JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH...

13
1 JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH (Neolamarckia macrophylla) UNTUK REKLAMASI LAHAN TAMBANG : ADAPTASI BIBIT TERHADAP KEKERINGAN DAN GENANGAN AIR Oleh : Yulianti Bramasto 1 , Dede J Sudrajat 1 , Evayusvita Rustam 1 , Nurul Ainuningsih 2 1 Peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Perbenihan, Bogor 2 Mahasiswa Fakultas MIPA, Universitas Pakuan, Bogor RINGKASAN Lahan bekas tambang adalah lahan marjinal baik dilihat dari ketersediaan hara maupun air. Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh sehingga tergenang air atau yang terlalu sarang sehingga tidak mampu menahan air dan cenderung lebih kering. Kondisi tesebut memerlukan tanaman yang mampu beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dan genangan air. Jabon merupakan jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan, serta sebagai salah satu pilihan jenis untuk tanaman revegetasi di lahan bekas tambang. Untuk itu diperlukan informasi tentang ketahanan bibit jabon di persemaian pada beberbagai kondisi kekeringan dan genangan air. Bibit jabon yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga populasi jabon putih (Kediri, Garut dan Makasar) serta satu populasi jabon merah (Sulawesi Utara). Hasil penelitian menunjukkan bibit jabon cenderung lebih tahan terhadap genangan air dibandingan dengan kekeringan. Jabon putih asal Garut dan Makasar bila dilihat dari pertumbuhan tingginya lebih tahan terhadap cekaman dibandingkan jabon putih asal Kediri dan jabon merah asal Sulawesi Utara. Jabon merah cenderung lebih sensitif terhadap kondisi cekaman terutama kekeringan dibandingkan jabon putih. Kata kunci : Bibit, Jabon, Simulasi, Cekaman, Persemaian I. PENDAHULUAN Jabon merupakan jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman industri, tanaman reboisasi (penghijauan), serta sebagai salah satu pilihan jenis untuk tanaman revegetasi di lahan

Transcript of JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH...

Page 1: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

1

JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH

(Neolamarckia macrophylla) UNTUK REKLAMASI LAHAN TAMBANG :

ADAPTASI BIBIT TERHADAP KEKERINGAN DAN GENANGAN AIR

Oleh :

Yulianti Bramasto1, Dede J Sudrajat

1, Evayusvita Rustam

1, Nurul Ainuningsih

2

1Peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Perbenihan, Bogor

2Mahasiswa Fakultas MIPA, Universitas Pakuan, Bogor

RINGKASAN

Lahan bekas tambang adalah lahan marjinal baik dilihat dari ketersediaan hara

maupun air. Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh sehingga

tergenang air atau yang terlalu sarang sehingga tidak mampu menahan air dan

cenderung lebih kering. Kondisi tesebut memerlukan tanaman yang mampu

beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dan genangan air. Jabon merupakan jenis

pohon yang memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan, serta sebagai salah satu

pilihan jenis untuk tanaman revegetasi di lahan bekas tambang. Untuk itu diperlukan

informasi tentang ketahanan bibit jabon di persemaian pada beberbagai kondisi

kekeringan dan genangan air. Bibit jabon yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari tiga populasi jabon putih (Kediri, Garut dan Makasar) serta satu populasi jabon

merah (Sulawesi Utara). Hasil penelitian menunjukkan bibit jabon cenderung lebih

tahan terhadap genangan air dibandingan dengan kekeringan. Jabon putih asal Garut

dan Makasar bila dilihat dari pertumbuhan tingginya lebih tahan terhadap cekaman

dibandingkan jabon putih asal Kediri dan jabon merah asal Sulawesi Utara. Jabon

merah cenderung lebih sensitif terhadap kondisi cekaman terutama kekeringan

dibandingkan jabon putih.

