JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

72
PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP RISIKO SISTEMATIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEJ Lisa Kartikasari SE., M.Si., Akuntan ANALISIS KORELASI INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP RETURN SAHAM PADA SAAT PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN Agustina M.V Norpratiwi, SE., M.Si. MODEL PENDETEKSIAN MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN PUBLIK DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERBANKAN Dra. Rahmawati, M.Si., Akuntan HUBUNGAN SINYAL-SINYAL FUNDAMENTAL DENGAN HARGA SAHAM Sherly Friska Dewi, SE., M.Si. Dr. Eko Widodo Lo, SE., M.Si., Akuntan ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD): KASUS APBD KABUPATEN SLEMAN DAN KULONPROGO TAHUN 2004 DAN 2005 Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si. HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIC RELATIONS DENGAN EFEKNYA DALAM KINERJA (Studi Hubungan antara Sikap terhadap Penerapan Budaya Korporat dan Perilaku Penerapan Budaya Korporat dengan Efeknya dalam Kinerja Pejabat Public Relations Perbankan Swasta Nasional Anggota Perbanas) Dr. Anto Suranto, M.Si. VOLUME XVIII, NOMOR 1, APRIL 2007

Transcript of JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

Page 1: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP RISIKO SISTEMATIKPADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEJ

Lisa Kartikasari SE., M.Si., Akuntan

ANALISIS KORELASI INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP RETURN SAHAM PADA SAAT PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

Agustina M.V Norpratiwi, SE., M.Si.

MODEL PENDETEKSIAN MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN PUBLIKDI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERBANKAN

Dra. Rahmawati, M.Si., Akuntan

HUBUNGAN SINYAL-SINYAL FUNDAMENTAL DENGAN HARGA SAHAMSherly Friska Dewi, SE., M.Si.

Dr. Eko Widodo Lo, SE., M.Si., Akuntan

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD): KASUS APBD KABUPATEN SLEMAN DAN KULONPROGO TAHUN 2004 DAN 2005

Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si.

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIC RELATIONS DENGAN EFEKNYA DALAM KINERJA

(Studi Hubungan antara Sikap terhadap Penerapan Budaya Korporat dan Perilaku PenerapanBudaya Korporat dengan Efeknya dalam Kinerja Pejabat Public Relations

Perbankan Swasta Nasional Anggota Perbanas)

Dr. Anto Suranto, M.Si.

VOLUME XVIII, NOMOR 1, APRIL 2007

Page 2: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

Editorial Staff Jurnal Akuntansi Manajemen (JAM)

Editor in ChiefDjoko Susanto

STIE YKPN Yogyakarta

Managing EditorSinta Sudarini

STIE YKPN Yogyakarta

Editors

Al. Haryono Jusup HarsonoUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Arief Suadi Indra Wijaya KusumaUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Baldric Siregar Jogiyanto H.MSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Basu Swastha Dharmmesta MardiasmoUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Djoko Susanto SoeratnoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Dody Hapsoro Su’ad HusnanSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Eko Widodo Lo SuwardjonoSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Enny Pudjiastuti Tandelilin EduardusSTIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Gudono Zaki BaridwanUniversitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Editorial SecretaryRudy Badrudin

STIE YKPN Yogyakarta

Editorial OfficePusat Penelitian STIE YKPN Yogyakarta

Jalan Seturan Yogyakarta 55281Telpon (0274) 486160, 486321 Fax. (0274) 486081

http://www.stieykpn.ac.id

Volume XVIIINomor 1April 2007

Page 3: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

DARI REDAKSI

Volume XVIIINomor 1April 2007

Pembaca yang terhormat,Selamat berjumpa kembali dengan Jurnal

Akuntansi & Manajemen (JAM) STIE YKPNYogyakarta Volume XVIII Nomor 1, April 2007. Beberapaperubahan tampilan dan isi JAM telah kami lakukan. Disamping itu, kami juga telah memberikan kemudahanbagi para pembaca dalam mengarsip dalam bentuk fileartikel-artikel yang telah dimuat pada edisi JAMsebelumnya dengan cara mengakses artikel-artikeltersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (www://stieykpn.ac. id). Semua itu kami lakukan sebagaikonsekuensi ilmiah dengan telah Terakreditasinya JAMberdasarkan Surat Keputusan Direktur JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 26/DIKTI/Kep/2005 denganNilai B.

JAM Volume XVIII Nomor 1, April 2007,menyajikan 6 artikel sebagai berikut: Pengaruh VariabelFundamental terhadap Risiko Sistematik padaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ; AnalisisKorelasi Investment Opportunity Set terhadap ReturnSaham pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan;Model Pendeteksian Manajemen Laba pada Industri

Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnyaterhadap Kinerja Perbankan; Hubungan Sinyal-SinyalFundamental dengan Harga Saham; Analisis AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD): Kasus APBDKabupaten Sleman dan Kulonprogo Tahun 2004 dan2005; dan Hubungan Antara Sikap dan Perilaku PejabatPublic Relations dengan Efeknya dalam Kinerja (StudiHubungan antara Sikap Terhadap Penerapan BudayaKorporat dan Perilaku Penerapan Budaya Korporatdengan Efeknya dalam Kinerja Pejabat Public Rela-tions Perbankan Swasta Nasional Anggota Perbanas.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semuapihak yang telah memberikan kontribusi padapenerbitan JAM Volume XVIII Nomor 1, April 2007 ini.Harapan kami, mudah-mudahan artikel-artikel padaJAM tersebut dapat memberikan nilai tambah informasidan pengetahuan dalam bidang Akuntansi,Manajemen, dan Ekonomi Pembangunan bagi parapembaca. Selamat menikmati sajian kami pada JAM kaliini dan sampai jumpa pada JAM Volume XVIII Nomor2, Agustus 2007 dengan artikel-artikel yang lebihmenarik.

REDAKSI

Page 4: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP RISIKO SISTEMATIKPADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEJ

Lisa Kartikasari SE., M.Si., Akuntan1-8

ANALISIS KORELASI INVESTMENT OPPORTUNITY SETTERHADAP RETURN SAHAM PADA SAAT PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

Agustina M.V Norpratiwi, SE., M.Si.9-22

MODEL PENDETEKSIAN MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN PUBLIKDI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERBANKAN

Dra. Rahmawati, M.Si., Akuntan23-34

HUBUNGAN SINYAL-SINYAL FUNDAMENTAL DENGAN HARGA SAHAMSherly Friska Dewi, SE., M.Si.

Dr. Eko Widodo Lo, SE., M.Si., Akuntan35-42

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD): KASUS APBDKABUPATEN SLEMAN DAN KULONPROGO TAHUN 2004 DAN 2005

Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si.43-50

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIC RELATIONSDENGAN EFEKNYA DALAM KINERJA

(Studi Hubungan antara Sikap terhadap Penerapan Budaya Korporat dan Perilaku PenerapanBudaya Korporat dengan Efeknya dalam Kinerja Pejabat Public Relations

Perbankan Swasta Nasional Anggota Perbanas)Dr. Anto Suranto, M.Si.

51-64

DAFTAR ISI

Volume XVIIINomor 1April 2007

Page 5: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

1

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTALTERHADAP RISIKO SISTEMATIK

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG TERDAFTAR DI BEJ1

Lisa Kartikasari 2

1 Artikel ini merupakan salah satu artikel yang berhasil memperoleh Penilaian Kategori A berdasarkan hasil penilaian DepartemenPendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi sesuai surat Direktur Peneltian dan Pengabdian kepada MasyarakatNomor 148/D3/U/2006 tanggal 10 Maret 2006.

2 Lisa Kartikasari SE., M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam SultanAgung Semarang.

Volume XVIIINomer 1April 2007Hal. 1-8

ABSTRACTThis study investigated fundamental variables thatinfluence systematic risk. Fundamental variables asindependent variables consist of operating leverage,financial leverage, firm size and profitability. Depen-dent variables is systematic risk that proxied by beta.

Population this study manufacturing companieslisted in Jakarta Stock Exchange from Jully 1994 untilJune 2000. There are two criterions to sample. First,Stock of manufacture company that active traded oncategory frequency transaction. Second, companyhave complete financial report from 1994 until 2000.Last sample are 54 manufacture company. Analysis andprocess data use multiple regression with SPSS pro-gram. The result of regression test show from 3 inde-pendent variables (operating leverage, firm size, andprofitability) influent systematic risk (beta). Financialleverage did not influent to systematic risk (beta). Re-sult of chow test show impact of operating leverage,financial leverage, firm size and profitability to system-atic risk between normal period and crisis period wasdifferent. Determination Coefficient is low (0.232). It’smean there are 76.8% other fundamental variables in-fluent to systematic risk.

Keywords: Operating leverage, Financial lever-age, Firm size, Profitability, Systematic risk, Beta.

PENDAHULUAN

Pada bulan Juli 1997, hampir semua perusahaan di In-donesia terkena dampak krisis ekonomi. Pada masakrisis ekonomi, pasar modal Indonesia mengalamiperubahan yang sangat drastis. Hampir seluruh hargasaham perusahaan mengalami penurunan dan nilaikapitalisasi pasar juga mengalami penurunan.

Demikian pula investasi yang dilakukan olehpara investor dalam situasi keadaan pasti atau dalamkeadaan di mana stabilitas nasional baik ekonomimaupun politik terjamin, besarnya dana yangdibutuhkan, tingkat suku bunga, masa pengembalianinvestasi, dan tingkat keuntungan dapat direncanakandengan pasti. Investasi dalam situasi tidak pasti sepertiterjadinya krisis ekonomi ditambah bersamaan dengankrisis politik dan tidak adanya kepercayaan kepadapemerintah akan menuntut investor untuk berhati-hati.Jika tidak, kemungkinan keuntungan yang diharapkanuntuk diperoleh akan berubah menjadi kerugian(Khalwaty, 2000).

Page 6: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

2

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

Teori manajemen keuangan menjelaskan pilihan antararisiko dan return. Suatu kondisi yang lebih realistisyang dihadapi oleh seseorang adalah risiko Sedangkanreturn merupakan laba atau net cash flow yang diterimakarena melakukan investasi. Jika risiko tinggi, investormengharapkan return yang lebih tinggi. Namundemikian, investor akan berusaha meminimalisir risikodalam berinvestasi terhadap return yang diharapkan.

Dalam literatur keuangan ada dua jenis risiko,yaitu risiko sistematik dan risiko tidak sistematik(Hamada, 1972). Risiko sistematik disebut juga sebagairisiko pasar (market risk). Risiko sistematik dalampenelitian ini adalah risiko saham yang diproksi denganmenggunakan beta. Terdapat beberapa faktor yangdapat mempengaruhi risiko sistematik. Faktor funda-mental sebagai faktor yang mempengaruhi risikosistematik yang diteliti adalah leverage operasi, lever-age finansial ukuran perusahaan, dan profitabilitas.Penelitian ini memfokuskan pengukurannya padalaporan laba rugi karena diarahkan pada operasionalperusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut makapermasalahan dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:1. Apakah leverage operating, leverage finansial,

ukuran perusahaan, dan rasio profitabilitasberpengaruh terhadap risiko saham dalam kondisiperekonomian normal maupun krisis ekonomi?

2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh leverageoperasi, leverage finansial, ukuran perusahaan, danrasio profitabilitas terhadap risiko sistematik padakondisi perekonomian normal dan krisis ekonomi?

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGANHIPOTESIS

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility)return suatu sekuritas atau return portfolio terhadapreturn pasar. Beta sekuritas periode pertama mengukurvolatilitas return sekuritas periode pertama denganreturn pasar. Beta portfolio mengukur volatilitas re-turn portfolio dengan return pasar. Dengan demikian,beta merupakan pengukur risiko sistematik suatusekuritas atau portfolio relatif terhadap risiko pasar(Jogiyanto, 2000). Beta mengukur fluktuasi returnsaham terhadap return pasar. Koefisien beta diukurdengan slope garis karakteristik saham yang diperoleh

dengan meregresikan return saham dengan returnpasar. Semakin tinggi risiko pasar semakin tinggi tingkatkeuntungan yang diharapkan.

Leverage operasi menggambarkan strukturbiaya perusahaan yang dikaitkan dengan keputusanmanajemen dalam menentukan kombinasi assetsperusahaan. Penggunaan aktiva tetap yang relatiftinggi akan menimbulkan proporsi biaya tetap yangrelatif tinggi terhadap biaya variabel. Perubahan vol-ume penjualan akan mempengaruhi laba perusahaanyang sifatnya sensitif sehingga laba menjadiberfluktuasi. Hal ini akan berpengaruh terhadap hargasaham perusahaan yang menyebabkan return sahamjuga berfluktuasi sehingga menimbulkan ketidakpastian.Ketidakpastian ini akan meningkatkan risikoperusahaan. Pada kondisi stabil, perubahan volumepenjualan tidak terlalu besar jika dibandingkan dengankondisi krisis, dengan demikian pada kondisi stabilrisiko dalam berinvestasi tidak terlalu besardibandingkan pada masa krisis.

Leverage finansial menggambarkan tingkatsumber dana utang dalam struktur modal perusahaan.Leverage finansial juga menyangkut penggunaan danayang diperoleh pada biaya tetap tertentu denganharapan bisa meningkatkan bagian pemilik modalsendiri. Penggunaan tingkat utang yang relatif tinggimenimbulkan biaya tetap (berupa beban bunga), dandengan demikian meningkatkan risiko. Semakin besarleverage finansial semakin besar risiko finansial suatuperusahaan. Perusahaan yang mempunyai leveragefinansial yang tinggi adalah perusahaan yangmempunyai utang dalam proporsi yang makin besar.Risiko akan semakin besar seiring dengan kenaikanleverage finansial, lebih-lebih pada kondisi krisis,dimana utang perusahaan dan beban bunga menjadilebih besar sebagai akibat adanya kenaikan kurs. Halinilah yang mengakibatkan risiko sistematik pada masakrisis menjadi lebih besar dibandingkan pada periodenormal.

Profitabilitas mengukur efektifitas manajemensecara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan darikeuntungan yang diperoleh dari penjualan daninvestasi. Semakin tinggi profitabilitas perusahaansemakin kecil risiko perusahaan tersebut. Profitabilitasdiukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM)yang menunjukkan laba per rupiah penjualan. Disamping itu, NPM juga menunjukkan kemampuan

Page 7: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

3

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

perusahaan untuk meng-cover biaya operasi, pajak, dankemampuan menghasilkan laba. Pada kondisi krisisekonomi, volume penjualan menurun sehingga nilaipenjualan ikut menurun, sementara harga pokokpenjualan dan biaya operasional meningkat. Hal ini akanberdampak pada turunnya net profit marginperusahaan. Makin kecil net profit margin maka risikosistematik akan semakin besar.

Size sebagai ukuran perusahaan yangmembedakan perusahaan kecil dengan perusahaanbesar. Dalam penelitian ini size diukur menggunakantotal penjualan. Semakin besar total penjualanperusahaan kemungkinan laba yang dihasilkan jugasemakin besar selama biaya operasi tidak banyakmengalami kenaikan. Laba yang semakin besar akanmeningkatkan keuntungan yang diperoleh investor.Semakin banyak minat investor untuk membeli sahamperusahaan dan ketidakpastian juga semakin kecil makabeta akan semakin kecil.

Berdasarkan permasalahan dan kerangkapemikiran teoritis yang telah dikemukakan, dapatdisusun hipotesis penelitian sebagai berikut:H1 : Leverage operasi, leverage finansial, ukuran

perusahaan, dan rasio profitabilitas berpengaruhterhadap risiko sistematik saham pada saatperekonomian nasional dalam kondisi normal

H2 : Leverage operasi, leverage finansial, ukuranperusahaan, dan rasio profitabilitas berpengaruhterhadap risiko sistematik saham pada periode krisisekonomi.

H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadappengaruh leverage operasi, leverage finansial,ukuran perusahaan, dan rasio profitabilitasterhadap risiko sistematik pada periodeperekonomian normal dan periode krisis ekonomi.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua industrimanufaktur yang listing di BEJ dari bulan Juni 1994sampai Juli 2000. Jumlah populasi sebanyak 144perusahaan yang terdaftar pada tahun 1996. Periodepenelitian dibagi menjadi dua, yaitu periodeperekonomian dalam kondisi normal (Juni 1994 sampaidengan Juni 1997) dan periode saat perekonomian

mengalami krisis ekonomi (Juli 1997 sampai dengan Juli2000). Teknik pengambilan sampel berdasarkan purpo-sive sampling untuk sampel bersyarat yang ditentukandengan kriteria-kriteria tertentu atau judgment sam-pling. Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah:1. Perusahaan listing di BEJ yang mempunyai data

keuangan yang lengkap dan dapat diandalkankebenarannya selama tahun 1994-2000.

2. Mempunyai data dan laporan keuangan selama 6tahun terakhir yaitu 1994 - 2000.

3. Perusahaan yang saham-sahamnya aktifdiperdagangkan di Bursa Efek Jakarta selama tahun1994-2000.

Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampelyang memenuhi syarat sebanyak 54 perusahaan.

Identifikasi dan Pengukuran VariabelVariabel dependen adalah risiko sistematik yangdiproksi dengan beta. Untuk mengukur beta sahamdigunakan single index model dengan pendekatanordinary least squares market model (Elton andGruber, 1995), dengan formula:

Rit = αααααi + βββββiRmt + ei

Rmt = adalah return pasar dalam bulan tβi = koefisien betaαi = konstantaRit = adalah return saham i dalam bulan tei = adalah kasalahan randomi = sekuritas

Untuk menghitung return pasar saham perbulandigunakan formula:

IHSGt – IHSGt-1Rmt = IHSGt-1

Rmt = return pasarIHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada tIHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada t-1

Sedangkan formula untuk menghitung returnindeks individual saham bulanan adalah:

Pt – Pt-1Rit = Pt-1

Page 8: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

4

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

Rit = return saham masing-masing perusahaanPt = Harga saham masing-masing perusahaan

pada tPt-1 = Harga saham masing-masing perusahaan

pada t-1

Variabel independen dalam penelitian adalahDegree of operating leverage (DOL) yang diproksidengan persentase perubahan earning before interestand tax (EBIT) dibagi dengan persentase perubahanpenjualan (sales); Degree of financial leverage (DFL)yang diproksi dengan persentase perubahan earningafter tax (EAT) dibagi dengan persentase earning be-fore interest and tax (EBIT); Ukuran perusahaan diukurdengan total penjualan (sales) yang di-logaritmakan;dan Pengukuran Profitabilitas diukur denganmenggunakan Net profit margin.

Pengujian Hipotesis dan Model Penelitian

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan denganmengunakan uji statistik t, yaitu pengujian koefisiensecara parsial untuk mengetahui pengaruh secarasendiri-sendiri dari setiap variabel independen terhadapvariabel dependennya. Untuk menguji pengaruh secarabersama (multiple) digunakan uji F. Sedangkan untukmenguji perbedaan antara kondisi normal dan kondisikrisis digunakan chow test.

Model yang dipergunakan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

βββββ = a + b1DOL + b2DFL + b3Pr + b4Size + e

βββββ = risiko sistematik sebagai variabel tidak bebasDOL = DOL rata-rataDFL = DFL rata-rataPr = Rasio profitabilitasSize = Ukuran perusahaana = intersep (konstanta)b1,b2,b3,b4 = koefisien variabel bebase = error

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Hasil perhitungan regresi untuk masaperekonomian normal diperoleh persamaan sebagaiberikut:

βββββ1= 0.939 – 0.170DOL – 0.00762DFL – 0.000014SIZE + 0.00166PROB

t-value (4.712) (-2.885) (-0.129) (-0.141) (0.190)p-value (0.000) (0.006) (0.898) (0.888) (0.850)

Sedangkan hasil perhitungan regresi untuk masaperekonomian krisis pada persamaan sebagai berikut:

βββββ2 = 1.012 + 0.0406DOL – 0.0626DFL – 0.00034SIZE – 0.00972PROB

t-value (4.112) (0.457) (-0.807) (-2.744) (-2.123)p-value (0.000) (0.650) (0.424) (0.008) (0.039)

Pengujian hipotesis pertama yaitu uji hipotesissecara parsial dan serentak untuk kondisi perekonomiannormal. Berdasarkan nilai masing-masing koefisienregresi penaksir yang dilakukan dengan uji t dengancara membandingkan t-hitung dengan t-tabel diperolehhasil sebagai berikut:

Tabel 1Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial

Periode Perekonomian Normal

Variabel Bebas Periode perekonomianNormal

Leverage Operasi (DOL) Nilai t-hitung = -2.885t-hitung > t-tabelHo ditolak

Leverage Finansial (DFL) Nilai t-hitung = -0.129t-hitung< t-tabelHo tidak ditolak

Size Nilai t-hitung = -0.141t-hitung< t-tabelHo tidak ditolak

Profitabilitas Nilai t-hitung = 0.190t-hitung < t-tabelHo tidak ditolak

Nilai t-tabel (10%; 49; uji 2 sisi) 1.303

Hasil perhitungan menunjukan probabilitas Funtuk periode perekonomian normal sebesar 0.090 <dari level of significant 0.10, sehingga signifikan, artinyasecara bersama variabel DOL, DFL, size, danprofitabilitas berpengaruh terhadap beta. Hasilpengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa pada

Page 9: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

5

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

masa perekonomian normal variabel leverage operasiberpengaruh negatif secara signifikan terhadap risikosistematik. Hasil ini mendukung penelitian Huffman(1987).

Pengujian Hipotesis kedua yaitu uji hipotesissecara parsial dan serentak untuk kondisi perekonomiankrisis ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2Hasil Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial

Periode Perekonomian Krisis

Variabel Bebas Periode perekonomianNormal

Leverage Operasi (DOL) Nilai t-hitung = 0.457t-hitung < t-tabelHo tidak ditolak

Leverage Finansial (DFL) Nilai t-hitung = -0.807t-hitung < t-tabelHo tidak ditolak

Size Nilai t-hitung = -2.744t-hitung > t-tabelHo ditolak

Profitabilitas Nilai t-hitung = -2.123t-hitung > t-tabelHo ditolak

Nilai t-tabel (10%; 49; uji 2 sisi) 1.303

Hasil perhitungan menunjukkan probabilitas F sebesar0.017 < dari level of significant 0.10, sehingga signifikan,artinya secara bersama variabel DOL, DFL, size, danprofitabilitas mempengaruhi beta pada perekonomiandalam kondisi krisis. Pada pengujian hipotesis kedua,leverage operasi pada masa perekonomian krisisberpengaruh positif secara tidak signifikan. Hal iniberbeda dari hasil penelitian Haroyah (2000). Hasil daripenelitian Haroyah (2000) didapatkan leverage operasipada kondisi perekonomian normal tidak berpengaruhsignifikan terhadap risiko sistematik, tetapi pada kondisiperekonomian krisis berpengaruh positif signifikanterhadap risiko sistematik.

Persamaan regresi gabungan periodeperekonomian normal dan krisis terlihat pada persamaansebagai berikut:

βββββ=1.638–0.0120DOL+0.098DFL–0.000052SIZE– 0.023Prob

t-value (6.056) (-0.144) (1.051) (-0.147) (-2.885)p-value (0.000) (0.886) (0.298) (0.884) (0.06)

Nilai Residual Sum of Square dari restricted regres-sion (SSRr) untuk regresi gabungan sebesar 132.041.Nilai Residual Sum of Square dari unrestricted regres-sion = SSR normal sebesar 30.582 dan SSR krisis sebesar95.899. Jadi setelah dijumlah sebesar 126.481. BesarnyaF-hitung sebagai berikut:

(SSRr – SSRu) / rF =

SSRu / (n – k)

(132.041 – 126.481) / 4F =

126.481 / (54 – 8)

= 0.505

Nilai F-hitung ini akan dibandingkan dengannilai F-tabel, jika F-hitung > F-tabel maka hipotesis nolditolak. Nilai F-tabel dengan tingakt signifikansi 5%adalah sebesar 2.45. Oleh karena itu, F-hitung < dari F-tabel, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak. Jadipengaruh variabel DOL, DFL, size, dan profitabilitasterhadap risiko sistematik tidak berbeda secara statistikuntuk kondisi perekonomian normal dan kondisiperekonomian krisis.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beta perusahaanyang dihitung dengan market model secara statistiksignifikan. Oleh karena itu, tingkat keuntungan indekspasar signifikan berpengaruh terhadap tingkatkeuntungan saham perusahaan. Sebagian besarperusahaan manufaktur yang diteliti di BEJ memilikibeta kurang dari satu (70% untuk periode normal dan48% untuk krisis). Hal ini mengindikasikan bahwasebagian besar perusahaan cenderung kurang pekaterhadap perubahan pasar atau dapat dikatakan sebagaisaham defensif. Leverage operasi berpengaruh secarasignifikan terhadap risiko sistematik pada saatperekonomian dalam kondisi normal. Hubunganpengaruhnya adalah berlawanan (negatif). Untuk

Page 10: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

6

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

kondisi krisis leverage operasi berpengaruh tidaksignifikan terhadap risiko sistematik. Leverage finansialberpengaruh secara tidak signifikan terhadap risikosistematik pada periode perekonomian normal maupunkrisis. Hal ini berarti pengaruh secara individu terhadaprisiko sistematik pada kedua periode sama dengan nol.Tetapi pada saat leverage finansial diuji secara serentakterdapat pengaruh yang signifikan terhadap risikosistematik.

Size berpengaruh secara tidak signifikanterhadap risiko sistematik pada saat perekonomiandalam kondisi normal. Namun demikian, size padakondisi perekonomian krisis berpengaruh secarasignifikan terhadap risiko sistematik. Hubungankeduanya berlawanan (negatif). Profitabilitasberpengaruh tidak signifikan pada saat perekonomiandalam kondisi normal. Pada saat perekonomian dalamkondisi krisis profitabilitas berpengaruh negatif secarasignifikan terhadap risiko sistematik.

Pengujian hipotesis secara serempak terhadapvariabel bebas yang diteliti yaitu leverage operasi, le-verage finansial, size, dan profitabilitas terhadap risikosistematik menunjukan pada saat perekonomian dalamkondisi normal maupun krisis seluruh variabel tersebutberpengaruh secara signifikan terhadap risikosistematik. Secara umum, sesudah dilakukan pengujianhipotesis pertama, kedua, dan ketiga menunjukkanbahwa beta saham perusahaan dipengaruhi oleh faktorfundamental perusahaan yang bersangkutan, baikuntuk periode sebelum krisis maupun selama krisis. Halini terbukti adanya variabel independen (leverageoperasi, size, dan profitabilitas) yang mempengaruhisecara signifikan variabel dependen (beta saham).Sehubungan dengan hal ini maka kondisi seperti inimerupakan indikasi bahwa investor sudah mulaimenggunakan laporan keuangan sebagai bahanpertimbangan dalam investasi saham, di samping cara-cara lain yang dilakukan investor dalam memilihinvestasi saham seperti melihat naik turunnya hargasaham. Dengan melihat nilai R square yang kecil,kemungkinan terdapat faktor lain di luar faktor-faktorfundamental tersebut yang juga dominanmempengaruhi beta saham, baik pada periode sebelummaupun selama terjadinya krisis ekonomi.

Saran untuk peneliti selanjutnya dapatmenggunakan pengukuran saham, penjualan, EBIT,dan EAT bulanan. Begitu juga dengan sampel, agar

peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah sampelperusahaan yang diteliti, yang kemungkinan dapatmemberikan hasil yang lebih baik. Melihat rendahnyaR square dalam penelitian ini, baik untuk periodeperekonomian normal maupun krisis, yang berarti masihterdapat variabel-variabel fundamental lain yangmempengaruhi beta saham. Oleh karena itu, dalampenelitian selanjutnya perlu menambah faktor laintersebut baik faktor fundamental maupun faktor di luarfundamental.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto.1984. Dasar-dasar PembelanjaaanPerusahaan. edisi kedua. cetakan ke-sepuluh.Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada

Bambang Riyanto.1995. Dasar-dasar PembelanjaaanPerusahaan. edisi keempat. Cetakan pertama.BPFE, Yogyakarta

Beaver, William, Ketller, Paul and Scholes, Myron.1970.“The Association Between Market Determinedand Accounting Determined Risk Measures”Accounting Review. pp. 654-682

Ben Zion, Uri and Shalit, Sol S. 1975. “Size, Leverageand Dividend Record as Determinant of EquityRisk” The Journal of Finance. Vol XXX. No. 4

Bowman G. Robert .1979. “The Theoritical RelationshipBetween Systematic Risk and Financial (Ac-counting) Variables” The Journal of Finance.Vol. XXXIV. pp. 617-630

Chan.K. and Chen, Nai-Fu. 1991. “Structural and Re-turn Characteristic of Small and Large Firms”The Journal of Finance Vol. XLVI.No. 4

Dwi Haroyah. 2000. “Pengaruh Leverage Operasi,Leverage Finansial, Siklikalitas dan SizeTerhadap Risiko Saham (PeriodePerekonomian Normal dan Krisis Moneter)”Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Page 11: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

7

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

Eduardus Tandelilin.1997. Determinants of SystematicRisk. Kelola No. 16-IV. pp. 101-115

Elton, E.J. and M.J. Gruber.1995. Modern PortfolioTheory and Investment Analysis. 5th ed. NewYork. N.Y: John Wiley & Sons, Inc

Endah Budiarti.1996. Analisis Faktor-faktor yangmempengaruhi Beta Saham di Bursa EfekJakarta, Periode Juli 1992- Desember 1994.Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Fama, E.F and K.R.French.1995. “Size and Book-to-Market Faktors in Earning and Returns” Jour-nal of Finance L (1). pp. 1031-1082

Ferri, Michael G, and Wesley H. Jones .1979. “Determi-nant of Financial Structure: A New Methodologi-cal Approach “ Journal of Finance 34. pp. 631-644

Fischer, Donald.E.and Jordan, Ronald.J. 1995. Secu-rity Analysis and Portfolio Management. Sixthedition. Prentice Hall, International

Francis, I.C.1986. Invesment Analysis and Manage-ment. 4th ed. New York, N.Y:McGraw-Hill, Inc

Fuller, R.J. and J. Fred Weston.1990. Essentials of Mana-gerial Finance, 9th edition. New York. TheDryden Press

Gonedes, Nicholas.1973. “Accounting-Based andMarket-Based Estimates of Systematic Risk”Journal of Financial and Quantitative Analy-sis. June. Vol. VIII

Gujarati, Damodar.1988. Basic Econometrics. New York.McGraw-Hill Book Company

Hamada, Robert S.1972. “The Effects of The Firm’sCapital Structure on The Systematic Risk ofCommon Stocks”. Journal of Finance .pp. 435-462

Horne, J.C. and J.M. Wachowicz, J.R.1995. Fundamen-tal Of Financial Management. 9th Ed.

Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice-Hall, IncHuffman, Stephen P.1987. “The Impact of The Degree

Operating Leverage and Financial Leverage onSystematic Risk of Common Stock” QuarterlyJournal of The Business and Economic 28. pp.83-100

Imam Ghozali. 2001. “Aplikasi Analisis Multivariatedengan Program SPSS”. Badan Penerbit-UNDIP

Jogiyanto H.M.2000. Teori Portofolio dan AnalisisInvestasi. Edisi 2. September. BPFE Yogyakarta

Lukas Setia Atmaja.1997. “Memahami Statistik Bisnis”Edisi Pertama. ANDI Offset Yogyakarta

Jones, Charles .1991. Investment Analysis and Man-agement. Third edition. New York. John Wiley& Sons

Lev, Baruch. 1974. “On The Association Between Op-erating Leverage and Risk “ Journal of Finan-cial and Quantitative Analysis pp. 627-641

Mandelker, Gershon N. and Rhee, S. Ghon.1984. “TheImpact of The Degree Operating Leverage andFinancial Leverage on Systematic Risk of Com-mon Stock” Journal of Financial and Quanti-tative Analysis. 19. pp. 45-57

Martikainen,Teppo.1993. “Stock Return and Classifi-cation Patern of Firm-Spesific Financial Vari-ables: Empirical Evidence with Finnish Data”Journal of Business Finance and Accounting20. pp. 537-557

Melicher, Ronald W.1974. “Financial Faktors WhichInfluence Beta Variations Within an Homoge-neous Induatry Environment” Journal of Fi-nancial and Quantitative Analysis. March. pp.537-545

Melicher, Ronald. W. and Davis F.Rush.1974. “System-atic Risk Financial Data and Bond Rating Rela-tionships in a Regulated Industry Environment”Journal of Finance. vol 29. May. pp.537-544

Page 12: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

8

Jam STIE YKPN - Lisa Kartikasari Pengaruh Variabel Fundamental ......

