Jangan Takut Menjadi Penerjemah! (Untuk Para Lulusan SMA)

download Jangan Takut Menjadi Penerjemah! (Untuk Para Lulusan SMA)

of 9

description

jangan takut

Transcript of Jangan Takut Menjadi Penerjemah! (Untuk Para Lulusan SMA)

  • Kompasiana KOMPAS.com Cetak ePaper Kompas TV Bola Entertainment Tekno Otomotif Female Health Properti Urban Serpong Images Games KompasKarier PasangIklan GramediaShop Forum Mobile More Urban Serpong *Registrasi | Masuk*Kirim Tulisan Tentang Kami | Tata Tertib | Bantuan Kompasianer

    Kompasiana Senin, 14 November 2011

    * Home * Berita * Politik * Humaniora * Ekonomi * Hiburan * Olahraga * Lifestyle * Wisata * Kesehatan * Tekno * Media * Green * Lipsus * *

    Bisnis

    Jadikan Teman | Kirim Pesan

    Nursalam Ar

    Pekerja kata. Peminat kajianbuku, sastra, sosial budaya dan bisnis. Menulis buku "Kamus High QualityJomblo" (Agustus 2011) dan kumcer "Dongeng Kampung Kecil" (November2011). Bergiat dalam kegiatan sosial dan literasi melalui komunitasSekolah Kehidupan dan Sekolah Aksara. Blog:www.nursalam.wordpress.com.

    Jangan Takut Menjadi Penerjemah! (untuk para Lulusan SMA)

    REP | 23 June 2011 |15:50 447 7

  • 1 dari 1 Kompasianer menilai inspiratif------------------------------------------------------------------------

    Profesi penerjemah konon identik dengan profesi intelek yang kadungdiasosiasikan dengan tingkat pendidikan tinggi. Benarkah seperti itu?Sayang sekali jika pemeo lama tersebut masih dipegang. Padahal profesiini sangat menjanjikan sebagai suatu karir atau bisnis.

    Menurut Femmy Syahrani Ardiyanto, salah seorang penerjemah lepas asalBandung (lulusan ITB Bandung) dalam jurnal blognya dihttp://femmy.multiply.com/journal/item/24, untuk berkarier sebagaipenerjemah kita tidak memerlukan lisensi atau sertifikasi tertentu.Sebagai penerjemah, keterampilan adalah yang dibutuhkan. Bukan gelarpendidikan atau nilai TOEFL (/Test of English as Foreign Language/) atauapakah sudah pernah tinggal di luar negeri untuk beberapa lama. Buktiketerampilan itu terletak pada hasil terjemahan. Jika sudah pernahbermukim di luar negeri tetapi hasil terjemahannya /belepota/n ya tetapsaja kita tidak dapat menjadi penerjemah. Sebaliknya, meskipun kitabelajar bahasa secara otodidak, misalnya, asalkan hasil terjemahannyabagus tentu klien atau penerbit akan dengan senang hati memberikan orderkepada kita.

    Anton Kurnia (36), seorang penerjemah buku-buku sastra yang sudahmenerjemahkan lebih dari 50 buku dalam wawancaranya dengan harian/Pikiran Rakyat/, Bandung, mengaku belajar menerjemahkan secaraotodidak. Lulusan Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) initertarik menerjemahkan karena awalnya suka membaca buku-buku sastraberbahasa Inggris. Saya meningkatkan kemampuan diri dengan banyakmembaca, belajar dari kamus dan referensi lainnya, ujar penerjemah yangsalah satu karya terjemahannya adalah novel /Les Miserables/ edisibahasa Inggris karya Victor Hugo.

    Karena menurut Anton, terlepas dari apakah penerjemah itu berpendidikanformal atau belajar otodidak, yang penting adalah apakah sang penerjemahmau belajar lagi atau tidak. Seorang penerjemah sekalipun lulusan SastraInggris jika tidak mau belajar akan ketinggalan dibandingkan penerjemahyang belajar otodidak tetapi mau terus belajar.