Kata kunci : Bibit, Jabon, Simulasi, Cekaman, Persemaian

I. PENDAHULUAN

Jabon merupakan jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk

dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman industri, tanaman reboisasi

(penghijauan), serta sebagai salah satu pilihan jenis untuk tanaman revegetasi di lahan

Page 2: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

2

bekas tambang (Mansyur, 2010) di Indonesia. Di Indonesia, jabon yang dikenal

secara luas adalah jabon putih (Anthocephalus cadamba) dan jabon merah (A.

macrophylla). Kedua jenis ini di beberapa daerah menjadi primadona kegiatan

penanaman baik oleh perusahaan besar maupun oleh para petani.

Jabon mempunyai karakteristik pertumbuhan yang cepat, mempunyai

kemampuan beradaptasi pada berbagai kondisi tempat tumbuh, dan relatif bebas dari

serangan hama dan penyakit yang serius. Jenis ini akan menjadi semakin penting

bagi industri perkayuan di masa mendatang, karena bahan baku kayu pertukangan

dari hutan alam semakin berkurang. Hutan tanaman jabon dalam skala besar dapat

dijumpai di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Tengah. Pada saat ini

jabon juga banyak dibudidayakan oleh petani, terutama di Kalimantan dan Jawa

(Krisnawati, et al., 2011).

Jabon dapat dikategorikan jenis multiguna. Kayunya termasuk ke dalam kelas

kuat III-IV (Anonim, 1979) sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku kayu

konstruksi (Dwianto dan Marsoem, 2008). Selain itu kayu jabon dapat digunakan

untuk kayu lapis, pulp dan kertas, dan mebel. Beberapa bagian tanaman jabon juga

dapat digunakan untuk bahan parfum dan obat-obatan. Jabon sering digunakan

sebagai tanaman reklamasi karena sifat pertumbuhannya yang termasuk jenis pioner

cepat tumbuh dan mampu tumbuh pada berbagai tipe lahan. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa jabon kurang mampu beradaptasi pada lahan marjinal (Vuokko dan

Otsamo 1996), tidak mampu tumbuh optimal pada kondisi kapasitas lapang air tanah di

bawah 50% (Soetrisno 1996) dan juga pada water table yang dangkal (Mansur dan Surahman

2011). Namun, fenomena di lapangan sering dijumpai bibit-bibit jabon yang tumbuh liar di

lahan-lahan kristis seperti bekas tambang.

Secara umum lahan bekas tambang adalah lahan marjinal baik dilihat dari

ketersediaan hara maupun air. Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah

yang jenuh sehingga tergenang air atau yang terlalu sarang sehingga tidak mampu

menahan air dan cenderung lebih kering. Kondisi tesebut memerlukan tanaman yang

mampu beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dan genangan air. Makalah ini

menyajikan informasi awal penelitian simulasi ketahanan bibit jabon di persemaian

Page 3: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

3

pada beberbagai kondisi kekeringan dan genangan air dengan mengatur jumlah air

yang diberikan kepada setiap bibit.

II. BAHAN DAN METODE

A. Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan adalah benih jabon merah dan jabon putih,

pasir, tanah, kompos, bak kecambah, dan polybag. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah timbangan, oven, sprayer, pensil, kertas, thermometer, kaliper,

mistar dan lain-lain.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan benih dilakukan di empat lokasi, yaitu di Garut, Kediri dan

Makasar untuk jenis jabon putih, dan di Bolaan Mengondow-Sulawesi Utara untuk

jabon merah. Pengujian bibit dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Perbenihan Tanaman Hutan, Ciheuleut, Bogor pada bulan April hingga September

2012.

C. Metodologi

1. Persiapan bibit

Benih dari setiap populasi ditabur pada media campuran tanah dan pasir halus

(1 : 1 v/v) yang telah disterilkan. Penaburan benih dilakukan melalui pencampuran

benih dengan pasir halus (1:10), sehingga benih merata pada permukaan media.

Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan sprayer.

