NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu...

27
SIFAT KOROSI ZAT EKSTRAKTIF KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King) TERHADAP BESI DAN BAJA NOVI HANDAYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu...

Page 1: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

SIFAT KOROSI ZAT EKSTRAKTIF KAYU MAHONI

(Swietenia macrophylla King) TERHADAP BESI DAN BAJA

NOVI HANDAYANI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh
Page 3: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sifat Korosi Zat

Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia macropylla King) terhadap Besi dan Baja

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Novi Handayani

NIM E24100045

Page 4: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

ABSTRAK

NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia

macrophylla King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh WASRIN SYAFII.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar zat ekstraktif yang

terkandung dalam kayu mahoni (Swietenia macrophylla King), menguji sifat

korosi zat ekstraktif tersebut terhadap besi dan baja, dan menganalisis komponen

kimia dari fraksi teraktif yang mengakibatkan korosi. Ekstrak aseton difraksinasi

dengan metode solvent-solvent extraction dan memperoleh 3 fraksi, yaitu fraksi n-

heksana, fraksi etil eter, dan fraksi residu. Serbuk asli, serbuk bebas ekstraktif, dan

ekstrak diuji sifat korosinya secara laboratorium. Korosi yang terjadi pada besi

dan baja terlihat dari nilai kehilangan beratnya. Pengujian korosi menggunakan

serbuk asli menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk

bebas ekstraktif. Ekstrak etil eter memberikan nilai kehilangan berat tertinggi

dalam pengujian laboratorium. Hasil identifikasi komponen kimia menunjukkan

bahwa didalam fraksi etil eter terdapat empat senyawa dominan yaitu pirokatekol,

phloroglucinol dihidrat, 4-propilkatekol, dan etanol 1-(2-butoxyethoxy).

Kata kunci: analisis kimia, ekstraktif, kehilangan berat logam, korosi, Swietenia

macrophylla King

ABSTRACT

NOVI HANDAYANI. Corrosion Properties of Mahagony extractive (Swietenia

macrophylla King) on Iron and Steel. Supervised by WASRIN SYAFII.

The objective of this research was to determine extractive content in

mahagony (Swietenia macrophylla King), to test its corrosion against iron and

steel, and analyze chemical components from the active fractions resulted in

corrosion. The acetone extract was fractionated using solvent-solvent extraction

method and its have 3 fractions are n-hexane fraction, ethyl ether fraction, and

residue fraction. Original sawdust, free extractives sawdust, and extract tested

corrosion properties in laboratory. Corrosion testing using the original sawdust

show higher value than free extractive sawdust. Ethyl ether extract gave the

highest value of weight loss in laboratory. The results show that the identification

of chemical components in the ethyl ether fraction contained four dominant

compounds that are pyrocatechol, phloroglucinol dyhidrate, 4-propylcatechol, dan

ethanol 1 - (2-butoxyethoxy).

Keywords: chemical analysis, corrosion, extractives, Swietenia macrophylla King,

weight loss of metal

Page 5: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

SIFAT KOROSI ZAT EKSTRAKTIF KAYU MAHONI

(Swietenia macrophylla King) TERHADAP BESI DAN BAJA

NOVI HANDAYANI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh
Page 7: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

Judul Skripsi : Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla

King) terhadap Besi dan Baja

Nama : Novi Handayani

NIM : E24100045

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Wasrin Syafii, MAgr

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juni 2014

ialah Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King)

terhadap Besi dan Baja.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Wasrin Syafii MAgr

selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran dalam mengerjakan

skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Alm Bapak Budiono,

Ibu Eti Suhaeti, Adik Nike Dwi Astuti dan Farras Fibo Nanci Zakaria, serta

seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Di samping itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Supriatin dan Gunawan selaku

teknisi di Laboratorium Kimia Hasil Hutan (KHH), teknisi di Herbarium

Bogoriense Bidang Botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan

teknisi di Laboratorium Forensik Mabes Polri Jakarta. Ungkapan terima kasih

juga disampaikan kepada teman-teman Teknologi Hasil Hutan (THH) 47

khususnya divisi KHH 47, teman-teman Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) 47,

sahabat khususnya penghuni Kost Panineungan 2, dan semua pihak yang telah

membantu dalam pelaksaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Novi Handayani

Page 9: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 3

Prosedur 3

Persiapan Bahan Baku 3

Pengujian Sifat Korosi Lapang 3

Proses Ekstraksi dan Fraksinasi 4

Penentuan Kadar Zat Ekstraktif 4

Pengujian Sifat Korosi Laboratorium 5

Perhitungan Kehilangan Berat Paku 5

Analisis Komponen Kimia 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kadar Zat Ekstraktif 6

Kehilangan Berat Logam 7

Analisis Komponen Kimia 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 17

Page 10: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

DAFTAR TABEL

1 Kadar ekstraktif kayu teras mahoni 6

2 Kehilangan berat logam pada pengujian lapang 7

3 Kadar air disk pengujian lapang 8

4 Komponen senyawa kimia dominan dalam fraksi etil eter 10

DAFTAR GAMBAR

1 Pola penempatan paku pada disk 3

2 Kehilangan berat logam secara laboratorium menggunakan serbuk

selama 4 jam ( ), 8 jam ( ), dan 12 jam ( ) 9

3 Kehilangan berat pada paku di pengujian laboratorium menggunakan

ekstrak pada paku besi ( ) dan baja ( ) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil identifikasi daun mahoni 15

2 Daftar nama senyawa dominan fraksi etil eter 16

Page 11: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan rakyat merupakan penghasil kayu bagi penduduk sekitarnya. Kayu

yang berasal dari hutan rakyat antara lain kayu nangka (Artocarpus heterophyllus),

kayu mahoni (Swietenia spp.), kayu akasia (Acacia spp.), kayu karet (Hevea

brasiliensis), kayu jati (Tectona grandis), dan lain-lain (Soendjoto et al. 2008).

Suprapto (2010) menyatakan bahwa produksi kayu yang cukup tinggi dari hutan

rakyat dapat dijadikan sumber bahan bangunan, bahan perabotan rumahtangga,

dan sumber kayu bakar bagi penduduk. Kekurangan kayu yang berasal dari hutan

rakyat yaitu memiliki kelas kuat sedang hingga rendah dan berdiameter kecil.

