Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

19
UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL Al-Islam Kemuhammadiyahan V “Alas Pikir Muhammadiyah” SEKOLAH TINGGI MANAGEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER Disusun Oleh : Nama : M. Zaky Nurfuadi NIM : 09.3.09009 Jurusan/Smt : Teknik

description

 

Transcript of Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

Page 1: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL

Al-Islam Kemuhammadiyahan V“Alas Pikir Muhammadiyah”

SEKOLAH TINGGI MANAGEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA

KAMPUS BEKASI2011

JAWABAN

Disusun Oleh :

Nama : M. Zaky Nurfuadi

NIM : 09.3.09009

Jurusan/Smt : Teknik Informatika/ V

Page 2: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

1. Berkaitan dengan faktor yang meletar belakangi berdirinya Muhammadiyah, M. Jindar Tamimi (1990) menyebutkan ada dua faktor yaitu faktor subyektif dan faktor objektif. 1

a. Faktor SubyektifBersifat subyek, ialah pelakunya sendiri. Dan ini merupakan faktor sentral, sedangkan faktor yang lain hanya menjadi penunjang saja. Yang dimaksudkan disini ialah, kalau mau mendirikan Muhammadiyahmaka harus dimulai dari orangnya sendiri. Kalau tidaka, maka Muhammadiyah bisa dibawa kemana sajaLahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan Kiyai Haji ahmad Dahlan, tokoh kontroversial pada zamannya. Ia dilahirka tahun 1868 dan wafat tahun 1923 m, dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta hayat yang dikecap selama 55 tahun, berarti meninggal dalam usia relative muda. Sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukkan rasa keagaman KH Ahamad Dahlan tidak hanya berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya. Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Disinilah yang menentukan Ahamd Dahlan sebagai subjek yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah. Namun faham dan keyakinan agamanya barulah menemukan wujud dan bentuknya yang mantap sesudah menunaikan ibadah hajinya yang kedua (1902 M) dan sempat bermukuim beberapa tahun di tanah suci. Waktu itu beliau sudah mampu dan berkesempatan membaca ataupun mengkaji kitab-kitab yang disusun oleh alaim ulama yang mempunyai aliran hendak kembali kepada al-Quran dan As- Sunnah dengan menggunakan akal yang cerdas dan bebas. Faham dan keyakinan agama yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengalaman agamanya inilah yang mendorong kelahiran Muhammadiyah.

b. Faktor ObyektifFaktor obyektif yang dimaksud ialah keadaan dan kenyataan yang berkembang saat itu. Hal ini merupakan pendorong lebih lanjut dari permulaan yang telah ditetapkan hendak dilakukan subyek. Faktor ini dibagi menjadi dua, yaitu intern ummat Islam dan ekstern ummat Islam. Faktor obyektif intern ummat Islam ialah kenyataan bahwa ajaran agama Islam yang masuk di Indonesia ternyata

1 Studi Kemuhammadiyahan, Kajian Historis, Ideologis & Organisatoris – hal 34-38

Page 3: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

sebagai akibat perkembangan Agama Islam pada umumnya sudah tidak utuh dan tidak murni lagi. Kalau ajaran sudah tidak murni, tidak diambil dari sumbernya yang asli, sudah dicampur dengan ajaran-ajaran yang lain (sinkretisme), kemudian yang dikaji bukan Islam seutuhnya melainkan hanya bagian-bagian yang dianggap sesuai dengan kebudayaan setempat, maka ketika Islam yang seperti itu difahami dan dilaksanakan, sudah tidak bisa memberikan manfaat yang dijanjikan oleh Islam terhadap pemeluknya. Faktor obyektif yang seperti itu lebih mendorong Ahmad Dahlan segera mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah untuk dijadikan sarana memperbaiki Agama dan ummat Islam Indonesia.

