JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR · Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan sangat...

4
JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Indra Nugraha Perkembangan kegiatan industri di dunia telah menyebabkan kondisi lingkungan semakin terdegra- dasi. Seakan-akan sektor industri menjadi suatu ke- niscayaan bagi suatu daerah jika ingin berkembang. Ada suatu pameo bahwa tidak ada daerah yang bisa maju dan berkembang tanpa adanya industri. Inilah yang menggelisahkan Jayadi Paembonan. Pria kelahi- ran Jayapura, 6 September 1978 itu awalnya adalah seorang seniman. Ia merupakan aktor teater yang mementaskan pertunjukannya dari sekolah ke seko- lah. Namun berbagai pengalaman hidup membuat- nya menyadari untuk mulai lebih mengembangkan permakultur, khususnya di Kalimantan. Dalam epistemologi, istilah “permakultur” adalah se- buah metode sistematis yang filosofinya terkait de- ngan bekerja bersama dan bukan bekerja melawan alam. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Bill Mollison dan David Holmreen pada tahun 1978 yang terinspirasi oleh filosofi pertanian alam Fukuoka. Permakultur sesungguhnya merupakan cabang ilmu dalam desain ekologis yang mengembangkan suatu arsitektur dan pertanian berdasarkan ekosistem alam. “Permakultur adalah konsep eko- logi yang mengembalikan sebuah sistem yang sudah berkembang di masyarakat. Salah satunya hutan sebagai sebuah ekosistem yang bukan hanya ada tumbuhan di dalamnya. Tapi ada konsep yang hidup yang dapat dijadikan se- bagai sebuah model untuk dikem- bangkan ke berbagai tempat. Permakultur adalah perpaduan agrikultur tapi bukan hanya se- buah pertanian dan peternakan di dalamnya. Melainkan sebuah konsep yang holistik,” USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Transcript of JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR · Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan sangat...

Page 1: JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR · Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan sangat menarik dan bermanfaat. Hanya bagaimana ... gi, dan kebutuhan materi atau non-materi

JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Indra Nugraha

Perkembangan kegiatan industri di dunia telah menyebabkan kondisi lingkungan semakin terdegra-dasi. Seakan-akan sektor industri menjadi suatu ke-niscayaan bagi suatu daerah jika ingin berkembang. Ada suatu pameo bahwa tidak ada daerah yang bisa maju dan berkembang tanpa adanya industri. Inilah yang menggelisahkan Jayadi Paembonan. Pria kelahi-ran Jayapura, 6 September 1978 itu awalnya adalah seorang seniman. Ia merupakan aktor teater yang mementaskan pertunjukannya dari sekolah ke seko-lah. Namun berbagai pengalaman hidup membuat-nya menyadari untuk mulai lebih mengembangkan permakultur, khususnya di Kalimantan.

Dalam epistemologi, istilah “permakultur” adalah se-buah metode sistematis yang filosofinya terkait de- ngan bekerja bersama dan bukan bekerja melawan alam. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Bill Mollison dan David Holmreen pada tahun 1978 yang terinspirasi oleh filosofi pertanian alam Fukuoka. Permakultur sesungguhnya merupakan cabang ilmu dalam desain ekologis yang mengembangkan suatu arsitektur dan pertanian berdasarkan ekosistem alam.

“Permakultur adalah konsep eko- logi yang mengembalikan sebuah sistem yang sudah berkembang di masyarakat. Salah satunya hutan sebagai sebuah ekosistem yang bukan hanya ada tumbuhan di dalamnya. Tapi ada konsep yang hidup yang dapat dijadikan se-bagai sebuah model untuk dikem-bangkan ke berbagai tempat. Permakultur adalah perpaduan agrikultur tapi bukan hanya se-buah pertanian dan peternakan di dalamnya. Melainkan sebuah konsep yang holistik,”

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

Page 2: JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR · Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan sangat menarik dan bermanfaat. Hanya bagaimana ... gi, dan kebutuhan materi atau non-materi

Petaka Lingkungan

Kesadaran Jayadi mengenai dunia permakultur be-rawal dari peristiwa Black Saturday di Melbourne pada bulan Februari tahun 2009. Saat itu, Jayadi me-mang hijrah ke Australia mengikuti istrinya yang juga warga negara tersebut. Kala itu, kebakaran hutan yang hebat melanda Kota Melbourne hingga meng- akibatkan 210 korban meninggal, 700 rumah terba-kar habis dan areal yang terbakar seluas lebih dari 3 ribu km persegi. Peristiwa lain yang membekas dalam hidupnya adalah terjebak banjir besar saat berlibur bersama dua anaknya ke Brisbane.

