rokok dan minuman beralkohol karena

dapat merusak kesuburan telur.

5. Memeriksakan darah

Pemeriksaan golongan dan rhesus darah pada

pasangan suami istri perlu dilakukan untuk

mengantisipasi adanya perbedaan golongan darah

dan rhesus darah ibu dan bayi.

6. Mengkonsultasikan faktor genetik

Konsultasi genetik perlu dilakukan jika

pasangan suami istri masih terkait persaudaraan. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit

yang dapat diturunkan pada janin. Konsultasi genetik

diperlukan juga untuk memilih jenis kelamin.

7. Mencatat kondisi kesehatan

Catatlah hal-hal penting tentang kondisi

kesehatan, khususnya kondisi kesehatan istri,

misalnya mengenai siklus menstruasi. Hal ini akan

berguna untuk menentukan umur kehamilan. Selain

itu, catatlah bila alergi terhadap makanan, obat-

15

Page 10: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

obatan, bahan, atau benda tertentu. Proses

pengobatan alergi pada wanita hamil sangat sulit

dilakukan.

8. Menjaga hubungan yang harmonis

Hubungan suami istri harus tetap

dipertahankan. Timbulnya stres yang berkepanjangan

akan mempengaruhi proses pembuahan, kehamilan,

pertumbuhan janin di dalam kandungan, proses

melahirkan, dan menyusui.

9. Mempersiapkan tabungan

Siapkan tabungan dan bergabunglah dengan

perusahaan asuransi agar kebutuhan dan keluarga

terjamin.

2.3.3. Masa Kehamilan dan Pertumbuhan Janin

Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi)

sampai sebelum janin lahir. Kehamilan normal berlangsung

selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung

mulai dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk

menentukan usia kehamilan dapat digunakan rumus

Naegele sebagai berikut.

Bulan dikurang 3

Tahun ditambah 1

Tanggal ditambah 7

(1 bulan = 30 hari).

Contoh :

Hari pertama haid terakhir dengan siklus normal jatuh

pada tanggal 3 Januari 1998. Persalinan diperkirakan terjadi

pada tanggal 10 Oktober 1998.

Perhitungan tanggal kelahiran dapat juga dilakukan

dengan cara, tanggal ditambah 7 hari, bulan ditambah 9,

seperti kehamilan cukup bulan yang terhitung 9 bulan 7 hari.

16

Page 11: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Jika lupa hari pertama haid terakhir, dapat dilakukan

perhitungan dengan USG (ultrasonografi/scan ultra sound)

beberapa kali pada usia kehamilan dini.

Masa kehamilan dibagi menjadi tiga trimester

(Huliana, 2001, p:14), yaitu :

1. Trimester pertama, dimulai

dari proses konsepsi sampai usia kehamilan tiga

bulan,

2. Trimester kedua dihitung dari

bulan keempat sampai usia kehamilan enam bulan,

dan

3. Trimester ketiga, dihitung dari

bulan ketujuh sampai usia kehamilan sembilan bulan.

Proses pematangan telur dipengaruhi oleh hormon.

Pada setiap bulannya, indung telur wanita usia subur akan

menghasilkan satu atau dua telur matang, yang disebut

ovum. Sekitar 14 hari sebelum haid akan terjadi proses

pelepasan telur yang matang dari indung telurnya. Proses ini

dinamakan ovulasi. Telur inilah yang siap untuk dibuahi oleh

sebuah sperma. Proses bersatunya inti ovum dan inti

sperma disebut konsepsi (pembuahan), yang merupakan

awal dari proses kehamilan. Proses terjadinya pembuahan

sampai pertumbuhan janin diuraikan berikut ini (Huliana,

2001, p:14-18).

1. Minggu pertama

Masa haid terakhir selama 5-7 hari. Pada fase

ini, seorang wanita harus memperhatikan tanggal dari

hari pertama haid terakhir. Penanggalan ini akan

digunakan untuk menentukan usia kehamilan menurut

rumus Naegele.

