Iuw Obby Lah Jadi!!!!!!!
-
Upload
-robbi-eka-putra- -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
Transcript of Iuw Obby Lah Jadi!!!!!!!
PAPER
ILMU UKUR WILAYAH
“Pengukuran Garis Lurus Dilapangan”
DISUSUN OLEH
ROBBI EKA PUTRA (05081006026)
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDY TEKNIK PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran wilayah merupakan ilmu dasar yang harus diketahui ahli ukur
dalam pembuatan bangunan, perkebunan, sistem pengairan, pembuatan jalan, dan
masih banyak lagi penerapan dari ilmu ukur wilayah ini dalam kehidupan sehari-hari.
Pengukuran merupakan suatu tindakkan untuk menujukkan dimensi, menggunakan
alat ukur standar untuk menunjukkan besaran satuan objek yang diukur. Variabel-
variabel yang penting dalam pengukuran yaitu panjang (horizontal distance), tinggi
(vertical distance), sudut (indination of an object in circular system).
Dalam pengukuran perlu diketahui pekerjaan-pekerjaan apa saja yang
dilakukan dalam pengukuran sehingga dapat ditentukan suatu lahan dapat dibuat
perkebunan atau pabrik sebagai contohnya. Pekerjaan pengukuran pada awalnya ialah
persiapan yaitu perencanaan yang matang baik itu persiapan bekal, perlengkapan,
bahkan obat-obatan. Pengenalan medan, perintisan ialah mempersiapkan suatu lahan
agar bias diukur dengan mempersiapkan batasan-batasan yang akan diukur,
penjadwalan sampai finis, penentuan pekerjaan masing-masing dilapangan, Hal-hal
yang diluar jangkauan atau Implementation, dan terakhir yaitu Recording yaitu
dengan cara menggambar semua kegiatan hasil pengukuran.
Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat garis
lurus. Dapat dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat dengan seperti
menarik garis lurus diatas kertas. Dari garis lurus yang harus dibuat harus diketahui
kedua titik ujungnya. Maka untuk memnetukan garis lurus yang menghubungkan dua
titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis lurus itu kelihatan
dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan dengan syalon. Tiap-tiap bagian garis lurus
yang letak antara dua syalon dianggap sebagai lurus.
Pengukuran jarak terdapat jenis-jenis pengukuran yaitu : odoming merupakan
pengukuran awal, pacing pengukuran dengan menggunakan langkah, taping
menggunakan meteran, hairing menggunakan pembacaan theodolit. Hal yang penting
dalam pengukuran selain dari pengukuran jarak yaitu pengukuran sudut yang terdiri
dari sudut horizontal, sudut vertical, dan sudut refrensi. Pengukuran sudut refrensi
merupakan pengukuran beda ketinggian dengan menggunakan selang, sifat datar, dan
Theodolit. Permasalah yang diangkat dalam paper ini ialah dasar dari teknik
pengukuran wilayah yaitu penentuan garis lurus dan penentuan jarak di lapangan.
B. Tujuan
Tujuan dari paper ini adalah mengetahui bagaimana cara mengukur dan
membuat bangunan, perkebunan, sistem pengairan, pembuatan jalan, dan penerapan
dari ilmu ukur wilayah ini dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penerapan cara membuat garis lurus dan mengukur jarak di lapagan meimiliki
memiliki pokok-pokok pembahasannya diawali dengan menyatakan titik di
lapangan, membuat garis lurus di lapangan, kita juga harus mengetahui alat-alat
pengukur jarak, pengukur jarak, alat pengukur sudut miring, ketelitian pengukuran
jarak. Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan
titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa
ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian
rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL)
atau ditentukan lokal. Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik
alat sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Pengukuran
Trigonometris prinsipnya adalah Mengukur jarak langsung (Jarak Miring), tinggi alat,
tinggi, benang tengah rambu, dan suclut Vertikal (Zenith atau Inklinasi).
Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.
