IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN A. Sejarah …digilib.unila.ac.id/2211/12/BAB IV.pdfkembali UUD...

28
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN A. Sejarah Berdirinya Partai GOLKAR Semangat kekaryaan yang terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap Golongan Karya bibitnya telah tumbuh ketika pembahasan penyusunan UUD 1945 sedang dilakukan. Namun kedudukanya secara formal belum diatur dengan tegas pada awal kemerdekaan, hingga keluarnya Maklumat Wakil Presiden. Pada tanggal 16 Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil Presiden Nomor X, yang disusul kemudian dengan Maklumat Presiden tanggal 3 November 1945, yang memberi kesempatan mendirikan partai-partai politik dengan ideologi yang beraneka ragam. Kehidupan politik dengan sistem multi partai sejak diberlakukanya Maklumat Wakil Presiden Nomor X berlangsung sampai tahun 1957 yang dikenal dengan zaman demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Pada zaman demokrasi parlementer ini kendali percaturan politik berada di tangan partai-partai politik, namun tidak ada satupun partai politik yang cukup dominan mengendalikan parlemen maupun pemerintahan. Keadaan tersebut mengakibatkan kabinet silih berganti mengikuti pergantian partai yang berkuasa dimasa itu. Puncak pertentangan partai-partai politik pada masa demokrasi parlementer adalah dimana terjadi kegagalan Konstituante dalam menetapkan dasar negara

Transcript of IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN A. Sejarah …digilib.unila.ac.id/2211/12/BAB IV.pdfkembali UUD...

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Partai GOLKAR

Semangat kekaryaan yang terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap Golongan

Karya bibitnya telah tumbuh ketika pembahasan penyusunan UUD 1945 sedang

dilakukan. Namun kedudukanya secara formal belum diatur dengan tegas pada

awal kemerdekaan, hingga keluarnya Maklumat Wakil Presiden. Pada tanggal 16

Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil Presiden Nomor X, yang disusul

kemudian dengan Maklumat Presiden tanggal 3 November 1945, yang memberi

kesempatan mendirikan partai-partai politik dengan ideologi yang beraneka

ragam.

Kehidupan politik dengan sistem multi partai sejak diberlakukanya Maklumat

Wakil Presiden Nomor X berlangsung sampai tahun 1957 yang dikenal dengan

zaman demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Pada zaman demokrasi

parlementer ini kendali percaturan politik berada di tangan partai-partai politik,

namun tidak ada satupun partai politik yang cukup dominan mengendalikan

parlemen maupun pemerintahan. Keadaan tersebut mengakibatkan kabinet silih

berganti mengikuti pergantian partai yang berkuasa dimasa itu.

Puncak pertentangan partai-partai politik pada masa demokrasi parlementer

adalah dimana terjadi kegagalan Konstituante dalam menetapkan dasar negara

44

pada tahun 1959. Pertentangan tersebut berpusat pada adanya partai–partai

politik yang gigih mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, tetapi

adapula partai–partai politik yang menghendaki dan dan memperjuangkan

Syariat Islam sebagai dasar negara.

Untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari kekacauan dan kehancuran, maka

Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang

memberlakukan kembali UUD 1945 dimana dalam pembukaanya menuat

Pancasila yang resmi dan asli sebagai dasar negara. Setelah diberrlakukanya

kembali UUD 1945 partai politik yang ada di Indonesia mulai disederhanakan

dimana pada poermulaan tahun 1961 hanya diakui 10 partai.

Penyederhanaan jumlah partai peserta pemilu setelah dikeluarkanya dekrit

presiden 5 juli 1959 ternyata tidak mengurangi pertentangan ideologi di dalam

masyarakat. Pertentangan ideologi yang terjadi dimasyarakatr disebabkan

adanya format politik NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) yang digagas

oleh Presiden Soekarno. PKI yang merupakan tulang punggung NASAKOM

menuntut agar semua lembaga negara dan lembaga kemasyarakatan termasuk

golongan fungsional dinasakomkan.

Sebagai perlawanan terhadap tekanan-tekanan PKI dan dalam rangka

pelaksanaan UUD 1945, maka golongan – golongan fungsional yang tidak

berafiliasi pada partai politik dan dengan dukungan TNI berjuang keras untuk

memformalkan kehadiranya di dalam masyarakat. Berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 12 Tahun 1959, diangkatlah 200 orang waki–wakil Golongan

45

Karya di MPRS kemudian dengan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1964

diakuilah wakil-wakil Golongan Karya di Front Nasional.

