IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah...

43
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Cisarua adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, dengan luas wilayah 55,11 km 2 dan terletak disebelah barat Kota Bandung. Kecamatan Cisarua terbagi menjadi 8 desa, yaitu Desa Pasirhalang, Desa Jambudipa, Desa Padaasih, Desa Kertawangi, Desa Tugumukti, Desa Pasirlangu, Desa Cipada, dan Desa Sadangmekar. Desa terluas adalah Desa Kertawangi (10.51 km 2 ) dan desa dengan luas terkecil adalah Desa Jambudipa (1,45 km 2 ). Total populasi Kecamatan Cisarua sebanyak 74.884 jiwa dengan rincian 37.572 laki-laki dan 37.312 perempuan, dan kepadatan 1.359 per km 2 . Terdapat total 105 RW, 371 RT dan 20.394 KK di Kecamatan Cisarua. Kecamatan Cisarua berada di dataran tinggi dengan iklim sejuk. Kondisi tersebut menyebabkan Kecamatan Cisarua ideal untuk usaha pertanian dan peternakan, sehingga mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani dan peternak. Selain dikenal sebagai salah satu sentra penghasil susu sapi yang potensial, Kecamatan Cisarua merupakan salah satu tujuan destinasi wisata di Kabupaten Bandung Barat, khususnya dalam hal agrowisata. Tempat wisata yang populer adalah Dusun Bambu, CIC (Ciwangun Indah Camp), Curug Bugbrug, Curug Tilu Leuwi Opat dan Curug Cimahi. Kecamatan Cisarua berada pada ketinggian ± 1500-1500 meter di atas permukaan laut. Iklim dan curah hujan di Kecamatan Cisarua dipengaruhi oleh keadaan alamanya yaitu daerah perbukitan dan pegunungan. Curah hujan di

Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah...

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Cisarua adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, dengan luas

wilayah 55,11 km2 dan terletak disebelah barat Kota Bandung. Kecamatan Cisarua

terbagi menjadi 8 desa, yaitu Desa Pasirhalang, Desa Jambudipa, Desa Padaasih,

Desa Kertawangi, Desa Tugumukti, Desa Pasirlangu, Desa Cipada, dan Desa

Sadangmekar. Desa terluas adalah Desa Kertawangi (10.51 km2) dan desa dengan

luas terkecil adalah Desa Jambudipa (1,45 km2). Total populasi Kecamatan Cisarua

sebanyak 74.884 jiwa dengan rincian 37.572 laki-laki dan 37.312 perempuan, dan

kepadatan 1.359 per km2. Terdapat total 105 RW, 371 RT dan 20.394 KK di

Kecamatan Cisarua.

Kecamatan Cisarua berada di dataran tinggi dengan iklim sejuk. Kondisi

tersebut menyebabkan Kecamatan Cisarua ideal untuk usaha pertanian dan

peternakan, sehingga mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani dan peternak.

Selain dikenal sebagai salah satu sentra penghasil susu sapi yang potensial,

Kecamatan Cisarua merupakan salah satu tujuan destinasi wisata di Kabupaten

Bandung Barat, khususnya dalam hal agrowisata. Tempat wisata yang populer

adalah Dusun Bambu, CIC (Ciwangun Indah Camp), Curug Bugbrug, Curug Tilu

Leuwi Opat dan Curug Cimahi.

Kecamatan Cisarua berada pada ketinggian ± 1500-1500 meter di atas

permukaan laut. Iklim dan curah hujan di Kecamatan Cisarua dipengaruhi oleh

keadaan alamanya yaitu daerah perbukitan dan pegunungan. Curah hujan di

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Kecamatan Cisarua 2000-2500 mm per Tahun. Suhu rata-rata harian di Kecamatan

Cisarua antara 16°C-28°C.

Topografi Kecamatan Cisarua memiliki bentuk permukaan berombak,

perbukitan dan pegunungan. Hal tersebut menyebabkan adanya variasi wilayah

permukaan bumi atau daratan. Berdasarkan karakteristik wilayah, Kecamatan

Cisarua memiliki potensi untuk pengembangan usaha pertanian dan pengembangan

usaha ternak sapi perah.

Gambar 1. Denah Lokasi Penelitian

Kecamatan Cisarua memiliki luas wilayah 5.511 Ha, yang dipergunakan

untuk berbagai macam kepentingan. Penggunaan lahan pada umumnya untuk tanah

pekarangan seluas 1.788, 383 Ha, lalu kehutanan 1.364 Ha, fasilitas umum 926 Ha

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

dan tegal/kebun 868 Ha, ladang/perkebunan negara 375 Ha, sawah irigasi 173 Ha,

sawah tadah hujan 13 Ha dan kolam 3,617 Ha. Penggunaan lahan di Kecamatan

Cisarua berkembang mengikuti perkembangan zaman. Tabel penggunaan lahan

dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Penggunaan Lahan Wilayah Kecamatan Cisarua

No Penggunaan Lahan Luas Tanah (Ha)

1 Sawah Irigasi 173

2 Sawah Tadah Hujan 13

3 Tanah Pekarangan 1.788

4 Tegal/Kebun 868

5 Ladang/Perkebunan Negara 375

6 Kehutanan 1.364

7 Fasilitas Umum 926

8 Kolam 3

Jumlah 5.511

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat, 2018

Ladang dimanfaatkan oleh para peternak dalam hal penyediaan stok pakan

untuk ternak yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum), sehingga peternak tidak

perlu mengeluarkan biaya untuk penyediaan rumput sebagai pakan ternak. Keadaan

tanah di Kecamatan Cisarua subur, sangat cocok untuk digunakan dalam kegiatan

pertanian. Ladang dipergunakan pula oleh para petani untuk ditanami berbagai

macam komoditas sayuran seperti kacang panjang, cabai besar, kubis, bawang

daun, kembang kol, dan lain-lain. Lokasi peternakan yang berada di wilayah kerja

CV. Lembah Kamuning pada umumnya masih bersatu dengan lokasi pemukiman

penduduk, karena lebih memudahkan dalam proses kegiatan pemeliharaan ternak.

Kandang sapi yang digunakan masih tradisional berupa bangunan semi-tertutup.

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

4.1.1 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Cisarua

Mata pencaharian penduduk yang berada di Kecamatan Cisarua beragam.

Mulai dari petani/peternak, pedagang, PNS, angkutan (ojeg, jasa angkut barang,

angkutan umum), dan sebagainya. Berikut mata pencaharian penduduk Kecamatan

Cisarua disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Cisarua

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Pertanian/Peternakan 20.202

2. Perdagangan 2.312

3. Jasa/PNS 786

4. Angkutan 350

5. Perindustrian 300

6. Pertambangan/Penggalian 117

7. TNI/Polri 99

8. Listrik 34

9. Bank/Keuangan 19

10. Lainnya 7.901

11. Tidak Bekerja 410

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat, 2018

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Cisarua seperti yang tersaji pada

Tabel 4 pada umumnya adalah pertanian atau peternakan. Minat terhadap bidang

pertanian dan peternakan cukup tinggi, karena waktu kerja yang fleksibel dan

singkat hanya dilakukan pada pagi dan sore hari. Waktu luang setelah bertani dan

beternak dipergunakan untuk pekerjaan lain seperti berdagang dan penyedia jasa.

Terlebih pekerjaan dalam bidang pertanian/peternakan didukung oleh geografis

yang berada pada dataran tinggi, dengan iklim sejuk dan tanah yang subur sehingga

sangat potensial. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan beternak dipergunakan

untuk kepentingan pertanian sehingga lebih bermanfaat dan menghemat biaya.

Dengan demikian, terdapat kerja sama yang baik diantara peternak dan petani.

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua

Kondisi peternakan yang berada di Kecamatan Cisarua cukup beragam dari

mulai sapi perah, sapi potong, domba dan kambing. Kondisi geografis yang

mendukung untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah sudah disadari

oleh para penduduk terdahulu. Peternakan sapi perah merupakan usaha yang sudah

lama dijalani oleh penduduk di Kecamatan Cisarua. Usaha tersebut secara umum

dijadikan mata pencaharian utama oleh penduduk di Kecamatan Cisarua.

Terdapat beberapa alasan mengapa usaha ternak sapi perah dijadikan mata

pencaharian. Pertama, usaha peternakan sapi perah telah turun menurun diwariskan

oleh mayoritas penduduk atau sebagai usaha keluarga. Kedua, kondisi geografis

Kecamatan Cisarua yang berada di dataran tinggi, berbukit dan pegunungan

potensial karena memiliki iklim yang sejuk dan baik untuk usaha ternak sapi perah.

Ketiga, kemudahan dalam proses pemasaran produk dengan harga kompetitif dari

usaha ternak sapi perah yaitu susu dikarenakan terdapat koperasi persusuan dan

kolektor susu. Keempat, usaha peternakan sapi perah terus berproduksi dan tidak

terlalu bergantung terhadap kondisi musim didukung dengan manajemen yang baik.

Berikut adalah tabel populasi ternak besar di Kecamatan Cisarua:

Tabel 5. Populasi Ternak di Kecamatan Cisarua

No Jenis Ternak Total (Ekor)

1. Domba 34.636

2. Sapi Perah 8.361

3. Sapi Potong 1.036

4. Kuda 181

5. Kambing 104

6. Kerbau 23

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat, 2018

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa populasi ternak di Kecamatan Cisarua

didominasi oleh domba dengan total 34.636 ekor. Posisi kedua ditempati usaha sapi

perah dengan populasi 8.361 ekor. Posisi ketiga ditempati usaha sapi potong dengan

populasi 1.036 ekor. Posisi keempat ditempati usaha kuda dengan populasi 181

ekor. Posisi kelima ditempati usaha kambing dengan populasi 104 ekor dan posisi

terakhir ditempati oleh usaha kerbau dengan populasi 23 ekor.