Miswanto.1999. Pengaruh Leverage Operasi,Siklikalitas dan Size Terhadap Risiko Bisnis.Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Ramasamy, Meharani and Sin Chun, Lou.1989. “Ac-counting Variables as Determinants of System-atic Risk in Malaysian Common Stock” AsiaPasifik Journal of Mnagement. Vol 6 No. 2

Suad Husnan.1994. Dasar-dasar Teori Portfolio danAnalisa Sekuritas Desember. AMP YKPN,Yogyakarta

Sufiyati.1998. Pengaruh Leverage Operasi dan Lever-age Finansial Terhadap Risiko SistematikSaham: Studi pada Perusahaan Publik di In-donesia. Program Pascasarjana UGM,Yogyakarta

Tajul Khalwaty. 2000. Inflasi dan Solusinya. cetakanpertama. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Van Horne, James.C. 1994. Dasar dasar ManajemenKeuangan. Jilid 1. alih bahasa: Marianus Sinaga.Penerbit Erlangga. Jakarta

Weston, J. Fred and E. Thomas Copeland.1995.Manajemen Keuangan (terjemahan): Jilid 2.edisi ke-delapan (edisi revisi). Penerbit ErlanggaJakarta

Weston, J.Fred and Brigham, Eugene.F.1991.Dasar-dasar Manajemen Keuangan (terjemahan)

Page 13: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

9

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

ANALISIS KORELASI INVESTMENT OPPORTUNITY SETTERHADAP RETURN SAHAM PADA SAATPELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

Agustina M.V Norpratiwi 1

1 Agustina M.V Norpratiwi, SE., M.Si., adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta.

Volume XVIIINomer 1April 2007Hal. 9-22

ABSTRACT

The objective of this research is to examine correlationbetween IOS as growth proxy of a company and stockreturn. IOS proxy variables as growth proxy in this re-search are MKTBASS,MKTBKEQ, CAPBVA, and EPS/Price Ratio. These variables are correlated with stocksreturns that are surrogated by CAR (cumulative ab-normal return) in around date of final statement publi-cation for each company. CAR computation use cor-rected stock beta by using Fowler and Rorke (1983)method, with four days before and after correction pe-riod. Therefore, stock return computations that are ac-cumulated during event period use corrected beta.Correlation test are done by Kendall”s Tau_b non para-metric correlation model. Sample is chosed by purpo-sive sampling method during 3 years observation. As-suming that IOS proxy variables are valid growth prox-ies, and one of sampling criteria is the company doesnot have null return during event period and returnestimation periods

The results of non parametric correlation testwith Kendall”s Tau_b test indicate that MKTBASShas significant correlation with CAR. MKTBKEQ andCAPBVA have marginal significant correlation withCAR.EPS/Price ratio does not has significant correla-tion with CAR. These mean that generally these threeIOS proxy variables that are stated as the most valid

proxies as growth proxy, have correlation with oppor-tunities to obtain abnormal return. Therefore, these IOSproxies have information content that can be used byinvestors as decision making tool in capital market be-cause these can give positive signal to stock return.EPS/price IOS proxy has insignificant negative corre-lation with CAR, so this proxy does not influence stockabnormal return.The result of this research contributesfor capital market investor and also for the previousresearchs that IOS proxy variables are rigorous andhave relation to abnormal return.

Keywords: investment opportunity set, IOS Proxy,Nonparametric Correlations Kendall”s Tau_b, StockBeta, Abnormal return and Cummulative abnormalreturn.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanyaselalu memiliki harapan untuk tetap going concern.Pertumbuhan yang selalu meningkat sertabertambahnya nilai aset perusahaan diharapkantercapai sesuai dengan ekspektasi atau peramalan

Page 14: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

10

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

perusahaan. Pertumbuhan perusahaan menurut Smithdan Watts (1992) dapat diproksikan dengan berbagaimacam kombinasi nilai set kesempatan investasi(IOS:Investments Opportunity Set). Esensipertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanyakesempatan investasi yang dapat menghasilkankeuntungan (Chung & Charoenwong 1991). MenurutGaver & Gaver (1993), pilihan-pilihan pertumbuhan(growth options) bagi suatu perusahaan merupakansesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapatdiobservasi (inherently unobservable). Karenasifatnya yang tidak dapat diobservasi, IOS memerlukansebuah proksi (Hartono 1999). Nilai IOS dapat dihitungdengan kombinasi berbagai jenis proksi yangmengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupanilai buku aktiva maupun ekuitas dan nilai kesempatanuntuk bertumbuh bagi suatu perusahaan di masa depan.Terdapat beberapa bentuk proksi IOS yang digunakandalam beberapa penelitian yaitu antara lain: 1)Menggunakan sebuah rasio saja sebagai proksi IOSdalam model penelitiannya, misalnya BE/MVE (bookto market value ratio) yaitu rasio nilai buku ekuitasterhadap nilai pasar ekuitas (Collins dan Kothari,1989),2) Menggunakan metoda statistik analisis faktor untukmemperoleh skor faktor sebagai indeks umum IOS(Gaver & Gaver 1993), serta menggunakan rangkingskor faktor tersebut untuk mengklasifikasikanperusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan tidakbertumbuh (Gaver & Gaver 1993; Sami et al. 1999); dan3) Melakukan analisis sensitivitas terhadap beberaparasio individual sebagai alternatif proksi IOS dankemudian membentuk variabel instrumental sebagaialternatif lain proksi IOS (Smith & Watts 1992; Hartono1999).

Beberapa bentuk proksi IOS telah terbuktimemiliki hubungan dengan kebijakan pendanaan dankebijakan dividen. Hasil penelitian Smith & Watts(1992) dan Gaver & Gaver (1993) menunjukkan bahwalevel IOS yang bervariasi antar perusahaan merupakansalah satu penentu perbedaan keputusan kebijakanpendanaan dan dividen antar perusahaan, yaituperusahaan yang bertumbuh cenderung memiliki rasiohutang dalam struktur modal (leverage) dan pembagiandividen yang relatif lebih rendah dibandingkanperusahaan tidak bertumbuh.

Berbagai penelitian tentang IOS telah berhasilmembuktikan bahwa IOS merupakan proksi realisasi

pertumbuhan perusahaan dan berhubungan denganberbagai variabel kebijakanan perusahaan, yaitu antaralain kebijakan pendanaan atau struktur utang, kebijakandividen, kebijakan leasing, dan kebijakan kompensasi.Sami et al.(1999) menunjukkan bahwa teori IOS memilikiexplanatory power yang lebih tinggi dalam hal kebijakanpendanaan dan kompensasi daripada aspek dividen.Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian iniadalah apakah nilai IOS sebagai proksi pertumbuhanperusahaan memiliki hubungan dan korelasi yang tinggidengan reaksi pasar yang direspon oleh para investormelalui perubahan return saham. Proksi IOS yang diujinilai korelasinya dalam penelitian ini adalah proksi IOSmodel rasio, yaitu market to book value ratio yangtelah ditemukan dalam penelitian sebelumnya sebagaivariabel yang paling valid sebagai proksi pertumbuhan.Dalam pengujian korelasi antara IOS terhadap reaksipasar modal, nilai IOS akan dikorelasi denganperubahan harga saham yang disurogasi dengan nilaicumulative abnormal return (CAR).

LANDASAN TEORI

Pengertian IOS

Menurut Myers (1977) dalam Smith dan Watts (1992),perusahaan adalah kombinasi antara nilai asset in placedengan pilihan investasi di masa yang akan datang.Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untukberkembang, namun seringkali perusahaan tidak selaludapat melaksanakan semua kesempatan investasi dimasa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapatmenggunakan kesempatan investasi tersebut akanmengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggidibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang.Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarangdari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuatinvestasi di masa mendatang. Menurut Kole (1991),dalam Gaver & Gaver (1993), nilai IOS bergantung padapengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemendi masa yang akan datang (future discretionary ex-penditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihaninvestasi yang diharapkan akan menghasilkan returnyang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dandapat menghasilkan keuntungan.

Karakteristik perusahaan yang mengalamipertumbuhan dapat diukur antara lain dengan

Page 15: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

11

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

peningkatan penjualan, pembuatan produk baru ataudiversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi ataupeningkatan kapasitas, penambahan aset, mengakuisisiperusahaan lain, investasi jangka panjang, dan lain-lain. Gaver & Gaver (1993) menyatakan bahwa pilihanpertumbuhan memiliki pengertian yang fleksibel dantidak hanya berupa projek baru. Perusahaan yangbertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecilatau aktif melakukan penelitian dan pengembangan.Gaver & Gaver (1993) juga menyatakan bahwa pilihaninvestasi di masa depan tidak hanya pada proyek-proyek yang didanai dari kegiatan riset danpengembangan, namun juga dengan kemampuanmengeksploitasi kesempatan memperoleh keuntungan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa IOSmenggambarkan tentang luasnya kesempatan ataupeluang investasi bagi suatu perusahaan, namunsangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaanuntuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengandemikian, IOS bersifat tidak dapat diobservasi,sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapatdihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan,misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan, danlain-lain.

Proksi IOS dalam Penelitian

Berbagai macam proksi pertumbuhan perusahaan yangdinyatakan dalam satu set kesempatan investasi atauIOS telah digunakan oleh peneliti. Proksi IOS dalampenelitian Smith & Watts (1992) adalah rasio individualdan variabel instrumental IOS (VIIOS), yaitu:book tomarket value of asset, depreciation to firm value, re-search & development to firm value, variance of rateof return dan earning to price. Rasio-rasio tersebutmemiliki koefisien yang signifikan dalam pengujianhubungan level IOS dengan kebijakan pendanaan dandividen.

Proksi IOS dalam penelitian Gaver & Gaver(1993) adalah Skor faktor (SKOR). Gaver dan Gaver(1993) menyatakan bahwa semua alternatif proksi IOSyaitu market to book of equity, market to book of as-set, earnings per-share to price, research & develop-ment to total asset, variance of total return dan fundsmemiliki korelasi signifikan dengan faktor umum (com-mon factor). IOS hasil analisis faktor dengan koefisienkorelasi terkecil dimiliki oleh variance of total return.

Proksi IOS dalam penelitan Kallapur & Trombley (1999)dibagi menjadi tiga proksi, yaitu: (a) Proksi IOS berdasarharga: Proksi-proksi ini meliputi: i). Market value ofequity plus book value of debt (V), ii). Ratio of bookto market value of asset (A/V), iii). Ratio of book tomarket value of equity (BE/MVE), iv). Ratio of bookvalue of. property, plant, and equipment to firm value,(PPE/V) dan v). Ratio of replacement value of assetsto market value ( Tobin-q), vi) Ratio of depreciationexpense to value (DEP/V), dan vii). Earning Price ra-tio; (b).Proksi IOS berdasar Investasi: Proksi inimencakup : i) Ratio R&D expense to firm value (R&D/V), ii). Ratio of R&D expense to total assets (R&D/A),iii). Ratio of R&D expense to sales (R&D/S), iv). Ratioof capital addition to firm value (CAP/X), dan v). Ra-tio of capital addition to asset book value (CAPX/A)., (c).Proksi IOS berdasar Varian: i)VARRET, (vari-ance of total return), dan ii) Market model Beta.

Hasil penelitian Kallapur dan Trombley (1999)dengan menggunakan proksi IOS tersebutmenunjukkan bahwa hampir seluruh proksi IOS memilikikorelasi yang signifikan dengan realisasi pertumbuhan,kecuali EPS/Price. Proksi IOS dalam penelitian Hartono(1999) yang signifikan dalam model pengujianpenjelasan biaya agensi terhadap kebijakan dividenadalah market to book value of asset, market to bookvalue of equity, dan earning per-share to price,sedangkan research & development to asset, invest-ment to net sales dan investment to net income tidaksignifikan. Proksi IOS dalam penelitian Sami et al.(1999)menunjukkan bahwa variabel atau rasio yang memilikikorelasi cukup tinggi dengan faktor umum IOS adalahMKTBKASS, MVE/BE, PPE/BVA, Capital Expendi-ture Committed/BVA, CAPX Incurred/BVA dan DEP/BVA. Sedangkan EPS/Price dan VARSALE (varianceof sale) memiliki koefisien korelasi yang sangat kecilsehingga tidak dapat digunakan sebagai proksi IOS.

Berdasarkan berbagai proksi IOS yangdigunakan dalam penelitian tersebut, peneliti memilihrasio proksi IOS yang ditemukan dari berbagaipenelitian IOS yang memiliki konsistensi dan korelasisebagai proksi pertumbuhan yang paling valid. ProksiIOS yang dipilih dalam penelitian ini adalah proksi IOSyang digunakan oleh Smith dan Watts (1992), olehGaver & Gaver (1992), oleh Sami et al.(1999) dan olehHartono (1999), yang merupakan proksi IOS palingvalid sebagai proksi pertumbuhan. Proksi IOS tersebut

Page 16: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

12

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

adalah yaitu: Rasio market to book value of asset(MKTBKASS), Rasio market to book value equity(MKTBKEQ)- dan Rasio EPS/Price. Ketiga proksi IOStersebut menurut Kallapur dan Trombley (1999)merupakan proksi IOS berdasar harga. Penelitian inijuga menggunakan proksi IOS berdasar investasi yangdigunakan oleh Kallapur dan Trombley (1999), yaituRatio of capital expenditures to book value of asset(CAPBVA). Salah satu alasan Rasio EPS/Price jugadigunakan dalam penelitian ini karena dari berbagaipenelitian IOS rasio EPS/Price ditemukan sebagai rasioyang tidak memiliki korelasi yang signifikan denganrealisasi pertumbuhan dan memiliki korelasi yangsangat kecil dengan pertumbuhan, seperti yangditemukan oleh Kallapur dan Trombley (199) serta Samiet al.(1999).

Pengembangan Hipotesis

Fama (1970) menyebutkan bahwa pasar modal yangefisien akan terwujud apabila harga-harga saham yangdiperdagangkan sepenuhnya merefleksi seluruhinformasi yang tersedia di pasar. Oleh karena itu, bentukpasar modal diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk yaitu:bentuk lemah (weak form), bentuk setengah kuat (semistrong form), dan bentuk kuat (strong form). Fama jugamenyatakan bahwa pengujian efisiensi pasar bentuksetengah kuat diubah menjadi studi peristiwa (eventstudy), sebagai studi untuk mempelajari reaksi pasarterhadap suatu persitiwa yang informasinyadipublikasikan sebagai pengumuman dan dapatdigunakan untuk menguji kandungan informasi.

Perbedaan harga saham hanya terjadi bila pasarsaham adalah efisien semi kuat secara keputusan yaituinvestor dapat merespon secara tepat atas informasiyang tersedia secara penuh di pasar modal. Perbedaanharga saham antara perusahaan yang bertumbuh dantidak bertumbuh sesuai dengan salah satu dasarpembentukan harga saham yang yakin bahwa hargasaham terjadi karena aliran laba atau kas masa depanyang dinilai sekarang (Foster 1996). Perusahaan yangtidak bertumbuh mempunyai kebijakan pendanaan yangbertolak belakang dengan perusahaan yang bertumbuh,sehingga hal ini menjadi informasi yang bersifat negatifbagi investor. Indikasi adanya perusahaan yangbertumbuh merupakan informasi yang dapat digunakaninvestor untuk memperoleh abnormal return. Abnor-

mal return dapat diperoleh investor pada sekitartanggal pengumuman laporan keuangan dan returntersebut bersifat sementara.

Proksi IOS yang akan dipilih dalam penelitianini adalah proksi IOS yang terdapat dalam berbagaipengujian mampu dibuktikan secara konsisten memilikikorelasi yang tinggi terhadap realisasi pertumbuhanyaitu proksi IOS yang digunakan dalam penelitian Gaverdan Gaver (1992 dan 1995), Smith dan Watts (1992),Hartono (1999), serta Sami et al.(1999), yaitu market tobook value asset (MKTBKASS), market to book valueequity(MKTBKEQ), dan ratio of capital addition toasset book value (CAPBVA). Nilai buku total aktivadigunakan sebagai proksi asset in place. Alasanpemilihan proksi IOS ini karena proksi tersebut secarakonsisten dalam berbagai penelitian terbukti memilikikorelasi yang signifikan dengan realisasi pertumbuhan.Sedangkan pemilihan proksi IOS CAPBVA ditujukanuntuk menghubungkan adanya aliran tambahan modalsaham perusahaan untuk tambahan aktiva produktifsehingga berpotensi sebagai perusahaan bertumbuh.

Rasio MKTBKASS diharapkan dapatmencerminkan peluang investasi yang dimilikiperusahaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui hubunganbahwa semakin rendah MKTBKASS maka akansemakin tinggi nilai IOS perusahaan. Gaver and Gaver(1993) juga menemukan bahwa semakin tinggi rasionilai pasar aktiva terhadap nilai buku, maka akansemakin tinggi pula nilai IOS. Hal yang sama jugaditemukan oleh Sami et al. (1999) dan Hartono (1999).Kallapur dan Trombley (1999) menyatakan pula bahwarasio nilai buku aktiva terhadap nilai pasar mengarahpada investasi realisasian. Rasio nilai buku ekuitasterhadap nilai pasar (MKTBKEQ) juga dapatmencerminkan adanya IOS bagi suatu perusahaan.Collin and Kothari (1989) membuktikan bahwaperbedaan nilai pasar ekuitas terhadap nilai bukumerupakan cerminan peluang investasi. Proksi ini dapatmencerminkan besarnya return dari aktiva yang adadan investasi yang diharapkan di masa yang akandatang dapat melebihi return dari ekuitas yangdiinginkan. Gaver dan Gaver (1993) menemukan bahwakebalikan nilai MKTBKEQ berkorelasi positif dansignifikan dengan common factor. Rasio capital addi-tion to asset book value (CAPBVA) menggunakaninvestasi riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dantambahan aktiva tetap. Rasio EPS/Price atau rasio laba

Page 17: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

13

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

per lembar saham terhadap harga pasar sahammerupakan ukuran IOS yang sama dengan rasio nilaibuku terhadap nilai pasar (Chung and Charoenwong,1991; Smith and Watts, 1992; Gaver and Gaver, 1993;Sami et.al. 1999 dan Hartono, 1999). Chung andCharoenwong, (1991) memodelkan nilai ekuitas sebesarnilai laba dari asset in place yang dikapitalisasi danditambah dengan net present value peluang investasiperusahaan di masa yang akan datang. Semakin besarrasio EP akan semakin besar proporsi nilai ekuitas yangberasal dari laba yang dihasilkan dari asset in place.Asumsi yang mendasari hal ini bahwa laba merupakanproksi aliran kas yang selamanya diterima berasal dariasset in place dan proksi ini akan bermakna bagiperusahaan yang labanya positif.

Perubahan harga saham dapat disurogasimelalui berbagai macam cara yaitu: dengan menilaiselisih harga saham pada awal dan akhir tahun, menilaireturn saham akhir tahun atau dengan menilaikesempatan terjadinya abnormal return. Penelitian iniakan menggunakan nilai kesempatan abnormal returnyang diperoleh sebagai surogasi harga saham bagiperusahaan yang dipilih sebagai sampel. Sehinggahipotesis yang disusun adalah sebagai berikut:H1: Market to book value of asset ratio (MKTBKASS)sebagai proksi IOS memiliki korelasi yang signifikanterhadap abnormal return perusahaan.H2: Market to book value of equity ratio (MKTBKEQ)-

sebagai proksi IOS memiliki korelasi yang signifikanterhadap abnormal return perusahaan.

H3: Ratio of capital expenditures to book value of as-set (CAPBVA) sebagai proksi IOS memiliki korelasiyang signifikan terhadap abnormal returnperusahaan.

H4: Earnings Per Share /Price ratio sebagai proksiIOS memiliki korelasi yang signifikan terhadap ab-normal return perusahaan.

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber Data Penelitian

Sampel diperoleh dengan metoda purposive sampling.Syarat perusahaan sampel adalah: (a). Mempublikasikanlaporan keuangan tahunan secara konsisten dari tahun2001 sampai dengan 2003, (b). Periode laporan keuanganyang berakhir setiap 31 Desember. Hal ini untuk

menghindari adanya pengaruh perbedaan waktu untukmengukur variabel IOS, (c). Tidak memiliki ekuitasnegatif, penurunan aset dan kerugian pada tahunpengamatan 2001-2003, (d). Perusahaan yang tidakmemiliki return saham = 0 selama periode peristiwa danperiode jendela dalam event study. Hal ini untukmendukung asumsi penulis bahwa jika return saham =0 perusahaan teersebut kurang bertumbuh dan pastiakan menghasilkan beta saham yang sangat biasa.

Pengukuran Variabel PenelitianVariabel Rasio Proksi IOS

Pengukuran variabel proksi IOS sebagai rasio penentuperusahaan bertumbuh dihitung dengan rumus sebagaiberikut:

Variabel 1 :Market to Book Value of Asset Ratio

Aset-total ekuitas + (lembar saham beredar X harga penutupan saham) MKTBKASS =

Total aset

Variabel 2: Market to Book Value of Equity Ratio

Jumlah lembar saham beredar X harga penutupan saham MKTBKEQ =

Total ekuitas

Variabel 3: Ratio of Capital Expenditures to Book Value of Asset

(Tambahan aktiva tetap dalam satu tahun) CAPBVA =

Total aset

Variabel 4: EPS/Price Ratio

Laba per lembar saham EPS/ Price =

Harga saham*

* Harga saham yang digunakan untuk perhitunganadalah harga saham pada akhir periode (closingprice).

Keempat variabel rasio proksi IOS tersebutdihitung untuk setiap perusahaan sampel sepanjangtahun pengamatan yaitu tahun 2001 sampai dengan2003, dan seluruh variabel dihitung dengan metodapooled data.

Page 18: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

14

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

Variabel Return Saham

Perubahan harga saham dapat diukur dengan adanyaperubahan return sebagai nilai perubahan harga ataudengan menggunakan abnormal return. Sehingga jikaterjadi abnormal return pada perusahaan tersebut,maka rasio IOS memiliki kandungan informasi bagipasar, dan begitu juga sebaliknya. Penelitian di pasarmodal memiliki dua pilihan model, yaitu model returndan model harga (level). Penelitian ini menggunakanmodel return yaitu dengan melakukan pengujianterhadap adanya abnormal return. Pengujian adanyaabnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiapsekuritas tetapi dilakukan secara agregat denganmenguji rata-rata return tidak normal seluruh sahamsecara akumulatif selama perioda peristiwa, (yaitu 10hari sebelum dan 10 hari sesudah tanggal pengumumanlaporan keuangan). Cummulative abnormal return(CAR), adalah selisih antara return realisasian masing-masing saham dengan return ekspektasian masing-masing saham. CAR merupakan akumulasi abnormalreturn selama perioda peristiwa untuk masing-masingsaham. Dalam penelitian ini, perioda estimasi dilakukanselama 100 hari (-10 sampai –111) untuk setiap saham,dan perioda jendela selama 10 sebelum dan 10 harisesudah tanggal peristiwa pengumuman laporankeuangan setiap perusahaan. Sehingga lamanyaperioda peristiwa yang digunakan untuk menghitungakumulasi abnormal return dan average abnormal

return adalah 21 hari (-10 sampai dengan +10). Dalam menghitung abnormal return, digunakan rumussebagai berikut:

ARrt = Rit E[Rit] .............................................................. (1)

ARit = abnormal return saham ke –i periodeperistiwa ke-t

Rit = return realisasian yang terjadi pada sahamke-i pada periode peristiwa ke-t

E[Rit] = return ekspektasian saham ke-i untukperistiwa ke-t

Return realisasian masing-masing saham merupakanreturn harian masing-masing saham dihitung denganrumus:

(Pit-Pit-1)Rit = .......................................................... (2) Pit-1

Rit = return saham i pada hari tPit = harga penutupan saham pada hari tPit-1 = harga penutupan saham i pada hari t-1

Untuk return realisasian, peneliti mengambildata return harian perusahaan selama perioda estimasidan perioda jendela untuk setiap perusahaan sampel.Perhitungan return ekpektasi menggunakan modelpasar (market model), yaitu dengan membentuk modelekspektasi dengan menggunakan data realisasianselama perioda estimasi dan menggunakan modelekspektasi teknik regresi OLS (Ordinary least squre)selama perioda jendela.Persamaan return realisasian adalah sebagai berikut::

Rij = ai+bi.Rmj+eij ...................................................... (3)

Rij = Return realisasian saham ke-i pada periodeestimasi ke-j

ai = Intersep saham ke-ibi = Koefisien slope merupakan Beta dari sekuritas

saham ke-iRmj = Return indeks pasar periode estimasi jeij = Galat sisa saham i pada periode estimasi ke j

Persamaan untuk menghitung return ekspektasianselama periode jendela:

E[Rit] =ai +bi.E[RMt] ........................................................ (4)

E[Rit ] = return ekspektasian saham ke-I padaperiode t

ai = Intersep saham ke-ib i = Koefisien slope yang merupakan beta saham

ke-iE[RMt] = Return ekspektasian pasar pada periode ke-t

yang nilainya =Rmt

Return indeks pasar adalah IHSG dengan rumus:

IHSGt – IHSGt-1RMt= ....................................................................... (5) IHSGt-1

RMt = Return indeks pasar saham pada hari ke tIHSGt = IHSG harian pada hari ke tIHSGt-1 = IHSG harian pada hari ke-t-1

Page 19: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

15

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

Sehingga untuk menghitung CAR, rumusnya adalahsebagai berikut:

............................................. (6)

CARi,t = Akumulasi abnormal return saham ke- i padahari ke-t yang dihitung mulai awal periodejendela sampai dengan akhir perioda jendela

ARrt,t = Abnormal return saham ke-i pada hari ke-tyaitu mulai t-10 sampai hari ke-t+10

Model Analisis Untuk Pengujian Hipotesis

Untuk menguji korelasi antara rasio proksi IOS terhadapharga saham (cumulative abnormal return) dilakukandengan cara analisis korelasi- correlations Kendall”sTau_b. Pengujian normalitas data dilakukan denganOne Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dalammelakukan analisis korelasi, model yang dapat dipilihantara lain analisis Sperman’s rho, Kendall”s Tau danPearson Correlation. Analisis korelasi yang digunakandalam penelitian ini adalah Kendall”s Tau.Penggunaan metoda analisis korelasi ini dikarenakansetelah dilakukan uji normalitas data, hasil uji yangdiperoleh menunjukkan bahwa data secara umum tidakberdistribusi normal. Model yang dapat digunakanuntuk melihat nilai signifikansi korelasi antara rasioproksi IOS dengan cumulative abnormal return adalahsebagai berikut:

Tabel 1Correlation Model

VariabelModel Variabel Dependen Independen

1 Cummulative abnormal return MKTBKASS2 Cummulative abnormal return MKTBKEQ3 Cummulative abnormal return CAPBVA4 Cummulative abnormal return EP RASIO

Koreksi Terhadap Beta

Beta adalah suatu pengukur risiko yang sistematis darisuatu saham atau suatu portofolio, secara relatifterhadap risiko pasar, atau dapat juga dikatakan beta

merupakan pengukur volatilitas return suatu sahamatau suatu portofolio terhadap return pasar. Sebagaipengukur risiko yang sistematis dan relatif terhadappasar, maka beta masih mengandung bias, terlebih bagipasar modal yang perdagangannya tidak sinkron ataupasar modal yang sedang berkembang. MenurutHartono (1999b), perdagangan pasar modal BEJ masihtipis, dan bukti empiris menunjukkan bahwa beta sahamBEJ adalah bias.

Berdasarkan kondisi pasar modal Indonesia dandata sampel yang diperoleh dalam penelitian ini, makadalam menghitung return ekspektasi selama periodeestimasi dan perioda jendela dalam event study ini, makadalam penelitian ini akan dilakukan koreksi untukmemperoleh beta yang mendekati nilai sebenarnya.Metoda yang akan digunakan untuk koreksi beta adalahmetoda Fowler & Rorke (1983). Rumus koreksi betamenggunakan metoda Fowler & Rorke (1993) periodeempat lag dan empat lead. Langkah-langkah yangharus dilakukan dalam mengkoreksi beta adalah (1).Menghitung beta dengan persamaan regresi berganda:(2). Menghitung korelasi serial return indeks pasardengan return indeks pasar periode sebelumnya,yaitut-4 sampai dengan t-1. (3). Menghitung bobot betakoreksi dan (4). Menghitung beta koreksi saham ke- iyang merupakan penjumlahan koefisien regresiberganda dengan pembobotan

Metoda Analisis-Uji Correlation Model

Model analisis korelasi yang disusun, variabeldependennya adalah cummulative abnormal returndan variabel independennya adalah tiap-tiap rasioproksi. Hipotesis yang disusun merupakan pendugaanterhadap korelasi tiap-tiap proksi IOS terhadap CAR.Sehingga pengujian hipotesis yang dilakukan akanbertujuan untuk mengetahui signifikansi korelasiantara rasio proksi IOS dengan adanya kesempatanmemperoleh abnormal return. Rasio Proksi IOS yangdigunakan sebagai proksi pertumbuhan perusahaanadalah market to book value of asset ratio(MKTBKASS), market to book value of equity ratio(MKTBKEQ), ratio of capital expenditures to bookvalue of asset (CAPBVA) dan earnings price ratio.Nilai masing-masing rasio dihitung bagi perusahaansampel yang memenuhi kriteria penyampelan. Masing-masing nilai rasio IOS kemudian dikorelasi dengan nilai

∑+

−=

=10

10,,

t

taaiti ARCAR

Page 20: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

16

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

cumulative abnormal return setiap perusahaan yangdihitung dengan menggunakan beta koreksi selamaperioda jendela (t-10 hari sampai dengan t + 10 hari, t=0 merupakan tanggal publikasi laporan keuangansetiap perusahaan setiap tahun).

Sebelum dilakukan pengujian korelasi antararasio proksi IOS dengan cumulative abnormal return,akan dilakukan pengujian normalitas variabel terlebihdulu. Pengujian normalitas setiap variabelmenggunakan one sample kolmogorov smirnov test.Sedangkan metoda analisis korelasi yang digunakanadalah nonparametric correlations Kendall”s Tau_b.Penggunaan model ini dilakukan apabila setelahdilakukan uji normalitas one sample kolmogorovsmirnov test untuk variabel proksi IOS (rasioMKTBKASS, MKTBKEQ, dan CAPBVA), datamenunjukkan tidak berdistribusi normal.

HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian Korelasi Signifikansi Rasio Proksi IOSTerhadap Reaksi Pasar

Hasil perhitungan rerata beta pasar sebelum koreksidan setelah koreksi adalah sebagai berikut:

Tabel 2Beta Pasar

Beta Pasar Nilai BetaRerata beta sebelum dikoreksi 0,482738Rerata beta setelah dikoreksi 4 periode mundur (lag) dan 4 periode maju (lead) 0,578988Rerata beta dengan dikoreksi 1 periode mundur (lag) dan 1 periode maju (lead) 0,491987

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwarerata beta koreksian 4 perioda mundur dan 4 periodamaju memberikan hasil beta pasar yang paling tinggidan paling mendekati 1 (nilai pasar). Metoda betakoreksian 4 perioda mundur dan 4 perioda maju inibiasanya digunakan bila data return tidak berdistribusinormal (Hartono,1998). Pengujian normalitas onesample kolmogorov smirnov return harian perusahaansampel pada perioda estimasi dan perioda jendelamenunjukkan bahwa data return harian tidakberdistribusi normal. Setelah diperoleh returnekspektasian, abnormal return dihitung denganmencari selisih antara return realisasian dan returnekspektasian selama 21 hari (10 hari sebelum dan 10hari sesudah tanggal pengumuman laporan keuangan)lalu dihitung akumulasi abnormal return selama duapuluh hari untuk kemudian dikorelasi dengan variabelrasio proksi IOS. Reaksi pasar disurogasi denganvariabel besarnya cummulative abnormal returnselama periode jendela.

Pengujian korelasi signifikansi rasio IOSterhadap reaksi pasar perlu diawali dengan pengujiankarakteristik setiap variabel yang diuji dengan melihatpada pola deskriptif setiap variabel dan normalitassetiap variabel yang diuji. Berikut statistik deskriptifvariabel IOS dan cummulative abnormal return:

Pengujian korelasi keempat variabel rasio proksiIOS menggunakan analisis non parametric correla-tions. Hal ini dikarenakan hasil pengujian normalitasdata dengan menggunakan one sample kolmogorovsmirnov secara umum menunjukkan bahwa datakeempat variabel yang akan diuji korelasinya dengancummulative abnormal return tidak berdistibusi nor-mal. Hasil pengujian normalitas data denganmenggunakan one sample kolmogorov smirnovsebagai berikut:

Tabel 3Statistik Deskriptif Variabel IOS dan CAR

N Rerata Standar Deviasi Minimum MaksimumMKTBKEQ 64 1,66993 1,67005 0,28182 10,99367MKTBKASS 64 1,34694 0,86514 0,64944 6,33549CAPBVA 64 0,12865 0,32667 -0,03730 2,62172EP-RASIO 64 0,08850 0,09405 -0,41390 0,30871CAR 64 0,01900 0,12487 -0,22888 0,39596

Page 21: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

17

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

Tabel 4Pengujian Normalitas Data

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

MKTBKASS MKTBKEQ CAPBVA EP-RASIO CARAsymp.Sig(2 tailed) 0,000 0,001 0,000 0,007 0,2421*

Berdasarakan hasil pengujian normalitas datadapat diketahui bahwa nilai signifikansi 2 tailedkeempat variabel rasio IOS semuanya menunjukkan <0,05. Hal ini membuktikan bahwa keempat rasio proksiIOS MKTBKASS, MKTBKEQ, CAPBVA, EP-RASIOtidak berdistribusi normal, sedangkan variabel CARberdistribusi normal dengan 2 tailed sig >0,05Pengujian Korelasi Signifikansi Rasio Proksi IOS Mar-ket to Book Value Of Asset Terhadap Return Saham

Rasio antara nilai pasar terhadap nilai buku as-set (MKTBKASS) mencerminkan peluang investasiyang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dijelaskanmelalui hubungan bahwa semakin rendah MKTBKASSmaka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan. Gaverand Gaver (1993) juga menemukan bahwa semakintinggi rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai buku, makaakan semakin tinggi pula nilai IOS. Hasil pengujian non-parametric correlation Kendall’s_ tau b antaraMKTBKASS dengan Cummulative abnormal returnsebagai berikut:

Tabel 5Hasil Uji Nonparametric Correlation

Kendall’s_ tau b

MKTBKASS CAR

MKTBKASS Correlation Coefficient 1 0,17*

Sig. (2-tailed) . 0,04*

N 6 4 6 4

CAR Correlation Coefficient 0,17* 1

Sig. (2-tailed) 0,04* .

N 6 4 6 4

Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil pengujian ini dapat disimpulkanbahwa nilai korelasi antara market to book value ofassset ratio (rasio nilai pasar terhadap nilai buku as-

set) sebagai proksi IOS dengan cummulative abnor-mal return sebesar 0,17 (r=0,17) dan signifikan pada a=0,05. Sehingga korelasi antara rasio MKTBKASSterhadap reaksi pasar dapat dijelaskan bahwa korelasike dua variabel tersebut sebesar 0,17 dan signifikanpada a =0,05. Hasil pengujian hipotesis alternatifmembuktikan bahwa rasio market to book value ofasset (MKTBKASS) sebagai proksi IOS memilikikorelasi yang signifikan terhadap cumulative abnor-mal return perusahaan. Sehingga apabila cummulativeabnormal return diproksikan sebagai adanyaperubahan reaksi pasar, maka dapat disimpulkanbahwa rasio MKTBKASS sebagai rasio proksi IOSmampu memberi reaksi yang signifikan terhadap pasardan mampu memberi informasi kepada investor.Dengan demikian, hipotesis alternatif satu gagalditolak.

Pengujian Korelasi Signifikansi Rasio Proksi IOSMarket to Book Value of Equity Terhadap ReturnSaham

Rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas(MKTBKEQ) juga mencerminkan adanya peluanginvestasi bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari(1989) membuktikan bahwa perbedaan nilai pasarekuitas terhadap nilai buku merupakan cerminanpeluang investasi. Proksi ini dapat menjelaskan pulabahwa besarnya return dari aktiva yang ada daninvestasi yang diharapkan di masa yang akan datangdapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan.Hasil pengujian nonparametric correlation Kendall’s_tau antara MKTBKEQ dengan Cummulative abnor-mal return adalah sebagai berikut:

Tabel 6Hasil Uji Nonparametric Correlation

Kendall’s_ tau b

MKTBKEQ CARMKTBKEQ Correlation Coefficient 1 0,14*

Sig. (2-tailed) . 0,11* N 64 64

CAR Correlation Coefficient 0,14* 1 Sig. (2-tailed) 0,11* . N 64 64

Page 22: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

18

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

Berdasarkan hasil pengujian nonparametric correla-tion kendall ‘s_tau b ini dapat disimpulkan bahwa nilaikorelasi antara rasio nilai pasar terhadap nilai bukuekuitas sebagai proksi IOS dengan cummulative ab-normal return sebesar 0,14 (r=0,14) dan signifikanmarjinal pada tingkat a =0,10. Sehingga korelasi antararasio MKTBKEQ terhadap reaksi pasar dapat dijelaskanbahwa korelasi ke dua variabel tersebut sebesar 0,14dan signifikansinya marjinal pada tingkat a =0,10. Hasilpengujian hipotesis dua membuktikan bahwa rasiomarket to book value of equity (MKTBKEQ) sebagaiproksi IOS memiliki korelasi yang signifikan terhadapcumulative abnormal return perusahaan. Sehinggaapabila cummulative abnormal return diproksikansebagai reaksi pasar dan reaksi investor, maka dapatdisimpulkan bahwa rasio MKTBKEQ sebagai rasioproksi IOS mempunyai korelasi yang signifikan denganreturn pasar dan mampu mempengaruhi kesempatanadanya perolehan abnormal return. Dengan demikian,hipotesis alternatif kedua gagal ditolak.

Pengujian Korelasi Signifikansi Rasio Proksi IOSCAPBVA (Capital Expenditures to Book Value ofAsset) Terhadap Return Saham

Rasio capital addition to asset book value (CAPBVA)menggunakan investasi riil sebagai ukuran nilai bukuaktiva tetap dan tambahan aktiva tetap. Rasio inidiproksikan sebagai rasio yang mencerminkan adanyapeluang investasi bagi suatu perusahaan melaluikesempatan adanya tambahan modal melalui nilaiinvestasi riil berupa aktiva tetap. Bagi suatuperusahaan, nilai peluang investasi juga dapat dianalisismelalui adanya tambahan aktiva tetap yangdiinvestasikan dalam satu atau lebih periode. Apabilaperusahaan dikategorikan sebagai perusahaanbertumbuh, maka secara langsung peluang investasitersebut dapat dibuktikan melalui adanya tambahanmodal melalui tambahan aktiva tetap. Hasil pengujiannonparametric correlation antara nilai rasio CAPBVAdengan cummulative abnormal return adalah sebagaiberikut:

Tabel 7Hasil Uji Nonparametric Correlation

Kendall’s_ tau b

CAPBVA CARCAPBVA Correlation Coefficient 1 0,16*

Sig. (2-tailed) . 0,07* N 64 64

CAR Correlation Coefficient 0,16* 1 Sig. (2-tailed) 0,07* . N 64 64

Berdasarkan hasil pengujian nonparametirccorrelations Keldall’s tau_b untuk menguji korelasiantara rasio nilai tambahan modal dari aktiva tetapterhadap nilai buku dengan adanya kesempatanmemperoleh abnormal return di pasar dapat dijelaskansebesar 0,16 (r=0,16). Artinya, nilai korelasi antara setpeluang investasi dengan adanya kesempatanmemperoleh tambahan modal dari aktiva tetap sebesar16% dan signifikan pada a = 0,10. Sehingga dapatdijelaskan pula bahwa rasio IOS CAPBVA sebagaiproksi pertumbuhan perusahaan memiliki korelasisebesar 16% dan signifikan pada tingkat a= 0,10terhadap kesempatan perolehan terjadinya abnormalreturn di pasar. Hal ini berarti bahwa rasio CAPBVAmemiliki kandungan informasi yang signifikan pada asebesar 0,10 terhadap kesempatan memperoleh abnor-mal return di pasar dan bagi para investor. Hasilpengujian ini membuktikan bahwa hipotesis alternatiftiga gagal ditolak.

Pengujian Korelasi Signifikansi Rasio Proksi IOSEarning to Price Terhadap Return Saham

Rasio EPS/Price atau rasio laba per lembar sahamterhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOSyang sama dengan rasio nilai buku terhadap nilai pasar(Chung and Charoenwong, 1991; Smith and Watts,1992; Gaver and Gaver, 1993; Sami et al. 1999 danHartono, 1999). Chung and Charoenwong, (1991)memodelkan nilai ekuitas sebesar nilai laba dari assetin place. Hasil pengujian nonparametric correlationantara nilai rasio EP dengan cummulative abnormalreturn adalah sebagai berikut:

Page 23: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

19

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

Tabel 8Hasil Uji Nonparametric Correlation

Kendall’s_ tau b

EP_RASIO C A REP_RASIO Correlation Coefficient 1 -0,03*

Sig. (2-tailed) . 0,75* N 64 64

C A R Correlation Coefficient -0,03* 1.00 Sig. (2-tailed) 0,75* . N 64 64

Berdasarkan hasil pengujian nonparametirccorrelations Keldall’s tau_b untuk menguji korelasiantara rasio laba per lembar saham terhadap hargapasarnya dengan kesempatan memperoleh abnormalreturn di pasar dapat dijelaskan sebesar 0,03 dankorelasi bersifat negatif (r=—0,03) dan p value sebesar0,75. Artinya, nilai korelasi antara set peluang investasidengan adanya kesempatan memperoleh return di pasarmodal berkorelasi negatif sebesar 0,03 dan secarastatistik tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkanbahwa hipotesis alternatif empat ditolak.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian keempat variabel proksiIOS tersebut secara umum dapat ditunjukkan bahwaterdapat korelasi yang signifikan antara rasio proksiIOS dengan return saham. Hipotesis alternatif satuyaitu untuk korelasi antara MKTBKASS ratio denganCAR dapat dibuktikan kesahihannya, karena dengannilai korelasi antara MKTBKASS dengan cummulativeabnormal return (CAR) sebesar = 0,17 dan nilai p valuesebesar 0,04. Hal ini berarti bahwa nilai korelasi diantarakedua variabel berkorelasi positif dan secara statistiksignifikan pada a = 0,05 sehingga rasio IOSMKTBKASS dapat dikatakan mampu memberi infomasidan dapat ditanggapi oleh pasar.

Hipotesis alternatif dua yaitu untuk korelasiantara MKTBKEQ dengan CAR dapat dibuktikankesahihannya, karena nilai korelasi antara rasio proksiIOS MKTBKEQ dengan cummulative abnormal re-

turn (CAR) sebesar r =0,14 dan signifikan pada asebesar 0,10. Hal ini juga dapat dijelaskan bahwa nilaikorelasi di antara kedua variabel berkorelasi positif dansecara statistis signifikan marjinal pada a = 0,10.Sehingga rasio IOS MKTBKEQ dapat dikatakan mampumemberi infomasi dan ditanggapi oleh pasar.

Hipotesis alternatif tiga yaitu untuk korelasiantara CAPBVA dengan CAR dapat dibuktikankesahihannya, karena nilai korelasi antara rasio proksiIOS CAPBVA dengan cummulative abnormal return(CAR) sebesar 0,15 dan secara statisitk signifikan padaa = 0,10. Artinya bahwa nilai korelasi diantara keduavariabel berkorelasi positif dan secara statistiksignifikan pada a = 0,10. Sehingga rasio IOS CAPBVAdapat dikatakan mampu memberi infomasi danditanggapi oleh pasar. Hipotesis alternatif keempatyaitu untuk korelasi antara EP ratio dengan CAR tidakdapat dibuktikan kesahihannya karena nilai korelasiantara rasio proksi IOS EP dengan cummulative ab-normal return (CAR) sebesar –0,03 dan p value = 0,754,sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistis korelasiantara EP rasio dengan CAR tidak signifikan secarastatistis dan tidak ditanggapi oleh pasar.

Hasil pengujian dengan nonparametrik test cor-relation kendall tau_ b dalam penelitian ini dapatditarik suatu simpulan bahwa proksi IOS sebagai proksipertumbuhan bagi suatu perusahaan memilikikandungan informasi yang dapat digunakan oleh parainvestor di pasar modal sebagai sinyal dalamkesempatan memprediksi dan memperoleh return saham,khususnya di sekitar peristiwa atau tanggal publikasilaporan keuangan.Hal ini dapat dibuktikan bahwa secaraumum ketiga variabel proksi IOS (MKTBKASS<MKTBKEQ dan CAPBVA) dari keempat variabel proksiIOS yang diuji memiliki korelasi yang signifikanterhadap besarnya abnormal return yang terjadi dipasar di sekitar tanggal publikasi laporan keuangan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan yangkemungkinan dapat melemahkan hasil pengujian.Keterbatasan tersebut antara lain: (1). Jumlahperusahaan sampel yang diperoleh dari penelitian relatifsangat kecil, meskipun penelitian ini telahmenggunakan pooled data. (2) Sampel yang telah dipihtidak dikelompokkan menjadi perusahaan bertumbuh

Page 24: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

20

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

dan tidak bertumbuh. Hal ini disebabkan karena prosespemilihan sampel sudah memasukkan kriteria returntidak sama dengan 0 (nol), dan secara intuitif variabelproksi IOS yang dipilih merupakan variabel yang pal-ing valid ditemukan sebagai variabel proksi IOS. (3).Penelitian tidak mempertimbangkan perusahaan-perusahaan yang mendapat regulasi khusus daripemerintah seperti perbankan, asuransi, sehingga dapatdimungkinkan hal ini dapat melemahkan hasilpenelitian. (4). Pemilihan sampel tidak memperhatikanadanya perbedaan struktur kepemilikan, perlakuanregulasi dari pemerintah, sehingga kemungkinan dapatmemberikan kelemahan hasil analisis statistik. (5). Dalammelakukan perhitungan cummulative abnormal return,tidak membedakan hasil abnormal return yang positifdan negatif. Hal ini mungkin akan memberikan hasilyang bias.

Kontribusi dan Saran Untuk Penelitian Berikutnya

Pasar modal di Indonesia perdagangannya masih tipis,sehingga masih diperlukan pengujian atas muatankandungan informasi akuntansi terhadap perilakusaham. Apabila suatu informasi akuntansi mampumengakibatkan terjadinya perubahan harga saham,maka informasi tersebut memberi sinyal kepada parainvestor baik sinyal positif maupun sinyal negatif.

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusidan bukti tambahan terhadap penelitian-penelitiantentang IOS yang telah ada, yaitu tentang adanyahubungan antara rasio proksi IOS terhadap perubahanabnormal return saham perusahaan di pasar modal.Dalam penelitian ini telah dilakukan koreksi betadengan metoda Fowler dan Rorke (1983) dengan periodamaju empat hari dan mundur empat hari. Metoda inimerupakan metoda yang paling baik karenamenggunakan bobot untuk menghasilkan beta yangmendekati satu. Dengan hasil beta yang akurat sertapengujian hipotesis yang signfikan, maka diharapkanpenelitian ini memberi kontribusi kepada para investoruntuk mengambil keputusan di pasar modal.

Berdasarkan sisi metodologi, penelitian inimenggunakan tes nonparametrik karena data tidakberdistribusi normal. Penulis memberi saran untukpenelitian berikutnya dengan menambah sampel danmemperluas perioda pengamatan agar hasilnya dapatmemiliki validitas eksternal yang lebih tinggi dan dapat

digeneralisasi. Penambahan sampel sertapengelompokan perusahaan bertumbuh dan tidakbertumbuh, serta penambahan variabel biaya riset danpengembangan sebagai variabel proksi IOS perluditambahkan juga untuk penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Tim dan Vidhan K.Goyal,1999.”The InvestmentOpportunity Set and its Proxy Variables: Theoryand Evidence,” Finance workshop HongkongUniversity of Science and Technology, 1-52

Baber, R.William, Surya N.Janakiraman, dan Sok-HyokKang,1999" Investment Opportunitiws and theStructure of Executive Compensation, “Jour-nal of Acounting and Economics, 21 :297-318

Badrinath S.G, dan Omesh Kini, 1994. “The Relation-ship Between Securities Yileds, Firm Size,Earniongs/Price Ratios and Tobin’s Q,” Jour-nal of Bussines Finance & Accounting, 21: 109-131

Baker, P George, 1993. “Growth, Corporate Policies, andthe Investment Opportunity Set”, Journal ofAccounting and Economics, 16:161-165

Beaver, H. William 1981. “Market Efficiency.”, The Ac-counting Review, Vol:LVI No.1, January: 23-37.

Brown, S dan J. Warner 1985, “Using Daily Return,”Journal of Financial Economics, Vo.21 a61-193

Cahan,S.F. dan M. Hossan 1996. “The Investment Op-portunity Set and Disclosure Policy Choice.,”Asia Pasific Journal of Management 13 (1):65-85

Collins, M.Cary, David W.Blackwell, dan JosephF.Sinkey,Jr. “The Relation Between CorporateCompensation Policies and Investment Oppor-tunities: Empirical Evidence for Large BankHolding Companies.”, Financial Managementvol.24, Autumn 1995, 40-53

Page 25: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

21

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

Chung,Kee H., dan Charlie Charoenwong, 1991,”Invest-ment Options, Assets in Place, and the Risk ofStocks,” Financial Management, Autumn:21-33

Dontoh Alex, Joshua Ronen, 1993 “Information Con-tent of Accounting Announcements,” The Ac-counting Review , Vol.68, October 857-869.

Fijriati, Tetet, (2000) “Analisis Korelasi Pokok IOSdengan realisasi pertumbuhan kebijakanpendanaan dan dividen,” Thesis, Pasca SarjanaFE-UGM,

Foster, George, 1986, “Financial Statement Analysis,”New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs

Gaver,Jennifer J.,dan Kenneth M.Gaver, 1993,”Addi-tional Evidence on the Association between theInvestment Opportunity Set and Corporate Fi-nancing, Dividen, and Compensation Policies,”Journal Of Accounting & Economics , 16:125-160

Gaver J.Jennifer., dan Keneth M.Gaver, 1995,”Compen-sation Policy and the Investment OpportunitySet,” Financial Management, 24:19-32

Hartono, Jogiyanto, 1998,”Teori Portfolio dan AnalisisInvestasi,”Yogyakarta:BPFE

Hartono, Jogiyanto. 1999,”Agency Cost Explanationfor Dividen Payment.” Working Paper, Univer-sitas Gadjah Mada

Hartono, Jogiyanto, 1999, “Model Harga dan ModelReturn,” Laporan Akhir Diserahkan ke QUEAkuntansi FE UGM Yogyakarta

Kallapur, Sanjay dan Mark A Trombley,1999,”The As-sociation Between Investment Opportunity SetProxies and Realized Growth,” Journal ofBussiness Finance & Accounting 26, April/May:505-519

Korkie Bob dan Harry Turtle 1998. “The Canadian In-vestment Opportunity Set,1967-1993”, Cana-dian Journal of Administrative Sciences,15:213-229

Myers, S 1997.” Determinants of Corporate Borrow-ing.” Journal Financial Economics, 5:147-175

Prasetyo, A. 2000.” Asosiasi antara Investment Op-portunity Set (IOS) dengan KebijakanPendanaan, Kebijakan Dividen,KebijakanKompensasi, Beta dan Perbedaan Rekasi Pasar:Bukti Empiris dari Bursa Efek Jakarta.”,Simposium Nasional Akuntansi (SNA) III: 878-905

Racine D.Marie, dan Wilfrid Laurier 199, “Hedging Vola-tility Shocks to the Canadian Investment Op-portunity Set, QJBE, Autumn vol :37 no:3: 60-78

Sami, Heibatollah, S.M. Simon Ho dan C.K.Kevin Lam,1999, “Association Between The InvestmentOpportunity Set and Corporation Financing,Dividen, Leasing, and Compensation Policies:Some Evidence from an Emerging Market,”Working Paper , presented at Program Msi-Fakultas Ekonomi UGM,2nd of Augut 1999

Skinner, Douglas J. 1993. “The Investment Opportu-nity Set and Corporate Control.” Journal of Ac-counting and Economics, 16:407-445

Subekti,Imam (2000),”Asosiasiasi Antara SetKesempatan Investasi dengan KebijakanPendanaan dan Dividen Perusahaan,sertaImplikasinya pada Harga Saham,” hesis PascaSarjana FE UGM

Smith Jr.Clifford W.,dan Ross L.Watss,1992"The In-vestment Opportunity Set and Corporate Fi-nancing, Dividend,and Compensation Policies,”Journal of Fianancial Economics, 2:263-292

Vogt, S.C 1997. “Cash Fllow and Capital Spending: Evi-dence from Capital Expenditure Announce-ment.” Financial Management, :3-30.

Watts, Ross L., dan Jerold L. Zimmermman, 1986,” Posi-tive Accounting Theory,” Prentice HallEnglewood Cliffs, NJ.

Page 26: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

22

Jam STIE YKPN - Agustina Analisis korelasi ......

Page 27: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

23

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

MODEL PENDETEKSIAN MANAJEMEN LABAPADA INDUSTRI PERBANKAN PUBLIK DI INDONESIA

DAN PENGARUHNYA TERHADAPKINERJA PERBANKAN

Rahmawati 1

*) Dra. Rahmawati, M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri SebelasMaret Surakarta, sedang menempuh Program Doktor Akuntansi pada Program Pascasarjana UGM.

Volume XVIIINomer 1April 2007Hal. 23-34

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the most ap-propriate model to detect earnings management at pub-lic banking industry in Indonesia and to analyze wetherdiscretionary accruals with specific model influencescompany performance.

Accounting data are collected from the ICMD(Indonesian Capital Market Directory) and/or annualfinancial statements which are provided by the Centercapital market reference (PRPM) of Jakarta StockExchange.Diagnostic test was performed before dataare analyzed using multiple regression model. Resultof the diagnostic test shows autocorrelation that wascorrected..

The first and the second null hypothesis of thisresearch were rejected. Specific accrual model is a pre-cise model and it directs to account that is managed bybanking manager. The specific discretionary accrualinfluences equity market value. It means banking per-formance was influenced by level of specific discre-tionary accrual and PPAP. If value of specific discre-tionary accrual and PPAP are large so asset qualityand performance banking industry are good.

Keywords: Specific discretionary accrual, Equity mar-ket value, PPAP (Allowance for losses on earningsassets).

LATAR BELAKANG MASALAH

Penelitian ini menguji model untuk mendeteksimanajemen laba dan pengaruh kebijakan manajementerhadap akrual utama di sektor perbankan. Dalampenelitian ini, untuk mengukur komponen akrualkelolaan digunakan seperangkat variabel-variabelinformasional, termasuk pinjaman produktif yangbermasalah, dan pinjaman bersih yang dihapuskan,yang merefleksikan kemungkinan kerugian pinjaman.Standar akuntansi yang ditetapkan oleh Ikatan AkuntanIndonesia (IAI) mengijinkan pihak manajemen untukmengambil suatu kebijakan dalam mengaplikasikanmetode akuntansi guna menyampaikan informasimengenai kinerja perusahaan kepada pihak ekstern.Pemberian fleksibilitas bagi manajemen untuk memilihsatu dari seperangkat kebijakan akuntansi membukapeluang untuk perilaku opportunistic. Artinya, manajerrasional sebagaimana investor, akan memilih kebijakanakuntansi yang sesuai dengan kepentingannya.Dengan kata lain, manajer memilih kebijakan akuntansiyang dapat memaksimalkan expected utility-nya dan/atau nilai pasar perusahaan. Perilaku opportunistic dankontrak efisien mendorong manajer untuk melakukanmanajemen laba.

Manajemen laba merupakan topik yang menarik,baik bagi peneliti akuntansi maupun praktisi. Fenomenamanajemen laba juga telah meramaikan dunia bisnis

Page 28: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

24

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

dan pemberitaan pers. Beberapa bukti empiris dansistematik telah menunjukkan adanya fenomenamanajemen laba ini, di antaranya Gu dan Lee (1999),DeAngelo (1988), Holthausen dan Sloan (1995), danlain-lain. Secara khusus, Gu dan Lee (1999) telahmenunjukkan bahwa manajemen laba telah meluas danada di setiap pelaporan keuangan yang disampaikanoleh perusahaan. Mereka memberikan suatu buktibahwa manajemen laba terjadi di setiap laporankeuangan kuartalan, dan tingkat manajemen labaterbesar ditemukan pada kuartal keempat. Hal inimenunjukkan bahwa praktik manajemen laba merupakansuatu fenomena yang umum terjadi, tidak hanya padaperistiwa-peristiwa tertentu saja tetapi telah sedemikianmengakar dalam kehidupan bisnis.

Berkaitan dengan regulasi, beberapa industridilakukan regulasi secara lebih ketat dibandingkandengan industri yang lain, misalnya industri perbankandan asuransi. Industri perbankan mengalami monitor-ing yang ketat berkaitan dengan tingkat capital ad-equacy requirements ratio (CAR) dan berbagai hallainnya. Industri asuransi menghadapi regulasi yangketat mengenai kesehatan finansial minimumnya.Ketatnya persyaratan atau regulasi yang diberlakukanterhadap industri-industri tersebut dapat mendorongperusahaan untuk melakukan manajemen laba, terutamaketika kondisi keuangan mereka mendekati batasregulasi. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa bank-bank yang mendekati CAR minimum cenderung untukmelakukan manajemen laba dengan overstate loan lossprovisions, understate loan write-offs dan mengakuiabnormal realized gains atas portofolio sekuritas(Moyer 1990; Beaty dkk. 1995; Ahmed dkk. 1999; danCollins dkk. 1995). Studi lain yang membahas manajemenlaba perbankan dengan melihat provisi kerugianpinjaman bank antara lain Beaver dkk. (1989), Scholesdkk. (1990), Wahlen (1994), Beaver dan Engel (1996),Liu dan Ryan (1995) dan Liu dkk. (1997). Secarakeseluruhan studi-studi tersebut menemukan adanyamanajemen laba di dalam industri perbankan.

Studi terdahulu (Beaver dan Engel 1996)menguji pertimbangan manajerial di dalam perusahaanjasa keuangan berkenaan dengan cadangan kerugianpinjaman dan harga saham. Cadangan kerugianpinjaman sebagai sesuatu hal yang menjadipertimbangan untuk penelitian perilaku akrual kelolaan.Hasil penelitian Beaver dan Engel (1996) menunjukkan

adanya pengaruh yang signifikan dan positif antaraperilaku akrual kelolaan di dalam perusahaan jasakeuangan dan cadangan kerugian pinjaman denganperilaku harga saham.

Terdapat perbedaan penelitian ini denganpenelitian terdahulu tentang model akrual khusus dariBeaver dan Engel (1996) yaitu:1. Beaver dan Engel menggunakan dua model dengan

variabel dependennya cadangan kerugian pinjamandan provisi kerugian pinjaman. Penelitian ini hanyamenggunakan satu model saja yaitu cadangankerugian pinjaman.

2. Sampel dalam penelitian Beaver dan Engel adalahperusahaan perbankan dari tahun 1977 – 1991 yangtercatat di Compustat Bank United States. Penelitianini mengambil sampel pada perusahaan perbankanmempublik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta padatahun 2000 – 2004.

PERUMUSAN MASALAH

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakangmasalah, maka kejelasan tentang model pendeteksianmanajemen laba pada industri perbankan danpengaruhnya terhadap kinerja perusahaan, perlu dikajilebih lanjut dengan mengajukan research questionyaitu:1. model manakah yang paling sesuai untuk

mendeteksi manajemen laba pada industriperbankan publik di Indonesia?

2. apakah akrual kelolaan dengan model khususmempengaruhi kinerja perusahaan?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan buktiempiris tentang:1. model yang paling sesuai untuk mendeteksi

manajemen laba pada industri perbankan publik diIndonesia,

2. apakah akrual kelolaan dengan model khususmempengaruhi kinerja perusahaan.

Page 29: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

25

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGANHIPOTESIS

Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif mempunyai tujuan untukmenjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi (Wattsdan Zimmerman 1986). Teori positif didasari padaproposisi bahwa pemegang saham, manajer, regulatoradalah rasional dan mereka berusaha untukmemaksimumkan utilitas secara langsung dengankompensasi dalam rangka meningkatkankemakmurannya. Pemilihan metoda akuntansi,klasifikasi sistem akuntansi oleh kelompok tersebutdidasarkan pada perbandingan biaya dan manfaatrelatif.

Teori akuntansi positif (TAP) secara jelasdikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Teoriini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakanakuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan danpihak-pihak yang berkepentingan dengan laporankeuangan, dan untuk memprediksi kebijakan akuntansiyang hendak dipilih oleh perusahaan dalam kondisitertentu.

Manajemen Laba

Informasi earnings memainkan suatu peranan yangsignifikan dalam proses pengambilan keputusan olehpemakai laporan keuangan. Hal tersebut menyebabkanmanajemen berusaha untuk mengelola earnings dalamusahanya membuat entitas tampak bagus secarafinansial. Manajer memiliki kepentingan yang sangatkuat dalam pemilihan kebijakan akuntansi. Manajerdapat memilih kebijakan akuntansi dari standarakuntansi yang ada dan secara alamiah diharapkandapat memaksimumkan utilitas mereka dan nilai pasarperusahaan. Inilah yang disebut dengan manajemenlaba (Scott 2000).

Penjelasan konsep manajemen laba dapatdimulai dari pendekatan agency dan signalling theory.Kedua teori ini membahas masalah perilaku manusiayang memiliki keterbatasan rasional (bounded ratio-nality) dan menolak risiko (risk averse). Teori keagenanmenyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhioleh adanya konflik kepentingan antara agen(manajemen) dengan prinsipal (pemilik) yang timbul

ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai ataumempertahankan tingkat kemakmuran yangdikehendakinya. Teori signal (signalling theory)membahas bagaimana seharusnya signal-signalkeberhasilan atau kegagalan manajemen (agen)disampaikan kepada pemilik (prinsipal). Penyampaianlaporan keuangan dapat dianggap merupakan signalapakah agen telah berbuat sesuai dengan kontrak.Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetriinformasi terhadap pihak eksternal perusahaan sepertiinvestor dan kreditor. Asimetri informasi terjadi ketikamanajer memiliki informasi internal perusahaan yangrelatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebutrelatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal.Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajeruntuk menggunakan informasi yang diketahuinya untukmemanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untukmemaksimalkan kemakmurannya.

