IV. E V A L U A S I 4 .1. EVALUASI DATA LAMPU FLUORECEHSI ... · paschen . Pada lampu TL ......
Transcript of IV. E V A L U A S I 4 .1. EVALUASI DATA LAMPU FLUORECEHSI ... · paschen . Pada lampu TL ......
88
IV. E V A L U A S I
4 .1. EVALUASI DATA LAMPU FLUORECEHSI KONVENSIONAL
4.1.1. Penyalaan
Masalan utama dalam mengoperasikan lampu TL adalati
bagaimana menciptakan tegangan penyalaan yang dapat
menimbulkan ionisasi dalam tabung pelepas muatan. Selan-
jutnya adalati bagaimana mengalitikan tegangan ja la-ja la ke
tegangan busur lampu, sesuai dengan karakterist ik negatif
lampu. Masalah kedua ini akan dibicarakan kemudian dalam
s t a b i l i s a s i .
Besarnya tegangan penyalaan lampu TL sangat dipenga-
ru n i oleh tekanan gas dalam tabung dan panjang da r i
tabung. Penyalaan akan sulit terjad i pada tabung panjang,
dibanding dengan tabung pendek pada tekanan gas yang
sama. Hal in i sesuai dengan kurva Pascnen, yang menggam-
barkan hubungan antara tegangan penyalaan dan perkalian
tekanan dengan jarak pd. Berikut ini adalan. gambar kurva
paschen . Pada lampu TL tekanan gas dalam tabung adalah.
konstant, oleln karena itu tegangan penyalaan lebin tinggi
pada lampu yang panjang da r i pada lampu yang pendek,
sebagai contoh :
89
G a m b a r 4-i
K u r v a Pasctien
pada lampu ,TL 10 Watt dengan panjang tabung 32 cm u n t u K
menyala c u K u p m e m b u t u l i K a n pulsa impuls setinggi i 400
Volt, sedang pada lampu TL 4-0 Watt dengan panjang tabung
120 cm u n t u K menyala m e m b u t u h k a n pulsa impuls setinggi i
800 Volt. PendeteKsian besar tegangan p e n y a l a a n p a d a
lam pu T L dari p e r c obaan ternyata sulit dilaKukan secara
tepat, k a r e n a pulsa impuls hasil dari m e m b u k a n y a bimetal
dari glow switch sangat singkat sekali. P e n d e t e k s i a n
h a n y a d a p a t d i l a k u k a n lewat osciloscop.
Tegangan penyalaan juga dipengarutii oleh besar arus yang
m e m a n a s k a n elektrode, m a k i n besar arus yang lewat berarti
elektrode lebin panas, seliingga emisi elektron lebih
cepat terjadi d e n g a n d e m i k i a n tegangan penyalan a k a n
lebin rendah. Penyalaan p a d a l a m p u TL, terjadi d e n g a n
b a n t u a n stater switch yang a k a n m e n i m b u l k a n pulsa tinggi
oleh a d a n y a choke.
4 .1.2. Karakteristik A r u s Tegangan
Dari nasil percobaan yang dilakuKan tertiadap empat
tiuah l a m p u fluorecensi. Terlihat benar b a h w a karakteris-
tik a r u s t e g a n g a n dari l a m p u fluorecensi, m e m p u n y a i
karakte ristik a r u s tegangan negatif, y a n g bearti bila
a ru s l a m p u n a i k m a k a tegangan kerja dari l a m p u a k a n
turun, d a n sebaliknya bila arus lampu t u r u n m a k a tegangan
kerja dari lampu a k a n naik.
U n t u k mengerti hal ini, lihat g a m b a r 4-2 d i b a w a H ini yang
m e n u n j u k k a n n u b u n g a n antara tegangan d a n arus yang melalui
pelepasan m u a t a n gas bila arus rata secara perlahan-lahan
dinaikkan dari n a r g a yang rendali.
90
G a m b a r 4-2 (if)
Karakteristik Statik Volt - A m p e r e Dari Gas Discharge
Daeraii arc discharge m e m p u n y a i karakteristik dengan slope
negatif, dalam d a e r a h inilah lampu fluorecensi dioperasi-
kan. Karakteristik tegangan efektif - a r u s efektif dari
l a m p u fluorecensi y a n g d i o p e r a s i k a n p a d a suplai A C
ditu nj ukkan dalam g a m b a r 4-3 berikut
91
Gambar 4-3 (?)
K a r a k t e r i s t i k tegangan dan arus efektif dari lampu.