Metode pengukuran sipat datar optis
Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar
optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi
dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran
beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV)
dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar
pergi dan pulang.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda
tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui sama
dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h yang
diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B adalah jarak antara dua bidang
nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang
lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai Bidang
yang mendatar.
Untuk melakukan dan mendapatkan pembacaan pada mistar yang dinamakan pula
Baak, diperlukan suatu garis lurus, Untuk garis lurus ini tidaklah mungkin seutas
benang, meskipun dari kawat, karena benang ini akan melengkung, jadi tidak lurus.
Bila diingat tentang hal hal yang telah di bicarakan tentang teropong, maka setelah
teropong dilengkapi dengan diafragma, pada teropong ini di dapat suatu garis lurus
ialah garis bidik. Garis bidik ini harus di buat mendatar supaya dapat digunakan
untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, ingatlah pula nivo pada tabung, karena
pada nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar dengan ketelitian
besar.
Garis lurus ini ialah tidak lain adalah garis nivo. Maka garis arah nivo yang
dapat mendatar dapat pula digunakan untuk mendatarkan garis bidik di dalam suatu
teropong, caranya; tempatkan sebuah nivo tabung diatas teropong. Supaya garis bidik
mendatar, bila garis arah nivo di datarkan dengan menempatkan gelembung di
tengahtengah, perlulah lebih dahulu. Garis bidik di dafam teropong, dibuat sejajar
dengan garis arah nivo. Hal inilah yang menjadi syarat utama untuk semua alat ukur
penyipat datar. Dalam pengukuran Sipat Datar Optis bisa menggunakan Alat
sederhana dengan spesifikasi alat penyipat datar yang sederhana terdiri atas dua
tabung terdiri dari gelas yang berdiri dan di hubungkan dengan pipa logam. Semua
ini dipasang diatas statif. Tabung dari gelas dan pipa penghubung dari logam di isi
dengan zat cair yang berwarna. Akan tetapi ketelitian membidik kecil, sehingga alat
ini tidak
digunakan orang lagi. Perbaikan dari alat ini adalah mengganti pipa logam dengan
slang dari karet dan dua tabung gelas di beri skala
dalam mm. Cara menghitung tinggi garis bidik atau benang tengah dari suatu rambu
dengan menggunakan alat ukur sifat datar (waterpass). Rambu ukur berjumlah 2 buah
masing-masing di dirikan di atas dua patok yang merupakan titik ikat jalur
pengukuran alat sifat optis kemudian di letakan ditengah-tengah antara rambu
belakang danmuka .Alat sifat datar diatur sedemikian rupa sehingga teropong sejajar
dengan nivo yaitu dengan mengetengahkan gelembung nivo.
Setelah gelembung nivo di ketengahkan barulah di baca rambu belakang dan rambu
muka yang terdiri dari bacaan benang tengah, atas dan bawah. Beda tinggi slag
tersebut pada dasarnya adalah pengurangan benang tengah belakang dengan benang
tengah muka.
Berikut ini adalah syarat-syarat untuk alat penyipat datar optis :
Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur penyipat datar. Bila
sekarang teropong di putar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar dan garis bidik
di arahkan ke mistar kanan, maka sudut a antara garis arah nivo dan sumbu kesatu
pindah kearah kanan, dan ternyata garis arah nivo dan dengan sendirinya garis bidik
tidak mendatar, sehingga garis bidik yang tidak mendatar tidaklah dapat digunakan
untuk pembacaan b dengan garis bidik yang mendatar, haruslah teropong dipindahkan
keatas, sehingga gelembung di tengah-tengah. Benang mendatar diagfragma harus
tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada pengukuran titik tinggi dengan cara menyipat
datar, yang dicari selalu titik potong garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar
yang dipasang diatas titiktitik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus
yang menghubungkan dua titik potong benang atau garis diagframa dengan titik
tengah lensa objektif teropong.
Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Garis bidik adalah
Garis lurus yang menghubungkan titik tengah lensa objektif dengan titik potong dua
garis diafragma, dimana pada garis bidik pada teropong harus sejajar dengan garis
arah nivo sehingga hasil dari pengukuran adalah hasil yang teliti dan tingkat
kesaIahannya sangat keciI.
