JAMKESMAS

31
JAMKESMAS (JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT) 1. Pengertian Jamkesmas Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsip- prinsip: 1. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin. 2. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang ’cost effective’ dan rasional. 3. Pelayanan Terstruktur, berjenjang dengan Portabilitas dan ekuitas. 1. Transparan dan akuntabel. 2. Tujuan Jamkesmas Tujuan dari Jamkesmas dibagi menjadi dua, yaitu : a. Tujuan umum yaitu terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan sehinga tercapai derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas b. Tujuan khususnya yaitu Memberikan kemudahan dan askes pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan PPK Jamkesmas Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel meningkatkan cakupan masyarakat dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. 3. Sasaran, Target, dan Kepesertaan Jamkesmas

Transcript of JAMKESMAS

Page 1: JAMKESMAS

JAMKESMAS (JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT)

1. Pengertian Jamkesmas

Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.Program ini

diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh

bagi masyarakat miskin.   Pada hakekatnya pelayanan kesehatan  terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban 

memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat

miskin mengacu pada prinsip-prinsip:

1. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

2. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang ’cost effective’ dan rasional.

3. Pelayanan Terstruktur, berjenjang dengan Portabilitas dan ekuitas.

1. Transparan dan akuntabel.

2. Tujuan Jamkesmas

Tujuan dari Jamkesmas dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Tujuan umum yaitu

terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar

tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan sehinga tercapai derajat

kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas

b. Tujuan khususnya yaitu

Memberikan kemudahan dan askes pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan PPK Jamkesmas

Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan

biayanya

Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

meningkatkan cakupan masyarakat dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta

jaringannya dan di Rumah Sakit,

serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

3. Sasaran, Target, dan Kepesertaan Jamkesmas

Sasaran program Jamkesmas ini adalah masyarakat miskin tidak mampu diseluruh indonesia dan yang tidak termasuk sudah

mempunyai jaminan kesehatan lainnya, masyarakat miskin dan tidak mampu yang ditetapkan oleh bupati/walikota sesuai

kuota, Gelandangan, pengemis, anak terlantar, Peserta program keluarga harapan (PKH), Maskin penghuni lapas, panti sosial,

rutan dan korban bencana alam pasca bencana . Jumlah sasarannya yaitu 76,4 juta jiwa, dan tidak termasuk penduduk yang

sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Sasaran Jamkesmas saat ini masih sama dengan Tahun 2009 yakni 76,4 juta meski data masyarakat miskin menurut BPS

Tahun 2008 telah turun menjadi 60,39 juta. Baseline data kepesertaan Tahun 2010 tetap menggunakan data sebelumnya.

Page 2: JAMKESMAS

Dalam rangka memperluas cakupan kepesertaan pada Tahun 2010, terdapat kelompok peserta baru menjadi sasaran peserta

Jamkesmas, yaitu : a) Masyarakat miskin penghuni Lapas/Rutan dengan melampirkan surat keterangan dari Kepala

Rutan/Kepala Lapas setempat. b) Masyarakat miskin penghuni panti-panti sosial, melalui Surat Keputusan Kepala

Dinas/Institusi Sosial Kabupaten/Kota setempat, selanjutnya Ke- menterian Kesehatan akan segera membuatkan kartu

Jamkesmas. c) Masyarakat miskin akibat bencana pasca tanggap darurat sebagaimana yang ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah setempat. d) Untuk semua kepesertaan diatas, SKP diterbitkan petugas PT. Askes (Persero).

Serta terdapat perhatian khusus kepada peserta Jamkesmas yang belum masuk database seperti bayi baru lahir dari keluarga

miskin, anak terlantar/gelandangan/pengemis (rekomendasi Dinas Sosial), peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Untuk

administrasi kepesertaan Depkes menunjuk PT Askes (Persero), dengan kewajiban melakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry olehPT Askes (Persero) untuk menjadi database

kepesertaan diKabupaten/Kota;

2. Entry data setiap peserta;

3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dandidistribusikan kepada peserta;

4. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak,mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan

tanda terima yangditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta; dan

5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepadaBupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas

Kesehatan (Dinkes) Provinsi danKabupaten/Kota serta rumah sakit setempat.

Kepesertaan Jamkesmas

1. Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang membayar iuran atau iuarannya dibayar oleh Pemerintah.

2. Peserta Program Jamkesmas adalah fakir miskin dan orang yang tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayar

oleh Pemerintah sejumlah 76,4 juta jiwa bersumber dari data makro Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2006.

3. Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi :

1. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan oleh Surat Kepu- tusan (SK) Bupati/Walikota Tahun 2008

berdasarkan pada kuota Kabupaten/ Kota (BPS) yang dijadikan database nasional.

2. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas.

3. Semua Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah memiliki atau mempunyai kartu Jamkesmas.

4. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang

Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan

Negara serta Korban Bencana. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana

tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan

Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin

Penghuni Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara.

5. Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu, tidak termasuk dalam Surat Keputusan Bupati/Walikota maka

Jaminan Kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Cara penyelenggaraan jaminan

kesehatan daerah seyogyanya mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan Jamkesmas.

6. Peserta Jamkesmas ada yang memiliki kartu sebagai identitas peserta dan ada yang tidak memiliki kartu.

1. Peserta yang memiliki kartu terdiri dari :

1)      Peserta sesuai SK Bupati/Walikota

2)      Penghuni panti-panti sosial

3)      Korban bencana pasca tanggap darurat

2. Peserta yang tidak memiliki kartu terdiri dari :

1)      Gelandangan, pengemis, anak terlantar pada saat mengakses pelayan- an kesehatan dengan menunjukkan

rekomendasi dari Dinas Sosial se- tempat.

2)      Penghuni lapas dan rutan pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukkan rekomendasi dari Kepala

Lapas/Rutan.

3)      Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) pada saat mengakses pe- layanan kesehatan dengan menunjukkan kartu

PKH.

Page 3: JAMKESMAS

4)      Bayi dan anak yang lahir dari pasangan peserta Jamkesmas, setelah terbitnya SK Bupati/Walikota dapat mengakses

pelayanan kesehatan dengan menunjukkan akte kelahiran/surat kenal lahir/surat keterangan lahir/pernyataan dari tenaga

kesehatan, kartu Jamkesmas orang tua dan Kartu Keluarga orangtuanya.

1. Terhadap peserta yang memiliki kartu maupun yang tidak memiliki kartu sebagaimana tersebut diatas, PT. Askes (Persero)

wajib menerbitkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan membuat pencatatan atas kunjungan pelayanan kesehatan.

2. Bila terjadi kehilangan kartu Jamkesmas, peserta melapor kepada PT. Askes (Persero) untuk selanjutnya dilakukan

pengecekan database kepesertaannya dan PT. Askes (Persero) berkewajiban menerbitkan surat keterangan yang

bersangkutan sebagai peserta.

3. Bagi peserta yang telah meninggal dunia maka haknya hilang dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain.

4. Penyalahgunaan terhadap hak kepesertaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Verifikasi Kepesertaan

PT. Askes (Persero) bertugas melaksanakan verifikasi kepesertaan dengan mencocokkan kartu Jamkesmas dari peserta yang

berobat dengan database kepesertaan untuk selanjutnya diterbitkan SKP. Verifikasi kepesertaan dilengkapi dengan dokumen

berupa Kartu Keluarga (KK) / Kartu Tanda Penduduk (KTP) / identitas lainnya untuk pembuktian kebenarannya. Bagi

gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar yang tidak punya identitas cukup dengan surat keterangan/rekomendasi dari

Dinas/Instansi Sosial setempat. Khusus untuk penghuni lapas dan rutan, cukup dengan surat rekomendasi dari Kepala

Lapas/Kepala Rutan setempat. (Pengaturan lebih lanjut lihat tata laksana pelayanan kesehatan).

Jamkesmas Jateng

Sasaran Jamkesmas tahun 2009/2010 untuk Provinsi Jawa Tengah sebanyak 11,7 juta. Seperti di Kota Semarang, khusus

masyarakat miskin yang tidak masuk dalam Jamkesmas dan Jamkesmaskot, sudah diatur dalam Peraturan Wali Kota tentang

Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Kota. Dalam peraturan tersebut diatur bagi masyarakat

miskin yang belum masuk dalam Jamkesmas dan Jamkesmaskot, maka pengobatan bisa dengan cara menunjukkan surat

keterangan tidak mampu (SKTM) yang harus diverifikasi oleh pihak kelurahan bersangkutan.

Berdasarkan data yang ada jumlah keluarga miskin Kota Semarang periode Januari-Juni 2009 sebanyak 138.361 kepala

keluarga atau 498.985 jiwa. Dari total 498.985 jiwa tersebut, yang mendapat Jamkesmas dari pusat sebanyak 306.700 jiwa,

sehingga masih ada 192.285 jiwa yang belum menerima Jamkesmas. Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan tertanggal

6 Februari 2008 disebutkan, kelebihan kuota Jamkesmas menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota. Pemerintah Kota

Semarang kemudian memiliki program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Kota (Jamkesmaskot) Semarang dari 192.285

jiwa yang belum menerima Jamkesmas tersebut.

Prosedur Pelayanan Jamkesmas

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.

Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk

kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk

setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya.

Apabila peserta JAMKESMAS memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka  yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas

pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan

pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency

Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi :

a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/

BBKPM  /BKPM/BP4/BKIM.

b. Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit

c. Pelayanan obat-obatan

d. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic

Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan   Rumah  Sakit peserta harus

menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu

Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila

Page 4: JAMKESMAS

berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta

selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan

Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus

menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu

Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila

berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan SKPdan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan

rawat inap.

Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat daruratdi BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan

Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat

Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh

petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan

peserta. Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan

rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap.

Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan,

maka yang bersangkutan di beri waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi

tertentu dimana ybs belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud diatas maka Direktur RS dapat

menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Yang dimaksud pada kondisi tertentu pada butir 8 diatas

meliputi anak terlantar, gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera mendapatkan SKTM.

Pelayanan atas anak terlantar, gelandangan, pengemis dibiayai dalam program ini.

5. Prinsip Penyelenggaraan

Ada beberapa prinsip penyelenggaraan di dalam Jamkesmas, yaitu :

Pendanaan berasal dari bersumber dari APBN sebagai dana Bantuan Sosial Sektor Kesehatan.

Prinsip – prinsip Penyelenggaraan sebagai berikut :

1.

1. Dana amanah dan dikelola secara nirlaba

2. Portabilitas dan Ekuitas

3. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terstruktur berdasarkan kebutuhan medis yang cost efektif

4. Iuran dijamin oleh pemerintah

5. Dikelola secara transparan dan akuntabel.

Pengelolaan meliputi :

1. Tatalaksana kepesertaaan,

2. Tatalaksana pelayanan kesehatan,

3. Tatalaksana administrasi keuangan

4. Pengorganisasian dan manajemen

6. Pelayanan Kesehatan (PPK)

1. Paket manfaat JAMKESMAS yang diterima peserta Jamkesmas Komprehensip (Promotif, Preventif, Kuratif dan

Rehabilitatif) sesuai kebutuhan medis

2. Jenis Pelayanan Kesehatan Perseorangan (Personal Care)

3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Lanjutan di milik pemerintah, swasta dan TNI-Polri

4. Jaringan pelayanan kesehatan dasar (Yankesda) di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan Jaminan Persalinan

(Jampersal) dapat melibatkan Bidan Praktek, Klinik Bersalin, Rumah Bersalin, Dokter Praktek.

5. Ketersediaan Obat, AMHP, Alkes, Darah dan bahan penunjang lainnya sepenuhnya menjadi tanggungjawab Rumah

Sakit/Balkesmas

6. Diperlakukan Formularium Obat RS Jamkesmas.

TATALAKSANA PELAYANAN KESEHATAN

Page 5: JAMKESMAS

A. KETENTUAN UMUM

1. Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi: pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat

Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL),

Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.

2. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh

(komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik.

3. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan terstruktur dan pelayanan berjenjang berdasarkan

rujukan.

4. Pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Khusus untuk persalinan normal

dapat juga dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten (praktek dokter dan bidan swasta) dan biayanya diklaimkan

ke Puskesmas setempat sebagaimana diatur dalam juknis pelayanan dasar.

5. Pelayanan tingkat lanjut (RJTL dan RITL) diberikan di PPK lanjutan jaringan Jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit

Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta) berdasarkan rujukan. Pelayanan Balkesmas merupakan

PPK untuk layanan RJTL dengan pemberian layanan dalam gedung.

6. PPK lanjutan harus mempunyai kode PPK lanjutan agar dapat mengoperasi- kan software INA-DRG versi 1.6. Apabila PPK

lanjutan belum mempunyai kode atau kode tersebut sudah tidak valid, maka diharapkan segera melapor dan membuat

permintaan kode kepada Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

7. Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila karena sesuatu hal seperti misalnya tidak tersedianya

tempat tidur, peserta terpak- sa dirawat di kelas yang lebih tinggi dari kelas III, biaya pelayanannya tetap diklaimkan

menurut biaya kelas III.

8. Pada RS khusus (RS Jiwa, RS Kusta, RS Paru, dll) yang juga melayani pasien umum, klaim pelayanan kesehatan

dilaksanakan secara terpisah antara pasien khusus sesuai dengan kekhususannya dan pasien umum dengan mengguna-

kan software INA-DRG yang berbeda sesuai penetapan kelasnya.

9. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh PPK wajib memberikan pe- layanan penanganan pertama keadaan

gawat darurat kepada peserta Jam- kesmas walaupun tidak sebagai PPK jaringan Jamkesmas sebagai bagian dari fungsi

sosial PPK. Setelah kegawatdaruratannya selesai ditangani, selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan

PPK Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut.

10. Status kepesertaan harus ditetapkan sejak awal untuk mendapatkan pelayan- an kesehatan. Peserta Jamkesmas tidak

boleh dikenakan iuran dengan alasan apapun.

11. Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK lanjutan harus dilakukan se- cara efisien dan efektif, dengan menerapkan

prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Manajemen PPK lanjutan melakukan analisis pelayanan dan memberi umpan balik

secara internal kepada instalasi pemberi layanan.

B. PROSEDUR PELAYANAN

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:

1. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jarin- gannya, peserta harus menunjukkan kartu

Jamkesmas. Untuk peserta gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, menggunakan surat

keterangan/rekomendasi Dinas/Instansi Sosial setempat. Bagi peserta PKH yang belum memiliki kartu Jamkesmas, cukup

menggunakan kartu PKH.

2. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di Puskesmas dan jaringannya.

3. Bila menurut indikasi medis peserta memerlukan pelayanan pada tingkat lanjut maka Puskesmas dapat merujuk peserta ke

PPK lanjutan.

4. PPK lanjutan penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta Jamkesmas disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus

dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di PPK yang merujuk.

2. Pelayanan Tingkat Lanjut

Page 6: JAMKESMAS

1. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut (RJTL dan RITL), dirujuk dari Puskesmas dan

jaringannya ke PPK tingkat lanjut secara berjenjang dengan membawa kartu peserta Jamkesmas/iden- titas kepesertaan

lainnya dan surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan.

2. Kartu peserta Jamkesmas/identitas kepesertaan lainnya dan surat rujukan dari Puskesmas dibawa ke loket Pusat

Pelayanan Administrasi Terpadu Ru- mah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya, se- lanjutnya

dikeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) oleh petugas PT. Askes (Persero), dan peserta selanjutnya memperoleh

pelayanan kesehatan.

3. Bayi dan anak yang lahir dari pasangan peserta Jamkesmas secara otoma- tis menjadi peserta dengan merujuk pada kartu

orang tuanya. Bila bayi dan anak memerlukan pelayanan dapat langsung diberikan dengan mengguna- kan identitas

kepesertaan orang tuanya dan dilampirkan surat keterangan lahir dan Kartu Keluarga orang tuanya.

4. Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana diatas meliputi :

5. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit dan Balkes- mas.

1. Pelayanan rawat jalan lanjutan yang dilakukan pada Balkesmas bersifat pasif (dalam gedung) sebagai PPK penerima

rujukan. Pelayanan Bal- kesmas yang ditanggung oleh program Jamkesmas adalah Upaya Ke- sehatan Perorangan (UKP)

dalam gedung.

2. Pelayanan rawat inap bagi peserta diberikan di kelas III (tiga) di Rumah Sakit.

3. Pelayanan obat-obatan dan alat/bahan medis habis pakai.

1. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya.

2. Untuk kasus kronis yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama, seperti Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal,

Kanker, dll, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan. Untuk kasus kronis lainnya seperti kasus gang- guan jiwa, kusta,

kasus paru dengan komplikasi, surat rujukan dapat berlaku selama 3 bulan. Pertimbangan pemberlakuan waktu surat

rujukan (1 atau 3 bulan) didasarkan pada pola pemberian obat.

3. Peserta yang berobat lintas daerah, verifikasi kepesertaan tetap dilakukan oleh PT. Askes (Persero) dengan melihat pada

kartu Jamkesmas. Dalam hal terdapat keragu-raguan mengenai status kepesertaannya, dapat dilakukan konfirmasi status

kepesertaan tersebut ke database daerah asal peserta oleh petugas PT. Askes (Persero) atau tim pengelola daerah tempat

asal pasien.

4. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan RS antar daerah dilengkapi surat rujukan dari rumah sakit asal pasien dengan

membawa identitas kepesertaannya untuk dapat dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Askes (Persero).

5. Peserta Jamkesmas dalam keadaan gawat darurat wajib ditangani langsung tanpa diperlukan surat rujukan. Apabila

setelah penanganan kegawat-daru- ratannya peserta belum melengkapi identitasnya, maka yang bersangkutan diberi

waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk melengkapi identitasnya yakni kartu peserta disertai KK dan KTP.

6. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit

bertanggungjawab menyediakan semua obat sesuai dengan formularium dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski

telah diberlakukan INA-DRG, agar terjadi efisiensi pelayanan, pemberian obat wajib menggunakan formularium obat

Jamkesmas di Rumah Sakit (formularium obat Jamkesmas akan di tetapkan dengan SK Menkes tersendiri).

7. Penggunaan INA-DRG versi 1.6 bagi seluruh PPK lanjutan sebagai dasar pertanggung-jawaban/klaim diberlakukan sejak 1

Maret 2010.

8. Alat Medis Habis Pakai (AMHP) tertentu dapat diklaimkan terpisah di luar paket INA-DRG. RS wajib membuat daftar AMHP

dan kisaran harga yang ditetapkan pihak RS atas masukan komite medik. Pilihan penggunaan AMHP tersebut didasarkan

kepada ketersediaan AMHP dengan mempertimbang- kan efisiensi, efektifitas dan harga yang ekonomis tanpa

mengorbankan mutu. Ketentuan mengenai AMHP ini terdapat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik

Nomor JP.01.01/I/3392/2009 tanggal 2 September 2009 tentang Edaran Pelaksanaan Jamkesmas 2009.

9. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk men- jamin ketersediaan obat, AMHP, darah

termasuk reagennya. Pelayanan darah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari paket tarif INA- DRG sehingga tidak

dapat diklaimkan terpisah.

10. Pelayanan RJTL dan pelayanan RITL di PPK lanjutan dilakukan secara ter- padu sehingga biaya pelayanan kesehatan

diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut INA-DRG. Dokter berkewajiban melakukan penegakan

diagnosa yang tepat sesuai ICD-10 dan ICD-9 CM sebagai dasar penetapan kode INA-DRG. Dalam hal tertentu, tenaga

Koder RS da- pat membantu proses coding diagnosa dokter. Dokter penanggung jawab harus menuliskan nama dengan

jelas serta menandatangani berkas peme- riksaan (resume medik).

11. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3 menurut kode INA-DRG harus mendapatkan

pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk/diberi tanggungjawab oleh RS untuk

hal tersebut.

Page 7: JAMKESMAS

12. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di instalasi rawat jalan atau instalasi

gawat darurat hanya diklaim menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG dengan jenis pelayanan rawat inap.

13. Pasien yang datang ke 2 (dua) atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosa akan tetapi diagnosa

tersebut merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG.

14. PPK lanjutan melakukan pelayanan dengan efisien dan efektif agar biaya pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG.

7.Sumber Pembiayaan

Dana Pelayanan Kesehatan Jamkesmas, Jampersal, BOK bersumber dari APBN (6,3 T, 932 M).

Jenis Belanja Yankes Jamkesmas, Jampersal adalah BANSOS, sedangkan BOK berupa Belanja Barang.

Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola bersumber APBN melalui Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Tetap dilakukan Luncuran dana dengan memperhitungkan Lap. Pertanggungjawaban dan Kepatuhan Faskes (Cooperatif)

Pertanggungjawaban Dana Luncuran;

Di Pelayanan Kesehatan dasar dengan Klaim

Di Pelayanan Kesehatan Lanjutan tetap dengan INA-CBG’s

Tim Pengelola Jamkesmas & BOK (Bag Verifikasi) untuk Pelayanan kesehatan Dasar

Verifikator Independen untuk Pelayanan Kesehatan Lanjutan

Pendanaan Jamkesmas Yandas dan Jampersal menjadi satu rekening khusus Jamkesmas (Giro) di Dinkes Kab/Kota,

sedangkan BOK dengan SATKER tersendiri.

Proses Verifikasi Pertanggungjawaban dana tetap dilakukan;.

Setelah diverifikasi Verifikator Independen dan ditandatangani oleh Direktur RS/Balkesmas dan Verifikator Independen

RS/Balkesmas dapat langsung mencairkan dana klaim tanpa menunggu Umpan Balik (feed back) dari Pusat (PPJK)

P2JK (TP Jamkesmas Pusat) akan turun segera melakukan pembinaan apabila ada praduga kesalahan pertanggung

jawaban, kesulitan secara teknis software.

Ada pengalihan Grouper INA-DRG’s ke INA-CBG’s (UNU-IIHG)

PELAYANAN KLAIM JAMKESMAS

A. PENYALURAN DANA KE PPK

·PUSKESMAS

Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Puskesmas dan jaringannya disalurkan langsung dari Departemen

Kesehatan (cq Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat) ke Puskesmas melalui pihak PT Pos Indonesia. Penyaluran dana ke

Puskesmas berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mencantumkan nama dan alokasi

Puskesmas penerima dana yang akan dikirimkan secara bertahap.

·RUMAH SAKIT /BKMM /BBKPM /BKPM /BP4 /BKIM

Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Rumah Sakit/BKMM/ BBKPM/BKPM/BP4/BKIM disalurkan langsung

dari Departemen Kesehatan melalui Kas Negara (KPPN) ke rekening Bank Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.

Pada tahap pertama diluncurkan dana awal sebesar 2 (dua) bulan dana pelayanan kesehatan yang diperhitungkan

berdasarkan jumlah klaim rata-rata perbulan tahun sebelumnya.

B. PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA DI PPK

·PUSKESMAS

-       Puskesmas membuat Plan Of Action (POA) yang telah dibahas dan disepakati sebelumnya pada forum lokakarya mini

Puskesmas.

Page 8: JAMKESMAS

-       Setiap pengambilan dana dari rekening Puskesmas harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan POA yang telah disusun sebagaimana butir a.