D im an a hal ini sesuai dengan hasil p e r c o b a a n yang telali
dilakukan. Hasalali kenap a lampu fluorecensi dioperasikan
dalam d aerah arc discharge selain ditinjau dari kemudahan
start, y a i t u tegangan penyalaan yang lebih r e n d a h dikare-
nakan elektrode dipanaskan daliulu, juga ditinjau dari
segi stabilisasi dari sistim yang aKan dibicarakan
kemudian. K a r a k t e r i s t i k arus - tegangan yang ditunjukkan
bai k p a d a gambar 4-2 daerab arc discharge, m a u p u n dalam
gambar 4-3 adalab tidak linier dan mempunyai slope nega-
tif, ini dikarenakan tabanan efektif dari discharge,
b e r u b a h dengan arus dan kepadatan plasma. Seperti
dijelaskan dibagian depan bahwa daerah besar yang seragam
dari discharge diantara elektrode adalah daerah k o l o m
positif, d imana daerah ini terdiri dari campuran dari
ato m- at om gas yang tereksitasi, ion-ion dan elektron yang
semuanya D e r g e r a k random. KebanyaRan dari elektron adalah
hasil dari proses ionisasi , dan seluruh. daeraJi k o l o m
positif eleKtron-elektron dan ion-ion ada dal am jumlali
yang sama. K e s amaan ini diseDabkan oleli gaya tarik elek-
trostatik dari ion-ion dan elektron-elektron masing-
masing, seliingga praktis seluriih daerali k o l o m positif
tidak ada jarak antar muatan. Daerali netral ini disebut
Plasma. K e p a d a t a n elektron pada setiap titik, sama dengan
k e p a dat an ion, dan disebut juga K e p a d a t a n Plasma.
Konduktivitas .listrik dari discharge sebanding dengan
k e p a dat an elektron atau kepadatan plasma, yang naik
dengan n a iknya arus discharge. Jadi bila arus discharge
naik, I naik, m a k a konduktivitas a Juga naik dan resisti-
vitas j' turun.
1f = ... ............ (^-1)
a
dan tahanan R Juga turun, karena
LR : f ... ............. (4-2)
A
dimana u n t u k lampu : L dan A konstant.
Sehingga berdas a r k a n h u k u m O h m bila I naik, R turun, maka
berdas a rkan rumus berikut.
VR = .............................. (4-3)
I
V juga turun, penurunan ini tidaklah linier seperti sifat
resistif biasa, k a re na karakteristik listrik dari
discharge sangatlah k o mplek dan tergantung p a d a unsur
dari discharge dan kondisi operasi. O l e h k a r e n a itu
92
93
pengg u naan h u k u m O h m diatas nanya u ntuk mempermudali gam-
baran saja.
Selain itu akibat dari k e tidak linieran karakteris-
tik arus - tegangan itu, menghasilkan distorsi pada
gelombang t e g angan dan arus lampu. P e n g o p e r a s i a n dengan
gelombang sinus akan memberikan b entuk gelombang lampu
yang mendekati square, seperti ditunjukkan oleh foto
berikut :
Gambar 4-4
B e n t u k Gelombang Tegangan Lampu D e ngan Suplai AC
Karena b e n t u k gelombang yang distorsi ini, disain dan
p erhi t ungan dari rangkaian lampu sangat komplek, dan
analisa dengan rangkaian sederhana tidak dapat digunakan,
k aren a alasan ini untuk mendisain rangkaian lampu sebagian
secara teoritis dan sebagian Secara empiris.
. i. 3. Stabilisasi
UntuK m e n j a m i n operasi yang stabil dari tegangan
suplai konstant, K a r a kt eristik negatif dari lampu harus
diimbangi oleti elemen rangkaian atau k o m ponen yang mem-
punyai k a r a k t e r i s t i k positif. Elemen ini disebut S t a b i l i
ser atau Ballast. Unt uk alasan ini Ian m e n g a p a lampu dio-
perasikan dal am daeran arc discharge seperti yang dibi-
carakan dal am b agian IV. 1. 2 dimuka. K arena dal am daerah
arc discharge lampu mempunyai k a r akteristik negatif,
sehingga m e m p e r m u d a h proses stabilisasi, dikarenakan e l e
men rangk a i a n dengan karakteristik positif lebih m u d a h
dibuat dari p a d a elemen rangkaian dengan karak t e r i s t i k
negatif.
Kembali k i t a lihat gambar 2-9 yang m e n u n j u k k a n
gambar stabilisasi dari lampu yang dioperasikan pada
suplai AC, dengan m enggunakan choke. Secara teoritis,
operasi p a d a titik kestabilannya bila dipenuhi rumus
berikut :
Vo? r (II X WL)2 + (1,09 X VI)f
Kondisi ini dipen-uhi oleh titik B pada gambar 2-9.