Sadiyo dan Wulandari (2012) menyatakan bahwa keterbatasan kekuatan maupun

ukuran kayu khususnya untuk bahan bangunan memerlukan suatu sambungan

pada batang-batang kayu untuk bisa mencapai bentang struktur yang dikehendaki.

Alat sambung yang digunakan berupa logam seperti paku, sekrup, dan engsel.

Schofield (2010) menyatakan bahwa kontak logam dengan kayu dapat

mengakibatkan korosi sehingga alat yang menempel pada kayu menjadi rusak.

Kayu memiliki zat ekstraktif sehingga dapat menyebabkan terjadinya korosi.

Korosi merupakan penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan

lingkungan (Gauvent et al. 2006). Menurut Unger et al. (2001), faktor yang

dapat menimbulkan korosi antara lain yaitu air, asam, basa, garam, gas, dan metal.

Selain itu, Kamiski et al. (2005) menyatakan bahwa korosi elektrokimia pada

baja yang terkontak dengan kayu basah sangat tergantung dengan jenis kayu yang

digunakan (terkait dengan pH, konten tanin dan lain-lain) serta temperatur sekitar.

Schofield (2010) menyatakan bahwa kayu dapat menyebabkan korosi pada metal

karena asam. Asam dalam kayu yang semakin tinggi dapat meningkatkan derajat

keasaman dan menyebabkan korosi. Zat ekstraktif merupakan salah satu

penyumbang asam dalam kayu. Sjostrom (1995) menyatakan bahwa ekstraktif

dipandang sebagai konstituen kayu yang tidak struktural, terbentuk dari senyawa-

senyawa ekstraseluler dan memiliki bobot molekul yang rendah. Ekstraktif terbagi

menjadi tiga kelompok yaitu terpenoid dan steroid, lemak dan lilin, serta senyawa

aromatik (fenolat). Kandungan asam yang terkandung dalam ekstraktif tersebut

yang dapat menimbulkan terjadinya korosi. Pengujian sifat korosi kayu yang

masih mengandung ekstraktif terhadap sekrup logam melalui metode lapang

(Djarwanto 2011), metode laboratorium (Djarwanto 2013), dan metode jamp spot

(Djarwanto 2010) mendapatkan hasil positif (terjadi korosi). Selain itu, korosi

yang terjadi pada kayu dapat juga mengurangi masa pakai kayu karena memicu

terjadinya pelapukan pada kayu. Djarwanto dan Suprapti (2008) menyatakan

bahwa korosi logam pada sekrup dalam kayu berpengaruh terhadap pelapukan

empat kayu yang berasal dari Sukabumi.

Kayu mahoni termasuk dalam kayu yang berasal dari hutan rakyat

(Soendjoto et al. 2008) yang bersifat komersial dan memiliki nilai guna yang

cukup tinggi (Park et al. 2005). Martawijaya et al. (1981) menyatakan bahwa

kegunaan dari kayu mahoni antara lain dapat digunakan untuk mebel, perkapalan, balok percetakan, kayu lapis, dan barang kerajinan. Gapsari dan Setyarini (2010)

menyatakan bahwa kayu mahoni dijadikan bahan utama dalam pembuatan ukiran

Page 12: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

2

topeng karena dapat meningkatkan nilai ekonomi dan nilai tambah. Menurut

Cornelius et al. (2004), kayu mahoni dapat digunakan sebagai bahan dasar

furnitur, flooring, pintu, rangka jendela, dan vener dekoratif. Stabilitas dimensi

yang baik, awet, mudah dikerjakan, dan unsur dekoratif dari kayu mahoni

membuat permintaan kayu mahoni semakin meningkat. Hal ini menandakan

bahwa kayu mahoni banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan bangunan

maupun bahan perabotan rumahtangga lainnya. Penggunaan kayu di masyarakat

dapat meningkatkan potensi kontak dengan logam.

Mahoni tergolong dalam famili Meliaceae. Salah satu kandungan ekstraktif

yang terkandung dalam famili Meliaceae adalah limonoid (Mondal et al. 2011).

Menurut NCBI (2008), limonoid memiliki tingkat oksidasi yang tinggi. Oksidasi

yang tinggi dari limonoid dapat berpotensi korosi. Informasi mengenai kayu

mahoni khususnya zat ekstraktif yang dapat berpengaruh korosi pada logam masih

sedikit. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat korosi zat

ekstraktif kayu mahoni terhadap logam berbentuk paku besi, dan baja.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat ekstraktif yang

terkandung dalam kayu teras Mahoni, menguji sifat korosi zat ekstraktif dari kayu

teras Mahoni, dan menganalisis komponen kimia dari fraksi teraktif yang

mengakibatkan korosi.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang sifat korosi yang dapat ditimbulkan pada bahan bangunan

maupun peralatan rumahtangga lainnya yang menggunakan kayu Mahoni.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2014. Kegiatan

penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB,

Herbarium Bogoriense Bidang Botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) Cibinong, dan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri Jakarta.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu kayu teras Mahoni berdiameter ±29 cm yang

berasal dari Cisaat Sukabumi, paku besi, dan paku baja. Bahan kimia yang

digunakan antara lain air destilata, aseton, n-heksana, etil eter, etil asetat, dan

etanol 96%.

Page 13: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

3

Empulur

Contoh uji bagian dalam (teras dekat empulur)

Contoh uji bagian tengah (teras tengah)

Contoh uji bagian luar (teras dekat gubal)

Alat

Alat yang digunakan antara lain golok, palu, moisture meter, willey mill,

mesh screen ukuran 40-60 mesh, toples, kertas saring, tisu, spatula, rotary vacuum

evaporator, cawan petri, funnel separator, timbangan analitik, peralatan gelas

laboratorium lainnya, oven, shaker, desikator dan kromatografi gas-

spektofotometri massa (GC-MS).

Prosedur

Persiapan Bahan Baku

Persiapan bahan baku untuk analisis kimia mengacu pada TAPPI T-257 om

85. Kayu teras mahoni dipotong-potong menjadi potongan kecil dan

dikeringudarakan hingga mencapai kadar air ± 15%. Potongan kecil kayu tersebut

digiling menggunakan willey mill dan disaring menggunakan mesh screen

berukuran 40-60 mesh. Serbuk tersaring diukur kadar airnya dengan mengambil

sampel sebanyak 2 g lalu dioven pada suhu 103±2 ˚C hingga beratnya konstan.

