IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN A. Sejarah …digilib.unila.ac.id/2211/12/BAB IV.pdfkembali UUD...
Transcript of IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN A. Sejarah …digilib.unila.ac.id/2211/12/BAB IV.pdfkembali UUD...
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Partai GOLKAR
Semangat kekaryaan yang terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap Golongan
Karya bibitnya telah tumbuh ketika pembahasan penyusunan UUD 1945 sedang
dilakukan. Namun kedudukanya secara formal belum diatur dengan tegas pada
awal kemerdekaan, hingga keluarnya Maklumat Wakil Presiden. Pada tanggal 16
Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil Presiden Nomor X, yang disusul
kemudian dengan Maklumat Presiden tanggal 3 November 1945, yang memberi
kesempatan mendirikan partai-partai politik dengan ideologi yang beraneka
ragam.
Kehidupan politik dengan sistem multi partai sejak diberlakukanya Maklumat
Wakil Presiden Nomor X berlangsung sampai tahun 1957 yang dikenal dengan
zaman demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Pada zaman demokrasi
parlementer ini kendali percaturan politik berada di tangan partai-partai politik,
namun tidak ada satupun partai politik yang cukup dominan mengendalikan
parlemen maupun pemerintahan. Keadaan tersebut mengakibatkan kabinet silih
berganti mengikuti pergantian partai yang berkuasa dimasa itu.
Puncak pertentangan partai-partai politik pada masa demokrasi parlementer
adalah dimana terjadi kegagalan Konstituante dalam menetapkan dasar negara
44
pada tahun 1959. Pertentangan tersebut berpusat pada adanya partai–partai
politik yang gigih mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, tetapi
adapula partai–partai politik yang menghendaki dan dan memperjuangkan
Syariat Islam sebagai dasar negara.
Untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari kekacauan dan kehancuran, maka
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
memberlakukan kembali UUD 1945 dimana dalam pembukaanya menuat
Pancasila yang resmi dan asli sebagai dasar negara. Setelah diberrlakukanya
kembali UUD 1945 partai politik yang ada di Indonesia mulai disederhanakan
dimana pada poermulaan tahun 1961 hanya diakui 10 partai.
Penyederhanaan jumlah partai peserta pemilu setelah dikeluarkanya dekrit
presiden 5 juli 1959 ternyata tidak mengurangi pertentangan ideologi di dalam
masyarakat. Pertentangan ideologi yang terjadi dimasyarakatr disebabkan
adanya format politik NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) yang digagas
oleh Presiden Soekarno. PKI yang merupakan tulang punggung NASAKOM
menuntut agar semua lembaga negara dan lembaga kemasyarakatan termasuk
golongan fungsional dinasakomkan.
Sebagai perlawanan terhadap tekanan-tekanan PKI dan dalam rangka
pelaksanaan UUD 1945, maka golongan – golongan fungsional yang tidak
berafiliasi pada partai politik dan dengan dukungan TNI berjuang keras untuk
memformalkan kehadiranya di dalam masyarakat. Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 1959, diangkatlah 200 orang waki–wakil Golongan
45
Karya di MPRS kemudian dengan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1964
diakuilah wakil-wakil Golongan Karya di Front Nasional.
Dengan adanya pengakuan tentang kehadiran dan legalitas golongan fungsional
di MPRS dan Front Nasional, maka atas dasar dorongan TNI dibentuklah
Sekretariat Bersama Golongan Karya atau disingkat SEKBER GOLKAR pada
tanggal 20 Oktober 1964. Tanggal inilah yang kemudian dijadikan hari lahirnya
GOLKAR. Pada masa awal pertumbuhan SEKBER GOLKAR beranggotakan 61
organisasi fungsional, kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional
karena golongan–golongan fungsional lainya sudah menyadari bahwa SEKBER
GOLKAR berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta tujuan dan haluanya
adalah Demokrasi Pancasila untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam SEKBER GOLKAR ini
kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh)
Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:
1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)
2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
4. Organisasi Profesi
5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)
6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
7. Gerakan Pembangunan untuk menghadapi Pemilu 1971
Ke-7 (tujuh) KINO yang merupakan kekuatan inti dari SEKBER GOLKAR
tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970 untuk
46
ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar yaitu
Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971 tetap
dipertahankan sampai sekarang. Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut
serta menjadi salah satu konsestan. Pihak parpol memandang remeh
keikutsertaan GOLKAR sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan
kemampuan komunikasi politik GOLKAR kepada Grassroot level. NU, PNI dan
Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin
keluar sebagai pemenang.
Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal mereka telah
membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR. Hasilnya di luar dugaan.
GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan 34.348.673 suara atau
62,79 % dari total perolehan suara. Perolehan suaranya pun cukup merata di
seluruh Propinsi, berbeda dengan parpol yang berpegang kepada basis
tradisional. NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai
Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera
Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga
tidak memperoleh kursi DPR.
Sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali
kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 SEKBER GOLKAR
mengubah dirinya menjadi GOLKAR. GOLKAR menyatakan diri bukan parpol
karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan
mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR
menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di Surabaya. Mayjen Amir
47
Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun mulai
berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
(HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).
Setelah Peristiwa G30S maka, SEKBER GOLKAR dengan dukungan
sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer melancarkan aksi-aksinya
untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI. Pada dasarnya GOLKAR dan
TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru. Semua politik
Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan
GOLKAR. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa jabatan-jabatan dalam
struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh
kader-kader GOLKAR. Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan
konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal yaitu
jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G
untuk lingkungan sipil di luar birokrasi.
Memasuki reformasi tuntutan mundur Presiden Soeharto menggema di mana-
mana. Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan oleh gerakan mahasiswa. Hal ini
kemudian berimbas pada GOLKAR. Karena Soeharto adalah PENASEHAT
PARTAI maka GOLKAR juga dituntut untuk dibubarkan. Saat itu GOLKAR
dicerca di mana-mana. Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era
ini kemudian mati-matian mempertahankan partai. Dibawah kepemimpinan
Akbar, GOLKAR berubah wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu GOLKAR juga
mengusung citra sebagai GOLKAR baru.
48
Upaya Akbar tak sia-sia, dia berhasil mempertahankan GOLKAR dari serangan
eksternal dan krisis citra. Partai GOLKAR kemudian ikut dalam Pemilu 1999,
berkompetisi bersama partai-partai baru di era multipartai. Pada pemilu pertama
di Era Reformasi ini Partai GOLKAR mengalami penurunan suara di peringkat
ke dua di bawah PDIP dengan. Namun pada pemilu berikutnya GOLKAR
kembali unggul. Pada pemilu legislatif 2004 GOLKAR menjadi pemenang
pemilu legislatif dengan 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah.
B. Posisi dan Peran Partai GOLKAR di Masa Orde Baru
Memasuki Orde Baru untuk memantabkan GOLKAR maka diadakanlah
Musyawarah Kerja Nasional I (MUKERNAS I) SEKBER GOLKAR dari
tanggal l9 sampai dengan 11 Desember 1965, dengan tema “Konsolidasi
Organisasi dan Partisipasi Terhadap Timbulnya Orde Baru.” Pada MUKERNAS
ini berhasil menyusun program konsolidasi organisasi dan program perjuangan
di segala bidang dalam rangka usaha menegakan Orde Baru.
Pada masa Orde Baru ini SEKBER GOLKAR tumbuh dan berkembang
bersama-sama dengan ekspon-eksponen Orde Baru lainya yang mempelopori
pembaharuan kehidupan politik berdasarkan konsepsi pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen serta melaksanakan pembangunan
nasional di segala bidang sebagai upaya pengisian cita-cita Proklamasi.
Pada masa Orde Baru, GOLKAR memposisikan diri sebagai kekuatan sosial
politik pendukung Orde Baru dimana kekuatan sosial politik sebagai pendukung
Orde Baru ini tercermin dari setiap pelaksanaan MUNAS GOLKAR yang
senantiasa menghasilkan keputusan yang memberikan dukungan terhadap
49
program-program pemerintah. Program organisasi selalu disinkronkan dengan
program pemerintah yang mendapatkan dukungan serta legitimasi dari lembaga
legislatif yang dikuasai oleh GOLKAR.
Kedudukan Ketua Dewan Pembina GOLKAR yang juga merupakan Presiden
(MANDATARIS MPR) memiliki wewenang yang dominan dalam keputusan–
keputusan GOLKAR, bahkan dapat membatalkan keputusan–keputusan yang
dihasilkan oleh musyawarah organisasi dan membekukan Dewan Pengurus.
Kedudukan Ketua Dewan Pembina yang dominan tersebut menyebabkan
berkurangnya kemandirian dimana kebijakan–kebijakan penting dan esensial
GOLKAR harus terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Dewan Pembina
sehingga kepengurusan terkesan telah kehilangan kreatifitas khususnya yang
berkaitan dengan perkembangan demokrasi.