Setelah kecambah berukuran 3-5 cm, diambil secara acak sebanyak 50 semai

dari setiap populasi, selanjutnya disapih ke dalam polybag berukuran diameter 10 cm

dan tinggi 15 cm dengan media campuran top soil dan kompos (1 : 1 v/v). Sebanyak

45 bibit diberikan perlakuan, ada tiga perlakuan yaitu: (1)kontrol, (2) tergenang

(bibit selalu tergenang air) dan (3) penyiraman pada 25 % kapasitas lapang. Masing-

Page 4: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

4

masing perlakuan diulang 3 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 5 bibit. Pada awal

pertumbuhan, bibit diletakkan di persemaian. Penyiraman dilakukan setiap hari untuk

memastikan pertumbuhan pada tingkat bibit optimal. Setelah berumur 1 bulan, bibit-

bibit tersebut dipindahkan ke rumah kaca. Selama penelitian suhu dan kelembaban

relatif dicatat pada siang dan malam hari. Perlakuan beragam kondisi air dilakukan ,

terhadap 120 bibit, setelah bibit berumur 2 minggu di rumah kaca

2. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola

faktorial 3 x 4, sebagai faktor adalah asal benih, yaitu Kediri, Garut, Makasar dan

Bolaang Mongondow dan kondisi cekaman. Adapun 3 perlakuan kondisi air, yaitu

disiram setiap hari (kontrol), bibit selalu tergenang, dan disiram pada kapasitas

lapang 25%. Setiap perlakuan terdiri dari 5 bibit dengan 3 ulangan. Parameter uji

(respon yang diamati) pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter dan

jumlah daun. Pengukuran pertumbuhan dilakukan setiap minggu selama 5 minggu.

D. Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan program SPSS. Jika dari hasil analisis

ragam diketahui bahwa perlakuan menunjukan pengaruh yang berbeda nyata atau

berbeda sangat nyata, maka untuk membandingkan perlakuan terbaik dilanjutkan

dengan uji Duncan taraf uji 5%.

Page 5: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pertumbuhan tinggi bibit

Asal benih dan perlakuan cekaman memberikan pengaruh sangat nyata

terhadap pertumbuhan pada minggu ke-5, sedangkan interaksi antar kedua faktor

tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata (Lampiran 1). Hasil pengamatan

menunjukkan secara umum pertambahan tinggi untuk perlakuan penyiraman dengan

kapasitas lapang 25% (KL 25%), mengalami penurunan pertambahan tinggi, setelah

minggu ke 4, khususnya pada bibit jabon putih asal Kediri (JPK), jabon putih asal

Makasar (JPM) dan jabon merah asal Sulut (JMS) (Tabel 1).

Tabel 1. Pertambahan tinggi bibit jabon pada berbagai perlakuan dan asal benih

Asal Benih Perlakuan Pertambahan tinggi bibit per minggu (cm)

t2-1 t3-2 t4-3 t5-4

JPK Kontrol 1.53 1.33 1 1.03

Tergenang 2.1 1.33 0.9 1.13

KL 25% 1.73 0.83 0.7 0.67

JPG Kontrol 2.1 1.33 0.9 1.13

Tergenang 1.9 1.27 1 1.13

KL 25% 1.27 0.9 1.1 1.13

JPM Kontrol 1.93 2.17 1.23 1.4

Tergenang 2.3 1.17 1.17 1.13

KL 25% 2.07 1.47 1.07 1.23

JMS Kontrol 1.17 2.1 1.17 1.3

Tergenang 2 1.43 1.3 1.27

KL 25% 0.93 0.73 0.6 0.67

Keterangan : JPK=jabon putih Kediri, JPG=jabon putih Garut, JPM=jabon putih Makassar,

JMS=jabon merah Sulawesi Utara.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit selama 5 minggu di

persemaian pada perlakuan penyiraman 25% dari kapasitas lapang memberikan

respon pertumbuhan yang paling rendah dan berbeda nyata dengan kontrol dan

perlakuan genangan, khususnya pada bibit JPK dan JMS, yang pertambahan tinggi

rata-rata masing-masing 3,9 cm dan 2,9 cm.