2. Minggu ke-2 dan ke-3

17

Page 12: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Merupakan masa subur, jika siklus seseorang

terjadi selama 28-35 hari. Pada fase ini akan terjadi

proses ovulasi dan dilanjutkan dengan konsepsi di

saluran telur. Hasil konsepsi akan berkembang

dengan cara pembelahan sel, mulai dari 1 sel menjadi

2, 4, 8 sampai membentuk sekelompok sel yang

bergerak dari saluran telur menuju rongga rahim.

Kelompok sel ini akan melekat (bernidasi) pada

dinding rahim.

Gambar 3

pertumbuhan janin minggu ke 1 sampai 4

3. Minggu ke-4

Kelompok sel akan berkembang menjadi

embrio kecil dan melekat pada lapisan dinding rahim.

4. Minggu ke-5

Terjadi pembentukan awal embrio (manusia

dini) yang sudah memiliki sistim vaskuler (peredaran

darah). Pada fase ini, seorang wanita tidak akan

mengalami menstruasi (haid terhenti). Jika dilakukan

uji kehamilan secara klinis akan diproleh hasil yang

positif. Pada fase ini pun sudah terbentuk kantung

ketuban yang terdiri dari dua selaput tipis. Selaput ini

berisi air ketuban tempat bayi terapung di dalam

rahim. Air ketuban akan menjaga bayi dari cedera

akibat benturan luar selama kehamilan.

18

Page 13: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

5. Minggu ke-6

Terbentuk tulang belakang, kepala besar yang

mengandung otak rudimenter, bakal tangan kaki,

serta soket untuk mata dan telinga. Jantung sedang

dibentuk, pada USG akan terdengar denyut jantung

yang kuat. Plasenta (ari-ari) tampak lebih besar dari

embrio.

Gambar 4

pertumbuhan janin minggu ke 6

6. Minggu ke-8

Terjadi pembentukan semua organ besar dan

bagian-bagian organ ginjal. Kelopak mata telah

menyatu untuk melindungi kedua matanya. Hidung,

telinga, dan jari-jari mulai terbentuk. Kepala mulai

menunduk ke arah dada. Wajah dan jari-jari sudah

berkembang. Embrio tampak seperti manusia yang

meningkat menjadi janin. Pada fase ini sudah terjadi

gerakan janin, tetapi terlalu lembut untuk dapat

dirasakan oleh sang ibu. Panjang janin mencapai 2,5

cm.

19

Page 14: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Gambar 5

pertumbuhan janin minggu ke 8

7. Minggu ke-10

Pada masa ini, kegiatan jantung janin hampir

dapat terdeteksi dengan dengan peralatan yang

menggunakan prinsip Doppler ultrasonik. Sirkulasi

darah melalui tali pusat. Jari-jari dan kuku sudah

terlihat dan ukuran kepala masih belum proporsional.

8. Minggu ke-12

Daun telinga mulai terbentuk, kelopak mata

masih melekat, leher dan alat kelamin luar mulai

terbentuk. Pada masa ini, ginjal janin mulai berfungsi.

Janin sudah lebih aktif, tetapi masih belum dapat

20

Page 15: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

dirasakan oleh sang ibu. Berat ari-ari 6 kali berat

janin. Kantung ketuban berisi sekitar 100 ml air

ketuban. Panjang janin sekitar 9 cm.

Gambar 6

pertumbuhan janin minggu ke 12

9. Minggu ke- 14

Rasa nyeri payudara sudah hilang. Kulit puting

susu dan sekitar areola akan terlihat lebih gelap.

Pada masa ini, perut ibu mulai bertambah gendut dan

sudah terlihat hamil.

10. Minggu ke- 16

Alat kelamin luar sudah terbentuk, hidung dan

telinga tampak jelas, kulit merah, rambut mulai

tumbuh, dan semua bagian sudah terbentuk lengkap.