    Nah, ada dua jenis makhluk penerjemah di dunia ini. Pertama,/translator /(penerjemah tulisan), yakni penerjemah yang menerjemahkandokumen tertulis seperti /script/, dokumen kontrak, naskah buku dll, danyang kedua, /interpreter/ (penerjemah lisan) yang dalam istilah resmiHimpunan Penerjemah Indonesia (HPI) disebut sebagai jurubahasa.Makhluk yang kedua ini bertugas menerjemahkan komunikasi verbal ataulisan baik antara dua orang atau banyak orang, misalnya, dalam seminaratau konferensi.

    Pernah nonton /The Interpreter/? Nah, film /ciamik/ (2006) yangdibintangi aktris cantik Nicole Kidman ini mengisahkan seorangpenerjemah lisan yang kedapatan menyimpan rahasia konspirasi besar ditempat kerjanya di gedung PBB. Keren kan? Yup, seperti itulah kerennya/gawean/ penerjemah lisan atau jurubahasa.

    Lebih jauh, /translator/ atau penerjemah tulisan juga masih adapenggolongannya. Kompleks ya? Tidak. Secara umum, pembagiannya cuma dua:penerjemah buku dan penerjemah dokumen hukum. Penerjemah buku ya

  • menerjemahkan buku yang untuk diterbitkan penerbit. Untuk yang satu iniemang tidak perlu lisensi atau sertifikasi khusus. Asal dapatmenerjemahkan dengan mahir, Anda sudah masuk kualifikasi. Tapi untukmenjadi penerjemah dokumen hukum yang mumpuni, kita harus ikut ujiansertifikasi penerjemah tersumpah atau bersumpah (/sworn translator/).

    Ujian ini diadakan tiap tahun biasanya di bulan November atau Desemberdi Pusat Penerjemahan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia(PPFIB-UI), Jakarta. Dan yang berhak menyandang predikat /sworntranslator/ hanya yang lulus ujian Bahasa Inggris Hukum. Mengenai infopendaftaran ujian dan lain-lain? Silahkan kontak Pusat PPFIB-UI dino.telp. (021) 31902112 atau datang langsung ke Sekretariat PPIB-UI diGedung Rektorat UI di Jl. Salemba Raya atau satu kompleks denganFakultas Kedokteran UI di Jakarta.

    Kenapa harus ikut ujian segala?

    Karena bidang pekerjaan penerjemah dokumen hukum terkait dengan dokumenhukum yang perlu keakuratan data. Nah, stempel seorang /sworntranslator/ diperlukan untuk menjamin bahwa terjemahan sebuah dokumenhukum semisal kontrak bisnis, akte notaris, akte kelahiran atau suratnikah memang benar dan akurat. Juga sesuai dengan isi bahasa aslinyasehingga berkekuatan hukum yang sama seperti aslinya dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum jika sewaktu-waktu diperlukankesaksiannya di muka pengadilan.

    Haruskah kita berijazah Sarjana Hukum atau SH? Tidak. Salah satu syaratmenjadi peserta ujian penerjemah tersumpah hanya fotokopi ijazahterakhir (minimal SMA/sederajat). Titel SH juga tidak menjamin kualitasterjemahan hukum seseorang lebih baik. Karena banyak dari para pesertayang lulus dalam ujian ini yang bertitel non-SH atau bahkan hanya pernahkuliah atau lulusan SMA. Saya secara pribadi kenal betul beberapa kawanpenerjemah tersumpah yang /dropped-out/ dari kuliah S-1 dan berhasillolos sebagai /sworn translator/ (penerjemah tersumpah atau bersumpah)serta kemudian sukses membangun biro penerjemahan atau bekerja diperusahaan asing atau konsultan hukum.

    Jika pun kita gagal atau belum berani ikut ujian penerjemah tersumpah,tidak lantas pintu rejeki tertutup. Rata-rata biro penerjemahan diJakarta, contohnya, untuk menghemat biaya mensubkontrakkan terjemahanhukum kepada para penerjemah lepas atau /freelance translator/ yangbelum berpredikat /sworn translator/. Namun ada beberapa jenisterjemahan yang hanya boleh ditangani oleh penerjemah tersumpah.Tentunya tarif penerjemah non-tersumpah dan penerjemah tersumpah berbeda.