Page 6: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

6

Gambar 1. Pertambahan tinggi bibit jabon sampai umur 5 minggu

2. Pertumbuhan diameter bibit

Berdasarkan pengamatan selama 5 minggu terlihat bahwa pertambahan

diameter bibit sangat dipengaruhi oleh perlakuan cekaman. Asal benih dan interaksi

asal benih dengan perlakuan cekaman belum memberikan pengaruh yang nyata

hingga pengamatan minggu ke-5 (Lampiran 1). Perlakuan penyiraman dengan

kapasitas lapang 25 % mempunyai pertambahan diameter terendah dibandingkan

perlakuan lainnya. Pertambahan diameter pada setiap perlakuan cenderung terjadi

penurunan, dan perlakuan penyiraman dengan kapasitas lapang 25 % mempunyai

nilai terendah pada masing-masing asal bibit (Tabel 2). Pada minggu pertama setelah

seluruh perlakuan diterapkan (3 perlakuan), belum memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan diameter. Hal ini terlihat bahwa bibit yang disiram setiap hari, maupun

yang selalu tergenang dan disiram pada kapasitas lapang (KL) 25 % mempunyai nilai

pertambahan yang tidak jauh berbeda (Tabel 2).

Page 7: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

7

Tabel 2. Pertumbuhan diameter bibit jabon pada berbagai perlakuan dan asal benih

Asal Benih Perlakuan Selisih diameter per minggu

Φ2-1 Φ3-2 Φ4-3 Φ5-4

JPK Kontrol 0.66 0.67 0.39 0.30

Tergenang 0.77 0.58 0.47 0.37

KL 25% 0.50 0.13 0.18 0.14

JPG Kontrol 0.65 0.66 0.24 0.23

Tergenang 0.80 0.86 0.38 0.37

KL 25% 0.47 0.21 0.16 0.14

JPM Kontrol 0.45 0.50 0.34 0.27

Tergenang 0.84 0.81 0.37 0.42

KL 25% 0.35 0.19 0.14 0.20

JMS Kontrol 0.43 0.61 0.35 0.29

Tergenang 1.11 0.68 0.50 0.41

KL 25% 0.43 0.22 0.14 0.14 Keterangan : JPK=jabon putih Kediri, JPG=jabon putih Garut, JPM=jabon putih Makassar,

JMS=jabon merah Sulawesi Utara.

Gambar 2. Pertumbuhan diameter bibit jabon dipersemaian sampai umur 5 minggu

Page 8: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

8

Pertambahan diameter bibit pada perlakuan bibit yang selalu tergenang ssampai

bibit berumur 5 minggu, menunjukkan pertumbuhan yang paling besar diantara

perlakuan lainnya (Gambar 2). Pertambahan diameter pada perlakuan bibit tergenang

untuk asal benih JPK, JPG, JPM dan JMS masing-masing adalah 2,19 mm, 2,40 mm,

2,44 mm dan 2,68 mm.

3. Jumlah daun

Asal benih dan perlakuan cekaman sangat mempengaruhi jumlah daun,

sedangkan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata (Lampiran 1).

Jumlah daun pada kontrol mempunyai jumlah yang lebih banyak dibandingkan dua

perlakuan lainnya, yaitu rata-rata jumlah daun antara 8-11 helai per bibit, sedangkan

jumlah daun untuk bibit yang tergenang antara 6-10 helai per bibit dan jumlah daun

untuk bibit yang disiram pada 25 % kapasitas lapang adalah 5-9 helai per bibit. Hasil

penelitian menunjukkan jumlah daun pada bibit yang disiram pada 25 % kapasitas

lapang mempunyai nilai terendah pada semua asal benih.

Gambar 3. Rata-rata jumlah daun bibit jabon di persemaian pada umur 5 minggu

Page 9: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

9

Tabel 3. Rata-rata jumlah daun bibit jabon per minggu pada berbagai perlakuan

dan asal benih

Asal Benih Perlakuan

Rata-rata jumlah daun per minggu

1 2 3 4 5

JPK Kontrol 9 9 8 9 9

Tergenang 8 8 7 7 7

KL 25% 9 8 7 8 6

JPG Kontrol 9 9 8 10 8

Tergenang 9 8 7 8 8

KL 25% 10 8 6 7 6

JPM Kontrol 12 12 11 12 12

Tergenang 11 10 9 10 10

KL 25% 10 9 7 9 8

JMM Kontrol 9 9 6 9 6

Tergenang 8 7 6 6 6

KL 25% 6 7 5 5 4 Keterangan : JPK=jabon putih Kediri, JPG=jabon putih Garut, JPM=jabon putih Makassar,

JMS=jabon merah Sulawesi Utara.