Jenis sapi perah yang dipelihara oleh mayoritas peternak adalah FH

(Friesien Holstein). Sapi FH memiliki ciri khas badan berwarna totol hitam dan

putih. Friesien Holstein merupakan jenis sapi yang menduduki mayoritas populasi

sapi di seluruh dunia, baik di negara subtropis maupun tropis. Memiliki tingkat

adaptasi yang cukup baik terhadap lingkungan baru. Dengan manajemen

pemeliharaan yang baik dan tepat, produksi susu dapat meningkat.

4.1.3 Gambaran Umum CV. Lembah Kamuning

CV. Lembah Kamuning merupakan kolektor susu yang didirikan pada

Tahun 2013. Berlokasi di Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten

Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Berdirinya CV. Lembah Kamuning merupakan

hasil pemikiran dari seorang lulusan peternakan dan dua orang mantan anggota

koperasi persusuan yang merasa kurangnya peran koperasi persusuan terhadap

peternak. Dengan segala permasalahan yang ada di koperasi persusuan terkait

manajemen yang kurang profesional, krisis kepercayaan dan pelayanan yang

kurang memuaskan, melatarbelakangi hadirnya CV. Lembah Kamuning.

CV. Lembah Kamuning memiliki tujuan guna mempertahankan usaha

peternakan sapi perah dari para peternak yang telah keluar keanggotaan koperasi

persusuan, memajukan usaha peternak sapi perah, menjadikan usaha peternakan

sapi perah lebih kompetitif, dan menyejahterahkan peternak.

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Produksi susu harian CV. Lembah Kamuning sudah mencapai ± 3.000 liter.

Susu tersebut berasal dari 5 kelompok peternak dengan anggota mencapai 92 orang

per akhir Tahun 2018. Kelompok peternak tersebut merupakan mantan anggota

koperasi persusuan di Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Cisarua Kabupaten

Bandung Barat. Walaupun usia CV. Lembah Kamuning terhitung muda, namun

produksi susu harian sudah dapat bersaing dengan kolektor susu yang berada di

Kecamatan Lembang dan Parongpong. Hal tersebut karena adanya kepercayaan dan

kepuasan para kelompok peternak kepada CV. Lembah Kamuning. Berikut struktur

organisasi CV. Lembah Kamuning.

Ilustrasi 2. Struktur Organisasi CV. Lembah Kamuning

Direktur

Manajer

Bagian Produksi Bagian Kesehatan

Hewan

Bagian Pemasaran

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Produksi susu harian CV. Lembah Kamuning diperoleh dari dua wilayah

kerja. Wilayah kerja CV. Lembah Kamuning meliputi Kecamatan Parongpong dan

Kecamatan Cisarua. Berikut adalah wilayah kerja CV. Lembah Kamuning:

a. Kecamatan Cisarua, meliputi Kelurahan/Desa Cipada, Jambudipa, Kertawangi,

Padaasih, Pasirhalang, Pasirlangu, Sadangmekar dan Tugumukti.

b. Kecamatan Parongpong, meliputi Kelurahan/Desa Cigugur Girang, Cihanjuang

Rahayu, Cihanjuang, Cihideung, Ciwaruga, Karyawangi dan Sariwangi.

4.2 Karakteristik Informan

Karakateristik adalah ciri, sifat, atau hal yang unik yang melekat pada setiap

individu. Karakteristik individu akan tercermin dari segala perilaku dan tindakan

dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian

ini meliputi: 1) usia, 2) tingkat pendidikan, 3) pengalaman beternak, dan 4)

pemilikan ternak.

Gambar 2. Wilayah Kerja CV. Lembah Kamuning

a b

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

4.2.1 Usia Informan

Usia merupakan lama waktu hidup atau adanya seseorang sejak dilahirkan.

Usia berkaitan dengan pengaruh individual dan proses psikologi. Seseorang yang

memiliki usia yang lebih tua akan mempunyai pengalaman, pengetahuan dan

informasi yang didapatkan (Sastradipoera, 2003). Usia informan dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Usia Informan

No Usia (Tahun) Jumlah (orang)

1. 31 - 45 9

2. 46 - 60 5

3. > 65 1

Total 15

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Tabel 6 memperlihatkan bahwa usia informan pada penelitian cukup

beragam, namun seluruh informan berusia di atas 30 Tahun. Rentang Usia 31 – 45

Tahun terdapat 9 orang informan. Rentang usia 46 – 60 Tahun terdapat 5 orang

infoman, sedangkan untuk rentang usia di atas 65 Tahun hanya terdapat 1 orang

informan. Penggolongan usia dibagi menjadi 3 kelompok, (a) kelompok umur

muda, di bawah 15 Tahun, (b) kelompok umur produktif, usia 15 – 64 Tahun dan

(c) kelompok umur tua, usia 65 Tahun ke atas (Prijono, 2001). Terdapat 14

informan yang berada pada kelompok umur produktif dan hanya 1 informan yang

berada pada kelompok umur tua. Pada golongan usia produktif, manusia dapat

melakukan aktivitas secara maksimal dengan mengerahkan seluruh potensi yang

dimiliki. Informan yang berada dalam golongan usia produktif dapat melakukan

aktivitas seperti bertani, beternak, berdagang, penyedia jasa, buruh, dan sebagainya

secara maksimal.

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Usia informan memiliki korelasi terhadap produktivitas bekerja dan proses

psikologis yaitu dalam proses berpikir yang lebih kompleks, pengambilan tindakan

dan keputusan. Seseorang yang berada pada usia produktif lebih dewasa

mempunyai lebih banyak pengalaman kerja dan memiliki banyak pengetahuan

(Thierry dan Francois, 2009). Usia memiliki korelasi juga terhadap pengalaman

kerja, dan pengalaman kerja memiliki pengaruh nyata terhadap produktivitas.

Lamanya seseorang bekerja pada pekerjaan yang sama akan mengakibatkan lebih

banyak tahu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga

produktivitas meningkat (Budhyani dan Sila, 2008). Mayoritas informan berusia di

atas 30 Tahun, hal ini disebabkan penduduk di Kecamatan Cisarua yang berusia di

bawah 30 Tahun atau kalangan remaja memiliki kesadaran yang lebih baik akan

pendidikan dan kemajuan karir.

4.2.2 Pendidikan Informan

Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang, usaha mendewasakan manusia melalui upaya

proses pengajaran dan pelatihan sehingga dapat membawa manusia menuju kualitas

hidup yang lebih baik (Mulyasa, 2011). Dengan pendidikan dapat mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat.

Pendidikan turut berperan dalam menentukan kualitas sumber daya manusia.

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir, kemampuan belajar dan taraf

kecerdasan (Kusnadi, 1982). Tingkat pendidikan informan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Formal Informan

No Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (orang)

1 SD (Sekolah Dasar) 6

2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) 6

3 SMA (Sekolah Menengah Atas) 3

Total 15

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan formal informan yang cukup

beragam. Sebanyak 6 informan memiliki tingkat pendidikan formal SD dan 6

informan memiliki tingkat pendidikan SMP. Sedangkan hanya 3 informan yang

memiliki tingkat pendidikan formal SMA. Terdapat beberapa faktor yang

memengaruhi keberagaman tingkat pendidikan formal informan, yaitu tingkat

perekonomian, kesadaran diri yang rendah dan pengaruh sosial.

Tingkat perekonomian menempati faktor yang paling dominan dalam

memengaruhi tingkat pendidikan formal informan. Profesi sebagai petani atau

peternak dalam skala kecil tidak memiliki penghasilan yang cukup besar untuk

menempuh pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, pendapatan dipergunakan

hanya untuk memenuhi kebutuhan utama kehidupan seperti pangan, sehingga

mengenyampingkan pendidikan. Faktor kesadaran diri akan pendidikan yang masih

rendah turut memengaruhi informan untuk tidak memiliki pendidikan formal yang

tinggi, informan menganggap bahwa pendidikan bukan segalanya dalam

kehidupan. Terlebih didukung dengan faktor sosial yang memengaruhi tingkat

pendidikan formal informan.

Informan pada umumnya tinggal pada lingkungan yang mayoritas

penduduknya memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah. Kondisi lingkungan

tersebut yang memengaruhi kondisi psikologis, sudut pandang dan pola pikir

informan untuk tidak mementingkan pendidikan lebih lanjut karena disekitar

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

lingkungannya pendidikan bukan suatu hal penting. Terlebih pada saat itu belum

terdapat peraturan wajib sekolah 12 Tahun seperti saat ini. Namun, seluruh

informan pernah mendapatkan pendidikan non-formal seperti penyuluhan dan

sosialisasi. Pendidikan non-formal berupa penyuluhan dan sosialisasi tersebut

diberikan oleh koperasi persusuan dan dinas setempat. Penyuluhan dan sosialisasi

seputar dunia peternakan dan pertanian seperti manajemen pemeliharaan yang baik

dan benar, penyakit sapi perah, pakan, penyakit dan hama tanaman. Tingkat

pendidikan dapat memengaruhi penilaian dan pandangan seseorang terhadap suatu

hal. Mereka yang berpendidikan tinggi berpikir lebih kritis daripada mereka yang

berpendidikan rendah (Eriyanto, 1999).

4.2.3 Pengalaman Informan

Pengalaman merupakan suatu hal atau peristiwa yang pernah dialami oleh

setiap orang. Pengalaman akan membentuk pola pikir manusia, sikap dan kepuasan

terhadap suatu hal. Seseorang yang berpengalaman dalam suatu bidang, akan sulit

untuk mendapatkan kepuasan karena memiliki ekspektasi yang tinggi (Herzberg,

1981). Berikut adalah lama pengalaman informan di bidang peternakan dalam

Tabel 8.