    Sekedar buka rahasia dapur, pada tahun 2004, bila untuk subkontrakterjemahan, penerjemah tersumpah bisa mengantungi minimal Rp. 20 ribusampai Rp 50 ribu per lembar hasil maka penerjemah non-tersumpah hanyapada kisaran Rp 6 ribu sampai 10 ribu per lembar hasil. Ini untuk bidangbahasa Inggris. Perlu diingat ini harga rata-rata di pasar karenasebetulnya standar HPI sebagai organisasi resmi penerjemah cukup tinggi.Yakni 50 ribu rupiah per halaman hasil (tahun 2006). Namun sering atasnama kompetisi pasar para penerjemah dan biro penerjemahan melakukanstrategi banting harga. Nah, untuk bahasa lain seperti Mandarin,Perancis, Arab atau Jerman biasanya lebih tinggi. Bisa mencapai ratusanribu rupiah. Terlebih penerjemah tersumpah untuk bidang bahasa selainbahasa Inggris sangat sedikit.

    Setiap tahun untuk bidang bahasa Inggris saja ujian penerjemah tersumpahyang diselenggarakan PPFIB UI hanya meluluskan maksimal sekitar 5%

  • peserta saja.Untuk bidang bahasa lain, bukan hal aneh jika dalambeberapa tahun tidak ada peserta yang berhasil lolos dan berhak diwisudaoleh Gubernur DKI Jakarta dan menggondol sertifikat yang resmiditandatangani gubernur DKI.

    Lantas bagaimana dengan penerjemah buku yang konsumennya adalah parapenerbit? Kendati tidak mengenal sertifikasi khusus seperti bidangpenerjemahan dokumen hukum, para penerjemah buku memiliki keuntunganyakni lebih dikenal masyarakat karena nama mereka tercantum dalam bukuyang diterjemahkan. Contohnya, seperti Femmy Syahrani Ardiyanto yangtelah banyak menerjemahkan buku nonfiksi atau novel dan menjadilangganan penerbit-penerbit besar seperti Gramedia dan Mizan. Beberapanama lain seperti Sofia Mansyur atau Ari Wulandariyang kini lebihsering menulis bukudapat disebut sebagai para penerjemah buku.

    Lantas, apakah semudah itu jadi penerjemah?

    / /

    /Of course not/, tentu tidak. /No pain no gain/, kata orang bule. Tetapsaja harus ada ikhtiar atau pengorbanan yang kita lakukan untukmendapatkan segala sesuatu.

    Ada sejumlah investasi yang harus kita lakukan yakni investasi waktu,uang, tenaga dan membangun jejaring (/network/). Kenapa harus demikian?Konon orang bijak bilang keberuntungan itu adalah hasil pertemuan antarakesempatan dan persiapan. Jadi jika mau sukses ya jalan kesuksesan harusditempuh dulu. Jangan berharap duduk melamun lantas dapat keberuntungangratis begitu saja. /No way, man/!

    Investasi waktu untuk menjadi seorang penerjemah adalah menjatahkanwaktu untuk belajar suatu bahasa yang kita minati dengan sepenuh hati.Intinya kita harus punya minat dalam bahasa. Apakah itu bahasa Inggris,Perancis, Arab, Mandarin atau Jepang dan bahasa lain. /Whateverlanguages you are interested of/. Geluti dan pahami sedalam-dalamnya.Jika masih /blank/ atau nol sama sekali, kita bisa menetapkan prioritasuntuk terlebih dahulu menguasai bahasa lisan atau percakapan bahasatersebut. Karena hal ini relatif lebih mudah ketimbang menguasai/grammar/ atau tata bahasa atau bahasa tertulis. Minimal, ketika sudahlancar cas-cis-cus /ngomong/ bahasa asing paling /mentok/ bisa jadipemandu wisata (/tourist guide)/ atau ///jurubahasa/ (interpreter).