GOLKAR memiliki ciri khas pada masa Orde Baru dimana ciri khas tersebut
terdiri dari 4 hal utama yaitu : yang pertama dikenalnya istilah”sistem tiga jalur”
(A ABRI, B Birokrasi, G GOLKAR), kedua, dominanya peranan Dewan
Pembina, ketiga, pengambilan keputusan selalu dari atas (top down) dan
keempat, sangat menghindari pemungutan suara (voting) untuk menentukan
pimpinan organisasi disemua tingkatan atau dari ketua umum DPP sampai pada
tingkatan kepengurusan terbawah.
Fenomena yang tergambarkan dari kehidupan kekuatan sosial politik terkesan
terlalu kaku, struktural, institusional dan formalistik. Seluruh kekuatan sosial
politik baik secara diam-diam maupun terang-terangan diarahkan untuk
memberikan dukungan berupa legitimasi yang kuat kepada Pemerintahan Orde
50
Baru. Kondisi tersebut tercipta akibat berkembangtnya sistem politik yang
menempatkan pembangunan ekonomi sebagai prioritas utama yang dikenal
dengan nama pembangunanisme (developmentalisasi). Hal ini diterima luas oleh
sebagian besar elit dan massa. Salah satu syarat pembangunan ekonomi itu ialah
adanya stabilitas politik dengan jalan mengurangi partisipasi politik dan
membatasi kebebasan politik.
Pembangunanisme melahirkan budaya politik teknokratik (mengutamakan
kemampuan teknis/keahlian) dan birokratik (pengaturan dari atas dan
sentralistik) hal ini menjadi apopulis dan apolitik. Dalam bingkai itulah
golongan fungsional memastikan persemian yang subur untuk tumbuh dan
dalam masa awal orde baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan
pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi selama 30 tahun.
C. Perkembangan Partai GOLKAR Era Reformasi
Sejak pelakssanaan MUNASLUB GOLKAR pada bulan juli 1998 GOLKAR
semakin menegaskan untuk memperbaharui dirinya sesuai dengan tuntutan
reformasi. Visi dan misi Partai GOLKAR baru kedepan memang tampak
berbeda dengan GOLKAR lama, ada beberapa ciri yang tidak lagi melekat
sebagai masa lampau, sekalipun Partai GOLKAR juga tetap mempertahankan
citra sejarahnya sebagai kekuatan politik nasional yang memperjuangkan
kepentingan bangsa dan negara.
Beberapa hal yang dapat dilihat sebagai perbedaan yang signifikan dengan
GOLKAR masa lampau adalah pembaruan Partai GOLKAR. Struktur
kepemimpinan Partai GOLKAR era reformasi tidak lagi mempunyai institusi
51
Dewan Pembina. Sebelumnya Dewan Pembina GOLKAR dipimpin oleh
Presiden, sekarang ini dihapus. Partai GOLKAR menghapus institusi Dewan
Pertimbangan di propinsi, Ketua Dewan Pertimbangan itu adalah Gubernur.
Partai GOLKAR tidak lagi Ketua Dewan Penasehat di Kabupaten/Kota, yang
semula dijabat oleh Bupati.
Secara struktural dan dalam konteks kader, Partai GOLKAR tidak lagi
mempunyai hubungan politik internal dengan pemerintah. Dengan melakukan
reformasi pada struktur kepemimpinan berarti proses pengambilan keputusan
internal partai GOLKAR dilakukan oleh dewan pimpinan pusat sendiri. Sebagai
akibat perampingan struktur kepemimpinan dalam tubuh Partai Golkar, maka
pemilihan pimpinan Partai GOLKAR yang selama ini selalu berdasarkan
tuntutan, arahan dan keputusan dari atas, maka pemilihan Pimpinan Partai
GOLKAR justru bersumber dari hasil pelaksanaan pemilihan langsung arus
aspirasi politik dalam dalam pemilihan sangat terbalik, apabila dulu diturunkan
dari atas kebawah (top down) maka sekarang dipilih dari bawah (bottom up).
Ketua umum DPP Partai GOLKAR terpilih berdasarkan pemilihan langsung dan
berdasarkan aspirasi dari bawah.
Perubahn prinsip yang terjadi di tubuh Partai GOLKAR di era reformasi telah
mngubah posisi politik dimana dahulu GOLKAR sulit dipisahkan dari
pemerintah, dengan adanya jalur ABRI, Birokrasi dan GOLKAR maka sering di
identikan dengan pemerintah. Partai GOLKAR baru adalah organisasi politik
yang telah mengalami reformasi internal dan struktur melalui penyesuaian diri
terhadap tuntutan reformasi. Paling tidak ada dua faktor penting yang amat
mempengaruhi pembaharuan dalam tubuh golkar. Pertama, keinginan internal
52
Partai GOLKAR dan kedua, adanya desakan eksternal. Karena Partai GOLKAR
berada pada lingkungan dimana perubahan– perubahan terjadi sejalan dengan
tuntutan reformasi, maka desakan eksternal untuk reformasi tidak dapat
dihindarkan.
