Jawaban Diet Tinggi Protein Dapat Menurunkan Berat Badan

2
  Jawaban diet tinggi protein dapat menurunkan berat badan, jelask an basis ilmiahnya!  Jawab : Diet tinggi protein merupak an jenis diet yang populer sebagai sarana dan strategi menjanjikan untuk menurunkan massa berat badan. Diet tersebut memberikan dua keuntungan, yaitu meningkatkan kepuasan dan menurunkan massa lemak tubuh. Beberapa mekanisme potensial yang terjadi seiring aktivitas diet tinggi protein menyekresikan hormon kepuasan (G, G"#$%, menurunkan sekresi hormon ghrelin, dan meningkatkan e&ek termal dari makanan dan menginduksi perubahan pada glukoneogenesis untuk meningkatkan homeostasis glukosa. ada akhirnya ketika kebutuhan energi rendah, kelebihan protein dapat dikonversi menjadi glukosa atau badan keton dan berkontribusi memberikan energi positi& (estra dan 'amuel )$*%. rotein yang telah masuk dalam tubuh sebagai asupan makanan akan melewati proses pen+ernaan dan mengalami katabolisme degradasi protein. eme+ahan protein akan menghasilkan monomer #monomer asam amino melalui proses protease dan peptidase menggunakan ubi-uitin dan proteosom. sam amino yang telah dipe+ah kemudian akan di distribusikan dan digunakan sebagai prekursor pembentuk senyawa penyusun siklus /0. 'ebagai +ontoh seperti arginin, glutamin, histidin, dan proline yang merupakan prekursor senyawa 1#ketoglutarat, &enilalanin dan tirosin yang merupakan prekursor bagi &umarat (2elson & Cox. ))3%. 'elama siklus kr ebs berjalan da n berlanjut k e tingkat &os&orilasi oksidati&, energi dapat dihasilkan. Glukosa dapat dihasilkan dari asam amino melalui proses glu+oneogenesis. ros es ini sebelumnya melalui proses glukosa#alanin, dimana alanin yang mengalami transaminasi akan bereaksi dengan 1#ketoglutarat menghasilkan glutamat, sedangkan hasil lainnya berupa piruvat yang dapat berubah menjadi glukosa melalui proses glu+oneogenesis (2gili ))4%. enyakit yang ditimbulkan akibat diet protein : 5alaupun diet tinggi protein dapat menekan na&su makan karena penghambatan hormon grelin dan peningkatan hormon leptin dalam tubuh, namun terdapat e&ek samping yang diakibatkan pemilihan makanan tinggi protein untuk diet. supan asam amino berantai +abang menyebabkan penyakit metabolik. Diet tinggi protein juga membe rikan pasokan asam ke ginjal dengan dihasilkannya amonia hasil dari degradasi protein dalam tubuh. 'tudi tentang metabolomik menyatakan bahwa asupan asam amino berantai +abang dengan kadar yang tinggi (valin, leusin, isoleusin% dan asam amino aromatik (&enilalanin, dan tirosin% daoat dihubungkan dengan penyakit metabolomik. sam amino yang diasup berkontribusi dalam akumulasi senyawa antara propionil 6o# dan suksinil 6o# . 'enyawa#senyawa antara ini berada dal am oksidasi asam lemak dan dapat menginhibisi sitrat sintase sehingga menurunkan laju siklus / 0, kemudian meningkatkan oksidasi tidak sempurna dari substrat, seperti asilkarnitin. kumulasi ini menga+u pada stress mitokondria dan berdampak pada aktivitas insulin sehingga berdampak pada perubahan homeostasis glukosa. 7al inilah yang menyebabkan orang#orang mengkonsumsi kalori dari asupan asam amino berantai#+abang memiliki kemungkinan berisiko mengidap penyakit metabolik