-       Dana yang diterima Puskesmas, dimanfaatkan untuk membiayai:

1) Dana pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:

(a). Biaya pelayanan dalam dan luar gedung

(b). Biaya jasa pelayanan kesehatan

(c). Biaya transportasi petugas

(d). Biaya rawat inap

(e). Biaya penanganan komplikasi kebidanan dan neonatal di Puskesmas PONED

(f). Biaya jasa pelayanan dokter spesialis dan penggunaan peralatan penunjang spesialistik

(g). Biaya transport dan petugas kesehatan pendamping untuk rujukan

2) Dana pertolongan persalinan:

(a). Biaya pertolongan persalinan normal

(b). Biaya pelayanan nifas

Pengelolaan dan pemanfaatannya secara rinci atas dana pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya diatur

dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.03.05/BI.3/2036/2007Tentang Petunjuk Teknis

Pelayanan Kesehatan Dasar dan Pertolongan Persalinan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Miskin di Puskesmas dan jaringannya Tahun 2007

·RUMAH SAKIT/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM

Rumah Sakit menerima pembayaran setelah klaim yang diajukan, disetujui untuk dibayar oleh Departemen Kesehatan.

Penerimaan klaim RS tahun 2008, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan pada mekanisme daerah.

Klaim Rumah Sakit tahun 2008 berdasarkan :

-     Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 (dalam masa transisi), sambil menunggu kesiapan INA-DRG .

-     Paket klaim tersebut diajukan oleh Rumah Sakit meliputi Pelayanan Kesehatan RJTL, RITL, obat dan penunjang.

§ Berdasarkan Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 , maka RS melakukan klaim dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut;

-     Untuk berbagai jenis pelayanan (tindakan, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta

pelayanan lainnya, tidak termasuk pelayanan haemodialisa) diklaimkan secara terpadu oleh Rumah Sakit sehingga

biaya diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan.

-     Dalam format klaim wajib dicantumkan diagnosa sebagai pembelajaran awal penerapan INA-DRG

C. PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DI PPK

·PUSKESMAS

Pembayaran ke Puskesmas dan jaringannya harus dipertanggung jawabkan dengan dilakukan verifikasi pelayanan meliputi:

RJTP (jumlah kunjungan dan rujukan), RITP, Persalinan, Transportasi Rujukan, Pelayanan Spesialistik oleh Tim Pengelola

JAMKESMAS Kabupaten/Kota.

·RUMAH SAKIT/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM

Prosedur pembayaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit/BKMM/ BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dilakukan secara bertahap.

Tahapan pembayaran pelayanan kesehatan ke Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

·Pembayaran Dana luncuran Pertama (awal) tahun 2008.

-       Departemen Kesehatan mengucurkan dana awal pada bulan Februari 2008 ke rekening

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM. Besarnya jumlah dana yang dibayarkan dipehitungkan berdasarkan rata-rata

Page 9: JAMKESMAS

pembayaran per bulan di Rumah Sakit pada tahun sebelumnya. Dana luncuran tersebut langsung disalurkan dari Departemen

Kesehatan melalui KPPN Pusat ke Rekening RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.

-       RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dapat langsung mengambil dan menggunakan dana tersebut untuk pelayanan

kesehatan peserta.

-       Pertanggung jawaban dana awal tersebut berupa klaim pelayanan  RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM yang

besarannya mengacu pada Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008

-       Sebelum terbentuknya Pelaksana Verifikasi, klaim pertanggung jawaban dana awal tersebut langsung dikirim ke Tim

Pengelola JAMKESMAS Pusat, dengan menggunakan format rekapitulasi klaim biaya mingguan untuk RJTL, IGD, ODC, dan

RITL (form 1c sampai dengan 4c), serta rekapitulas klaim biaya total (form 5) seperti terdapat dalam lampiran IV.

-       Dana luncuran berikutnya dapat disalurkan bila dana luncuran awal telah dipertanggungjawabkan.

-       Penerimaan klaim bagi RS Daerah, pertanggungjawaban, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan pada mekanisme

Daerah. Khusus untuk RS Vertikal/ BKMM/BBKPM /BKPM/BP4/BKIM disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

-       Rumah Sakit dapat memanfaatkan dana tersebut sesuai kebutuhan dan ketentuan masing-masing

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM antara lain: jasa medik/pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan bahan medis

habis pakai, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah dan kebutuhan administrasi pendukung lainnya. Khusus untuk

belanja investasi untuk Rumah Sakit daerah harus mendapat persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan untuk Rumah

Sakit Vertikal persetujuan dari Dirjen Bina Yanmed.

-       Seluruh berkas dokumen pertanggung jawaban disimpan oleh RS, dan akan diaudit kemudian oleh Aparat Pengawas

Fungsional (APF).

-       RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengirimkan laporan realisasi klaim kepada Tim Pengelola JAMKESMAS

Kabupaten/Kota.

-       Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke Tim Pengelola

Propinsi

-       Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke Tim Pengelola

JAMKESMAS Pusat

·Pembayaran Dana Luncuran ke dua

Apabila telah terbentuk tenaga pelaksana verifikasi, maka akan dilakukan verifikasi dengan mengacu pada Jenis paket dan

tarif pelayanan kesehatan tahun 2008, dengan demikian pembayaran dilakukan berdasarkan klaim RS yang sudah di verifikasi.

-       Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengajukan klaim (setiap minggu), sedangkan verifikasinya dilakukan

setiap hari oleh tenaga verifikasi

-       Rekapitulasi Klaim yang telah diverifikasi dikirimkan ke Tim Pengelola JAMKESMAS Pusat yang ditanda tangani direktur

Rumah Sakit dan diketahui oleh pelaksana Verifikasi

-       Terhadap Klaim tersebut dilakukan telaah dan otorisasi oleh Tim Pengelola Pusat untuk selanjutnya dilakukan

pembayaran melalui KPPN.

-       Dasar besaran klaim mengacu sampai dengan bulan Juni 2008 tetap mengacu pada jenis paket dan tarif pelayanan

kesehatan tahun 2008 dengan kewajiban Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mencantumkan diagnosa pada setiap

klaim dengan ditambahkan kode diagnosa, meskipun kode tersebut belum dijadikan dasar pembayaran.

-       Apabila belum ada tenaga pelaksana verifikasi pengaturan penggunaannya seperti luncuran tahap pertama

·Periode klaim Juli-Desember 2008 dasar besaran klaim RS mengacu pada Tarif Paket JAMKESMAS di RS tahun 2008

(INA-DRG) yang berlaku efektif.

-       Terhitung bulan Juli 2008, dasar besaran klaim Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengacu pada Tarif

Paket Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Tahun 2008 (INA-DRG) sesuai dengan kode dan

diagnosa penyakit.

-       Penerimaan klaim bagi RS Daerah, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan pada mekanisme Daerah. Khusus

untuk RS Vertikal/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

-       Rumah Sakit dapat memanfaatkan dana tersebut sesuai kebutuhan dan ketentuan masing-masing RS antara lain: jasa

medik/pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan bahan medis habis pakai, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah

dan kebutuhan administrasi pendukung lainnya. Khusus untuk belanja investasi bagi Rumah Sakit daerah harus mendapat

Page 10: JAMKESMAS

persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan untuk Rumah Sakit Vertikal harus mendapatkan persetujuan Dirjen Bina

Yanmed, departemen kesehatan.

-       Seluruh berkas dokumen pertanggung jawaban disimpan oleh RS, dan akan diaudit kemudian oleh Aparat Pengawas

Fungsional (APF).

-       RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM mengirimkan laporan realisasi klaim kepada Tim Pengelola JAMKESMAS

Kabupaten/Kota.

-       Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke Tim Pengelola

Propinsi

-       Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi melakukan rekapitulasi realisasi klaim dan mengirimkan ke Tim Pengelola

JAMKESMAS Pusat

Apabila pengajuan klaim oleh Rumah Sakit melebihi 30 hari kalendar sejak pasien pulang, maka klaim tersebut tidak akan

dibayarkan. Ketentuan ini diberlakukan efektif mulai pelayanan pada bulan April 2008.

Kekurangan ataupun kelebihan pembayaran pada bulan Januari sampai dengan Maret 2008 akan diperhitungkan pada

pembayaran berikutnya.

Klaim Paket Jamkesmas di rekapitulasi mingguan oleh RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan di verifikasi oleh Pelaksana

Verifikasi dan diajukan oleh RS ke Depkes untuk pembayaran. Depkes membayar klaim paling lama 7 (tujuh) hari kalender

setelah tanggal Berita Acara Verifikasi oleh Tim Pengelola Pusat.

D. VERIFIKASI

Verifikasi adalah kegiatan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK yang dilakukan oleh Pelaksana Verifikasi dengan

mengacu kepada standar penilaian klaim. Tujuan dilaksanakannya verifikasi adalah diperolehnya hasil pelaksanaan program

Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Tiap-tiap

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM akan ditempatkan pelaksana verifikasi yang jumlahnya diperhitungkan dari jumlah TT

yang tersedia di RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan beban kerja. Verifikasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

meliputi: verifikasi administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan dan administrasi keuangan. Pelaksana Verifikasi dalam

melaksanakan tugas sehari-hari di RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM berdasarkan beban kerja di bawah koordinasi Tim

Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/ Kota.

Pelaksana verifikasi ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan yang ditugaskan untuk

melaksanakan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK, dengan mengacu kepada standar penilaian klaim, dan

memproses klaim sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.

PROSES VERIFIKASI

Proses verifikasi dalam pelaksanaan JAMKESMAS, meliputi:

· Pengecekan kebenaran dokumen identitas peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat

· Pengecekan adanya Surat Rujukan dari PPK dan Penerbitan SKP (Surat Keabsahan Peserta), (1 dan 2) Oleh PT Askes.

· Proses memastikan dikeluarkannya data entry rekapitulasi pengajuan klaim oleh petugas RS sesuai dengan format

pengajuan klaim

· Pengecekan kebenaran penulisan paket/diagnosa, prosedur, No. Kode

· Pengecekan kebenaran besar tarif sesuai paket/diagnosa, prosedur, No. Kode

· Pengiriman rekapitulasi pengajuan klaim yang di tanda tangani oleh Direktur RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ke TIM

Pengelola JAMKESMAS Pusat, tembusan Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi/Kabupaten/Kota

· Mengirim laporan rekapitulasi dan realisasi pembayaran klaim RS/BKMM /BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ke Tim Pengelola

Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota

8. Komponen Organisasi

Pengorgannisasian dalam penyelenggaraan jamkesmas terdiri dariTim pengelola dan Tim koordinasi di Pusat, Provinsi, dan

Kabupaten/kota, pelksana verifikasi di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPk) serta PT.Askes (Persero) sebagai pengelola

manajemen kepesertaan.

A. TIM PENGELOLA JAMKESMAS

Tim Pengelola Jamkesmas melaksanakan pengelolaan jaminan kesehatan bagi pe-serta meliputi kegiatan-kegiatan

manajemen kepesertaan, pelayanan, keuangan,perencanaan, SDM, informasi, hukum dan organisasi serta telaah hasil

verifikasi.

Page 11: JAMKESMAS

1. TIM PENGELOLA JAMKESMAS PUSAT

Tim Pengelola Jamkesmas ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan tentangTim Pengelola Jamkesmas Pusat Tahun 2010.

Keberadaan tim ini bersifat inter-nal lintas program Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan membentuk Tim Pengelola

Jamkesmas Pusat terdiri dari Pelindung, Pengarah, dan Pelaksana Teknis. Sebagai Pelindung adalah Menteri Kesehatan

sedangkan Pengarah terdiri daripara Pejabat Eselon I di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal

KementerianKesehatan. Pelaksana Teknis terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Anggota yang ter-diri dari Pejabat Eselon

I, II dan III terkait di Kementerian Kesehatan dan Bidang-Bidang yang terdiri dari Bidang Administrasi Umum, Perencanaan,

SDM, Infor-masi dan Hukor, Bidang Kepesertaan, Bidang Pelayanan Kesehatan, BidangKeuangan, dan Bidang Verifikasi.