D. Visi dan Misi Partai GOLKAR
Sejalan dengan cita-cita para bapak pendiri negara (the founding fathers) kita
bahwa tujuan kita bernegara adalah melindungi segenap tumpah darah
Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia dan ikut menciptakan perdamaian dunia, maka Partai
GOLKAR sebagai pengemban cita-cita Proklamasi menegaskan visi
perjuangannya untuk menyertai perjalanan bangsa mencapai cita-citanya.
Partai GOLKAR berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern,
bersatu, damai, adil dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan
bertaqwa, berahlak baik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, cinta tanah air,
demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka,
egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang
tinggi.
Berdasarkan visi tersebut maka Partai GOLKAR hendak mewujudkan
kehidupan politik nasional yang demokratis melalui pelaksanaan agenda-agenda
reformasi politik yang diarahkan untuk melakukan serangkaian koreksi
terencana, melembaga dan berkesinambungan terhadap seluruh bidang
53
kehidupan. Reformasi pada sejatinya adalah upaya untuk menata kembali sistim
kenegaraan kita disemua bidang agar kita dapat bangkit kembali dalam suasana
yang lebih terbuka dan demokratis. Bagi Partai GOLKAR upaya mewujudkan
kehidupan politik yang demokratis yang bertumpu pada kedaulatan rakyat
adalah cita-cita sejak kelahirannya.
Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin dan mewujudkan visi Partai
GOLKAR maka misi dari perjuangan Partai GOLKAR adalah:
1. Menegakkan, mengamalkan, dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar
negara dan idiologi bangsa demi untuk memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2. Mewujudkan cita-cita Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan
nasional di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis,
menegakkan supremasi hukum, mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan hak-
hak asasi manusia.
E. Tujuan Pokok dan Fungsi Partai GOLKAR
Partai GOLKAR merupakan partai yang berasaskan Pancasila dan bersifat
mandiri, terbuka, demokratis, moderat, solid, mengakar, responsif, majemuk,
egaliter, serta berorientasi pada karya dan kekaryaan.
1. Tujuan partai GOLKAR
Partai GOLKAR merupakan sebuah partai yang memiliki tujuan :
a. Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila serta menegakkan UUD
1945.
54
b. Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud dalam pembukaan
UUD 1945;
c. Menciptakan masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
d. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan
kehidupan demokrasi, yang menjunjung tinggi dan menghormati
kebenaran, keadilan, hukum, dan Hak Asasi Manusia.
2. Tugas Pokok Partai GOLKAR
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud sebelumnya diatas maka,
tugas pokok Partai GOLKAR adalah memperjuangkan terwujudnya
peningkatan segala aspek kehidupan yang meliputi ideologi, politik, ekonomi,
agama, sosial budaya, hukum, serta pertahanan dan keamanan nasional guna
mewujudkan cita-cita nasional.
3. Fungsi
Partai GOLKAR yang merupakan partai politik yang berlandaskan Pancasila
memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan politik yang demokrasi
berlandaskan Pancasila. Fungsi–fungsi tersebut meliputi :
a. Menghimpun persamaan sikap politik dan kehendak untuk mencapai
cita-cita dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;
b. Mempertahankan, mengemban, mengamalkan, dan membela Pancasila
serta berorientasi pada program pembangunan di segala bidang tanpa
membedakan suku, agama, ras, dan golongan;
55
c. Menyerap, menampung, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi
rakyat, serta meningkatkan kesadaran politik rakyat dan menyiapkan
kader-kader dengan memperhatikan kesetaraan gender dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
F. Struktur Organisasi, Wewenang dan Kewajiban
Struktur Organisasi Partai GOLKAR terdiri atas tingkat Pusat, tingkat Provinsi,
tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kecamatan, dan tingkat Desa/Kelurahan atau
sebutan lainnya, yang masing-masing berturut-turut dipimpin oleh Dewan
Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah Provinsi, Dewan Pimpinan Daerah
Kabupaten/Kota, Pimpinan Kecamatan dan Pimpinan Desa/Kelurahan atau
sebutan lain.