Kita b a n d i n g k a n dengan grafik stabilisasi hasil ekperi-
men, yang ditunjukkan pada gambar 3-2 sampai dengan 3-5.
Dari keempat grafik tersebut terlihat bahwa pada tegangan
suplai nominal, sesuai dengan tegangan kerja ballast,
ballast didisain u ntuk tidak mengoperasikan lampu pada
titik keseimbangannya.
Keadaan ini dibuat berdasarkan analisa berikut :
Pertama, yaitu berdasar kan pertimbangan ekonomis, k a r e n a
setiap p r o d u k yang dipasarkan akan selalu mendapat
94
pe r s a i n g a n dengan yang lain, oleh k a r e n a itu dal am mendi-
sain choke dilakukan kompromi antara ukuran, bentuk dan
juga narganya. Ukuran dan £>erat dari choke ditentukan
oleh rating Volt - Amperenya dan b e s arnya daya operasi
lampu, p a d a arus besar membutiihkan choke lebih besar.
Kedua, berdas a r k a n pertimbangan teknik, coba kembali
perhatikan. G b . 2 - 9 bila choke did!sain agar lampu be-
k e r j a pada titik kesei mbangan yaitu titik B, m a k a bila
suatu saat terjadi fluktuasi sehingga arus lampu naik
h i n g g a k u r v a b berpotongan dengan garis mendatar skala
arus I, ini berarti bahwa semua tegangan jala-jala dise-
rap oleh ballast atau choke dan akibatnya u n t u k sesaat
lampu akan p a d a m . ,
Ketiga, berda s a r k a n pe rtimbangan u n t u k k e k u a t a n bahan
isolasl, yang sangat berpengaruli terhadap temperatur dari
ballast. P e r timbangan ini guna m e m p e r o l e h temperatur
ballast yang m a s i h mampu ditahan oleh b ahan iso Iasi, dan
hal ini sangat berpengaruh terhadap umur ball last .
Un t u k jelasnya dapat diterangkan dengan formula berikut :
Un t u k mengha n t a r k a n suatu daya nyata dalam volt - A m
pere choke didisain berdasarkan rumus :
8 ) V A = Vl. Il = i/2 2. W BJ Fpe- F e u a. b. c. h .... (4. 4)
dimana :
W = 2 TT f
95
Q'^Elenbass, W. opcit. p. 226
96
B : Induksi m a k s i m u m dal am inti dal am Vg/m^ antara
0, 9 - 1,3
J : k e p a d a t a n arus dal am A/m^ .
Fpe : Faktor jarak besi ; antara 0, 88 dan 0, 95
Feu = F aktor Jarak tembaga .
a : lebar inti
h : tinggi inti
b = lebar jendela
c = panJang Jendela .
Dari p e r s a m a a n (4.4-) di atas terlihat bahwa, untuk suatu
narga Volt - Ampere tertentu, tiarga-harga B, J, Fpg dan
Feu harus dibuat besar supaya ukuran inti kecil.
B e s a r an-besaran Fpg dan Feu tergantung pada teknik pem-
buatan, yaitu dal am hal penggulungan dan pembuatan inti.
Sedang p e m b e s a r a n h a r g a B sangat dipengarulil oleti karak-
teristik dari choke, umumnya liarga B ini terletak antara
0, 9 dan 1, 3 Vg/m^ .
Kepad at an arus J dapat dinaikkan sampai pada batas yang
diinginkan dari baban isolasi, hal ini yang m e n y e b a b k a n
kenapa choke yang dipasarkan mengoperasikan lampu tidak
pada titik keseimbangannya, tetapi pertimbangan k e k uatan
isolasi k a r e n a p e n garuh temperatur ini perlu diperhitung-
kan u n t u k m e m p ertanggung jawabkan umur dari ballast/choke
tersebut .
Dari hasil percobaan juga diperoleh data bahwa bila
tegangan suplai diturunkan terus, maka pada suatu h a r g a
tertentu lampu padam, tegangan sebelum lampu p a d a m di-
sebut tegangan kerja m i nimum dan arus yang lewat sebelum
lampu p a d a m disebut arus operasi stabil m i n i m u m dari
lampu . P a d amnya lampu tersebut d i Karenakan harga
t egangan suplai tersebut sama dengan tegangan k e r j a dari
lampu itu sendiri. Untuk Jelasnnya lihat grafik hasil
perco ba an p a d a Bab III, bandingkan juga dengan gambar 4-3
4.1. •4-. F a k t o r Ker.la ( cos 0 )
Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapat ba2iwa
faktor k e r j a masing-masing lampu b e rbeda satu dengan yang
lain . H a k i n besar ukuran daya lampu m a k i n rendaii pula
faktor k e r j a n y a . Adanya faktor k e r j a yang rendah. ini
disebabkan oleli sifat induktif dari ballast, tetapi Juga
mengandung sifat resistif, Olen k a r e n a itu, impedansi
dari choke adalali :
Z - R + J Xl
Hakin b e s a r daya lampu, makin besar pula choke yang
digunakan, 01 eh karena itu makin r e n d a h pula faktor k e r
janya .