Struktur Organisasi Tim Pengelola JAMKESMAS Pusat

I. Pelindung : Menteri Kesehatan RI

II. Pengarah : Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dan para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Kesehatan

III. Pelaksana Teknis :

Ketua : SAM Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat

Wakil Ketua : SAM Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi

Sekretaris : Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Anggota : Pejabat Eselon II dan III terkait

Bidang-Bidang yang meliputi :

1. Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, SDM, Informasi dan Hukor:

terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bidang Administrasi Umum besertaanggota, Ketua Bidang Perencanaan &

Penganggaran beserta anggota,Ketua Bidang SDM beserta anggota, Ketua Bidang Sistem Informasi Mana-jemen & EDP

beserta anggota, Ketua Bidang Hukum & Organisasi besertaanggota.

1. Bidang Kepesertaan:

2. terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bidang Pen-dataan dan Registrasi beserta anggota, Ketua Bidang Penanganan

Keluhandan Advokasi/Sosialisasi beserta anggota.

3. Bidang Pelayanan Kesehatan:

4. terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bi-dang Pelayanan Kesehatan Dasar beserta anggota, Ketua Bidang Pelayan-an

Kesehatan Rujukan beserta angsgota.

5. Bidang Keuangan:

6. terdiri dari Penanggung Jawab, Ketua Bidang Pertang-gungjawaban dan Klaim beserta angggota, Ketua Bidang

Pembayaran be-serta anggota.

7. Bidang Verifikasi:

8. terdiri dari Penanggung Jawab Verifikasi Umum, Pe-nanggung Jawab Verifikasi Teknis, Ketua beserta anggota.

Tugas Tim Pengelola Pusat

Pengarah :

1. merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional dan teknis, pelaksanaanprogram Jaminan Kesehatan    Masyarakat

(Jamkesmas) agar sejalan denganUU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN.

2. melakukan pengawasan dan pembinaan atas kebijakan yang telah ditetap-kan.

3. melakukan sinkronisasi dan koordinasi terkait pengembangan kebijakan.

4. memberi masukan kepada Menteri Kesehatan terkait pelaksanaan program Jamkesmas.

Pelaksana Teknis :

1. merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh peng-arah.

2. menyusun pedoman teknis pelaksanaan, penataan sasaran, penataan sa-rana pelayanan kesehatan (pemberi pelayanan

kesehatan).

3. menyusun dan mengusulkan norma, standar, prosedur dan kriteria dalampenyelenggaraan Jamkesmas kepada pengarah.

Page 12: JAMKESMAS

4. melaksanakan pertemuan berkala dengan pihak terkait dalam rangka koor  dinasi, sinkronisasi dan evaluasi

penyelenggaraan Jamkesmas.

5. Melaksanakan advokasi, sosialisasi, sinkronisasi penyelenggaraan Jamkes-mas.

6. menyusun perencanaan, evaluasi, monitoring dan pengawasan seluruh kegi-atan sesuai dengan kebijakan teknis dan

operasional yang telah ditetapkan.

7. melakukan telaah hasil verifikasi, otorisasi dan realisasi pembayaran klaimdan mengusulkan kebutuhan anggaran

pelayanan kesehatan.

8. membuat laporan hasil penyelenggaraan Jamkesmas kepada pengarah

Bidang            -Bidang :

1. memberikan masukan kepada Tim Pengelola (pengarah dan pelaksana) terkait penyelenggaraan Jamkesmas.

2. menyiapkan dan menyusun pedoman pelaksanaan Jamkesmas sesuai de-ngan arah kebijakan pengarah dan rumusannya.

3. membantu kelancaran administrasi pelaksanaan tugas Tim Pengelola.

4. menyiapkan norma, standar, prosedur dan kriteria penyelenggaraan Jam-kesmas.

5. menyiapkan dan menyusun bahan-bahan bimbingan teknis, monitoring,evaluasi penyelenggaraan Jamkesmas.

6. membantu pengarah dan pelaksana dalam melakukan advokasi, sosialisasi,monitoring dan evaluasi penyelenggaraan

Jamkesmas.

7. melaksanakan pelatihan-pelatihan terkait penyiapan SDM dalam pelaksa-naan Jamkesmas.

8. melakukan analisis aspek kendali biaya dan kendali mutu.

9. membuat laporan secara berkala kepada pengarah dan pelaksana.

2. TIM PENGELOLA JAMKESMAS PROVINSI

Tim pengelola Jamkesmas Provinsi bersifat internal lintas program di DinasKesehatan Provinsi. Jamkesmas merupakan suatu

sistem yang memadukansubsistem pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan, karenaitu dalam

pelaksanaannya sebaiknya Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi meli-batkan berbagai bidang/subdin terkait yang tidak terlepas

dari tugas pokok danfungsi dari masing-masing bidang atau subdin-subdin di Dinas Kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi membentuk Tim Pengelola JamkesmasProvinsi terdiri dari 1 (satu) orang Ketua sebagai Penanggung Jawab

yangdijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi; 1 (satu) orang Sekretaris seba-gai koordinator operasional dijabat oleh

seorang Kasubdin/Kabag/Kabid yangmembidangi pembiayaan/jaminan kesehatan; 2 (dua) orang staf koordinator,yaitu: 1

(satu) orang staf Penanggung Jawab yang membidangi kepesertaan  & pelayanan, dan (satu) orang staf Penanggung Jawab

bidang Administrasi &Keuangan. Stuktur tim ini bersifat minimal, apabila Dinas Kesehatan Provinsiingin memperluas masih

dimungkinkan sepanjang tersedia dana penunjanguntuk mendukung aktifitas Tim Pengelola.

Tugas Tim Pengelola Provinsi :

1. melaksananakan kebijakan yang telah ditetapkan Tim Pengelola Jamkes-mas Pusat.

2. bertanggung jawab dalam pengelolaan manajemen penyelenggaraan Jam-kesmas secara keseluruhan di wilayah kerjanya.

3. mengkoordinasikan manajemen kepesertaan, pelayanan dan administrasikeuangan dalam penyelenggaraan Jamkesmas.

4. Memfasilitasipermasalahan lintas batas.

5. bertindak atas nama Menteri Kesehatan melakukan rekruitmen dan me-nyampaikan usulan pengangkatan, pemindahan

dan pemberhentian tenagaverifikator independen yang bekerja di seluruh PPK jaringan yang berada diprovinsinya atas

usulan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota.

6. melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap unit-unitkerja yang terkait dalam penyelenggaraan

Jamkesmas di wilayah kerjanya.

7. memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan Tim Koordinasi sesuai ke-butuhan dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi,

evaluasi, dan penyelesai-an masalah lintas sektor yang terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmasdi provinsi.

8. membuat laporan secara berkala atas pelaksanaan Jamkesmas di wilayah-nya kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.

9. menangani penyelesaian keluhan dari para pihak.

10. meneruskan hasil rekruitmen PPK dari Dinkes Kabupaten/Kota ke Pusat.

11. memonitor pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Dinas Kesehat-an Kabupaten/Kota dengan PPK yang

menyelenggarakan Jamkesmas diwilayah kerjanya.

Page 13: JAMKESMAS

12. melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap inventaris barang yangtelah diserahkan Kementerian Kesehatan untuk

menunjang pelaksanaanJamkesmas di daerahnya.

13. menyusun dan menyampaikan laporan atas semua hasil pelaksanaan tugaspenyelenggaraan Jamkesmas kepada Tim

Pengelola Jamkesmas Pusat.

3. TIM PENGELOLA JAMKESMAS KABUPATEN/KOTA

Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota bersifat internal lintas program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Jamkesmas

merupakan suatu sistem yang   memadukan subsistem pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan ke-sehatan karena

itu dalam pelaksanaannya sebaiknya Tim pengelola JamkesmasKabupaten/Kota melibatkan berbagai bidang/subdin terkait

yang tidak terlepastugas pokok dan fungsi dari bidang atau subdin-subdin di Dinas Kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota membentuk Tim Pengelola Jamkes-mas Kabupaten/Kota. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota terdiri

dari 1(satu) orang ketua sebagai penanggung jawab yang dijabat oleh Kepala DinasKesehatan Kabupaten/Kota; 1 (satu) orang

sekretaris sebagai koordinator ope-rasional orang dijabat oleh salah seorang kasubdin/kasudit yang

membidangipembiayaan/jaminanan kesehatan; 3 (tiga) orang staf koordinator yang membi-dangi kepesertaan, pelayanan,

administrasi dan keuangan.

Tugas Tim Pengelola Kab/Kota:

a)    bertanggung Jawab mengelola manajemen penyelenggaraan Jamkesmassecara keseluruhan diwilayah kerjanya.

b)   melakukan rekruitmen dan menyampaikan usulan pengangkatan, pemindah-an dan pemberhentian tenaga verifikator

independen yang bekerja di selu-ruh PPK yang berada di kabupaten/kota.

c)    melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap unit-unitkerja yang terkait dalam penyelenggaraan

Jamkesmas diwilayah kerjanya(termasuk pada sarana yankes dasar di puskesmas dan jaringannya danPPK Lanjutan).

d)   memfasilitasi pertemuan secara berkala dengan tim koordinasi sesuai kebu-tuhan dalam rangka review, evaluasi, dan

penyelesaian masalah lintas sek-tor yang terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmas di kabupaten/kota.

e)    mengkoordinasikan manajemen kepesertaan, pelayanan dan administrasikeuangan dalam penyelenggaraan Jamkesmas

di kabupaten/kota.

f)    membentuk tim rekruitmen tenaga verifikator independen serta melakukanpembinaan, pengawasan dan pengendalian

serta mobilisasi tenaga verifika-tor di PPK lanjutan.

g)   menyusun dan menyampaikan laporan atas semua pelaksanaan tugas pe-nyelenggaraan Jamkesmas kepada Tim

Pengelola Jamkesmas Pusat mela-lui Dinas Kesehatan Provinsi setempat.

h)        melakukan pengelolaan kepesertaan yang mencakup pencatatan dan up-dating data kepesertaan di wilayah kerjanya.

i)            menangani penyelesaian keluhan yang belum dapat terselesaikan baik di PPK maupun peserta.

j)            Menyiapkan bahan laporan penyelenggaraan Jamkesmas

k)   memfasilitasi calon PPK baru, yang meliputi: penyiapan rekomendasi ber-dasarkan hasil penilaian kelengkapan dokumen

calon PPK tingkat lanjutyang baru. menyiapkan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan PPK yang me-nyelenggarakan

Jamkesmas di wilayah kerjanya.

l)     Selaku Pembina verifikator independen melakukan pembinaaan dan penga-wasan pelaksanaan kegiatan verifikator

independen di daerahnya, termasukdidalamnya adalah melakukan evaluasi kinerja terhadap kegiatan verifikatorindependen.

m)     melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap inventaris barang yangtelah diserahkan Kementerian Kesehatan

untuk menunjang pelaksanaanJamkesmas di daerahnya.

4. PT. ASKES (PERSERO)

PT. Askes (Persero) atas penugasan Menteri Kesehatan, melaksanakan mana-jemen kepesertaan, yang didukung dengan

jaringan kantor terdiri dari: 1. PT. Askes (Persero) 2. PT. Askes (Persero) Regional 3. PT. Askes (Persero) Cabang dan Area

Asisten Manajer (AAM)

Tugas PT. Askes (Persero):

a. melakukan penatalaksanaan kepesertaan dalam pelayanan kesehatan, me-liputi:

1)      verifikasi peserta Jamkesmas yang memanfaatkan pelayanan di PPKtingkat lanjut; bila terjadi keraguan atas identitas

yang diserahkan pe-serta, petugas PT. Askes (Persero) berkewajiban mengecek kebenaran-nya.

2)      penerbitan Surat Keabsahan Peserta (SKP); kelalaian terhadap pener-bitan SKP sepenuhnya menjadi tanggung jawab

PT. Askes (Persero).

b. melakukan penatalaksanaan organisasi dan manajemen kepesertaan,meliputi:

1)      melakukan penanganan keluhan peserta terkait penugasan manajemenkepesertaan dan rekapitulasi pelaporannya.