“Kedua peristiwa itu sangat berpengaruh dalam ke-hidupan saya dan akhirnya membuat berpikir dan bertanya apakah kerusakan lingkungan saat ini akibat dari semakin kurang terkendalinya aktivitas industri. Ke-sadaran ini mulai terbentuk hingga akhirnya ada seo-rang teman mengenalkan ilmu permakultur,” kata Jaya-di saat ditemui Mongabay beberapa waktu yang lalu.

Jayadi mulai bersentuhan dengan konsep permakul-tur saat mengenyam pendidikan diploma di Eltham Collage Melbourne Australia tahun 2013. Ia sebe- lumnya adalah mahasiswa jurusan teater di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung tahun 1997 hingga 2004. Namun tak sempat diselesaikan karena harus mengikuti istrinya pindah ke negara kanguru. Saat tinggal di Australia, Jayadi akhirnya memutuskan untuk memperdalam ilmu permakultur. Meski sebe- lumnya, beliau juga berkecimpung cukup lama di in-dustri konstruksi.

“Awalnya saya berpikir untuk apa kalau hanya sekedar belajar pertanian? Tapi ketika masuk kuliah dan belajar soal permakultur, ternyata itu sangat luar biasa,” tutur Jayadi.

Selesai menyelesaikan kuliah, tantangan besar beri-kutnya adalah bagaimana menerapkan ilmu yang di- pelajari. Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan sangat menarik dan bermanfaat. Hanya bagaimana dapat diterapkan di masyarakat. Setelah delapan ta-hun di Australia dan menyelesaikan studi diploma, Jayadi memutuskan untuk menjadi relawan dari Ani-sha Foundation di India guna mengimplementasikan ilmunya dalam kurun waktu antara tahun 2013 hing-ga 2014. Jayadi menemukan banyak lahan pertanian yang mengalami kekeringan, karena tak ada air dan juga sebagai dampak dari penggunaan bahan kimia serta bibit non lokal. Warga India harus berkorban banyak untuk mendapatkan pupuk dan obat-obatan guna meningkatkan produksi. Termasuk harus mem-beli air untuk irigasi.

Menurutnya, permakultur yang merupakan cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis, dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berke-lanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam sangat tepat untuk diterapkan dimana

saja termasuk di Indonesia.

“Setelah menyelesaikan pendidikan, saya mendampingi masyarakat. Kemudian ke India untuk menjadi relawan mengembangkan permakultur. Pada saat ke India se-latan, itu sangat berbeda dengan di Indonesia. Disa-na lebih kering dan lahannya lebih banyak bebatuan. Kerusakan lingkungan semakin kentara karena imbas dari perusakan hutan dan monopoli industri pangan,” ujarnya.

Masyarakat di India bagian selatan membutuhkan solusi berkenaan dengan pengolahan lahan yang le- bih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dan bagai- mana cara merespon perilaku alam yang luar biasa berubah. Termasuk dibutuhkan upaya pengelolaan pertanian yang memperlihatkan sistem alamiah da-lam mengendalikan hama. Dengan pengembangan sistem ini diharapkan masyarakat bisa melihat secara ilmiah sumber daya yang ada dan melakukan reboi- sasi lahan dengan pohon endemik di wilayah terse-but khususnya pohon buah-buahan.

Pola pertanian yang ada selama ini telah mengakibat- kan pengetahuan petani mengalami kemerosotan. Dengan segala kebutuhan pertanian yang diproduksi oleh industri, petani selain menjadi tergantung juga pengetahuannya tidak berkembang. Karena secara sumber daya mereka sudah dikuasai oleh industri.

Permakultur dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Permakultur adalah sebuah desain ekologis yang mengintegrasikan lahan dan manusia secara harmo-nis dalam hal penyediaan makanan, pemukiman, ener- gi, dan kebutuhan materi atau non-materi secara ber- kelanjutan. Permakultur juga merupakan konsep har-monisasi dengan alam bukan melawan proses alami yang dimiliki alam dengan memperhitungkan pro-duksi makanan, struktur, teknologi, energi, sumber alam, lansekap, flora, fauna, serta susunan sosial dan ekonomi.

Ini merupakan konsep yang sangat ideal yang jika dikembangkan dalam skala kecil dan besar bisa men-jadi solusi jangka panjang untuk pengelolaan lahan secara berkelanjutan. Belajar dari pengalamannya di India, tahun 2014 Jayadi memutuskan untuk kembali ke Indonesia mengembangkan permakultur dan me-netap di Palangka Raya, dimana Jayadi membangun Yayasan Permakultur Kalimantan.