. Hasil p e r c o b a a n menunjukkan pula b a h w a faktor kerja
meningkat bila tegangan suplai diturunkan. G ejala ini
dapat ditera n g k a n sebagai berikut ;
Telah diketahui bahwa choke tidak bersifat induktif
murni, tetapi juga resistif . O l e h k a r e n a n y a p a d a suplai
50 Hz besar impedansi yang dibangkitkan choke ini adalah
konstant. Hal ini sesuai dengan rumus : Xl = SirfL
dimana Xl be r u b a h terhadap frekuensi . Sedang besar
97
taHanan R dari clioke Ronstant.
Diketahui pula bahwa lampu fluorecensi bersifat resistif
murni dan mempunyai Kar aKt e r i s t i k negatip.
Bila t egangan suplai diturunkan berarti arus lampu Juga
turun, yang berarti tegangan kerja lampu naik, setiingga
talianan dari lampu akan meningkat . Hal ini sesuai dengan
rumus h u k u m Otim : R = V / I .
Bila I turun dan V naik, m a k a R naik.
A k i b at nya k e s e l u r u h a n talianan sistim Juga naik, karena
taHanan sistim merupakan jumlali dari tahanan ballast dan
tahanan lampu, sedangkan faktor kerja sistim tergantung
dari besar tahanan R dan besar reaktansi Xl dan dihitung
b erda s arkan rumus berikut :
^ = arctg (Xl /R)
D engan m e n u r u n K a n tegangan suplai berarti menurunkan
arus, dan m e n a ikkan h a r g a R sedang Xl tetap .
Dengan menin g k a t n y a h a r g a R berarti tiarga p m a k i n kecil
dan h a r g a faktor k erja cos jzs makin mendekati satu. Atau
secara vektor hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
96
Gambar 4-5
V ektor Impedansi Dari Lampu
4. 1. 5. AKibat Dari Distorsl Arus
Seperti dinyatakan dal am b a gian IV. 1. 2, b a h w a aKibat
k e t i d a k linieran karak te ristik arus tegangan dari lampu
m e n g h a s i l k a n distorsi pada gelombang tegangan dan arus
lampu, seperti pula yang ditunjukkan p a d a gambar 4-3,
b entu k gelombang arus lampu mendekati segi empat
(square). B e n t u k gelombang yang distorsi ini sangat tidak
menguntungkan, k arena akan berakibat, yaitu ;
- M e m p e r p e n d e k umur lampu
- Fluktuasi pada output canaya.
Masin g-masing akibat diatas akan dijelaskan dibawali ini.
,4 . 1.5. 1 U m u r Lampu. Daya dari lampu ditentukan oleh
tegangan k e r j a dari lampu dlkalikan n a r g a r a t a - r a t a dari
arus lampu. Tetapi umumnya h arga arus lampu yang dican-
tumkan adalali h a r g a efektif dan h a r g a ini b e r b e d a dengan
harg a r a t a - r a t a dari arus distorsi.
Bila ada p e r b e d a a n sudut antara h a r g a m a k s i m u m dari har-
m o n i s a - h a r m o n i s a dengan arus fundamental, hal ini tidaX
diinginkan (tetapi justru m a salah ini sering terjadi),
h a r g a yang diinginkan dari arus r a t a - r a t a akan disertai
dengan h a r g a efektif yang lebih tinggi dan m a s i h lebih
tinggi dari h a r g a m a k s i m u m arus lampu. Elektrode-elek-
trode lampu tidak didisain untuk h a r g a yang tinggi ini,
sehingga berakibat umur lampu lebih pendek.
4 . 1. 5. 2. Fluktuasi Output Cahaya. Bila b a n y a k dihasilkan
99
100
h a r m o n i s a - n a r m o n i s a dal am arus lampu dengan faKtor puncak
(peak factor) yang tinggi, - faktor p u ncak adalan perban-
dingan antara liarga m a k s imum arus lampu terhadap liarga
efektif nya kedalaman relatif dari ripple cahaya lebih
besar dan efeksroboscopic menjadl lebih jelas terliliat.