Dengan adanya pengakuan tentang kehadiran dan legalitas golongan fungsional

di MPRS dan Front Nasional, maka atas dasar dorongan TNI dibentuklah

Sekretariat Bersama Golongan Karya atau disingkat SEKBER GOLKAR pada

tanggal 20 Oktober 1964. Tanggal inilah yang kemudian dijadikan hari lahirnya

GOLKAR. Pada masa awal pertumbuhan SEKBER GOLKAR beranggotakan 61

organisasi fungsional, kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional

karena golongan–golongan fungsional lainya sudah menyadari bahwa SEKBER

GOLKAR berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta tujuan dan haluanya

adalah Demokrasi Pancasila untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam SEKBER GOLKAR ini

kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh)

Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)

2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)

3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)

4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)

6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)

7. Gerakan Pembangunan untuk menghadapi Pemilu 1971

Ke-7 (tujuh) KINO yang merupakan kekuatan inti dari SEKBER GOLKAR

tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970 untuk

46

ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar yaitu

Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971 tetap

dipertahankan sampai sekarang. Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut

serta menjadi salah satu konsestan. Pihak parpol memandang remeh

keikutsertaan GOLKAR sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan

kemampuan komunikasi politik GOLKAR kepada Grassroot level. NU, PNI dan

Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin

keluar sebagai pemenang.

Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal mereka telah

membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR. Hasilnya di luar dugaan.

GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan 34.348.673 suara atau

62,79 % dari total perolehan suara. Perolehan suaranya pun cukup merata di

seluruh Propinsi, berbeda dengan parpol yang berpegang kepada basis

tradisional. NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai

Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera

Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga

tidak memperoleh kursi DPR.

Sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali

kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 SEKBER GOLKAR

mengubah dirinya menjadi GOLKAR. GOLKAR menyatakan diri bukan parpol

karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan

mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR

menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di Surabaya. Mayjen Amir

47

Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun mulai

berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan

Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia

(HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).

Setelah Peristiwa G30S maka, SEKBER GOLKAR dengan dukungan

sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer melancarkan aksi-aksinya

untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI. Pada dasarnya GOLKAR dan

TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru. Semua politik

Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan

GOLKAR. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa jabatan-jabatan dalam

struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh

kader-kader GOLKAR. Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan

konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal yaitu

jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G

untuk lingkungan sipil di luar birokrasi.

Memasuki reformasi tuntutan mundur Presiden Soeharto menggema di mana-

mana. Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan oleh gerakan mahasiswa. Hal ini

kemudian berimbas pada GOLKAR. Karena Soeharto adalah PENASEHAT

PARTAI maka GOLKAR juga dituntut untuk dibubarkan. Saat itu GOLKAR

dicerca di mana-mana. Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era

ini kemudian mati-matian mempertahankan partai. Dibawah kepemimpinan

Akbar, GOLKAR berubah wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu GOLKAR juga

mengusung citra sebagai GOLKAR baru.

48

Upaya Akbar tak sia-sia, dia berhasil mempertahankan GOLKAR dari serangan

eksternal dan krisis citra. Partai GOLKAR kemudian ikut dalam Pemilu 1999,

berkompetisi bersama partai-partai baru di era multipartai. Pada pemilu pertama

di Era Reformasi ini Partai GOLKAR mengalami penurunan suara di peringkat

ke dua di bawah PDIP dengan. Namun pada pemilu berikutnya GOLKAR

kembali unggul. Pada pemilu legislatif 2004 GOLKAR menjadi pemenang

pemilu legislatif dengan 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah.

B. Posisi dan Peran Partai GOLKAR di Masa Orde Baru

Memasuki Orde Baru untuk memantabkan GOLKAR maka diadakanlah

Musyawarah Kerja Nasional I (MUKERNAS I) SEKBER GOLKAR dari

tanggal l9 sampai dengan 11 Desember 1965, dengan tema “Konsolidasi

Organisasi dan Partisipasi Terhadap Timbulnya Orde Baru.” Pada MUKERNAS

ini berhasil menyusun program konsolidasi organisasi dan program perjuangan

di segala bidang dalam rangka usaha menegakan Orde Baru.

Pada masa Orde Baru ini SEKBER GOLKAR tumbuh dan berkembang

bersama-sama dengan ekspon-eksponen Orde Baru lainya yang mempelopori

pembaharuan kehidupan politik berdasarkan konsepsi pelaksanaan Pancasila dan

UUD 1945 secara murni dan konsekuen serta melaksanakan pembangunan

nasional di segala bidang sebagai upaya pengisian cita-cita Proklamasi.