1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
Dewan Pimpinan Pusat adalah badan pelaksana tertinggi partai yang bersifat
kolektif yang memiliki wewenang :
1. Menentukan kebijakan tingkat nasional sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional/ Musyawarah
Nasional Luar Biasa, dan Rapat Pimpinan Nasional, serta Peraturan
Organisasi Partai GOLKAR.
2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan DPP Partai
GOLKAR mengesahkan komposisi dan Personalia Dewan Pimpinan
Daerah Provinsi
3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah
Provinsi
56
4. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga
Dewan Pimpinan Pusat selain memiliki wewenang juga memiliki kewajiban,
kewajiban Dewan Pimpinan Pusat adalah:
1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat
Tingkat Nasional, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.
2. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional.
2. Dewan Pimpinan Daerah (DPD)
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi adalah badan pelaksana partai yang bersifat
kolektif di tingkat Provinsi yang memiliki wewenang:
1. Menentukan kebijakan tingkat Provinsi sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat
Nasional maupun tingkat Provinsi, serta Peraturan Organisasi Partai
GOLKAR.
2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan DPD Partai
GOLKAR Provinsi.Mengesahkan Komposisi dan Personalia Dewan
Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota.
3. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah
Kabupaten/Kota.
Dewan Pimpinan Daerah Provinsi memiliki kewajiban:
1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik
57
tingkat Nasional maupun tingkat Provinsi serta Peraturan Organisasi Partai
GOLKAR.
2. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah Provinsi.
3. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota
Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota adalah badan pelaksana partai yang
bersifat kolektif di tingkat Kabupaten/Kota. Dewan Pimpinan Daerah
Kabupaten/Kota berwenang:
1. Menentukan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik
tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten/Kota, serta
Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.
2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan DPD Partai
GOLKAR Kabupaten/Kota.
3. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pimpinan Kecamatan.
4. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Kecamatan;
Sedangkan kewajiban dariDewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota adalah :
1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik
tingkat Nasional, tingkat Provinsi, maupun tingkat Kabupaten/Kota, serta
Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.
2. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Daerah
Kabupaten/Kota.
58
4. Pimpinan Kecamatan
Pimpinan Kecamatan adalah badan pelaksana partai yang bersifat kolektif di
tingkat Kecamatan. Pimpinan Kecamatan memiliki wewenang::
1. Menentukan kebijakan tingkat Kecamatan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik tingkat
Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, maupun tingkat
Kecamatan, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.
2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan Pimpinan
Kecamatan Partai GOLKAR.
3. Mengesahkan Komposisi dan Personalia Pimpinan Desa/Kelurahan atau
sebutan lain.
4. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Pimpinan Desa/Kelurahan atau
sebutan lain.
Pimpinan Kecamatan memiliki kewajiban yaitu :
1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik
tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, maupun tingkat
Kecamatan, serta Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.
2. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Kecamatan.
5. Pimpinan Desa/Kelurahan
Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain adalah Badan Pelaksana Partai
yang bersifat kolektif di tingkat Desa/Kelurahan memiliki wewenang
59
menentukan kebijakan tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain sesuai
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan
Rapat, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat
Kecamatan maupun tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain, serta Peraturan
Organisasi Partai GOLKAR. Sedangkan kewajiban Pimpinan Desa/Kelurahan
adalah:
1. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik
tingkat Nasional, tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat
Kecamatan, maupun tingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain, serta
Peraturan Organisasi Partai GOLKAR.
2. Mengesahkan Komposisi Personalia Dewan Pertimbangan Pimpinan
Desa/Kelurahan atau sebutan lain Partai GOLKAR.
3. Memberikan pertanggung jawaban pada Musyawarah Desa/Kelurahan atau
sebutan lain.
6. Badan dan Lembaga Partai GOLKAR
Badan dan atau Lembaga dapat dibentuk di setiap tingkatan organisasi sesuai
dengan kebutuhan yang berkedudukan sebagai sarana penunjang pelaksanaan
program Partai. Komposisi dan personalia kepengurusan Badan dan atau
Lembaga diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Partai sesuai
dengan tingkatannya. Badan dan atau Lembaga dapat melakukan koordinasi
dengan Badan atau Lembaga yang berada satu tingkat di bawahnya Jenis
Badan- badan yang dibentuk partai GOLKAR antara lain :
60
1. Badan penelitian dan pengembangan
2. Badan informasi dan komunikasi
3. Badan advokasi hukum, hak asasi manusia ddan otonomi daerah
4. Badan pengembangan seni, budaya dan pariwisata
Sedangkan jenis – jenis lembaga yang dibentuk oleh partai GOLKAR yaitu:
1. Lembaga pengelola kaderisasi
2. Lembaga pelatihan profesi masyarakat (LPPM)
3. Lembaga pemenangan pemilu
4. Lembaga pengkajian dan pengembangan ekonomi dan usaha kecil
menenganh (UKM)
7. Organisasi Sayap Partai GOLKAR
Partai GOLKAR memiliki Organisasi Sayap yang merupakan wadah
perjuangan sebagai pelaksana kebijakan partai yang dibentuk untuk mmenuhi
kebutuhan strategis, dalam rangka memperkuat basis dukungan partai.