Page 14: JAMKESMAS

2)      melakukan telaah utilisasi kepesertaan atas akses pelayanan kesehatandi PPK tingkat lanjut berdasarkan wilayah

kab/kota/provinsi, jenis ke-lamin dan umur per PPK lanjutan secara bulanan dan triwulanan.

3)             melakukan pelaporan hasil telaah utilisasi secara berjenjang ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten /Kota,

Provinsi, dan Pusat.

4)             melakukan koordinasi aktif dalam pelaporan telaah utilisasi dan pena-nganan keluhan peserta dengan Tim

Pengelola Jamkesmas Kabupaten/ Kota/Provinsi.

5)             melakukan pelaporan tahunan atas pelaksanaan tugasnya dalam mana-jemen kepesertaan Jamkesmas yang

mencakup rekapitulasi telaah utili-sasi kepesertaan, aspek manajerial dan aspek akuntabilitas pencapaianprogram, kendala

yang dihadapi dan saran perbaikan.

6)             melakukan pelaporan tahunan atas pelaksanaan tugasnya dalam mana-jemen kepesertaan Jamkesmas yang

mencakup rekapitulasi telaah utili-sasi kepesertaan, aspek manajerial dan aspek akuntabilitas pencapaianprogram, kendala

yang dihadapi dan saran perbaikan.

B. TIM KOORDINASI PROGRAM JAMKESMAS

Tim Koordinasi melaksanakan koordinasi penyelenggaraan Jamkesmas yang meli-batkan lintas sektor dan stakeholder terkait

dalam berbagai kegiatan seperti koordi-nasi, sinkronisasi, pembinaan, pengendalian dan lain-lain.

1. TIM KOORDINASI JAMKESMAS PUSAT

Menteri Kesehatan membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas Pusat terdiri dariPelindung dan Pelaksana yang terdiri dari Ketua

dan Anggota serta Sekretariat.Tim Koordinasi bersifat lintas sektor terkait, diketuai oleh Sekretaris Kemente-rian Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan anggota terdiri dari Pe-jabat Eselon I Kementerian terkait dan unsur lainnya.

Tugas Tim :

1. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

2. Melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi program.

3. Melaksanakan pertemuan berkala dalam rangka evaluasi kebijakan.

4. Mengindentifikasi permasalahan lintas program dan lintas sektor yang ber-sumber dari atau berkaitan dengan kebijakan

program di tingkat pusat sertamenyampaikan hasil penyelesaiannya kepada Tim Pengelola JamkesmasPusat.

5. Melaporkan secara berkala perkembangan hasil keputusan dalam Tim Koor-dinasi kepada Menteri Kesehatan.

2. TIM KOORDINASI PROVINSI

Gubernur membentuk Tim Koordinasi Program Jamkesmas Tingkat Provinsi ter-diri dari Pelindung, Ketua dan Anggota serta

Sekretariat. Tim koordinasi bersifatlintas sektor terkait dalam pelaksanaan program Jamkesmas, diketuai oleh Sek-retaris

Daerah Provinsi dengan anggota terdiri dari Pejabat terkait.

Tugas :

1. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi program JaminanKesehatan Masyarakat di tingkat Provinsi dengan

tetap mengacu pada kebi-jakan pusat

2. Melakukan pembinaan dan pengendalian program Jamkesmas di provinsi.

3. Melaksanakan pertemuan dalam rangka review/evaluasi sesuai kebutuhand.

4. Menyelesaikan permasalahan Jamkesmas yang menyangkut lintas sektor di tingkat provinsi

5. Menggali sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan pelak-sanaan di daerahnya melalui advokasi ke

DPRD, PEMDA, organisasi ke-masyarakatan, swasta/dunia usaha lainnya.

Struktur Tim Koordinasi Jamkesmas Tingkat Provinsi berikut:

Pelindung :Gubernur

Ketua :Sekretaris Daerah

Anggota   :Kadinkes Provinsi

: Asisten Kesra

: Direktur Rumah Sakit

: Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan

: Kepala PT. Askes (Persero) Regional/ Cabang

Sekretariat

Page 15: JAMKESMAS

Ketua : Kasubdin/Kabid yang bertanggung jawab pada program Pem-biayaan dan Jaminan Kesehatan

Staf Sekretariat : 2 orang

3. TIM KOORDINASI KABUPATEN/KOTA

Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kotaterdiri dari Pelindung, Ketua dan Anggota

serta Sekretariat. Tim koordinasi bersifatlintas sektor terkait dalam pelaksanaan program Jamkesmas, diketuai oleh Sekre-taris

Daerah Kabupaten atau Kota dengan anggota terdiri dari Pejabat terkait.

Tugas :

1. Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi Program Jamkes-mas Tingkat Kabupaten/Kota;

2. Melakukan pembinaan dan pengendalian Program Jamkesmas Tingkat Ka-bupaten/Kota;

3. Melaksanakan pertemuan review/evaluasi secara berkala sesuai kebu-tuhan;

4. Menyelesaikan permasalahan Jamkesmas yang menyangkut lintas sektor di tingkat Kabupaten/Kota;

5. Menggali sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan pelak-sanaan di daerahnya melalui advokasi ke

DPRD, PEMDA, organisasi ke-masyarakatan, swasta/dunia usaha lainnya.

Struktur Tim Koordinasi Program Jamkesmas Tingkat Kabupten/Kota berikut :

Pelindung : Bupati/ Walikota Ketua :

Sekretaris Daerah Anggota : Kadinkes

Kabupaten/Kota

:Asisten Kesra

: Direktur Rumah Sakit

: Ketua Komisi DPRD yang membidangi Kesehatan

: Kepala PT. Askes (Persero) Cabang/ AAM

Sekretariat

Ketua : Kasubdin/kabid yang bertanggung jawab program Pembi-ayaan dan Jaminan Kesehatan

Staf Sekretariat : 2 orang

C. PELAKSANA VERIFIKASI

Tenaga Pelaksana Verifikasi adalah tenaga yang memiliki pengetahuan dan ke-mampuan dalam melakukan administrasi klaim

meliputi aspek kepesertaan, pe-layanan kesehatan, keuangan dan mampu melaksanakan tugasnya secara profes-sional serta

telah mengikuti pelatihan.

Prosedur rekrutmen dilakukan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 160/ MENKES/SK/II/2009 tentang Pedoman

Rekrutmen Tenaga Pelaksana VerifikasiDalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagaimanatelah

diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/ XII/2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 160/MEN-KES/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi

DalamPenyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Adapun jumlah tenagapelaksana verifikasi 2010 masih

mengacu pada jumlah tenaga pelaksana verifikasiTahun 2009.

Lingkup-Kerja-Pelaksana-Verifikasi:

1. Melaksanakan verifikasi administrasi kepesertaan;

2. Melaksanakan verifikasi administrasi pelayanan;

3. Melaksanakan verifikasi administrasi keuangan.

Uraian Tugas:

1)      Memastikan kebenaran dokumen identitas peserta program Jamkesmas;

2)      Memastikan adanya Surat Rujukan dari PPK;

3)      Memastikan adanya dokumen Surat Keabsahan Peserta (SKP);

4)      4. Memastikan dikeluarkannya rekap pertanggungjawaban keuangan oleh petu-gas RS sesuai dengan format paket yang

ditetapkan;

5)       Memastikan kebenaran penulisan paket/diagnosa, prosedur, nomor kode;

6)      Memastikan kebenaran besar tarif sesuai paket/diagnosa, prosedur, nomorkode;

7)      Menyimpulkan kelayakan hasil verifikasi;

Page 16: JAMKESMAS

8)      Melakukan rekapitulasi laporan pertanggungjawaban dana PPK lanjutan yangsudah layak bayar;

9)      Menandatangani rekapitulasi laporan pertanggungjawaban dana;

10)  Memastikan Direktur RS/Kepala Balai Kesehatan menandatangani rekapitulasilaporan pertanggungjawaban dana;

11)  Membuat laporan hasil pekerjaan bulanannya kepada Tim Pengelola Kabu-paten/Kota, termasuk absensi kehadiran.

9. Perbaikan Dalam Jamkesmas

Percepatan penyelesaian pendataan sasaran maskin

Percepatan pembayaran klaim  Tim verifikasi independen

Pembayaran langsung ke rekening Pusk & RS

Pemberlakuan paket pelayanan JAMKESMAS di RS

Peningkatan peran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam fungsi pengelola,   koordinasi serta pengawasan &

pengendalian

10. Indikator Keberhasilan Jamkesmas

Input :

●      Ada Tim Koordinasi di tingkat Pusat/Prov/Kab/Kota

●      Adanya sekretariat Pengelola di tingkat Pusat/Prov/Kab/Kota

●      Ada Tim Verifikasi di semua RS

●       Ada Anggaran utk manajemen Operasional

●       Adanya APBD untuk maskin diluar yg ditetapkan Bupati/Walikota

Proses :

●      Adanya Database Kepesertaan 100% di Kab/Kota

●      Tercapainya Distribusi Kartu Peserta JAMKESMAS 100%

●      Tarif Paket Pelayanan JAMKESMAS

●      Klaim tepat waktu

●      Laporan tepat waktu

Output :

●      Peningkatan Cakupan Kepesertaan:

ü  100% Kab/Kota memiliki database peserta

ü  Distribusi Kartu 100%

●      Peningkatan cakupan & mutu pelayanan:

-          Kewajaran Tingkat Kunjungan RJTP & RITP

-          Kewajaran Tingkat Rujukan dr PPK I ke PPK II/III

-          Kewajaran Kunj RJTL

-          Kewajaran Kunj RITL

-          Ketepatan Mekanisme Pembayaran dg Penggunaan Tarif Paket JAMKESMAS di RS

●      Kecepatan Pembayaran Klaim & Limitasi:

-          Klaim diajukan setiap hari Jum’at (setiap minggunya)

-          Pembayarn Klaim selambat-lambatnya 7 hari setelah Tgl Berita Acara Verifikasi di Depkes

-          Peningkatan Transparansi & Akuntabilitas

11. Tugas PT ASKES

1. Tata laksana kepesertaan

●      membuat data base kepesertaan sesuai SK bupati/walikota

●      mendistribusikan database kepesertaan kepada puskemas, RS, dinkes kesehatan propinsi/kab/kota

●      melakukan pencetakan blanko kartu, entry, penerbitan dan distribusi kartu (Rp 1000,-/kartu

●      melakukan advokasi kepada bupati/walikota untuk penetapan sasaran

●      analisis kepesertaan

1. Tatalaksana Pelayanan

●        Melakukan Pre Verifikasi kepesertaan

Page 17: JAMKESMAS

●        Melakukan telaah utilisasi (berdasarkan laporan) bulanan/triwulan

1. Tatalaksana Organisasi & Manajemen :

●        Melakukan penanganan keluhan

●        Melakukan pengolahan dan analisa data kepesertaan

●        Melakukan pelaporan meliputi: kepesertaan dan pemanfaatan pelayanan

12. Tata Laksana Pendanaan

Sumber Dana berasal dari APBN sektor Kesehatan Tahun Anggaran 2008 dan kontribusi APBD.Pemerintah Daerah

berkontribusi dalam menunjangdan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin didaerah masing-

masing. Adapun kontribusi Pemda sebagai berikut:

1. Masyarakat miskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaanJamkesmas;

2. Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008;

3. Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RSKabupaten/Kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya

transportasi rujukkan dari puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggungoleh biaya operasional

Puskesmas;

4. Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan;

5. Pendamping pasien rawat inap; dan

6. Menanggulangi kekurangan dana operasional Puskesmas.

Dana yang digunakan untuk penyelenggaraan Program Jamkesmas merupakan dana bantuan sosial dimana dalam

pembayaran kepada rumahsakit dalam bentuk paket, dengan berdasarkan klaim yang diajukan. Khusus untuk

BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM pembayaran paket disetarakan dengantarif paket pelayanan rawat jalan dan atau rawat inap

rumah sakit dan peserta tidak boleh dikenakan iuran biaya dengan alasan apapun.Dana program dialokasikan untuk

membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen operasional Program Jamkesmas dengan rincian sebagai berikut :

1.Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Pemberi PelayananKesehatan (PPK); dan

2.Dana manajemen operasional.