B. Pembahasan

Asal benih dan perlakuan cekaman baru mempengaruhi pertumbuhan tinggi

dan jumlah daun setelah terjadi cekaman selama 5 minggu, sedangkan pertumbuhan

diameter sangat dipengaruhi oleh perlakuan cekaman. Jika dilihat dari pertumbuhan

tinggi, jabon merah cenderung lebih sensitif terhadap kondisi cekaman terutama

kekeringan. Hal ini karena terganggunya proses fisiologis tanaman akibat supply air

yang kurang mencukupi.

Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman

mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungan media tanam.

Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh (1) ketersediaan air dalam media

tidak cukup. (2) laju transpirasi yang berlebihan, atau kombinasi kedua faktor

tersebut. Walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman bukan tidak mungkin

dapat mengalami cekaman. Hal ini terjadi jika kecepatan laju absorbsi tidak dapat

mengimbangi kehilangan air melalui transpirasi.

Page 10: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

10

Bibit tanaman hutan sensitif terhadap kekurangan air atau kekeringan.

Kekurangan air mengurangi turgor dan membatasi pembelahan dan pengembangan

sel, yang akhirnya membatasi pertumbuhan (Woodruff et al. 2008). Pertumbuhan

tanaman akan terhambat yang disebabkan oleh berkurangnya penyerapan hara di

bawah kondisi stress. Keterbatasan pertumbuhan ini merupakan hasil dari

berkurangnya pertumbuhan akar, kematian akar, penyusutan akar dan tanah,

lambatnya dekomposisi dan mineralisasi, dan terbatasnya aliran masa hara dalam

tanah kering serta kinetika pengambilan hara yang berubah (Gessler et al. 2004;

Prescott 2005). Azza et al. (2007) pada bibit Bauhina variegate menemukan bahwa

tinggi tanaman, diameter batang, berat kering daun, berat kering batang dan akar

menurun dengan semakin panjangnya periode kekurangan air. Kekeringan juga

sering menyebabkan gugur daun secara prematur (Breda et al. 2006). Kekeringan

yang disertai dengan pemanasan dan agen-agen mortalitas lainnya, diduga merupakan

penyebab meningkatkan kematian pohon (van Mantgem et al. 2009; Allen et al.

2010).

Mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman kekeringan

meliputi (i) kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu

dengan menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh, (ii) kemampuan

akar untuk menyerap air di lapisan tanah paling dalam, (iii) kemampuan untuk

melindungi meristem akar dari kekeringan dengan meningkatkan akumulasi senyawa

tertentu seperti glisin, betain, gula alkohol atau prolin untuk osmotic adjustment dan

(iv) mengoptimalkan peranan stomata untuk mencegah hilangnya air melalui daun

(Nguyen et al., 1997 dalam Endang, 2006).

Bibit jabon cenderung lebih tahan terhadap genangan air dibandingan dengan

kekeringan, karena pada kondisi tempat tumbuh di alam umumnya tanaman jabon

banyak dijumpai pada daerah lembah atau sepanjang pinggir sungai. Sehingga

mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap genangan. Hal ini ditunjukkan

dengan pertumbuhan diameter bibit jabon yang tergenang memberikaan nilai

tertinggi, namun untuk jumlah daun berada di bawah kontrol. Pada beberapa jenis

tanaman lainnya, genangan secara nyata menurunkan pertumbuhan, jumlah daun, luas

Page 11: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

11

daun, kandungan klorofil, dan berat kering daun, namun cenderung meningkatkan

rasio pucuk akar (Tanchai dan Phavaphutanon 2008). Pada tanaman Distylium

chinensis, genangan air berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter

tanaman. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi juga oleh tinggi genangan air, semakin

tinggi umumnya pertumbuhan akar dan tunas tanaman akan semakin lambat

(Xiaoling et al. 2011).