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Tabel 8. Pengalaman Informan

No Informan Pengalaman Beternak

(Tahun) Asal Koperasi

1 KR 13 KUD Puspa Mekar

2 HN 10 KUD Puspa Mekar

3 SO 20 KUD Puspa Mekar

4 IM 15 KUD Puspa Mekar

5 AT 30 KUD Puspa Mekar

6 WY 12 KUD Puspa Mekar

7 SW 21 KUD Puspa Mekar

8 YH 21 KUD Puspa Mekar

9 CH 20 KUD Puspa Mekar

10 AN 25 KUD Sarwa Mukti

11 CA 21 KUD Sarwa Mukti

12 KM 28 KUD Sarwa Mukti

13 DD 32 KUD Sarwa Mukti

14 CC 38 KUD Sarwa Mukti

15 HS 24 KUD Sarwa Mukti

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Berdasarkan Tabel 8 rata-rata informan sudah memiliki pengalaman

beternak lebih dari 20 Tahun. Informan yang memiliki pengalaman beternak yang

cukup lama sudah mengetahui seperti apa kondisi usaha peternakan sapi perah,

segala permasalahan dan seluk-beluk yang ada dalam menjalankan suatu usaha.

Sehingga peternak dapat dengan cepat mengambil tindakan, mengantisipasi dan

meminimalisir kerugian yang timbul.

Pengalaman beternak merupakan lamanya seseorang menjalankan suatu

usaha dalam usaha peternakan. Pengalaman akan secara otomatis meningkatkan

pengetahuan mengenai tata cara beternak dan segala perubahan yang belum

diketahui. Dengan pengalaman, peternak belajar melalui aktivitas sehari-hari

(learning by doing) sehingga dapat memahami segala problematik yang ada dalam

usaha peternakan.

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Informan yang paling lama memiliki pengalaman beternak adalah CC

dengan pengalaman beternak selama 38 Tahun. CC sudah memulai beternak sejak

masih remaja. Alasan untuk beternak sapi perah karena sudah turun-temurun dari

orang tua, terlebih tidak ada niat untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang

lebih tinggi karena kesadaran akan pendidikan masih rendah. Dengan lama

pengalaman selama 38 Tahun, CC sudah mengenal seluk-beluk usaha ternak sapi

perah secara autodidak atau mendapatkan keahlian dengan belajar sendiri. Hal

tersebut sangat bermanfaat terhadap kegiatan usaha ternak sapi perahnya. Informan

CC sudah dapat mengambil tindakan dengan cepat jika terjadi permasalahan

dengan ternak.

Contoh kasus yang pernah dialami oleh CC adalah pada saat salah satu

ternaknya mengalami gejala penyakit mastitis. Mastitis adalah suatu peradangan

pada ambing yang bersifat akut, subakut atau kronis dan terjadi pada semua jenis

mamalia, salah satunya adalah sapi perah. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai

jenis bakteri atau mikroplasma sepeti Streptococcus agalactiae, Streptococcus

disgalactiae, Escherichia coli, Mycoplasma sp dan sebagainya. Penyakit mastitis

dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar jika tidak ditangani secara dini.

Berkat pengalaman beternak yang sudah mumpuni, penyakit tersebut dapat

ditangani dengan mengenali gejala subklinis lalu memberikan antibiotika. Lamanya

seseorang bekerja pada pekerjaan yang sama akan mengakibatkan lebih banyak

tahu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga produktivitas

meningkat (Budhyani dan Sila, 2008). Dengan demikian, dapat meminimalisir

kerugian yang timbul dari penyakit tersebut.

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

4.2.4 Kepemilikan Ternak Informan

Kepemilikan ternak informan bervariasi, rata-rata jumlah ternak yang

dimiliki oleh informan 5 ekor. Kepemilikan ternak tertinggi yaitu 29 ekor dan

terendah 4 ekor. Berdasarkan hasil wawancara, pada umumnya jumlah ternak

informan menurun dan stagnan. Jumlah kepemilikan ternak informan dapat dilihat

pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Kepemilikan Ternak Informan

No Informan

Kategori Ternak (ekor)

Pedet Dara Laktasi Jumlah

Jantan Betina

1 KR 1 - 2 3 5

2 YH 1 2 - 4 7

3 SO 1 1 - 4 6

4 CH 8 3 6 12 29

5 AN 1 2 2 4 9

6 CA - - - - -

7 KM 1 - 3 5 9

8 HN - - - 5 5

9 DD - 1 - 4 5

10 IM 1 1 - 3 5

11 CC 2 1 - 4 7

12 AT - - - 4 4

13 WY 2 - - 4 6

14 SW 2 1 - 4 7

15 HS - 1 2 3 6

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Skala usaha yang dimiliki oleh mayoritas informan adalah skala usaha kecil.

Kepemilikan ternak yang dimiliki oleh informan rata-rata 5 ekor dan dapat

dikategorikan peternakan rakyat. Menurut Sugeng (2000), pada umumnya hampir

90% peternakan rakyat memiliki ciri-ciri yaitu: 1) skala usaha kecil dengan

kepemilikan ternak <5 ekor; 2) merupakan usaha rumah tangga; 3) pemeliharaan

ternak tradisional; 4) ternak digunakan sebagai sumber tenaga kerja; 5) kotoran

ternak dipergunakan untuk pupuk; dan 6) ternak digunakan sebagai jaminan

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

keuangan keluarga. Peternak tradisional pada umumnya menggunakan ternak

sebagai solusi pada saat mengalami masalah finansial, misalnya pada saat

memasuki Tahun ajaran baru atau menjelang hari raya dengan cara menjual pedet

dan dara.

Jumlah kepemilikan ternak informan rata-rata sebanyak 5 ekor. Hal yang

menyebabkan kepemilikan dalam jumlah skala usaha kecil adalah modal.

Keterbatasan modal menjadi kendala utama dalam penambahan jumlah ternak.

Menurut informan, kepemilikan ternak 4-5 ekor sangat kurang untuk menutupi

biaya produksi dan hidup karena tidak seluruhnya ternak berproduksi. Terlebih

harga pakan ternak selalu naik dan sulit mencari harga yang terjangkau dengan

kualitas yang baik. Bahkan ada peternak yang masih melakukan cicilan untuk

pembelian ternak. Idealnya terdapat > 7 ekor sapi laktasi untuk dapat menutupi

biaya produksi, memenuhi kebutuhan hidup dan tabungan. Skala usaha ternak sapi

perah yang rendah (< 5) per peternak menyebabkan pendapatan rumah tangga dari

sapi perah belum dapat menjadi sumber pendapatan utama yang layak bagi peternak

(Suryahadi, dkk., 2007).

Terdapat seorang informan yang tidak memiliki ternak, yaitu CA. Informan

merupakan mantan anggota koperasi persusuan dengan pengalaman ± 21 Tahun.

Pada awalnya CA memiliki ternak, namun seiring waktu populasi semakin menurun

dan memutuskan untuk tidak memiliki ternak kembali. Beliau merupakan seorang

ketua kelompok ternak yang diberikan kepercayaan oleh para anggotanya.

Pekerjaan yang dilakukan oleh informan saat ini adalah selain menjadi ketua

kelompok adalah menjual pakan ternak berupa jerami, ampas tahu dan konsentrat

kepada anggotanya dan peternak yang membutuhkan.

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Kepemilikan ternak terbanyak dimiliki oleh seorang informan dengan

jumlah ternak sebanyak 29 ekor, yaitu informan CH. Jumlah kepemilikan ternak

CH di atas rata-rata daripada informan lainnya. Hal yang menyebabkan CH

memiliki jumlah ternak sampai 29 ekor adalah sifat gigih, kerja keras dan tidak

pantang menyerah untuk mencapai keberhasilan usaha. Beliau memulai usaha

ternak sapi perah sejak Tahun 1995 dan mengalami jatuh bangun terutama sejak

krisis moneter yang melanda Indonesia di Tahun 1997-1998. Namun, karena sifat

tidak pantang menyerahnya akhirnya beliau bisa mencapai diposisi saat ini dengan

memiliki ternak sebanyak 29 ekor.

Beliau bahkan dapat memasukkan anak pertamanya untuk berkuliah jurusan

farmasi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung. Informan

menginginkan anak-anaknya dapat memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan karir

yang lebih baik. Informan CH menjadikan usaha ternak sapi perah sebagai

penghasilan utama. Skala usaha ternak sapi perah > 7 ekor dapat dijadikan sumber

pendapatan utama yang layak bagi peternak (Suryahadi, dkk., 2007). Dengan

jumlah ternak yang cukup banyak, pendapatan beliau dirasa sudah dapat mencukupi

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4.3 Faktor Sosial Kepindahan Keanggotaan Koperasi Persusuan ke

CV. Lembah Kamuning

Faktor sosial kepindahan keanggotaan koperasi persusuan ke CV. Lembah

Kamuning dikaji berdasarkan pengalaman seluruh informan saat masih menjadi

anggota koperasi persusuan. Pengkajian tersebut melalui atribut pelayanan yang

tersedia di koperasi persusuan dan kolektor susu.

Faktor sosial merupakan faktor yang timbul dari lingkungan atau

kemasyarakatan pendorong informan dalam mengambil tindakan untuk berpindah

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

dari koperasi persusuan ke kolektor susu. Secara garis besar, faktor sosial ini

mengkaji kepercayaan, kerja sama dan kualitas pelayanan. Berikut adalah tabel

rangkuman faktor sosial kepindahan keanggotaan koperasi persusuan ke kolektor

susu yang tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10. Faktor Sosial Penyebab Kepindahan Keanggotaan Koperasi Persusuan ke

Kolektor Susu

No Indikator Keterangan

1 Kepercayaan Informan kecewa dan kurang percaya terhadap pelayanan

pengumpulan susu, inseminasi buatan dan pinjaman dan

perkreditan yang diberikan oleh koperasi persusuan yang

tidak sesuai.