13. Sumber dan Alokasi Dana Program

1. Sumber

Dana Pelayanan Jamkesmas bersumber dari APBN sektor Kesehatan dan APBD. Pemerintah daerah melalui APBD

berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu

di daerah masing- masing meliputi antara lain:

1. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jamkesmas.

2. Biaya transportasi rujukan dari rumah sakit yang merujuk ke pelayanan kesehatan lanjutan serta biaya pemulangan pasien

menjadi tanggung jawab Pemda asal pasien.

3. Biaya transportasi petugas pendamping pasien yang dirujuk.

4. Dukungan biaya operasional manajemen Tim Koordinasi dan Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi/Kabupaten/Kota.

5. Biaya lain-lain di luar pelayanan kesehatan, sesuai dengan spesifik daerah dapat dilakukan oleh daerahnya.

Adapun dana Operasional Manajemen Tim Pengelola di Provinsi bersumber dari APBN melalui dana dekonsentrasi,

sedangkan untuk Tim Pengelola Kabupaten/Kota bersumber dari APBN melalui dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

2. Alokasi

Besaran alokasi dana pelayanan Jamkesmas di pelayanan dasar untuk setiap kabupaten/kota dan pelayanan rujukan untuk

rumah sakit/balkesmas ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan.

LINGKUP PENDANAAN

Pendanaan Jamkesmas terdiri dari:

1. Dana Pelayanan Kesehatan

Page 18: JAMKESMAS

Adalah dana yang langsung diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan di FASKES Tingkat Pertama dan FASKES Tingkat

Lanjutan. Dana Pelayanan Kesehatan bagi peserta Jamkesmas meliputi seluruh pelayanan kesehatan di:

a. puskesmas dan jaringannya untuk pelayanan kesehatan dasar.

b. rumah sakit pemerintah/swasta termasuk RS khusus, TNI/POLRI, balkesmas untuk pelayanan kesehatan rujukan.

2. Dana Operasional Manajemen

Adalah dana yang diperuntukkan untuk operasional manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK

Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menunjang program Jamkesmas.

a. Operasional Manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Pusat

Dana Operasional Manajemen Tim pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas Pusat adalah dana APBN yang dialokasikan

melalui DIPA Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Setjen Kementerian Kesehatan RI, dana tersebut dipergunakan

untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Administrasi kepesertaan

2) Koordinasi Pelaksanaan dan Pembinaan program

3) Advokasi, Sosialisasi

4) Bimbingan Teknis

5) Pelatihan Petugas Coder dan Klaim RS, Verifikator Independen

6) Pertemuan evaluasi program Jamkesmas

7) Kajian dan survei

 Pembayaran honor dan operasional

9) Perencanaan dan pengembangan program

10)Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas

11)Pengembangan dan Pemantapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),

Software Jamkesmas

12)Penanganan pengaduan masyarakat

b. Operasional Manajemen Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Provinsi/Kabupaten/Kota

Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Provinsi/Kabupaten/Kota adalah dana operasional yang

bersumber dari APBN dan disediakan melalui dana dekonsentrasi, tugas pembantuan (TP) dan kontribusi dana APBD, yang

penggunaannya untuk kegiatan-kegiatan antara lain:

1) Pembayaran honorarium tim pengelola Provinsi/Kabupaten/Kota

2) Operasional Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Provinsi/Kabupaten/kota

3) Koordinasi Pelaksanaan, Konsultasi dan Pembinaan program

4) Sosialisasi program bagi stakeholder dan melalui media

5) Evaluasi program di Provinsi/Kabupaten/Kota

6)Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas dan BOK di Provinsi/Kabupaten/Kota

PENYALURAN DANA

1. DANA PELAYANAN KESEHATAN

a. PUSKESMAS

1)   Dana pelayanan kesehatan program Jamkesmas di puskesmas terintegrasi secara utuh dengan dana jaminan persalinan

dan disalurkan secara langsung dari rekening kas negara ke rekening giro atas nama Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.

2)   Penyaluran dana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dilakukan secara bertahap berdasarkan Surat Keputusan Direktur

Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan yang mencantumkan, alokasi, rekening Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, dan besaran dana yang diterima.

3)   Pengaturan lebih rinci tentang penyaluran, pemanfaatan dan Apabila terjadi kekurangan dana pelayanan kesehatan pada

akhir tahun anggaran, akan diperhitungkan dan dibayarkan pada tahun berikutnya. Sebaliknya bila terjadi kelebihan dana

pelayanan kesehatan pada akhir tahun anggaran, maka dana tersebut menjadi sumber dana pelayanan kesehatan tahun

berikutnya. Dana Jamkesmas yang disalurkan ke Rekening FASKES Lanjutan sebelum dipertanggungjawabkan dengan

mekanisme INA-CBG’s belum menjadi pendapatan FASKES Lanjutan, karena masih merupakan dana masyarakat (sasaran),

jadi tidak dapat dicairkan Bunga Bank/Jasa Giro yang terdapat pada Rekening FASKES Lanjutan dan dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bersumber dari Dana Jamkesmas harus disetor ke Kas Negara melalui KPPN setempat (contoh Fomat

Setoran Bunga Bank/Jasa Giro ke kas Negara terlampir pada Formulir

4)   pertanggung jawaban dana di puskesmas dan jaringannya di atur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis tersendiri melalui

Peraturan Menteri Kesehatan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pedoman pelaksanaan Jamkesmas.

Page 19: JAMKESMAS

5)   Pengaturan lebih rinci dana jaminan persalinan di FASKES tingkat pertama akan diatur dalam Petunjuk Teknis tersendiri

(Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan).

b. RUMAH SAKIT/BALKESMAS

1)      Dana pelayanan kesehatan program Jamkesmas di FASKES Lanjutan terintegrasi secara utuh dengan dana jaminan

persalinan dan disalurkan secara langsung dari rekening kas negara ke rekening FASKES lanjutan melalui Bank. Penyaluran

dana dilakukan secara bertahap.

2)      Penyaluran Dana Pelayanan ke FASKES Lanjutan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI yang

mencantumkan Nama FASKES Lanjutan, besaran dana yang diterima.

3)      Perkiraan besaran dana yang disalurkan untuk pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan perhitungan atas laporan

pertanggung jawaban dana PPK Lanjutan.

4)      Pengaturan lebih rinci dana jaminan persalinan di FASKES lanjutan akan diatur dalam Petunjuk Teknis tersendiri

(Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan).

2. DANA OPERASIONAL MANAJEMEN

Dana operasional manajemen yang bersumber dari APBN untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan Jamkesmas bagi

Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK di kabupaten/kota penyalurannya mengikuti aturan dan ketentuan dana dekonsentrasi

dan tugas pembantuan.

Pengelolaan Dana (Penerimaan, Pencairan/Pembayaran, Pemanfaatan, Dan Pertanggungjawaban)

1. DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

a. Dana Pelayanan Kesehatan

1) Penerimaan

Dalam persiapan awal Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk dan menetapkan salah satu anggota Tim Pengelola

Jamkesmas dan BOK sebagai penanggung jawab yang akan mengelola dana Jamkesmas dan Jampersal. Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota segera membuka rekening giro khusus untuk menerima dana Jamkesmas dan Jampersal. Penanggung jawab

keuangan mencatat semua penerimaan dana Jamkesmas yang telah disalurkan dari Pusat.

2) Pembayaran

1. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota membuat inventarisasi POA dan klaim yang diajukan oleh

puskesmas serta rencana pencairan dana pelayanan kesehatan.

2. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota melakukan telaah dan verifikasi terhadap; (a) POA dan Klaim yang

diajukan oleh puskesmas, (b) Klaim yang diajukan faskes/tenaga kesehatan swasta.

3. Pembayaran atas klaim-klaim sebagaimana dimaksud pada butir a) dan b) dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi yang

dilakukan Tim Pengelola Jamkesmas & BOK Kabupaten/Kota.

4. Verifikasi klaim yang dilakukan Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota mencakup:

1. Kesesuaian realisasi pelayanan dan besaran tarif jampersal/tarif perda yang digunakan disertai bukti pendukungnya.

2. Pengecekan klaim dari FASKES yang memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas serta faskes/tenaga

kesehatan swasta yang memberikan pelayanan Jaminan Persalinan beserta bukti pendukungnya.

3. Melakukan kunjungan ke lapangan untuk pengecekan kesesuaian dengan kondisi sebenarnya bila diperlukan.

4. Memberikan rekomendasi dan laporan pertanggungjawaban atas klaim-klaim tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan

setiap bulan yang akan dijadikan laporan pertanggungjawaban keuangan ke Pusat.

3) Pertanggungjawaban

1. Penanggung jawab keuangan sebagai pengelola keuangan yang ditunjuk harus memiliki buku catatan kas keluar/masuk

untuk mencatat setiap uang masuk dan keluar dari kas yang terpisah dengan sumber pembiayaan yang lain, dan

pembukuan terbuka bagi pengawas intern (Inspektorat Jenderal Kemkes dan BPKP) maupun ekstern (BPK) setelah

memperoleh izin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Seluruh berkas dan bukti-bukti:

1. Kwitansi pembayaran klaim dana pelayanan Jamkesmas ke puskesmas.

2. POA dan Klaim pelayanan Jamkesmas beserta bukti pendukung dari puskesmas.

Page 20: JAMKESMAS

3. Klaim pelayanan persalinan dari faskes/tenaga kesehatan swasta. Disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai

dokumen pertanggung jawaban yang akan diaudit kemudian oleh Aparat Pengawas Fungsional (APF).

4. Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota membuat dan mengirimkan Laporan Rekapitulasi Realisasi

Penggunaan

Dana pelayanan Jamkesmas dan Jampersal yang telah dibayarkan ke puskesmas dan FASKES/Tenaga Kesehatan swasta

(Format Terlampir dalam Formulir 5).

b. Dana Operasional Manajemen

Pengelolaan dana operasional manajemen oleh Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK kabupaten/kota mengikuti sesuai

ketentuan yang APBN yang berlaku.

2. PUSKESMAS

a. Pencairan/Pembayaran

1)   Puskesmas membuat Plan Of Action (POA) sebagai acuan rencana kerja puskesmas dan jaringannya dalam pemberian

pelayanan kesehatan perorangan peserta Jamkesmas baik di dalam maupun di luar gedung. POA tersebut telah dibahas dan

disepakati sebelumnya melalui forum lokakarya mini puskesmas. POA dibuat secara terpadu untuk ketiga kegiatan

(Jamkesmas, Jampersal dan BOK, Contoh Form Terlampir pada Formulir 6) dan pengusulan POA tersebut dapat dilakukan

perbulanan. Pencairan dana dapat dilakukan perbulanan, perdua bulanan atau pertiga bulanan disesuaikan kebijakan kepala

Dinas Kesehatan setempat dengan mempertimbangkan letak geografis dan kesulitan-kesulitan puskesmas.