Selanjutnya ialah faktor obyektif Ekstern ummat Islam. Pemerintah Hindia-Belanda merupakan keadaan obyektif ekstern ummat Islam pertama yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah. Pemerintah Hindia-Belanda memegang kekuasaan yang menentukan segala-galanya. Agama Pemerintah Belanda yang resmi ialah protestan yang dengan sendirinya tidak menghendaki Agama Islam. Pemerintah Belanada mempunyai pendirian untuk menjaga kelangsungan kekuasaan di tanah jajahan, terutama tanah jajahan yang penduduknya mayoritas Islam. Demi kelngsungan kekuasaannya di Indonesia, pemerintah penjajah Hindia-Belanda berpendirian bahwa ajaran Agama Islam yang utuh dan murni tidak boleh hidup dan berkembang di tanah jajahan. Maka ajaran Agama Islam (yang tidak utuh dan murni lagi itulah yang dikehendaki. Ajaran Isalam yang seperti itu untuk hidup terus dan berkembang lebih lanjut.

Faktor obyektif di luar ummat islam lainnya ialah dari anagkatan muda yang sudah mendapat pendidikan Barat yang mengadakan gerakan-gerakan yang untuk memusuhi apa yang menjadi maksud gerakan Muhammadiayah. Itu semua yang mendorong KH Ahmad dahlan memperjuangkan faham dan keyakinan agamanya dengan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.

Teori yang Hanya Mempertimbangkan Aspek Realitas Sosial

a. Faktor InternalYang dimaksud faktor internal ialah faktor yang berkaitan dengan kondisi keagamaan kaum muslimin Indonesia sendiri yang telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Sebelum Islamm datang, terlebih dahulu di Indonesia sudah bercokol Agama Hindu dan Budha yang cukup berpengaruh dalam mewarnai keruhanian penduduk Indonesia. Kehidupan keagamaan yang tampak ketika itu ialah sinkretisme, yaitu

Page 4: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

campuran antara kepercayaan tradisional yang telah menjelma menjdi adat kebiasaan yang yang bersifat agamis dengan bentuk mistik yang dijiwai oleh Agama Hindu atau Budha. Kemudian Islam datang pada abad VII atau VIII Masehi, maka sinkretisme itu bertambah dengan unsur Islam. Inilah faktor internal yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah.

b. Faktor Eksternal1. Politik Islam Belanda Terhadap Kaum Muslimin di Indonesia

Politik Islam Belanda yang didasarkan pada konsep Snouck Hurgronje sangat bermusuhan kepada Islam dan ummat Islam Indonesia. Adapun realisasi politik Islam Belanda antara lain dalam bentuk pembatasan-pembatasan kepada setiap aktivitas kaum muslimin, sperti dilarang mendirikan organisasi politik, disensornya semua penerbitan yang datang dari luar dan dibatasinya jamaah haji Indinesia.

2. Pengaruh Ide dan Gerakan Pembaruan Islam di Timur Tengah Pengaruh Makkah masuk ke Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang menunaikan ibadah haji. Sewaktu di Makkah, mereka mempelajari Islam dengan memperdalam beberapa aspek ajaran islah, terutama fikih. Khusus tentang hajinya Ahmad dahlan ke tanah suci dan tinggal disana untuk studi Islam beberapa tahun, menjadikan beliau makin terbiasa dengan ide pembaruan. Pengamatan langsung terhadap daerah pusat Islam yang banyak terpengaruh ole hide pembaruan ini, akhirnya mendorong K.H. Ahmad dahlan untuk mendirikan gerakan pembaruan Islam Indonesia, yaitu Muhammadiyah.

2. Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi

munkar3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid

Muhammdiyah sebagai Gerakan IslamTelah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit

Page 5: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT.

Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah IslamCiri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid

Page 6: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang.Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya.Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.2

3. Konseptual gerakan jama’ah dan Dakwah jama’ah adalah merupakan operasionalisasi berbagai prinsip pemikiran Muhammadiyah yang secara struktural fungsional dapat dikatakan merupakan konsepsi operasional pasal 3 “Tujuan“ dan pasal 4 ”Usaha“ yang tercantum dalam Anggaran Dsar Muhammadiyah. Secara prinsipal dalam pasal 3 terdapat pokok-pokok pikiran yang kemudian secara fungsional tertuang dalam berbagai rumusan filosofis dan rumusan operasional teoritis yang ada dalam Muhammadiyah.