Pada frekuensi jala-jala 50 Hz, frekuensi ripple 100 Hz ;
frekuensi ini ciikup tinggi bagi m a t a m a n u s i a setiingga
h a n y a dapat dilihat secara langsung dal am k e a d a a n yang
benar-benar buruk. Harmonisa-harmonisa genap dal am arus
l a m p u’ lebih tidak disukai, karena ripple akan mempunyai
k o m po n en 50 Hz yang secara langsung m e n g g a n g g u m a t a .
4'. 1. 5. Daya Lampu Dan Efisiensi
Sering timbul pertanyaan, k e n a p a dibuat lampu TL
dengan daya besar seperti 40 W, 60 W dsb, efisien mana
dibandingkan bila digunakan beberapa buali lampu dengan
daya kecil misal 10 W atau 15 W.
Analis a berikut ini akan mengkaji bal tersebut.
Hasil p e r c o b a a n dengan lampu TL 40 Watt m e n u n j u k k a n baliwa
pemaka i an daya sebesar = 50 Watt
Kuat p e n e r a n g a n : 680 Lux
K e m u n g k i n a n u n t u k mengganti lampu ini, yaitu ;
- Empat buab. lampu 10 W
- Dua lampu 15 W dan satu lampu 10 W
- Dua lampu 20 W
- Bila digunakan 4 lampu 10 Watt :
P e m a k aian daya 4 x 1 9 = 7 6 W
Kuat p e n e r a n g a n 4 x 1 7 9 = 7 1 5 Lux
- Bi la d i g u nakan 2 lampu 15 W dan l lampu 10 W
Pe ma k a i a n daya ( 2 x 2 1 ) + 1 9 = 6 1 W
Kuat p e n e r a n g a n (2 x 354) + 179 = 887 Lux
- Bila d i g u nakan 2 lampu 20 Watt ;
Pe m a k aian daya 2 x 30 = 50 W
Kuat p e n e r a n g a n 2 x- 524 = 1048 Lux
Dari hasil perliitungan diatas jelas terliliat baliwa makin
kecil u k u r a n daya lampu makin rendah efisiensinya.
Penggu naan 4 lampu 10 Watt ternyata sangat tidak efisien,
k a re na dibanding dengan sebuali lampu 40 Watt pemakaian
daya m eningkat sebesar (76 - 50) / 50 x lOOX = 52 X,
sedang output p e n e r a n g a n h a n y a meningkat (716 - 680) /
680 X 100 '/. - 5. 3 X. Lag! pula n a r ganya relatif lebin
malial dengan digunakannya 4 buali ballast.
Efisiensi diperbaiki bila digunakan 2 lampu 20 Watt,
jelasIan banwa efisiensi lebih baik pada lampu dengan
daya besar.
P e m a kaian daya dalam ballast pada lampu TL sangat
besar, dan liampir 85 X daya yang masuk diserap oleh
ballast. Hal ini dapat dilihat dari basil perhitungan
terbadap lampu TL 20 Watt dan 40 Watt.
TL 20 Watt.
T egangan suplai Daya input Daya di ballast
125 30 25. 6
120 25 24. 3
101
110 20
1
18, 9
100 15 12. 4
90 10 6 . 5
85 7 3. 8
80 4 1. 5
TL 40 Watt
T e g an ga n suplai Daya input Daya di ballast
220 50 39. 8
210 40 36. 7
200 33 31. 7
190 29 25. 6
180 25 2 0 . 2
170 20 13. 7
160 15 7. 9
155 10 5. 6
150 9 2. 7
Dari hasil diatas jelaslan pemakaian clioke ballast
frekuensi 50 Hz Kurang efisien, selain memakai daya besar
juga kuat penera n g a n yang dihasilkan juga kurang.
4;. 2. EVALUASI DATA LAMPU FLUORECENSI DENGAN BALLAST
E LEKTRONIK
4. 2. i. R a n g k a i a n
Seperti ditunjukkan dal am gambar 3-1 , rangkalan
dari ballast eleKtroniK terdiri dari ;
- Low pass filter
- AC / DC converter
- E n e r g y buffer
- H i g h frequency oscilator
- Lo w Pass Filter
R a n g ka ian ini mempunyai tiga fungsi :
1. Hengurangi distorsi yang disebabkan oleh H a r m o n i s a
dari arus jala-jala (filter lianya m e l a l u k a n frekwen-\
si 50 Hz dan m e r e d a m harmonisa-harmonisa.
2. Henalian signal frekwensi tinggi kembali ke jala-jala.
3. Melindungi rangkaian dari puncak tegangan tinggi
dari jala-jala.
