IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Tujuan studi kasus untuk memberikan gambaran...
Transcript of IV. METODE PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · Tujuan studi kasus untuk memberikan gambaran...
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Barru, Kabupaten Barru
Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Mei 2005 sampai Juli 2005.
4.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study).
Tujuan studi kasus untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat
serta karakter yang khas dari kasus, tipe pendekatan dan penelaahannya terhadap
satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif
(Faisal 2001). Satuan kasusnya adalah areal ekosistem mangrove yang secara
administratif terletak di Kecamatan Barru, terdiri atas Kelurahan Coppo,
Kelurahan Mangempang, Desa Siawung, Kabupaten Barru dan seluruh
masyarakat yang berada di sekitar hutan mangrove baik yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dengan hutan mangrove. Penentuan lokasi yang
menjadi satuan kasus tersebut dilakukan secara purposive (sengaja) dengan
pertimbangan bahwa hanya ketiga lokasi tersebut yang mempunyai komunitas
mangrove di Kecamatan Barru.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di
sekitar ekosistem mangrove, baik yang terkait langsung maupun tidak dengan
keberadaan ekosistem mangrove dan instansi-instansi yang terkait dalam
pengelolaan ekosistem mangrove. Adapun metode pengambilan sampel/responden
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel
tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau sengaja.
Metode ini dipergunakan untuk menilai manfaat langsung, manfaat tidak
langsung, dan manfaat keberadaan. Pertimbangannya adalah bahwa sampel/
responden tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan
secara sengaja (purposive). Jumlah responden yang menjadi sampel sebanyak 138
orang atau 4% dari populasi responden sebanyak 3.639 rumah tangga. Responden
manfaat langsung berupa petambak yang berada di sekitar hutan mangrove,
kegiatan pemanfaatan (hasil kayu bakar, kayu bangunan, bibit alam (nener dan
benur), bibit bakau, kepiting dan tude/kerang). Manfaat tidak langsung, dimana
sampelnya adalah nelayan, dipilih berdasarkan lokasi penangkapan (fishing
ground) dan jenis alat tangkap. Lebih jelasnya jumlah sampel dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Perincian Jumlah Sampel
No Jenis Pemanfaatan Jumlah Sampel (RTP)
Prosentase (%)
1. Polikultur (Udang,Ikan Bandeng 10 8,47 2. Monokultur Ikan Bandeng 28 23,72 3. Monokultur Udang 2 1,69 4. Kayu Bangunan 7 5,93 5. Kayu Bakar 11 9,32 6. Kepiting 6 5,08 7. Kerang/Tude 1 0,84 8. Bibit Alam (Benur + Nener) 11 9,32 9. Bibit Bakau 2 1,69 10 Nelayan 50 42,37
Jumlah 118 100,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2005
Jumlah RTP untuk nelayan lebih banyak dengan pertimbangan karena
nelayan di lokasi penelitian menggunakan berbagai jenis alat tangkap diantaranya
jaring, pancing, bagan perahu, bagan tancap, jaring insang hanyut, pancing tonda,
pukat, sehingga jumlah sampel yang diambil sudah dianggap mewakili komunitas
nelayan. Responden untuk mengetahui manfaat keberadaan diperoleh dari
masyarakat yang berada di sekitar hutan mangrove atau yang dipengaruhi
langsung oleh hutan mangrove, maupun masyarakat yang tidak dipengaruhi hutan
mangrove atau yang bukan rumah tangga perikanan, atau yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil, wiraswasta atau pedagang serta mahasiswa, dimana jumlah
responden untuk manfaat keberadaan tersebut sebanyak 103 orang.
Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua sumber data, yaitu :
(1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan, dengan metode wawancara yang mendalam (depth interview)
kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (questionnaire) yang telah
disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian.
(2) Data sekunder, yaitu data penunjang yang dikumpulkan dari pemerintah
daerah, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Barru, Kantor BPS dan
lembaga-lembaga yang berhubungan dengan materi penelitian, maupun yang
berasal dari publikasi dan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Data yang
dikumpulkan berupa data masalah penduduk, produksi perikanan dan
pemasarannya, sarana prasarana yang ada, kebijakan pemerintah, kegiatan
ekonomi di lokasi penelitian.