Pada masa Orde Baru, GOLKAR memposisikan diri sebagai kekuatan sosial

politik pendukung Orde Baru dimana kekuatan sosial politik sebagai pendukung

Orde Baru ini tercermin dari setiap pelaksanaan MUNAS GOLKAR yang

senantiasa menghasilkan keputusan yang memberikan dukungan terhadap

49

program-program pemerintah. Program organisasi selalu disinkronkan dengan

program pemerintah yang mendapatkan dukungan serta legitimasi dari lembaga

legislatif yang dikuasai oleh GOLKAR.

Kedudukan Ketua Dewan Pembina GOLKAR yang juga merupakan Presiden

(MANDATARIS MPR) memiliki wewenang yang dominan dalam keputusan–

keputusan GOLKAR, bahkan dapat membatalkan keputusan–keputusan yang

dihasilkan oleh musyawarah organisasi dan membekukan Dewan Pengurus.

Kedudukan Ketua Dewan Pembina yang dominan tersebut menyebabkan

berkurangnya kemandirian dimana kebijakan–kebijakan penting dan esensial

GOLKAR harus terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Dewan Pembina

sehingga kepengurusan terkesan telah kehilangan kreatifitas khususnya yang

berkaitan dengan perkembangan demokrasi.

GOLKAR memiliki ciri khas pada masa Orde Baru dimana ciri khas tersebut

terdiri dari 4 hal utama yaitu : yang pertama dikenalnya istilah”sistem tiga jalur”

(A ABRI, B Birokrasi, G GOLKAR), kedua, dominanya peranan Dewan

Pembina, ketiga, pengambilan keputusan selalu dari atas (top down) dan

keempat, sangat menghindari pemungutan suara (voting) untuk menentukan

pimpinan organisasi disemua tingkatan atau dari ketua umum DPP sampai pada

tingkatan kepengurusan terbawah.

Fenomena yang tergambarkan dari kehidupan kekuatan sosial politik terkesan

terlalu kaku, struktural, institusional dan formalistik. Seluruh kekuatan sosial

politik baik secara diam-diam maupun terang-terangan diarahkan untuk

memberikan dukungan berupa legitimasi yang kuat kepada Pemerintahan Orde

50

Baru. Kondisi tersebut tercipta akibat berkembangtnya sistem politik yang

menempatkan pembangunan ekonomi sebagai prioritas utama yang dikenal

dengan nama pembangunanisme (developmentalisasi). Hal ini diterima luas oleh

sebagian besar elit dan massa. Salah satu syarat pembangunan ekonomi itu ialah

adanya stabilitas politik dengan jalan mengurangi partisipasi politik dan

membatasi kebebasan politik.

Pembangunanisme melahirkan budaya politik teknokratik (mengutamakan

kemampuan teknis/keahlian) dan birokratik (pengaturan dari atas dan

sentralistik) hal ini menjadi apopulis dan apolitik. Dalam bingkai itulah

golongan fungsional memastikan persemian yang subur untuk tumbuh dan

dalam masa awal orde baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan

pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi selama 30 tahun.

C. Perkembangan Partai GOLKAR Era Reformasi

Sejak pelakssanaan MUNASLUB GOLKAR pada bulan juli 1998 GOLKAR

semakin menegaskan untuk memperbaharui dirinya sesuai dengan tuntutan

reformasi. Visi dan misi Partai GOLKAR baru kedepan memang tampak

berbeda dengan GOLKAR lama, ada beberapa ciri yang tidak lagi melekat

sebagai masa lampau, sekalipun Partai GOLKAR juga tetap mempertahankan

citra sejarahnya sebagai kekuatan politik nasional yang memperjuangkan

kepentingan bangsa dan negara.

Beberapa hal yang dapat dilihat sebagai perbedaan yang signifikan dengan

GOLKAR masa lampau adalah pembaruan Partai GOLKAR. Struktur

kepemimpinan Partai GOLKAR era reformasi tidak lagi mempunyai institusi

51

Dewan Pembina. Sebelumnya Dewan Pembina GOLKAR dipimpin oleh

Presiden, sekarang ini dihapus. Partai GOLKAR menghapus institusi Dewan

Pertimbangan di propinsi, Ketua Dewan Pertimbangan itu adalah Gubernur.

Partai GOLKAR tidak lagi Ketua Dewan Penasehat di Kabupaten/Kota, yang

semula dijabat oleh Bupati.

Secara struktural dan dalam konteks kader, Partai GOLKAR tidak lagi

mempunyai hubungan politik internal dengan pemerintah. Dengan melakukan

reformasi pada struktur kepemimpinan berarti proses pengambilan keputusan

internal partai GOLKAR dilakukan oleh dewan pimpinan pusat sendiri. Sebagai

akibat perampingan struktur kepemimpinan dalam tubuh Partai Golkar, maka

pemilihan pimpinan Partai GOLKAR yang selama ini selalu berdasarkan

tuntutan, arahan dan keputusan dari atas, maka pemilihan Pimpinan Partai

GOLKAR justru bersumber dari hasil pelaksanaan pemilihan langsung arus

aspirasi politik dalam dalam pemilihan sangat terbalik, apabila dulu diturunkan

dari atas kebawah (top down) maka sekarang dipilih dari bawah (bottom up).