2 Kerja sama Kerja sama antar sesama anggota baik, dilihat dari

tolong-menolong dalam kegiatan beternak seperti

mencari rumput bersama-sama, membersihkan kandang

dan memerah susu sapi.

Kerja sama anggota dengan petugas/pengurus kurang

baik, disebabkan kurang tanggapnya menangani keluhan

dan aspirasi anggota peternak.

3 Kualitas

Pelayanan Informan kurang puas dengan pelayanan yang diberikan

koperasi persusuan karena kurangnya akses terhadap

permohonan pelayanan, kurang tanggap, tidak ada

jaminan dan perbedaan perlakuan.

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

A. Kepercayaan Anggota Peternak Terhadap Kolektor Susu

Kepercayaan merupakan salah satu hal penting dalam sosial. Kepercayaan

adalah sebuah anggapan atau keyakinan terhadap sesuatu hal yang harus dipercayai

akan kebenarannya dan nyata. Kepercayaan adalah sebuah pengharapan yang

timbul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, kooperatif

berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama. Adanya penjaminan tentang

kejujuran dalam komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif

dalam komunitas (Fukuyama, 2001).

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Rata-rata informan sudah memiliki pengalaman beternak ± 20 Tahun.

Mayoritas informan tertarik untuk menjadi anggota koperasi persusuan karena

sebelum Tahun 1990 di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Parongpong belum

terdapat sebuah lembaga yang menaungi peternak sapi perah. Pada saat itu koperasi

persusuan hadir untuk menaungi para peternak dengan menerima susu peternak dan

melakukan pemasaran. Koperasi persusuan hadir dengan janji dan jaminan-jaminan

yang memudahkan kegiatan usaha peternak. Informan bergabung dengan koperasi

persusuan karena meyakini bahwa koperasi persusuan akan mempermudah

kegiatan usaha sapi perah dan meningkatkan taraf hidup peternak dengan program-

program pelayanan yang ditawarkan dan jaminan-jaminan yang dijanjikan koperasi

persusuan. Hal tersebut yang menjadi awal mula keanggotaan peternak dalam

koperasi persusuan.

Terdapat tiga indikator faktor sosial yang dikaji berdasarkan pengalaman

informan sebagai anggota koperasi persusuan dan anggota kolektor susu. Indikator

pertama yaitu kepercayaan, dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar

kepercayaan anggota koperasi persusuan dan kolektor susu terhadap

petugas/pengurus, penilaian terhadap sikap dan perilaku. Indikator kedua kerja

sama, dengan maksud untuk mengetahui kualitas kerja sama antara

petugas/pengurus dengan anggota peternak dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Indikator ketiga yaitu kualitas pelayanan, dengan maksud untuk mengetahui

bagaimana kualitas pelayanan dari program atau pelayanan yang disediakan oleh

koperasi persusuan dan kolektor susu terhadap anggotanya.

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Tabel 11. Kesesuaian Pelayanan Koperasi Persusuan dan Kolektor Susu

No Kategori Pelayanan

Koperasi Pesusuan Kolektor Susu

Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai

.... orang ….

1 Pengumpulan susu 11 4 15 -

2 Pemasaran susu 15 - 15 -

3 Kesehatan ternak oleh

dokter hewan/mantri

15 - 15 -

4 Inseminasi Buatan (IB) 9 6 10 5

5 Lembar pembayaran susu 15 - 15 -

6 Pinjaman dan perkreditan 6 9 13 2

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Terdapat 6 pelayanan pembanding antara koperasi persusuan dan kolektor

susu yaitu pengumpulan susu, pemasaran susu, kesehatan hewan oleh dokter

hewan/mantri, Inseminasi Buatan (IB), lembar pembayaran uang susu dan pinjaman

dan perkreditan. Pada Tabel 11 menggambarkan kesesuaian pelayanan yang

diberikan oleh koperasi persusuan dan kolektor susu. Mayoritas informan

merasakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh kolektor susu lebih sesuai dengan

yang ditawarkan daripada pelayanan yang diberikan oleh koperasi persusuan.

Kesesuaian pelayanan yang diberikan merupakan wujud dari ekspektasi anggota

dan realita yang ada, sehingga memenuhi harapan anggota peternak. Sedangkan

jika pelayanan yang diberikan tidak melebihi dari ekspektasi anggota peternak

maka berdampak terhadap tidak terpenuhinya harapan anggota peternak dan timbul

rasa kekecewaan.

Pelayanan pertama adalah pengumpulan susu. Pelayanan pengumpulan susu

oleh koperasi persusuan sebanyak 11 informan menjawab sesuai dan 4 informan

menjawab tidak sesuai. Pelayanan pengumpulan susu yang dilakukan oleh koperasi

persusuan dirasakan cukup baik oleh informan, namun terkadang mobil pengangkut

susu datang dengan jadwal yang tidak menentu. Hal tersebut dikarenakan mobil

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

pengangkut susu harus melakukan pengumpulan susu di tempat penampungan lain

sehingga datang telat. Informan mengeluhkan bahwa mobil pengangkut susu kerap

mendahulukan tempat penampungan yang memiliki jumlah susu yang lebih

banyak, sehingga timbul adanya perbedaan pelayanan oleh koperasi persusuan.

Pelayanan pengumpulan susu oleh kolektor susu sebanyak 15 informan

menjawab sesuai. Informan menilai pelayanan pengumpulan susu oleh kolektor

susu lebih baik daripada koperasi persusuan karena memiliki jadwal yang lebih

jelas dan durasi lebih lama. Jadwal pengumpulan susu dilakukan oleh ketua

kelompok dengan durasi sekitar 3 jam mulai pukul 5 – 8 pagi. Informan merasa

terbantu dengan jadwal yang ada karena dengan kesibukan masing-masing

informan masih dapat melakukan penyetoran susu di ketua kelompok. Terkadang

ketua kelompok senantiasa menunggu anggota kelompok yang sedikit telat

mengumpulkan susunya.

Pelayanan kedua adalah pemasaran susu. Pelayanan pemasaran susu yang

dilakukan oleh koperasi persusuan dan kolektor susu, sebanyak 15 informan

menjawab sesuai. Seluruh informan berpendapat bahwa pemasaran susu yang

dilakukan oleh koperasi persusuan dan kolektor susu sudah baik. Informan pada

umumnya tidak terlalu memedulikan pemasaran susu yang dilakukan oleh koperasi

persusuan dan kolektor susu, karena yang terpenting susu yang dimiliki oleh

informan dapat terjual dengan harga yang memuaskan. Namun, informan hanya

ingin mengetahui kemana pemasaran susu yang dilakukan oleh koperasi persusuan

dan kolektor susu.

Koperasi persusuan memasarkan susu kepada PT. Ultra Jaya dan PT.

Chimory, dan tempat lainnya. Sedangkan untuk kolektor susu, susu dipasarkan

kepada PT. Prima Lakto Sehat, PT. Chimory, PT. Diamond, dan PT. Bukit Baros.

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Informan meyakini bahwa koperasi persusuan ataupun kolektor susu akan terus

membutuhkan susunya, karena tingkat konsumsi susu tinggi sedangkan produksi

rendah, terlebih jumlah peternak setiap Tahun makin berkurang, sehingga tidak

khawatir dengan masalah pemasaran susu.

Pelayanan ketiga adalah kesehatan ternak oleh dokter hewan atau mantri.

Pelayanan kesehatan ternak oleh dokter hewan atau mantri yang diberikan oleh

koperasi persusuan dan kolektor susu sebanyak 15 informan menjawab sesuai.

Dokter hewan atau mantri yang disediakan oleh koperasi persusuan maupun

kolektor susu merupakan orang yang kompeten dan profesional. Dokter hewan atau

mantri siap siaga selama 24 jam untuk melayani anggota peternak terkait keluhan

dengan ternaknya. Informan berpendapat pernah memanggil pada malam atau dini

hari dan tetap mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat sehingga masalah

dengan ternak dapat diatasi. Masalah ternak yang sering dialami adalah mastitis,

diare, bantuan kelahiran, dan bloat.

Pelayanan keempat adalah Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi buatan

adalah program kebuntingan untuk betina dengan cara memasukkan semen jantan

ke dalam ovarium. Tujuan dari pelayanan inseminasi buatan adalah untuk

meningkatkan keberhasilan kebuntingan sapi betina, menghemat biaya produksi

dan meminimalisir penyebaran penyakit. Pelayanan inseminasi buatan yang

dilakukan oleh koperasi persusuan mendapatkan suara sebanyak 9 informan

menjawab sesuai dan 6 informan menjawab tidak sesuai. Pelayanan inseminasi

buatan yang dilakukan oleh koperasi persusuan dinilai sudah cukup baik, dengan

menghasilkan pedet yang saat dewasa memiliki produksi susu yang baik. Disatu

sisi informan mengeluhkan juga bahwa kemampuan inseminator masih rendah dan

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

mengeluhkan kualitas semen yang kurang berkualitas. Sehingga informan kurang

percaya terhadap pelayanan pelayanan inseminasi buatan.

Pelayanan inseminasi buatan yang diberikan oleh kolektor susu sebanyak

10 informan menjawab sesuai dan 5 informan menjawab tidak sesuai. Pelayanan

inseminasi buatan oleh kolektor susu sudah dinilai cukup baik, dinilai dari tingkat

keberhasilan kebuntingan betina. Kualitas semen pejantan dinilai sudah cukup baik.

Namun informan sedikit mengeluhkan terkait susahnya ketersediaan semen jantan

untuk inseminasi buatan sehingga anggota peternak perlu menunggu.