2)   Pencairan dan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang telah

dikeluarkan didasarkan pada:

1. POA dan Klaim dari puskesmas

2. Klaim dari Faskes/tenaga kesehatan swasta

b. Pemanfaatan

1. Pemanfaatan dana Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya dapat digunakan untuk membayar:

a. Pelayanan Rawat Jalan tingkat primer

b. Pelayanan Rawat Inap

c. Pertolongan persalinan

d. Pelayanan Spesialistik

e. Transport rujukan (untuk pasien Jampersal transport rujukan dari Faskes tingkat pertama ke tingkat lanjutan menggunakan

dana BOK)

1. Dana Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya tidak dapat dimanfaatkan untuk operasional Pelayanan Kesehatan Luar

Gedung karena akan didanai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

2. Biaya pelayanan kesehatan di puskesmas mengacu pada Perda Tarif yang berlaku di daerah tersebut. Apabila dalam

Perda Tarif tersebut tidak mengatur tentang tarif atas jenis pelayanan yang diberikan maka dapat dibuatkan Surat

Keputusan Bupati/Walikota berdasarkan usulan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Khusus untuk pelayanan dalam

Jampersal menggunakan tarif yang ditetapkan dalam Juknis Jampersal.

3. Dana yang telah menjadi pendapatan puskesmas pembagiannya dapat diatur oleh Bupati atau Walikota melalui usulan

kepala Dinas Kesehatan setempat disesuaikan dengan pengaturan yang telah atau akan diberlakukan di daerah tersebut.

Pengaturan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa pilihan sebagai berikut:

a) Pilihan pertama:

Pendapatan puskemas tersebut masih bersifat bruto dan dapat langsung dibayarkan untuk jasa pelayanan kesehatan dan

sisanya (setelah dibayarkan jasa pelayanan) dapat disetorkan ke Kantor Kas daerah sebagai pendapatan netto (setelah

dipotong Jasa pelayanan). Pendapatan bruto dan bersih (netto) keduanya dilaporkan secara utuh kepada kantor kas daerah

untuk dicatat. Sisa dana pada rekening dinas kesehatan kabupaten/kota yang tidak digunakan dan/atau tidak tersalurkan

sampai dengan akhir tahun anggaran harus disetor ke kas negara (Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-

21/PB/2011 tentang Petunjuk Pencairan Dana Jaminan Kesehatan Masyarakat, terlampir)

b) Pilihan kedua :

Page 21: JAMKESMAS

Pendapatan puskesmas tersebut seluruhnya dilaporkan kepada kantor kas daerah (tidak secara fisik) untuk dicatat dan dana

tersebut dapat digunakan langsung untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan keperluan kegiatan-kegiatan lainnya.

c) Pilihan ketiga :

Dana hasil pendapatan puskesmas tersebut disetorkan dan tercatat di kantor kas daerah sebagai pendapatan puskesmas,

tetapi dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan dana tersebut dikembalikan untuk membayar jasa pelayanan kesehatan dan

kegiatan lainnya.

d) Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud huruf (a),(b), dan (c),   dibayarkan sebesar minimal 50% dari

pendapatan pelayanan kesehatan dasar program Jamkesmas dan minimal 75% untuk jasa tenaga kesehatan penolong

persalinan.

5)  Pengaturan sebagaimana dimaksud pada angka empat (4) diatur melalui peraturan Bupati/Walikota atas usul Kepala Dinas

Kesehatan yang didasari atas surat keputusan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk teknis pelaksanaan ini.

6)  Dana yang telah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan swasta (yang bekerjasama) sepenuhnya menjadi pendapatan

fasilitas tersebut, termasuk Bidan Praktik, Dokter Praktik, Klinik Bersalin, dan sebagainya.

c. Pertanggungjawaban

1. Pertanggungjawaban dana Jamkesmas yang diterima puskesmas untuk pelayanan kesehatan dasar dan jaminan

persalinan oleh Faskes/Tenaga Kesehatan Swasta menggunakan mekanisme klaim (Format terlampir pada Formulir 7 dan

Formulir 

2. Pengaturan lebih rinci tentang pengelolaan dana Jamkesmas di pelayanan dasar akan diatur dalam Petunjuk Teknis

tersendiri.

3. RUMAH SAKIT/BALKESMAS

a. Pertanggungjawaban

1)      FASKES Lanjutan membuat pertanggungjawaban Dana pelayanan kesehatan dengan menggunakan Software INA-

CBG’s. Tarif balkesmas dalam implementasi INA-CBG’s disetarakan dengan RS kelas C/D dan RS yang belum mempunyai

penetapan kelas ditetapkan setara dengan kelas C/D. Pada RS khusus yang melayani pelayanan kesehatan umum, maka

diberlakukan dua tarif INA-CBG’s sesuai dengan penetapan kelas oleh Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan

2)      Selanjutnya pertanggungjawaban tersebut akan diverifikasi oleh Verifikator Independen dengan menggunakan Software

verifikasi Klaim Jamkesmas.

3)      Setelah verifikasi dinyatakan layak oleh Verifikator Independen, selanjutnya pertanggungjawaban tersebut ditandatangani

oleh Direktur Rumah Sakit/Kepala Balai Kesehatan Masyarakat dan Verifikator Independen.

4)      Pertanggungjawaban dana Jamkesmas di FASKES lanjutan menjadi sah setelah mendapat persetujuan dan

ditandatangani Direktur/Kepala PPK lanjutan dan Verifikator Independen.

5)      Selanjutnya PPK lanjutan mengirimkan secara resmi laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas dalam bentuk hard

copy yaitu form 1C, 2C, 3, dan koreksi (Formulir 9 ) serta soft copy dalam satu CD yang memuat (1) file txt INA-CBG’s; (2) file

txt administrasi klaim; (3) Raw data VI kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dan tembusan kepada Tim Pengelola

Jamkesmas Kabupaten/kota dan Provinsi berupa hardcopy form 3 sebagai bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

6)      Pertanggungjawaban dana yang diterima oleh Tim Pengelola Jamkesmas Pusat akan dilakukan telaah dan selanjutnya

diberikan umpan balik sebagai upaya pembinaan.

7)      Pelaporan pertanggungjawaban dana disertai dengan hasil kinerja atas pelayanan kesehatan di PPK lanjutan meliputi

kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), kunjungan kasus Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), disertai dengan

karakteristik pasien, sepuluh penyakit terbanyak dan sepuluh penyakit dengan biaya termahal. Pertanggungjawaban dana

Jamkesmas untuk Rumah Sakit khusus jiwa menggunakan ketentuan sebagai berikut:

- Termin 1 hari 1 – hari 35 = Tarif INA-CBGs

- Termin 2 hari 36 – hari 103 = Rp. 90.000,-

- Termin 3 hari 104 – hari 180 = Rp. 45.000,-

Sedangkan untuk Rumah Sakit khusus kusta menggunakan ketentuan:

- Termin 1 hari 1 – hari 35 = Tarif INA-CBGs

- Termin 2 hari 36 – hari 103 = Rp. 50.000,-

- Termin 3 hari 104 – hari 180 = Rp. 25.000,– 34 -

b. Pencairan Dan Pemanfaatan

Page 22: JAMKESMAS

1)      Dengan telah ditandatanganinya pertanggungjawaban dana oleh Direktur FASKES Lanjutan/Kepala Balai dan Verifikator

Independen, maka FASKES Lanjutan sudah dapat mencairkan dana pelayanan kesehatan tersebut dengan batas pencairan

sejumlah dana yang dipertanggungjawabkan.

2)      Dana yang sudah dicairkan, bagi RS Daerah yang belum berstatus BLUD, pengelolaan dan pemanfaatannya diserahkan

kepada mekanisme daerah. Apabila terjadi selisih positif (surplus) yang disebabkan tarif perda setempat lebih rendah dari

pendapatan klaim Jamkesmas maka pengaturan selisih dana yang ada diatur oleh kebijakan daerah seperti SK

Gubernur/Bupati/Walikota. Untuk RS Daerah dan Vertikal yang berstatus BLU/BLUD, mengikuti ketentuan BLU/BLUD. Dan

untuk RS Swasta mengikuti ketentuan yang berlaku di RS tersebut.

3)      Pemanfaatan atas dana luncuran yang telah menjadi hasil kinerja pelayanan kesehatan sebagai penerimaan/pendapatan

atas klaim pelayanan, dapat digunakan sesuai kebutuhan dan ketentuan masing-masing, antara lain jasa medis/jasa

pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan bahan medis habis pakai, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah dan

administrasi pendukung lainnya. Khusus untuk belanja investasi; misalnya untuk rehabilitasi atau pembangunan dan perluasan

gedung, harus mendapat persetujuan kepala Dinas Kesehatan Provinsi bagi RS Daerah dan persetujuan dari Ditjen Bina

Upaya Kesehatan untuk RS Vertikal.

4)      Seluruh berkas dokumen pertanggungjawaban dana disimpan oleh RS, dan akan diaudit kemudian oleh Aparat

Pengawas Fungsional (APF).

Dana program dialokasikan untuk membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen operasional program

JAMKESMAS dengan rincian sebagai berikut :

1. Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di:

a. Puskesmas dan jaringannya,

b. Rumah Sakit,

c. Rumah Sakit Khusus

d. Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM),

e. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM),

f. Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM),

g. Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4),

h. Balai Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM).

2. Dana manajemen operasional:

a. Administrasi kepesertaan,

b. Koordinasi Pelaksanaan dan Pembinaan program,

c. Advokasi, Sosialisasi,

d. Rekruitmen dan Pelatihan,

e. Monitoring dan Evaluasi Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat,

f. Kajian dan survey,

g. Pembayaran honor, investasi dan operasional,

h. Perencanaan dan pengembangan program,

i. SIM Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).

14. Ketentuan Umum

Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS,  yang

terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah sasaran peserta Program JAMKESMAS

tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat

Statistik(BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI

(Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota.Jumlah

sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota

sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta JAMKESMAS Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi

nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta JAMKESMAS  yang

ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab  Pemda setempat.

Bagi Kabupaten/kota yang telah menetapkan peserta JAMKESMAS lengkap dengan nama dan alamat peserta serta  jumlah

peserta JAMKESMAS yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy)

dan dokumen cetak (hard copy) kepada :

a. PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di distribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan

pelaporan.

Page 23: JAMKESMAS

b. Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta JAMKESMAS yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan

pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan analisis.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota  atau Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota setempat sebagai  bahan pembinaan,

monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan analisis.

d. Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola JAMKESMAS Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan,

pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

e. Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat,

pembayaran klaim Rumah Sakit,  pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan jumlah dan nama masyarakat miskin (no, nama dan alamat), selama

proses penerbitan distribusikartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih

berlaku  sepanjang yang bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Bagi

Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan

waktu sampai dengan  akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan penerbitan dan

pendistribusian kartu peserta, maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila sampai batas waktu tersebut

pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka  terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan

pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Pada

tahun 2008 dilakukan penerbitan  kartu peserta JAMKESMAS baru yang pencetakan blanko, entry data, penerbitan dan

distribusi kartu sampai ke peserta menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero).  Setelah peserta menerima kartu baru maka

kartu lama yang diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari

peserta. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar, yang

karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Surat Keputusan Bupati/walikota,  akan dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero)

dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan kartunya. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta JAMKESMAS langsung

menjadi peserta baru.

15. Dasar Hukum

Program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanat Pasal 28 H ayat (1)UUD Negara RI Tahun 1945, yang menyatakan bahwa

” Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (3) UUD Negara RI Tahun1945

dinyatakan bahwa “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum

yang layak.”

5 Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas adalah:

ü UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

ü UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;

ü UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008;.

ü UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

ü UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

16. Kepesertaan Jamkesmas

Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidakmampu yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak

mendapatkan pelayanankesehatan. Jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin(RTM) atau sekitar 76,4

juta jiwa. Jumlah tersebut berdasarkan data BadanPusat Statistik (BPS) tahun 2006, yang dijadikan dasar penetapan

jumlahsasaran peserta secara nasional oleh Menkes. Berdasarkan Jumlah SasaranNasional tersebut Menkes membagi

alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota.Bupati/Walikota wajib menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalamsatuan

jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk KeputusanBupati/Walikota.Administrasi kepesertaan Jamkesmas

meliputi: registrasi, penerbitandan pendistribusian kartu kepada peserta. Untuk administrasi kepesertaan

Depkes menunjuk PT Askes (Persero), dengan kewajiban melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. 1.      Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry olehPT Askes (Persero) untuk menjadi

database kepesertaan diKabupaten/Kota;

2. Entry data setiap peserta;

3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dandidistribusikan kepada peserta;

4. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak,mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan

tanda terima yangditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta; dan

Page 24: JAMKESMAS

5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepadaBupati/Walikota, Gubernur, Depkes, Dinas

Kesehatan (Dinkes) Provinsi danKabupaten/Kota serta rumah sakit setempat.