Healy dan Wahlen (1998) telah memberikandefinisi manajemen laba yang ditinjau dari sudutpandang badan penetap standar, yaitu:

Manajemen laba terjadi ketika manajermenggunakan kebijakan (judgment) dalam pelaporankeuangan dan dalam menyusun transaksi untukmengubah laporan keuangan dan menyesatkan stake-holders mengenai kinerja ekonomi perusahaan, atauuntuk mempengaruhi contractual outcomes yangtergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.

Sementara itu, Schipper (1989) mengartikanmanajemen laba sebagai “disclosure management”dalam pengertian bahwa manajemen melakukanintervensi terhadap proses pelaporan keuangan kepadapihak ekstern dengan maksud untuk memperolehkeuntungan pribadi. Definisi yang diberikan olehSchipper ini berbeda dengan Healy dan Wahlen (1998)dalam hal sudut pandangnya. Healy dan Wahlen (1998)meninjau dari segi keterkaitannya dengan badanpenetap standar, sedangkan Schipper (1989) melihatdari segi fungsi pelaporan kepada pihak eksternal danbukan pada laporan akuntansi manajerial atau aktivitas-aktivitas yang didesain untuk mempengaruhi ataumengubah standar akuntansi yang telah ditetapkanmelalui upaya lobying. Lebih jauh lagi, definisi yangdiberikan oleh Schipper (1989) tidak mendasarkan padakonsep khusus mengenai earnings (laba), namundidasarkan pada pandangan bahwa angka akuntansisebagai suatu informasi. Berdasarkan definisi ini,

Page 30: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

26

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

manajemen laba dapat terjadi dalam berbagai prosespengungkapan informasi akuntansi kepada pihakekstern.

Meskipun sudut pandang dari kedua definisitersebut berbeda, namun inti dari keduanya adalahsama, yaitu upaya manajemen untuk memanipulasiangka-angka akuntansi dengan tujuan untukmemperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri sehinggainformasi akuntansi yang diberikan tidak mencerminkankondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya dandapat menyesatkan pemakai informasi tersebut. Jadi,inti dari manajemen laba adalah adanya perilaku op-portunistic dari manajer perusahaan gunamemaksimalkan keuntungan pribadi (expected utility-nya) serta kontrak efisien untuk menguntungkanperusahaan.

Riset-riset empiris seringkali menganalisismanajemen laba dengan memfokuskan pada tingkatakuntansi akrual. Sebenarnya, tujuan prinsip dariakuntansi akrual adalah untuk membantu investormenilai kinerja ekonomi perusahaan selama suatuperioda melalui penggunaan prinsip akuntansi dasarseperti pengakuan pendapatan dan matching concept.Namun demikian, terdapat bukti bahwa sebagai hasildari proses akrual, laba yang dilaporkan cenderungmenjadi lebih ‘rata’ dibandingkan arus kas (Dechow1994). Mengingat akrual ini juga melibatkan berbagaimetode akuntansi yang bisa digunakan olehmanajemen perusahaan, maka diduga kuat manajermemanfaatkan akrual ini untuk tujuan-tujuan tertentuyang dapat menguntungkan mereka.

Model Pendeteksian Manajemen Laba

Jones memberikan sebuah model untuk membantumengidentifikasi perusahaan yang melakukanmanajemen laba. Tujuan model Jones adalah untukmemisahkan akrual kelolaan dan nonkelolaan. Modelmodifikasi Jones mengestimasi tingkat akrual yangdiharapkan (akrual nonkelolaan) sebagai fungsiperbedaan antara perubahan pendapatan danperubahan dalam piutang dagang serta aktiva tetap.

Perhitungan total akrual dengan pendekatanarus kas dan laporan rugi laba dihitung dengan rumussebagai berikut ini (Sloan 1996).

TAt = Earnt - CFOt

Dimana,TA = total akrualEarn = earningsCFO = arus kas operasi

Seluruh persamaan di atas dibagi dengan menggunakantotal aktiva awal tahun pada perusahaan yangdiobservasi. Penelitian ini menggunakan pendekatanarus kas dan laporan rugi laba agar didapat besaranakrual yang tidak bias. Untuk model pemisahandigunakan model Jones yang dimodifikasi (disesuaikandengan karakteristik laporan keuangan industriperbankan) dan model pemisahan denganmenggunakan proksi akrual khusus yaitu cadangankerugian piutang atau penyisihan kerugian pinjaman(Beaver dan Engel 1996).

Model-model pemisahan akrual menjadi akrualkelolaan dan nonkelolaan yang dibandingkan olehDechow dkk. (1995) adalah sebagai berikut.

1. The Healy ModelPengujian Healy untuk manajemen laba dengan

cara membandingkan rata-rata total akrual (dibagi totalaktiva periode sebelumnya). Healy (1985) menganggapnon discretionary accruals (NDA) tidak dapatdiobservasi.

NDA = 0 sehingga TA = NDA

2. The De Angelo ModelModel De Angelo menguji manajemen laba

dengan menghitung perbedaan awal dalam total ac-cruals dan dengan asumsi bahwa perbedaan pertamatersebut diharapkan nol (0), yang berarti tidak adamanajemen laba. Model ini menggunakan total accru-als periode terakhir (dibagi total aktiva periodesebelumnya) untuk mengukur non disecretionary ac-cruals.

1−= tt TANDA

Keterangan:NDAt = estimasi non discretionary accruals, dan

TAt-1 = total accruals dibagi total aktiva1 tahun sebelum tahun t.

Page 31: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

27

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

3. The Jones ModelJones mengajukan model yang menolak asumsi

bahwa non discretionary accruals adalah konstan.Model ini mencoba mengontrol pengaruh perubahankeadaan ekonomi perusahaan pada non discretionaryaccruals, sebagai berikut:

( ) ( )ttt

t PPEREVA

NDA 321

11 ααα +Δ+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛=

Keterangan:ΔREVt = revenue pada tahun t dikurangi revenue

pada tahun t-1 dibagi total aktiva tahun t-1,PPEt = gross property plan and equipment pada

tahun t dibagi total aktiva tahun t-1,At-1 = total aktiva tahun t-1.

4. The Modified Jones ModelModel ini dibuat untuk mengeliminasi tendensi

konjungtur yang terdapat dalam The Jones Model.

( ) ( )tttt

t PPERECREVA

NDA 321

11

ααα +Δ−Δ+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

Keterangan :ΔRECt = net receivable (piutang bersih) pada tahun

t dikurangi piutang bersih pada tahun t-1dibagi total aktiva pada tahun t-1.

5. Industry Adjusted ModelModel ini mengasumsikan bahwa variasi

determinan dari non discretionary accruals adalahsama dalam jenis industri yang sama. Non discretion-ary accruals dari model ini diperoleh dengan:

( )ττ γγ TAmedianNDA 121 +=

Mengacu pada landasan teori dan reviewpenelitian terdahulu, maka model penelitian ini dapatdigambarkan sebagai berikut:

Akrual kelolaan Kinerja perbankan

Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian iniadalah:H1: Model akrual khusus adalah model yang tepat

untuk mendeteksi manajemen laba pada industriperbankan.

H2: Akrual kelolaan (model khusus) mempengaruhikinerja perbankan

METODA PENELITIAN

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Manajemen labaAkrual kelolaan yang merupakan sarana untuk

menguji manajemen laba dan penyesuaian akuntansiatas aliran kas perusahaan dihitung berdasarkanstandar akuntansi yang berlaku. Perhitungan totalakrual (dengan pendekatan arus kas) diukur sebagaiperbedaan antara laba dan arus kas operasi (Sloan1996). Laba (earnings) didefinisikan sebagai lababersih, sedangkan arus kas operasi adalah arus kasbersih dari aktivitas operasi yang dilaporkan dalamlaporan arus kas berdasarkan PSAK no. 2.Untuk mendekomposisi total akrual menjadi akrualkelolaan dan nonkelolaan maka digunakan:

1) Model Jones (1991)

NDAit = α0 + α1 (ΔPOit) + α2 (PPEit) + e

2) Model Jones yang dimodifikasi (1991)

NDAit = α0 + α1 (ΔPOit - ΔPIUTit ) + α2 (PPEit) + e

Keterangan:NDAit : akrual nonkelolaanΔPOit: : pendapatan operasi bank i pada perioda t -

pendapatan operasi bank i pada periodet-1ΔPIUTit : piutang netto bank i pada perioda t - piutang

netto bank i pada perioda t-1PPE it : saldo dari property, plant dan equipment

(bruto) bank i pada akhir perioda te : error term bank i tahun t

Page 32: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

28

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

Seluruh variabel dibagi dengan aktiva total awalperioda. OLS (ordinary least square) digunakan untukmendapatkan koefisien-koefisien masing-masingvariabel diatas. Guna mengestimasi ukuran manajemenlaba, maka digunakan metoda estimasi secara pooleddata (karena masalah ketersediaan data bank publikyang setiap tahun kurang dari 30 bank) sebagaimanayang digunakan oleh Na’im dan Hartono (1996).Manajemen l1aba dengan menaikkan laba diindikasikandengan nilai akrual kelolaan yang positif. Rekayasamenurunkan laba diindikasikan dengan nilai akrualkelolaan yang negatif.

3) Akrual khusus (Beaver dan Engel 1996):

NDAit = ααααα0 + ααααα1 CO it + ααααα2 LOAN it + ααααα3 NPAit +ααααα4 ΔΔΔΔΔ NPA it+1 + e

Keterangan:CO it : loan charge-offs (pinjaman yang

dihapusbukukan)LOAN : loans outstanding (pinjaman yang beredar)NPA : nonperforming assets (aktiva produktif

yang bermasalah) terdiri dari aktivaproduktif berdasarkan tingkatkolektibilitasnya yaitu:a. dalam perhatian khusus (DPK),b. kurang lancar (KL),c. diragukan (D),d. macet (M).

Δ NPA : selisih nonperforming assets t+1 dengannonperforming assets t

Semua variabel dideflasi dengan nilai buku ekuitas pluscadangan kerugian pinjaman. Untuk menentukan modelpengukuran mana yang akan digunakan dalam analisautama, akan dilakukan analisa perbandingan antara 3model pengukuran tersebut. Model pengukuran yangmempunyai adjusted R2 dan proporsi tanda koefisienyang sesuai prediksi paling tinggi akan digunakandalam pengujian utama karena menunjukkan modelperhitungan akrual kelolaan yang paling baik.

Jadi perhitungan akrual kelolaan yaitu:

ADit = TAit - NDAit

Keterangan:TA = total akrual (untuk yang model akrual khusus

total akrual dihitung berdasarkan total saldopenyisihan penghapusan aktiva produktif(PPAP))

AD = akrual kelolaan NDA = akrual nonkelolaan

2. Kinerja perbankan, sebagai variabel dependendalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan rata-rata kapitalisasi pasar (harga saham penutupan akhirtahun x jumlah saham yang beredar) untuk perusahaanperbankan selama periode pengujian.

Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakahvariabel independen mempunyai pengaruh signifikanterhadap variabel dependen dan dimaksudkan untukmengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalamanalisis regresi. Model regresi dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:

ititititit NPADALLALLMV εαααα ++++= 3210

Keterangan:MVit : nilai pasar pada ekuitas umum perbankan i

pada periode tALLit : saldo cadangan kerugian pinjaman

perbankan i pada periode t (saldo PPAP)DALLit : akrual kelolaan perbankan i pada periode tNPAit : aktiva produktif yang bermasalah

perbankan i pada periode ti : 1, ... N bank t : 1, ... T

tahun estimasi

itε : error term perusahaan perbankan i padaperiode t

Data dan Pemilihan Sampel

Data akuntansi diambil dari ICMD (Indonesian Capi-tal Market Directory) dan atau laporan keuangantahunan perusahaan yang disediakan di Pusat referensipasar Modal (PRPM) Bursa Efek Jakarta serta laporankeuangan bank publik yang diterbitkan di Direktoriperbankan Indonesia. Teknik pengambilan sampel

Page 33: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

29

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

dilakukan dengan purposive sampling menggunakankriteria sebagai berikut:1. perusahaan merupakan bank publik yang terdaftar

di BEJ dari tahun 2000 sampai 2004,2. data laporan keuangan perusahaan tersedia

berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2000-2004. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkanlaporan keuangan yang mencakup laporan arus kasyang diharuskan sesuai PSAK no. 2 yang mulaiberlaku pada tanggal 1 Januari 1995 dan masasesudah krisis moneter,

3. perusahaan perbankan tersebut mempublikasilaporan keuangan auditan dengan menggunakantahun buku yang berakhir pada tanggal 31Desember.

Prosedur pemilihan sampel disajikan pada tabel 1berikut ini.

Tabel 1Prosedur Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah bankTerdaftar di BEJ daritahun 2000 sampai 2004 31Bank yang merger sebelumtahun 2004 4

...............Terpilih sebagai sampel 27 bank

Jumlah observasiPeriode 2000-200431 bank x 5tahun 155Bank yang merger sebelumtahun 2004: 35

................120 observasi

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian hipotesis 1

Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengujian data.Hasil pengujian data menunjukkan adanya autokorelasi,karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalahdata panel. Pengobatan dilakukan denganmenggunakan koreksi koefisien autokorelasinya. Untuk

multikolinieritas, normalitas, dan heterokedatisitas tidakada masalah (hasilnya dapat dilihat pada lampirannomor 1 sampai dengan 3).

Perubahan pendapatan operasi (PO) danperubahan kredit yang diberikan (PIUT) dimasukkanke dalam model estimasi untuk mengendalikanperubahan dalam akrual nonkelolaan yang disebabkanoleh perubahan kondisi. Pendapatan operasi digunakansebagai kontrol terhadap lingkungan perusahaankarena pendapatan merupakan ukuran obyektif darioperasi perusahaan sebelum manipulasi manajer (Jones1991). Sedangkan saldo aktiva tetap kotor (PPE)merupakan bagian dari total akrual yang berhubungandengan biaya depresiasi yang nonkelolaan.

Hasil analisis regresi pada masing-masing modeldekomposisi total akrual menjadi akrual kelolaan dannonkelolaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkanhasil koefisien regresi yang diperoleh, model Jones-modifikasi merupakan model paling baik. Hal ini dapatdilihat dari tanda koefisien masing-masing variabelyang mempengaruhi sesuai dengan prediksi yaitunegatif (signifikan) dan nilai adjusted R2 lebih tinggidaripada model Jones. Nilai adjusted R2 model akrualkhusus tidak dapat dibandingkan dengan model Jonesdan model Jones yang dimodifikasi karena variabeldependennya berbeda. Model akrual khususmenggunakan variabel dependen saldo PPAP(penyisihan penghapusan aktiva produktif). Tandakoefisien masing-masing variabel independen untukmodel akrual khusus sesuai dengan prediksi yaitupositif, kecuali variabel D NPA menunjukkan hasil yangnegatif. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitianBeaver dan Engel (1996) yang menghasilkan variabelD NPA dengan koefisien positif. Jadi model Jones-modifikasi dan model akrual khusus yang digunakanuntuk menguji hipotesis dua dalam penelitian ini.

Page 34: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

30

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

*** Secara statistis signifikan pada tingkat 0,01** Secara statistis signifikan pada tingkat 0,05* Secara statistis signifikan pada tingkat 0,10

Keterangan:ΔPOit: pendapatan operasi bank i pada perioda t -

pendapatan operasi bank i pada periodet-1ΔPIUTit: piutang netto (kredit yang diberikan) bank i

pada perioda t - piutang netto bank i padaperioda t-1

PPE it : saldo dari property, plant dan equipment(bruto) bank i pada akhir perioda t

CO it : loan charge-offs (pinjaman yangdihapusbukukan)

LOAN : loans outstanding (pinjaman yang beredar)NPA : nonperforming assets (aktiva produktif yang

bermasalah).Δ NPA: selisih nonperforming assets t+1 dengan

nonperforming assets tPPAP: penyisihan penghapusan aktiva produktif

Hipotesis null satu yang menyatakan bahwamodel akrual khusus adalah model yang tidak tepatuntuk mendeteksi manajemen laba pada industriperbankan ditolak. Hal ini dapat dilihat dari nilai ad-justed R2 yang hampir sama dengan model Jones-modifikasian dan proporsi tanda koefisien yangdiperoleh paling tinggi (ada tiga variabel independenyang sesuai prediksi).

Hasil pengujian hipotesis 2

Tabel 3 dan 4 berikut ini menyajikan hasil analisispengujian hipotesis 2 dengan menggunakan akrualkelolaan model Jones yang dimodifikasi dan akrualkhusus sebelum pengobatan.

Tabel 2Perhitungan Dekomposisi Total Akrual

Dependen(total akrual) Variabel Koefisien Prob. value Adjusted R2

Model C 301.051,1 0,327 3%Jones ΔPO 0,375 0,053*(1991) PPE -0,144 0,443Model Jones C 422.549,1- 0,253 15%yang dimodifikasi (ΔPO- 0,281- 0,000***(1991) Δ PIUT)PPE 0,846 0,000***Dependen(PPAP) C 358.65 0,431Model akrual CO 0,557 0,045** 12%khusus LOAN 0,087 0,018**(Beaver dan NPA 0,005 0,940Engel 1996) ΔNPA -0,005 0,912

Tabel 3Hasil Analisis Regresi dengan Model Akrual

Khusus

MV=C(1)+C(2)*DALL+C(3)*NPA+C(4)*PPAP Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C(1) 14.24541 0.235404 60.51466 0.00*** C(2) 0.046795 0.009150 5.113915 0.00*** C(3) 4.22E-08 2.31E-08 1.828311 0.07* C(4) 7.28E-08 4.13E-08 1.764602 0.08* R-squared 0.263724 Mean dependent var 13.79675 Adjusted R-squared 0.244683 S.D. dependent var 2.306895 S.E. of regression 2.004900 Akaike info criterion 4.261830 Sum squared resid 466.2762 Schwarz criterion 4.354747 Log likelihood -251.7098 F-statistic 13.84989 Durbin-Watson stat 1.007454 Prob(F-statistic) 0.000***

Keterangan:MV : nilai pasar ekuitasDALL : akrual kelolaan model khususNPA : aktiva produktif bermasalahPPAP : pemenuhan penyisihan aktiva produktif

Page 35: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

31

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

Keterangan:DA_JM : akrual kelolaan model Jones yang

dimodifikasi

Setelah dilakukan pengobatan, maka hasilpengujian hipotesis dua dapat dilihat pada tabel-tabelberikut ini.

Tabel 5Hasil Analisis Regresi dengan Model Akrual

Khusus (Setelah Pengobatan)

Tabel 6Hasil Analisis Regresi dengan Model Jones-

Modifikasi(Setelah Pengobatan) MV=C(1)+C(2)*DA_JM+C(3)*NPA+C(4)*PPAP Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C(1) 13.79975 0.252925 54.56069 0.00*** C(2) 1.078412 0.619168 1.741712 0.08* C(3) 5.11E-08 2.52E-08 2.031192 0.04** C(4) 1.08E-07 4.45E-08 2.420004 0.01*** R-squared 0.120726 Mean dependent var 13.79675 Adjusted R-squared 0.097986 S.D. dependent var 2.306895 S.E. of regression 2.190961 Akaike info criterion 4.439322 Sum squared resid 556.8359 Schwarz criterion 4.532239 Log likelihood -262.3593 F-statistic 5.308989 Durbin-Watson stat 0.937614 Prob(F-statistic) 0.001***

Tabel 4Hasil Analisis Regresi dengan Model Jones-

Modifikasi Dependent Variable: Y2 Y2=C(1)+C(2)*X2+C(3)*NPA+C(4)*PPAP Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C(1) 6.267112 0.184446 33.97807 0.00*** C(2) -0.087546 0.595891 -0.146916 0.88 C(3) 2.67E-08 2.07E-08 1.289280 0.19 C(4) 1.02E-07 3.67E-08 2.766475 0.00*** R-squared 0.086148 Mean dependent var 6.458493 Adjusted R-squared 0.062309 S.D. dependent var 1.868580 S.E. of regression 1.809429 Akaike info criterion 4.056936 Sum squared resid 376.5140 Schwarz criterion 4.150352 Log likelihood -237.3877 F-statistic 3.613668 Durbin-Watson stat 1.896408 Prob(F-statistic) 0.015**

Dependent Variable: YT YT=C(1)+C(2)*XT+C(3)*NPA+C(5)*PPAP Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C(1) 7.039728 0.180910 38.91282 0.00*** C(2) 0.033982 0.009878 3.440057 0.00*** C(3) 2.44E-08 1.98E-08 1.228231 0.2219 C(5) 8.43E-08 3.54E-08 2.378754 0.01*** R-squared 0.173655 Mean dependent var 6.988567 Adjusted R-squared 0.152098 S.D. dependent var 1.875943 S.E. of regression 1.727398 Akaike info criterion 3.964145 Sum squared resid 343.1489 Schwarz criterion 4.057561 Log likelihood -231.8666 F-statistic 8.055671 Durbin-Watson stat 1.933504 Prob(F-statistic) 0.000***

Keterangan:YT : variabel MV yang telah dikoreksiXT : variabel akrual kelolaan model khusus yang

telah dikoreksi

Keterangan:Y2 : variabel MV yang telah dikoreksiX2 : variabel akrual kelolaan model Jones yang

dimodifikasi yang telah dikoreksi

Hasil pengujian hipotesis dua dapat dilihat padatabel 5. Variabel akrual kelolaan secara statistis signifikanpada tingkat signifikansi 1%. Hal ini berarti hipotesisnull dua ditolak. Artinya, nilai pasar ekuitas perbankandipengaruhi oleh besarnya akrual kelolaan modelkhusus. Tanda koefisien positif berarti semakin besarnilai pasar ekuitas semakin besar nilai akrual kelolaan.

Variabel kontrol yang signifikan hanya variabelPPAP dengan tingkat signifikansi 5%. Sedangkanvariabel kontrol NPA tidak signifikan. Nilai F kalkulasiandari model akrual khusus adalah 8 dengan nilaiprobabilitasnya 0,000 (secara statistis signifikan padatingkat signifikansi 1%).

Perhitungan akrual menggunakan model Jones-modifikasi tidak dapat menolak hipotesis null dua.Artinya akrual kelolaan model Jones-modifikasi tidakmempengaruhi kinerja perbankan. Pada tabel 6, variabelkontrol yang signifikan adalah variabel PPAP.

Hasil pengujian hipotesis dua tersebut dapatdisimpulkan bahwa industri perbankan yangmempunyai saldo akrual kelolaan (model khusus) danPPAP yang besar mempunyai kinerja yang lebih baik.Hal ini konsisten dengan penelitian terdahulu dari Bea-ver dan Engel (1996) dan Wahlen (1994). Bank yangmempunyai saldo akrual kelolaan (model khusus) danPPAP yang besar akan mempunyai kualitas aktiva yangbaik dan margin keselamatannya tinggi (kalau adapiutang memburuk kolektibilitasnya, sudah tersedia

Page 36: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

32

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

PPAP yang cukup). Jumlah PPAP yang cukup tidakakan mengganggu operasi bank.

SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DANSARAN

Simpulan

1. Hipotesis null pertama dalam penelitian ini ditolak.Model akrual khusus lebih tepat dan mengarah padaakrual yang mana yang dikelola oleh manajerperbankan.

2. Hipotesis null kedua dalam penelitian ini ditolakuntuk akrual kelolaan model khusus. Artinya, nilaipasar ekuitas dipengaruhi oleh besarnya akrualkelolaan dan PPAP.

Implikasi

Implikasi Teoritis

Simpulan terhadap hasil penelitian ini memberikanwawasan baru dalam pendeteksian manajemen labapada industri perbankan yang mempublik di Indone-sia. Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi penelitianselanjutnya untuk meneliti manajemen laba denganmodel akrual khusus pada jenis industri selainperbankan.

Penelitian ini memperjelas penggunaan teoriakuntansi positif dan keagenan dalam perbankan. Teoriakuntansi positif bukan teori tunggal yang dapatmenjelaskan kebijakan manajemen terhadap manajemenlaba, jadi dalam menjelaskan fenomena bisa sajaberlawanan dengan teori akuntansi positif. Para penelitisebaiknya menggunakan lebih dari satu teori dalammenjelaskan fenomena, hubungan atau hasil pengujianempirik.

Implikasi Praktik

Bagi para investor, hasil penelitian ini dapat digunakansebagai bahan pertimbangan dengan menggunakaninformasi akrual. Kemampuan elemen earnings dapatmembantu prediksi aliran kas investor dan berkaitandengan prospek perusahaan di masa yang akan datang.Bagi kreditor, analis keuangan dan auditor disarankanuntuk berhati-hati dalam memahami laba yang

dilaporkan oleh manajemen dalam laporan keuangan.Mengingat laba yang dilaporkan tersebut dapatdinaikkan atau diturunkan dengan memanfaatkanfleksibilitas dari standar akuntansi keuangan danregulasi perbankan.

Implikasi Kebijakan

Para pembuat standar akan tertarik pada akrualkhusus yang digunakan untuk mengelola laba, besaran,dan frekuensi dari tindakan manajemen laba. Penelitianini memberikan gambaran akrual khusus yang terjadipada industri perbankan.

Bagi regulator dalam hal ini Bank Indonesiadapat mendeteksi industri perbankan yang melakukanmanajemen laba misalnya dengan memperhatikankarakteristik perbankan yang mempunyai akrual besarsehingga mempunyai perbedaan yang besar antara labadan arus kas operasinya dan perbankan denganstruktur governance yang lemah. Bank Indonesia jugaperlu hati-hati dalam menyusun regulasi perbankankarena terbukti regulasi perbankan berhubungandengan manajemen laba.

Bagi BAPEPAM, hasil penelitian ini dapatdigunakan sebagai bahan membuat peraturan yangberkaitan dengan pengungkapan penuh agarmeningkatkan transparansi dalam pelaporan keuangan.Manajemen laba yang dilakukan dengan berbagaimotivasi menyebabkan investor bertransaksi di pasarmodal yang kurang efisien secara informasi. Hubunganmanajemen laba dengan tingkat pengungkapan laporankeuangan dapat positif, jika sejalan dengan prespektifmanajemen laba efisien kontrak. Hubungan negatifterjadi jika sejalan dengan prespektif manajemen labaoportunistik.

IAI agar mengupayakan pembatasan pemilihanmetoda akuntansi bagi manajemen dengan harapanmeminimalkan terjadinya manajemen laba yang dapatmerugikan berbagai pihak.KeterbatasanPenelitian ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut.1. Sampel dalam penelitian ini hanya industri

perbankan yang mempublik saja yang hasilnyakemungkinan lain jika model akrual khususditerapkan pada jenis industri yang lain.

2. Akrual khusus yang terjadi dalam industriperbankan digunakan dalam penelitian ini. Tetapi

Page 37: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

33

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

penelitian ini tidak menguji kekuatan pengujianmasing-masing model dekomposisi akrual (dengananalisis yang lebih memadai seperti penelitianDechow 1995) yang tepat untuk industri perbankan.

3. Penelitian ini tidak memasukkan variabel laba positifdan laba negatif yang diprediksi mempengaruhikinerja perbankan.

Saran

Penelitian-penelitian berikutnya disarankan untuk.1. Melakukan penelitian model akrual khusus pada

jenis industri yang lain, misalnya perusahaanasuransi.

2. Hendaknya juga ditujukan pada kekuatanpengujian model akrual khusus dan model baru lainyang mungkin lebih powerfull dalam mendeteksimanajemen laba pada industri perbankan.

3. Memasukkan variabel laba positif dan laba negatifdalam model yang diprediksi mempengaruhi kinerjaperbankan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S. Anwer. C. Takeda dan S. Thomas. 1999. Bankloan loss provisions: a reexamination of capitalmanagement, earnings management and signal-ing effects. Journal of Accounting and Eco-nomics 28: 1-25.

Anggraeni, R. Retno Fr. 2004. Teori keagenan dalamakuntansi perbankan. Antisipasi Vol. 8 no. 1:112-127.

Assih, P. 1998. Hubungan tindakan perataan laba danreaksi pasar atas pengumumaninformasi laba perusahaan yang terdapat diBursa Efek Jakarta. Tesis S2 UGM.

———. 2004. Pengaruh set kesempatan investasiterhadap hubungan antara faktor-faktormotivasional dan tingkat manajemen laba.Disertasi S3 UGM.

Beaver, H. William dan Ellen E. Engel. 1996. Discretion-ary behavior with respect to allowances for loanlosses and the behavior of security prices. Jour-nal of Accounting and Economics 22: 177-206.

———, Eger C. Ryan, S. Wolfson M. 1989. Financialreporting and the structure of bank share prices.Journal of Accounting Research 27: 157-178.

Beatty, A., S. Chamberlain dan J. Magliolo. 1995. Man-aging financial reports of commercial banks:the influence of taxes, regulatory capital andearnings. Journal of Accounting Research 33:231-261.

Ciancanelli, P. dan J. A. R. Gonzales. 2000. Corporategovernance in banking: a conceptual framework.Social Science Research Network.

Collins, J. D. Shackelford dan J. Wahlen. 1995. Bankdifferences in the coordination of regulatorycapital, earnings and taxes. Journal of Account-ing Research 33: 263-291.

Cahan, S. F. 1992. The effect of antitrust investigationson discretionary accruals: a refined test of thepolitical cost hypothesis. The Accounting Re-view, 67, Januari: 77-95.

Dechow, M. Patricia, dan D.J. Skinner. 2000. Earningsmanagement: reconciling the views of account-ing academics, practitioners and regulators.Accounting Horizons, 14: 235-250.

Griffin, A Paul. 1998. Further evidence on the economiceffects of changes in loan loss provisions onbank stock returns. Abacus Vol. 34 No. 2: 188-203.

Gujarati, D. N. 1995. Basic econometrics. Internationaleditions. Mc Graw-Hill International.

Hair, J.F.Jr., R.E. Anderson, R.L. Tatham, W.C. Black.1995. Multivariate data analysis with readings.Edisi ke-4. New York: Prentice-Hall Inc.

Page 38: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

34

Jam STIE YKPN - Rahmawati Model Pendekteksian Manajemen......

Healy P. dan James M. Wahlen. 1998. A review of theearnings management literature and its implica-tions for standard setting. Working Paper.

Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of thefirm: managerial behavior, agency cost and own-ership structure. Journal of Financial Econom-ics 3: 305-360.

Jones, Jennifer J. 1991. Earnings management duringimport relief investigations, Journal of Ac-counting Research, 29: 193-228.

Komariah, O. 1993. Mengelola permodalan dalam bisnisperbankan. Bank dan Manajemen, Maret-April.

Liu, C, S. Ryan dan J. Wahlen. 1996. Differential valua-tion implication of loan loss provisions acrossbanks and fiscal quarters. Working Paper. June.

———. 1997. Differential valuation implication of loanloss provisions across banks and fiscal agents.The Accounting Review 729(1): 133-146.

———. 1995. The effect of bank loan portfolio compo-sition on the market reaction to and anticipa-tion of loan loss provisions. Journal of Account-ing Research 33 (1): 77-94.

Moyer, S. 1990. Capital adequacy ratio regulations andaccounting choices in commercial banks. Jour-nal of Accounting and Economics, 12: 123-154.

Mc Nichols, M. dan G. Peter Wilson. 1988. Evidence ofearnings management from the provision for baddebt. Journal of Accounting research. Supple-ment: 1-31.

Na’im, A., dan J. Hartono. 1996. The Effects of antitrustinvestigations on the management of earnings:a further empirical test of political cost hypoth-esis, Kelola, 13: 126-141.