Konsep jama’ah dalam suatu dinamika dan mekanisme kehidupan sosial, dirumuskan oleh Muhammadiyah ke dalam program yang bersifat hakiki dan lintas periodik dalam arti bahwa program tersebut merupakan program semua periode kepemimpinan Muhammadiyah gerakan tersebut dikenal dengan nama Gerakan Jama’ah Dan Dakwah Jama’ah. Maka memahami dan melaksanakan program Dakwah Jam’ah sekaligus memahami dan melaksankan program persyarikatan secara umum dan mendasar memusatkan gerakan dan langkah perjuangan sebagai realisasi pengamalan Islam. Maka Dakwah Jama’ah sesungguhnya merupakan gerak dan langkah merealisasikan Islam

2 Materi Kemuhammadiyahan I

Page 7: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

sebagai tuntunan dan pedoman hidup dalam membina dan mengarahkan gerak hidup manusia kepada tata kehidupan manusia yang di ridloi Allah SWT.3

Secara hakiki tanggung jawab program Dakwah Jama’ah adalah merupakan tanggungjawab seluruh warga persyarikatan.

Oleh karena itu kita sebagai sesama muslim janganlah saling bermusuhan, harus bersatu dan berukuwah Islamiyah, sebagaimana yang terkandung dalam surat Ali-Imran ayat 103-104 :

Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [ayat 103]

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. [Ayat 104]

4. Sebagai gerakan sosial keagamaan, menurut (alm) Nurcholish Madjid Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern tebesar di dunia. Dilihat dari segi kelembagaannya, Muhammadiyah juga dikatakan sangat mengesankan. Karena itu, menurut Cak Nur, Muhammadiyah merupakan salah satu cerita sukses di kalangan Islam, tidak saja secara nasional, tapi juga internasional. Pernyataan Cak Nur ini merupakan sebagian dari pandangan yang bernada memuji dan optmistis terhadap kiprah Muhammadiyah.

Selain menerima pujian dan menjadi harapan, Muhammadiyah juga banyak dikritik. Misalnya, berkaitan dengan keabsahan label Muhammadiyah sebagai gerakan pembaru (tajdid). Masyarakat pada umumnya menerima begitu saja (taken for granted) labelisasi Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.

3 Warisan Inteltual KH. Ahmad Dahlan & Amal Muhammadiyah hal 108-112

Page 8: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

Hampir tidak ada yang mempersoalkan label tajdid yang melekat dalam diri Muhammadiyah. Hal ini disebabkan Muhammadiyah senantiasa mengaitkan gerakan dan pemikirannya pada para pembaru muslim seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Padahal, menurut Azyumardi Azra dan Djohan Efendi, Muhammadiyah dalam bidang pemikiran keagamaan lebih tepat disebut gerakan salafiyah, neo-salafiyah, dan bahkan ortodoks.

Hal ini disebabkan tekanan ideologi gerakan Muhammadiyah adalah menghendaki pemurnian (purifikasi) di bidang akidah dan ibadah. Cermin usaha purifikasi Muhammadiyah tampak sangat menonjol dalam kegiatan dakwah untuk memberantas takhayul, bid'ah, dan khurafat. Di kalangan warga Muhammadiyah, model dakwah ini dikenal dengan dakwah terhadap TBC.Pada level praksis Muhammadiyah sesungguhnya layak disebut gerakan pembaru. Melalui teologi al-Ma'un (al-Ma'unisme) Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan yang sangat menekankan pentingnya amal saleh. Dengan menekuni wilayah praksis sosial keagamaan berarti Muhammadiyah telah melaksanakan prinsip a faith with action. Dalam bahasa warga Muhammadiyah prinsip ini dikenal dengan dakwah bil hal (mengajak dengan amalan dan tindakan konkret). Muhammadiyah juga mempraktikkan ajaran sedikit berbicara banyak bekerja, berdisiplin, bekerja keras, dan tanggung jawab secara organisasi.