description

asdasdasdasd

Transcript of Jawaban Diet Tinggi Protein Dapat Menurunkan Berat Badan

Jawaban diet tinggi protein dapat menurunkan berat badan, jelaskan basis ilmiahnya!Jawab : Diet tinggi protein merupakan jenis diet yang populer sebagai sarana dan strategi menjanjikan untuk menurunkan massa berat badan. Diet tersebut memberikan dua keuntungan, yaitu meningkatkan kepuasan dan menurunkan massa lemak tubuh. Beberapa mekanisme potensial yang terjadi seiring aktivitas diet tinggi protein menyekresikan hormon kepuasan (GIP, GLP-1), menurunkan sekresi hormon ghrelin, dan meningkatkan efek termal dari makanan dan menginduksi perubahan pada glukoneogenesis untuk meningkatkan homeostasis glukosa. Pada akhirnya ketika kebutuhan energi rendah, kelebihan protein dapat dikonversi menjadi glukosa atau badan keton dan berkontribusi memberikan energi positif (Pestra dan Samuel 2014).Protein yang telah masuk dalam tubuh sebagai asupan makanan akan melewati proses pencernaan dan mengalami katabolisme/ degradasi protein. Pemecahan protein akan menghasilkan monomer-monomer asam amino melalui proses protease dan peptidase menggunakan ubiquitin dan proteosom. Asam amino yang telah dipecah kemudian akan di distribusikan dan digunakan sebagai prekursor pembentuk senyawa penyusun siklus TCA. Sebagai contoh seperti arginin, glutamin, histidin, dan proline yang merupakan prekursor senyawa -ketoglutarat, fenilalanin dan tirosin yang merupakan prekursor bagi fumarat (Nelson & Cox. 2008). Selama siklus krebs berjalan dan berlanjut ke tingkat fosforilasi oksidatif, energi dapat dihasilkan. Glukosa dapat dihasilkan dari asam amino melalui proses gluconeogenesis. Proses ini sebelumnya melalui proses glukosa-alanin, dimana alanin yang mengalami transaminasi akan bereaksi dengan -ketoglutarat menghasilkan glutamat, sedangkan hasil lainnya berupa piruvat yang dapat berubah menjadi glukosa melalui proses gluconeogenesis (Ngili 2009).

Penyakit yang ditimbulkan akibat diet protein :Walaupun diet tinggi protein dapat menekan nafsu makan karena penghambatan hormon grelin dan peningkatan hormon leptin dalam tubuh, namun terdapat efek samping yang diakibatkan pemilihan makanan tinggi protein untuk diet. Asupan asam amino berantai cabang menyebabkan penyakit metabolik. Diet tinggi protein juga memberikan pasokan asam ke ginjal dengan dihasilkannya amonia hasil dari degradasi protein dalam tubuh. Studi tentang metabolomik menyatakan bahwa asupan asam amino berantai cabang dengan kadar yang tinggi (valin, leusin, isoleusin) dan asam amino aromatik (fenilalanin, dan tirosin) daoat dihubungkan dengan penyakit metabolomik. Asam amino yang diasup berkontribusi dalam akumulasi senyawa antara propionil Ko-A dan suksinil Ko-A. Senyawa-senyawa antara ini berada dalam oksidasi asam lemak dan dapat menginhibisi sitrat sintase sehingga menurunkan laju siklus TCA, kemudian meningkatkan oksidasi tidak sempurna dari substrat, seperti asilkarnitin. Akumulasi ini mengacu pada stress mitokondria dan berdampak pada aktivitas insulin sehingga berdampak pada perubahan homeostasis glukosa. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang mengkonsumsi kalori dari asupan asam amino berantai-cabang memiliki kemungkinan berisiko mengidap penyakit metabolik (Pestra dan Samuel 2014). Salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah aminoasiduria. Asam amino dapat ditemukan dalam jumlah berlebih di urin karena konsentrasi asam amino di dalam plasma melampaui ambang ginjal atau karena adanya kegagalan tertentu pada mekanisme reabsorpsi normal pada tubulus. Penyebab yang disebutkan kedua dapat terjadi pada gangguan metabolik bawaan sistinuria atau penyebab yang lebih sering adalah kerusakan tubulus ginjal yang didapat (Gaw et al. 2011)