Persiapan bahan lain seperti paku besi dan baja mengacu pada prosedur

yang telah dilakukan oleh Djarwanto (2010) dengan beberapa modifikasi. Paku

yang digunakan harus dibersihkan dari segala kotoran yang menempel.

Pembilasan menggunakan etanol 96% dan aseton (2:1) dilakukan pada paku

tersebut dan dibiarkan kering. Paku yang telah kering dimasukkan kedalam oven

selama 15-20 menit, kemudian dimasukkan ke dalam desikator. Paku tersebut

dapat digunakan untuk pengujian tetapi perlu ditimbang berat awal paku (M1)

terlebih dahulu.

Pengujian Sifat Korosi Lapang

Kayu mahoni yang digunakan untuk pengujian lapang berbentuk disk

dengan ketebalan ±10 cm. Pengujian lapang dilakukan dengan membenamkan

paku ke dalam disk kayu mahoni selama 1 bulan. Penempatan paku ke dalam disk

dilakukan pada posisi yang berbeda, yaitu teras dekat empulur, teras tengah, dan

teras dekat gubal (Gambar 1). Pada akhir pengujian, paku dicabut dari kayu, dan

dibersihkan dari segala kotoran menggunakan etanol 96% dan aseton (2:1). Paku

dikeringkan dan ditimbang untuk mendapatkan berat akhir paku (M2) (Djarwanto

2010).

Gambar 1 Pola penempatan paku pada disk

Page 14: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

4

Proses Ekstraksi dan Fraksinasi

Ekstraksi serbuk kayu teras mahoni menggunakan metode maserasi. Serbuk

sebanyak ± 2000 g kering udara yang telah diketahui kadar airnya diekstraksi

dengan pelarut aseton dalam toples besar yang ditutup rapat dan gelap.

Pencampuran antara pelarut aseton dan serbuk dilakukan secara bertahap agar

seluruh serbuk dapat terendam dengan perbandingan serbuk dan pelarut 1:3.

Waktu perendaman dilakukan selama 24 jam yang disertai dengan beberapa kali

pengadukan menggunakan spatula. Larutan ekstrak lalu disaring menggunakan

kertas saring, dan ampasnya diekstraksi kembali dengan pelarut aseton beberapa

kali hingga diperoleh larutan ekstrak yang jernih. Proses ekstraksi ini

menggunakan acuan Agoes (2007) dengan modifikasi serbuk dan pelarut.

Larutan ekstrak aseton yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacuum

evaporator pada suhu 50-60 oC dengan tekanan 400 mmHg hingga mencapai

ekstrak pekat sebanyak 1000 mL. Ekstrak pekat sebanyak 10 mL diambil dan

dikeringkan hingga konstan untuk mendapatkan nilai kadar ekstrak aseton.

Ekstrak aseton yang kering lalu diencerkan dan dimasukkan kembali kedalam

larutan ekstrak sisa agar volumenya tetap 1000 mL. Larutan ekstrak tersebut lalu

dipekatkan kembali hingga mencapai ekstrak pekat sebanyak 100 mL. Pemekatan

larutan ekstrak ini menggunakan acuan Harborne (1987) dengan modifikasi suhu.

Fraksinasi ekstrak pekat dilakukan secara berturut-turut dengan n-heksana

dan etil eter. Ekstrak pekat sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam funnel

separator, kemudian ditambahkan pelarut n-heksana sebanyak 75 mL dan air

destilata sebanyak 20 mL. Campuran tersebut dikocok dan dibiarkan hingga

terjadi pemisahan antara fraksi terlarut n-heksana dan residu. Fraksinasi dengan

pelarut n-heksana dilakukan berulang-ulang hingga mendapatkan fraksi terlarut n-

heksana berwarna bening. Residu fraksinasi pelarut n-heksana lalu ditambahkan

dengan pelarut etil eter sebanyak 75 mL. Campuran dikocok dan dibiarkan

sehingga terjadi pemisahan antara fraksi terlarut etil eter dan residu. Proses

fraksinasi etil eter akan dilakukan secara menerus hingga didapat fraksi terlarut

etil eter berwarna bening. Metode fraksinasi ini menggunakan acuan dari

Houghton dan Raman (1998) dengan modifikasi pelarut.

Penentuan Kadar Zat Ekstraktif

Larutan ekstrak aseton, larutan fraksi terlarut n-heksana dan etil eter, serta

residu akhir diambil sebanyak 10 mL lalu ditaruh dalam cawan petri dan

dimasukkan kedalam oven pada suhu ± 40-60 °C hingga diperoleh berat

konstannya. Perhitungan kadar zat ekstraktif yang diperoleh dari masing-masing

larutan menggunakan rumus berikut:

Keterangan: KE = Kandungan Ekstraktif (%)

Wa = berat padatan ekstraktif (g)

Wb = berat kering oven serbuk (g)

Page 15: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

5

Pengujian Sifat Korosi Laboratorium

Pengujian korosi yang dilaksanakan di laboratorium dibagi menjadi dua

yaitu pengujian menggunakan serbuk dan ekstrak. Serbuk yang digunakan dalam

pengujian korosi yaitu serbuk asli (tanpa perlakuan) dan serbuk bebas ekstraktif

(setelah ekstraksi aseton). Serbuk tersebut ditimbang sebanyak 3 g dan

dimasukkan kedalam botol uji. Air destilata sebanyak 30 mL ditambahkan

kedalam botol uji dan dikocok hingga tercapai konsentrasi larutan jenuh. Paku

dimasukkan kedalam botol uji dan ditutup rapat. Botol uji dimasukkan kedalam

shaker dengan kecepatan 80 rpm. Pengujian dilakukan dengan kombinasi antara

suhu dan waktu uji. Suhu pengujian dilakukan pada suhu ruang dan 75 ˚C,

sedangkan waktu uji dilakukan selama 4 jam, 8 jam, dan 12 jam. Pada akhir

pengujian, paku dikeluarkan dan dibersihkan secara hati-hati serta dibilas

menggunakan etanol 96% dan aseton (2:1). Paku yang telah tiris akan ditimbang

untuk mendapatkan berat akhir paku (M2).