Berkat beberapa ajaran tersebut Muhammadiyah mendapat kepercayaan dari umat sehingga mampu melahirkan banyak amal usaha, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lain. Namun, justru dengan amal usaha yang semakin banyak, Muhammadiyah dihadapkan pada berbagai persoalan. Misalnya, energi Muhammadiyah nyaris habis hanya untuk kegiatan rutin mengurus amal usaha.

Dengan meminjam istilah beberapa intelektual muda, Muhammadiyah seperti gajah gemuk yang semakin lamban dalam memberikan respons terhadap tantangan zaman. Akibatnya, kontribusi pemikiran Muhammadiyah di bidang sosial keagamaan terasa sangat kurang. Pada konteks inilah Muhammadiyah perlu merevitalisasi ideologi agar mampu menampilkan diri sebagai gerakan amal sekaligus gerakan ilmu. Buya Syafii Maarif merupakan salah satu tokoh yang konsisten menyuarakan agar Muhammadiyah mampu menyandingkan gerakan praksisme dan gerakan intelektualisme.

Menampilkan diri sebagai gerakan intelektual, selain gerakan praksis, akan sangat menentukan arah dan perjuangan Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua. Intelektualisme dapat menjadi sumber energi yang luar biasa bagi Muhammadiyah, terutama dalam rangka memberikan pencerahan pada kehidupan keberagamaan di Indonesia. Sebab, diakui atau tidak, wajah Islam Indonesia akhir-akhir ini telah

Page 9: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

diwarnai persaingan yang sangat tajam antara kelompok Islam fundamentalis dan liberalis.

Kelompok Islam fundamentalis dengan dalih ingin mengembalikan amalan keagamaan sebagaimana dicontohkan generasi awal Islam telah mengalami distorsi yang luar biasa. Misalnya, simplifikasi identitas keislaman melalui simbol pakaian berjubah, memakai celak, berjenggot, dan bercelana di atas tumit. Meski beberapa identitas keislaman ini memiliki rujukan dalam ajaran Islam, menyederhanakan Islam dengan hal-hal yang bersifat kategoris seperti itu jelas melenceng dari substansi ajaran Islam.

Sebaliknya, kelompok Islam liberal yang mengusung tema reaktualisasi ajaran juga menimbulkan banyak kontroversi. Misalnya, kelompok Islam liberal dikatakan telah mengotak-atik ajaran yang dianggap mapan oleh umat Islam. Penerjemahan kalimat thayyibah; la ilaha illallah dengan tiada Tuhan selain Tuhan, merupakan salah satu contoh kreasi para pembaru muslim yang menimbulkan kontroversi berkepanjangan.

Menghadapi perdebatan dan persaingan dua mazhab pemikiran Islam yang senantiasa memutlakkan kebenaran kelompoknya, Muhammadiyah sesungguhnya dapat menampilkan diri sebagai mediator. Dalam hal ini Muhammadiyah dapat menjalankan fungsi management of ideas di antara berbagai mazhab pemikiran.

Yang perlu dilakukan Muhammadiyah pada berbagai mazhab pemikiran (school of thought) adalah mengajak untuk bergerak ke posisi tengah. Ajakan ini akan efektif jika ditempuh melalui dialog yang tulus dan tidak saling mengklaim kebenaran. Jika dialog ini dilakukan secara berkelanjutan, pada saatnya kita akan menyaksikan wajah Islam Indonesia yang sangat moderat dan toleran terhadap berbagai keragaman.4

5. Persyarikatan yang didirikan oleh K.H.A Dahlan pada tanggal 8 Dzu al-Hijjah 1330 H., bertepatan dengan tanggal 18 Nopember 1912 M. di Yogyakarta ini menurut Kuntowijoyo, mendatangkan perubahan terutama pada dua bidang; pemikiran Islam dan kelembagaan. Dalam bidang pemikiran Islam, Muhammadiyah memudahkan pemahaman pemikiran Islam dari sumber utamanya; al-Qur’an dan al-Sunnah serta berupaya membersihkan Islam dari segala unsur bid’ah, khurafat dan tahayul. Di bidang kelembagaan, Muhammadiyah memperkenalkan pengorganisasian suatu aktivitas secara permanen seumpama rumah sakit, kegiatan dakwah secara umum dan Majlis Tarjih; sebuah lembaga yang meghimpun ulama-ulama dan para ilmuan dari berbagai disiplin ilmu untuk bermusyawarah bersama, meneliti, membanding