“Permakultur adalah konsep ekologi yang mengem-balikan sebuah sistem yang sudah berkembang di masyarakat. Salah satunya hutan sebagai sebuah eko-sistem yang bukan hanya ada tumbuhan di dalamnya. Tapi ada konsep yang hidup yang dapat dijadikan se-bagai sebuah model untuk dikembangkan ke berbagai tempat. Permakultur adalah perpaduan agrikultur tapi bukan hanya sebuah pertanian dan peternakan di da-

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

Page 3: JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR · Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan sangat menarik dan bermanfaat. Hanya bagaimana ... gi, dan kebutuhan materi atau non-materi

lamnya. Melainkan sebuah konsep yang holistik,” kata bapak tiga anak tersebut.

Lebih lanjut Jayadi mengatakan, dalam permakultur sebenarnya hampir semua dilibatkan didalamnya. Mulai dari persoalan sosial ekonomi, budaya, lingku- ngan, dan bagaimana keterlibatan masyarakat seca- ra partisipatif untuk mengembalikan kepedulian ter- hadap bumi, manusia dan masa depan manusia. Sistem permakultur sangat holistik. Ketika dicoba di- terjemahkan ke masyarakat, misal soal ketahanan pangan, maka dengan adanya perkembangan manu-sia saat ini otomatis jumlah makanan dibandingkan jumlah populasi manusia menjadi berkurang dan tak seimbang. Manusia bertambah tapi suplai makanan terbatas. Itu dampak dari sebuah sistem monopoli yang besar. Monopoli pada sumber pangan ini ber-dampak pada ketahanan pangan di masyarakat lokal.

Kegelisahannya muncul dari keadaan dewasa ini di-mana banyak benih lokal yang sudah mulai hilang, banyak binatang-binatang ternak yang sudah dimodi-fikasi untuk kebutuhan produksi. Jayadi juga mengkri-tik keras ekspansi alihfungsi lahan untuk industri kela-pa sawit yang semakin masif terjadi. Mengingat hal itu mengancam keberlanjutan ekosistem. Dengan alasan ekonomi dan industri, banyak warga yang rela mele-paskan lahannya untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Padahal minyak sawit yang selama ini dikon-sumsi kebanyakan masyarakat sebenarnya kurang bagus untuk kesehatan. Ia lebih menyarankan warga untuk menanam kelapa.

“Minyak kelapa itu kualitasnya jauh lebih baik diband-ingkan minyak sawit. Kelapa juga ramah lingkungan. Dari segi harga, kelapa juga lebih menjanjikan diban- dingkan sawit. Minyak sawit itu kan sebenarnya untuk mesin, bukan untuk konsumsi manusia,” katanya.

Padahal jika warga intensif memanfaatkan lahan yang dimiliki dengan tanaman kelapa, maka ini jauh lebih

menguntungkan. Termasuk mengusahakan lahan de- ngan tanaman lain yang bersifat jangka pendek mau-pun jangka panjang. Dari banyak pengalaman yang ada, sebenarnya banyak lahan tidur milik warga yang kurang diolah dengan baik. Tanaman campuran da-lam ilmu permakultur sangat baik dan dianjurkan. Disamping tanaman perkebunan seperti kelapa dan coklat, lahan disekitarnya juga bisa ditanami dengan tanaman sayuran dan obat-obatan. Jadi ada tanaman jangka panjang, menengah dan pendek. Tak hanya mengandalkan satu komoditas saja. Lahan menjadi produktif, secara penghasilan juga lebih menjanjikan.

Di yayasan tempat dimana ia mengabdikan diri, Jayadi banyak mendampingi warga untuk menerapkan kon-sep permakultur dalam pengelolaan lahan mereka. Beberapa daerah yang sudah ia dampingi diantara-nya Pulang Pisau, Kalampangan, Tangkiling, juga Kuala Kapuas. “Agar hama tak ada tanpa bahan kimia, kita memberitahukannya secara pelan-pelan. Bagaimana mengembalikan memori masyarakat yang telah memi-liki hutan dan sebenarnya sangat sejahtera. Kita mu-lai dengan mencoba mengembalikan memori itu dan memberikan contoh-contoh kecil praktek yang san-gat sederhana. Membuat kompos, kembalikan fungsi tanah, bahwa tanah bukan hanya sebuah hamparan tapi juga makhluk hidup. Sebenarnya sudah ada kon-sep wanatani dan menjadi salah satu konsep yang luar bisasa tapi orang sudah banyak yang lupa. Kita coba kembalikan,” katanya.