Pembentukan Organisasi Sayap diusulkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan
ditetapkan oleh Rapat Pimpinan Nasional. Organisasi Sayap di setiap tingkatan
memiliki struktur organisasi dan kewenangan untuk mengelola dan
melaksanakan kegiatan organisasi sesuai bidang/kelompok strategisnya, yang
dalam pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pada Dewan Pimpinan Partai
sesuai tingkatannya.
Ketua Umum dan Ketua-Ketua Organisasi Sayap sesuai tingkatannya secara
ex-officio dijabat oleh Wakil Ketua terkait pada Dewan Pimpinan/Pimpinan
Partai ditingkatannya. Kepengurusan Organisasi Sayap ditetapkan oleh Dewan
61
Pimpinan/ Pimpinan Partai sesuai tingkatannya Partai Golongan Karya
memiliki Organisasi Sayap Perempuan, yaitu Kesatuan Perempuan Partai
Golongan Karya (KPPG) dan Organisasi Sayap Pemuda yaitu Angkatan Muda
Partai Golongan Karya (AMPG) dan dapat membentuk Organisasi Sayap
lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan Partai.
8. Dewan Pertimbangan
Partai GOLKAR memiliki Dewan Pertimbangan yang berfungsi memberi
saran, nasehat, dan pertimbangan kepada Dewan Pimpinan/Pimpinan Partai
GOLKAR sesuai dengan tingkatannya. Dewan Pertimbangan memberi saran,
nasehat, dan pertimbangan atas kebijakan-kebijakan organisasi yang bersifat
strategis, baik internal maupun eksternal, yang akan ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan/Pimpinan Partai sesuai dengan tingkatannya.
Ketua Dewan Pertimbangan ditetapkan oleh MUNAS, MUSDA, MUSCAM,
dan MUSDES/MUSLUR melalui Tim Formatur. Susunan dan personalia
Dewan Pertimbangan ditetapkan oleh Ketua Dewan Pertimbangan bersama
Ketua Umum/Ketua Dewan Pimpinan/ Pimpinan Partai sesuai tingkatannya.
9. Fraksi
Partai GOLKAR memiliki Fraksi dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota yang komposisi dan personalianya ditetapkan oleh Dewan
Pimpinan sesuai tingkatannya;
62
Fraksi adalah Badan Pelaksana Kebijakan Partai GOLKAR di Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/kota dalam memperjuangkan
aspirasi dan kepentingan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
G. Persyaratan Calon Kepala Daerah dari Partai GOLKAR
Proses rekrutmen merupakan politik partai politik mnerupakan ajang untuk
mendapatkan Calon yang terbaik. Untuk mendapatkan Calon yang dinginkan
maka perlu dibuk persyaratan-persyaratan yang menjadi patokan dalam
menentukan pilihan. Syarta-syarat yang harus di penuhi berupa syarat-syarat UU
no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan syarat-syarat yang dibuat oleh
partai.
1. Persyaratan umum
Persyaratan Calon kepala daaerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai pasal 58
undang-undang no. 32 tahun 2004 yaitu sebagai berikut:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
a. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
Pemerintah.
b. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas
dan/atau sederajat.
63
c. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun pada saat
pendaftaran.
d. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
menyeluruh dari tim dokter.
e. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau lebih.
f. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
g. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya.
h. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan.
i. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara.
j. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
k. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.
l. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum
mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak.
m. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain
riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau
istri.
64
n. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala
Daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama.
o. Tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Daerah.
2. Persyaratan khusus
Persyaratan khusus bagi kader maupun non kader Partai GOLKAR untuk
menjadi kepala daera atau Calon Wakil Kepala Daerah dari Partai
GOLKAR adalah :
1. Mengakar:
a. Memiliki integritas moral yang baik
b. Tokoh yang populer
c. Menjadi panutan
2. Berkemampuan :
a. Pendidikan diutamakan lebih tinggi dari SLTA atau sederajat
b. Berpengalaman luas dibidang sosial kemasyarakatan
c. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tanpa cela.
