Jbptitbpp Gdl Priatinhad 33545 8 2009ts 6

2
Tesis oleh Priatin Hadi Wijaya, NIM: 22007004 70 BAB VI DISKUSI DAN KESIMPULAN VI.1 Diskusi Dari perbandingan kedua peta isopach, terjadi pergeseran ketebalan dari ketebalan relatif merata di wilayah tengah utara – selatan pada sekuen T1 menjadi lebih menebal di bagian tenggara di sekuen T2. Terjadinya pergeseran ketebalan sedimen antara sekuen T1 dan T2 ini mengindikasikan terjadi perubahan arah sedimentasi (switching) dari arah barat ke timur pada sekuen T1 menjadi arat barat laut ke tenggara pada sekuen T2. Dari peta struktur kedalaman, menunjukkan pula bahwa arah sedimentasi resen juga berlangsung seperti pada sekuen T2 yaitu dari arah barat barat laut ke tenggara. Di wilayah offshore sebelah timur dari Kantil-1 dan wilayah selatan (Iris-1 ke timur) motif log Vsh pada LST di sekuen T1 berubah menjadi gerigi (saw teeth) dari blocky shape pada wilayah barat – tengah yang mengindikasikan erosi pada batas sekuen tidak lagi dominan dengan lingkungan pengendapan di lower intertidal sampai inner neritic yang bahkan mencapai sumur Vanda-1 di ujung timur. Namun dari rangkuman biostratigrafi Perubahan lingkungan ini terekam jelas pada sumur Kantil-1, OB-B1 dan Vanda-1 dari dari inner- neritic atas menjadi lingkungan supra-tidal. Perubahan lingkungan secara tiba-tiba tersebut ternyata tidak tercermin pada log Vsh. Hal ini bisa ditafsirkan terdapat dua kemungkinan, pertama; lokasi sumur tidak berada pada wilayah gosong pasir hasil erosi selama fase LST atau kedua; proses erosi tidak berlangsung kontinyu dan lama sehingga hasil sedimentasi pada paket LST relatif tipis. Hal ini berbeda di bandingkan dengan hasil sedimentasi pada paket LST di sekuen T2 yang lebih muda yaitu relatif tebal dan cukup merata. Didukung pemodelan 3D, distribusi lateral sangat tergantung pada pergeseran ke arah basinward pada batas intertidal dan inner-neritic dan endapan gosong pasir. Di bagian utara di wilayah tengah, nampak indikasi toplap di lapisan bawah dari di SB-T1, SB-T2 dan SB-T3, dan terminasi onlap terlihat pada batas sekuen SB-T2 dan SB-T1 yang menunjukkan pada sekuen T1 dan T2 adalah sekuen tipe-1 yang dialasi oleh forced regression atau karena kenaikan relatif muka air laut yang cepat. Dari fasies seismik, di lokasi yang sama, pada sekuen T2 nampak fasies seismik hummocky clinoforms, namun di sekuen T1 terlihat fasies seismik sub-parallel dengan reflektor kuat dan berangsur lemah

description

Jbptitbpp Gdl Priatinhad 33545 8 2009ts 6

Transcript of Jbptitbpp Gdl Priatinhad 33545 8 2009ts 6

Page 1: Jbptitbpp Gdl Priatinhad 33545 8 2009ts 6

Tesis oleh Priatin Hadi Wijaya, NIM: 22007004 70

BAB VI DISKUSI DAN KESIMPULAN

VI.1 Diskusi

Dari perbandingan kedua peta isopach, terjadi pergeseran ketebalan dari ketebalan relatif

merata di wilayah tengah utara – selatan pada sekuen T1 menjadi lebih menebal di bagian

tenggara di sekuen T2. Terjadinya pergeseran ketebalan sedimen antara sekuen T1 dan T2

ini mengindikasikan terjadi perubahan arah sedimentasi (switching) dari arah barat ke

timur pada sekuen T1 menjadi arat barat laut ke tenggara pada sekuen T2. Dari peta

struktur kedalaman, menunjukkan pula bahwa arah sedimentasi resen juga berlangsung

seperti pada sekuen T2 yaitu dari arah barat barat laut ke tenggara.