Alat-alat yang biasa digunakan dalam pengukuran kerangka dasar vertikal
metode sipat datar optis adalah:
1. Alat Sipat Datar
2. pita Ukur
3. Rambu Ukur
4. Statif
Metode pengukuran barometris
Pengukuran Barometris pada prinsip-nya adalah mengukur beda tekanan
atmosfer. Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode barometris dilakukan
dengan menggunakan sebuah barometer sebagai alat utama. Seperti telah di ketahui,
Barometer adalah alat pengukur tekanan udara. Di suatu tempat tertentu tekanan
udara sama dengan tekanan udara dengan tebal tertentu pula. Idealnya pencatatan di
setiap titik dilakukan dalam kondisi atmosfer yang sama tetapi pengukuran tunggal
hampir tidak mungkin dilakukan karena pencatatan tekanan dan temperatur udara
mengandung kesalahan akibat perubahan
kondisi atmosfir. penentuan beda tinggi dengan cara mengamati tekanan udara di
suatu tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini misalnya elevasi ± 0,00 meter
permukaan air laut rata-rata.
Metode pengukuran trigonometris
Pengukuran kerangka dasar vertikal metode trigonometris pada prinsipnya
adalah perolehan beda tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda tinggi
dengan memperhitungkan tinggi alat, sudut vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi
garis bidik yang diwakili oleh benang tengah rambu ukur. Alat theodolite, target dan
rambu ukur semua berada diatas titik ikat. Prinsip awal penggunaan alat theodolite
sama dengan alat sipat datar yaitu kita harus mengetengahkan gelembung nivo
terlebih dahulu baru kemudian membaca unsur-unsur pengukuran yang lain. Jarak
langsung dapat diperoleh melalui bacaan optis benang atas dan benang bawah atau
menggunakan alat pengukuran jarak elektronis yang sering dikenal dengan nama
EDM (Elektronic Distance Measurement). Untuk menentukan beda tinggi dengan
cara trigonometris diperlukan alat pengukur sudut (Theodolit) untuk dapat mengukur
sudut sudut tegak.Sudut tegak dibagi dalam dua macam,ialah sudut miring m clan
sudut zenith z, sudut miring m diukur mulai ari keadaan mendatar, sedang sudut
zenith z diukur mu(ai dari keadaan tegak lurus yang selalu ke arah zenith alam.
Pengukuran kerangka dasar horizontal
Untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas
permukaan bumi maka perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan
istilah pengukuran kerangka dasar Horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar
diperlukan data sudut mendatar yang diukur pada skafa fingkaran yang letaknya
mendatar. Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah :
Metode pengukuran poligon
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak
memanjang sehingga tnernbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan
Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal
yang bertujuan untuk
memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon
sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa metode
penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran
cara poligon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat
dengan mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan
koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
1. Koordinat awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah
dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau titik-titik
tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila
dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga
koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik lainya.
2. Koordinat akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan
koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang
sama dengan koordinat awal
3. Azimuth awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi
dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya
dapat di tempuh dengan dua cara hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah
diketahui dan akan dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon sehingga
didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengukur jarak suatu lapangan
yang akan dibahas pada bab ini. Adapun cara yang akan digunakan dalam
pengukuran lapangan yang pertama adalah menyatakan titik lapangan, membuat garis
lurus dilapangan, dan juga penggunaan alat-alat yang akan dipakai dalam pengukuran
jarak dilapangan.