Pengujian ekstrak menggunakan ekstrak yang berasal dari proses fraksinasi,

yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil eter, dan residu. Pelarut aseton sebanyak 20

mL dimasukkan kedalam botol uji dan ditambahkan ekstrak sesuai dengan kadar

masing-masing. Campuran tersebut lalu dikocok hingga homogen dan

dimasukkan paku. Botol uji ditutup rapat lalu dimasukkan kedalam shaker pada

suhu ruang dengan kecepatan 80 rpm selama 4 jam. Pada akhir pengujian, paku

dikeluarkan untuk bersihkan secara hati-hati dan dibilas menggunakan etanol 96%

dan aseton (2:1). Paku tersebut ditimbang untuk mendapatkan berat akhir paku

(M2). Pengujian korosi terhadap serbuk dan ekstrak mengacu pada penelitian

yang telah dilakukan oleh Krivlov (1986) dengan modifikasi suhu dan waktu.

Perhitungan Kehilangan Berat Paku

Perhitungan kehilangan berat berdasarkan metode yang dilakukan oleh

Djarwanto (2010). Kehilangan berat dari paku yang telah dilakukan pengujian

dapat diketahui dengan melakukan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan : KB = Kehilangan berat (%)

M1 = Berat awal paku (g)

M2 = Berat akhir paku (g)

Analisis Komponen Kimia

Analisis komponen kimia fraksi teraktif korosi menggunakan alat GC-MS

merek Agilent Technologies 6890N series. Larutan ekstrak sebanyak 6 µL

diambil dan dimasukkan kedalam inlet. Pengolahan data menggunakan software

GC-MS data analysis. Pemisahan senyawa dan analisis kuantitatif komponen

dilakukan pada GC dengan kolom kapiler diameter 0.25 mm dan panjang 60 m

dengan suhu awal 70 ˚C, kenaikan suhu 15 ˚C/menit hingga suhu 290 ˚C dan

waktu akhir 20 menit. Identifikasi senyawa dilakukan dengan mencocokkan data

pada spektrum massa dengan data yang ada dalam WILEY 9th library. Analisis

komponen kimia mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Schauer et al.

(2005).

Page 16: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Zat Ekstraktif

Ekstraksi dengan pelarut aseton dan fraksinasi bertingkat dengan pelarut n-

heksana dan etil eter menghasilkan kadar zat ekstraktif dari kayu teras mahoni

yang bervariasi. Tabel 1 menunjukan kadar ekstraktif yang terkandung dalam

kayu teras mahoni. Aseton memiliki tingkat kepolaran medium yang dapat

melarutkan sebagian besar kandungan dalam suatu bahan (kayu) selama proses

ekstraksi (Reichardt 1988). Kadar ekstrak aseton sebesar 3.78% diasumsikan

mengandung seluruh ekstraktif dalam kayu mahoni. Jenis-jenis kandungan kimia

yang dapat diekstrak oleh aseton antara lain alkaloid, aglikon, dan glikosida.

Tabel 1 Kadar ekstraktif kayu teras mahoni

No Jenis ekstrak /

fraksi terlarut Bobot (g)

1)

Kadar dalam kayu

teras (%) 2)

Kadar dalam

ekstrak aseton

(%) 3)

1 Ekstrak aseton 70.83 3.78 -

2 Fraksi n-heksana 13.99 0.75 19.75

3 Fraksi etil eter 31.06 1.65 43.85

4 Residu 25.78 1.38 36.40 Keterangan :

1) Bobot kering tanur (BKT)

2) BKT (bobot fraksi terhadap bobot awal serbuk kayu mahoni)

3) BKT (bobot fraksi terhadap bobot ekstrak aseton)

Ekstrak aseton lalu dipisahkan menjadi beberapa fraksi sesuai dengan

tingkat kepolarannya. Metode fraksinasi yang digunakan merupakan metode

solvent-solvent extraction (Houghton dan Raman 1998). Reichardt (1988)

menyatakan bahwa hal yang dibutuhkan dalam melakukan fraksinasi antara lain

sistem pelarut harus mencukupi, selektivitas tinggi, tidak terjadi emulsi, dan dapat

berpisah secara cepat. Jika faktor tersebut tidak dapat dipenuhi, maka dapat terjadi

ketidaksempurnaan dalam fraksinasi seperti ketidakpisahan fase. Perbedaan

pelarut sangat dibutuhkan untuk memisahkan kelarutan tersebut. Menurut

Harborne (1987), kelarutan berdasarkan prinsip “like dissolve like” yaitu pelarut

polar akan melarutkan senyawa polar sebaliknya pelarut non-polar akan

melarutkan senyawa non-polar.

Kadar ekstrak yang berasal dari fraksi etil eter (1.65%) memiliki nilai lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar ekstrak yang berasal dari fraksi n-hekasana

(0.75%). Pelarut etil eter memiliki tingkat polaritas medium sehingga dapat

melarutkan lebih banyak kandungan ekstraktif yang terdapat dalam ekstrak aseton.

Kandungan yang diekstrak oleh pelarut etil eter antara lain aglikon dan alkaloid.

Houghton dan Raman (1998) menyatakan bahwa alkaloid memang biasa diekstrak

menggunakan pelarut yang memiliki kepolaran medium seperti etil eter.

Kandungan alkaloid yang terdapat dalam ekstrak aseton awal memungkinkan

dapat diekstrak cukup banyak oleh etil eter sehingga membuat kadar fraksi etil

eter menjadi lebih besar. Pelarut n-heksana memiliki tingkat polaritas yang rendah (non-polar). Minyak, lilin, dan minyak jenuh/minyak atsiri merupakan kandungan

alami yang bersifat non-polar dan paling cocok diekstraksi oleh pelarut seperti n-

heksana. Nilai kadar ekstrak yang kecil dalam kadar fraksi n-heksana

Page 17: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

7

mengindikasikan bahwa kandungan ekstrakstif berupa lilin, lemak, dan minyak

yang terkandung dalam ekstrak aseton berjumlah kecil.