Ketua umum DPP Partai GOLKAR terpilih berdasarkan pemilihan langsung dan

berdasarkan aspirasi dari bawah.

Perubahn prinsip yang terjadi di tubuh Partai GOLKAR di era reformasi telah

mngubah posisi politik dimana dahulu GOLKAR sulit dipisahkan dari

pemerintah, dengan adanya jalur ABRI, Birokrasi dan GOLKAR maka sering di

identikan dengan pemerintah. Partai GOLKAR baru adalah organisasi politik

yang telah mengalami reformasi internal dan struktur melalui penyesuaian diri

terhadap tuntutan reformasi. Paling tidak ada dua faktor penting yang amat

mempengaruhi pembaharuan dalam tubuh golkar. Pertama, keinginan internal

52

Partai GOLKAR dan kedua, adanya desakan eksternal. Karena Partai GOLKAR

berada pada lingkungan dimana perubahan– perubahan terjadi sejalan dengan

tuntutan reformasi, maka desakan eksternal untuk reformasi tidak dapat

dihindarkan.

D. Visi dan Misi Partai GOLKAR

Sejalan dengan cita-cita para bapak pendiri negara (the founding fathers) kita

bahwa tujuan kita bernegara adalah melindungi segenap tumpah darah

Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia dan ikut menciptakan perdamaian dunia, maka Partai

GOLKAR sebagai pengemban cita-cita Proklamasi menegaskan visi

perjuangannya untuk menyertai perjalanan bangsa mencapai cita-citanya.

Partai GOLKAR berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern,

bersatu, damai, adil dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan

bertaqwa, berahlak baik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, cinta tanah air,

demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka,

egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang

tinggi.

Berdasarkan visi tersebut maka Partai GOLKAR hendak mewujudkan

kehidupan politik nasional yang demokratis melalui pelaksanaan agenda-agenda

reformasi politik yang diarahkan untuk melakukan serangkaian koreksi

terencana, melembaga dan berkesinambungan terhadap seluruh bidang

53

kehidupan. Reformasi pada sejatinya adalah upaya untuk menata kembali sistim

kenegaraan kita disemua bidang agar kita dapat bangkit kembali dalam suasana

yang lebih terbuka dan demokratis. Bagi Partai GOLKAR upaya mewujudkan

kehidupan politik yang demokratis yang bertumpu pada kedaulatan rakyat

adalah cita-cita sejak kelahirannya.

Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin dan mewujudkan visi Partai

GOLKAR maka misi dari perjuangan Partai GOLKAR adalah:

1. Menegakkan, mengamalkan, dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar

negara dan idiologi bangsa demi untuk memperkokoh Negara Kesatuan

Republik Indonesia

2. Mewujudkan cita-cita Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan

nasional di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis,

menegakkan supremasi hukum, mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan hak-

hak asasi manusia.

E. Tujuan Pokok dan Fungsi Partai GOLKAR

Partai GOLKAR merupakan partai yang berasaskan Pancasila dan bersifat

mandiri, terbuka, demokratis, moderat, solid, mengakar, responsif, majemuk,

egaliter, serta berorientasi pada karya dan kekaryaan.

1. Tujuan partai GOLKAR

Partai GOLKAR merupakan sebuah partai yang memiliki tujuan :

a. Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila serta menegakkan UUD

1945.

54

b. Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud dalam pembukaan

UUD 1945;

c. Menciptakan masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

d. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan

kehidupan demokrasi, yang menjunjung tinggi dan menghormati

kebenaran, keadilan, hukum, dan Hak Asasi Manusia.

2. Tugas Pokok Partai GOLKAR

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud sebelumnya diatas maka,

tugas pokok Partai GOLKAR adalah memperjuangkan terwujudnya

peningkatan segala aspek kehidupan yang meliputi ideologi, politik, ekonomi,

agama, sosial budaya, hukum, serta pertahanan dan keamanan nasional guna

mewujudkan cita-cita nasional.