Pada masa ini plasenta (ari-ari) sudah terbentuk

sempurna, yang merupakan akar janin untuk tumbuh

21

Page 16: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

dan berkembang dengan baik dalam rahim. Kadang-

kadang terjadi gerakan yang tidak teratur. Pada

kehamilan pertama, gerakan semacam ini tidak terasa

oleh sang ibu. Rambut-rambut yang halus (lanugo)

mulai tumbuh. Berat janin sama dengan berat ari-ari.

Pembuluh darah terlihat dengan jelas pada kulit janin

yang tipis. Panjang janin mencapai 16-18 cm.

Gambar 7

pertumbuhan janin minggu ke 16

11. Minggu ke-20

Kulit makin tebal, rambut kepala mulai tumbuh,

rambut halus (lanugo) mulai tampak. Untuk pertama

kalinya, getaran janin mulai dirasakan oleh sang ibu,

namun kondisi ini tidak selalu terjadi. Bola dan alis

mata sudah tumbuh. Panjang janin sekitar 25 cm.

Gambar 8

22

Page 17: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

pertumbuhan janin minggu ke 20

12. Minggu ke- 22

Telinga bagian dalam sempurna. Janin sudah

mulai bisa mendengar suara dari luar.

13. Minggu ke-24

Kelopak mata terpisah, tumbuh alis dan bulu

mata, kulit khas berkerut-kerut, dan lemak tertumpuk

di bagian bawahnya. Kepala besar dan panjang janin

mencapai 30 cm. Jika janin ini lahir, akan berusaha

untuk bernafas, tetapi akan meninggal setelah

beberapa jam dilahirkan.

Gambar 9

23

Page 18: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

pertumbuhan janin minggu ke 24

14. Minggu ke- 28

Janin dapat mengisap jari. Kulit tipis merah

ditutupi lemak yang disebut verniks. Pertumbuhan

kepala mulai lambat, ukurannya sebanding dengan

ukuran tubuhnya . Organ dalam sudah lengkap. Berat

janin mencapai 1000 gram. Jika janin ini lahir dapat

bertahan hidup dengan perawatan khusus. Panjang

janin mencapai 35 cm. Pada usia 28 minggu, janin

masih leluasa berputar di dalam rahim ibu.

Gambar 10

24

Page 19: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

pertumbuhan janin minggu ke 28

15. Minggu ke- 32

Janin masih mempunyai cukup ruang untuk

berenang bebas dalam air ketuban, menendang, dan

jungkir balik. Sebagian besar, janin akan berada pada

posisi siap lahir, yaitu kepala di bawah dan kaki di

atas. Kulit janin merah dan keriput. Jika lahir, tampak

seperti orang tua kecil (little old man). Panjang janin

mencapai 40-43 cm.

Gambar 11

pertumbuhan janin minggu ke 32

25

Page 20: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

16. Minggu ke- 34

Cahaya akan tersaring masuk ke dalam rongga

rahim. Janin lebih banyak bergerak dan mata

berkembang sepenuhnya.

17. Minggu ke- 36

Badan menjadi lebih bulat, kerutan di wajah

hilang karena lemak menutupi kulit sekeliling bayi dan

menutupi wajahnya. Janin yang dikandung oleh

sebagaian wanita yang hamil untuk pertama kalinya

akan mengalami penurunan, yaitu turunnya kepala ke

rongga panggul ( bayi sudah "turun") Umumnya testis

(buah pelir) janin laki-laki sudah turun ke skrotum.

Turunnya buah pelir ini dapat terjadi pula sampai

mendekati kelahiran. Pada masa ini disebut bayi

prematur. Panjang janin sekitar 46 centimeter dan

beratnya 2.5 kilogram.

Gambar 12

pertumbuhan janin minggu ke 36

18. Minggu ke- 38

26

Page 21: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Tendangan keras berkurang dan kepala janin

mulai masuk ke dalam panggul.

19. Minggu ke- 40

Janin telah berkembang sempurna dan siap

lahir. Secara umum sebagaian lanugo sudah hilang ,

tetapi pelindung verniks masih ada sampai bayi lahir.

Umumnya, panjang bayi yang lahir mencapai 48 - 50

cm dan berat badannya sekitar 2750 - 3000 gram.