Purnamawati, W. 2004. Akrual diskresioner dan growth:pengaruhnya terhadap profitabilitas masadepan.Tesis S2 tidak dipublikasikan UGM.

Schipper, K. 1989. Commentary on earnings manage-ment. Accounting Horizons, Desember: 90-102.

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory.Edisi ke 2. Prentice Hall Inc. Ontario. Canada.

Scholes, S Myron. G. Peter Wilson dan Mark A. Wolfson.1990. Tax planning, regulatory capital planning,and financial reporting strategy for commercialbanks. The Review of Financial Studies Vol. 3No. 4: 625-650.

Wahlen J. 1994. The nature of information in commer-cial bank loan loss disclosures. The Account-ing Review 69: 455-478.

Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman. 1978. To-wards a positive theory of the determinationofaccounting standards. The Accounting Review,53, Januari: 112-134.

-———, dan ——.1986, Positive Accounting Theory.Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Page 39: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

35

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

HUBUNGAN SINYAL-SINYAL FUNDAMENTALDENGAN HARGA SAHAM

Sherly Friska Dewi 1 dan Eko Widodo Lo 2

1 Sherly Friska Dewi, SE., M.Si., adalah alumni Program Magister Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta.2 Dr. Eko Widodo Lo, SE., M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta.

Volume XVIIINomer 1April 2007Hal. 35-42

ABSTRACT

In order that shareholders able to make decision cor-rectly, they are insisted to analyze financial report. Oneanalysis method can be used is fundamental analysis.Fundamental analysis has five processes namely thatbusiness knowledge, information analysis, forecastpayoff, valuation, and making decision. In practice,the analysts or the share holders often minimize in thesecond phase and clear up in the third phase. Indi-rectly, by minimizing the second phase, they have mini-mized information in accounting numbers. Based onagency theory, it can be happened information asym-metry between the shareholders with manager. After-ward, the manager has tried to minimize the informa-tion asymmetry by publishing financial report. Funda-mental signal was defined as a signal that has containsof information. As much as fundamental signals usedby the shareholders, as less as information asymmetrydrops.

This research wants to know the relations be-tween several fundamental signals with company per-formance before and after conditioning. The samplethat’s used in this research couses of 123 non-financecompanies in period 2000, 2001, 2002, 2003, and 2004.

Dependence variable that used to measure com-pany performance is stock price, while five indepen-dence variables that used to measure a signal that has

contain sof information in view of investor those are,account receivables, inventories, administration andselling expenses, gross margin is control variable inthis research, and cash flow from operation activitiesas the main of independence variable. Results of testindicate that gross margin signal, administration andselling expenses signal were used by investor to ana-lyze company performance.

Keywords: fundamental analysis, fundamental signal,information content, cash flow, earnings, stock prices

PENDAHULUAN

Penelitian ini mengangkat isu bahwa penggunaansinyal fundamental di dalam laporan keuanganperusahaan oleh para pemegang saham belum optimal.Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan danpemahaman para pengguna laporan keuanganterhadap informasi yang terkandung di dalam angka-angka akuntansi tersebut. Cerita kontek yangmerupakan latar belakang permasalahan di dalampenelitian ini adalah sebagai berikut: laporan keuanganmerupakan suatu dokumen penting yangdipublikasikan perusahaan kepada para pemegangsaham. Dokumen ini penting karena di dalamnyaterdapat angka-angka akuntansi yang menunjukkanhasil kinerja perusahaan, sehingga diharapkan para

Page 40: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

36

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

pemegang saham mampu menganalisis laporankeuangan tersebut dengan tujuan dapat melakukanpengambilan keputusan dengan tepat. Analisis laporankeuangan sangat dibutuhkan agar dapat memahamiinformasi yang terkandung di dalam laporan keuangan.Salah satu teknik yang digunakan untuk melakukananalisis terhadap laporan keuangan adalah analisis fun-damental. Analisis fundamental meliputi penilaianterhadap aktivitas perusahaan dan prospek perusahaanmelalui laporan keuangan yang dipublikasi, sumberinformasi lain yang berkaitan dengan perusahaan,pasar tempat produk mereka bersaing, dan lingkunganekonomi secara keseluruhan.

Lima tahap pemrosesan analisis fundamentalmenurut Penman (2001) adalah sebagai berikut, tahappertama yaitu mengetahui bisnis yang meliputipengetahuan tentang produk, pesaing, peraturan, sertaknowledge base. Tahap kedua adalah melakukananalisis informasi baik yang terdapat di dalam laporankeuangan maupun yang berada di luar laporankeuangan. Selanjutnya pada tahap ketiga dilakukanperamalan hasil dan hasil tersebut akan diubah ke dalambentuk penilaian pada tahap keempat. Hasil daripenilaian ini akan digunakan untuk pengambilankeputusan investasi pada tahap kelima. Pada tahapkelima, seorang inside investor akan mengambilkeputusan menerima atau menolak suatu strategi atauusulan investasi. Sedangkan bagi pihak outside inves-tor, mereka akan melakukan pengambilan keputusaninvestasi untuk membeli (buy), menjual (sell) ataumenahan (hold) sahamnya. Secara umum, analisis fun-damental membutuhkan waktu yang lebih lama sertabiaya yang lebih besar. Keadaan ini membawa dampakterhadap pelaksanaan analisis fundamental. Para analissering meminimalkan tahap kedua serta menghilangkantahap ketiga. Dengan meminimalkan tahap kedua,secara tidak langsung mereka telah meminimalkaninformasi yang dimiliki oleh angka-angka akuntansiyang ada di dalam laporan keuangan tersebut.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa angka-angka akuntansi nonearnings memiliki kandunganinformasi. Ou (1990) melakukan penelitian empiristerhadap angka-angka akuntansi nonearnings, danhasil temuannya adalah angka-angka akuntansinonearnings dalam laporan tahunan perusahaanmengandung informasi berkaitan dengan arah dariperubahan earnings di masa akan datang yang tidak

disajikan pada earnings saat ini, dan valuation linkantara perubahan earnings masa akan datangprediksian dengan return saham. Atau dengan katalain bahwa angka-angka laporan keuangan perusahaanselain laba mengandung informasi dalam memprediksilaba satu tahun ke depan. Lev dan Thiagarajan (1993)melakukan penelitian dengan fokus pada analisisinformasi fundamental. Secara khusus, merekamemfokuskan pada nilai relevan dari fundamental,analisis fundamental-return ketika mengalamipengkondisian, dan hal-hal yang berhubungan denganfundamental yaitu kepersistenan earnings dan koefisienrespon earnings.. Temuan dari penelitian ini bahwahampir semua variabel fundamental yang digunakanmemberi tambahan nilai yang relevan. Analisis funda-mental secara rata-rata memberi tambahan penjelasansebesar 70% dari model tradisional. Suryaningrum(1997) melakukan studi empiris terhadap abnormal re-turn dan strategi analisis fundamental selama periode1993 sampai dengan 1996 dengan tujuan untukmembuktikan apakah penerapan analisis fundamentaldapat menghasilkan abnormal return secara signifikan.Hasil dari penelitian tersebut adalah hanya sinyal labakotor yang mampu memprediksi abnormal returnsecara signifikan.

Selanjutnya di bawah ini adalah beberapapenelitian mengenai adanya kandungan isi informasidari angka-angka yang terdapat di dalam laporankeuangan perusahaan. Penelitian-penelitian tersebutbersifat memberikan dukungan dan tambahan buktimengenai kandungan informasi yang terdapat di dalamangka-angka akuntansi yang ada di dalam laporankeuangan. Fadjrih Asyik (1999) melakukan penelitiandengan tujuan untuk menguji secara empiris apakahrasio keuangan yang didasarkan pada data laporan aruskas mempunyai tambahan kandungan informasi. Hasildari penelitian ini menunjukkan bahwa informasi aruskas berguna bagi investor. Walaupun penelitian tidakdapat menyimpulkan bahwa rasio dari laporan arus kasdengan return saham memiliki asosiasi yang lebih kuatdibanding hubungan antara seperangkat rasio neracadan laba rugi dengan return, bukan berarti rasio aruskas tidak memiliki kandungan informasi. Triyono danHartono (2000) menguji hubungan kandunganinformasi arus kas, komponen arus kas dan labaakuntansi dengan harga dan return saham. Hasil yangdiperoleh dari pengujian ini menunjukkan total arus

Page 41: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

37

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

kas tidak mempunyai hubungan yang signifikandengan harga saham, tetapi dari hasil analisis ditemukanbahwa pemisahan total arus kas ke dalam tiga komponenarus kas yaitu arus kas dari aktivitas pendanaan,investasi dan operasi mempunyai hubungan yangsignifikan dengan harga saham. Hasil perbandinganantara total arus kas dengan laba akuntansimenunjukkan bahwa pengungkapan informasi arus kasmemberikan informasi tambahan bagi para pemakailaporan keuangan. Kemudian hasil pengujian denganmenggunakan model return menunjukkan bahwa semuahipotesis yang diajukan tidak berhasil didukung olehdata. Ali (1994) mengasumsikan adanya hubungan yanglinier antara abnormal return dengan informasiakuntansi. Studi ini memperluas penelitian-penelitianterdahulu dengan memungkinkan hubungan non-linier antara return dengan variabel kinerja ( earnings,modal kerja dari operasi dan arus kas). Hasil dalam studiini memberikan bukti bahwa ada tambahan informasidari variabel kinerja yang dihubungkan dengan return.

Selain peminimalan atau pengurangan informasipada tahap kedua dari lima tahap pemrosesan analisisfundamental di atas, ternyata pada kondisi praktik pasarmodal yang sesungguhnya para analis cenderung lebihsuka menggunakan analisis teknikal daripada analisisfundamental. Salah satu argumen yang mereka ajukanadalah dalam analisis fundamental, investor harusmelakukan pengidentifikasian faktor-faktor untukmenentukan nilai intrinsik suatu instrumen finansial.

Selain itu, analisis fundamental juga menuntutpengukuran yang lebih akurat sehingga mengakibatkanpara analis harus membuat estimasi berdasarkanpengalaman mereka masing-masing. Sedangkan di sisilain ada jenis analisis yang lebih mudah dilakukan dancenderung lebih memperhatikan kejadian nyata yangada di pasar, analisis ini adalah analisis teknikal. Salahsatu prinsip dasar yang paling berpengaruh di dalammelaksanakan analisis teknikal yaitu segalanyadigambarkan dalam harga pasar. Sehubungan denganhal tersebut, sebagian besar analis berfikir bahwa semuapengetahuan tanpa menghiraukan jenisnya apakah ituinformasi fundamental di dalam laporan keuangan,kondisi ekonomi, kondisi sosial dan politik sudahtergambar di dalam harga pasar (Susanto dan Sabardi,2002). Pernyataan di atas dapat menunjukkan bahwainformasi fundamental di dalam laporan keuangan dankondisi ekonomi secara terpisah memiliki hubungan

dalam penentuan harga pasar dan apabila harga pasarlebih tinggi dari harga pemerolehan, maka akanmenghasilkan return. Penelitian yang dilakukan olehLev dan Thiagarajan (1993) bertujuan menguji apakahada kerelevanan sinyal fundamental dengankerelevanan nilai earnings ketika mengalamipengkondisian. Pada penelitiannya, Lev danThiagarajan menggunakan variabel makro ekonomik,yaitu indikator inflasi, indikator GNP, dan indikatoraktivitas bisnis yang berfungsi sebagai pemoderasi.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adabeberapa sinyal fundamental yang mempunyaihubungan lebih signifikan ketika mengalamipengkondisian. Berdasarkan hasil penelitian daripeneliti sebelumnya serta uraian di atas, maka penelitianini dilakukan untuk menguji hubungan sinyal-sinyalfundamental dengan harga saham. Permasalahan pokokdalam penelitian ini adalah pertama, bagaimanahubungan antara sinyal-sinyal fundamental dengankinerja saham perusahaan? Kedua, apakah sinyal-sinyalfundamental memiliki hubungan yang lebih signifikandengan kinerja saham ketika mengalami pengkondisian?

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah pertama,sinyal persediaan berhubungan secara signifikandengan kinerja saham (H1). Kedua, sinyal piutangdagang memiliki hubungan yang signifikan dengankinerja saham (H2). Ketiga, Sinyal biaya administrasidan penjualan memiliki hubungan yang signifikandengan kinerja saham (H3). Keempat, sinyal laba kotormemiliki hubungan yang signifikan dengan kinerjasaham (H4). Kelima, sinyal arus kas operasi memilikihubungan signifikan dengan kinerja saham (H5) sertahipotesis keenam adalah tingkat inflasi memoderasihubungan sinyal-sinyal fundamental dengan kinerjasaham (H6).

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian empiris untukmemberikan bukti bahwa sinyal-sinyal fundamentalmemiliki kandungan informasi yang digunakan olehpara pemegang saham untuk membantu dalammelakukan pengambilan keputusan investasi. Populasiyang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

Page 42: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

38

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

yang terdaftar di BEJ selama periode 2000-2004 selainperusahaan yang bergerak di sektor keuangan danmenerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuktahun buku 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004. Adapunpemilihan periode tersebut karena dalam periodetersebut terdapat suatu tahun dengan tingkat inflasicukup tinggi yang nantinya akan berguna di dalampengujian moderasi menggunakan variabel inflasi.Sedangkan pemilihan perusahaan didasarkan padaketersediaan data yang diperlukan untuk melakukanpengukuran sinyal fundamental. Data penelitian yangdigunakan adalah data sekunder dari JSX dan PDPMUGM dengan sampel laporan yang diambil secara pur-posive sampling sebesar 615 laporan keuangan dari123 perusahaan.

Data sinyal-sinyal fundamental yang digunakandalam pengujian adalah mulai tahun 2000 sampai 2004,sedangkan data harga saham mulai tahun 2001 sampai2004. Sinyal fundamental yang digunakan adalah sinyalpiutang dagang, sinyal persediaan, sinyal laba kotor,sinyal biaya administrasi dan penjualan, serta sinyalarus kas operasi. Selanjutnya, harga saham merupakanharga penutupan saham i pada periode pengamatan t.Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengamati nilaisignifikansi pada taraf signifikansi 5%. Penjelasanpenarikan kesimpulan juga didasarkan pada atributstatistik yang lain seperti R Square.

Dalam penelitian ini dilakukan pengujianterhadap variabel-variabel yang diuji, adapunpengukuran masing-masing variabel dapat dilihat padatabel 1.

Tabel 1Pendefinisian Variabel

penjualan t-2) / 2Hal pokok yang diuji dalam penelitian ini

mengenai adanya kandungan informasi dalam angka-angka akuntansi sebelum mengalami pengkondisiandan setelah mengalami pengkondisian. Pengujianmengenai adanya kandungan informasi dalam angka-angka akuntansi sebelum mengalami pengkondisiandilakukan dengan menggunakan variabel dependenharga saham dan variabel independen sinyal-sinyalfundamental. Model persamaan regresi yang digunakanadalah sebagai berikut:

Yi,t = a + b1 CFOi,t + b2 PRSDi,t + b3 PDi,t +b4 P&Ai,t +b5 LKi,t + ei,t

Keterangan:Yi,t : harga saham perusahaan i pada periode

pengamatan ta : koefisien konstantab : koefisien regresi dari sinyal fundamental

perusahaan i pada periode pengamatan t ei,tadalah faktor gangguan.

Sedangkan pengujian mengenai adanyakandungan informasi dalam angka-angka akuntansisetelah mengalami pengkondisian dilakukan denganmelakukan uji efek moderasi. Pengujian efek moderasiini dapat dilakukan dengan dua cara yaitumenggunakan Moderating Regression Analysis yangmerupakan pengujian bentuk hubungan atau denganmenggunakan Sub Group Analysis yang merupakanpengujian kekuatan hubungan. Model regresi denganmenggunakan Moderating Regression Analysis adalahsebagai berikut:

Yi,t = α + β1CFOi,t + β2IHK + β3CFOi,t*IHK+β4PRSDi,t + β5PD i,t + β6P&Ai,t + b7LKi,t +εi,t

Keterangan:Yi,t : harga saham perusahaan i pada periode

pengamatan t,a : koefisien konstanta,β : koefisien regresi dari sinyal fundamental

perusahaan i pada periode pengamatan t εi,tadalah faktor gangguan.

Sinyal Fundamental PengukuranInventory (INV) Δ in sales - Δ in inventoryAccount Receivable (AR) Δ in sales - Δ in account-Selling and A receivablesdmin. Exp. (S&A) Δ in sales - Δ in S&A expensesGross Margin (GM) Δ in GM - Δ in salesCash Flow from Operation(CFO) Δ in CFO - Δ in sales

Keterangan:tanda Δ menunjukkan suatu persentase perubahanvariabel dari rata-ratanya 2 tahun yang lalu sebagaicontoh: penjualan = Δ penjualan t – E(penjualan)] /E(penjualan t), E(penjualan t) = (penjualan t-1 +

Page 43: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

39

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

Apabila koefisien variabel interaksi b3 tidaksignifikan, maka pengujian selanjutnya menggunakanSub Group Analysis. Sub Group Analysis dilakukandengan cara membagi total sampel menjadi dua bagiandengan memperhatikan homogenitas pada masing-masing subsampel. Pengujian yang akan dilakukan padaSub Group Analysis ini menggunakan dummy vari-able, angka 1 menggambarkan tingkat inflasi tinggi danangka 0 menggambarkan tingkat inflasi rendah.Kemudian tahap berikutnya adalah melakukan analisisregresi pada masing-masing subsampel tersebut.Model regresi untuk masing-masing subsampel adalahsebagai berikut:

Yi,t = α + β1 CFOi,t + β2 PRSDi,t + β3 PDi,t +β4 P&Ai,t + β5 LKi,t + εi,t

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Hasil pengujian regresi dengan dua model regresi yaituregresi berganda tanpa moderasi dan regresi bergandadengan moderasi yang menunjukkan dikondisikannyasinyal-sinyal fundamental pada suatu kondisi tertentuadalah sebagai berikut:1. Pada pengujian regresi berganda tanpa moderasi,

lima hipotesa pertama memberikan hasil sepertiditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2Hasil Pengujian Sinyal Fundamental Sebelum

Pengkondisian

Nama Sinyal Nilai Signifikansi

Sinyal Persediaan 0,526

Sinyal Piutang Dagang 0,260

Sinyal Biaya Adm.& Penjualan 0,059

Sinyal Laba Kotor 0,006

Sinyal Arus Kas Operasi 0,956

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hanya sinyal labakotor dan sinyal biaya administrasi dan penjualan yangdalam pandangan investor memiliki kandunganinformasi sehingga dapat membantu mereka dalammelakukan analisis untuk pengambilan keputusan.2. Pada pengujian hipotesa keenam menunjukkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 3Hasil Pengujian Sinyal Fundamental Setelah

Pengkondisian

Nama Sinyal Nilai Signifikansi

Sinyal Persediaan 0,382Sinyal Piutang Dagang 0,182Sinyal Biaya Adm.& Penjualan 0,084Sinyal Laba Kotor 0,011Sinyal Arus Kas Operasi 0,607

Uraian mengenai kecenderungan sinyal-sinyalfundamental menjadi lebih signifikan ketika mengalamipengkondisian adalah sebagai berikut, pada kondisiinflasi tinggi, mayoritas investor mengalami tekananlebih tinggi karena mereka harus mengambil keputusandengan informasi yang tidak mencerminkan keadaanperusahaan sesungguhnya. Oleh sebab itu, investormenjadi lebih berusaha untuk mengetahui informasiyang ada di dalam setiap sinyal-sinyal tersebut agarrisiko mereka salah dalam melakukan pengambilankeputusan yaitu membeli, menahan, atau menjual sahamdapat diminimalisir.

Pengujian mengenai koefisien determinasimenghasilkan R Square sebesar 0,086 yang berartihanya 8,6% variasi harga saham yang dapat dijelaskanoleh variasi variabel-variabel independennya.Sedangkan sisanya sebesar 91,4% dijelaskan olehsebab-sebab lain di luar model. Apabila dibandingkandengan hasil pengujian sebelum dilakukan moderasi,nilai R Square adalah sebesar 0,051 atau 5,1% dandengan menambahkan sebuah variabel inflasi makaterjadi peningkatan kemampuan variabel independenuntuk menjelaskan variasi harga saham.

Penelitian ini juga melakukan aplikasi modelpada periode inflasi yang berbeda. Aplikasi model padaperiode inflasi yang berbeda ini bertujuan untuk melihatbagaimana signifikansi dari sinyal-sinyal fundamentaltersebut ketika dikondisikan pada periode inflasi yangberbeda. Ketika sinyal-sinyal tersebut dikondisikanhanya dengan menggunakan suatu tingkat inflasi tinggiyaitu sebesar 10,03%, hasil yang didapat adalahmayoritas hampir semua sinyal menjadi tidak signifikan.Penyebab dari hal ini adalah pada kondisi inflasi yangtinggi, para investor sudah tidak peduli lagi dengan

Page 44: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

40

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

elemen-elemen penyusun laporan keuangan termasukinformasi yang terkandung di dalamnya, mereka merasabahwa informasi yang ada di dalam laporan keuangansudah tidak relevan. Mereka cenderung lebihmemperhatikan lingkungan eksternal perusahaan,situasi ekonomi makro nasional, juga perkiraan lajuinflasi di suatu negara. Sedangkan ketika sinyal-sinyaltersebut dikondisikan pada suatu tingkat inflasi rendah,secara mayoritas, hasil menunjukkan bahwa sinyal-sinyal fundamental menjadi lebih signifikan yang berartidalam persepsi investor sinyal tersebut lebih memilikikandungan informasi daripada ketika sinyaldikondisikan pada inflasi tinggi. Hal ini dapat terjadikarena investor masih dapat memberi toleransi atasketidakrelevanan informasi yang terkandung dalamsetiap sinyal-sinyal fundamental. Oleh sebabpengkondisian inflasi rendah pada penelitian ini terdiridari inflasi tahun 2003 sebesar 5,06% dan inflasi tahun2004 sebesar 6,4%, maka aplikasi model dilakukandengan lebih rinci untuk setiap tahunnya. Untuk tahun2003, walaupun tingkat inflasi hanya sebesar 5,06%,ternyata semua sinyal fundamental menjadi tidaksignifikan sedangkan pada tahun 2004, sinyal-sinyalfundamental tersebut secara mayoritas menjadi lebihtidak signifikan daripada hasil pengujian tahun 2003.Alasan yang dikemukakan adalah sebagai berikut,seiring dengan meningkatnya laju inflasi, maka pasarmodal menjadi lesu karena kondisi perekonomian yangtidak stabil, sehingga dengan ada atau tidak adanyainformasi, para investor tidak bereaksi. Hasil pengujianaplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4Hasil Pengujian Sinyal Fundamental pada Kondisi

Inflasi Tinggi dan Rendah

InflasiTinggi InflasiRendahSinyal Persediaan 0,580 0,615Sinyal Piutang Dagang 0,846 0,125Sinyal Biaya Adm. & Penjualan 0,263 0,170Sinyal Laba Kotor 0,037 0,096Sinyal Arus Kas Operasi 0,817 0,746

Tabel 5Hasil Pengujian Sinyal Fundamental pada Kondisi

Rendah

Tahun 2003 Tahun 2004(5,06%) (6,4%)

Sinyal Persediaan 0,260 0,561Sinyal Piutang Dagang 0,133 0,099Sinyal Biaya Adm. & Penjualan 0,294 0,345Sinyal Laba Kotor 0,264 0,910Sinyal Arus Kas Operasi 0,838 0,530

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis sebelum mengalamipengkondisian, diperoleh bukti empiris bahwa ternyata3 dari 5 buah hipotesa yang diajukan tidak mampumenyimpulkan hipotesa alternatif (H1, H2, H5) karenahasil yang diperoleh adalah sinyal-sinyal tersebutmemiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap hargasaham. Sedangkan sebuah sinyal lainnya yaitu biayaadministrasi & penjualan signifikan pada level 10%terhadap harga saham. Satu-satunya sinyal yangmemberikan hasil signifikan adalah sinyal laba kotordengan nilai signifikansi sebesar 0,006. Hal inimenunjukkan bahwa informasi yang terkandung didalam sinyal tersebut digunakan oleh investor untukmelakukan penilaian kinerja perusahaan. Kemudianhasil analisis terhadap sinyal fundamental yang telahmengalami pengkondisian berhasil memberikan buktiempiris bahwa mayoritas sinyal-sinyal tersebut menjadilebih signifikan ketika dikondisikan pada situasi inflasi.Lebih lanjut mengenai aplikasi sinyal-sinyal fundamen-tal pada periode inflasi yang berbeda, didapatkan buktiternyata inflasi dengan kondisi rendah memiliki sinyal-sinyal fundamental yang lebih signifikan dibandingkandengan kondisi tinggi.

Simpulan umum yang dapat diambil dari hasilanalisis penelitian ini adalah sinyal laba kotormerupakan sinyal yang sering digunakan investoruntuk melakukan penilaian terhadap kinerjaperusahaan, kemudian diikuti dengan sinyal biayaadministrasi & penjualan. Ketika investor mengalamikondisi inflasi tinggi, sampai batas tertentu merekacenderung berupaya untuk lebih mengetahui informasi

Page 45: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

41

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

yang terkandung dalam setiap sinyal dengan tujuanuntuk mengurangi risiko kesalahan dalam melakukanpenilaian kinerja perusahaan. Berdasar uraian di atas,maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas para inves-tor memang kurang paham mengenai isi informasi fun-damental yang terkandung di dalam angka-angkaakuntansi yang terdapat di dalam laporan keuanganperusahaan sehingga mereka kurang bereaksi terhadapinformasi fundamental tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dari para penelitisebelumnya di luar negeri telah menunjukkan bahwaangka-angka akuntansi memiliki kandungan informasi,serta adanya manfaat informasi laba dan arus kas dalampengambilan keputusan. Hasil penelitian inimenyatakan bahwa hanya sinyal laba kotor dan sinyalbiaya administrasi yang memiliki nilai signifikan yangberarti sinyal tersebut memiliki kandungan informasidan dapat digunakan untuk melakukan pengambilankeputusan. Mengingat analisis fundamental belummerupakan alat analisis yang membudaya, makapengujian ini merupakan bukti bahwa informasi yangterkandung dalam angka-angka akuntansi kurangdireaksi oleh para investor. Selanjutnya, penelitianberikutnya perlu mempertimbangkan beberapa haluntuk memperoleh hasil yang lebih baik daripada apayang dapat dihasilkan penelitian ini. Pertamamenggunakan periode waktu yang lebih panjang daripenelitian ini dengan tetap memperhatikan ketersediaandata. Kedua menggunakan model regresi non linieryang belum dicoba dilakukan pada penelitian ini. Ketiga,menggunakan variabel-variabel lain untuk menambahjumlah sinyal-sinyal fundamental. Keempat,menambahkan variabel makro ekonomi yang belumdimasukkan dalam model dan melakukan pengujianbentuk variabel inflasi yang di dalam penelitian initernyata bukan merupakan variabel moderator. Kelima,menggunakan alternatif variabel dependen lain sebagaipengukuran kinerja perusahaan, atau dapat jugamengukur kinerja perusahaan menggunakan dua proksiyang berbeda. Dengan menggunakan alternatif variabeldependen lainnya, diharapkan dapat menghasilkanmodel yang lebih baik daripada model pada penelitianini.

DAFTAR PUSTAKA

Abarbanell,J. ,and Bushee,B. (1997). “FundamentalAnalysis, Future Earnings, and Stock Prices.”Journal of Accounting Research, 35, 1-24.

Ali, A.(1994). “The Incremental Information Content ofEarnings, Working Capital from Operation, andCash Flows.” Journal of Accounting Research(Spring): 61-73.

Anik Suryaningrum. “Abnormal Return dan StrategiAnalisis Fundamental.” Thesis, Fakultas IlmuEkonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,1997.

Board, J.L.G. and J.F.S. Day. 1989. “The InformationContent of Cash Flows Figure”. Accounting andBusiness Research, Winter:3-11.

Boediono, 1996. Seri Pengantar Ekonomi No. 5Ekonomi Moneter. Edisi 3, Yogyakarta : BPFE.

Cahyono,T.(2003). “Pengaruh Inflasi TerhadapPelaporan Keuangan.” Jurnal Akuntansi danKeuangan, Vol.2, 141-150.

Djoko,S., dan A. Sabardi. Analisis Teknikal di BursaEfek. Yogyakarta: Aditya Media, 2002.

Fadjrih Asyik, N.(1999). “Tambahan KandunganInformasi Rasio Arus Kas.” Jurnal RisetAkuntansi Indonesia, Vol.2, No.2, 230-250.

Fama, E., “Efficient Capital Market: A Review of Theoryand Empirical Work”, Journal of Finance 25,1970, pp. 384-417.

Jensen, M.C. and W.H.Meckling. (1976). “The of theFirm: Managerial Behavior, Agency Cost andOwnership Structure.” Journal of FinancialEconomics, 305-360.

Jogiyanto, H.M., Teori Portofolio dan Analisis Investasi,Yogyakarta: BPFE, 2003.

Page 46: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

42

Jam STIE YKPN - Sherly dan Eko Hubungan Sinyal-Sinyal......

Jones, C.P. Investments Analysis and Management,United States of America: John Wiley & Sons,Inc., 2002.

Kothari S.P., and Jerold L. Zimmerman. 1995. “Price andReturn Models.” Journal of Accounting andEconomics, 20: 155-192.

Lev, B., & Thiagarajan, R. (1993). “Fundamental Infor-mation Analysis.” Journal of Accounting Re-search, 31, 190-215.

Ou, J. (1990). “The Information Content of NonearningsAccounting Numbers as Earnings Predictors.”Journal of Accounting Research, Vol.28, 144-163.

Parawiyati, dan Z. Baridwan. (1998). “Kemampuan Labadan Arus Kas Dalam Memprediksi Laba danArus Kas Perusahaan Go Publik di Indonesia.”Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.1, No.1,1-11.

Penman, S.H. Financial Statement Analysis and Secu-rity Valuation, New York: Mc Graw-Hill, Inc.,2001.

Quirin, J.J., and A. Allen. “The Effect of Earnings Per-manence on Fundamental Information Analy-sis.” Journal of Business, Vol. 36, No.4, 2000,149-165.

Sharma, S., and R.M. Durand. (1981). “Identificationand Analysis of Moderator Variables.” Journalof Marketing Research, 291-300.

Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik Indonesia,2004.

Susila, I. (2003). “Konflik Keagenan Dalam PrivatisasiBUMN.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol.2, 25-35.

Triyono, dan J. Hartono. (2000). “HubunganKandungan Informasi Arus Kas, KomponenArus Kas dan Laba Akuntansi Dengan HargaAtau Return Saham.” Jurnal Riset AkuntansiIndonesia, Vol.3, No.1, 54-68.

Page 47: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

43

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATANDAN BELANJA DAERAH (APBD): KASUS APBD

KABUPATEN SLEMAN DAN KULONPROGOTAHUN 2004 DAN 2005

Mufidhatul Khasanah 1

1 Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si., adalah Dosen Tetap Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UniversitasWangsa Manggala Yogyakarta.