Pelayanan kelima adalah lembar pembayaran susu. Pelayanan lembar

pembayaran susu yang dilakukan oleh koperasi persusuan dan kolektor susu sudah

cukup baik, sebanyak 15 orang informan menjawab pelayanan sudah sesuai.

Lembar pembayaran susu sangat penting bagi anggota peternak, karena memiliki

lembar pembayaran susu anggota peternak bisa mengetahui berapa banyak susu

yang disetorkan dan perkiraan total pendapatan per bulan. Lembar pembayaran susu

merupakan langkah transparansi dari pihak koperasi persusuan maupun kolektor

susu, sehingga terhindar dari pemikiran negatif anggota peternak.

Pelayanan keenam adalah pinjaman dan perkreditan. Pelayanan pinjaman

dan perkreditan yang diberikan oleh koperasi persusuan, sebanyak 6 informan

menjawab sesuai dan 9 informan tidak sesuai. Informan menilai pelayanan

pinjaman dan perkreditan yang diberikan oleh koperasi persusuan menyulitkan

anggota peternak. Anggota peternak merasa disulitkan dengan banyaknya aturan

dan persyaratan dalam pengajuan pinjaman dan perkreditan. Anggota peternak

yang memiliki ternak laktasi sebanyak 1 ekor sulit bahkan ditolak untuk

mendapatkan pinjaman, karena dinilai oleh pihak koperasi anggota tersebut sulit

untuk melakukan pembayaran karena pendapatan yang cukup rendah dan rawan

Page 24: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

untuk terjadinya masalah di hari yang akan datang. Padahal banyak anggota

peternak yang berharap adanya pelayanan pinjaman dan perkreditan di koperasi

persusuan dapat banyak membantu usaha ternak dan kehidupan mereka.

Pelayanan pinjaman dan perkreditan yang diberikan oleh kolektor susu,

sebanyak 13 informan menjawab sesuai dan 2 tidak sesuai. Informan menilai

pelayanan pinjaman dan perkreditan yang diberikan oleh kolektor susu sudah

sangat baik. Anggota peternak tidak merasa disulitkan dengan aturan yang ada.

Peternak dapat langsung mengajukan pinjaman kepada pengurus, 2-3 hari

kemudian dana cair. Anggota peternak menilai pinjaman dan perkreditan yang

diberikan oleh kolektor susu sangat membantu terhadap usaha ternak dan

kehidupan mereka.

Informan berpendapat bahwa aturan pinjaman yang ada di kolektor susu

tidak rumit dan tidak memberatkan mereka. Hubungan sosial antara pengurus dan

anggota peternak sangat harmonis dan kekeluargaan sehingga tidak sungkan dan

terdapat kemudahan dalam melakukan pinjaman. Maka dari itu, anggota peternak

lebih merasa terbantu dengan pelayanan pinjaman kolektor susu.

“Pelayanan yang diberikan kolektor susu lebih sesuai dan baik daripada

koperasi persusuan. Saya merasa selama menjadi anggota koperasi

persusuan kurang diperhatikan, kurang dilayani, ini itu agak susah. Berbeda

dengan pelayanan yang diberikan oleh kolektor susu”. (CC, 58 Tahun)

Secara umum berdasarkan Tabel 11, informan menilai bahwa keseuaian

pelayanan yang diberikan oleh kolektor susu lebih baik, sehingga informan lebih

percaya terhadap kolektor susu daripada koperasi persusuan. Kepercayaan

informan terhadap kesesuaian pelayanan merupakan tanda bahwa harapan informan

terpenuhi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lewicki dan Wiethoff (2000),

bahwa kepercayaan akan timbul jika refleksi sebuah harapan, keyakinan atau

Page 25: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

asumsi seseorang terpenuhi dan membawa manfaat serta kebaikan. Kualitas

pelayanan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan anggota

peternak terhadap kolektor susu. Jika pelayanan yang diberikan sesuai akan

menimbulkan rasa puas/kepuasan dari anggota peternak yang secara tidak langsung

akan memberikan rasa percaya terhadap kolektor susu karena telah memberikan

kemudahan dalam kegiatan usahanya.

B. Kerja Sama Anggota Peternak Dengan Kolektor Susu

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara individu atau antar kelompok

untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kerja sama yang dikaji dalam penelitian ini

adalah kerja sama dalam hal mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Kerja sama

yang dimaksud secara gotong royong antara antara sesama anggota peternak dan

anggota peternak terhadap pengurus koperasi persusuan atau kolektor susu saat

masih menjadi anggota koperasi persusuan dan kolektor susu.

Indikator yang dilihat dalam penelitian ini adalah tanggung jawab

,kontribusi dan pengerahan kemampuan secara maksimal. Kerja sama merupakan

suatu hal penting terhadap regenerasi keanggotaan. Adanya kerja sama yang baik

diantara anggota dan pengurus akan memengaruhi rasa kenyamanan dalam

melakukan aktivitas usaha. Berikut adalah tabel kerja sama antar anggota dan

dengan pengurus/petugas koperasi persusuan.

Page 26: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Tabel 12. Kerja Sama Antar Anggota Peternak dan dengan Pengurus/Petugas

Koperasi Persusuan

No

Informan

Kerja sama

Sesama Anggota

Peternak

Anggota Peternak dengan

Pengurus/Petugas Koperasi Persusuan

1 KR Baik Tidak Baik

2 YH Baik Tidak Baik

3 SO Baik Tidak Baik

4 CH Baik Tidak Baik

5 AN Baik Tidak Baik

6 CA Baik Tidak Baik

7 HN Baik Tidak Baik

8 CC Baik Tidak Baik

9 AT Baik Tidak Baik

10 WY Baik Tidak Baik

11 SW Baik Tidak Baik

12 HS Baik Tidak Baik

13 DD Baik Baik

14 IM Baik Baik

15 KM Baik Baik

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Tabel 12 menunjukkan kerja sama antara anggota peternak dan anggota

peternak dengan koperasi persusuan. Kerja sama antara sesama anggota peternak

baik. Kerja sama baik tersebut merupakan bentuk interaksi sosial positif yaitu

proses asosiatif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kerja sama dalam kegiatan

beternak sehari-hari. Pada saat terdapat anggota peternak yang mengalami kesulitan

dengan pakan, maka anggota lain akan membantunya dengan memberikan stok

pakan yang dimilikinya atau membantu mencari rumput secara bersama-sama.

Begitu pun dengan limbah peternakan. Anggota peternak sadar bahwa limbah

peternakan memiliki aroma yang kurang sedap dan bisa menjadi polutan udara,

Page 27: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

maka dari itu biasanya anggota peternak mengumpulkan limbah peternakan dalam

satu tempat lalu mengolahnya untuk digunakan dalam kegiatan pertanian.

Kerja sama lain yang dilakukan adalah membantu membersihkan kandang

dan memerah susu sapi jika ada peternak yang telat dalam pengumpulan susu di

pagi atau sore hari. Kegiatan kerja sama berupa tolong-menolong merupakan salah

satu dari lima bentuk kerja sama. Sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

dalam pelaksanaannya, terdapat lima bentuk kerja sama yaitu kerukunan (yang

mencakup gotong-royong dan tolong-menolong), bargaining, kooptasi, koalisi dan

joint venture (Saputra dan Rudyanto, 2005).

“Hubungan sesama anggota peternak baik-baik saja, karena memang kami

saling mengerti dan saling bantu. Kalau ada yang perlu bantuan, kami pasti

membantu baik tenaga maupun pikiran. Biasanya membantu mencari

rumput, membersihkan kandang atau memerah susu kalau waktu

pengumpulan susu sudah hampir telat”. (CH, 44 Tahun)

Kerja sama yang sering dilakukan oleh sesama anggota peternak

menimbulkan energi positif dalam kemajuan usaha ternak sapi perah mereka. Hal

tersebut selaras dengan pernyataan bahwa dengan kerja sama dapat membangkitkan

dan menghimpun tenaga yang secara bersama yang disebut sinergi (Aunurrahman,

2010).

Kerja sama anggota peternak dengan petugas/pengurus koperasi persusuan

diakui tidak terlalu baik, terbukti dengan adanya perpindahan keanggotaan dari

koperasi persusuan ke kolektor susu. Menurut informan hal tersebut disebabkan

oleh petugas/pengurus koperasi persusuan yang selalu menuntut kepada anggota

informan untuk menghasilkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang baik.

Namun, tidak ada bantuan dari pihak koperasi persusuan berupa pakan yang

berkualitas dan terjangkau. Sehingga informan merasa sulit untuk mencapai target

Page 28: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

tersebut. Terlebih petugas/pengurus kerap bertingkah dengan arogan dan membeda-

bedakan anggota peternak antara yang memiliki kualitas dan kuantitas susu yang

tinggi dan rendah. Penolakan untuk melakukan perintah tersebut dapat

dikategorikan sebagai salah satu bentuk kontravensi anggota peternak terhadap

petugas/pengurus. Sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa salah satu

bentuk kontravensi yaitu meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,

keenganan, perlawanan, protes dan mengacaukan (Soekanto, 2007).

Selain hal tersebut, aspirasi yang disuarakan oleh anggota peternak tidak

pernah direspon lebih lanjut oleh petugas/pengurus koperasi persusuan. Aspirasi

yang kerap dikeluhkan oleh anggota peternak adalah masalah konsentrat dan harga

susu yang tidak sesuai. Anggota peternak menilai bahwa harga konsentrat cukup

mahal dengan kualitas yang kurang baik, bahkan sapi pun enggan untuk

memakannya karena aroma yang kurang enak. Harga susu yang tidak sesuai kerap

dikeluhkan. Anggota peternak merasa harga susu yang dijanjikan tidak sesuai,

anggota peternak yang memiliki kualitas susu di bawah standar kerap dibayar lebih

rendah, padahal pada awal keikutsertaan sebagai anggota koperasi persusuan susu

anggota peternak dengan kualitas susu rendah kerap dibayar sama sesuai dengan

kualitas susu yang berkualitas tinggi.