Gambar 13

pertumbuhan janin minggu 40

2.3.4. Perubahan Psikologi Wanita Hamil

Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang

wanita. Kesehatan wanita sangat ditentukan oleh kesehatan

jiwanya. Wanita lebih cepat bereaksi terhadap setiap kondisi

yang dihadapinya dibandingkan dengan pria. Oleh karena

itu, kematangan perkembangan emosional dan psikoseksual

sangat diperlukan bagi seseorang yang berkeinginan untuk

mempunyai anak. Kondisi ini akan mendukung

kesanggupannya untuk menyesuaikan diri selama proses

kehamilan, persalinan, dan menjadi ibu.

Berikut ini akan diuraikan beberapa perubahan-

perubahan psikologi yang sering terjadi selama masa

kehamilan (Huliana, 2001, p:30-32).

27

Page 22: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

1. Perubahan psikologi

pasangan suami istri di awal kehamilan dan trimester

pertama

Tidak semua wanita menghendaki dirinya

hamil. Jika wanita yang bersangkutan mengetahui

bahwa dirinya hamil, ia akan merasa syok dan

menyangkal kehamilan tersebut. Umumnya, reaksi

psikologi dan emosional wanita yang pertama kali

hamil ditunjukkan dengan adanya rasa kecemasan,

kegusaran, ketakutan, dan kepanikan. Di antara

mereka ada yang berpikiran bahwa kehamilan

merupakan ancaman maut yang menakutkan dan

membahayakan bagi diri mereka. Bahkan, adapula

yang mengalami kecemasan yang berlebihan saat

menjaga kehamilannya karena takut mengalami

keguguran.

Sama halnya dengan wanita, pria pun akan

mengalami perubahan psikologi yang nyata ketika

mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang

ayah. Seorang pria pun akan merasakan adanya

kegundahan, antara perasaan bangga dan

kesiapannya berperan sebagai seorang ayah. Selain

itu, calon ayah pun akan merasa khawatir terhadap

kondisi istri dan janin yang dikandungnya. Ia akan

berperan aktif dalam memberikan perawatan maupun

pengobatan. Ia akan melindungi istri dan janinnya.

Pada periode ini, hendaknya pasangan suami

istri berusaha menerima kenyataan yang ada.

Komunikasi dan saling terbuka merupakan modal

utama untuk membicarakan perasaan masing-masing

sehingga kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul

dapat diatasi.

28

Page 23: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Salah satu upaya untuk mengatasi perubahan-

perubahan psikologi yang terjadi di awal kehamilan

adalah mengikuti kursus program orang tua di

beberapa rumah sakit yang menyediakan fasilitas

tersebut. Melalui program ini, pasangan suami istri

akan dipandu mengenai proses perkembangan

kehamilan, nutrisi ibu hamil, dan hidup sehat selama

kehamilan.

2. Perubahan psikologi ibu pada

kehamilan trimester kedua

Pada periode ini, umumnya wanita hamil sudah

bisa menerima kehamilannya dengan baik. Akan

tetapi, perasaan cemas pun muncul kembali ketika

melihat keadaan perutnya yang bertambah besar,

payudara semakin besar, dan bercak-bercak hitam

yang semakin melebar. Perasaan cemas muncul

karena mereka mengkhawatirkan penampilannya

akan rusak dan merasa takut suaminya tidak akan

mencintai dirinya lagi. Tentunya perasaan ini akan

mengganggu proses kehamilannya. Akan tetapi, hal

ini jangan dikhawatirkan karena sebagian besar

suami akan menganggap istrinya sangat seksi.

Pada periode ini, dukungan sang suami

kepada istri sangat dibutuhkan. Kursus program

orang tua harus diikuti terus untuk mempersiapkan

program ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI saja,

tanpa tambahan makanan lain pada bayi selama 4 –

6 bulan. Untuk mengatasi berbagai perubahan

psikologi, wanita hamil pun dapat mengikuti senam

hamil. Akan tetapi, sebaiknya berkonsultasi terlebih

dahulu dengan dokter / bidan yang menangani

29

Page 24: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

kehamilan untuk mengetahui ada-tidaknya kontra-

indikasi.