Kehilangan Berat Logam

Pengujian lapang yang dilakukan selama satu bulan menyebabkan

kehilangan berat logam dan menunjukkan telah terjadi korosi. Kontrol pengujian

yang diletakkan sekitar disk kayu mahoni tidak menunjukkan kehilangan berat

logam. Nilai kehilangan berat logam yang dibenamkan dalam disk kayu mahoni

dipengaruhi oleh kandungan yang terdapat dalam kayu tersebut. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kayu mahoni dapat menimbulkan korosi. Korosi yang terjadi

karena kayu yang lembab dan zat ekstraktif yang bersifat asam bereaksi dengan

logam (Djarwanto 2011).

Tabel 2 menunjukkan bahwa kehilangan berat logam pada sampel luar

ruangan lebih tinggi dibandingkan dengan sampel dalam ruangan. Zelinka et al.

(2011) menyatakan bahwa faktor luar ruangan yang menyebabkan korosi adalah

cuaca, khususnya intensitas hujan, panas, temperatur, relative humidity (RH),

radiasi matahari dan kecepatan angin. BMKG (2012) menyatakan bahwa pH air

hujan normal sebesar 5.6. Unger et al. (2001) menyatakan bahwa faktor yang

dapat menimbulkan korosi antara lain air dan asam. Kandungan air yang lebih

banyak karena terpaan air hujan, dan sifat asam yang berasal dari air hujan yang

menyebabkan korosi lebih tinggi terjadi pada sampel di luar ruangan.

Tabel 2 Kehilangan berat logam pada pengujian lapang

Penempatan paku

Kehilangan berat (%) *)

Luar ruangan Dalam ruangan

Besi Baja Besi Baja

Dekat empulur 0.20 0.09 0.08 0.02

Tengah teras 0.19 0.05 0.10 0.04

Peralihan gubal 0.16 0.04 0.08 0.03

Keterangan : *)

Rerata dari 3 ulangan

Kehilangan berat pada logam pengujian lapang luar ruangan terlihat

semakin besar dari peralihan gubal menuju teras dekat empulur. Fengel dan

Wegener (1985) menyatakan bahwa teras yang mendekati empulur memiliki

kadar ekstraktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan teras yang berdekatan

dengan gubal. Menurut Lukmandaru (2011), kayu teras bagian dalam dan tengah

memberi nilai pH lebih rendah dibandingkan gubal. Keasaman kayu diakibatkan

oleh ion-ion yang dilepaskan terutama dari asam-asam organik dalam bentuk

bebas maupun terikat dari ekstraktif atau polisakarida nonselulosa, serta fenol-

fenol sederhana maupun kompleks. Kandungan ekstraktif dalam kayu teras yang

bersifat asam membuat terjadinya korosi sehingga nilai kehilangan berat dari

logam besi maupun baja menjadi meningkat.

Pengujian lapang yang ditempatkan dalam ruangan menunjukkan nilai

kehilangan berat yang menurun pada teras dekat empulur. Selain kandungan zat

ekstraktif dalam kayu, penelitian ini menunjukkan bahwa kadar air dalam disk

pengujian mempengaruhi terjadinya korosi. Schofield (2010) menyatakan bahwa

kadar air yang tinggi membuat dinding sel dan lumen berisi air bebas dan

Page 18: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

8

berpotensi menyebabkan korosi. Tabel 3 menunjukan nilai kadar air disk sebelum

dilakukan pengujian lapang. Penurunan nilai kehilangan berat paku dari teras

bagian dalam menuju teras dekat empulur pada sampel uji luar ruangan

dipengaruhi oleh kadar ekstraktif dalam kayu dan kandungan air yang berasal dari

air hujan. Salah satu penduga terjadinya hal tersebut yaitu kandungan air dalam

disk kayu, khususnya bagian dekat empulur. Kadar air yang terkandung dalam

teras dekat empulur di dalam ruangan memiliki nilai paling kecil (31.9%) diantara

kadar air teras bagian tengah maupun teras dekat gubal. Air merupakan salah satu

faktor pendukung terjadinya korosi. Kandungan air yang rendah dalam disk dapat

mengurangi potensi terjadinya korosi karena salah satu faktor pendukungnya

berkurang dan menghasilkan nilai kehilangan berat paku yang tidak besar.

Tabel 3 Kadar air disk pengujian lapang

Bagian teras Kadar air (%)

Luar ruangan Dalam ruangan

Dekat empulur 29.5 31.9

Tengah 28.8 35.4

Peralihan gubal 25.5 36.3

Pengujian laboratorium menggunakan serbuk mengalami korosi pada

masing-masing contoh uji yang terlihat pada Gambar 2. Kontrol uji menggunakan

air destilata tidak menghasilkan nilai kehilangan berat dibandingkan dengan

sampel uji yang menggunakan serbuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa air

destilata tidak mengakibatkan korosi dan serbuk kayu yang berpengaruh terhadap

terjadinya korosi pada logam. Serbuk asli memiliki nilai kehilangan berat yang

lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk bebas ekstraktif. Serbuk asli masih

memiliki kandungan ekstraktif didalamnya, sedangkan serbuk bebas ektraktif

(serbuk setelah ekstraksi aseton) diasumsikan tidak memiliki kandungan ekstraktif.

Kandungan ekstraktif yang terdapat dalam contoh uji berpengaruh terhadap proses

terjadinya korosi (Singh et al. 2011). Menurut Lukmandaru (2011), kandungan

ekstraktif yang tinggi pada kayu teras berbanding terbalik dengan nilai pH (asam).

Nilai pH yang rendah menandakan kondisi asam, dan dapat menyebabkan korosi

pada logam.

Page 19: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

9

Gambar 2 Kehilangan berat logam secara laboratorium menggunakan serbuk

selama 4 jam ( ), 8 jam ( ), dan 12 jam ( ).

Paku besi dan baja memiliki nilai persentase kehilangan berat paku yang

berbeda. Djarwato (2010) melakukan pengujian korosi menggunakan paku besi

dan menghasilkan korosi pada paku yang jelas. Kehilangan berat pada paku besi

lebih besar menghasilkan nilai kehilangan berat dibandingkan dengan kehilangan

berat pada paku baja. Paku besi memiliki unsur asli Fe sehingga seluruh

kandungan Fe didalamnya dapat bereaksi dengan ekstraktif dari kayu. Penelitian

yang dilakukan oleh Zelinka dan Stone (2011) membuktikan bahwa baja juga

dapat terjadi korosi pada kayu. Paku baja mempunyai komponen dasar yaitu Fe

tetapi terdapat komponen lainnya seperti C, Si, Mn, P, S, Cr, Ni, Cu, Ti, dan Co

(Singh et al. 2011). Hal tersebut yang membuat paku baja kurang bereaksi

maksimal dengan ekstraktif sehingga korosi yang terjadi sedikit. Korosi yang

sedikit menyebabkan nilai kehilangan berat pada paku baja menjadi rendah.