    Tahapan selanjutnya, kuasailah tata bahasa tertulis. Konon gramatikaadalah faktor paling rumit dalam penguasaan suatu bahasa karenamemerlukan kerja kompleks dalam otak. Tapi jika yang satu ini sudahterlewati alamat pintu jadi /translator /atau penerjemah (tertulis) bisamulai terbuka. Tentu ditambah banyak membaca berbagai macam bacaan danberdiskusi tentang bahasa.

    Investasi tenaga? Ya, butuh energi lebih untuk jadi penerjemah. Waktuistirahat atau bersantai harus lebih sedikit. Karena kita harusalokasikan waktu untuk kursus bahasa asing, ulang pelajarannya ataupergi ke tempat-tempat yang dapat menambah wawasan bahasa kita sepertipusat kebudayaan negara yang bahasanya tengah kita pelajari atauacara-acara dan seminar tentang bahasa tersebut.

    Investasi uang?

    Ya, ini faktor penting juga. Secara berseloroh, /money is not everythingbut without money everything is nothing/. Untuk kursus bahasa tentu saja

  • perlu uang. Kendati di Jakarta atau beberapa tempat di kota lain adabeberapa tempat yang memberikan kursus gratis. Umumnya untuk kalangantidak mampu. Atau coba berkunjung ke pusat-pusat pembinaan remaja danpemuda punya pemerintah. Di Jakarta, seperti Gelanggang OlahragaBulungan (Jaksel) atau Gelanggang Olahraga Jakarta Timur. Ditempat-tempat seperti ini umumnya ada program pendidikan danketerampilan gratis seperti komputer dan bahasa asing.

    Investasi membangun jejaring (/network/)?

    Yup, rasanya ini faktor terpenting. Terlebih jika kita setelah lulus SMAmau menjadi penerjemah. Dari banyak penerjemah yang saya temui dantermasuk pengalaman saya sendiri, jejaring atau /network/ justru lebihberperan penting ketimbang latarbelakang pendidikan. Di kalanganpenerjemah dokumen hukum di Jakarta sudah merupakan rahasia umum adanyaIKIP Jakarta /connection/. Jaringan alumni atau yang pernah kuliah diIKIP Jakarta khususnya jurusan Bahasa Inggris umumnya banyak jadipenerjemah karena jasa teman-teman satu almamater. Dalam pengalamansaya, banyak order atau klien datang karena jejaring yang saya bangunsemasa masih menjadi staf penerjemah di sebuah biro penerjemahantersumpah. Termasuk jejaring semasa menjadi pengajar bahasa Inggris diberbagai kursus.

    Jika Anda ingin mengawali karir sebagai penerjemah, cobalah magang padaseorang penerjemah tersumpah atau bekerja di sebuah biro penerjemahantersumpah. Jangan terlalu berharap mendapatkan lowongan penerjemah dikoran. Karena umumnya lowongan penerjemah bisa dihitung dengan jari danhanya beredar di kalangan internal sesama penerjemah. Cari dan temuipara penerjemah itu di komunitasnya semisal di acara-acara yang diadakanHPI yang terbuka untuk umum.

    Dan yang namanya membangun jejaring juga bisa lewat internet ataumelalui milis. Misalnya, bergabung dengan milis bahtera [email protected] . Ini miliskomunitas penerjemah dan peminat bahasa Indonesia. /Insya Allah/ dijaminwawasan dan jejaring kita tambah oke! Banyak tulisan menarik di blogBahtera (www.bahtera.org) yang dapat memandu Anda meniti karir di duniapenerjemahan.

    Sebagai catatan, memang peluang jadi /translator /atau /interpreter/bagi para lulusan (atau pemegang ijazah) SMA dimungkinkan bahkan terbukalebar. Tapi kadang beberapa biro atau sejumlah penerbit mensyaratkanpenerjemah pernah mengecap jenjang pendidikan tertentu seperti D3 ataululus S-2. Jangan berkecil hati/. Its life/. Hadapi saja dengan bijak.Sekaligus membuat kita termotivasi. Jika sudah sukses jadi penerjemahdengan hanya bermodal ijazah SMA kenapa tidak melanjutkan pendidikan lagi?

    Saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program pendidikanpenerjemah seperti di Universitas Atmadjaya, STBA LIA. Mau yangfleksibel dan terjangkau? Universitas Terbuka (UT) yang jangkauannyatersebar luas di Indonesia juga punya program D-3 Penerjemahan yangsekarang naik status menjadi S-1 Bahasa Inggris.

    Alhasil, banyak jalan menuju Roma. Dan jangan takut menjadi penerjemah,sekalipun Anda baru lulus SMA!

    /*Jakarta, 23 Juni 2011*/

  • * Laporkan * Tanggapi * Beri Nilai o Aktual o Inspiratif o Bermanfaat o Menarik

    KOMENTAR BERDASARKAN :*Tulis Tanggapan Anda*Guest User

    ONLINE BLOGSHOP

    Internet & Social Media 2011 in Numbers

    Nikmatnya Writing Is A Business

    Variasi Tulisan dengan Surat Cinta

    Aviary Restaurant, Seminyak Square, Bali

    TEREKOMENDASI

    * Diego Michiels Berkelas!!! Johan Satrya | 3 jam yang lalu * Catatan Seorang Gay Youly Chang | 5 jam yang lalu * Ini Thailand, Bung! (Jelang Indonesia Kontra Thailand) Huzer Apriansyah | 21 jam yang lalu

  • * Fenomena Kumpul Kebo di Lingkungan Kampus Suryono Briando Siringo-ringo | 21 jam yang lalu * Sayangnya, Kamu Suami Orang? Dwitasari | 23 jam yang lalu

    * BERITA ADMIN * LETTER TO ADMIN

    * ** Pemenang Blogshoptips Periode V, * ** Bersiaplah Mengikuti KOMPASIANIVAL 2011 * ** Ikuti Lomba Desain Kaos & Maskot

    INDEX

    * ** Kolom Komentar dalam Postingan di * ** Event di Kompasiana * ** Usul Tombol Koleksi

    KIRIM SURAT Teraktual

    * Kepergianku

    * Surat Terbuka Buat Admin Kompasiana Lama Ataupun Baru

    * [Jeng Mona] Kurelakan Istrimu Tiduri Suamiku

    * Catatan Seorang Gay * Bantai Dia dan Ku Beri Satu Juta!

    Inspiratif

    * Hajatan Semut * Misteri Waktu * Babi Itu Saksi Bisu

  • * I found You * Akankah Kau Luangkan Waktumu Untukku?

    Bermanfaat

    * Awas Hati-hati Bahaya Disekeliling Anda

    * Kiat Memulai Menulis dengan Cepat

    * Tips Menulis: Mengaktifkan Gairah Menulis

    * Mutiara Berharga, Walau Itu Hanya Kata-kata

    * Lagi-lagi SMK ..

    Menarik

    * Cumbuanmu Senggamaku!!!! * [FF100K] Arti Ikhlas * Liputan Khusus Korupsi Sea Games di BBC V Iklan

    * Nanti Aja Ah Kawinnya, Kalau Ingat!!!

    * Makanya, Jangan Suka Meremehkan Orang Lain!

    * Pelaksanaan SEA Games Terburuk Bikin DPR Emosi * 2 Pemain Indonesia Akan Dibawa PSV Eindhoven * "Lemuria" Benua Yang Hilang

  • * Wujud Nyata Burung-burung di Angry Birds * 7 Sifat Buruk Manusia yang Diwakili oleh Karakter di Spongebob Squarepants

    SUBSCRIBE AND FOLLOW KOMPASIANA:

    About Kompasiana | Terms & Conditions | Tutorial | FAQ | Contact Us | Kompasiana Toolbar

    RSS KOMPAS.com 2008 2011