4.4 Analisis Data
Untuk memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan penelitian tersebut
di atas, maka digunakan beberapa analisis yaitu :
1) Identifikasi Pemanfaatan Hutan Mangrove
Proses identifikasi dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam
untuk menganalisis 4 (empat) komponen menurut Kovacs (1999)
diantaranya:
¬ Identifikasi jenis mangrove yang dimanfaatkan
¬ Pemanfaatan yang potensial
¬ Pemanfaatan nyata yang sedang dilakukan
¬ Pilihan untuk perbedaan lingkungan dan kesesuaian pemanfaatan dari
mangrove
2) Pendugaan Fungsi Permintaan terhadap Sumberdaya Mangrove
Fungsi Permintaan Untuk Direct Uses Value (Adrianto 2005) n
nXXXQ ββββ ...22
110
= di mana : Q = Jumlah sumberdaya yang diminta (Ikan, udang, kayu bangunan, kayu bakar, bibit alam, kepiting, kerang/tude, bibit bakau) X1 = Harga X2, X3, ….Xn = Karakteristik sosial ekonomi konsumen/rumah tangga
nn LnXLnXLnXLnQ ββββ ...22110+++=
11220 ))(..)((( LnXXLnXLnLnQ nnββββ +++=
11' LnXLnQ ββ +=
Transformasi fungsi permintaan ke fungsi permintaan asal 1' ββ XQ =
Menduga Total Kesediaan Membayar (Nilai Ekonomi Sumberdaya)
∫=a
dQQfU0
)(
di mana : U = utilitas terhadap sumberdaya a = batas jumlah sumberdaya rata-rata yang dikonsumsi/diminta f(Q) = fungsi permintaan Menduga Konsumen Surplus
tPUCS −=
QXPt ×= 1 LPaNET ..=
di mana : CS = konsumen surplus Pt = harga yang dibayarkan Q(a) = rata-rata jumlah sumberdaya yang dikonsumsi/diminta X1 = harga per unit sumberdaya yang dikonsumsi/diminta L = Luas Lahan
NET = Nilai ekonomi total 3) Optimal Pemanfaatan Sumberdaya Ekosistem Mangrove
Optimal pemanfaatan ekosistem mangrove menggunakan pendekatan
model rumah tangga (household models) untuk rumah tangga perikanan
dengan mengikuti formula:
);,,(:.
.,,
qa
iiixaalxq
zlxqfts
lwxpqpMaxiii
a
−−=π
dimana keuntungan/profit marjinal akibat perubahan output, input, tenaga
kerja dan modal. Penggunaan yang optimum apabila first order condition
(FOC) sama dengan nol.
Perhitungan nilai optimal dari output, input, tenaga kerja dan modal
dipecahkan secara numerik dengan perangkat lunak MAPLE 9.5.
dimana π = Keuntungan bersih/profit dari responden (Rp) qa = Output (Kg) pa = Harga output (Rp) px = Harga input x (Rp) x = Variabel input (unit) w = Upah tenaga kerja (Rp) l = Jumlah tenaga kerja (Org)
zq= Modal tetap (unit) i = Jenis output (hasil hutan, hasil perikanan, satwa lain) 4) Penilaian fungsi ekologi melalui identifikasi manfaat ekonomi dari
ekosistem mangrove sebagai berikut : a). Manfaat Langsung (ML)(Actual Use)
ML = ML1 + ML2 + ML3............+ ML4
dimana :
ML1= Manfaat langsung dari hasil tambak Polikultur dan Monokultur ML2= Manfaat langsung, total hasil hutan seperti kayu bangunan,
ranting dan kayu bakar. ML3= Manfaat langsung, total dari hasil perikanan seperti kepiting, kerang.
ML4= Manfaat langsung, total dari hasil bibit alam berupa benur dan nener dan bibit bakau
Pengukuran manfaat langsung ini dilakukan pendekatan nilai pasar
untuk mengkuantifikasi harga berbagai komoditas yang langsung dapat
dipasarkan. Teknik pengukuran untuk manfaat langsung dari hasil
usaha tambak (ML1), hasil hutan (ML2), hasil perikanan (ML3), dan
hasil bibit (ML4) dilakukan
Survey rumah tangga (household) membutuhkan data-data
berupa, pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan, keterlibatan anggota
keluarga dalam pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat
ketergantungan pada ekosistem mangrove dengan melihat jumlah
prosentase (%) dari total responden yang bergantung pada ekosistem
mangrove.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis ini yaitu :
¬ Harga bayangan untuk sarana produksi untuk setiap usaha rumah
tangga didasarkan pada harga aktual karena subsidinya telah
ditiadakan dan telah dapat diproduksi dalam negeri atau karena
tidak adanya kebijakan pemerintah yang mengatur langsung
sehingga distorsi pasar amat kecil dan mendekati pasar
persaingan sempurna.
¬ Untuk jenis produk ekspor yang dihasilkan oleh rumah tangga
perikanan digunakan harga perbatasan pelabuhan bongkar muat
(free on board).