Pengujian serbuk menggunakan suhu 75 ˚C menghasilkan nilai kehilangan

berat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengujian menggunakan suhu

ruangan. Sartika (2009) menyatakan bahwa suhu yang tinggi dapat mengoksidasi

asam lemak dan mengeluarkan kandungan air yang terdapat dalam partikel.

Serbuk yang terkena suhu panas akan mengeluarkan air dan kondisi pengujian

semakin jenuh sehingga dapat menimbulkan korosi. Selain itu, kandungan

ekstraktif seperti lemak akan keluar pada suhu lebih tinggi sehingga membuat

aktivitas korosi semakin bertambah. Lama waktu pengujian juga berpengaruh

dalam aktivitas terjadinya korosi. Zelinka et al. (2011) menyatakan bahwa

semakin lama waktu uji maka korosi yang terjadi semakin besar. Penelitian yang

dilakukan oleh Nawawi (2002) juga membuktikan bahwa semakin lama pengujian

akan meningkatkan laju korosi pada suatu bahan.

Pengujian korosi menggunakan ekstrak menunjukan terjadi korosi. Kontrol

menggunakan pelarut aseton tidak menyebabkan kehilangan berat. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kehilangan berat logam yang terjadi dikarenakan oleh

0.000.020.030.050.060.080.090.110.120.140.150.170.18

Besi Baja Besi Baja Besi Baja Besi Baja

Suhu Ruangan Suhu 75˚C Suhu Ruangan Suhu 75˚C

Sebuk Asli Serbuk bebas ekstraktif

Keh

ilan

gan

Berat

(%)

Sampel Uji

Page 20: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

10

ekstrak. Gambar 3 menunjukkan bahwa ekstrak etil eter memiliki nilai tertinggi

dibandingkn ekstrak n-heksana, dan residu. Ekstrak etil eter tersebut menandakan

bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas korosi yang cukup tinggi sehingga

terjadi kehilangan berat pada paku.

Gambar 3 Kehilangan berat pada paku di pengujian laboratorium menggunakan

ekstrak pada paku besi ( ) dan baja ( ).

Analisis Komponen Kimia

Analisis komponen kimia dilakukan pada ekstrak etil eter yang memiliki

aktivitas korosi tertinggi terhadap paku besi dan baja. Tabel 3 menunjukkan hasil

analisis 4 senyawa dominan yang terkandung oleh ekstrak etil eter. Konsentrasi

senyawa dominan berkisar 2.32% hingga 16.85%.

Tabel 4 Komponen senyawa kimia dominan dalam fraksi etil eter

No Namasenyawa Konsentrasi relatif (%)

1 Pirokatekol 16.85

2 Ploroglucinol dihidrat 8.29

3 4-propilkatekol 4.17

4 Etanol, 1-(2-butoxyethoxy) 2.32

Pirokatekol adalah nama lain dari senyawa 1,2 Benzenediol dan tergolong

dalam senyawa fenol. Senyawa tersebut merupakan agen pengoksidasi sehingga

berpotensi sebagai pemacu terbentukanya korosi melalui oksidasi Fe (EC 2008).

LB (2009) menyatakan bahwa phloroglucinol dihydrate adalah nama lain dari

1,3,5-benzenetriol, dyhydrate. Menurut RSC (2014), senyawa ini juga termasuk

dalam kelompok fenol karena memiliki senyawa aromatik. Senyawa fenol dapat

menyumbangkan asam sehingga mempercepat proses terbentuknya korosi. NCBI

(2005) menyatakan bahwa senyawa 4-propilkatekol dapat memberikan ikatan

hidrogen sebanyak satu buah dan menerima ikatan hidrogen sebanyak 2 buah.

Ikatan hidrogen yang ada akan mempercepat proses oksidasi dalam terbentuknya

korosi. Senyawa yang memiliki nama lain 1,2-Benzenediol,4-propyl- ini juga

termasuk dalam senyawa fenol.

0.04

0.07

0.03 0.03

0.05

0.02

0.00

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

n-heksana etil eter residu

Keh

ilan

gan

Berat

(%)

Ekstrak

Page 21: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

11

Senyawa etanol, 1-(2-butoxyethoxy tergolong kompenen alami dan

ekstraktif (TGSC 2014). Menurut NCBI (2005), senyawa ini dapat memberikan

ikatan hidrogen sebanyak satu buah dan menerima ikatan hidrogen sebanyak 2

buah. Pranoto (2013) menyatakan bahwa ikatan hidrogen yang terdapat dalam

senyawa tersebut dapat berinteraksi dengan unsur lain melalui atom elektronegatif.

Berdasarkan Schofield (2010), kandungan Fe pada logam akan mengalami

oksidasi pada saat terjadi kontak dengan kayu. Gas oksigen yang tersedia dalam

kayu akan mengalami reduksi dan dapat berikatan dengan unsur lain seperti Fe

didalam kayu. Hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya senyawa baru yaitu

karat dan terjadi korosi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kadar ekstrak aseton, fraksi n-heksana, fraksi etil eter, dan residu yang berasal

dari kayu teras mahoni memiliki nilai berturut-turut yaitu 3.78%, 0.75%, 1.65%, dan

1.38%. Pengujian lapang dalam ruangan menghasilkan nilai kehilangan berat yang

lebih rendah dibandingkan dengan pengujian lapang di luar ruangan. Pengujian

laboratorium menggunakan serbuk asli menghasilkan nilai kehilangan berat yang

lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk bebas ekstraktif. Kandungan ekstraktif

dalam serbuk merupakan salah satu faktor terjadinya korosi. Ekstrak fraksi n-heksana,

ekstrak fraksi etil eter, dan residu yang diuji menghasilkan aktivitas korosi pada besi

dan baja. Nilai kehilangan berat tertinggi terdapat pada ekstrak fraksi etil eter.