IV. KESIMPULAN

Bibit jabon cenderung lebih tahan terhadap genangan air dibandingan dengan

kekeringan. Jabon putih asal Garut dan Makasar bila dilihat dari pertumbuhan

tingginya lebih tahan terhadap cekaman dibandingkan jabon putih asal Kediri dan

jabon merah asal Sulawesi Utara. Jabon merah cenderung lebih sensitif terhadap

kondisi cekaman terutama kekeringan dibandingkan jabon putih.

DAFTAR PUSTAKA

Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq. Ekologi,

Silvikultur dan Produktivitas. Center for International Forestry Research,

Bogor, Indonesia.

Vuokko R, Otsamo A. 1996. Species and provenance selection for plantation forestry

on grassland. In Reforeatation: metting the future industrial wood demand.

Proceedungs of a workshop held in Jakarta, 30 April-1 May 1996. Ministry of

Forestry of Indonesia and Enso Forest Development Oy Ltd. Jakarta.

Soetrisno K. 1996. Pengaruh kandungan air tanah terhadap pertumbuhan anakan

jabon (Anthocephalus cadamba Miq). Frontir No. 18: 99-109.

Mansur I, Surahman. 2011. Respon Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba)

terhadap Pemupukan Lanjutan (NPK). Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1):71-77.

Woodruff DR, Meinzer FC, Lachenbruch B. 2008. Height-related trends in leaf

xylem anatomy and shoot hydraulic characteristics in a tall conifer: safety

versus efficiency in water transport. New Phytology, 180:90-99.

Breda N, Huc R, Granier A, Dreyer E. 2006. Temperate forest trees and stands under

severe drought: a review of ecophysiological responses, adaptation processes

and long-term consequences. Annual Forest Science. 63:625–644.

Allen CD, Macalady AK, Chenchouni H. 2010. A global overview of drought and

heat-induced tree mortality reveals emerging climate change risks for forests.

Forest Ecology and Management, 259:660–684.

Page 12: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

12

van Mantgem PJ, Stephenson NL, Byrne JC. 2009. Widespread increase of tree

mortality rates in the western United States. Science, 323:521–524.

Tanchai P, Phavaphutanon L. 2008. Growth, leaf chlorophyll concentration, and

morphological adaptation of selected wax apple cultivars in response to

flooding. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 42 : 197-206.

Xiaoling L, Ning L, Jin Y, Fuzhou Y, Faju Y, Fangqing C. 2011. Morphological and

photosynthetic responses of riparian plant Distylium chinense seedlings to

simulated Autumn and Winter flooding in Three Gorges Reservoir Region of

the Yangtze River, China. Acta Ecologica Sinica, 31:31-39.

Page 13: JABON PUTIH (Neolamarckia cadamba DAN JABON MERAH ...database.forda-mof.org/uploads/1._makalah_penunjang_bangka_-YULI... · Sering kali lahan bekas tambang mempunyai tanah yang jenuh

13

Lampiran 1. Rekapitulasi hasil uji F pengaruh perlakuan cekaman terhadap tinggi, diamater dan jumlah daun bibit jabon putih

dan jabon merah

No. Perlakuan Parameter

Penambahan tinggi Penambahan diameter Jumlah daun

∆T1 ∆T2 ∆T3 ∆T4 ∆T5 ∆D1 ∆D2 ∆D3 ∆D4 ∆D5 JD1 JD2 JD3 JD4 JD5

1. Jenis dan

asal benih

(A)

4,92

ns

5,68

ns

2,17

ns

2,51

ns

7,07

*

1,18

ns

0,20

ns

0,38

ns

0,07

ns

0,46

ns

27,75

**

34,22

**

53,48

**

43,74

**

84,96

**

2. Cekaman

(B)

3,44

ns

18,47

**

3,14

ns

2,75

ns

10,02

**

23,17

**

33,08

**

20,27

**

13,27

**

73,89

**

11,61

**

30,71

**

33,63

**

68,45

**

73,16

**

3. Interaksi

A*B

2,05

ns

3,17

ns

2,09

ns

2,50

ns

2,58

ns

1,25

ns

1,34

ns

0,55

ns

0,56

ns

1,47

ns

4,73

*

1,97

ns

2,66

ns

2,97

ns

2,07

ns

Keterangan : **= berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99% , * = berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%, ns = tidak berpengaruh

nyata