3. Fungsi

Partai GOLKAR yang merupakan partai politik yang berlandaskan Pancasila

memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan politik yang demokrasi

berlandaskan Pancasila. Fungsi–fungsi tersebut meliputi :

a. Menghimpun persamaan sikap politik dan kehendak untuk mencapai

cita-cita dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material dan

spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

b. Mempertahankan, mengemban, mengamalkan, dan membela Pancasila

serta berorientasi pada program pembangunan di segala bidang tanpa

membedakan suku, agama, ras, dan golongan;

55

c. Menyerap, menampung, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi

rakyat, serta meningkatkan kesadaran politik rakyat dan menyiapkan

kader-kader dengan memperhatikan kesetaraan gender dalam segala

aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

F. Struktur Organisasi, Wewenang dan Kewajiban

Struktur Organisasi Partai GOLKAR terdiri atas tingkat Pusat, tingkat Provinsi,

tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kecamatan, dan tingkat Desa/Kelurahan atau

sebutan lainnya, yang masing-masing berturut-turut dipimpin oleh Dewan

Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Dewan Pimpinan Daerah

Kabupaten/Kota, Pimpinan Kecamatan dan Pimpinan Desa/Kelurahan atau

sebutan lain.

1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP)

Dewan Pimpinan Pusat adalah badan pelaksana tertinggi partai yang bersifat

kolektif yang memiliki wewenang :

1. Menentukan kebijakan tingkat nasional sesuai dengan Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional/ Musyawarah

Nasional Luar Biasa, dan Rapat Pimpinan Nasional, serta Peraturan

Organisasi Partai GOLKAR.

2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan DPP Partai

GOLKAR mengesahkan komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan

Daerah Provinsi

3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah

Provinsi

56

4. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga

Dewan Pimpinan Pusat selain memiliki wewenang juga memiliki kewajiban,

kewajiban Dewan Pimpinan Pusat adalah:

1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran

Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat

Tingkat Nasional, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.

2. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional.

2. Dewan Pimpinan Daerah (DPD)

Dewan Pimpinan Daerah Provinsi adalah badan pelaksana partai yang bersifat

kolektif di tingkat Provinsi yang memiliki wewenang:

1. Menentukan kebijakan tingkat Provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat

Nasional maupun tingkat Provinsi, serta Peraturan Organisasi Partai

GOLKAR.

2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan DPD Partai

GOLKAR Provinsi.Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan

Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.

3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah

Kabupaten/Kota.

Dewan Pimpinan Daerah Provinsi memiliki kewajiban:

1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran

Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik

57

tingkat Nasional maupun tingkat Provinsi serta Peraturan Organisasi Partai

GOLKAR.

2. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah Provinsi.

3. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota

Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota adalah badan pelaksana partai yang

bersifat kolektif di tingkat Kabupaten/Kota. Dewan Pimpinan Daerah

Kabupaten/Kota berwenang:

1. Menentukan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran

Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik

tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten/Kota, serta

Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.

2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan DPD Partai

GOLKAR Kabupaten/Kota.

3. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pimpinan Kecamatan.

4. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Kecamatan;

Sedangkan kewajiban dariDewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota adalah :

1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran

Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik

tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten/Kota, serta

Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.

2. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Daerah

Kabupaten/Kota.

58

4. Pimpinan Kecamatan

Pimpinan Kecamatan adalah badan pelaksana partai yang bersifat kolektif di

tingkat Kecamatan. Pimpinan Kecamatan memiliki wewenang::

1. Menentukan kebijakan tingkat Kecamatan sesuai dengan Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat

Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, maupun tingkat

Kecamatan, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.

2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan Pimpinan

Kecamatan Partai GOLKAR.

3. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pimpinan Desa/Kelurahan atau

sebutan lain.

4. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Desa/Kelurahan atau

sebutan lain.

Pimpinan Kecamatan memiliki kewajiban yaitu :

1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran

Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik

tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, maupun tingkat

Kecamatan, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.

2. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Kecamatan.

5. Pimpinan Desa/Kelurahan

Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah Badan Pelaksana Partai

yang bersifat kolektif di tingkat Desa/Kelurahan memiliki wewenang

59

menentukan kebijakan tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain sesuai

Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan

Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat

Kecamatan maupun tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain, serta Peraturan

Organisasi Partai GOLKAR. Sedangkan kewajiban Pimpinan Desa/Kelurahan

adalah:

1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran

Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik

tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat

Kecamatan, maupun tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain, serta

Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.

2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan Pimpinan

Desa/Kelurahan atau sebutan lain Partai GOLKAR.

3. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Desa/Kelurahan atau

sebutan lain.