¬ Nilai tukar bayangan yang digunakan yaitu Rp9.315,00 per US$.
Nilai kurs Rupiah terhadap US$ diperoleh dari kurs tengah
Rupiah terhadap Dollar AS (Bank Indonesia) yang diambil pada
pertengahan bulan Mei 2005 dengan harga beli Rp9.310,00 dan
harga Jual Rp9.320,00, sehingga kurs tengah sebesar Rp9.315,00
¬ Nilai yang digunakan adalah nilai/harga nominal, karena dalam
analisis manfaat-biaya selama jangka waktu 10 tahun tidak
menggunakan harga rill setiap tahunnya, sehingga tidak terjadi
perubahan nilai baik manfaat (benefit) maupun biaya (cost)
pertahunnya.
¬ Output dari pemanfaatan dianggap tetap setiap tahun selama
jangka waktu analisis.
b). Manfaat Tidak Langsung (MTL)
Manfaat tidak langsung melakukan pendekatan harga tidak
langsung karena mekanisme pasar gagal memberikan nilai pada
komposisi sumberdaya yang diteliti. Estimasi manfaat hutan
mangrove sebagai penahan abrasi pantai didekati dengan pembuatan
beton pantai yang setara dengan fungsi hutan mangrove sebagai
penahan abrasi pantai. Metode yang digunakan untuk mengukur nilai
tersebut adalah replacement cost atau biaya pengganti. Biaya dari
pembuatan beton tersebut sebagai biaya pengganti akibat dampak
lingkungan, dapat digunakan sebagai perkiraan minimum dari manfaat
yang diperoleh untuk memelihara maupun memperbaiki lingkungan.
Estimasi manfaat hutan mangrove sebagai nursery ground,
spawning ground dan feeding ground bagi biota perairan didekati dari
hasil tangkapan nelayan untuk ikan di wilayah perairan laut sekitarnya.
Menurut Adrianto (2004) teknik pengukuran untuk menilai manfaat
tersebut adalah pendekatan produktivitas (productivity approach),
karena ekosistem mangrove memiliki fungsi sebagai tempat
pembesaran ikan (nursery ground), sehingga luas ekosistem menjadi
input bagi produktivitas hasil tangkapan ikan yang menjadi produk
akhir bagi masyarakat.
c). Manfaat Pilihan
Nilai manfaat pilihan (option value) diperoleh dengan menggunakan
metode benefit transfer, mengacu pada nilai keanekaragaman hayati
hutan mangrove Indonesia, yaitu US$ 1,500 per km2 per tahun
(Ruittenbeek 1992).
d). Manfaat Eksistensi
Pengukuran manfaat eksistensi tersebut didekati dengan pengukuran
langsung terhadap preferensi individu melalui Contingent Valuation
Method (CVM), mengukur seberapa besar keinginan membayar
(Willingness to Pay, WTP) dari responden terhadap keberadaan dan
perbaikan ekosistem mangrove, mengukur seberapa besar keinginan
oleh responden untuk menerima (Willingness to Accept, WTA) dari
kerusakan suatu ekosistem mangrove.
Pengukuran nilai keberadaan tersebut dilakukan kepada
responden yang dipilih secara sengaja (purposive) dengan
memperhatikan karakteristik tingkat pendidikan dan mata pencaharian
masyarakat disekitar ekosistem mangrove. Metode yang digunakan
untuk mengukur besarnya WTP/WTA setiap responden, yaitu model
referendum atau discrete choice (dichotomous choice).
Menurut Fauzi (2004), pada metode pengukuran dengan teknik
ini, responden diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan
setuju atau tidak. Dalam operasionalnya untuk melakukan pendekatan
CVM dilakukan lima tahapan kegiatan atau proses. Tahapan tersebut
yaitu :
1) Membuat hipotesis pasar
Pada awal proses kegiatan CVM, terlebih dahulu membuat
hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi.
2) Mendapatkan nilai lelang (bids)
Nilai lelang diperoleh melalui survey langsung dengan kuesioner
untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP)
dari responden terhadap perbaikan lingkungan. Nilai lelang
biasanya dilakukan dengan teknik yaitu pertanyaan terstruktur,
pertanyaan terbuka dimana responden bebas menyatakan nilai
moneter (rupiah yang ingin dibayar) dan model referendum
(tertutup) dimana responden diberikan suatu nilai rupiah,
kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak.