Volume XVIIINomer 1April 2007Hal. 43-50

ABSTRACT

Otonomi daerah per 1 Januari 2001 memberikan peranyang lebih besar kepada pemerintah daerah untukmenangani pembangunan di daerah termasuk dalammengelola keuangan daerah (APBD) menjadi lebihmandiri. Program pembangunan sebagai unsur posbelanja dalam APBD membutuhkan pos pendapatandan pembiayaan dalam APBD. Penilaian keberhasilanberbagai program pembangunan yang dijalankan olehpemerintah daerah dapat dilakukan dengan caramelakukan proses auditing untuk dinilai oleh profesiakuntansi untuk menegaskan sejauh mana standarakuntansi pemerintahan telah diaplikasikan dengansemestinya dan apakah pos-pos laporan keuangantersebut telah memenuhi standar kewajaran yangberlaku bagi operasi sebuah pemerintahan daerah. Disamping itu, penilaian keberhasilan juga dapatdilakukan melalui analisis kinerja pemerintah daerahdalam mengelola keuangan daerahnya denganmelakukan analisis rasio keuangan terhadap APBDyang telah ditetapkan dan dilaksanakan.Penelitian ini akan menganalisis kinerja pemerintahKabupaten Sleman dan Kulon Progo dalam mengelolakeuangan daerahnya dengan melakukan analisis rasiokeuangan terhadap APBD Kabupaten Sleman danKulon Progo melalui Analisis Rasio KemandirianKeuangan Daerah (RKKD) serta Analisis Rasio

Keserasian (RK) yang meliputi Analisis Rasio BelanjaRutin (RBR) dan Analisis Rasio Belanja Pembangunan(RBP).

Kata kunci: Otonomi daerah, RKKD, RK, RBR, RBP.

PENDAHULUAN

Otonomi da-erah yang dilaksanakan per 1 Januari 2001telah memberikan peran yang lebih besar kepadapemerintah dan para pelaku ekonomi daerah untukmenangani pembangunan di daerah. Tuntutan otonomidaerah muncul untuk merespon kesen-janganpembangunan antarwilayah –Jawa dan luar Jawa sertaIndonesia Barat dan Indonesia Timur yang diakibatkanketidakmerataan dalam alokasi investasi antarwilayahyang berpengaruh dalam pertumbuhan antarwilayah.Oleh karena itu, pelaksanaan otonomi daerahmerupakan moment yang tepat untuk mem-beri peranyang lebih besar kepada pemerintah dan para pelakuekonomi daerah untuk menangani pembangunan didaerah.

Pemerintah daerah dan pelaku ekonomi di daerahsebagai komponen sumberdaya manusia dalampelaksanaan otonomi daerah dapat dijelaskan de-nganmenggunakan circular flow diagram seperti yangnampak pada Gambar 1. Diagram tersebut menjelaskan

Page 48: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

44

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

bagaimana pemerintah daerah dan pelaku ekonomi didaerah saling berinterakasi, dengan asumsi ada limapelaku yaitu masyarakat, perusahaan, lembagakeuangan bank dan bukan bank, pe-merintah daerah,dan dewan perwakilan rakyat daerah.

Masyarakat diasumsikan sebagai pelakuekonomi yang memiliki faktor pro-duksi dan kemudiandijual kepada perusahaan yang oleh karena itumasya-rakat akan memperoleh pendapatan. Di sampingitu, masyarakat merupakan pelaku ekonomi yang akanmengkomsumsi barang dan jasa -pengeluarankonsumsi masyarakat- yang dihasilkan perusahaan.Perusahaan diasumsikan sebagai pelaku ekonomi yangmelakukan kegiatan produksi, yaitu mengha-silkanbarang dan jasa yang dijual kepada masyarakat.Perusahaan dapat meng-hasilkan barang dan jasakarena perusahaan membeli atau menyewa faktorproduksi yang ditawarkan masyarakat. Lembagakeuangan bank dan bukan bank merupakan lembagayang mempunyai peran sebagai lembaga perantara (in-termediation role) dan lembaga pelancar jalannyainterakasi ekonomi (transmission role). Sebagai lembagaperantara, lembaga keuangan berperan sebagaipenghubung antara pelaku ekonomi yang memilikikelebihan dana (masyarakat) yang ditabung di lembagakeuangan dengan pelaku eko-nomi yang membutuhandana (perusahaan) yang digunakan untuk in-vestasi.Sebagai lembaga pelancar jalannya interakasi ekonomi,lembaga keuangan bank berperan sebagai lembagapencetak uang kartal dan uang giral yang digu-nakansebagai medium of exchange, unit of account, store ofvalue, standard deferred of payment, dan medium ofcommodity.

Gambar 1Circular Flow Diagram

Pemerintah Daerah beserta Dewan PerwakilanRakyat Daerah mempunyai kekuasaan dalam membuatkebijakan-kebijakan untuk melancarkan interakasiekonomi antarpelaku eko-nomi daerah. Dengande-mikian, pemerintah daerah dan dewan perwakilanrakyat daerah dituntut untuk siap menghadapi OtonomiDaerah tersebut, misalnya pemerintah daerah bakallebih leluasa mengelola badan usaha milik daerah(BUMD) sebagai salah satu sumber pendapatan aslidaerah (PAD) setelah Otonomi Daerah diberlakukantetapi dengan usaha dan strategi jitu mengingat kondisiBUMD yang ada sekarang ini masih memprihatinkan(Bisnis Indonesia, 22 Desember 1999). DPRD jugadituntut untuk menjadi “oposisi” yang konstruktif bagieksekutif pada saat Otonomi Daerah diberlakukansehingga pemerintah daerah dan DPRD memiliki peranyang seimbang (Kompas, 16 Desember 1999).

Tantangan pelaku ekonomi di daerah dalamrangka Otonomi Daerah ditunjukkan oleh hasil studiBAPPENAS yang menyatakan bahwa pada waktukedua UU tentang Otonomi Daerah diberlakukan makahanya ada lima propinsi -Daerah Istimewa Aceh, Riau,Irian Jaya, Kalimantan Timur, dan Sumatra Selatan- yangmampu menghidupi perekonomiannya sedangkanpusat dan propinsi lainnya akan mati (bangkrut).Bangkrutnya pusat dan propinsi lainnya dimungkinkandalam UU Nomor 25 tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah pasal 6 ayat 1 yang menyatakan daerah yangtidak mampu menyeleng-garakan otonomi daerah dapatdihapus dan/atau digabung dengan darerah lain.Dengan demikian, sangat dimungkinkan suatu daerahakan hilang na-manya dan terhapus dari peta dunia.Tantangan tersebut muncul seperti yang dituliskan diawal pembahasan karena kelemahan yang dimilikimasing-masing daerah, yaitu berupa pembagian hasilsumberdaya alam dimana penerimaan pusat darisumberdaya kehutanan, pertambangan umum,perikanan sebanyak 20% dan sebanyak 80% untukdaerah penghasil. Untuk sektor pertambangan minyakbumi dibagi 85% untuk pusat dan 15% untuk daerahpenghasil, sementara gas alam dibagi 70% untuk pusatdan 30% untuk daerah penghasil. Penerimaan PajakBumi dan Bangunan 10% untuk pusat dan 90% untukdaerah, dan penerimaan negara dari bea perolehan hakatas tanah dan bangunan dibagi 20% untuk pusat dan80% untuk daerah. Sebanyak 10% dan 20% pene-rimaanPBB dan BPHTB yang diterima pusat akan dibagikan

Faktor Produksi/Input

Pendapatan

Masyarakat Perusahaan

Pengeluaran Konsumsi

Barang dan Jasa/Output

Lembaga Keuangan BankTabungan dan Bukan Bank Investasi

Pemerintah Daerah danDewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD)

Page 49: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

45

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

ke seluruh kabu-paten dan kota. Dana reboisasi 60%untuk pusat dan 40% untuk daerah (Bisnis Indonesia,1 Desember 1999).

Menurut UU Nomor 33 tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah, dalam penyelenggaraan otonomidaerah diperlukan pengaturan, pembagian, danpemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilanserta perimbangan keuangan pemerintah pusat dandaerah. Sumber pembiayaan pelaksanan desentralisasiterdiri dari pendapatan asli da-erah, dana perimbangan,pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah.Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan sumberkeuangan daerah yang digali dari dalam daerah yangbersangkutan yang terdiri dari pajak daerah, retribusidaerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasilpengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan,dan lain-lain PAD yang sah. Dana perimbang-anmerupakan sumber pembiayaan yang berasal daribagian daerah dari pa-jak bumi dan bangunan (PBB),bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB),penerimaan dari sumberdaya alam, dana alokasi umum,dan alokasi khusus. Dana perimbangan sebagai salahsatu sumber pem-biayaan daerah tidak dapat diperolehdaerah secara maksimal karena ada sebagian yangmenjadi haknya pemerintah pusat. Pinjaman daerah punbelum bisa diha-rapkan menjadi salah satu sumberpembiayaan daerah karena pelaksanaan pinjamandaerah ditunda.

Oleh karena itu, tepatlah kalau pemerintahdaerah harus pandai dalam menggali sumber dana yangberasal dari daerah itu sendiri. Tetapi bukan de-ngansembarang membuat berbagai peraturan-peraturandaerah (perda) ten-tang pajak daerah atau retribusidaerah yang ujung-ujungnya akan membe-ratkanpelaku ekonomi di daerah tersebut sehingga akanmenjadi bumerang bagi pelaksanaan dan kelancaranotonomi daerah tersebut. Hal itu bahkan sudahditegaskan dalam LoI IV, bahwa IMF memintapemerintah Indonesia untuk mencabut perda-perda (68perda) yang bermasalah (Kompas, 26 Nopember 2001,hal. 15).

Kabupaten Sleman dan Kulon Progo yangterletak di Propinsi DIY perlu mengembangkan lebihlanjut sumber dana mandiri yang berasal dari PADKabupaten Sleman dan Kulon Progo, yang meliputipajak daerah, retribusi da-erah, hasil perusahaan milik

daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnyayang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.Pengembangan PAD Kabupaten Sleman dan KulonProgo sangat dibutuhkan bagi Kabupaten Sleman danKulon Progo itu sendiri dalam rangka membiayaipembangunan di Kabupaten Sleman dan Kulon Progosecara mandiri. Pembiayaan secara mandiri tersebutdiperlukan karena sangat berisiko sekali bagi KabupatenSleman dan Kulon Progo apabila mengharapkan sumberpembiayaan yang bukan bersumber pada PAD karenadana perimbangan yang berasal dari bagian daerah daripajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hakatas tanah dan bangunan (BPHTB), penerimaan darisumberdaya alam, dana alokasi umum, dan alokasikhusus tidak dapat diperoleh daerah secara maksimalkarena ada sebagian yang menjadi haknya pemerintahpusat. Pinjaman da-erah pun belum bisa diharapkanmenjadi salah satu sumber pembiayaan da-erah karenapelaksanaan pinjaman daerah masih ditunda.

Penelitian ini dilakukan dalam rangkamenganalisis bagaimana Pemerintah Kabupaten Slemandan Kulon Progo mengoptimalkan berbagai programpembangunan sesuai dengan tujuan pembangunanKabupaten Sleman dan Kulon Progo melalui APBDmasing-masing kabupaten. Hasil analisis angka-angkapada item pendapatan dan belanja pada masing-masingAPBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progo (analisisrasio keuangan APBD) akan bermanfaat bagiPemerintah Kabupaten Sleman dan Kulon Progo danstakeholders masing-masing kabupaten dalammelakukan evaluasi terhadap berbagai programpembangunan yang dijalankannya.

ACUAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNG-JAWABAN KEUANGAN DAERAH

Beberapa acuan dalam pengelolaan dan pertangung-jawaban keuangan daerah adalah UU Otonomi DaerahNomer 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerahdan Nomer 25 Tahun 1999 tentang PerimbanganKeuangan Antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah; Pasal 4 PP Nomer 105 tahun 2000 tentangPengelolaan dan Pertanggungjawaban KeuanganDaerah; UU Nomer 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara; UU Nomer 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara; dan UU Nomer 15 Tahun 2004tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab

Page 50: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

46

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

Keuangan Negara; dan penyempurna kedua UUotonomi daerah tahun 1999 tersebut adalah UU Nomer32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UUNomer 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan KeuanganAntara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pasal 4 PP Nomer 105 tahun 2000 tentangPengelolaan dan Pertanggungjawaban KeuanganDaerah menegaskan bahwa pengelolaan keuangandaerah harus dilakukan secara tertib, taat padaperaturan perundangan yang berlaku, efisien, efektif,transparan, dan bertanggungjawab denganmemperhatikan asas keadilan dan kepatutan.Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelolaAPBD mencerminkan kemampuan pemerintah daerahdalam membiayai pelaksanaan tugas-tugaspemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosialmasyarakat.

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAHMELALUI ANALISIS KEUANGAN APBD

Pemerintah Kabupaten Sleman dan Kulon Progosebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan rodapemerintahan, pembangunan, dan layanan sosialmasyarakat wajib menyampaikan laporanpertanggungjawaban keuangan daerahnya untukdinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankantugasnya dengan baik atau tidak. Penilaian dapatdilakukan dengan cara melakukan proses auditinguntuk dinilai oleh profesi akuntansi untuk menegaskansejauh mana standar akuntansi pemerintahan telahdiaplikasikan dengan semestinya dan apakah pos-poslaporan keuangan tersebut telah memenuhi standarkewajaran yang berlaku bagi operasi sebuahpemerintahan daerah. Selain dilakukan proses audit-ing terhadap laporan keuangan juga dapat dilakukanproses analisis kinerja pemerintah daerah dalammengelola keuangan daerahnya adalah denganmelakukan analisis rasio keuangan terhadap APBDyang telah ditetapkan dan dilaksanakan.Hasil analisis rasio keuangan APBD suatu daerah dapatdigunakan sebagai tolok ukur dalam:a. menilai kemandirian keuangan daerah dalam

membiayai penyelengaraan otonomi daerah.b. mengukur efektifitas dan efisiensi dalam

merealisasikan pendapatan daerah.c. mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah

dalam membelanjakan pendapatan daerah.d. mengukur kontribusi masing-masing sumber

pendapatan dalam pembentukan pendapatandaerah.

e. melihat pertumbuhan/pekembangan perolehanpendapatan dan pengeluaran yang dilakukanselama periode waktu tertentu.

Hasil analisis rasio keuangan APBD suatudaerah dapat disampaikan kepada:a. DPRD sebagai wakil rakyat.b. Eksekutif sebagai landasan dalam penyusunan

APBD berikutnya.c. Pemerintah pusat/propinsi sebagai bahan masukan

dalam pembinaan pelaksanaan pengelolaankeuangan daerah.

d. Calon kreditor yang bersedia memberikan pinjamanatau pembelian obligasi yang ditawarkanpemerintah daerah.

e. Calon investor yang bersedia melakukan investasidi daerah.

f. Rasio keuangan APBD yang dapat dikembangkandari rasio keuangan perusahaan adalah RasioKemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitasdan Efisiensi PAD, Rasio Keserasian, RasioPenyerapan Dana Per Triwulan, Debt Service Cov-erage Ratio, Rasio Pertumbuhan, dan AnalisisKontribusi.

Analisis terhadap APBD yang disebut dengan AnalisisRasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD)menunjukkan:a. kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, danlayanan kepada masyarakat yang telah membayarpajak dan retribusi sebagai sumber pendapatanyang diperlukan daerah.

b. ketergantungan daerah terhadap sumberdanaekstern.

c. tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunandaerah.

d. tingkat kesejahteraan masyarakat.e. RKKD menunjukkan rasio antara PAD dan

Pendapatan Daerah

Pendapatan Asli DaerahRKKD =

Pendapatan Daerah

Page 51: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

47

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

Hasil perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerahpada APBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progo tahun2004 dan 2005 disajikan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1RKKD pada APBD

Kabupaten Sleman dan Kulon ProgoTahun 2004 dan 2005

Kabupaten 2004 2005Sleman 12,32% 13,55%Kulon Progo 6,5% 7,59%

Sumber: Hasil perhitungan pada APBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progo, Tahun 2004 dan 2005.

Berdasarkan tabel 1, nampak RKKD pada APBDKabupaten Sleman dan Kulon Progo dari tahun 2004ke 2005 mengalami peningkatan, yaitu dari 12,32%menjadi 13,55% untuk RKKD APBD Kabupaten Slemandan 6,5% menjadi 7,59% untuk RKKD APBDKabupaten Kulon Progo. Peningkatan RKKD APBDkedua kabupaten tersebut dari tahun 2004 ke 2005menunjukkan bahwa:a) Pemerintah Kabupaten Sleman dan Kulon Progo

semakin mampu dalam membiayai sendiri kegiatanpemerintahan, pembangunan, dan layanan kepadamasyarakat yang telah membayar pajak dan retribusisebagai sumber pendapatan yang diperlukandaerah.

b) Ketergantungan Kabupaten Sleman dan KulonProgo terhadap sumberdana ekstern semakinmenurun.

c) Tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Slemandan Kulon Progo dalam pembangunan daerahsemakin tinggi.

d) Tingkat kesejahteraan masyarakat KabupatenSleman dan Kulon Progo semakin meningkat.

Analisis terhadap APBD yang disebut denganRasio Keserasian (RK) menunjukkan bagaimanapemerintah daerah memprioritaskan alokasi dana belanjarutin dan belanja pembangunan secara optimal.Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikanuntuk belanja rutin (Rasio Belanja Rutin atau RBR)berarti semakin kecil persentase dana belanja investasi

atau belanja pembangunan (Rasio BelanjaPembangunan atau RBP) yang digunakan untukmenyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat,dan sebaliknya.

Total Belanja RutinRasio Belanja Rutin =terhadap APBD Total APBD

Rasio Belanja Total Belanja PembangunanPembangunan =terhadap APBD Total APBD

Hasil perhitungan Rasio Keserasian pada APBDKabupaten Sleman dan Kulon Progo tahun 2004 dan2005 disajikan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2RK pada APBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progo

Tahun 2004 dan 2005

Kabupaten 2004 2005RBR RBP RBR RBP

Sleman 27,29% 72,71% 24,03% 75,97%Kulon Progo 12,5% 87,50% 13,49% 86,51%

Sumber: Hasil perhitungan pada APBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progo, Tahun 2004 dan 2005.

Berdasarkan tabel 2, nampak RBR KabupatenSleman dari tahun anggaran 2004 ke 2005 turun dari27,29% menjadi 24,03% sedang RBP Kabupaten Slemandari tahun anggaran 2004 ke 2005 mengalami kenaikandari 72,71% menjadi 75,97%. Hal ini menunjukkan bahwasemakin kecilnya persentase dana yang dialokasikanuntuk belanja rutin berarti semakin besar persentasedana belanja investasi (belanja pembangunan) yangdigunakan untuk menyediakan sarana prasaranaekonomi masyarakat. Artinya, pembangunan diKabupaten Sleman benar-benar semakin berorientasiuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Slemansebagai obyek pembangunan daerah. Berdasarkan tabel2, nampak RBR Kabupaten Kulon Progo dari tahunanggaran 2004 ke 2005 naik dari 72,71% menjadi 75,97%

Page 52: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

48

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

sedang RBP Kabupaten Kulon Progo dari tahunanggaran 2004 ke 2005 mengalami penurunan dari87,50% menjadi 86,51%. Hal ini menunjukkan bahwasemakin besarnya persentase dana yang dialokasikanuntuk belanja rutin berarti semakin kecil persentasedana belanja investasi (belanja pembangunan) yangdigunakan untuk menyediakan sarana prasaranaekonomi masyarakat. Artinya, pembangunan diKabupaten Kulon Progo belum menunjukkan orientasitujuan pembangunan untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat Kulon Progo sebagai obyekpembangunan daerah.

Analisis statistik uji beda dua proporsi terhadapRKKD, RBR, dan RBP Kabupaten Sleman dan KulonProgo tahun 2005 disajikan pada tabel 3 berikut ini:

d) Tingkat kesejahteraan masyarakat KabupatenSleman dan Kulon Progo semakin meningkat.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik sepertiyang disajikan pada tabel 3, nampak bahwa RBR danRBP pada APBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progotahun 2005 ada perbedaan proporsi. Hal inimenunjukkan bahwa pada tahun 2005:a) APBD Kabupaten Sleman mengindikasikan

kecenderungan semakin kecilnya persentase danayang dialokasikan untuk belanja rutin dan semakinbesar persentase dana belanja investasi (belanjapembangunan) yang digunakan untuk menyediakansarana prasarana ekonomi masyarakat. Dengandemikian, pembangunan di Kabupaten Slemanbenar-benar semakin berorientasi untuk

Tabel 3Pengujian Statistik (Uji Beda Dua Proporsi, a =5%)

RKKD, RBR, dan RBP Kabupaten Sleman dan Kulon Progo, Tahun 2005

Materi Pengujian Beda Proporsi Z Hitung Probabilitas Hasil Pengujian

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 1,414 0,0786 Tidak signifikanRasio Belanja Rutin 2,003 0,0226 SignifikanRasio Belanja Pembangunan -1,963 0,0248 Signifikan

Sumber: Hasil perhitungan statistik pada APBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progo,Tahun 2005.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik seperti yangdisajikan pada tabel 3, nampak bahwa RKKD padaAPBD Kabupaten Sleman dan Kulon Progo tahun 2005tidak ada perbedaan proporsi. Hal ini menunjukkanbahwa pada tahun 2005:a) Pemerintah Kabupaten Sleman dan Kulon Progo

memiliki komitmen yang sama dalam meningkatkankemampuan membiayai sendiri kegiatanpemerintahan, pembangunan, dan layanan kepadamasyarakat Kabupaten Sleman dan Kulon Progoyang telah membayar pajak dan retribusi sebagaisumber pendapatan yang diperlukan daerah.

b) Ketergantungan Kabupaten Sleman dan KulonProgo terhadap sumberdana ekstern semakinmenurun.

c) Tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Slemandan Kulon Progo dalam pembangunan daerahsemakin tinggi.

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Slemansebagai obyek pembangunan daerah.

b) APBD Kabupaten Kulon Progo mengindikasikankecenderungan semakin besarnya persentase danayang dialokasikan untuk belanja rutin dan semakinkecil persentase dana belanja investasi (belanjapembangunan) yang digunakan untuk menyediakansarana prasarana ekonomi masyarakat. Dengandemikian, pembangunan di Kabupaten Kulon Progobelum menunjukkan orientasi tujuan pembangunanuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatKulon Progo sebagai obyek pembangunan daerah.

SIMPULAN dan SARAN

Berdasarkan pembahasan terhadap analisis rasiokeuangan pada APBD yang telah ditetapkan dandilaksanakan di Kabupaten Sleman dan Kulon Progotahun 2004 dan 2005 guna melakukan penilaian apakah

Page 53: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

49

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

pemerintah Kabupaten Sleman dan Kulon Progoberhasil menjalankan roda pemerintahan,pembangunan, dan layanan sosial masyarakat denganbaik atau tidak maka diperoleh simpulan hasil penelitiansebagai berikut:a) Pemerintah Kabupaten Sleman dan Kulon Progo

semakin mampu dalam membiayai sendiri kegiatanpemerintahan, pembangunan, dan layanan kepadamasyarakat yang telah membayar pajak dan retribusisebagai sumber pendapatan yang diperlukandaerah.

b) Ketergantungan Kabupaten Sleman dan KulonProgo terhadap sumberdana ekstern semakinmenurun.

c) Tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Slemandan Kulon Progo dalam pembangunan daerahsemakin tinggi.

d) Tingkat kesejahteraan masyarakat KabupatenSleman dan Kulon Progo semakin meningkat.

e) Pembangunan di Kabupaten Sleman benar-benarsemakin berorientasi untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat Sleman sebagai obyekpembangunan daerah, sedangkan pembangunan diKabupaten Kulon Progo belum menunjukkanorientasi tujuan pembangunan untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat Kulon Progo sebagaiobyek pembangunan daerah.

Saran agar hasil penelitian menjadi lebih sempurnaadalah:a) Pemilihan APBD Kabupaten Sleman dan Kulon

Progo di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakartasebagai obyek penelitian merepresentasikankabupaten dengan nilai APBD tinggi dan rendah.Pada penelitian berikutnya, disarankan untukmenambah obyek penelitian pada APBD KabupatenBantul, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta.

b) Pemilihan APBD Kabupaten Sleman dan KulonProgo di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta padadua periode tahun anggaran, yaitu tahun 2004 dan2005 perlu ditambah jumlah tahun anggaran.Penambahan jumlah tahun anggaran diharapkanmampu menghasilkan simpulan penelitian yanglebih sempurna karena akan menunjukkanbagaimana kecenderungan rasio keuangan RKKD,RBR, dan RBP dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba4. Jakarta. 2002

Bisnis Indonesia, 1 Desember 1999.

______, 22 Desember 1999.

Budiono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.4: Teori PertumbuhanEkonomi. BPFE. Yogyakarta. 1992.

Budiono Sri Handoko. Pembangunan Regional. PPEFE UGM dan Deptan RI. Yogyakarta. 1984.

______. Interaksi antara Desa dan Kota. PPE FE UGMdan Deptan RI.Yogyakar-ta. 1985.

Kompas, 16 Desember 1999.

_______, 26 Nopember 2001.

Lincolin Arsyad. Pengantar Perencanaan danPembangunan: Ekonomi Daerah. B P F E .Yogyakarta. 1999.

______. Ekonomi Pembangunan. Edisi 4. BagianPenerbitan STIE YKPNYogyakarta. Yogyakarta. 1999.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset.Yogyakarta. 2002

Mudrajad Kuncoro. Ekonomi Pembangunan: Teori,Masalah, dan Kebijakan. UPP A M PYKPN. Yogyakarta. 1997.

Pemerintah Kabupaten Sleman. Ringkasan RealisasiPendapatan dan BelanjaDaerah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran2004 dan 2005.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. RingkasanRealisasi Pendapatan dan BelanjaDaerah Kabupaten Kulon Progo TahunAnggaran 2004 dan 2005.

Proceedings. Otonomi Daerah dan Perimbangan

Page 54: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

50

Jam STIE YKPN - Mufidhatul Analisis Anggaran ......

Keuangan Pusat dan Daerah dalamRangka Pemberdayaan Potensi Daerah. ISEIYogyakarta. 1999.

Rudy Badrudin. “Pengembangan Wilayah PropinsiDIY (Pendekatan Teoritis)”.Jurnal Ekonomi Pembangunan FE UII.Yogyakarta. 2000.

________. “Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah(PAD) Melalui Pe-ngembangan Industri Pariwisata”. JurnalKompak STIE Yogyakarta. Yogya-.karta. 2001.

________. “Peluang dan Tantangan Pelaku Ekonomidi Daerah Dalam EraOtonomi Daerah”. Jurnal Kajian Bisnis STIEWidya Wiwaha Yogyakarta. Yogya-karta. 2002.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Otonomi Daerah 2004. P e n e r b i tKuraiko Pratama. Bandung. 2004.

________. Undang-Undang Republik Indonesia No-mor 34 Tahun 2000 tentang PerubahanUndang-Undang Republik Indonesia Nomor18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah danRetribusi Daerah dan Beberapa PeraturanPemerintah Bidang Dana Perimbangan Nomor104, 105, 106, dan 107. Penerbit PT MutiaraSumber Widya. Jakarta. 2001.

Sukanto R. dan AR Karseno. Ekonomi Perkotaan. Ed.3. BPFE. Yogyakarta. 1997.

Suwarjoko Warpani. Analisis Kota dan Daerah.Penerbit ITB. Bandung. 1994.

Page 55: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

51

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

ANALISIS PENGARUH TEKANAN KETAATANTERHADAP JUDGMENT AUDITOR

Hansiadi Yuli Hartanto1)

Indra Wijaya Kusuma2)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU PEJABATPUBLIC RELATIONS DENGAN EFEKNYA DALAM KINERJA

(Studi Hubungan antara Sikap terhadap Penerapan Budaya Korporatdan Perilaku Penerapan Budaya Korporat dengan Efeknya dalam KinerjaPejabat Public Relations Perbankan Swasta Nasional Anggota Perbanas) 1

Anto Suranto2

1 Artikel ini adalah Disertasi di Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung. Penulis mengucapkanterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan terhadap artikel ini.

2 Dr. Anto Suranto, M.Si. adalah Dosen Tetap Jurusan Komunikasi FISIP UNS. Dosen Luar Biasa di PTIK Mabes Polri,STIKOM, London School of Public Relations Jakarta, dan STIKOM Interstudi Jakarta.

Volume XVIIINomer 1April 2007Hal. 51-64

ABSTRACTThis research has been done to get the answer of thisresearch main problem, involve: is there relationshipsbetween attitude and behavior of corporate cultureapplication in national private banking public relationsofficer, is there relationships between attitude of cor-porate culture application and its effect on performancein national private banking public relations officer, andis there relationships between behavior of corporateculture application and its effect on performance innational private banking public relations officer. Thisresearch has been done in the head office from theirown bank where the public relations officer bankingworking.

In this research we used quantitative approach.The important thing from this research is for verifycognitive disonanance of Leon Festinger. The methodwhich is used in this research is correlational method.To verify the hypothesis we have already arrangedPearson correlation test and multiple linear regressionanalysis.

The result of this research and hypothesisfound that they are having significant and potentialbetween attitude and behavior of corporate cultureapplication in national private banking public relations

officer. Thus, cognitive disonan of Leon Festinger, canbe accepted. And for relationship between attitude ofcorporate culture application and its effect on perfor-mance in national private banking public relations of-ficer found out that also they are having significantand potential. Also for relationship between behaviorof corporate culture application and its effect on per-formance in national private banking public relationsofficer found out that also they are having significantand potential.

Key words: Attitude, Behavior, Performance, Corpo-rate Culture, Boundary Spanning, Kognitif Disonance,and Public Relations.

PENDAHULUANSuatu organisasi didirikan hakikatnya sebagai wadahkegiatan untuk mencapai tujuan yang telahdirencanakan sebelumnya. Seperti dikemukakanPrawirosentono (1999:19), keberhasilan suatuorganisasi dalam mencapai tujuannya banyakbergantung kepada perilaku dan sikap orang-orangdalam organisasi yang bersangkutan. P e g a w a isebagai pelaku organisasi, kehadirannya tidak terlepasdari pengaruh lingkungan terutama organisasi itu

Page 56: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

52

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

sendiri. Menurut Krech et. al. (1962:339) manusiabeserta segenap perilakunya dengan dunia sekitarnyadapat saling mempengaruhi dan sebagai hasilinteraksinya berupa kebudayaan. Prawirosentono(1999:69) mengemukakan perbedaan budayamengakibatkan perbedaan dalam perilaku (behavior)dan sikap (attitude) dalam kegiatan organisasi. Lebihlanjut menurutnya, perbedaan perilaku dan sikapberakibat pada perbedaan hasil dalam kinerja tugas (JobPerformance).

Begitu pula yang terjadi dalam dunia perbankan.Dalam konteks perbankan Indonesia, disadari olehbanyak pihak bahwa krisis yang terjadi pada saat itutidak semata-mata krisis sebagai akibat insolvency bankmelainkan lebih bersifat krisis sistemik (systemic bank-ing crisis). Menurut Wijaya (2003:117) betapa krisisperbankan nasional sangat dipengaruhi oleh unsurminimnya pengalaman para pengelolanya. Dengan katalain, terjadinya mis-management (salah urus) dalamdunia perbankan nasional tidak terlepas dari pengaruhkinerja para pelaksananya.

Dalam konteks teori sistem, tidak terkecualidalam kaitan ini menyangkut peran public relationsdalam menjalankan fungsi komunikasi organisasi.Peranan public relations sebagai sub sistem organisasiperbankan dipandang sangat vital. Ini sepertidikemukakan Sumarni (1993:65) bahwa titik pusatperhatian sistem organisasi atau bank yang besaradalah pada masalah komunikasi. Menurut Zulkarnaen(2002:9) sebagai alat manajemen modern public rela-tions merupakan bagian integral dari perusahaan(organisasi).

Menyadari akan peran penting pejabat publicrelations tersebut maka sudah selayaknya apabilaperilaku dan sikap pejabat public relations perludibimbing oleh budaya organisasi yang berlaku,sehingga kinerjanya diharapkan dapat berkontribusinyata dalam mencapai kinerja perusahaan. Namundemikian, dalam praktik sering peran public relationsperbankan khususnya dalam rangka fungsimembangun corporate image masih dipandangsebelah mata, sehingga kehadiran public relationsdalam organisasi perbankan tidak lebih masih sekedarmerupakan status saja.