6. Badan dan Lembaga Partai GOLKAR

Badan dan atau Lembaga dapat dibentuk di setiap tingkatan organisasi sesuai

dengan kebutuhan yang berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan

program Partai. Komposisi dan personalia kepengurusan Badan dan atau

Lembaga diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Partai sesuai

dengan tingkatannya. Badan dan atau Lembaga dapat melakukan koordinasi

dengan Badan atau Lembaga yang berada satu tingkat di bawahnya Jenis

Badan- badan yang dibentuk partai GOLKAR antara lain :

60

1. Badan penelitian dan pengembangan

2. Badan informasi dan komunikasi

3. Badan advokasi hukum, hak asasi manusia ddan otonomi daerah

4. Badan pengembangan seni, budaya dan pariwisata

Sedangkan jenis – jenis lembaga yang dibentuk oleh partai GOLKAR yaitu:

1. Lembaga pengelola kaderisasi

2. Lembaga pelatihan profesi masyarakat (LPPM)

3. Lembaga pemenangan pemilu

4. Lembaga pengkajian dan pengembangan ekonomi dan usaha kecil

menenganh (UKM)

7. Organisasi Sayap Partai GOLKAR

Partai GOLKAR memiliki Organisasi Sayap yang merupakan wadah

perjuangan sebagai pelaksana kebijakan partai yang dibentuk untuk mmenuhi

kebutuhan strategis, dalam rangka memperkuat basis dukungan partai.

Pembentukan Organisasi Sayap diusulkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan

ditetapkan oleh Rapat Pimpinan Nasional. Organisasi Sayap di setiap tingkatan

memiliki struktur organisasi dan kewenangan untuk mengelola dan

melaksanakan kegiatan organisasi sesuai bidang/kelompok strategisnya, yang

dalam pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pada Dewan Pimpinan Partai

sesuai tingkatannya.

Ketua Umum dan Ketua-Ketua Organisasi Sayap sesuai tingkatannya secara

ex-officio dijabat oleh Wakil Ketua terkait pada Dewan Pimpinan/Pimpinan

Partai ditingkatannya. Kepengurusan Organisasi Sayap ditetapkan oleh Dewan

61

Pimpinan/ Pimpinan Partai sesuai tingkatannya Partai Golongan Karya

memiliki Organisasi Sayap Perempuan, yaitu Kesatuan Perempuan Partai

Golongan Karya (KPPG) dan Organisasi Sayap Pemuda yaitu Angkatan Muda

Partai Golongan Karya (AMPG) dan dapat membentuk Organisasi Sayap

lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan Partai.

8. Dewan Pertimbangan

Partai GOLKAR memiliki Dewan Pertimbangan yang berfungsi memberi

saran, nasehat, dan pertimbangan kepada Dewan Pimpinan/Pimpinan Partai

GOLKAR sesuai dengan tingkatannya. Dewan Pertimbangan memberi saran,

nasehat, dan pertimbangan atas kebijakan-kebijakan organisasi yang bersifat

strategis, baik internal maupun eksternal, yang akan ditetapkan oleh Dewan

Pimpinan/Pimpinan Partai sesuai dengan tingkatannya.

Ketua Dewan Pertimbangan ditetapkan oleh MUNAS, MUSDA, MUSCAM,

dan MUSDES/MUSLUR melalui Tim Formatur. Susunan dan personalia

Dewan Pertimbangan ditetapkan oleh Ketua Dewan Pertimbangan bersama

Ketua Umum/Ketua Dewan Pimpinan/ Pimpinan Partai sesuai tingkatannya.

9. Fraksi

Partai GOLKAR memiliki Fraksi dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota yang komposisi dan personalianya ditetapkan oleh Dewan

Pimpinan sesuai tingkatannya;

62

Fraksi adalah Badan Pelaksana Kebijakan Partai GOLKAR di Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota dalam memperjuangkan

aspirasi dan kepentingan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

G. Persyaratan Calon Kepala Daerah dari Partai GOLKAR

Proses rekrutmen merupakan politik partai politik mnerupakan ajang untuk

mendapatkan Calon yang terbaik. Untuk mendapatkan Calon yang dinginkan

maka perlu dibuk persyaratan-persyaratan yang menjadi patokan dalam

menentukan pilihan. Syarta-syarat yang harus di penuhi berupa syarat-syarat UU

no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan syarat-syarat yang dibuat oleh

partai.

1. Persyaratan umum

Persyaratan Calon kepala daaerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai pasal 58

undang-undang no. 32 tahun 2004 yaitu sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

a. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17

Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta

Pemerintah.

b. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas

dan/atau sederajat.

63

c. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun pada saat

pendaftaran.

d. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan

menyeluruh dari tim dokter.

e. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak

pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

atau lebih.

f. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

g. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya.

h. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan.

i. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara.

j. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

k. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

l. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum

mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak.

m. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain

riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau

istri.

64

n. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala

Daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama.

o. Tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Daerah.