Di wilayah offshore sebelah timur dari Kantil-1 dan wilayah selatan (Iris-1 ke timur) motif

log Vsh pada LST di sekuen T1 berubah menjadi gerigi (saw teeth) dari blocky shape pada

wilayah barat – tengah yang mengindikasikan erosi pada batas sekuen tidak lagi dominan

dengan lingkungan pengendapan di lower intertidal sampai inner neritic yang bahkan

mencapai sumur Vanda-1 di ujung timur. Namun dari rangkuman biostratigrafi Perubahan

lingkungan ini terekam jelas pada sumur Kantil-1, OB-B1 dan Vanda-1 dari dari inner-

neritic atas menjadi lingkungan supra-tidal. Perubahan lingkungan secara tiba-tiba

tersebut ternyata tidak tercermin pada log Vsh. Hal ini bisa ditafsirkan terdapat dua

kemungkinan, pertama; lokasi sumur tidak berada pada wilayah gosong pasir hasil erosi

selama fase LST atau kedua; proses erosi tidak berlangsung kontinyu dan lama sehingga

hasil sedimentasi pada paket LST relatif tipis. Hal ini berbeda di bandingkan dengan hasil

sedimentasi pada paket LST di sekuen T2 yang lebih muda yaitu relatif tebal dan cukup

merata. Didukung pemodelan 3D, distribusi lateral sangat tergantung pada pergeseran ke

arah basinward pada batas intertidal dan inner-neritic dan endapan gosong pasir.

Di bagian utara di wilayah tengah, nampak indikasi toplap di lapisan bawah dari di SB-T1,

SB-T2 dan SB-T3, dan terminasi onlap terlihat pada batas sekuen SB-T2 dan SB-T1 yang

menunjukkan pada sekuen T1 dan T2 adalah sekuen tipe-1 yang dialasi oleh forced

regression atau karena kenaikan relatif muka air laut yang cepat. Dari fasies seismik,

di lokasi yang sama, pada sekuen T2 nampak fasies seismik hummocky clinoforms, namun

di sekuen T1 terlihat fasies seismik sub-parallel dengan reflektor kuat dan berangsur lemah

Page 2: Jbptitbpp Gdl Priatinhad 33545 8 2009ts 6

Proposal Tesis oleh Priatin Hadi Wijaya, NIM: 22007004 71

ke timur, hal ini memberikan indikasi di wilayah yang sama (wilayah barat – tengah)

memberikan indikasi penting yaitu terjadinya perubahan lingkungan yang awalnya area

tidal plain di middle-lower intertidal menjadi unit pengendapan gosong pasir di upper-

middle intertidal atau secara umum fase regresi semakin dominan pada sekuen T2 yang

lebih muda.

VI.1 Kesimpulan

Pada Formasi Tarakan dari analisis sekuen dibagi menjadi dua sekuen T1 dan sekuen T2

yang kedua sekuen memiliki pola system-tract lengkap yaitu dari LST, TST dan HST.

Pada kedua sekuen adalah tipe-1, di batas sekuen bawah yaitu SB-T1 untuk sekuen T1 dan

SB-T2 pada sekuen T2 merupakan ketidakselarasan karena erosi akibat terjadinya forced

regression atau perubahan relatif muka air laut yang cepat. Dari peta isopach, ditafsirkan

terjadi perubahan arah sedimentasi (switching) dari arah barat ke timur pada sekuen T1

menjadi arat barat laut ke tenggara pada sekuen T2. Dari hasil pemodelan 3D menunjukkan

proses pergeseran batas luar intertidal sangat variatif ke basinward atau landward, juga

geometri dan posisi unit pengendapan gosong pasir mengalami switching yang intensif.

Untuk distribusi dan kualitas reservoir, Pada sekuen T2 yang lebih muda, distribusi dan

kualitas reservoir lebih luas dan tinggi daripada sekuen T1. Namun ketebalan net-reservoir

pada level parasekuen di setiap system-tract sangat bervariasi tergantung pada lokasi

lingkungan dan unit pengendapan. Dari komparasi setiap system-tract, paket HST pada

sekuen T2 di lokasi yang sama cenderung memiliki distribusi net-reservoir paling luas dan

kualitas reservoir (porositas efektif dan Vsh) lebih baik daripada paket LST dan TST.

Antara analisis stratigrafi sekuen dengan distribusi dan kualitas reservoir memiliki kaitan

erat terutama di wilayah barat dan tengah yang lebih dekat ke landward. Pada sekuen T2

yang lebih muda memiliki distribusi lebih luas dan kualitas reservoir lebih tinggi daripada

sekuen T1 yang disebabkan fase regresi semakin dominan pada sekuen T2. Pada sekuen

T2, parasekuen P2-LST dan P2-HST umumnya memiliki net-reservoir lebih tebal dan

kualitas reservoir lebih tinggi daripada parasekuen P2-TST. Dari pemodelan 3D, Luasnya

distribusi net-reservoir dan tingginya kualitas reservoir tercermin dari posisi batas luar

intertidal dan pergeseran pada area luar dari endapan gosong pasir (sand bar deposit) yang

lebih ke basinward.