- AC / DC C o n v e r t e r Dan Buffer
AC / DC converter menggunakan r a n g kaian jembatan
dioda yang menyea r a h k a n tegangan Jala-jala. Kapasitor
buffer p a d a output dari rangkaian jembatan m e n j a g a
tegangan DC pada 280 Volt dan tegangan ini digunakan
mendrive p ower oscilator frekwensi tinggi (HF power o s c i
lator). U n t u k menjaga tegangan ini dibutiihkan arus dari
jala-jala yang memuati kapasitor. Biasanya akan m e r u pakan
pulsa p e n d e k yang ak:an menyebabkan distorsi dari jala-
jala, tetapi m a s a l a h ini teratasi dengan adanya low pass
filter.
103
- HF Power Oscilator
R a n g k a i a n ini mendrive dua power transistor Si dan
S2. Pada dasarnya transistor di switch pada frekwensi
tinggi, misal 28 KHz dan ini akan mengha s i I k a n tegangan
dengan frekwensi tinggi yang dicatukan pada lampu fluore-
censi klius-us u n t u k frekwensi tinggi. Pada frekwensi
tinggi ini lampu mempunyai kuat penerangan 104 lumen /
Watt dibandingkan 93 lumen / Watt pada frekwensi 50 Hz.
S e sun gguhnya p e n goperasian pada ferkwensi tinggi mengha-
silKan level canaya yang sama untuk day a yang leDili
kecil.
4- 2. 2. Frekuensi Kerja
104-
Pe m i l i h a n frekuensi k e r j a dari lampu ini pada 28
KHz didasarkan atas pertimbangan - p e r timbangan berikut :
P e n y alaan lampu fluorecensi diatas 15 KHz m e n g h a s i 1-
k an k e m a j u a n yang berarti pada kuat penerangan
seperti ditunjukkan dal am gambar 4-6 dibawah ini.
lu m in o u - i^ fic a c y %
(Hz)
Gambar 4-6 (10)
G r afik H u b u n g a n Frekuensi T e r hadap Kuat Penerangan
K a r e n a daerali frekuensi audio m a n u s i a h a n y a sampai
p ada 20 KHz maKa freKwensi 28 KHz tel ah dipilih
u n t u k frekuensi kerja dari sistim ballast elek-
tronik ini.
4'- 2. 3. Kuat Penerangan
P e n g o p e r a s i a n lampu pada frekuensi 28 KHz, memberi-
kan 104- lumen / watt, sedang pada frekuensi p e n g o p e r a s i a n
50 Hz h a n y a diperoleh 93 lumen / watt. Hal ini dikarena-
kan tingkat energi yang tetap bagi e l e k t r o n -elektron atom
merc ur y u n t u k dieksitasi, sedang dengan frekuensi diatas
50 Hz m a k a intensitas terjadinya akan lebih banyak,
sehingga radiasi ultra violet dengan panjang gelombang
253, 7 n m yang terjadi juga lebih banyak, akibatnya kuat
p ener an gan lebib. besar. Atau lebib. jelasnya b i l a pada
frekuensi 50 Hz kemungkinan tumbukan antara elektron
dengan a t o m m e r c u r y ada satu kali dal am satu detik, maka
pada frekuensi yang lebih tinggi tentunya k e m u n g k i n a n
tumbukan antara elektron dengan atom m e r c u r y akan lebih
banyak, akibatnya kuat penerangan b e r t a m b a h besar.
4. 2. 4. Faktor Ker.la ( Cos 0 )
D engan frekuensi pengoperasian 26 KHz, m a k a dengan
jumlah lilitan yang jauh lebih sedikit akan diperoleh
h a r g a reaktansi induktif yang sama u n t u k lilitan yang
banya k pada pengoperasian 50 Hz. Hal ini sesuai dengan
105
105
per sa ma an :
dimana ; f :
L :
XL
frekuensi
Induktansi
W L
2 Ti f L
Sehingga dengan demikian, frekuensi tinggi memberikan
ke un tu n g a n yaitu mengurangi sifat induktif rangkaian dan
ha rg a dari faktor kerja cos js dapat ditingkatkan.
4 . 2. 5. C anaya Output Yang Konstant
C a h a y a output yang konstant dapat terjadi dikarena-
k an arus lampu tidak termodulasi oleti tegangan Jala-jala,
ganibar 4-7 dibawali ini menunj u k k a n dengan jelas hal ter-
sebut.
0 ,2 A m p /d iv .
Lamp current2 m s /d iv . — -
GamDar 4-7 (10)
O s c i l o g r a m Arus Lampu Sebagai Fungsi Waktu.