Demikian pula dalam menjalankan perannya,banyak pejabat public relations perbankan nasionalyang masih tampak kurang mampu menjalankan

tugasnya. Wasesa (2005:119) mengemukakan pada saatkrisis, mereka justru bersikap protektif. Sebaliknya padasituasi normal, justru mereka tidak memberikaninformasi tambahan yang bermanfaat bagi citraperusahaan. Pernyataan serupa juga dikemukakanRuslan (1999:16) dalam hal terjadi krisis pada suatubank, berbagai kalangan mempertanyakan peran pub-lic relations officer (PRO) bank tersebut selama ini.Dalam situasi dilanda krisis memuncak, seolah–olahbagian public relations perusahaan menghilang dantidak lagi banyak berperan membantu perusahaan.Kondisi demikian seperti terlihat dari beberapa kasusperbankan yang ada, mulai dari kasus Bank Summa,Bank Bali, hingga terakhir Bank Dagang Bali dan BankAsiatic. Semua itu mengindikasikan betapa masih belummampunya pejabat public relations perbankannasional menjalankan fungsinya secara efektif.Menurut Afdhal (2002) dalam praktik banyak eksekutifpublic relations perusahaan yang terjebak dalampekerjaan administratif yang rutin.

Kurang mampunya pejabat public relationsdalam menjalankan fungsi komunikasi korporatnya,bukan tidak mungkin secara internal individu sebagaiakibat kurang mampunya pejabat public relations yangbersangkutan dalam melaksanakan(mengimplementasikan) budaya perusahaan secarakonsekuen melalui pola sikap dan perilakunya,sehingga hal itu berakibat kepada kinerjanya yangkurang dapat diharapkan.

Kondisi demikian bukan tidak mungkindisebabkan oleh adanya suatu kondisi kontradiksi.Pada satu sisi perbankan nasional mempunyai suatubudaya yang cukup dipegang kuat, yakni menyangkutnilai dan norma yang berkaitan dengan persoalanmenjaga kerahasian bank. Kondisi demikian tidakmustahil cenderung akan mendorong lembagaperbankan berikut karyawannya termasuk dalam halini pejabat public relations ke arah memiliki sikap danperilaku tertutup.

Pada sisi lain, public relations dalam perspektifteori sistem pada dasarnya memainkan peran sebagaiboundary spanning. Peran demikian jelas secaraotomatis akan mendorong pejabat public relations kearah memiliki sikap dan perilaku terbuka. Dengandemikian, jelas kondisi kontradiktif seperti itu bukanmustahil akan cukup mengganggu atau sangat tidakmenguntungkan bagi pejabat public relations dalam

Page 57: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

53

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

melaksanakan tugas sebagai corporate communica-tions.

Selanjutnya kondisi kontradiktif atauketidaksesuaian demikian bukan tidak mungkin sedikitbanyak akan mempengaruhi kinerja yang dihasilkan olehpejabat public relations yang bersangkutan. Karenaadanya kondisi demikian dalam perspektif TeoriKognitif Disonan Leon Festinger akan menimbulkansuatu kondisi ketegangan pada diri pejabat public re-lations sebagai akibat adanya keadaan disonan(ketidaksesuaian) dalam diri pejabat public relations.Keadaan demikian akan berpengaruh pada konstelasihubungan antara sikap dan perilakunya yangselanjutnya tentu akan mempengaruhi kinerjanya dalammenjalankan tugas komunikasi korporat.

Pada akhirnya dapat dipahami bahwa kinerjapejabat public relations tidak terlepas dalam kaitannyadengan konteks pengaruh budaya perusahaan.Menurut Kasali (1994:108-113) praktisi public relationsbisa gagal dalam menjalankan perannya karena praktisipublic relations tidak mengenal budaya yangdianutnya. Cushway dan Lodge (1999:25)mengemukakan bahwa budaya mempengaruhi carapekerjaan dilakukan dan cara para pegawai berperilaku.Dengan demikian, budaya akan menuntun berkaitandengan apa yang boleh dilakukan dan bagaimanamelakukannya yang pada akhirnya akan mempengaruhikinerjanya.

Menurut Kreitner dan Kinicki (2003:90)beberapa studi menunjukkan budaya organisasiberhubungan secara signifikan dengan sikap danperilaku karyawan, sedangkan Ndraha (1999:81)mengemukakan adanya temuan berbagai penelitianyang menunjukkan terdapat korelasi positif dansignifikan antara budaya organisasi dengan prestasikerja (performance) karyawan.

Berdasarkan asumsi dan dasar pemikiran sepertitersebut di atas yang menyadari adanya kenyataanmasih rendahnya kinerja public relations perbankannasional yang secara empiris berkaitan dengan budayakorporatnya. Maka dipandang perlu untuk menelitisikap dan perilaku pejabat public relations dalampenerapan budaya perusahaan dan kaitannya denganefek yang berupa kinerjanya. Penelitian ini untukmengetahui apakah faktor penerapan budaya

perusahaan merupakan kendala bagi pejabat publicrelations dalam menjalankan perannya sehinggaberakibat (berkaitan) pada kinerjanya.

KAJIAN PUSTAKA

Budaya Korporat

Menurut Ndraha (1997:52-54) kajian organisasimemberikan pemahaman tentang organisasi sebagaisubyek dan obyek budaya. Budaya organisasiterbentuk dari karakteristik organisasi sebagai obyekdan subyeknya. Pada dasarnya, setiap organisasimempunyai budaya. Menurut Jermier et al. (Robbins,1996:292) kebanyakan organisasi besar mempunyaisuatu budaya yang dominan yang mempengaruhiperilaku anggota-anggotanya.

Menurut Ndraha (1997:1) istilah budayaorganisasi dan budaya perusahaan merupakan salinandari bahasa inggris “Organizational Culture” dan“Corporate Culture”. Budaya perusahaan merupakanaplikasi budaya organisasi terhadap badan usaha atauperusahaan. Menurut Deal dan Kennedy seperti dikutipHoward Schult (Silalahi, 2004:35) budaya perusahaanmempunyai pengertian sebagai kebiasaan kerja seluruhmanajemen dan karyawan suatu perusahaan yang telahditerima sebagai standar perilaku kerja, serta membuatmereka terikat secara emosional kepada perusahaan.Menurut Silalahi (2004:36) budaya perusahaanmenekankan masalah peningkatan unjuk kerja dan nilaiatau “value delivery”.

Selanjutnya dilihat dari unsur-unsurnya,menurut Kotter dan Heskett seperti dikutip Kotler dkk.(2003:107) budaya perusahaan pada hakikatnya berisidua unsur, yaitu nilai-nilai (shared value) dan perilakubersama (common behavior). Adapun George Day(Kotler dkk, 2003:134) mengatakan budaya perusahaanmemiliki dua unsur lain yang lebih dapat diaksesdaripada nilai-nilai. Dua unsur baru tersebut, yaitu (1)norma-norma (norms) dan (2) model pikiran (mentalmodel).

Menurut Linda Smircich (1983) dalam kaitannyadengan analisis konsep budaya organisasi ada limatema riset dalam konteks irisan teori budaya dan teoriorganisasi. Kelima tema tersebut meliputi :”compara-tive management, corporate culture, organizationalcognition, organizational symbolism, and uncon-

Page 58: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

54

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

scious processes and organization.” Lebih lanjutmenurut Smircich, dalam fokus mikro penelitian tentangbudaya organisasi mengarah kepada pola-pola sikapdan tindakan (perilaku) individual anggota organisasi.

Dalam konteks sebuah organisasi, budayakorporat mempunyai peranan penting dalam kaitannyadengan pencapaian tujuan organisasi. Menurut Kotlerdkk. (2003:132) budaya membimbing perilaku karyawandan memberikan “sense of identity”, keunikankorporat, dan stabilitas. Menurut Gibson et. al.(1996:78) kultur mempengaruhi cara manusia bertindakdi dalam organisasi. Adapun menurut Robbins(1996:294) budaya melakukan sejumlah fungsi di dalamsebuah organisasi, salah satunya memandu danmembentuk sikap serta perilaku para karyawan.

Public Relations

Dalam pandangan obyektif, organisasi berarti struktur(Pace dan Faules, 1998:11). Menurut Scott sepertidikutip Pace dan Faules (1998:63) organisasi merupakansuatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang salingberinteraksi dengan proses penghubung utamanyaadalah komunikasi. Menurut Lubis dan Huseini (1987:6)organisasi sebagai suatu sistem terbuka merupakanbagian (sub sistem) dari lingkungannya, sehinggaorganisasi dapat mempengaruhi maupun dipengaruhioleh lingkungannya. Menurut pendekatan teori sistemterbuka, public relations dalam suatu organisasimempunyai peran sebagai penghubung batas (bound-ary spanning) (Grunig, 1992:93), atau bagian peredam(Robbins, 1990:366) atau sub sistem adaptif (Cutlip,Center, dan Broom, 2000:233) terhadap lingkungan diluar organisasi.

Menurut Grunig (Caywood, 1997:287) public re-lations sebagai manajemen komunikasi di antara suatuorganisasi dan publiknya. Untuk lebih memahamipengertian konsep public relations, Cutlip dan Centerseperti dikutip Putra (1999:8) membedakan public re-lations sebagai the operating concept of administra-tion dan public relations sebagai specialized staff func-tion serving administrator. Menurut Cutlip et. al.(2000:45) serta Grunig dan Hunt (1984:91)menyimpulkan ada dua peran dominan praktisi PublicRelations, yaitu (1) Public Relations Technician dan(2) Public Relations Manager yang merupakangabungan dari tiga jenis peran praktisi Public Rela-

tions yang meliputi Expert Prescriber, Communica-tion Facilitator, dan Problem Solving Facilitator.Menurut Wilcox et. al. (1995:7-8) public relations yangefektif didasarkan pada kebijakan–kebijakan dankinerja–kinerja yang aktual. Menurut Rex F. Harlow(Ruslan, 2001:34) fungsi public relations dapat dibagidua, yaitu (1) Public relations sebagai metods of com-munication, artinya public relations merupakanrangkaian atau sistem kegiatan (order or system of ac-tion) dan (2) Public relations sebagai state of being,artinya public relations merupakan perwujudan suatukegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalambentuk biro, bagian, divisi, atau seksi.

Menurut Beard (2004:3) gaya manajemendepartemen public relations secara substansial akanselalu dipengaruhi oleh kondisi dasar, struktur, danbudaya organisasi tempatnya beroperasi, sedangkanKasali (1994:108-113) mengenai kaitan budayaperusahaan dengan public relations menyatakankarena pekerjaan public relations adalah pekerjaankomunikasi maka kaitannya dengan budaya perusahaansangat erat. Adapun Sriramesh et al. (Grunig, 1992:578-579) menerangkan budaya akan mempunyai pengaruhyang kuat pada public relations, sedangkan menurutTondowijodjo (2002:77) budaya perusahaan atauorganisasi sangat besar pengaruhnya bagi kegiatanpublic relations.

Hubungan Sikap dan Perilaku

Menurut Robbins (2001:138) sikap merupakanpernyataan evaluatif – baik yang menguntungkan atautidak menguntungkan – mengenai obyek, orang, atauperistiwa. Menurut Azwar (1988:3-4) sikap dalamorientasi teori kognitif merupakan konstelasi komponenkognitif, afektif, dan psikomotorik atau konatif, yangberinteraksi dalam memahami, merasakan, danberperilaku terhadap suatu obyek.

Mann (Azwar, 1988:23-24) menyatakan sekalipundiasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisievaluatif yang banyak menentukan cara individubertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringjauh berbeda. Teori organisasi sikap yang dipandangsesuai dengan penelitian ini adalah Teori disonansikognitif Festinger (Atkinson, 1991:378) berasumsibahwa ada semacam dorongan untuk mencapaikeajekan kognitif. Menurut Festinger (Sears, 1988:148),

Page 59: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

55

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

sikap akan berubah demi mempertahankan konsistensidengan perilaku nyatanya.

Teori konsistensi memiliki banyak implikasi padacara manusia berkomunikasi (Severin dan Tankard,2005:171) orang mengurangi disonansi pasca-keputusan dengan pengingatan selektif terhadap fakta,dan orang berusaha mengubah sikap melalui permainanperan yang dipaksa (Severin dan Tankard, 2005:171).Menurut Robbins (2001:144) sikap mempengaruhiperilaku. Pada bagian lain Robbins (2001:145)menyatakan walaupun sebagian besar studi hubungansikap dan perilaku menghasilkan hasil positif, namunhubungan tersebut cenderung lemah sebelum dilakukanpenyesuaian variabel–variabel pelunak. Sementarahubungan sikap dan perilaku umumnya positif danlemah.

Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne(2004:130-132) penelitian yang lebih baikmengindikasikan bahwa di bawah kondisi tertentu, sikapmempengaruhi tingkah laku. Menurut Ajzen danFishbein (Robert A. Baron dan Donn Byrne, 2004:130-132) hambatan situasi (situational constraint)mengenai hubungan antara sikap dan tingkah laku,situasi ini mencegah sikap diekspresikan dalam tingkahlaku yang tampak. Menurut Robert A. Baron dan DonnByrne (2004:134-135) hubungan antara sikap dantingkah laku sangat dipengaruhi oleh beberapa aspekdari sikap itu sendiri, yaitu (1) Sumber dari sikap (atti-tude origins), (2) Kekuatan sikap (attitude strength),dan (3) Kekhususan sikap (attitude specificity).Menurut Petty dan Krosnick (Baron dan Byrne,2004:135) sikap memang mempengaruhi tingkah laku,namun kekuatan hubungan ini sangat ditentukan olehbeberapa faktor yang berbeda, seperti hambatansituasional yang mengizinkan atau tidak mengizinkanseseorang menampilkan ekspresi lahiriah dari sikapnya,begitu pula aspek dari sikap itu sendiri, seperti sifatnya,kekuatan, dan kekhususannya dibandingkan yang lain.

Hubungan Sikap dan Kinerja

Menurut Gibson et al. (1984:57) sikap adalahkesiapan mental yang diorganisasi lewat pengalaman,yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapanseseorang terhadap orang lain, obyek dan situasi yangberhubungan dengannya. Menurut Triandis (1971:1),sikap adalah hasil dari suatu proses sosial. Proses ini

mempengaruhi hasil budaya masyarakat, dan jikasikapnya dapat diketahui berarti dapat pula diperkirakanreaksinya terhadap obyek yang diminati.Mengutip pendapat Roxeach, Suryabrata (1978:11)mengemukakan sikap memberikan dasar kepadaseseorang untuk membuat respons. Duncan (1981:19)menekankan bahwa sikap merupakan suatu reaksi dancara bereaksi terhadap rangsangan yang timbul padasituasi tertentu. Menurut Gibson et. al. (1996:146)kebudayaan, moral, dan bahasa mempengaruhi sikap.Melalui pengalaman kerja, pekerja mengembangkansikap mengenai tinjauan prestasi, kemampuanmanajerial, dll. Pengalaman menyebabkan beberapaperbedaan sikap individu terhadap kinerja, loyalitas,dan komitmen.

Menurut Gibson, et. al. (1996:42) teori sistemjuga dapat menjelaskan mengenai sikap individu.“Masukan” sikap individu adalah sebab-sebab yangberkembang dari tempat kerja. Masukan (sebab) ini laludiproses oleh mental individu dan proses psikologikaluntuk menghasilkan suatu hasil tertentu. Kemudianmenurut Robbins (2001:66) setiap perubahan yangrelatif permanen dari sikap yang terjadi sebagai hasilpengalaman yang pada dasarnya mengekspresikanproses pembelajaran. Berikutnya teori kepribadiandapat membantu dan meramalkan sikap seseorang.Menurut Robbins (2001:77) kepribadian membimbingke kinerja yang efektif.

Hubungan Perilaku dan Kinerja.

Menurut Gibson, et. al. (1996:123-126) perilaku seorangpekerja adalah kompleks sebab dipengaruhi olehberbagai variabel lingkungan dan banyak faktor indi-vidual, pengalaman, dan kejadian. Menurut Kurt Lewin,perilaku pekerja adalah fungsi dari variabel individudan lingkungan. Menurut Kast dan Rosenzweig(1990:570) kinerja merupakan hasil karya yang dicapaiatau prestasi. Kinerja individu menunjuk kepada hasilkarya yang dicapai oleh seseorang sehubungan denganposisinya dalam organisasi (perusahaan), sedangkanmenurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2002:78)kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atautidak dilakukan karyawan. Menurut Bacal (2001:149),kinerja seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh duahal, yaitu (1) Faktor-faktor individu, dan (2) Faktor-faktorsistem.

Page 60: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

56

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

Menurut Gibson et. al. (1996:124-126) perilakupekerja menentukan hasil. Hasil yang dikehendaki dariperilaku pekerja adalah prestasi yang efektif. Di dalamorganisasi variabel individu dan lingkunganberpengaruh tidak hanya kepada perilaku tetapi jugakepada kinerja. Mengutip Robert Albanese dan DavidD. Van Fleet (Gibson et.al..1996:126-127) perilaku yangberhubungan dengan kinerja langsung diasosiasikandengan tugas-tugas kerja yang perlu diselesaikan untukmencapai tujuan kerja. Perilaku yang berhubungandengan kinerja termasuk tindakan seperti mengenalimasalah - masalah kinerja, perencanaan, pengaturan,dan pengendalian kerja dari pekerja, dan menciptakaniklim yang mendorong bawahannya.

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berakar pada rasionalisme Immanuel Kant(1724-1804), Rene Descartes (1596-1650), bahkan sampaike Plato (Rakhmat, 1986:32). Dalam penelitian ini akanbanyak digunakan teori-teori dalam pendekatankognitif sebagai grand theory dan Teori sistem sebagaimiddle range theory. Menurut Boeree (2000:475),Ludwig Von Bertalanffy mencabangkan Teori Sistemke dalam psikologi kognitif, ia memperkenalkan sebuahepistemologi holistik yang ia kontraskan denganbehaviorisme.

Menurut Sarwono (2002:84) pendekatankognitif memandang semua informasi yang masuk diproses dalam kognisi manusia sebelum akhirnyadijadikan keputusan, sikap, atau perilaku. Dalampandangan Teori Kognitif, manusia dalam mempersepsilingkungannya tidak sekedar mengandalkan padasesuatu yang diterima dari penginderaannya, tetapimasukan penginderaan diberi makna selanjutnyadijadikan awal dari suatu perilaku. Lebih lanjut Sarwono(2002:240-241) menyatakan sikap dapat menentukanperilaku jika muncul dalam kesadaran seseorang. Jadihubungan antara sikap dan perilaku dipengaruhi olehbagaimana caranya sikap itu masuk ke dalam kesadaran.Menurut pendekatan kognitif (Sears et.al., 1988:19)perilaku seseorang tergantung pada caranyamengamati situasi sosial. Pada bagian lain Sears et.al.(1988:141) menyatakan pendekatan kognitifmenegaskan orang mencari kesesuaian dalam sikap danantara sikap dan perilaku. Dalam pandangan teorikognitif (Walgito, 2002:13) perilaku individu merupakan

respons dari stimulus dan dalam diri individu itu adakemampuan untuk menentukan perilaku yangdiambilnya.

Selanjutnya penelitian ini mendasarkan diri padaTeori Konsistensi yang menyatakan individu berusahamengoptimalkan makna dalam persepsi, perasaan,kognisi, dan pengalamannya (Rakhmat, 1989:34). Salahsatunya teori konsistensi adalah Teori DisonansiKognitif yang banyak dipengaruhi teori psikologilapangan Kurt Lewin (Sarwono, 2002:112; Effendy,2000:18). Teori Disonansi Kognitif Leon Festinger(1957) (Walgito, 2002:119-120; Sarwono, 2001:111-114)menyatakan sikap individu itu konsisten satu denganyang lain dan dalam tindakannya juga konsisten satudengan yang lain. Menurut Sears et.al. (1988:148) teoriKetidaksesuaian (Disonance Theory) Leon Festingermenyatakan sikap akan berubah demi mempertahankankonsistensi dengan perilaku nyatanya. Teori DisonansiKognitif (Sears et.al, 1988:156) mengasumsikan adanyatekanan terhadap konsistensi. Perilaku konsistendengan sikap hanya dalam kondisi tertentu, yaitu: sikapyang kuat, jelas, spesifik, dan tanpa tekanan situasiyang bertentangan. Menurut Jones dan Davis (1965)(Sarwono, 2001:173-175) tindakan (act) merupakankeseluruhan respons (reaksi) yang mencerminkanpilihan si pelaku dan yang mempunyai akibat (efek)terhadap lingkungannya. Adapun efek didefinisikansebagai perubahan nyata yang dihasilkan olehtindakan. Menurut Sears et.al. (1988:153), orangmelakukan perilaku nyata dipengaruhi oleh sikapmereka dan oleh situasi.

Lebih lanjut, sikap dan perilaku anggotaorganisasi mempengaruhi kinerja orang yangbersangkutan (Prawirosentono, 1999:103-104). Karenapada prinsipnya manusia sebagai pelaku organisasimempunyai perbedaan dalam sikap (attitude) danperilaku (behavior) yang pada akhirnya perbedaansikap dan perilaku tersebut akan menyebabkan setiapindividu yang melakukan kegiatan dalam organisasimempunyai kinerja (kemampuan kerja) yang berbeda(Prawirosentono, 1999:25)

Kinerja seorang karyawan selain dipengaruhioleh sikap dan perilakunya, juga dipengaruhi olehlingkungannya. Karena lingkungan membentuk budayaorganisasi maka kinerja seseorang pada dasarnya jugadipengaruhi oleh budaya organisasi yangbersangkutan (Prawirosentono, 1999:83). Kinerja

Page 61: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

57

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

sebagai aspek (hasil) perilaku berhubungan denganbudaya perusahaan. Kondisi demikian dapatberlangsung mengingat budaya organisasi menjadipedoman yang akan membimbing sikap dan perilakuanggota organisasi (karyawan) dalam melaksanakantugasnya untuk mencapai tujuan perusahaan.

Public relations sebagai bagian (sub sistem)organisasi tidak terkecuali kinerjanya juga dipengaruhioleh lingkungan tempatnya beroperasi yangmembentuk budaya organisasi yang secara substansialjuga berpengaruh terhadap praktek public relations(Beard, 2004:3; Putra, 1999:16). Dengan demikian,budaya organisasi akan mempengaruhi sikap danperilaku public relations. Selanjutnya sikap danperilaku public relations akan menghasilkan suatukinerja (hasil karya atau prestasi) tertentu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan: desain penelitianeksplanasi (Neuman, 2000:22), pendekatan kuantitatif(Neuman, 2000:16), metode penelitian korelasional(Valera, 1989:17), dan teknik penelitian survei (surveyresearch) ((Rosenberg dan Galtung (1982:8-9); Yin(2002,8); Neuman (2000:34)). Selanjutnyaoperasionalisasi variabel meliputi (1) Sikap yang diukurdengan 3 (tiga) dimensi, yaitu komponen kognitif,afektif, dan kecenderungan bertindak (response trait/psikomotorik) (Krech dkk, 1962) dengan metodepengukuran rating scale. Pengukuran sikapdiberlakukan pada pejabat public relations; (2) Perilakudiukur dengan 3 (tiga) dimensi, yaitu frekuensi,intensitas, dan latensi (Moskowitz dan Orgel, 1969:13)dengan metode pengukuran rating scale; dan (3)Kinerja yang ukurannya mengacu pada Fortune Cor-porate Reputation Index yang meliputi (1) Quality ofthe management, (2) Quality of product or service,serta (3) Ability to attract develop and keep talentedpeople. Menurut Mathis dan Jackson (2002:79) jugaRobbins (1996:258-259) serta Furtwengler (2002:1-9)kinerja mencakup 3 (tiga) dimensi (kriteria), yaitu hasiltugas, perilaku, dan ciri-ciri. Metode pengukuranmenggunakan rating scale (Gibson et. al. (1996:292);Stephen P. Robbins (1996:261-263); Robert L. Mathisdan John H. Jackson (2002:92-97); Dessler (1997:5).

Populasi penelitian ini keseluruhan pejabat(manajer) public relations (corporate communication)

perbankan swasta nasional anggota perbanas yangberada di kantor pusat, yaitu sejumlah 72 bank. Adapunsampel ditarik dengan teknik simple random samplingsebesar 40% (30 bank). Dalam penelitian ini, unitanalisisnya adalah pejabat (manajer) public relationsatau “communication corporate”nya dan atasanlangsung dari pejabat public relations yangbersangkutan. Metode pengumpulan data yangdigunakan, untuk data primer dikumpulkan denganangket (Soehartono, 2000:65), sedangkan untuk datasekunder dipakai teknik dokumentasi (Soehartono,2000:70) yang meliputi dokumentasi data dari Perbanas,Bank Indonesia, dan Rating Majalah Infobank Juni2005.

Teknik analisis data yang digunakan dalampenelitian ini meliputi uji korelasional (Rakhmat,2000:27), uji regresi linier berganda (multiple linearregression) (Sulaiman, 2004:79), dan analisis jalur. Untuktujuan penghitungan korelasi digunakan uji korelasiPearson (Irianto, 2004:136) setelah data dalam skalaordinal di successive ke skala interval.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hubungan antara Sikap Terhadap Penerapan BudayaKorporat dan Perilaku Penerapan Budaya Korporat.

Hasil uji statistik inferensi korelasional menunjukkanbahwa antara sikap terhadap penerapan budayakorporat dengan perilaku penerapan budaya korporatada hubungan yang kuat, dengan arah korelasi “positif”atau “searah”, serta signifikan. Dengan demikian, dapatdisimpulkan Ho yang menyatakan bahwa tidak adahubungan antara sikap terhadap penerapan budayakorporat dan perilaku penerapan budaya korporatditolak sedangkan H1 diterima (koefisien korelasi +0,731signifikan pada tingkat signifikansi 1%).

Hasil penelitian ini memperkuat berlakunyaTeori Kognitif sebagai grand theory yang dalampandangannya melihat manusia dalam mempersepsikanlingkungannya tidak sekedar mengandalkan padasesuatu yang diterima dari penginderaannya, melainkanmasukan penginderaan diberi makna selanjutnyadijadikan awal dari suatu perilaku. Dalam kaitan antarasikap dengan perilaku, tampaknya hasil penelitian inimemperkuat asumsi tentang perilaku sepertidikemukakan Leavit (Sobur, 2003:289) dan Kast dan

Page 62: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

58

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

Rosenzweig (2002:393-394) bahwa tingkah laku itu adasebabnya. Hasil temuan penelitian ini memperkuat TeoriKognitif yang melihat sumber penyebab perilaku itubukan faktor eksternal (faktor lingkungan) melainkanfaktor internal (faktor kognitif atau kesadaran). Sepertidikemukakan Davis dan Newstrom (1989:114) bahwakebutuhan internal membimbing perilaku seseorang.Juga seperti asumsi yang dinyatakan oleh Nadler danLawler (Stoner dan Freeman, 1994:19) bahwa individumengambil keputusan secara sadar mengenaiperilakunya.

Secara aplikatif, hasil penelitian ini memperkuatTeori Konsistensi yang berasumsi bahwa individuberusaha mengoptimalkan makna dalam persepsi,perasaan, kognisi, dan pengalamannya (Rakhmat,1989:34). Adapun Teori Konsistensi yang diperkuatdalam penelitian ini adalah Teori Disonansi KognitifLeon Festinger, yang berasumsi bahwa kesadaran terdiridari elemen-elemen kognisi (Naisaban, 2004:131). Dalampandangan teori ini pada umumnya orang berperilakukonsisten. Jika terjadi disonansi maka orang akanberusaha mengubah perilakunya atau lingkungannyaatau menambahkan elemen baru. (Effendy, 2000:262;Walgito, 2002:119-120; Sarwono, 2001:111-114). Adapunmenyangkut sumber disonansinya menurut perspektifFestinger (Sarwono, 2001:111) lebih bersumber kepadaberlakunya nilai-nilai budaya (cultural mores) di duniaperbankan, yaitu menyangkut prinsip “menjagakerahasiaan bank”. Dalam hal ini adanya budayaperusahaan, yaitu menjaga kerahasiaan bank diberimakna sebagai sesuatu yang bersifat membatasi(mengekang) bagi aktivitas public relations yangsebenarnya lebih menuntut adanya kondisiketerbukaan.

Selain itu, hasil penelitian ini juga dipandangmemperkuat Teori Konsistensi Kognitif yangmenyatakan bahwa perilaku konsisten dengan sikapnyahanya dalam kondisi tertentu, yaitu sikap yang kuat,jelas, spesifik, dan tanpa tekanan situasi yangbertentangan (Sears et. al., 1988:168-169). Sepertidiketahui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadikondisi disonansi antara sikap terhadap penerapanbudaya korporat dan perilaku penerapan budayakorporat responden. Hal ini sangat dimungkinkanterjadi lebih sebagai akibat adanya tekanan situasi yangada serta kondisi sikapnya sendiri tidak dalam posisikuat, sehingga wajar apabila situasi disonan muncul di

antara sikap terhadap penerapan budaya korporatdengan perilaku penerapannya.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan perdapatPetty dan Krosnick (Baron dan Byrne, 2004:135) yangmenyatakan bahwa sikap dapat mempengaruhi perilakunamun kekuatan hubungannya sangat ditentukan olehbeberapa faktor, seperti hambatan situsional serta aspekdari sikap itu sendiri, seperti sifatnya, kekuatannya,dan kekhususannya. Menurut hasil penelitian initampaknya faktor situasional cukup dominanmempengaruhi kekuatan hubungan antara sikap denganperilaku sehingga menjadi sumber disonannya.Tampaknya kondisi demikian muncul lebih dikarenakanadanya tekanan situasi yang bertentangan, yaitu masihberlakunya secara kuat budaya menjaga kerahasiaanbank di lingkungan responden. Di samping itu,ketidakkonsistenan hubungan antara sikap terhadappenerapan budaya korporat dengan perilaku penerapanbudaya korporat seperti terlihat dari hasil penelitian initampaknya juga dikarenakan posisi sikap terhadappenerapan budaya korporat terlihat tidak kuat.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh pendapatRobert Kreitner dan Angelo Kinicki (2003:181-183) sertaGibson et. al. (1996:144) dan Robbins (2001:144-145)bahwa hubungan antara sikap dengan perilakucenderung lemah, namun kekuatan hubungan ini dapatmenjadi kuat (dapat ditingkatkan) bila terjadi padahubungan antara sikap dengan perilaku yang spesifik.Pada kasus penelitian ini tampaknya kondisi demikianberlangsung, mengingat obyek sikap dan perilakubersifat spesifik, yaitu menyangkut penerapan budayakorporat. Di samping itu, hubungan yang lemah antarasikap dengan perilaku juga dapat diperbaiki (diperkuat)dengan cara memperhatikan adanya variabel pelunak(moderator) yang dapat berupa pengalaman (Baron danByrne (2004:134-135); Robbins (2001:144-145); Gibsondkk (1996:144); Kreitner dan Kinicki (2003:181-183)) ataukendala sosial yang ada, yang dalam kasus penelitianini dapat berupa budaya “menjaga kerahasiaan bank”yang secara eksplisit terlihat pada Panca Etika Perbanas.Adapun menurut Azwar (1988:21) kita dapat kelirumengharapkan hubungan sistematis langsung antarasikap dengan perilaku dikarenakan sikap tidakmerupakan determinan satu-satunya perilaku,sedangkan menurut Mann seperti dikutip Azwar(1988:22) sikap dan tindakan nyata sering jauh berbeda,

Page 63: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

59

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanyaditentukan oleh sikap semata, melainkan oleh banyakfaktor eksternal lainnya.