“Petugas/pengurus koperasi persusuan suka seenaknya kalau menuntut

suatu hal. Seperti susu harus banyak dan bagus, kalau tidak harga susu

dibayar rendah. Tidak pernah memikirkan kondisi peternak, mendengar

keluhan saja tidak pernah ada tindak lanjutnya. Petugas/pengurus

berperilaku arogan tidak seperti dulu saat anggota peternak masih sedikit.

Padahal tanpa kami, koperasi persusuan tidak bisa sebesar dan berkembang

seperti saat ini”. (AN, 45 Tahun)

Tidak seluruhnya anggota peternak memiliki hubungan yang tidak baik

dengan petugas/pengurus koperasi persusuan. Terdapat 3 informan yang mengakui

Page 29: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

memiliki hubungan baik dengan koperasi persusuan. Pada umumnya informan yang

memiliki hubungan baik dengan petugas/pengurus koperasi persusuan karena telah

mengenal dalam waktu yang cukup lama, sehingga memiliki kedekatan emosional

yang berpengaruh terhadap perbedaan perilaku atau tindakan petugas/pengurus

koperasi persusuan terhadap informan tersebut.

Kerja sama antara sesama anggota peternak dan anggota peternak dengan

pengurus/petugas kolektor susu berjalan dengan baik. Menurut informan hal yang

menyebabkan hubungan kerja sama antara anggota peternak dengan

pengurus/petugas kolektor susu selalu baik karena adanya sifat keterbukaan dan

kedekatan dari kedua belah pihak khususnya kolektor susu. Pengurus/petugas

kolektor susu sering datang mengunjungi kandang anggota peternak untuk sekedar

menanyakan kabar, mengecek kondisi ternak, kandang dan atau berdiskusi

mengenai permasalahan yang ada. Menurut informan pengurus/petugas kolektor

tidak segan untuk membantu peternak, seperti membersihkan kandang, memerah

susu dan memijat ternak saat sakit. Bahkan anggota peternak sering melakukan

diskusi mengenai kondisi pakan untuk meningkatkan produksi, pencegahan

penyakit, dan sebagainya.

Anggota peternak sangat mengerti bahwa pengurus/petugas kolektor susu

sangat sibuk dengan urusan lain, namun anggota peternak sangat menghargai

tindakan yang dilakukan oleh petugas/pengurus kolektor susu. Hal tersebut yang

menyebabkan adanya kedekatan emosional antara anggota peternak dengan

kolektor susu sehingga hubungan kerja sama terjalin dengan baik. Kolektor susu

membutuhkan produksi susu yang lebih tinggi dan kualitas yang baik sesuai standar

untuk dapat memenuhi permintaan dari IPS (Industri Pengolahan Susu) dan

mengembangkan usaha.

Page 30: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Seluruh anggota peternak bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut

dengan cara menjaga manajemen pemeliharaan ternak secara baik dengan cara

memastikan pakan yang baik dan berkualitas, kebersihan kandang dan kesehatan

ternak yang baik. Kerja sama yang baik antara anggota peternak dengan kolektor

susu terjadi karena adanya penyesuaian diri yang dilakukan oleh anggota peternak

terhadap kondisi kolektor susu. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang

menyatakan bahwa tahapan terjadinya kerja sama adalah bekerja sendiri,

mengamati dan mengenal lingkungan, merasa tertarik dan mengadakan

penyesuaian diri dan terbuka untuk memberi dan menerima orang lain (Saputra dan

Rudyanto, 2005).

“Petugas/pengurus kolektor susu sering datang kesini, membantu kami

membersihkan kandang, memerah susu, memijat ternak yang sakit, dan

membantu saat lahiran. Saya juga sering berdiskusi tentang pakan untuk

meningkatkan produksi susu. Kalau saya ada masalah, pasti dibantu

solusinya. Mereka semua baik, jadi saat bekerja nyaman karena saling

mengerti satu sama lain”. (IM, 39 Tahun)

Keluhan timbul akibat adanya ketidaksesuaian antara harapan anggota

peternak dengan kondisi nyata yang terjadi dilapangan. Namun keluhan yang

timbul dari anggota peternak dapat diselesaikan dengan respon yang baik dari

kolektor susu. Informan mengatakan bahwa seluruh keluhan yang ada pasti

didengar oleh petugas/pengurus kolektor susu, namun memang tidak semua

keluhan dapat langsung diselesaikan dalam waktu yang singkat karena kolektor

susu yang ada baru berdiri pada Tahun 2013 sehingga masih dalam kondisi merintis

menjadi suatu usaha yang stabil dan berkembang. Pengertian yang diberikan oleh

masing-masing pihak baik anggota peternak dan kolektor susu merupakan bentuk

asimilasi. Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Asimilasi ditandai

Page 31: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada dan meliputi usaha

untuk mempertinggi kesatuan, dan mementingkan kepentingan dan tujuan bersama-

sama (Soekanto, 2007).

Respon dan tindakan pengurus/petugas yang tepat terkait keluhan tersebut

dengan memberikan penjelasan dengan lugas dan mencari solusi yang tidak

merugikan kedua belah pihak, sehingga anggota peternak dapat mengerti dengan

baik. Hal tersebut tercipta karena adanya toleransi, sikap menghargai, terbuka

anatara anggota peternak dan petugas/pengurus kolektor susu. Sesuai dengan

literatur yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempermudah

terjadinya suatu asimilasi adalah toleransi, kesempatan-kesempatan yang

seimbang, sikap menghargai, terbuka, persamaan dalam unsur kebudayaan dan

amalgamation (Soekanto, 2007). Dengan demikian, kedua belah pihak dapat terus

menjaga hubungan kerja sama dengan baik.

“Saya merasa bertanggung jawab terhadap anggota peternak sehingga

menjadikan saya dekat dan nyaman dengan anggota peternak. Jika ada keluh

kesah baik dari saya atau peternak dapat dibicarakan dengan baik dan dicari

solusinya. Sehingga kerja sama tetap berjalan baik”. (MF, 40 Tahun)

C. Kualitas Pelayanan Kolektor Susu

Kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang penting dalam

menjalankan usaha. Kualitas pelayanan merupakan suatu hal dinamis yang

berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memnuhi

atau melebihi harapan (Fandy dan Anastasia, 1996). Sebagai koperasi persusuan

dan kolektor susu, memberikan pelayanan yang baik sama dengan memenuhi

harapan para anggota peternak. Terpenuhinya harapan dengan kualitas yang baik

dan memuaskan berdampak terhadap kepatuhan dan kesetiaan anggota peternak.

Kualitas pelayanan yang diukur dalam penelitian ini memiliki indikator berwujud

Page 32: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

(tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan

(assurance), dan empati (emphaty). Indikator tersebut menjadi dasar penilaian atas

segala pelayanan yang diberikan oleh koperasi persusuan dan kolektor susu kepada

anggota peternak.

Mayoritas informan berpendapat bahwa mereka kurang puas dengan

kualitas pelayanan yang diberikan oleh koperasi persusuan. Indikator pertama

berwujud (tangible), informan menyatakan bahwa kurang nyaman untuk

melakukan pelayanan, kurangnya kemudahan dalam proses pelayanan,

petugas/pengurus kurang disiplin dan cukup sulitnya akses dalam permohonan

pelayanan. Indikator kedua kehandalan (reliability), informan menyatakan bahwa

petugas/pengurus kurang cermat dalam melayani anggota peternak. Namun,

petugas/pengurus memiliki kemampuan untuk menggunakan peralatan yang

mendukung proses pelayanan. Indikator ketiga ketanggapan (responsiveness),

informan menyatakan bahwa petugas/pengurus cukup tanggap dalam melakukan

pelayanan, merespon anggota peternak yang ingin mendapatkan memiliki keluhan

namun kurang tanggap dalam mengambil langkah konkret selanjutnya bahkan tidak

ada kejelasan, seperti keluhan mengenai harga pakan yang kurang terjangkau dan

kualitas yang buruk.

Indikator keempat jaminan (assurance), informan menyatakan bahwa

petugas/pengurus pada awalnya bersikap ramah dan memberikan kepercayaan akan

ketepatan waktu dalam pelayanan dan kepastian biaya. Namun faktanya, seiring

waktu menjadi keramahan mulai berkurang dan timbul arogansi, ketepatan waktu

dan biaya yang dijanjikan kurang jelas. Seperti waktu penyetoran susu yang tidak

sesuai dan harga beli susu yang tidak stabil. Indikator kelima empati (emphaty),

informan menyatakan bahwa petugas/pengurus kurang memberikan perhatian

Page 33: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

penuh kepada anggota peternak. Kepentingan para anggota peternak tidak

didahulukan, dan adanya perbedaan perlakuan terhadap anggota peternak.

Mayoritas informan berpendapat bahwa mereka cukup puas dengan kualitas

pelayanan yang diberikan oleh kolektor susu. Indikator pertama berwujud

(tangible), informan menyatakan bahwa mereka merasa nyaman untuk melakukan

pelayanan, adanya kemudahan dalam proses pelayanan, petugas/pengurus cukup

disiplin dan mudahnya akses dalam permohonan pelayanan. Indikator kedua

kehandalan (reliability), informan menyatakan bahwa petugas/pengurus cukup

cermat dalam melayani anggota peternak dan standar pelayanan yang cukup jelas.

Petugas/pengurus pun memiliki kemampuan untuk menggunakan peralatan yang

menunjang proses pelayanan.