Diutamakan yang tidak memiliki masalah hukum
d. Untuk Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah usianya
maksimal 65 tahun
e. Memiliki dukungan politik yang luas secara nyata di daerahnya,
sesuai hasil survei dan pengkajian oleh lembaga survei independen
yang ditunjukan oleh DPP Partai GOLKAR
3. Bersedia melaksanakan visi, misi dan platform perjuangan Partai
GOLKAR serta memiliki komitmen untuk memajukan Partai
GOLKAR
65
4. Menyampaikan kelengkapan administsasi berikut:
a. Surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai Calon
Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah.
b. Surat pernyataan tidak pernah mengundurkan diri dari sebagai
Calon
c. Surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan
apabila terpilih menjadi Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah
sesuai peraturan perundang-undangan
d. Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon
yang berasal dari pegawai negeri sipil, anggota TNI, dan anggota
POLRI.
e. Surat pernyataan tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD
tempat yang bersangkutan menjadi Calon di daerah yang menjadi
wilayah kerjanya.
f. Surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD,
DPRD, yang mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah.
g. Surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan tim pilkada
Kabupaten bagi Calon yang berasal dari pimpinan Partai GOLKAR
yang juga duduk sebagai pimpinan atau anggota Tim Pemilukada
Kabupaten
h. Surat pernyataan mengundurkan diri untuk sementara dari jabatan
ketua DPD Partai GOLKAR Kabupaten, terhitung sejak mulai
tanggal pendaftaran di sekretariat Tim Pemilukada Kabupaten
66
sampai dengan penetapan Calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala
Daerah dari Partai GOLKAR.
H. Gambaran Umum DPD II Partai Golkar Kabupaten Tanggamus.
DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus terbentuk sejak tahun 1997
sejalan dengan diresmikannya Tanggamus menjadi Kabupaten pada tanggal 21
Maret 1997. DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus beralamat di
Jalan Ir. Hi. Juanda, Kecamatan Kota Agung Pusat Kabupaten Tanggamus.
DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus saat ini memiliki 20 PK
(Pengurus Kecamatan) yang tersebar disetiap Kecamatan yang ada di
Kabupaten Tanggamus.
DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus telah memenuhi persyaratan
untuk mengusulkan Calon Kepala Daerah dengan perolehan jumlah kursi 15
(lima belas) persen sebagai persyaratan Pilkada Kabupaten Tanggamus 2012.
Dengan total 45 kursi di DPRD Tanggamus, sehingga pada pada Pemilihan
Umum Kepala Daerah Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 mengusung calon
sendiri yang berasal dari kader Partai GOLKAR.
DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus memiliki 76 personalia dalam
struktur organisasi partai. Komposisi Personalia DPD II Partai GOLKAR
terdiri dari Ketua DPD, Wakil Ketua Bidang, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara, Wakil Bendahara, Ketua Dan Wakil Ketua Bagian-Bagian serta
Anggota Bagian. Berdasarkan Kep-25/DPDPG-I/LPG/VII/2011 Aspin Tarmizi
ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten
67
Tanggamus untuk periode 2009-2015 sehingga pada masa Pilkada Kabupaten
Tanggamus Tahun 2012 Ketua DPD II Partai GOLKAR Kabupaten
Tanggamus masih dipimpin oleh Aspin Tarmizi.
Setelah Pilkada Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 berakhir, pucuk pimpinan
DPD II Kabupaten Tanggamus beralih kepada Indra S. Ismail pada tanggal 16
Oktober 2012 berdasarkan Kep-25/DPDPG-I/LPG/X/2012. DPD II Partai
GOLKAR saat ini di pegang langsung oleh Plt. M. Alzier Dianis Thabranie
sebagai Ketua DPD I Partai GOLKAR Provinsi Lampung. Pengangkatan
Alzier sesuai surat DPD I Kep-45/DPDPG-I/LPG/IX/2013 tanggal 19
September 2013 tentang pengangkatan Alzier sebagai Plt. Ketua DPD II Partai
GOLKAR Kabupaten Tanggamus.