4 Refitalisasi Ideologi Muhammadiyah

Page 10: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

dan memilih pendapat yang dianggap lebih benar dan lebih dekat dengan al-Qur’an dan al-Sunnah dan kelembagaan kegiatan (Kuntowijoyo, ‘’Perlu Mengembangkan Masyarakat’’, dalam Salam, no. 20, tahun IV, edisi 20-26 Jumadi al-Awal 1410 Hijriah, h. 4. Lihat Sahlan Rosyidi, Kemuhammadiyahan Untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah II, Solo, Mutiara, 1984, h. 34).

Pelembagaan kegiatan yang dilakukan oleh Muhammadiyah, apalagi mempunyai cakupan bertaraf nasional, tergolong baru di jamannya. Waktu itu, semua kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam Indonesia bersifat lokal dan tidak terlembagakan dan cenderung terpusat pada figur tertentu. Ketika figur itu mengalami uzur tetap karena usia tua atau wafat, kegiatan yang telah dirintisnya tidak jarang mengalami kemunduran dan kemandekan. Pasang surut kegiatan umat Islam, dengan demikian, tergantung pada keberadaan individu. Bila penerusnya telah tersiapkan dengan baik, maka aktivitas dakwah yang telah dirintis itu akan mengalami peningkatan dan kemajuan. Sebaliknya, bila generasi penerus tidak tersiapkan, rintisan tersebut akan teggelam bersama dengan tenggelamnya sang figur pendiri.

Sejak kelahiran Muhammadiyah, konsep dakwah mengalamai perluasan makna dan cakupan. Dakwah tidak lagi sebatas dan identik dengan berceramah. Aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit, pendidikan, panti sosial dan tentu saja aktivitas penyelenggaraan pengajian dan pengkajian serta berceramah adalah dakwah. Semua aktivitas yang dilakukan oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yag sebenar-benarnya, adalah dakwah. Aktivitas dakwah kemudian dilembagakan dan diorganisir secara permanen oleh Muhammadiyah. Setelah berjalan satu abad, pelembagaan dakwah yang dirintis dan diperkenalkan oleh Muhammadiyah sudah menjadi milik umat Islam secara umum. Semua kegiatan dan aktivitas dakwah umat Islam telah terlembagakan dengan baik. Pelembagaan kegiatan dakwah yang di masa lalu masih terasa asing, sekarang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas dakwah umat Islam.

Tantangan dan Peluang DakwahAda beberapa tangtangan dan sekaligus peluang dalam aktivitas dakwah ke depan. Pertama, problema kehidupan masyarakat semakin komplek. Kompleksitas kehidupan itu terkait dengan perubahan sosial politik, terutama pasca reformasi. Perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis, materialistik, hedonis dan individualistik. Priblema lain terkait dengan penetrasi budaya asing, multikulturalisme dan globalisasi informasi. Kehidupan umat Islam yang semula lebih berorientasi pada idealisme bergeser menjadi cenderung berorientasi pada nilai guna dan manfaat individual semata. Idealitas sering terabaikan, digantikan dengan kecenderungan pragmatisme kehidupan yang berorientasi pada pemuasan dan perolehan serta kesenangan terhadap hal-hal yang bersifat materi. Muncul pula kecenderungan pemikiran dan gerakan yang semakin radikal baik yang

Page 11: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Yang berasal dari dalam negeri misalnya NII (palsu) yang gentayangan di sekolah dan kampus untuk melakukan rekrutmen anggota. Para anggota itu didoktrin mengenai pentingnya menebus dosa bila ingin masuk sorga dengan memebrikan uang sebanyak-banyaknya kepada organisasi NII, betapapun dengan cara menipu atau mencuri baik harta orang tua maupun milik orang lain.