3. Perubahan psikologi ibu pada

kehamilan trimester ketiga

Bertambahnya usia kehamilan akan

menyebabkan perasaan yang tidak nyaman dan ingin

segera melahirkan. Pada masa ini, seorang wanita

akan disibukkan oleh persiapan-persiapan kebutuhan

bayi, dan pengontrolan kehamilan yang lebih ketat.

Pada periode ini, sang suami hendaknya

memberikan dukungan yang lebih kepada istrinya..

kecemasan-kecemasan menghadapi persalinan akan

muncul dan mulai dirasakan. Bayangan-bayangan

negatif mulai menghantuinya, misalnya apakah ia bisa

melahirkan normal, bagaimana jika terjadi sesuatu

dengan dirinya pada saat melahirkan, apakah bayi

akan lahir normal.

Untuk mengatasi perubahan psikologi pada

periode ini, berilah rasa aman pada istri dan

dukunglah istri untuk melakukan berbagai kegiatan,

misalnya dengan latihan senam bersama-sama,

menemaninya saat mengontrol kehamilannya, dan

membantu istri dalam segala kebutuhannya. Dengan

cara ini, akan muncul rasa percaya diri sehingga sang

istri akan memiliki mental yang kuat untuk

menghadapi persalinannya.

2.3.5. Perawatan Berkala dan Cara Hidup Sehat

Wanita Hamil

Dengan bertambahnya usia kehamilan dan semakin

membesarnya perut, akan timbul rasa tidak nyaman, baik

dari segi fisik maupun penampilan. Pada kondisi ini, wanita

hamil dianjurkan untuk tetap merawat dan menjaga

30

Page 25: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

kesehatan pribadi. Walaupun rasa malas sering muncul,

wanita hamil dianjurkan untuk dapat mengatasinya. Berikut

ini hal-hal yang harus diperhatikan oleh wanita hamil dalam

upaya merawat dan menjaga kesehatan pribadinya (Huliana,

2001, p:87-98).

1. Memelihara kebersihan pribadi

Selama kehamilan, rambut akan tumbuh lebih

cepat, tebal, dan mengkilat sehingga akan tampak

berminyak. Untuk mengatasinya, cucilah rambut

paling sedikit 2-3 kali seminggu.

Peliharalah gigi secara teratur untuk

menghindari terjadinya infeksi di rongga mulut. Infeksi

yang terjadi di rongga mulut akan mudah menyebar

ke organ yang lainnya. Selain itu, periksalah gigi ke

dokter secara teratur dan informasikan bahwa Anda

sedang hamil.

Jagalah kebersihan kulit dengan baik. Pada

saat mandi, gosoklah kulit secara perlahan untuk

menghindari terjadinya kelecetan. Kulit yang lecet

sangat mudah terinfeksi oleh kuman- kuman penyakit.

Peliharalah kebersihan payudara. Lakukanlah

pengurutan sesuai nasehat dokter/bidan untuk

mempersiapkan ASI. Sokong payudara dengan BH

yang lebih besar dan cukup menunjang.

Jagalah kesehatan alat kelamin untuk

menghindarkan terjadinya infeksi kandungan. Jika

kandungan Anda terinfeksi, tentunya akan

membahayakan pertumbuhan dan perkembangan

janin.

2. Memilih makanan yang tepat

Makanlah makanan yang bergizi seimbang dan

olahlah makanan secara benar. Pilihlah bahan

31

Page 26: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

makanan yang segar. Hindari penggunaan bahan

pengawet dan berwarna.

Konsumsilah makanan yang diolah matang

dan hindari pola makan yang berlebihan.

Konsumsilah makanan yang cukup

mengandung protein, baik hewani maupun nabati dan

kurangi makanan yang banyak mengandung garam.