3) Menghitung rataan WTP dan WTA
Setelah survey dilaksanakan, tahap berikutnya adalah
menghitung nilai rataan dari WTP dan WTA dari setiap
responden. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang (bids)
yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan pada
nilai mean (rataan) dan nilai median (nilai tengah). Apabila ada
nilai yang sangat jauh menyimpang dari rata-rata, biasanya tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan.
Nilai rataan dapat diperoleh dari hasil perhitungan nilai tengah
mengikuti formula sebagai berikut (FAO 2000 diacu dalam
Adrianto 2004) :
∑=
=n
iiy
nMWTP
1
1
dimana n = Jumlah responden yi = Besaran WTP/WTA yang diberikan responden ke-i
4) Memperkirakan kurva lelang (bid curve)
Kurva lelang diperoleh dengan meregresikan WTP/WTA sebagai
variabel tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa
variabel bebas.
karena ,......),,( AEIfWi =
dimana I = Pendapatan E = Pendidikan A = Umur
Untuk mengetahui hubungan antara WTP dengan karakteristik
responden, yang mencerminkan tingkat penghargaan responden
terhadap sumberdaya yang selama ini dimanfaatkan, dapat
dihitung dengan menggunakan formula (Adrianto 2004) :
∑=
+=n
iiio XWTAWTP
1
/ ββ
dimana
WTP = Kemampuan membayar responden terhadap sumberdaya WTA = Keinginan menerima kompensasi terhadap kehilangan Sumberdaya βo = Intersep atau standar terendah βI = Koefisien peubah Xi = Parameter pengukuran ke-i (pendapatan, pendidikan, umur.. ……dsb)
5) Mengagregatkan data
Tahap terakhir dari CVM adalah mengagregatkan rataan lelang
yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi
dari data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan
dengan mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga
di dalam populasi (N).
Kelemahan Contingent Valuation Method adalah timbulnya bias, bias
karena timbul nilai yang overstate maupun understate yang biasanya
disebabkan karena strategi dalam melakukan wawancara.
Kuantifikasi Seluruh Manfaat
Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) merupakan penjumlahan dari
seluruh manfaat yang telah diidentifikasi, yaitu :
NET = ML + MTL + MP + ME
dimana :
NET = nilai ekonomi total (TEV) ML = nilai manfaat langsung (DUV) MTL = nilai manfaat tidak langsung (IUV) MP = nilai manfaat pilihan (OV) ME = nilai manfaat keberadaan (XV).
5). Penilaian Alokasi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove
Penilaian masing-masing alternatif untuk penentuan alokasi
pemanfaatan ekosistem mangrove yang efisien dilakukan dengan
menggunakan Cost-Benefit Analysis (CBA), yaitu Net Present Value (NPV)
atau nilai manfaat bersih sekarang dan Benefit Cost Ratio (BCR) atau
perbandingan antara pendapatan dengan biaya yang didiskon untuk masing-
masing alternatif pengelolaan akan mengikuti persamaan berikut :
∑= +
−=n
tttt
rCB
NPV1 )1(
)(
( )
( )∑
∑
=
=
+−+−
= n
tttt
n
tttt
rBC
rCB
BCR
1
1
1
1
dimana :
Bt = Manfaat langsung yang diperoleh pada waktu t (Rp) Ct = Biaya langsung yang dikeluarkan pada waktu t (Rp) t = Tahun r = discount rate
NPV = Net Present Value (nilai manfaat bersih sekarang) BCR = Benefit Cost Ratio (ratio manfaat-biaya)
Kriteria penilaian masing-masing alternatif alokasi pemanfaatan sumberdaya
layak dan efektif dikembangkan dari segi ekonomi jika NPV > 0 atau bila
BCR > 1. Nilai BCR menentukan tingkat efisiensi dalam pemanfaatan
sumberdaya alam. Tingkat suku bunga (discount rate) yang dipakai adalah
suku bunga rill 4,12%, karena mengikuti tingkat suku bunga nominal
(12,24%) yang berlaku pada saat penelitian (Mei 2005), kemudian 10%
(suku bunga untuk analisis ekonomi dalam pengelolalaan sumberdaya
adalah < 10% (Fauzi 2004)), dan 3,55% (suku bunga rill bulan oktober
2005). Jangka waktu analisis adalah sepuluh tahun, dengan asumsi bahwa
waktu yang diperlukan oleh ekosistem mangrove untuk dapat dimanfaatkan
kembali dan pemeliharaan alam minimal 10 tahun.
6). Multi Criteria Analysis (MCA)
Berdasarkan hasil dari Cost Benefits Analysis maka untuk tujuan
pengambilan keputusan secara keseluruhan dilakukan penilaian terhadap
kriteria lain yang dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengelolaan
ekosistem mangrove. Kriteria penilaian yang dianalisis yaitu efisiensi,
equity dan ekologi (sustainable).