2. Persyaratan khusus

Persyaratan khusus bagi kader maupun non kader Partai GOLKAR untuk

menjadi kepala daera atau Calon Wakil Kepala Daerah dari Partai

GOLKAR adalah :

1. Mengakar:

a. Memiliki integritas moral yang baik

b. Tokoh yang populer

c. Menjadi panutan

2. Berkemampuan :

a. Pendidikan diutamakan lebih tinggi dari SLTA atau sederajat

b. Berpengalaman luas dibidang sosial kemasyarakatan

c. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tanpa cela.

Diutamakan yang tidak memiliki masalah hukum

d. Untuk Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah usianya

maksimal 65 tahun

e. Memiliki dukungan politik yang luas secara nyata di daerahnya,

sesuai hasil survei dan pengkajian oleh lembaga survei independen

yang ditunjukan oleh DPP Partai GOLKAR

3. Bersedia melaksanakan visi, misi dan platform perjuangan Partai

GOLKAR serta memiliki komitmen untuk memajukan Partai

GOLKAR

65

4. Menyampaikan kelengkapan administsasi berikut:

a. Surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai Calon

Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah.

b. Surat pernyataan tidak pernah mengundurkan diri dari sebagai

Calon

c. Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan

apabila terpilih menjadi Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah

sesuai peraturan perundang-undangan

d. Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon

yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota TNI, dan anggota

POLRI.

e. Surat pernyataan tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD

tempat yang bersangkutan menjadi Calon di daerah yang menjadi

wilayah kerjanya.

f. Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD,

DPRD, yang mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Daerah dan

wakil Kepala Daerah.

g. Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan tim pilkada

Kabupaten bagi Calon yang berasal dari pimpinan Partai GOLKAR

yang juga duduk sebagai pimpinan atau anggota Tim Pemilukada

Kabupaten

h. Surat pernyataan mengundurkan diri untuk sementara dari jabatan

ketua DPD Partai GOLKAR Kabupaten, terhitung sejak mulai

tanggal pendaftaran di sekretariat Tim Pemilukada Kabupaten

66

sampai dengan penetapan Calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala

Daerah dari Partai GOLKAR.

H. Gambaran Umum DPD II Partai Golkar Kabupaten Tanggamus.

DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus terbentuk sejak tahun 1997

sejalan dengan diresmikannya Tanggamus menjadi Kabupaten pada tanggal 21

Maret 1997. DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus beralamat di

Jalan Ir. Hi. Juanda, Kecamatan Kota Agung Pusat Kabupaten Tanggamus.

DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus saat ini memiliki 20 PK

(Pengurus Kecamatan) yang tersebar disetiap Kecamatan yang ada di

Kabupaten Tanggamus.

DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus telah memenuhi persyaratan

untuk mengusulkan Calon Kepala Daerah dengan perolehan jumlah kursi 15

(lima belas) persen sebagai persyaratan Pilkada Kabupaten Tanggamus 2012.

Dengan total 45 kursi di DPRD Tanggamus, sehingga pada pada Pemilihan

Umum Kepala Daerah Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 mengusung calon

sendiri yang berasal dari kader Partai GOLKAR.

DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus memiliki 76 personalia dalam

struktur organisasi partai. Komposisi Personalia DPD II Partai GOLKAR

terdiri dari Ketua DPD, Wakil Ketua Bidang, Sekretaris, Wakil Sekretaris,

Bendahara, Wakil Bendahara, Ketua Dan Wakil Ketua Bagian-Bagian serta

Anggota Bagian. Berdasarkan Kep-25/DPDPG-I/LPG/VII/2011 Aspin Tarmizi

ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten

67

Tanggamus untuk periode 2009-2015 sehingga pada masa Pilkada Kabupaten

Tanggamus Tahun 2012 Ketua DPD II Partai GOLKAR Kabupaten

Tanggamus masih dipimpin oleh Aspin Tarmizi.

Setelah Pilkada Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 berakhir, pucuk pimpinan

DPD II Kabupaten Tanggamus beralih kepada Indra S. Ismail pada tanggal 16

Oktober 2012 berdasarkan Kep-25/DPDPG-I/LPG/X/2012. DPD II Partai

GOLKAR saat ini di pegang langsung oleh Plt. M. Alzier Dianis Thabranie

sebagai Ketua DPD I Partai GOLKAR Provinsi Lampung. Pengangkatan

Alzier sesuai surat DPD I Kep-45/DPDPG-I/LPG/IX/2013 tanggal 19

September 2013 tentang pengangkatan Alzier sebagai Plt. Ketua DPD II Partai

GOLKAR Kabupaten Tanggamus.