Indikator ketiga ketanggapan (responsiveness), informan menyatakan

bahwa petugas/pengurus tanggap dalam melakukan pelayanan, merespon anggota

peternak yang ingin mendapatkan memiliki keluhan dan tanggap dalam mengambil

langkah konkret selanjutnya bahkan selalu berdiskusi dengan anggota peternak

demi solusi yang adil. Indikator keempat jaminan (assurance), informan

menyatakan bahwa petugas/pengurus bersikap ramah dan memberikan

kepercayaan akan ketepatan waktu dalam pelayanan dan kepastian harga. Indikator

kelima empati (emphaty), informan menyatakan bahwa petugas/pengurus

memberikan perhatian penuh kepada anggota peternak. Kepentingan para anggota

peternak didahulukan, dan tidak adanya diskriminasi perlakuan terhadap anggota

peternak.

Page 34: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

“Saya cukup puas dengan kualitas pelayanan kolektor susu.

Petugas/pengurus kolektor susu tanggap dan handal saat saya meminta

pelayanan seperti saat menyetorkan susu dan melakukan pinjaman. Mereka

terbuka mendengar keluhan dan pendapat dari, karena dekat sehingga tidak

sungkan. Berempati terhadap saya jika memiliki masalah dengan ternak atau

hal lainnya”. (IM, 39 Tahun)

Pendapat informan tersebut sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh

petugas/kolektor susu berikut ini.

“Walaupun masih ada kekurangan, namun kami berusaha memberikan

pelayanan yang baik dan memuaskan. Dengan memiliki hubungan yang

baik dengan anggota peternak, membantu dan berempati agar kerja sama

berjalan baik”. (MF, 40 Tahun)

Kualitas pelayanan yang diberikan oleh kolektor susu cukup memuaskan

anggota peternak daripada koperasi persusuan. Kualitas pelayanan yang diberikan

oleh petugas/pengurus kolektor susu juga melalui pendekatan emosional.

Petugas/pengurus memberikan kemudahan dalam permohonan dan proses

pelayanan, responsif, tanggap dan perhatian kepada anggota peternak. Dengan

memberikan pehamanan dan merasakan apa yang anggota peternak rasakan. Hal

tersebut selaras dengan literatur yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan berarti

mencakup mengerti, memahami dan merasakan sehingga penyampaian kepada

konsumen sesuai dengan hati. Dengan adanya pengertian tersebut akan menjadikan

loyalitas konsumen tumbuh (Wardani, 2017).

4.4 Faktor Ekonomi Kepindahan Keanggotaan Koperasi Persusuan ke

Kolektor Susu

Faktor ekonomi merupakan segala hal yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan masyarakat baik sandang, pangan dan papan berkaitan dengan

penghasilan (Sholahuddin, 2007). Anggota peternak pada umumnya menjadikan

usaha ternak perah sebagai penghasilan utama dalam menunjang kehidupan sehari-

Page 35: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

hari, karena tidak ada pekerjaan sampingan yang dilakukan. Hal tersebut

menjadikan keberlangsungan kehidupan mereka bergantung terhadap usaha ternak

sapi perah. Adanya kenaikan harga produksi seperti susu, pakan dan perlengkapan

penunjang akan sangat terasa dampaknya terhadap anggota peternak.

Biaya yang paling dominan dikeluarkan dalam usaha ternak sapi perah

adalah pakan yang dapat mencapai 70% - 80% dari total pengeluaran setiap

bulannya (Pranata, dkk., 2016). Anggota peternak menginginkan harga pakan dapat

lebih murah dengan kualitas baik dan harga susu yang tinggi. Namun faktor

ekonomi yaitu harga susu bukan menjadi alasan utama anggota peternak dalam

memilih tempat penyetoran susu, walaupun terdapat selisih harga. Secara garis

besar faktor ekonomi yang dikaji adalah harga susu, waktu pembaran susu dan

pinjaman anggota. Berikut adalah tabel rangkuman faktor ekonomi penyebab

kepindahan keanggotaan koperasi persusuan ke kolektor susu:

Tabel 13. Faktor Ekonomi Penyebab Kepindahan Keanggotaan Koperasi Persusuan

ke Kolektor Susu

No Indikator Keterangan

1 Harga Susu Harga susu yang ditawarkan oleh koperasi persusuan

dan kolektor susu kompetitif namun kolektor susu

memiliki kestabilan harga susu yang lebih baik.

2 Pembayaran

Uang Susu Pembayaran uang susu di koperasi persusuan

menggunakan sistem gantung selama 15 hari.

Pembayaran di kolektor susu lebih cepat, dibayarkan

secara langsung 1-2 hari.

3 Pinjaman

Anggota Kemudahan pinjaman anggota di kolektor susu, bunga

dan cicilan ringan.

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

A. Kepuasan terhadap Harga Susu

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya dengan kinerja dan harapan-

Page 36: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

harapannya (Kotler dan Amstrong, 2001). Harga susu dapat menjadi faktor yang

menentukan anggota peternak dalam memilih tempat untuk menyetorkan susunya.

Adanya koperasi persusuan dan kolektor susu membuat harga semakin kompetitif.

Harga susu dapat dipertimbangkan dalam menyetorkan susu. Selengkapnya

terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perbandingan Harga Susu

No Keterangan Koperasi Persusuan Kolektor Susu

1 Harga susu Rp 5.100 – Rp 5.200/liter Rp 4.900 – Rp 5.000/liter

2 Penentuan harga Berdasarkan kualitas susu

(Uji Alkohol, TS dan TPC)

Berdasarkan kualitas susu

(TS dan SNF)

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Tabel 14 menyajikan perbandingan harga susu antara koperasi persusuan

dengan kolektor susu. Harga susu yang ditawarkan koperasi persusuan berkisar dari

Rp 5.100 – Rp 5.200/liter, sedangkan harga susu yang ditawarkan oleh kolektor

susu berkisar dari Rp 4.900 – Rp 5.000/liter. Pada awalnya harga susu yang

ditawakan oleh koletor susu sama dengan koperasi persusuan, namun kemudian

koperasi persusuan menaikkan harga susu agar lebih tinggi daripada kolektor susu.

Hal tersebut merupakan persaingan dalam harga susu agar lebih kompetitif. Harga

susu merupakan salah satu cara dalam menarik anggota peternak agar mau

berpindah atau bergabung keanggotaan ke koperasi persusuan. Namun demikian,

anggota peternak tidak mudah tergiur dengan harga susu tinggi yang ditawarkan

oleh koperasi persusuan, karena banyak faktor yang dipertimbangkan.

Mayoritas informan berpendapat tidak puas dengan harga susu yang

ditawarkan oleh kolektor susu saat ini. Harga susu yang ditawarkan oleh kolektor

susu berkisar antara Rp 4.900 - Rp 5.000/liter. Hal tersebut karena harga susu yang

ditawarkan masih sedikit lebih rendah daripada koperasi persusuan dengan harga

Page 37: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Rp 5.100 – Rp 5.200/liter. Selisih harga susu antara kolektor susu dengan koperasi

persusuan adalah Rp 100 – Rp 200/liter. Informan berpendapat bahwa harga

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan mereka berpindah ke tempat

lain untuk menyetorkan susu. Hal terserbut sesuai dengan literatur yang

menyatakan bahwa harga (pricing) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

konsumen beralih pada perusahaan atau tempat lain karena harga yang dirasakan

tidak dapat memberikan manfaat yang sesuai harapannya (Hawkins dan

Mothersbaugh, 2010). Namun informan berpendapat bahwa selisih harga susu yang

ada diantara koperasi persusuan dan kolektor susu tidak masalah dan bukan

merupakan hal yang utama dipertimbangkan.

Anggota peternak masih dapat menerima selisih harga susu antara kolektor

susu dengan koperasi persusuan. Alasannya karena harga susu yang terdapat di

kolektor susu lebih stabil, walaupun kondisi susu sedikit di bawah kualitas namun

kolektor susu masih membeli susu anggota peternak dengan harga yang layak.

“Saya sebetulnya tidak puas dengan harga susu saat ini, namun saya

menerimanya. Harga susu di koperasi persusuan sedikit lebih mahal

daripada kolektor susu tetapi kurang stabil. Jika susu saya kurang baik

kualitasnya, bisa dibayar kurang dari harga yang ditetapkan. Berbeda

dengan kolektor susu, dibayar tetap pada kisaran harga yang telah

ditentukan”. (KR, 45 Tahun)

Anggota peternak menyadari dan memahami bahwa kolektor susu yang ada

saat ini baru didirikan Tahun 2013 dan masih merintis menjadi usaha yang lebih

berkembang. Anggota peternak meminta harga susu untuk dinaikkan atau minimal

setara dengan koperasi persusuan. Pengurus/petugas kolektor susu melakukan

diskusi dengan anggota peternak dan memutuskan bahwa harga susu akan naik

Page 38: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

secara bertahap dan meminta anggota peternak untuk bekerja sama dalam

memajukan kolektor susu, hal tersebut disanggupi oleh kedua belah pihak.

“Harga susu kami lebih stabil daripada koperasi persusuan. Kami tidak

pernah mempermainkan harga susu yang tinggi demi menarik anggota

bergabung, berbeda dengan koperasi persusuan”. (MF, 40 Tahun)

Cara penentuan harga susu koperasi persusuan berdasarkan uji alkohol,

Total Solid (TS) dan Total Plate Count (TPC). Sedangkan cara penentuan harga

susu kolektor susu berdasarkan uji Total Solid (TS) dan Solid Non Fat (SNF). Uji

alkohol dilakukan untuk memeriksa kesegaran susu pada awal penerimaan susu.

Jika susu yang memiliki kualitas kurang baik (misalnya masam) akan pecah atau

menggumpal jika ditambahkan dengan alkohol 70%. Hal tersebut karena alkohol

memiliki daya dehidrasi yang akan menarik gugus H+ dari ikatan mantel air protein,

sehingga protein dapat melekat satu dengan yang lain yang berakibat terhadap

kurangnya kestabilan protein yang dinamakan susu pecah (Fitrine, 2006).