Akibat tidak termodulasinya arus lampu adalali tidak ada-
nya efek stroboscopic yang m engganggu mata, bilangnya
efek ini terutama disebabkan oleh frrekuensi tinggi yang
dikenakan pada 1ampu
107
4- 2. 6 . T e g a n g a n Fenyal aa n
T e g a n g a n penyalaa n yang lebih r e n d a H diperluKan
untuK menstart lampu, hal ini dapat terjadi pada sistim
dengan ballast eleKtroniK Karena ada arus m u l a yang mema-
nasRan eleKtrode selama lebih Kurang 0, 5 detiK sebelum
p enyalaan terjadi. Tetapi mata m a n u s i a tidak dapat
m e m per h atiKan dan pengoperasian k e l i hatan konstant dan
Debas kelip. K e u n t u n g a n lain dengan memana s k a n elektrode
ini adalah. tidak adanya partikel yang d ipancarkan dari
elektrode, akibatnya :
1. Mengurangi k e r u s a k a n elektrode dan memperpanjang umur
h i d u p lampu.
2. Mengurangi p enghitaman dari bagian ujung lampu.
Arus pe man a s a n awal dapat dililiat pada gambar berikut :
) Am p/div.Electrodepre-heatcurrent
0.2 Amp/div,
Lamp current
0.1 s/div' -
Gambar 4--8 (10)
Atas ; Arus Pemanas Elektrode Bawah. ; Arus Lampu Pada Saat M e n y a l a
T e g angan p e n y alaan yang lebih rendali, juga diperoleh
dengan digunakan gas argon, yang membut u k a n 300 V bila
elektrode d ipanaskan sebelumnya, dibanding 1000 V bila
tanpa pemanasan.
4,. 3. SI H U L A S I
4'. 3. 1. P e n g a n t a r
P e m b u a t a n r a n g Kaian simulasi dimaksudkan u n t u K dapat
mevmjudkan, apa-apa dari hasil p e ngumpulan data dan
evaluasi yang tel an dilakuKan, serta d imaksudkan u n t u k
mencapai tujuan akhir dari penulisan tugas akhir ini,
seperti yang dicantumkan pada awal p e n u lisan n a s k a h ini.
Rangka ian simulasi dibuat sebegitu rupa, seliingga
frekuensi k e r j a rangkaian dapat diubaii-ubali da lam bat as
tertentu.' Juga melalui rangkaian ini akan dilakukan
p engu ku ran u n t u k membuktikan besaran-besaran penting yang
m e n u n j u k k a n k e e f i s i e n a n sistem.
4'. 3. 2. R a n g k a i a n Simulasi
106
B e r d a s a r k a n hasil pengumpulan data dari lampu fluo-
recensi konvensional dan lampu fluorecensi dengan ballast
elektronik, m a k a dibuat suatu simulasi dengan b l o k
diagram sbb ;
Gambar 4-9
B l o k Diagram Rangkaian Simulasi
Ra n g kai an dengan blok diagram diatas, dibuat berdas a r k a n
pertim b a n g a n baliwa rangkaian membutulikan tegangan k e r j a
yang tinggi u n t u k k e m u daban start serta mengurangi rugi-
rugi yang timbul bila h a r u s ,menurunkan tegangan dikarena-
kan arus cukup besar, serta frekuensi yang n a n t i n y a akan
diuban-uban. Berikut ini dijelaskan m a s ing-masing blok
untuk memperjelasnya.
- AC / DC C o n v e r t e r Dan Buffer
B l o k ini m e n g g u n a k a n rangkaian jembatan dioda yang
langsung menyearalikan tegangan bolak b a l i k dari Jala-Jala
109
Rangkai an Jembatan Dioda
A dapun m a k s u d digunakannya rangkaian Jembatan ini untuic
m e m p e r o l e b penyearalian gelombang penub, sehingga dengan
kapas itor b u ffer akan diperoleh tegangan r a t a sebesar i
170 Volt sebagai tegangan kerJa dari r a n g k a i a n simulasi
ini.
- Drive
R a n g k a i a n drive disini m e r u p a k a n rangkaian
pembangkit pulsa- p u l s a segi empat yang dapat diatur
frekuensinya.
110
Gambar 4-11
Pulsa Segi Empat
Pengatu ran frekuensi darl rangkaian ini akan secara auto-
matik Juga m e n gatur frekuensi kerja dari rangkaian
simulasi ini. Rangkaian pembangkit pulsa ini dibuat
dengan sebuan IC timer 555, yang dirangkai sebagai
berikut ;
' • y T
_ o-
,a
- j T j i n
Gambar 4-12
R a n g k a i a n Pembangkit Pulsa Segi Empat
Dengan m e n g a t u r b a r g a taHanan variabel RB akan diperoleb
frekuensi pulsa yang berbeda, yaitu makin lebar periode
tiap p u l s a m a k i n kecil / rendab frekue n s i n y a dan
sebaliknya.