Tabel 3 : Daftar Komposisi Personalia DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus

No. Nama Jabatan

1 M. Alzier Dianis Thabranie (Plt) Ketua Dewan Pimpinan Daerah

2 H. Salamun, S.Pd.I Wakil Ketua Bidang Organisasi

3 Rifki, SH. Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan

4 Ismail Kardi Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu

5 Guntur Gunawan, SE. Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat

6 Efran Toni Saladin, SE. Wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM

7 Emroza Rainistion, S.P. Wakil Ketua Bidang Tani dan Nelayan

8 Rosihan Anwar, SE. Wakil Ketua Bidang Tenaga Kerja, Koperasi &UMKM

9 M. Muslimin Wakil Ketua Bidang Pemuda, Olahraga dan Seni

10 Drs. TB. Sofyani Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan

68

11 Hj. Hailina Wakil Ketua Bidang Perempuan

12 H.A.M. Syafi’i, S.Ag. Wakil Ketua Bidang Keagamaan

13 Oktab Wirawan Wakil Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi

14 Hj. Hendrawati Sekretaris

15 Harizal Jayanegara Wakil Sekretaris

16 Wazzaki Ch, S.Pd.I. Wakil Sekretaris

17 Yongki Wakil Sekretaris

18 Iqbal Farizi Wakil Sekretaris

19 Subandi Hamid Wakil Sekretaris

20 Abdullah Wakil Sekretaris

21 Jonarta Wakil Sekretaris

22 Suropin, S.Pd Wakil Sekretaris

23 Aris Rudianto Wakil Sekretaris

24 Emiyati Wakil Sekretaris

25 M. Amin Djasuta Wakil Sekretaris

26 Novi Haryadi Wakil Sekretaris

27 Baihaki Bendahara

28 Muhdin Majid Wakil Bendahara

29 Arwaji Wakil Bendahara

30 Rohita Wakil Bendahara

Bagian – Bagian :

31 Andriano Ketua Bagian Organisasi

32 Hendrik Susilo Wakil Ketu Bagian Organisasi

33 Vera Eka Sari Anggota Bagian Organisasi

34 Prawira Paksi Ketua Bagian Kaderisasi dan Keanggotaan

69

35 Nuzirwan, S.Sos. Wakil Ketua Bagian Kaderisasi dan Keanggotaan

36 Imron Anggota Bagian Kaderisasi dan Keanggotaan

37 Heri Febriyanto Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah I

38 Madian Rusli Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah I

39 Martin Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah I

41 Ahmad Y. Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah II

42 Ahmad Syiaruddin Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu WilayahII

43 R. Rozali Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah II

44 Mas’ud Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah III

45 Musni Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu WilayahIII

46 Haikal Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah III

47 Suharto Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah IV

48 A. Tamlihan Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu WilayahIV

49 Tahzani Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah IV

50 Sodiki Keta Bagian Pengabdian Masyarakat

51 Wahidullah Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat

52 Miswan Rado Anggota Bagian Pengabdian Masyarakat

53 Jonta, SH. Ketua Bagian Hukum dan Ham

54 Denial Masputra, SH Wakil Ketua Bidang Hukum dan Ham

55 Junaidi Anggota Bagian Hukum dan Ham

56 Zulkaini Ketua Bagian Tani dan Nelayan

57 Barnian Wakil Ketua Bagian Tani dan Nelayan

58 Nurzan Anggota Bagian Tani dan Nelayan

70

59 Samsul Hidayat Ketua Bagian Tenaga Kerja Koprasi dan UMKM

60 Marwan Wakil Ketua Bagian Tenaga Kerja, Koperasi danUMKM

61 Jarsuni Anggota Bagian Tenaga Kerja, Koperasi danUMKM

62 Edi Pulampas Ketua Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni

63 Rafiuddin Wakil Ketua Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni

64 Hendrik Asmaun Anggota Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni

65 Khasadin, S.Pd Ketua Bagian Pendidikan dan Pelatihan

66 Rohmanuddin Wakil Ketua Bagianpendidikan dan Pelatihan

67 Wirazaki Anggota Bagian Pendidikan dan Pelatihan

68 Rosiyah Ketua Bagian Perempuan

69 Nurma Sari Adrila Wakil Ketua Bagian Perempuan

70 Ike Wardatul Jannah Anggota Bagian Perempuan

71 A. Helmi Hs. Ketua Bagian Keagamaan

72 Cecep Abdulhaq, S.Ag. Wakil Ketua Bagian Keagamaan

73 Qomarus Zaman Anggota Bagian Keagamaan

74 Helmi Ketua Bagian Informasi dan Komunikasi

75 Saparudin Wakil Ketua Bagian Informasi dan Komunikasi

76 Kurtubi Saiki Anggota Bagian Informasi dan Komunikasi

Sumber : DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus 2013