Pemikiran dan gerakan radikal yang berasal dari luar negeri dan berkembang di Indonesia sekurang-kurangnya ada 7 kelompok. Mereka itu adalah; Pertama, gerakan salafi yang mengusung faham neo-wahabi yang mendapatkan dukungan dari Saudi Arabia untuk dikembangkan kepada umat Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kedua, gerakan jihadi. Gerakan ini dimotori terutama oleh mantan pejuang Afghanistan ketika melawan Uni Sovyet. Ketiga, al-Ikhwan al-Muslimun. Gerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir ini meski berusaha mewujudkan sistem khilafah, tapi mentoleransi kehadiran nation-state asalkan bentuknya negara Islam. Dalam bentuk partai, kelompok ini terwadahi dalam Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Keempat, Hizbut Tahrir. Gerakan yang didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani ini ingin membangkitkan kembali sistem khilafah dan berusaha menerapkan seluruh sistem Islam secara kâffah tanpa ada kompromi dengan sistem-sistem di luar Islam. Karena itu, gerakan ini menolak kerhadiran nation-state. Kelima, Syi’ah. Gerakan yang kurang memulyakan Abu Bakar, Umar, Ustman, Abu Hurairah ini mempunyai basis di Iran, Irak, Bahrain dan Libanon. Di Indonesia, penyebaran Syi’ah dilakukan oleh dua jalur negara dan swasta. Jalur resmi negara dilakukan di antaranya dengan mendidirikan Iran Corner di kampus-kampus. Jalur swasta dilakukan melalui organisasi swasta yang terhimpun dalam wadah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI). Keenam, Jama’ah Tabligh. Gerakan yang para elitnya memusuhi tokoh-tokoh da’wah seumpama Muhammad ibn Abd Wahhab di Najd, Abu A’la al-Maududi di Pakistan dan Sayyid Quthb (tokoh al-Ikhwan al-Muslimun) di Mesir ini, didirikan di India oleh Maulana Ilyas Khan Dhalvi. Ketujuh, Ahmadiyah. Gerakan yang didirikan Ahmad Mirza Ghulam Ahmad di India ini, berpusat di Inggris dan dapat sokongan penuh dari Inggris dan Amerika.

Tantangan lain adalah semakin berperan para juru da’wah kontemporer dan cenderung menggeser peran da’wah NU, Muhammadiyah, Persis dan ormas lain serta semakin berperannya media elektronik dan teknologi informasi lainnya dalam membentuk pola pikir dan prilaku masyarakat. Kedahsyatan pengaruh media elektronik dan teknologi informasi lain seumpama facebook, bolgger dan lainnya, dapat dilihat dari keberhasilan facebookers melawan apa yang disebut ’kriminalisasi’ KPK. Bukti lain dari kedahsyatan tersebut akibat pemberitaan media asing seumpama majalah The Economist (London), koran The Asian wall Street Journal, The New York Time dan Asia Times tentang skandal-skandal di Indonesia sepanjang Nopember

Page 12: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

2009, relatif efektif dalam menghasilkan delegitimasi terhadap Presiden SBY (Azyumardi Azra, Republika, 3 Desember 2009).

Dalam kehidupan aqidah umat juga ditemukan semakin hidup suburnya takhayyul dan khurafat. Fenomena dukun cilik ”mbah” Ponari yang dikunjungi oleh puluhan ribu manusia untuk dimintai berkah, menunjukkan masih (atau malah bertambah) kuatnya takhayyul dan khurafat itu. Iklan reg mama Loren, Jiko Bodo dan lain-lain yang secara bebas di media elektronik juga memberikan petunjuk masih kuatnya takhayyul dan khurafat tersebut.