Gambar 14

sumber protein nabati dan hewani

3. Penggunaan obat-obatan

Pada masa kehamilan (terutama selama

triwulan pertama), usahakan untuk tidak

menggunakan obat apapun tanpa seizing dokter/

bidan.

4. Hindari minuman beralkohol dan merokok

Hindari minuman yang mengandung alkohol

dan merokok. Secara langsung, hal tersebut dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

janin, yang mengakibatkan kelahiran janin dengan

berat badan yang rendah. Lebih parah lagi,

kemungkinan besar timbulnya cacat bawaan atau

kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental

dapat terjadi.

32

Page 27: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Gambar 15

hindari minuman beralkohol dan rokok

5. Mengatur waktu tidur dan istrahat

Semakin tua usia kehamilan, seseorang wanita

lebih cepat merasa letih. Pada kondisi seperti ini,

wanita hamil dianjurkan untuk beristrahat secukupnya

dan menhindari aktivitas yang berat. Berbaringlah

dengan posisi kaki lebih tinggi.

Usahakan untuk tidur di siang hari selama 1-2

jam dan di malam hari sekitar 8 jam. Pada saat

istirahat, pikiran wanita hamil harus setenang

mungkin.

6. Mengatur olah raga dan bekerja

Wanita hamil dianjurkan untuk melakukan olah

raga ringan, seperti jalan kaki di pagi hari atau

berenang. Jika tidak ada keluhan mengenai

kandungan, ikutilah senam hamil secara teratur untuk

mendukung pembentukan dan menguatkan otot-otot

tubuh. Sesuaikan dengan kondisi jika Anda

melakukan pekerjaan sehari-hari.

Gambar 16

33

Page 28: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

saat hamil tetap biasakan olah raga

7. Kendaraan

Gunakan kendaraan yang aman dan nyaman

jika bepergian jauh. Hindari jalan yang buruk agar

kandungan tidak terguncang terlalu keras.

8. Mengatur berat badan

Hindari kenaikan berat badan yang berlebihan

karena dapat mempersulit proses persalinan.

9. Pengobatan

Cegah dan obatilah penyakit infeksi sedini

mungkin. Konsultasikan ke dokter segera jika ada

keluhan/ kelainan.

10.Senggama

Batasi sanggama jika terjadi perdarahaan,

keluar air, atau kontraksi. Jika tidak ada keluhan atau

kelainan, biasanya sanggama aman dilakukan sampai

enam atau delapan minggu terakhir sebelum hari

taksiran persalinannya.

11.Memilih dan menggunakan pakaian dan alas kaki

Wanita hamil dianjurkan untuk menggunakan

pakaian yang longgar, mudah dan nyaman dipakai.

Hindari penggunaan sepatu atau alas kaki dengan

34

Page 29: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

tumit yang tinggi untuk mencegah terjadinya hal yang

tidak diinginkan (misalnya jatuh atau tergelincir).

Gambar 17

gunakan pakaian yang longgar

12.Memeriksakan kehamilan

Periksalah kehamilan secara teratur dan

ikutilah saran-saran dari dokter / bidan agar proses

kehamilan dapat berjalan lancar.

Gambar 18

pemeriksaan kehamilan

2.5. Analisa Masalah

2.5.1. Analisa SWOT

Konsep kampanye periklanan mengenai

permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) dan kesehatan

reproduksi kehamilan serta melahirkan dianalisa sehingga

dapat dicarikan solusinya. Adapun sudut pandang yang

dianalisa yaitu:

1. Strength (kekuatan)

35

Page 30: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Dilihat dari masalah yang timbul, AKI dan AKB

merupakan masalah yang sangat serius sehingga

masyarakat akan memperhatikan dan tidak

memandang remeh. Permasalahan AKI sangat erat

hubungannya dengan kehidupan sehari-hari terutama

dengan pendidikan kesehatan reproduksi.

2. Weakness (kelemahan)

Permasalahan AKI dan AKB selalu muncul

sebagai akibat dari masalah-masalah pada

masyarakat yang sulit untuk diselesaikan seperti

masalah kemiskinan dan pendidikan serta tingkat

pemahaman yang berbeda mengenai kesehatan

reproduksi.