Uji Total Solid adalah uji untuk mengetahui padatan total dari susu. Total

Solid merupakan komponen susu yang terdiri dari solid non fat dan kadar lemak.

Total Plate Count merupakan uji untuk menentukan jumlah total mikroorganisme

dalam susu segar. Total mikroorganisme mempengaruhi terhadap kualitas susu.

Temperatur dan udara adalah faktor yang mendukung tumbuhnya mikroorganisme.

Pertumbuhan mikroorganisme di bawah pH netral dapat merusak susu dan

menambah banyak jumlah mikroorganisme. Uji Solid Non Fat (SNF) merupakan

uji untuk menetapkan kadar padatan dan mengetahui kadar bahan kering dikurangi

kadar lemak dalam susu berupa laktosa, protein dan mineral dan vitamin (Total

Solid) (Firmansyah, 2018).

Page 39: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

Tujuan dilakukan tes tersebut untuk meminimalisir aksi kecurangan yang

dilakukan oleh anggota peternak seperti mencampurkan air ke dalam susu dan

untuk memperbaiki kualitas pemerahan agar lebih higienis. Informan berpendapat

bahwa pengujian sampel susu dengan uji tersebut sangat baik untuk menjaga

kualitas dan informan berusaha untuk menjaga kualitas susu agar lebih baik. Pada

awalnya informan merasa kesulitan untuk menyesuaikan dengan standar yang ada,

namun selalu berusaha dengan memberikan pakan yang memiliki kualitas yang

baik dan menerapkan kualitas pemerahan yang higienis. Walaupun tidak dapat

dipungkiri pemerahan masih dilakukan secara tradisional dan masih adanya

kontaminasi dari air dan udara yang dapat berpengaruh terhadap kualitas susu sapi.

B. Kepuasan terhadap Waktu Pembayaran Uang Susu

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya dengan kinerja dan harapan-

harapannya (Kotler dan Amstrong, 2001). Kepuasan terhadap waktu pembayaran

uang susu dikaji dari penilaian informan terhadap sistem pembayaran uang susu

antara koperasi persusuan dan kolektor susu. Sistem pembayaran uang susu tersaji

pada tabel berikut ini.

Tabel 15. Waktu Pembayaran Uang Susu

No Lokasi Sistem Pembayaran Uang Susu

1 Koperasi Persusuan Dengan sistem tunda, selama 15 hari

2 Kolektor Susu Dengan sistem langsung, selama 1-2 hari

Sumber: Hasil Wawancara Penelitian

Tabel 15 menunjukkan perbedaan sistem pembayaran uang susu diantara

koperasi persusuan dan kolektor susu. Seluruh informan lebih suka dengan sistem

pembayaran uang susu yang terdapat di kolektor susu. Sistem pembayaran uang

susu yang terdapat di koperasi persusuan adalah dengan sistem gantung selama 15

Page 40: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

hari. Jika anggota peternak melakukan penyetoran susu dari tanggal 1 – 15 setiap

bulannya, maka uang pembayaran uang susu akan cair pada tanggal 1 atau 2 bulan

depan. Hal tersebut dirasakan oleh informan sangat memberatkan. Informan

berpendapat bahwa sistem pembayaran uang susu yang terdapat di koperasi

persusuan kurang baik dan tidak disukai oleh anggota peternak. Alasanya sangat

sederhana, anggota peternak tidak memiliki pemasukan sehingga harus melakukan

pinjaman atau mencari sumber penghasilan lainnya hingga pembayaran uang susu

dibayarkan bulan depan.

Sistem pembayaran uang susu yang terdapat di kolektor susu dengan sistem

langsung 1 atau 2 hari. Jika anggota peternak melakukan penyetoran susu dari

tanggal 1 – 15 setiap bulannya, maka pembayaran uang susu akan cari pada hari ke-

16 atau 17. Hal tersebut lebih disukai oleh informan, karena informan memiliki

penghasilan dan tidak harus bergantung dengan meminjam uang kepada orang lain

guna keberlangsungan usaha ternak sapi perah dan keperluan sehari-hari.

“Saya lebih menyukai sistem pembayaran di kolektor susu. Dibayarkan

setelah 15 hari penyetoran susu tanpa penundaan hingga bulan depan.

Biasanya memerlukan 1-2 hari sudah dibayarkan. Saya tidak perlu pusing

mencari biaya atau pinjaman untuk usaha ternak sapi atau keperluan

sehari-hari”. (IM, 39 Tahun)

“Pembayaran uang susu dilakukan setiap awal bulan dan atau pertengahan

bulan, tepatnya setelah 15 hari penyetoran susu. Dana akan dibayarkan jika

tidak ada hari libur nasional, karena kami harus mengambil uang di bank”.

(MF, 40 Tahun)

Informan menyatakan puas terhadap waktu pembayaran uang susu oleh

kolektor susu. Kepuasan tersebut dengan membandingkan pengalaman informan

yang telah di dapat sebelumnya dengan kondisi yang ada sekarang. Hal tersebut

sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen terpenuhi akan

Page 41: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

suatu produk atau jasa jika apa yang diharapkan (ekspektasi) sesuai dengan kondisi

yang ada (Kotler dan Keller, 2008).

C. Kepuasan terhadap Pinjaman Anggota

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya dengan kinerja dan harapan-

harapannya (Kotler dan Amstrong, 2001). Pinjaman anggota merupakan salah satu

program pelayanan yang disediakan oleh koperasi persusuan dan kolektor susu.

Masing-masing tempat yaitu koperasi persusuan dan kolektor susu memiliki

kebijakan yang berbeda terkait aturan dan kemudahan pinjaman untuk anggota.

Untuk pelayanan pinjaman yang diberikan oleh koperasi persusuan, pada umumnya

informan merasa kurang puas. Ketidakpuasan merupakan kondisi kecewa yang

timbul akibat membandingkan kinerja (hasil) yang tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan (ekspektasi) (Kotler dan Keller, 2008). Hal tersebut dikarenakan

anggota peternak merasa bahwa koperasi persusuan mempersulit anggota peternak

dengan segala persyaratan.

Anggota peternak yang memiliki 1 ekor ternak laktasi akan sulit untuk

mendapatkan pinjaman karena dinilai oleh pihak koperasi persusuan akan sulit

melakukan pembayaran karena pendapatan yang cukup rendah dan rawan untuk

terjadinya masalah di hari yang akan datang. Padahal banyak anggota peternak yang

mengharapkan mendapatkan bantuan pinjaman guna membantu usaha ternak dan

kehidupan mereka.

Pencairan dana pun tidak sesuai dengan pengajuan awal, salah satu

informan mengungkap mengajukan pinjaman sebesar Rp 2.000.000 namun hanya

mendapatkan Rp 1.000.000 tanpa penjelasan yang jelas oleh pihak koperasi

persusuan. Pencairan dana cukup lama, dapat mencapai ± 1 bulan. Untuk bunga dan

Page 42: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

cicilan yang diberikan koperasi persusuan, anggota peternak merasa puas karena

bunga yang dikenakan tidak terlalu berat ± 1,5% dengan masa cicilan 10 kali

potongan.

Pelayanan pinjaman yang diberikan oleh kolektor susu, seluruh informan

menyatakan puas karena sesuai dengan yang mereka harapkan. Literatur

menyatakan bahwa salah satu indikator yang mempengaruhi kepuasan pelanggan

adalah kualitas pelayanan. Jika pelayanan yang diberikan baik akan berpengaruh

terhadap persepsi konsumen (Kotler dan Amstrong, 2001). Informan berpendapat

bahwa kolektor susu mempermudah anggota peternak untuk mendapatkan

pinjaman. Bahkan pengurus kolektor susu kerap menawarkan secara inisiatif

pinjaman kepada anggota peternak. Pinjaman yang diberikan oleh kolektor susu

terhadap anggota peternak sangat mudah. Persyaratan dinilai tidak rumit dan dana

pencairan selalu sesuai. Bahkan pencairan dana tidak memerlukan waktu yang

lama, hanya sekitar 1-3 hari dari pengajuan. Untuk bunga yang dikenakan oleh

kolektor susu ± 1,5% dengan masa cicilan 10 kali potongan, sama seperti koperasi

persusuan. Kepuasan tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

kepuasan konsumen terpenuhi akan suatu produk atau jasa jika apa yang diharapkan

(ekspektasi) sesuai dengan kondisi yang ada (Kotler dan Keller, 2008).

Informan merasa sangat terbantu dengan pinjaman yang diberikan oleh

kolektor susu guna menjamin keberlangsungan usaha ternak sapi perah dan

keperluan rumah tangga.

“Saya orang kecil tidak punya apa-apa, beternak hanya untuk melanjutkan

kehidupan. Ternak saya jumlahnya semakin menurun dan saya kesulitan

untuk membeli pakan ternak karena harganya semakin mahal sedangkan

penghasilan dari beternak minim dan kurang untuk kehidupan sehari-hari.

Pinjaman yang diberikan oleh kolektor susu sangat membantu usaha

ternak dan kehidupan saya. Pengurus tidak mempersulit, potongan per

Page 43: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2015/200110150124_4_8202.pdf · 4.1.2 Keadaan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cisarua Kondisi

bulan ringan dan tidak berat. Saya berterima kasih kepada pengurus yang

sudah memberikan perhatian kepada saya”. (DD, 71 Tahun).

“Saya selalu menawarkan pinjaman uang kepada anggota peternak pada saat

saya berkunjung ke kandang mereka. Saya tidak mempersulit persyaratan

dan pencairan dana”. (MF, 40 Tahun)