Senyawa dominan yang berasal dari hasil analisis komponen kimia fraksi etil eter

kayu teras yaitu pirokatekol, phloroglucinol dihidrat, 4-propilkatekol, dan etanol 1-(2-

butoxyethoxy) yang mengakibatkan aktivitas korosi pada besi dan baja semakin

tinggi.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis komponen kimia

kayu yang terdapat dalam kayu teras mahoni setelah terjadinya korosi dan

penelitian mengenai korosi pada bagian gubal kayu mahoni.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G. 2007. Seri Farmasi Industri Teknologi Bahan Alam. Bandung(ID): ITB.

[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Informasi Kimia

Air Hujan.[Internet]. [diunduh 2014 Jun 28]. Tersedia pada:

http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Informasi_Kimia_Air_H

ujan.bmkg.

Cornelius JP, Wightman KE, Grogan JE, Ward SE. 2004. Swietenia (American

mahagony). Tropical Ecosystems 1720-1726.

Page 22: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

12

Djarwanto, Suprapti S. 2008. Pengaruh pengkaratam logam terhadap pelapukan

empat jenis kayu asal Sukabumi. JITHH 1(2):55-59.

Djarwanto. 2010. Sifat pengkaratan besi pada sebelas jenis kayu. JITHH

28(3):255-262.

________. 2011. Sifat pengkaratan lima jenis kayu yang disimpan di temat

terbuka terhadap besi. JITHH 29(2):104-114.

________. 2013. Sifat pengkaratan lima jenis kayu asal Ciamis terhadap besi. J

Penelitian Hasil Hutan 31(3):186-192.

[EC] Environnement Canada. 2008. 1,2 Benzenediol. [Internet]. [2014 Jun 25].

Tersedia pada: http://www.ec.gc.ca/ese-ees/04FDC10E-0C72-41B2-8040-

91B7BB43AE38/batch1_120-80-9_en.pdf.

Fengel D, Wegener G. 1985. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, dan Reaksi-reaksi.

Sastrohamidjojo H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta

(ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry,

Ultrastructure, Reactions.

Gauvent M, Rocca E, Meausoone PJ, Brenot P. 2006. C orrosion of materials used

as cutting tools of wood. Wear 261:1051-1055.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. Padmawinata K dan Soediro I, penerjemah; Niksolihin S,

editor. Bandung (ID): ITB Press. Terjemahan dari: Phytochemical methods.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of

Natural Extracts. London(UK): Chapman & Hall.

Kaminski J, Rudnicki J, Nouveau C, Savan A, Beer P. 2005. Resistance to

electrochemical corrosion of CrxNy-and DLC-coated steel tools in the

environment of wet wood. Surfcoat Technol 200:83-86.

Kasmudjo. 2010. Teknologi Hasil Hutan. Yogyakarta(ID): Cakrawala Media.

Krilov A. 1986. Corrosion and wear of sawblade steels. Wood Sci. Technol. 20:

361-368.

[LB] Landolt Bornstein. 2009. 1,3,5-benzenetriol, dyhydrate. [Internet]. [2014

Jun 28]. Tersedia pada: http://lb.chemie.uni-hamburg.de/search/index.php?

content=176/nO1emAjU0.

Lukmandaru G. 2011. Sifat kelarutan dalam air, keasaman, dan kapasitas

penyangga pada kayu jati. Prosiding seminar nasional Masyarakat peneliti

kayu indonesia (MAPEKI) XIV. 875-882.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia.

Bogor(ID): Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor.

Mondal S, Roy N, Laskar RA, Ismail SK, Basu S, Mandal D, Begum NA. 2011.

Biogenic synthesis of Ag, Au and bimetallic Au/Ag alloy nanoparticles

using aqueous extract of mahagony (Swietenia mahagoni JACQ.) leaves.

Colsurfb: Biointerface 82: 497-504.

Nawawi DS. 2002. The acidity of five tropical woods and its influence on metal

corrosion. JTHH 15(2): 19-24.

[NCBI] National Center for Biotechnology Information. 2005. 1-(2-

butoxyethoxy)ethanol. [Internet]. [2014 Jun 24]. Tersedia pada:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=41088.

Page 23: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

13

_____________________________________________________. 2005. 4-

propylcatechol. [Internet]. [2014 Jul 7]. Tersedia pada: http://pubchem.

ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=97638.

____________________________________________________.2008. Limonoid.

[Internet]. [2014 Sept 2]. Tersedia pada: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

pubmed/16462017.

Park A, Justiniano MJ, Frederiksen TS. 2005. Natural regeneration and

enviromental relationships of tree species in logging gaps in a Bolivisn

tropical forest. Foreco and Management 217: 147-157.

Pranoto YP. 2013. Ikatan Hidrogen. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 7]. Tersedia

pada: http://prananto.lecture.ub.ac.id/files/2013/12/Ikatan-Hidrogen1.pdf .

Reichardt C. 1988. Solvents and Solvent Effects in Organic Chemistry . 2nd

Ed.

New York(US): Verlagsgesell S.Chaft.

[RSC] Royal Society of Chemistry. 2014. Phloroglucinol dihydrate. [Internet].

[2014 Jun 28]. Tersedia pada: http://www. chemspider. com / Chemical-

Structure.72441.html.

Sadiyo S, Wulandari EY.2012. Pengaruh diameter dan jumlah paku terhadap

kekuatan sambungan geser ganda balok kayu nangka (Artocarpus

heterophyllus) dan rasamala (Altingia excelsa Noronha) dengan pelat baja.

J Perennial 8(1): 36-42.

Sartika RAD. 2009. Pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying)

terhadap pembentukan asam lemak trans. Makara Sains 13(1): 23-28.

Schauer N, Steinhauser D, Strelkov S, Schomburg D, Allison G, Moritz T,

Lundgren K, Tunali UR, Forbes MG, et al. 2005. Hypothesis gc-ms

libraries for the rapid identification of metabolites in complex biological

samples. FEBS Letters 579:1332-1337.

Schofield MJ. 2010. Corrosion by wood. Liquid Corenv: 1323-1328.

Singh A, Sharma C, Lata S. 2011. Microbial corrosion due to Desulfovibrio

desulfuricans. Anti-Cor Methods and Materials 58(6): 315-322.

Soendjoto MA, Suyanto, Hafiziannoor, Purnama A, Rafiqi A, Sjukran S. 2008.