Tabel 3 : Daftar Komposisi Personalia DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus
No. Nama Jabatan
1 M. Alzier Dianis Thabranie (Plt) Ketua Dewan Pimpinan Daerah
2 H. Salamun, S.Pd.I Wakil Ketua Bidang Organisasi
3 Rifki, SH. Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan
4 Ismail Kardi Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu
5 Guntur Gunawan, SE. Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat
6 Efran Toni Saladin, SE. Wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM
7 Emroza Rainistion, S.P. Wakil Ketua Bidang Tani dan Nelayan
8 Rosihan Anwar, SE. Wakil Ketua Bidang Tenaga Kerja, Koperasi &UMKM
9 M. Muslimin Wakil Ketua Bidang Pemuda, Olahraga dan Seni
10 Drs. TB. Sofyani Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan
68
11 Hj. Hailina Wakil Ketua Bidang Perempuan
12 H.A.M. Syafi’i, S.Ag. Wakil Ketua Bidang Keagamaan
13 Oktab Wirawan Wakil Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi
14 Hj. Hendrawati Sekretaris
15 Harizal Jayanegara Wakil Sekretaris
16 Wazzaki Ch, S.Pd.I. Wakil Sekretaris
17 Yongki Wakil Sekretaris
18 Iqbal Farizi Wakil Sekretaris
19 Subandi Hamid Wakil Sekretaris
20 Abdullah Wakil Sekretaris
21 Jonarta Wakil Sekretaris
22 Suropin, S.Pd Wakil Sekretaris
23 Aris Rudianto Wakil Sekretaris
24 Emiyati Wakil Sekretaris
25 M. Amin Djasuta Wakil Sekretaris
26 Novi Haryadi Wakil Sekretaris
27 Baihaki Bendahara
28 Muhdin Majid Wakil Bendahara
29 Arwaji Wakil Bendahara
30 Rohita Wakil Bendahara
Bagian – Bagian :
31 Andriano Ketua Bagian Organisasi
32 Hendrik Susilo Wakil Ketu Bagian Organisasi
33 Vera Eka Sari Anggota Bagian Organisasi
34 Prawira Paksi Ketua Bagian Kaderisasi dan Keanggotaan
69
35 Nuzirwan, S.Sos. Wakil Ketua Bagian Kaderisasi dan Keanggotaan
36 Imron Anggota Bagian Kaderisasi dan Keanggotaan
37 Heri Febriyanto Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah I
38 Madian Rusli Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah I
39 Martin Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah I
41 Ahmad Y. Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah II
42 Ahmad Syiaruddin Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu WilayahII
43 R. Rozali Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah II
44 Mas’ud Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah III
45 Musni Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu WilayahIII
46 Haikal Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah III
47 Suharto Ketua Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah IV
48 A. Tamlihan Wakil Ketua Bagian Pemenangan Pemilu WilayahIV
49 Tahzani Anggota Bagian Pemenangan Pemilu Wilayah IV
50 Sodiki Keta Bagian Pengabdian Masyarakat
51 Wahidullah Wakil Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat
52 Miswan Rado Anggota Bagian Pengabdian Masyarakat
53 Jonta, SH. Ketua Bagian Hukum dan Ham
54 Denial Masputra, SH Wakil Ketua Bidang Hukum dan Ham
55 Junaidi Anggota Bagian Hukum dan Ham
56 Zulkaini Ketua Bagian Tani dan Nelayan
57 Barnian Wakil Ketua Bagian Tani dan Nelayan
58 Nurzan Anggota Bagian Tani dan Nelayan
70
59 Samsul Hidayat Ketua Bagian Tenaga Kerja Koprasi dan UMKM
60 Marwan Wakil Ketua Bagian Tenaga Kerja, Koperasi danUMKM
61 Jarsuni Anggota Bagian Tenaga Kerja, Koperasi danUMKM
62 Edi Pulampas Ketua Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni
63 Rafiuddin Wakil Ketua Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni
64 Hendrik Asmaun Anggota Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni
65 Khasadin, S.Pd Ketua Bagian Pendidikan dan Pelatihan
66 Rohmanuddin Wakil Ketua Bagianpendidikan dan Pelatihan
67 Wirazaki Anggota Bagian Pendidikan dan Pelatihan
68 Rosiyah Ketua Bagian Perempuan
69 Nurma Sari Adrila Wakil Ketua Bagian Perempuan
70 Ike Wardatul Jannah Anggota Bagian Perempuan
71 A. Helmi Hs. Ketua Bagian Keagamaan
72 Cecep Abdulhaq, S.Ag. Wakil Ketua Bagian Keagamaan
73 Qomarus Zaman Anggota Bagian Keagamaan
74 Helmi Ketua Bagian Informasi dan Komunikasi
75 Saparudin Wakil Ketua Bagian Informasi dan Komunikasi
76 Kurtubi Saiki Anggota Bagian Informasi dan Komunikasi
Sumber : DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus 2013