Pola kehidupan ibadah umat Islam juga masih belum sepenuhnya sejalan dengan tuntunan Nabi saw. Penyalahgunakan aktivitas doa umpamanya baik untuk kepentingan poliitis maupun bisnis dengan mudah dapat dijumpai. Aktivitas politik yang melakukan doa bersama dari penganut berbagai agama merupakan hal yang biasa dijumpai di negeri ini. Doa secara bergiliran dipimpin oleh berbagai tokoh agama. Tidak disadari, bahwa ketika mengaminkan doa, yang bersangkutan sesungguhnya sedang meminta sesuatu kepada tuhan orang yang meminmin doa tersebut. Kalau yang diaminkan doa non muslim, maka yang mengaminkan itu sesungguhnya tengah meminta kepada tuhan dia.Dalam berbagai aktivitas training spiritual, juga dijumpai penyalahgunaan tersebut. Salah satu contoh ada suatu lembaga yang bergerak secara khusus menangani training spiritual, melakukan aktivitas sebagai layaknya ibadah haji lengkap dengan berbagai tahapan haji. Di tempat itu ada ka’bah, jamarat dan sebagainya.

Orientasi Dakwah Ke DepanKe depan, aktivitas dakwah diorientasikan kepada; pertama. kemandirian umat. Umat dibebaskan dari ketergantungan kepada selain Allah. Umat dibebaskan dari berbagai kepercayaan selain Allah seumpama percaya kepada dukun, tukan ramal, berhala politik dan tuhan-tuhan palsu lain yang secara potensial dapat menyesatkan dan memperdayai umat. Orientasi kemadirian yang merupakan misi profetik para Rasul, bermodal utama tauhidullah (pengesaan Allah). Misi kenabiah Nabi Ibrahim As. dan Nabi Muhammad Saw., umpamanya, adalah merupakan upaya membebaskan masyarakatnya dari ketergantungan hidup kepada selain Allah. Dengan tauhidullah pula, masyarakat diserukan untuk tidak percaya kepada para dukun, tukang ramal, berhala politik, dan tuhan-tuhan palsu lainnya yang menyesatkan dan memperdayai. Jadi, tauhidullah harus ditindaklanjuti dengan tauhid al-ibadah (unifikasi ibadah) dan tauhid al-ummah (penyatuan umat) menuju pembentukan khaira ummah (umat terbaik) yang selalu tampil membela dan melayani kepentingan umat manusia.

Kedua, aktivitas dakwah diorientasikan kepada terwujudnya visi Muhammadiyah; terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah suatu komunitas atau masyarakat yang hidup teratur, mempunyai tujuan

Page 13: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

dan aturan main berkelompok untuk mewujudkan suatu tujuan dan memiliki berbagai keutamaan dan keunggulan.

Karakteristik keutamaan dan keunggulannya itu terdapat pada sifat-sifat dan aktivitas yang dimiliki. Yakni, umat yang melakukan aktivitas mengajak kepada kebaikan dengan cara melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Selama umat Islam melakukan aktivitas tersebut, predikat sebagai umat terbaik dan unggulan masih akan melekat padanya. Karena itu, umat Islam harus selalu melakukan dan mengembangkan aktivitas tersebut. Secara garis besar, masyarakat Islam yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah mempunyai beberapa karekteristik sebagai berikut:Pertama, saling mengingatkan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian umat. Kedua, peduli dan saling memberdayakan (jasad dan bunyân). Ketiga, mempunyai sikap welas asih, tidak keras kepala, pemaaf, mempunyai dan mengembangkan tradisi syura dalam menyelesaikan berbagai masalah dan melibatkan Allah dalam segala aktivitas dengan keyakinan Allah akan memberikan yang terbaik dan termaslahat QS. 3:159 dan 191). Keempat, berjiwa ‘izzah (pede) terhadap siapaun, termasuk yang tidak seaqidah dan mengaitkan segala aktivitasnya dalam kerangka perwujudan mencari ridha dan ekepresi cinta kepada Allah dan rasul-Nya (QS. 5: 54). Kelima, berpaham keagamaan moderat dan dapat memberikan teladan; tidak ke kiri dan tidak pula ke kanan; tidak kaku dan tidak pula permisif dalam menjalankan syariah (QS. 2: 143 dan QS.1: 6-7). Semangat keberagmaannya adalah kepasrahan dan siap diatur oleh Islam (2: 128). Keenam, dalam memahami agama juga mencerminkan pandangan tengah; ada integrasi antara tekstualitas, kontekstualitas dan historisitas. Dan ketujuh, pandangannya terhadap kehidupan dunia mencerminkan sikap tengahan. Kehidupn dunia sebagaimana dalam QS. 27: 77, dipahami bersifat integratif; Kebahagiaan hidup di akhirat hanya dapat diwujudkan dengan fasilitas yang ditawarkan oleh kehidupan di dunia. Dunia tempat menanam dan akhirat tempat segala yang ditanam di dunia dipanen. Tidak ada sikap tenggelam dalam kenikmatan materi dengan mengabaikan kehidupan spiritual. Sebaliknya, tidak ada sikap hanya tenggelam dalam kehidupan spiritual dengan mengabaikan kehidupan dunia.