Disamping itu, ia juga mencoba menguatkan organi- sasi masyarakat kedalam sebuah kelembagaan yang efisien. Menjadi lembaga sosial sekaligus mengedu-kasi masyarakat dengan memberikan contoh nyata. Petani juga diberikan pengetahuan berkenaan dengan masalah global dalam pertanian. Sehingga menjadi lebih memahami dan berkomitmen. Meski fokusnya di Kalimantan, tapi Jayadi juga membangun jaringan diluar daerah dan bahkan luar negeri. Respon masya-

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Foto: Jayadi Paembonan, mengem-bangkan permakultur sebagai desain ekologis yang menye- imbangkan harmonisasi manusia dan alam.

Page 4: JAYADI PAEMBONAN – DARI SENIMAN KE PERMAKULTUR · Pembelajaran di bangku kuliah dirasakan sangat menarik dan bermanfaat. Hanya bagaimana ... gi, dan kebutuhan materi atau non-materi

rakat yang didampingi cukup positif mengingat per-makultur pada dasarnya tak jauh dari kehidupan ma- syarakat sendiri. Masyarakat sebenarnya memiliki konsep permakultur tapi belum menyadari.

Kegiatan lain yang dilakukan Yayasan Permakultur Kalimantan adalah School Kitchen Garden (SKG). Lewat program yang berjalan sejak Agustus 2015 itu, dicoba kegiatan edukasi kepada sekolah-sekolah bagaimana mengimplementasikan permakultur.Memberikan edukasi kepada para siswa bagaimana praktek berkebun secara berkelanjutan dengan kuri-kulum yang mudah dipahami. Selain itu juga diajarkan mengenai pentingnya konservasi dikaitkan dengan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Juga pemaha-man mengenai ketahanan pangan.

Darah seni yang mengalir dalam tubuhnya, tak lantas ia tinggalkan. Kemampuannya dalam berkreasi seni, dimanfaatkan untuk melakukan kampanye penyadar-tahuan akan pentingnya lingkungan dan hutan bagi masyarakat luas. Beberapa waktu lalu, Jayadi pernah mementaskan pertunjukan teater dan seni bertema lingkungan. Pembiayaan operasional Yayasan Perma- kultur banyak berasal dari kantong pribadinya. Kemu-dian sebagian donasi dari kawan-kawannya. Pada saat di Australia, Jayadi juga selalu membangun hubungan dengan banyak orang yang percaya dengan apa yang dikerjakan.

“Kami bekerja bukan karena materi tapi karena kepuasan hati. Sejauh ini pembiayaan memang sulit. Tapi selalu menetralisir dengan kerja-kerja yang baik hingga bisa membangun kepercayaan. Dana kecil atau besar, semua tergantung komitmen kita,” kata- nya.

Kesulitan yang dihadapi saat mengenalkan konsep permakultur ke masyarakat bagi Jayadi adalah soal waktu. Selama ini katanya, masyarakat selalu meng-inginkan hal yang cepat dan instan. Padahal untuk mengubah mindset dan mengembalikan pola-pola yang alamiah itu butuh waktu. Butuh kesabaran yang ekstra. Menyadarkan masyarakat bukanlah seperti membalikkan telapak tangan. Dan untuk menerap-kan konsep permakultur memang butuh waktu lama. Sekalipun hasil dan dampak yang dihasilkan untuk ke-berlanjutan nantinya akan sangat baik. Jadi tantangan-nya bukan soal uang, tapi waktu.

“Paling penting kalau mau mengembangkan sesuatu harus berawal dari diri kita sendiri. Kalau kita senangi, itu akan berlanjut. Jangan menanam untuk kebutuhan orang lain, tapi tanamlah untuk kebutuhan sendiri,” tu-tur Jayadi.

Berawal dari seniman, hingga kini menjadi peneliti permakultur menurut Jayadi karena jalan hidup. Se-cara spirit, baginya itu juga pengalaman yang luar biasa. Lewat permakultur, ia melihat berbagai sisi tentang lingkungan. Meski sebelumnya ia mengaku memang tertarik dengan isu lingkungan. Hanya saja

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 4

tak mendalami secara spesifik.

Alam punya cara melakukan restorasi terhadap diri- nya dan manusia punya teknologi dan ilmu penge- tahuan untuk mempelajari proses restorasi alami ini. Permakultur adalah perpaduan agrikultur yang holis-tik antara proses alami dan ilmu pengetahuan men-jadi sebuah konsep ekologis yang menyandingkan harmonisasi manusia dan alam yang lestari.