3. Opportunity (peluang)

Tingkat kesadaran masyarakat akan masalah

AKI dan AKB cukup tinggi karena melibatkan

masyarakat secara langsung. Juga adanya beberapa

program pemerintah yang masih berjalan

sehubungannya dengan usaha penekanan AKI dan

AKB. Kesehatan reproduksi yang berkaitan erat

dengan permasalahan AKI.

4. Threatment (ancaman)

Permasalahan yang ada sekarang seperti

kemiskinan, kekosmopolitan, dan rendahnya tingkat

pendidikan dan pemahaman mengenai kesehatan

reproduksi menjadi ancaman terbesar yang

menyebabkan tinggi AKI dan AKB.

2.5.2. Penyimpulan Masalah

36

Page 31: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dari tahun ke

tahun jumlahnya tidak pasti, dan mengalami turun naik.

Menurut data terakhir yang didapatkan, AKI telah mencapai

kisaran 376 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB mencapai

63 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan di Propinsi Jawa

Barat AKI telah melebihi rata-rata nasional walaupun ada

kecenderungan penurunan yaitu 450-390 per 100 ribu

kelahiran hidup. Bukan berarti pemerintah tidak melakukan

tindakan guna menekan tingginya AKI dan AKB.

Program pemerintah yang pernah dilakukan antara

lain ;

1. Program bidan teladan,

2. Program bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT),

3. Warga siaga, dan

4. Bidan delima.

Namun program yang masih berjalan yaitu warga

siaga dan bidan delima sedangkan program bidan teladan

dan bidan PTT sudah tidak berjalan sejak tahun 2002.

Sedangkan program suami siaga dijalankan oleh salah satu

LSM guna mendukung program pemerintah yang sedang

berjalan. Selain itu ada program pemerintah di daerah-

daerah yang secara tidak langsung mendukung antara lain

catur warga dan keluarga berencana.

Menurut Ida Yustina (Gatra, 2004) ada beberapa

penyebab perilaku kesehatan reproduksi belum terbentuk

antara lain, pendidikan, pendapatan, pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi, kekosmopolitan, akses informasi,

akses pelayanan kesehatan dan tingkat pemahaman

kesehatan reproduksi. Penurunan AKI dan tercapainya

kesehatan reproduksi efektif dapat ditempuh dengan

mengubah perilaku perempuan dan laki-laki. Ia pun

menyimpulkan bahwa informasi tingkat pemahaman

37

Page 32: jbptunikompp-gdl-s1-2005-oscarpraha-1590-bab-2

reproduksi dan perilaku kesehatan penting untuk

menentukan strategi dalam membentuk perilaku kesehatan

reproduksi yang baik.

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat

telah melebihi angka rata-rata nasional. Sedangkan posisi

Indonesia sendiri menduduki peringkat pertama di ASEAN

sebagai negara dengan AKI tertinggi. Tingginya AKI di Jawa

Barat dibarengi dengan tingginya Angka Kematian Bayi

(AKB) menjadikannya masalah yang sangat serius.

Berdasarkan analisa di atas bahwa permasalahan AKI dan

AKB di Jabar secara langsung disebabkan faktor-faktor

seperti kemiskinan, IPM masyarakat yang relatif rendah, dan

pendidikan yang relatif rendah. Penyebab utama yang

ditemukan yaitu kurangnya informasi mengenai kesehatan

reproduksi dan tingkat pemahaman masyarakat akan

kesehatan reproduksi yang berbeda-beda, namun

masyarakat memiliki kesadaran yang cukup tinggi mengenai

permasalahan AKI dan AKB karena permasalahan tersebut

melibatkan mereka secara langsung. Sehingga disimpulkan

permasalahan konsep kampanye yang ada yaitu bagaimana

mengkomunikasikan informasi kesehatan reproduksi secara

jelas dan lengkap di Bandung sehingga tidak ada

kesalahpahaman serta mudah dimengerti oleh target

khalayak.

38