17. Kebijakan Umum Jamkesmas

-        Sasaran jamkesmas diperuntukan bagi seluruh masyarakat miskin tidak mampu, dengan demikian seluruh anggota PKH

(Program Keluarga Harapan) masuk dalam jamkesmas

-        Kebijakan jamkesmas 2011 dikembangkan jaminan persalinan bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki

jaminan persalinan), dengan demikian seluruh ibu dari anggota PKH ditanggung persalinanya (paket lengkap ANC 4x,

persalinan dan PNC 3x, dan pelayanan KB)

-        Untuk membantu kelancaran operasional puskesmas dikeluarkan kebijakan bantuan operasional kesehatan (BOK)

-        Jaminan persalinan lanjutan (tidak dapat ditangani dipelayanan dasar), dirujuk di rumah sakit dan menjadi satu kesatuan

dengan pelaksanaan jamkesmas di RS yang sudah berjalan selama ini

-        Penerima dana untuk jamkesmas yankesdas, jaminan persalinan dan BOK dilokuskan di kabupaten/kota, tidak

diluncurkan ke puskesmas

-        Jamkesmas di Yankesdas dikelola oleh TIM pengelola kabupaten/kota

18. Kriteria Pencapaian

Seluruh Peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dapat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan

Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2009.

A. Ketentuan Umum

1)      Setiap peserta JAMKESMAS mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasarmeliputi: pelayanan kesehatan rawat

jalan tingkat pertama (RJTP) dan rawat inap tingkat pertama (RITP), pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL),

rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.

2)      Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh

(komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik, bukan berupa uang tunai.

3)      Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan terstruktur dan pelayanan berjenjang berdasarkan

rujukan.

4)      Pelayanan kesehatan dasar (rawat jalan tingkat pertama dan rawat inap tingkat pertama) diberikan di Puskesmas dan

jaringannya. Khusus untuk persalinan normal dapat juga dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten (praktek dokter

dan bidan swasta) dan biayanya diklaimkan ke Puskesmas setempat.

5)      Pelayanan tingkat lanjut (rawat jalan dan rawat inap) berdasarkan rujukan, diberikan di PPK Jaringan JAMKESMAS

(BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM, Rumah Sakit pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta).   Pelayanan

Rawat Inap diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga).

6)      Pada RS khusus yang juga melayani pasien umum, penetapan kelasnya akan ditentukan kemudian berdasarkan surat

edaran.

7)      Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan wajib memberikan pelayanan

penanganan pertama keadaan gawat darurat kepada peserta JAMKESMAS walaupun tidak sebagai PPK jaringan

JAMKESMAS sebagai bagian dari fungsi sosial PPK. Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan PPK

JAMKESMAS untuk penanganan lebih lanjut.

8)      Untuk mendapat pelayanan, status kepesertaan harus ditetapkan sejak awal dgn merujuk pada kartu peserta ataupun

database kepesertaan (bagipeserta yang terdapat dalam SK Bupati/Walikota) ataupun surat keterangan/rekomendasi dari

Dinas Sosial bagi gelandangan pengemis,anak dan orang terlantar serta kartu PKH bagi peserta PKH yang belum mempunyai

kartu JAMKESMAS.

9)      Pemberian pelayanan kepada peserta oleh PPK harus dilakukan secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip

kendali biaya dan kendali mutu.

19. Prosedur Pelayanan

1. Pelayanan Kesehatan Dasar Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, peserta

harus menunjukkan kartu JAMKESMAS atau surat keterangan/rekomendasi Dinas Sosial setempat (bagi gelandangan,

pengemis, anak dan orang terlantar) atau kartu PKH bagi peserta PKH yang belum memiliki kartu JAMKESMAS.

(Mekanisme pelayanan kesehatan dasar lebih lanjut diatur dalam juknis tersendiri)

2. Pelayanan Tingkat Lanjut

Page 25: JAMKESMAS

1. Peserta JAMKESMAS yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjut (RJTL dan RITL), dirujuk dari Puskesmas dan

jaringannya ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut disertai kartu peserta JAMKESMAS atau surat/kartu lainnya

sebagaimana dimaksud pada butir 1(satu) dan surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan

kesehatan. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan.

2. Kartu peserta JAMKESMAS atau surat/kartu lainnya sebagaimana dimaksud pada butir 1 (satu) diatas dan surat rujukan

dari Puskesmas dibawa ke loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi

kebenaran dan kelengkapannya untuk selanjutnya dikeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya

memperoleh pelayanan kesehatan.

3. Bayi-bayi yang terlahir dari keluarga peserta JAMKESMAS secara otomatis menjadi peserta dengan merujuk pada kartu

orang tuanya. Bila bayi memerlukan

4. pelayanan dapat langsung diberikan dengan menggunakan identitas kepesertaan orang tuanya dan dilampirkan surat kenal

lahir dan kartu Keluarga orang tuanya. Pelayanan persalinan normal dibayarkan secara paket baikibu maupun bayinya,

akan tetapi apabila bayi mempunyai kelainan dan memerlukan pelayanan khusus dapat diklaimkan terpisah sesuai

diagnosanya.

5. Bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar dapat mengakse pelayanan walaupun tanpa kepemilikan kartu

JAMKESMAS dengan menunjukan surat keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial setempat yang menerangkan bahwa

yang bersangkutan warga terlantar dan tidak mampu.

6. Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana diatas meliputi :

-          Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM.

-          Pelayanan lanjutan yang dilakukan pada BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM bersifat pasif (dalam gedung) sebagai PPK

penerima rujukan

-          Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan pindah kelas atas permintaannya.

-          Pelayanan obat-obatan

-          Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik lainnya

1. Untuk kasus khronis tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama, surat rujukan dapat berlaku

selama 1 bulan (seperti, Diabetes Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan jiwa dan kasus pengobatan

paru, surat rujukan dapat berlaku s/d 3 bulan.

2. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah dilengkapi surat rujukan dari RS yang merujuk, copy kartu peserta

atau surat keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial (bagi gelandangan pengemis, anak dan orang terlantar) serta kartu

PKH bagi peserta PKH yang belum mempunyai kartu JAMKESMAS serta surat pengantar dari petugas yang memverifikasi

kepesertaan. Pada kasus-kasus rujukan antar daerah, petugas yang memverifikasi kepesertaan pada RS rujukan dapat

melakukan konfirmasi ke database kepesertaan melalui petugas PT Askes(Persero) tempat asal pasien.

3. Pada keadaan gawat darurat, apabila setelah penanganan kegawatdaruratannya peserta memerlukan rawat inap dan

identitas kepesertaanya belum lengkap, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk melengkapinya

atau status kepesertaannya dapat merujuk pada data base kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT Askes (Persero).

4. Pelayanan obat di Rumah Sakit dengan ketentuan sebagai berikut :

-          Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit

bertanggung jawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan INADRG, agar

terjadi efisiensi pelayanan, pemberian obat didorong agar menggunakan Formularium obat JAMKESMAS di rumah sakit.

-          Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat sebagaimana butir 1) diatas maka Rumah Sakit berkewajiban

memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

-          Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 (tiga) hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat

diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan medis. Pemberian obat dilakukan dengan efisien dan mengacu

pada clinical pathway.

1. Pemberlakuan INA-DRG bagi seluruh PPK lanjutan sebagai dasar pertanggungjawaban/ klaim sejak 1 Januari 2009.

Pemberlakuan INADRG tersebut memerlukan persiapan perangkat keras, perangkat lunak dan sumber daya manusia

(SDM)

2. Pelayanan kesehatan RJTL di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan di Rumah Sakit, dan pelayanan RITL di Rumah Sakit

dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan

Page 26: JAMKESMAS

menurut INA-DRG. Dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa yang tepat sesuai ICD-10 dan ICD-9 CM sebagai

dasar penetapan kod INA-DRG. Dokter penanggung jawab harus menuliskan nama dengan jelas serta menandatangani

berkas pemeriksaan (resume medik).

3. Apabila dalam proses pelayanan terdapat diagnosa penyakit/prosedur yang belum tercantum baik kode maupun tarifnya

dalam Tarif Paket INADRG (ungroupable), maka Balai-Balai Kesehatan/RS melaporkannya ke Center for Casemix/Ditjen

Bina pelayanan Medik untuk dilakukan penetapannya. Pengaturan khusus untuk pelaksanaan INA-DRG dilakukan dengan

petunjuk teknis khusus.

4. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3 menurut kode INA-DRG maka disamping

harus dilengkapi butir k) diatas juga harus mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau

Supervisor yang ditunjuk untuk dan yang diberi tanggung jawab oleh RS.

5. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap melalui instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim

menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG dengan jenis pelayanan rawat inap.

6. Pasien yang datang ke 2 (dua) atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosa akan tetapi diagnosa

tersebut merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode INA-DRG.

7. Pasien yang datang ke 2 (dua) atau lebih instalasi rawat jalan dengan kasus yang bukan merupakan diagnosa sekunder

dari diagnose utamanya dapat diklaimkan menurut diagnosa masing-masing. Setiap pasien yang datang untuk kontrol

ulang instalasi rawat jalan, diagnosa utamanya menggunakan kode Z.

8. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk menjamin ketersediaan Alat Medis Habis pakai

(AMHP), obat dan darah

9. Untuk menjamin ketersediaan dan harga obat /vaksin/serum di pusat dan daerah serta di Balai-Balai dan RS, dilakukan

kesepakatan kerja sama antara Menkes dan Konsorsium BUMN Farmasi. RS dan balai- Balai Kesehatan

menindaklanjutinya dengan kerjasama teknis dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama

tersebut

10. Pelayanan RS diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost effective agar biaya pelayanan seimbang dengan

tarif INA-DRG.Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur biaya oleh PPK dengan

alasan apapun.

Disusun Oleh:

Anggit Tinarbuka AW

Apriliana Susilowati

Arcindy Iswanty

Ari Andang Pratiwi

Hamida Harapan

Desi Arumawati

Nurheny Agustina

Harinda Wina Y

Tyas Destiana

BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011

Daftar Pustaka

Anonim.__.Prosedur Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jamkesmas.Pekalongan : Dinkes (Diunduh tanggal 6 Juni 2011).

Diunduh dari : http://www.artapijar.com/kesehatan/images/jamkesmas.pdf

Kementerian Kesehatan R.I. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2010. Jakarta 2010.

Anonim. Masih Banyak Warga Yang Belum Tersentuh Jamkesmas. 2009. Diakses dari

halamanhttp://berita.liputan6.com/sosbud/200912/255677/masih_banyak_warga_belum_tersentuh_jamkesmas.htm

Anonim. Sasaran Jamkesmas Diperluas. 2009. Diakses dari halamanhttp://www.jatengprov.go.id/?document_srl=3273

Anonim. Kepesertaan Jamkesmas Diperluas. 2010. Diakses dari halamanhttp://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-

release/801-kepesertaan-jamkesmas-diperluas.html

Page 27: JAMKESMAS

Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) 2008. [online]http://cianjurkab.go.id/content/static/pdf/jamkesmas.pdf [diakses tanggal 30 Juni 2011]

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) 2010.

Jakarta: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. 2010.

http://bukanpinokio.blogspot.com/2011/12/jamkesmas-jaminan-kesehatan-masyarakat.html