Model dan Strategi DakwahUntuk kepentingan dakwah ke depan, di samping secara terus menerus mengoptimalkan aktivitas yang sudah ada, beberapa pilihan dapat dilakukan Muhammadiyah untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Pertama, melakukan revitalisasi keluarga. Al-Qur’an surat al-Hasyr (66) ayat 7 menegaskan keharusan memelihara dan menjaga diri dan keluarga. Artinya, perintah untuk melakukan revitalisasi dakwah secara terus menerus dan berkelanjutan dari diri dan keluarga. Keluarga, sebagimana dipandukan dalam Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah, difungsikan sebagai (a). media sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam (b). kaderisasi; sebagai pelansung dan penyempurna gerakan da’wah, (c). sebagai media pemberian keteladanan dan

Page 14: Jawaban aik v Kemuhammadiyahan

pembiasaan amal Islami, dan d. media penciptaan suasa dan kehidupan islami dalam bentuk membangun pergaulan yang saling mengasihi, menyayangi, saling menghargai danmenghormati, memelihara persamaan hak dan kewajiban.

Kedua, optimalisasi mesin persyarikatan dalam bentuk pemberdayaan ranting dan amal usaha secara maksimal sebagai media dakwah. Pimpinan persyarikatan dan pimpinan amal usaha baik bidang pendidikan, kesehatan dan sosial secara aktif dan sungguh-sungguh berkerja sama mengefektifkan gerakan dakwah di ranting dan amal usaha. Diprogramkan secara sistemik, amal usaha, terutama yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial untuk menjadikan peserta didiknya sebagai kader-kader Islam yang dipersiapkan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Ketiga, sebagai telah diungkapkan di atas tentang kedahsyatan pengaruh media elektronik dan teknologi informasi dalam membentuk pola pikir dan prilaku masyarakat, merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah memanfaatkan media elektronik dan teknologi informasi. Saatnya Muhammadiyah mulai berdakwah melalui dunia maya sumpama lewat facebook, bolgger dan sebangsanya. Dalam pemanfaatan media elektronik, mungkin Muhammadiyah dapat mengambil bagian dalam mengisi acara tertentu di televisi lokal yang pada masa mendatang akan banyak dikembangkan.

Keempat, menjadikan maal sebagai obyek dakwah. Munculnya maal baru sesungguhnya memberikan peluang untuk berdakwah, sekurang-kurangnya untuk membantu pengunjung maal melaksanakan shalat jum’at. Bagi Muhammadiyah, ini merupakan lahan dakwah yang relatif strategis. Di antara jama’ah, ada berasalah dari kalangan menengah atas. Dari mereka dapat dikembangkan jaringan di kalangan masyarakat menengah atas yang belakangan banyak dikuasai oleh kelompok lain.Kelima, melakukan sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga di lingkungan Muhammadiyah. Sebenarnya Muhammadiyah mempunyai obyek dakwah yang tidak pernah kering. Mereka datang ke Muhammadiyah, baik ketika sakit yang ditampung oleh balai pengobatan Muhammadiyah, atau sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Selama ini, mereka belum secara maksimal dijadikan sebagai obyek dakwah betapapun Muhammadiyah telah menegaskan semua amal usaha yang dimiliki adalah media dakwah Muhammadiyah. Sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga dapat membantu terselenggaranya aktivitas dakwah secara maksimal.