Hubungan antara Sikap terhadap Penerapan BudayaKorporat dan Kinerja Pejabat Public Relations

Hasil uji statistik inferensi korelasional menunjukkanbahwa antara sikap terhadap penerapan budayakorporat dengan kinerja pejabat public relations adahubungan yang cukup kuat, dengan arah korelasipositif atau searah, serta signifikan. Dengan demikian,dapat disimpulkan berarti Ho yang menyatakan bahwatidak ada hubungan antara sikap terhadap penerapanbudaya korporat dengan kinerja pejabat public rela-tions ditolak sedangkan H1 diterima (koefisien korelasi+0,553 signifikan pada tingkat signifikansi 1%).Hasil penelitian ini memperkuat berlakunya Teori Sistem(Gibson et. al., 1996:42) yang menjelaskan sikap dalamkonteks bahwa masukan sikap individu diproses olehmental individu (proses psikologikal) untukmenghasilkan suatu hasil tertentu. Artinya, bahwakinerja sebagai suatu hasil pada dasarnyamencerminkan suatu proses mental sikap dariresponden maka kalau kinerja yang dihasilkantergolong “sedang” sudah selayaknya bila hal itumerupakan cerminan dari proses mental sikapresponden yang tergolong “negatif” terhadappenerapan budaya korporatnya.

Adapun Kast dan Rosenzweig (2002:394)mengemukakan bahwa pengaruh-pengaruh potensialdisaring oleh sikap melalui persepsi, kognisi, danmotivasi. Efek berbagai rangsangan terhadap sikapbergantung pada bagaimana pandangan dan anggapanindividu itu terhadap rangsangan tersebut. Apakahseseorang tergerak (motivated) untuk melakukan usahaatau untuk bersikap dengan suatu cara tertentubergantung pada kekuatan rangsangan itu dan konteksterjadinya.

Hasil penelitian ini juga dapat dimaknai bahwakondisi pejabat public relations yang mempunyai sikapnegatif terhadap penerapan budaya korporat tentu akanmempengaruhi semangat kerja (motivasinya) yang padaakhirnya akan mempengaruhi kinerjanya atau hasilkerjanya (prestasinya). Hal ini mengingat budayakorporat yang seharusnya dapat menjadi pedoman bagipejabat public relations di dalam bersikap justru

bersifat menghambat karena mendapatkan sikap(tanggapan) negatif dari yang bersangkutan, sehinggawajar bila kondisi demikian kurang menunjang bagitercapainya kinerja yang maksimal. Kondisi demikiansemakin diperkuat ketika terjadi keadaan ketidakselaran(disonansi) pada diri pejabat public relations antarasikap dengan perilakunya menyangkut penerapanbudaya korporatnya.

Dengan kata lain, suatu kinerja yang maksimaltidak akan terwujud ketika pejabat public relationsdalam melakukan pekerjaannya tidak ditopang olehsikap pejabat public relations yang mendukung(favourable) terhadap penerapan budaya korporatnya.Kondisi demikian dapat dipahami karena adanya sikapnegatif pejabat public relations terhadap penerapanbudaya korporat tentu akan menimbulkan suasana hatiyang kurang kondusif pada diri pejabat public rela-tions yang bersangkutan. Selanjutnya tentu keadaandemikian akan dapat menjadi hambatan atau kendalabagi kemantapan pelaksanaan tugas sehari-hari yangharus dijalankan oleh pejabat public relations dalamrangka meraih kinerja yang maksimal.

Hubungan antara Perilaku Penerapan BudayaKorporat dan Kinerja Pejabat Public Relations

Hasil uji statistik inferensi korelasionalmenunjukkan bahwa antara perilaku penerapan budayakorporat dengan kinerja ada hubungan. yang kuat,dengan arah korelasi positif atau searah, sertasignifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan berartiHo yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antaraperilaku penerapan budaya korporat dengan kinerjapejabat public relations ditolak sedangkan H1 diterima(koefisien korelasi +0,742 signifikan pada tingkatsignifikansi 1%).

Hasil penelitian ini mendukung asumsi tentangperilaku seperti dikemukakan Leavitt (Sobur, 2003:289)serta Kast dan Rosenzweig (2002:393) bahwa perilakuitu diarahkan pada suatu tujuan. Kemudian Nadler danLawler (Davis dan Newstrom, 1989:19) secara khususmengemukakan asumsi mengenai perilaku dalamorganisasi menyatakan individu memutuskan di antaraperilaku alternatif berdasarkan harapannya bahwasuatu perilaku yang ada akan membawa hasil yangdiinginkan. Adapun Davis dan Newstrom (1989:19)dalam kaitan antara perilaku dan kinerja menyatakan

Page 64: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

60

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

bahwa individu mengharapkan konsekuensi tertentudari perilakunya.

Hasil penelitian ini juga memperkuat pendapatGibson et. al. (1996:124-126) yang menyatakan bahwaperilaku pekerja menentukan hasil, karena hasil yangdikehendaki dari perilaku pekerja adalah prestasi yangefektif. Adapun mengutip Robert Albanese dan DavidD. Van Fleet (Gibson et. al.,1996:126-127) perilaku yangberhubungan dengan kinerja langsung diasosiasikandengan tugas-tugas kerja yang perlu diselesaikan untukmencapai tujuan kerja. Perilaku yang berhubungandengan kinerja termasuk tindakan mengenali masalah-masalah kinerja, perencanaan, pengaturan, danpengendalian kerja dari pekerja, dan menciptakan iklimyang mendorong bawahannya. Variabel individu danlingkungan berpengaruh tidak hanya pada perilakutetapi juga kepada kinerja. Asnawi (2002:55) jugamenyatakan bahwa perilaku berkaitan dengan kinerja,sedangkan Kast dan Rosenzweig (1990:570)menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil karya yangdicapai atau prestasi seseorang.Adapun Sobur (2003:287) menyatakan perilaku padadasarnya merupakan cara atau alat supaya suatu tujuandapat tercapai. Jadi perilaku seperti diasumsikan olehLeavitt (Sobur, 2003:289) pada hakikatnya ditujukanatau diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Hubungan antara Sikap Terhadap Penerapan BudayaKorporat dan Perilaku Penerapan Budaya Korporatterhadap Efeknya dalam Kinerja Pejabat PublicRelations

Hasil uji statistik inferensial regresi menunjukkanhubungan antara variabel kinerja pejabat public rela-tions perbankan swasta nasional dengan dua variabelinependen, yaitu sikap terhadap penerapan budayakorporat dan perilaku penerapan budaya korporatadalah kuat. Kemudian dilihat dari nilai Standar Errorof Estimate (SEE) menunjukkan bahwa model regresiini dapat bertindak sebagai prediktor (peramal/penduga) kinerja daripada rata-rata kinerja itu sendiri(lihat tabel 1).

Berdasarkan uji F test atau uji ANOVA didapathasil yang menunjukkan bahwa model regresi ini bisadipakai untuk memprediksi kinerja pejabat public rela-tions perbankan swasta nasional. Dengan demikian,berarti sikap terhadap penerapan budaya korporat dan

perilaku penerapan budaya korporat secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pejabat public re-lations perbankan swasta nasional.

Berikutnya dilihat dari uji t tampak bahwa sikapterhadap penerapan budaya korporat dan konstantaregresi sebenarnya tidak mempengaruhi kinerja. Adapununtuk variabel perilaku penerapan budaya korporattampak memang mempengaruhi kinerja pejabat publicrelations perbankan swasta nasional. Dengan kata lainHo ditolak atau koefisien regresinya signifikan atauperilaku penerapan budaya korporat benar-benarberpengaruh secara signifikan.

Tabel 1Koefisien Regresi dan Signifikansi Hubungan

antara Sikap Terhadap Penerapan Budaya Korporatdengan Perilaku Penerapan Budaya Korporat danEfeknya dalam Kinerja Pejabat Public Relations

No Hasil Uji Besaran1 R 0,7422 R square 0,5513 Standar deviasi kinerja 28,4364 Standar deviasi sikap 21,7695 Standar deviasi perilaku 7,3516 SEE 19,7547 F 16,5448 Signifikansi 0,0009 Konstanta 21,252

10 Sikap 0,02911 Perilaku 2,80712 Standar Koefisien (Beta) Sikap 0,02213 Standar Koefisien (Beta) Perilaku 0,72614 T konstanta 0,59715 T sikap 0,11716 T perilaku 3,83917 Signifikansi konstanta 0,55518 Signifikansi sikap 0,90719 Signifikansi perilaku 0,001

Berdasarkan analisis bivariat dan analisis jalur(path analysis) diperoleh hasil bahwa pengaruhperilaku penerapan budaya korporat lebih tinggi apabiladibandingkan dengan pengaruh sikapnya sertahubungan antara sikap terhadap penerapan budayakorporat dengan perilaku penerapan budaya

Page 65: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

61

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

korporatnya. Perhitungan analisis jalur (path analy-sis) yang ada diperoleh hasil yang dapat digambarkansebagai berikut:

X1 ε(sikap) 0,023

0,731 Y(kinerja)

0,725X2

(perilaku)

Gambar 1Analisis Jalur (Path Analysis)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara regresi,variabel dependen kinerja pejabat public relationsdapat dijelaskan oleh kedua variabel independennya,yaitu variabel sikap terhadap penerapan budayakorporat dan variabel perilaku penerapan budayakorporat. Berdasarkan hasil analisis yang ada, modelregresi dalam penelitian ini dapat dikatakan tepat ataudapat dipakai untuk memprediksi variabel kinerja.Secara simultan perilaku penerapan budaya korporatlebih berpengaruh nyata bila dibandingkan dengansikap terhadap penerapan budaya korporat. Hal inisekaligus menunjukkan bahwa hubungan antaraperilaku penerapan budaya korporat lebih bersifatlangsung dengan kinerja pejabat public relations biladibandingkan dengan sikap terhadap penerapanbudaya korporat. Terlebih dalam konteks penelitian iniyang menguji teori konsistensi yang hasilnyamenunjukkan adanya ketidakselaran antara sikapterhadap penerapan budaya korporat dengan perilakupenerapannya.

Hasil penelitian ini dapat dipahami sepertidikemukakan Fishbein dan Ajzen (1975:7), Allport(1961:45), serta Robbins (2001:138), dan Gerungan(1986:149-150) bahwa sikap pada dasarnya masihmerupakan predisposisi (keadaan mudah terpengaruh)atau tendensi atau kesediaan (kesiapan) bereaksiterhadap sesuatu hal, sehingga sikap belum merupakansuatu tindakan nyata maka wajar apabila sikap kurangberpengaruh langsung tehadap kinerja yang padadasarnya merupakan wujud hasil kerja atau prestasikerja. Adapun mengenai hubungan perilaku dengan

kinerja seperti dinyatakan oleh Gibson et. al. (1996:186-190) bahwa banyak teori motivasi yang menjelaskanhubungan perilaku dengan hasil. Sebelumnya Gibsonet. al. (1996:124-126) mengemukakan bahwa perilakupekerja menentukan hasil. Hasil yang dikehendaki daripekerja adalah prestasi yang efektif. Adapun Albanesedan Fleet (Gibson et. al.,1996:126-127) perilaku yangberhubungan dengan kinerja langsung diasosiasikandengan tugas-tugas kerja yang perlu diselesaikan untukmencapai tujuan kerja. Perilaku yang berhubungandengan kinerja termasuk tindakan seperti mengenalimasalah-masalah kinerja, perencanaan, pengaturan, danpengendalian kerja dari pekerja, dan menciptakan iklimyang mendorong bawahannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan sertapengujian hipotesis maka dari penelitian ini dapat ditariksimpulan sebagai berikut:1. Untuk hubungan antara sikap terhadap penerapan

budaya korporat dengan perilaku penerapanbudaya korporat terlihat ada hubungan yangsignifikan. Juga untuk hubungan antara sikapterhadap penerapan budaya korporat denganefeknya dalam kinerja pejabat public relationsperbankan swasta nasional tampak ada hubunganyang signifikan. Demikian pula untuk hubunganantara perilaku penerapan budaya korporat denganefeknya dalam kinerja pejabat public relationsperbankan swasta nasional tampak ada hubunganyang signifikan.

2. Sikap terhadap penerapan budaya korporat danperilaku penerapan budaya korporat secarabersama-sama berpengaruh kepada kinerja pejabatpublic relations. Namun perilaku penerapanbudaya korporat lebih berpengaruh secarasignifikan terhadap kinerja pejabat public relationsbila dibandingkan dengan sikap terhadap penerapanbudaya korporat.

3. Hasil penelitian ini pada dasarnya memperkuatkeberlakuan Teori Kognitif Disonan Leon Festingeryang merupakan aplikasi Teori Konsistensi.

Page 66: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

62

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

Saran

Berdasarkan hasil penelitian disampaikan saran sebagaiberikut:1. Dipandang perlu manajemen meningkatkan

persepsinya secara benar terhadap peran dan fungsipublic relations officer secara komprehensifsehingga secara sistemik kehadiran public relationsofficer sebagai boundary spanning dapat benar-benar diterima menjadi bagian dari coalition domi-nant manajemen.

2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan temayang sama namun dengan mengambil obyek sikapmaupun perilaku yang berkaitan langsung denganbudaya “menjaga kerahasiaan bank” yangkeberlakuannya sering menjadi paradoks bagipelaksanaan peran dan fungsi public relations of-ficer di bidang perbankan.

3. Perlunya penelitian lanjutan yang bersifatpendalaman dengan menggunakan perspektifpendekatan penelitian kualitatif berkaitan dengankeberlakuan konsep boundary spanningmenyangkut peran dan fungsi public relationssuatu perusahaan dalam perspektif teori sistemyang lebih komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Afdhal, Ahmad Fuad. 2002. Advertising dan PR SalingMelengkapi, dalam Majalah Manajemen, No.172 Desember. Jakarta : Pustaka BinamanPressindo.

Atmosoeprapto, Kisdarto. 2001. ProduktivitasAktualisasi Budaya Perusahaan, MewujudkanOrganisasi Yang Efektif dan Efisien MelaluiSDM Berdaya. Jakarta : Elex MediaKomputindo.

Azwar, Saifudin. 1988. Sikap Manusia, Teori danPengukurannya. Jogya : Liberty

Baron, Robert A. dan Donn Byrne. 2004. PsikologiSosial. Jakarta : Erlangga.

Boeree, C. George. 2000. Sejarah Psikologi Dari MasaKelahiran Sampai Masa Modern. Jogyakarta: Ar-ruzz Media.

Cushway, Barry dan Derek Lodge.1999. OrganisationalBehaviour and Design. Jakarta : Elex MediaKomputindo.

Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1989. HumanBehavior at Work, Organizational Behavior,8th edition. New York : McGraw Hill Interna-tional.

Deal, T. and Kennedy, A. 1982. Corporate Culture.Reading, MA : Addison Wesley.

Effendy, Onong Utjana. 2000. Ilmu, Teori, dan FilsafatKomunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Furtwengler, Dale. 2002. Penilaian Kinerja. Yogyakarta: Andi. Gerungan, W. A. 2002. Psikologi Sosial.Bandung : Refika Aditama.

Gibson, J.L. 1984. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Erlangga. Gibson, Ivancevich, dan Donnely.1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses,Jilid 1 Edisi Kedelapan. Jakarta : BinarupaAksara.

Grunig, James E. 1992. Excellence in Public Relationsand Communication Management. New Jer-sey : Lawrence Erlbaum Associates.

Grunig, James E.,& Hunt, Todd.1984. Managing Pub-lic Relations. New York : Harcourt BraceJovanovich College Publishers.

Huseini, Martani. 1994. Upaya MeningkatkanEfektivitas dan Efisiensi PraktikPemasaran dan Public Relations dalam Market-ing Public Relations Upaya MemenangkanPersaingan Melalui Pemasaran YangKomunikatif. Jakarta : Lembaga ManajemenFEUI.

Hutabarat, Arifin.1993. Praktek Public Relations danMenulis Untuk Public Relations. Jakarta :

Page 67: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

63

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

Ganesia PR.

Irianto, Agus. 2004. Statistik, Konsep Dasar danAplikasinya. Jakarta : Pranada Media.

Kasali, Rhenald.1994. Manajemen Public Relations,Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kast, Fremont E. dan James E. Rosenzweig. 2002.Organisasi dan Manajemen, Jilid 1, EdisiKeempat. Jakarta : Bumiaksara.

Kotler, Philip dkk.2003. Rethinking Marketing. Jakarta: Prehallindo.

Kotter, John P. dan James L. Heskett. 1997. DampakBudaya Perusahaan Terhadap Kinerja. Jakarta: Prenhallindo.

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki.2003. PerilakuOrganisasi. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Krech, David, Richard S. Crutchfield dan Egerton L.Ballachey. 1962. Individual in Society, A Text-book of Social Psychology. Kagakusha Tokyo: Mc Graw Hill.

Mar’at. 1981. Sikap Manusia Perubahan sertaPengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson.2002.Manajemen Sumber Daya Manusia Buku 2.Jakarta : Salemba Empat.

McKenna, Eugene dan Nic Beech. 2000. The Essenceof Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta : Andi.

Moeljono, Djokosantoso. 2003. Budaya Korporat danKeunggulan Korporasi. Jakarta : Elex MediaKomputindo.

Moskowitz, Merle J and Arthur R. Orgel. 1969. GeneralPsychology, A Core Text in Human Behavior.Boston : Houghton Mifflin Company.

Mulyana, Deddy (Editor). 1998. KomunikasiOrganisasi, Strategi Meningkatkan KinerjaPerusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Munn, Norman L. 1983. Introduction to Psychology.Houngton Mifflin CoBoston.

Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog TerkemukaDunia, Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, danKarya. Jakarta : Grasindo.

Ndraha, Taliziduhu. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta

Neal Jr, James E.2004. Panduan Evaluasi KinerjaKaryawan. Jakarta : PrestasiPustaka Publisher

Neuman, W. Lawrence. 2000. Social Research Meth-ods, Qualitative and Quantitative ApproachesFourth Edition. Boston : Allyn and Bacon.

Newsom, Doug., Alan Scott, Judy VanSlyke Turk. 1989.This Is PR, The Realities of Public Relations.California : Wadsworth Publishing Company.

Putra, I Gusti Ngurah. 1999. Manajemen HubunganMasyarakat. Yogyakarta : Universitas AtmajayaYogyakarta.

Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Psikologi Komunikasi.Bandung : Remadja Karya.

_____. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. BandungRemaja Rosdakarya.

Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi,Konsep, Kontroversi, Aplikasi Jilid 2 EdisiKedelapan. Jakarta. Prenhallindo.

_____. 2001. Perilaku Organisasi, Konsep,Kontroversi, Aplikasi Jilid 1 Edisi Kedelapan.Jakarta : Prenhallindo.

_____. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain danAplikasi Edisi 3. Jakarta : Arcan.

Page 68: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

64

Jam STIE YKPN - Anto Suranto Hubungan Antara Sikap......

Rosenberg, Morris dan Johan Galtung. 1982. LogikaAnalisa Survei. Surakarta : Hapsara.

Ruslan, Rosady. 1999. Praktik dan Solusi Public Re-lations Dalam Situasi Krisis dan PemulihanCitra. Seri 1. Edisi 2. Jakarta : Ghalia Indonesia.

_____. 2001. Manajemen Humas dan ManajemenKomunikasi, Konsepsi dan Aplikasi. EdisiRevisi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito W. 1987. Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta : Rajawali.

_____. 2002. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.

Sears, David O, Jonathan L. Freedman, Dan L. AnnePeplau. 1988. Psikologi Sosial, Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Jr. 2005. TeoriKomunikasi, Sejarah, Metode, dan Terapan diDalam Media Massa, Edisi Ke-5. Jakarta :Kencana.

Silalahi, Bennett, 2004. Budaya Perusahaan danPenilaian Unjuk Kerja. Jakarta : YayasanPendidikan Al Hambra

Smircich, Linda.1983. Concepts of Culture and Orga-nizational Analysis, in Organizational Culture,in Administrative Science Quarterly Volume 28Number 3 September 1983. Worcester : DavisPress, Inc.p.339-355

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum.Bandung : PustakaSetia.

Soehartono, Irawan. 2000. Metode Penelitian Sosial.Bandung : Remaja Rosda Karya.

Soeprihanto, John. 2001. Penilaian Kinerja danPengembangan Karyawan. Yogyakarta : BPFE.

Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis RegresiMenggunakan SPSS, Contoh Kasus danPemecahannya. Yogyakarta : Andi.

Sumarni, Murti.1993. Manajemen Pemasaran Bank,Edisi Revisi. Yogyakarta : Liberty

Suryabrata, Sumadi. 1978. Sikap dan PengembanganSikap, Teknologi Pembinaan Mahasiswa.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta.

_____.2000. Pengembangan Alat ukur Psikologis.Yogyakarta. Andi.

Tondowijodjo, John. 2002. Dasar dan Arah PublicRelations. Jakarta : Grasindo.

Triandis, H. B. 1971. Attitude and Attitude Change.New York : John Wisley & Sons, Inc.

Uttal, Bro. 1983. The Corporate Culture Vultures, For-tune, 17 Okt 1983. H.71

Valera, Jaime B. 1989. Research Methodology and Ap-plied Statistics. Laguna Philippines : The Re-gional Training Programme on Food and Nutri-tion Planning University of The Philippines atLos Banos.

Walgito, Bimo. 1983. Psikologi Sosial. Jogyakarta :Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi. UGM.

Wenas, Magdalena. 2002. Public Relations Dari Mar-keting Communication Ke Corporate Commu-nication., dalam Majalah Manajemen No.172Desember. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.

Wijaya, Krisna.2003. Analisis Kinerja PerbankanNasional, Kumpulan Pemikiran. Bogor :Pustaka Wirausaha Muda.

Page 69: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

Volume XVI Nomor 1, April 2005

Lo, Eko Widodo, pp. 1-10, Penjelasan Teori Prospek Terhadap Manajemen Laba

Tjahyono, Heru Kurnianto, pp. 11-24, Peran Kepemimpinan Sebagai Variabel Pemoderasian HubunganBudaya Organisasional dengan Keefektifan Organisasional (Studi pada Perguruan Tinggi Swasta di PropinsiDIY)

Astuti, Sri dan M. Hanad Hainafi, pp. 250-34, Pengaruh Laporan Auditor Dengan Modifikasi GoingConcern Terhadap Abnormal Accrual

Siregar, Baldric dan Twenty Selvia Sari Sianturi, pp. 35-49, ; Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil PemilihanUmum dan Pergantian Pemerintahan Tahun 2004

Prajogo, Wisnu, pp. 51-65, Pengaruh Pemediasian Trust Dalam Hubungan Kepemimpinan Transformasionaldan Organizational Citizenship Behavior

Widiastuti, Sri Wahyuni dan Sri Suryaningrum, pp. 67-77, Pengaruh Motivasi Terhadap Minat MahasiswaAkuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA)

Volume XVI Nomor 2, Agustus 2005

Heriningsih, Sucahyo, Sri Suryaningrum, Windyastuti, pp. 79-91, Pengaruh Kecerdasan Emosional padaPemahaman Pengetahuan Akuntansi di Tingkat Pengantar dengan Penalaran dan Pendekatan Sistem

Susanto, Djoko dan Baldric Siregar, pp. 93-105, Peran Saling Melengkapi Laba dan Arus Kas Operasidalam Menjelaskan Variasi Return Saham

Rahdi, Fahmy, pp. 107-119, Industry Policy and Technology Transfer: Review and Analysis of The Indo-nesian Automotive Industry During New Orde Era

Yudiarti, Fr. Ninik dan Eko Widodo Lo, pp. 121-127, Pengaruh Framing; Pertanggungjawaban, dan JenisKelamin dalam Keputusan Investasi Tambahan: Keputusan Individual dan Grup

Asakdiyah, Salamatun, pp. 129-139, Analisis Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan KepuasanPelanggan dalam Pembentukan Intensi Pembelian Konsumen Matahari Group di Daerah IstimewaYogyakarta

INDEKS PENULIS DAN ARTIKELJAM STIE YKPN YOGYAKARTA

Volume XVIIINomor 1April 2007

Page 70: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

Volume XVIIINomor 1April 2007

Saputro, Julianto Agung, pp. 141-152, Konsep dan Pengukuran Investment Opportunity Set SertaPengaruhnya pada Proses Kontrak

Volume XVI, Nomor 3, Desember 2005

Ciptono, Wakhid Slamet, pp. 153-171, The Critical Success Factors Of Tqm Underlying The DemingManagement Method: Evidence From The Indonesia’s Oil and Gas Industry

Lo, Eko Widodo, pp. 173-181, Manajemen Laba: Suatu Sistesa Teori

Sanjaya, I Putu Sugiartha, pp. 183-193, Analisis Pengaruh Akrual Diskresioner Terhadap Return SahamBagi Perusahaan-Perusahaan yang Diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four dan Non-Big Four

Sudarini, Sinta dan Silisia Mita Alloy, pp. 195-207, Penggunaan Rasio Keuangan Dalam MemprediksiLaba Pada Masa yang Akan Datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BursaEfek Jakarta)

Winarso, Beni Suhendra, pp. 209-218, Analisis Empiris Perbedaan Kinerja Keuangan Antara Perusahaanyang Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split Pengujian TheSignaling Hypothesis

Siregar, Baldric, pp. 219-230, Hubungan antara Dividen, Leverage Keuangan, dan Investasi

Volume XVII, Nomor 1, April 2006

Nurim, Yavida, pp. 1-10, Pengaruh Karakteristik Pembuat Judgment dalam Prediksi Failure Perusahaan

Kusuma, Deden Iwan, pp. 11-24, Studi Empiris Pemilihan Metode Akuntansi pada Perusahaan yangMelaksanakan Akuisisi di Indonesia

Yunani, Akhmad, pp. 25-40, Perancangan Model Sales Force Automation (SFA) dalam RangkaMenunjang Customer Relationship Management (CRM): Studi Kasus pada PT Pos Indonesia (Persero)

Suripto, Bambang, pp. 41-56, Praktik Pelaporan Keuangan dalam Web Site Perusahaan Indonesia

Khasanah, Mufidhatul, pp. 57-78, Kajian Usaha Ternak Kambing dalam Rangka MeningkatkanKesejahteraaan Masyarakat Kabupaten Sleman

Dongoran, Johnson, pp. 79-92, Pengaruh Sikap Kerja Terhadap Kinerja pada Hotel Bintang di JawaTengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Page 71: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

Volume XVIIINomor 1April 2007

Volume XVII, Nomor 2, Agustus 2006

Sri Darma. Gede, pp. 93-117, Employee Perception of The Impact of Information Technology Investmentin Organizations: A Survey of The Hotel Industry

Hapsoro, Dody, pp. 119-135, Pengaruh Transparansi Terhadap Konsekuensi Ekonomik: Studi Empirisdi Pasar Modal Indonesia

Indahwati, Weliana dan Erni Ekawati, pp. 137-152, Relevansi dan Reliabilitas Nilai Informasi AkuntansiGoodwill di Indonesia

Rahmawati, pp. 153-169, Hubungan Nonlinier antara Earnings dan Nilai Buku dengan Kinerja Saham

Siswanti, Yuni, pp. 171-180, Alliance Experience, Alliance Capability, Function Alliance Dedicateddan Alliance Learning dalam Aliansi Strategik untuk Meraih Kesuksesan Jangka Panjang di EraKompetisi Global

Widjaya, NH Setiadi, pp. 181-196, Pengaruh Komponen Komitmen Organi-sasional pada HubunganPersepsi Kaitan Kinerja-Gaji dan Organizational Citizenship Behavior

Volume XVIII, Nomor 3, Desember 2006

Arsyad, Lincolin, pp. 197-218, A Process of Creating Business Plan for Microfinance Institution: CaseStudy of LPD Mas, Gianyar, Bali

Hapsoro, Dody, pp. 219-234, Pengaruh Struktur Pengelolaan Korporasi Terhadap Transparansi: StudiEmpiris di Pasar Modal Indonesia

Sri Darma, Gede, pp. 235-255, The Impact of Information Technology Investment on The HospitalityIndustry

Sulistiyani, Tina, pp. 257-267, Analisis Perilaku Brand Switching Produk Air Minum Mineral di DaerahIstimewa Yogyakarta

Siregar, Baldric, pp. 269-282, Determinan Risiko Ekspropriasi

Bawono, Icuk Rangga, dkk., pp. 283-294, Persepsi Mahasiswa S1 Akuntansi Reguler Tentang PendidikanProfesi Akuntansi (PPA) (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Negeri di Purwokerto, Jawa Tengah)

Page 72: JAM Vol 18 No 1 April 2007.pdf

KEBIJAKAN EDITORIALJurnal Akuntansi & Manajemen

Format Penulisan

1. Naskah adalah hasil karya penulis yang belum pernah dipublikasikan di media lain.2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar.3. Naskah diketik di atas kertas ukuran kwarto (8.5 x 11 inch.) dengan jarak 2 spasi pada satu permukaan dan

diberi nomor untuk setiap halaman.4. Naskah ditulis dengan menggunakan batas margin minimal 1 inch untuk margin atas, bawah, dan kedua sisi.5. Halaman pertama harus memuat judul, nama penulis (lengkap dengan gelar kesarjanaan yang disandang),

dan beberapa keterangan mengenai naskah dan penulis yang perlu disampaikan (dianjurkan dalam bentukfootnote).

6. Naskah sebaiknya diawali dengan penulisan abstraksi berbahasa Indonesia untuk naskah berbahasa Inggris,dan abstraksi berbahasa Inggris untuk naskah berbahasa Indonesia. Abstraksi berisi keyword mengenaitopik bahasan, metode, dan penemuan.

7. Penulisan yang mengacu pada suatu referensi tertentu diharuskan mencantumkan bodynote dalam tandakurung dengan urutan penulis (nama belakang), tahun, dan nomor halaman. Contoh penulisan:a Satu referensi:

(Kotler 1997, 125)b. Dua referensi atau lebih:

(Kotler & Armstrong 1994, 120; Stanton 1993, 321)c. Lebih dari satu referensi untuk penulis yang sama pada tahun terbitan yang sama:

(Jones 1995a, 225) atau (Jones 1995b, 336; Freeman 1992a, 235)d. Nama pengarang telah disebutkan dalam naskah:

(Kotler (1997, 125) menyatakan bahwa .......e. Referensi institusi:

(AICPA Cohen Commission Report, 1995) atau (BPS Statistik Indonesia, 1995)8. Daftar pustaka disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomor urut. Contoh penulisan daftar pustaka:

Kotler, Philip and Gary Armstrong, Principles of Marketing, Seventh Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,1996

Indriantoro, Nur. “Sistem Informasi Strategik; Dampak Teknologi Informasi terhadap Organisasi dan KeunggulanKompetitif.”KOMPAK No. 9, Februari 1996; 12-27.

Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig.”Computer-Aided Architects: A Case Study of IT andStrategic Change.”Sloan Management Review (Summer 1994): 57-67.

Paliwoda, Stan. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince., 1994.

Prosedur Penerbitan

1. Naskah dikirim dalam bentuk print-out untuk direview oleh Editors JAM.2. Editing terhadap naskah hanya akan dilakukan apabila penulis mengikuti kebijakan editorial di atas.3. Naskah yang sudah diterima/disetujui akan dimintakan file naskah dalam bentuk disket kepada penulis untuk

dimasukkan dalam penerbitan JAM.4. Koresponden mengenai proses editing dilakukan dengan Managing Editor5. Pendapat yang dinyatakan dalam jurnal ini sepenuhnya pendapat pribadi, tidak mencerminkan pendapat

redaksi atau penerbit.Surat menyurat mengenai permohonan ijin untuk menerbitkan kembali ataumenterjemahkan artikel dan sebagainya dapat dialamatkan ke Editorial Secretary.