Uraian dan penetapan indikator dari masing-masing kriteria tersebut yaitu :
1) Kriteria Efisiensi
¬ Keuntungan usaha, berdasarkan kelayakan usaha (CBA)
2) Kriteria Equity (Keadilan)
¬ Pemerataan pendapatan, ditunjukkan dengan rata-rata keuntungan
dari masing-masing jenis pemanfaatan ekosistem mangrove.
¬ Keharmonisan masyarakat, ditunjukkan oleh potensi terjadinya
konflik pemanfaatan lahan dari ekosistem mangrove.
3) Kriteria Ekologi (Sustainable)
¬ Perubahan luas lahan ekosistem mangrove dari masing-masing
alternatif.
Berdasarkan kondisi aktual ekosistem mangrove di lokasi penelitian
(tambak udang 2,50 ha, tambak Ikan Bandeng 104,05 ha, tambak polikultur
21,00 ha dan hutan mangrove 6,23 ha), maka dapat ditentukan alternatif
pemanfaatan yaitu,
(1) Alternatif Pemanfaatan I (kondisi optimum yaitu tambak udang 2,50
ha, tambak Ikan Bandeng 104,05 ha, tambak polikultur 21,00 ha dan
hutan mangrove 6,23 ha)
(2) Alternatif Pemanfaatan II (tambak udang 0 ha, tambak Ikan Bandeng
106,55 ha, tambak polikultur 21,00 ha dan hutan 6,23)
(3) Alternatif Pemanfaatan III (tambak udang 0,tambak Ikan Bandeng
104,05 ha, tambak polikultur 23,50 ha dan hutan mangrove 6,23)
(4) Alternatif Pemanfaatan IV (tambak udang 0 ha, tambak Ikan Bandeng
104,05 ha, tambak polikultur 21,00 ha : hutan mangrove 8,73 ha)
(5) Alternatif Pemanfaatan V (Tambak 0 ha : hutan mangrove 100% atau
133,78 ha)
Untuk pengambilan keputusan secara keseluruhan dengan mengikuti
langkah-langkah :
¬ Menentukan sebuah alternatif yang dapat memenuhi semua kriteria.
¬ Membagi/mendefinisikan beberapa kegiatan yang sesuai dengan
kriteria.
¬ Merangking alternatif strategi dari yang sangat tertinggi hingga yang
terendah.
¬ Penetapan skala prioritas dari alternatif pengelolaan tersebut.
Analisis ekonomi berupa nilai NPV dan BCR yang menjadi indikator
untuk kriteria efisiensi, pemerataan pendapatan untuk kriteria equity dan
perubahan luasan lahan mangrove dengan tambak untuk kriteria ekologi
(sustainable). Hasil perhitungan masing-masing indikator dari kriteria,
selanjutnya distandarisasi dengan mengikuti formula (Briguglio 1995;
Atkinson et al. 1997) diacu dalam Adrianto and Matsuda (2004).
,10, <<−
−=
ijj
jijij SV
jMinMax
MinSV
χχχχ
Dimana : SVij = Standarisasi Variabel Xij = Variabel ke – j Min Xj = Nilai Minimum Variabel ke – j Max Xj= Nilai Maximum Variabel ke – j j = Jenis Pemanfaatan ekosistem hutan
4.5 Definisi Operasional
1) Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pohon yang khas di pantai
tropis, tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut dan perairan asin.
2) Sumberdaya alam adalah segala sesuatu di alam yang menyediakan barang
dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
3) Nilai ekonomi sumberdaya alam adalah pengukuran dari barang dan jasa ke
dalam satuan moneter.
4) Alokasi optimal sumberdaya alam adalah pemanfaatan sumberdaya alam
yang mempertimbangkan unsur keberlanjutan (lingkungan).
5) Manfaat sumberdaya alam adalah besarnya hasil yang diperoleh dari
sumberdaya dalam satuan moneter
6) Biaya adalah besarnya satuan moneter yang harus dikeluarkan/dikorbankan.
7) Keuntungan adalah selisih antara total manfaat yang diperoleh dengan biaya.
8) Rumah Tangga Perikanan (RTP) adalah rumah tangga atau kelompok
terkecil dalam masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya perikanan.
9) Surplus konsumen adalah pengukuran kesejahteraan ditingkat konsumen
yang berdasarkan selisih keinginan membayar dari konsumen dengan apa
yang sebenarnya dia bayar.
10) Willingnes to pay adalah keinginan membayar dari konsumen.