- Switching.
R a n g k a i a n switching ini mengga b u n g k a n k e d u a bagian
rangkaian yang terdahulu. Rangkaian ini akan m e n g h a s i l k a n
Ill
tegangan tinggi dengan freKuensi yang tinggi pula.
T e g a n g a n tinggi hasll penyearahan diKenakan sebagai
tegangan K e r j a pada transistor yang berbeban, dan pulsa
hasil r a n g k a i a n drive diumpankan ke basis dari
transistor. Sehingga pada rangkaian ini transistor akan
beker ja pada dua daerab yang m e n j a d i k a n transistor
b e k e r j a sebagai saklar. Dua daerab. tersebut adalali daerab.
cut off, yang dicapai bila pulsa p a d a basis transistor
b e nar- benar off, dan daerali saturation atau daerah Jenuli
yang dicapai b i l a pada saat pulsa on arus basis benar-
benar memenuhi persyaratan untuk transistor benar-benar
jenxm atau saturate.
Rangk a i a n dasar dan k a r akteristik Ic - Vce ditunjukkan
pada gambar berikut :
Gambar 4-13
Karakteristik Ic - Vce transitor
112
♦Vcc
Ganibar 4-14
Ra n g k a i a n dasar transistor sebagai saklar
- Stabiliser.
R a n g k a i a n stabiliser ini berfungsi p e r t a m a harus
dapat mengtiantarkan daya yang diperlukan lampu, kedua
Juga harus dapat menyediakan tegangan tinggi yang d i p e r
lukan u n t u k menstart lampu serta dapat menyerap
k e l e b i n a n tegangan pada saat lampu sudali menyala.
Rangk a i a n ini sangat menentukan apakali lampu sudati benar
beropersi pada titik kerjanya, p e n e n t u a n ini dapat
dilakukan dengan pertolongan kapasitor.
R a n g k a i a n stabiliser ini dibuat dengan m enggunakan
transformator pulsa dengan inti ferit dan k a p a s i t o r seba-
gai pembantu. Rangkaian dasarnya adalah sebagai berikut :
o-------
Gambar 4-15
Rangkaian Dasar Stabiliser
4- 3. 2. PenguKuran
Ra ngKaian simulasi u ntuK ballast eleKtronIK dengan
lampu TL 10 W, m emberiKan hasil sebagai beriKut :
1 14
Frekuensi Daya Cos jzs Kuat Penera n g a n(KHz) ' (W) (Lux)
25 KHz 17 0,95 219
28 KHz 16 0 , 9S 228
Dari liasil diatas terliliat baliwa ada peningkatan
efisiensi dari daya, cos 0, serta Kuat penerangan yang
diliasilkan; dibandingkan dengan pengoperasian lampu
tersebut memakai choke ballast.
- Daya.
Pemakaian daya dengan cHoke ballast adalan 19 W, seperti
ditunjukkan p a d a tiasil p e r c o b a a n Bab III. Berarti ada
p ening k a t a n efisiensi sebesar ;
Pada frekuensi 25 KHz : (2 / 19) x 100 X - 10. 5 X
Pada frekuensi 28 KHz ; (3 / 19) x 100 X = 15. 7 X
- Cos (i
Faktor k e r j a dengan clioke ballast adalaii 0.89 ,
peningk atan didapat sebesar O p 4 pada frekuensi 25 KHz,
dan 0i,07 Pada frekuensi 28 KHz. Peningkatan ini didapat
karena digunakannya lebili sedikit kompo n e n yang bersifat
indukt if .
- Kuat penerangan
Dibanding dengan penggunaan clioke ballast yang
mengha si Ikan kuat penerangan 179 lux, maka p e nggunaaan
115
freKuensi tinggi ternyata meningKatkan kuat penerangan
sebesar 219 lux pada frekuensi 25 KHz, yang berarti ada
penin g k a t a n setoesar (40 / 179 ) x 100 '/. - 22, 3 Z.
Sedang pada frekuensi 28 KHz kuat penera n g a n sebesar 228
lux, yang berarti ada peningkatan sebesar (49 / 179) x
100 X z 27.3 y.
116
>
V•■V.V.'; >: '
•> ♦r“"'"
< <'r‘‘A.'
. •<>.. i ■■:■ < :',;'
V i p . f l ,
. i *■'- V
♦̂it I*'' *, ̂I
t«V. v'̂ VY-
iC-'Vr
•-* '.-.•i'.-
Garnbar 4-17
Pulsa segi empat yang dihasilkan IC 555
Gambar 4~1S
Rangkaian siniulaRi pacla papan peraga dergan TL 10 l.'att