Keanekaragaman tanama pada hutan rakyat di Kabupaten Tanah Laut,

Kalimantan Selatan. Biodiversitas 9(2):142-147.

Sjostrom E. 1995. Kimia Kayu: Dasar-Dasar dan Penggunaan. Sastrohamidjojo

H, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada

University Press. Terjemahan dari: Wood Chemistry Fundamental and

Application. Ed ke-2.

Suprapto E. 2010. Hutan Rakyat : Aspek Produksi, Ekologi, dan Kelembagaan.

[Internet]. [diunduh 2014 Jun 3]. Tersedia pada : http://arupa.or.id/sources/

uploads / 2010 / 08 / Hutan - Rakyat – Aspek - Produksi - Ekologi - dan -

Kelembagaan.pdf.

[TGSC] The Goods Scents Company. 2014. 1-(2-butoxyethoxy)ethanol. [Internet].

[2014 Jun 24]. Tersedia pada: http://www.thegoodscentscompany.com/

data/rw1124831.html.

Unger A, Schniewind AP, Unger W. 2001. Conservation of Wood Artifacts. New

York (US): Spinger-Verlag Berlin Heidelberg.

Page 24: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

14

Zelinka SL, Derome D, Glass SV.2011. Combining hygrothermal and corrosion

models to predict corrosion of metal fasteners embedded in wood.

Buildenv 46:2060-2068.

Zelinka SL, Stone DS. 2011. Corrosion of metal in wood: comparing the results of

a rapid test method with long term exposure test across six wood

treatments. Corsci. 53:1708-1714.

Zhang H, Tan J, VanDeveer D, Wang X, Wargovich MJ, Chen F. 2009.

Khayanolides from African mahagony Khaya senegalensis (meliaceae): a

revision. Phytochemistry 70:294-299.

Page 25: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil identifikasi daun mahoni

Page 26: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

16

Lampiran 2 Daftar nama senyawa dominan fraksi etil eter

Pk

#

RT Area

(%)

Library ID Qual

1 5.22 0.22 Thiophene 43

2 5.41 45.80 4-hydroxy-4-methyl-2-pentanone 74

3 5.50 0.33 1-Methoxy-2-propyl ester of acetic acid 43

4 5.60 0.42 Ethyl Benzene 70

5 5.66 0.30 1-3-dimethyl- Benzene 95

6 5.88 0.39 2-butoxy-ethanol 27

7 6.47 0.20 1-ethyl-3-methyl- Benzene 91

8 6.79 0.51 1,3,5-trimethyl- Benzene 95

9 7.10 0.25 1,2,4-trimethyl- Benzene 95

10 8.05 0.19 1,2,3,5-tetramethyl- Benzene 94

11 8.19 0.34 o,o’-di(3-methylbut-2-enoyl) 1,5-Pentanediol 45

12 8.58 2.32 1-(2-butoxyethoxy)- ethanol 90

13 8.66 16.85 1,2-Benzenediol 93

14 8.87 2.85 1,2-Benzenediol 91

15 9.07 0.67 1,2-Benzenediol 90

16 9.56 0.47 4-methyl-1,2-Benzenediol 95

17 10.70 0.21 4-hydroxy-3-methoxy-benzaldehyde 70

18 10.93 0.38 2,1,3-Benzothiadiazole 50

19 11.54 0.61 2,4-BIS(1,1-Dimethylethyl)- Phenol 94

20 11.79 0.31 3,4-Homotropilidene-3-methyl-2,6-

dicarbonitrile

78

21 12.10 8.29 1,3,5-Benenetriol,dyhydrate 95

22 12.31 4.17 1,2-dihydroxy-4-(1-propyl) benzene 72

23 12.47 3.18 1,7-dihydro-1-methyl- 6H-Purin-6-one 43

24 12.90 0.48 Phloroglucinol 83

25 13.69 0.20 Benzaldehyde, 3-4-dimethoxy-,

methylmonoacetal

59

26 14.51 0.18 Hexadecanoic acid, methyl ester 97

27 14.72 0.46 n- Hexadecanoic acid 98

28 15.70 0.49 3-exo-7-exo-Dimethylbicyclo [3.3.1]nonan-

2,9-dione

53

29 15.79 0.53 (1,4-phenylene)-5, 5-bis (penta-dien-1-al) 96

30 16.09 0.69 Octadecanoic acid 93

31 16.88 0.52 4-[3’,4’ –dimethoxyphenyl]-pyridine 52

32 17.45 4.50 1H- Indene, 2,3-dihydro-1, 1-dimethyl 60

33 17.58 0.39 2-Ethyl-3,4- Dimethyl-5-Phenyl-1,2-

Oxaborolane

62

34 17.87 1.54 Phenyl- Butanedioic acid 52

35 19.06 0.73 2,4,5-Trichlorophenyl cinnamate 55

Page 27: NOVI HANDAYANI - repository.ipb.ac.id · ABSTRAK . NOVI HANDAYANI. Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni (Swietenia . macrophylla . King) terhadap Besi dan Baja. Dibimbing oleh

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Alm

Bapak Budiono dan Ibu Eti Suhaeti yang lahir di Cirebon pada tanggal 15

November 1992. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 5 Cirebon dan diterima di

Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah mengikuti kegiatan lapang

seperti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang Barat dan

Gunung Kamojang pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan

Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun

Salak, dan Pabrik Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi pada tahun 2013,

serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di Pabrik Gondorukem dan Terpentin

Cimanggu pada tahun 2013. Selain itu, penulis aktif dalam kegiatan organisasi di

kampus, diantaranya staf departemen informasi dan relasi publik (IRP) Ikatan

Kekeluargaan Cirebon (IKC) tahun 2011-2012, staf departemen kekeluargaan

IKC tahun 2012-2013, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda

Gentra Kaheman 2010-2013, anggota divisi internal Himpunan mahasiswa hasil

hutan (Himasiltan) IPB tahun 2011-2012, dan anggota kelompok minat kimia

hasil hutan Himasiltan IPB tahun 2012-2013.

Dalam menyelesaikan masa studi di IPB, penulis melaksanakan penelitian

dan menulis skripsi yang berjudul “Sifat Korosi Zat Ekstraktif Kayu Mahoni

(Swietenia macrophylla King) terhadap Besi dan Baja” dibawah bimbingan Prof

Dr Ir Wasrin Syafii MAgr.