1. Menyatakan titik di lapangan.
Untuk pekerjaan mengukur, baik pengukuran jarak, baik pengukuran sudut,
diperlukan titik-titik di lapangan. Titik-titik diatas permukaan bumi ada yang
mempunyai sifat tetap, ada pula yang mempunyai sifat sementara. Titik-titik ini yang
dibuat di lapangan harus dapat diketemukan dengan mudah. Titik-titik yang bersifat
tetap, sehingga selalu dapat digunakan untuk pengukuran-pengukuran adalah,
pertama ; titik triangulasi yang dinuat didalam daerah yang besar seperti Indonesia
untuk tiap-tiap pulau, dan kedua ; titik-titik polygon yang dibuat di dalam daerah
yang kecil seperti di dalam kota-kota.
Sebagai contoh pada gamanr II-Ii diberikan tugu-tugu triangulasi (a, b, c, dan
titik-titik ploligon di dalam kota-kota (d,e). Titik-titik poligoon, seperti pada gambar
d terdiri ataspipa besi R yang dibeton dan diletakkan 30 cm di bawah permukaan
tanah. Tutup Tt diletakkan di atas pipa K, semua dibuat dari besi tuang. Tutup Tt
haruslah dibuka lebih dahulu, bila titik itu digunakan untuk pengukuran dan titik letak
di sumbu A-A dari pipa R. pada gambar e titik poligoon terdiri atas baut S yang
disekrupkan pada dinding gedung-gedung besar yang ada di kota-kota.
Dari titik-titik tetap ini diketahui selain koordinat-koordinatnya yang
menentukan letak mendatar terhadap suatu salib sumbu, pula diketahui tinggi diatas
suatu bidang nol yang lazimnnya diambil permukaan laut. Kordinat-koordinat dan
tinggi titik-titik ini ditentukan dengan pengukuran-pengukuran yang dilakukan
dengan cara yang teliti, karena titik-titik tentu ini akan menjadi dasar pengukuran-
pengukuran lainnya. Titik titik yang bersifat sementara diperlukan pada waktu
pengukuran, sebagai titik-titik penolong: Titik-titik ini diberi tanda dengan kayu
sebesar 5 x 5 cm², 10 x 10 cm² dan 15 x 15 cm² yang ditanam di dalam tanah sedalam
0,50 a 0,75 m. Kayu-kayu ini dinamakan piket dan diberi nomor dengan cat merah,
sedang di atasnya diberi tanda dengan paku atau sekrup yang menyatakan tempat titik
piket itu.
Supaya titik itu kelihatan dari titik-titik lainya pada waktu dilakukan
pengukuran, maka dapatlah digunakan beberapa cara seperti pada gambar. II-Iii. Pada
gambar a dan b digunakkan sebatang kayu yang panjangnya 2 a 3 m dan mempunyai
linkaran atau segitiga penampang. Tiap-tiap 50 cm diberi warna merah dan putih
berganti-ganti, dan di bagian bawahnya diberi besi yang diruncingkan, sehingga dapat
dilihat dari jauh. Pada gambar a kayu ini dinamakan syalon ditancapkan di tanah pada
titik yang diukur, sehingga pada gambar b syalon itu ditempatkan diatas piket, tugu
atau titik polygon dengan menggunakan kaki tiga, supaya syalon itu tetap berdiri dan
diletakkan tegak lurus lebih dahulu dengan menggunakan nivo syalon (gambar c.).
cara ini dapat dilakukan baik jarak tidak besar dan tidak ada rintangan anatara dua
titik yang digunakan pada pengukuran. Bila ada rintangan dan jarak menjadi besar,
maka titik yang diukur dapat kelihatan dengan membuat sosok dari bamboo atau dari
kayu seperti dapat dilihat pada gambar-gambar d, e, dan f. menara ini dapat mencapai
tinggi 20 a 30 m.
2. Membuat Garis Lurus di Lapangan
Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat garis
lurus. Dapat dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat dengan seperti
menarik garis lurus diatas kertas. Dari garis lurus yang harus dibuat harus diketahui
kedua titik ujungnya. Maka untuk memnetukan garis lurus yang menghubungkan dua
titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis lurus itu kelihatan
dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan dengan syalon. Tiap-tiap bagian garis lurus
yang letak antara dua syalon dianggap sebagai lurus. Syarat utama untuk mencapai
ketelitian yang cukup besar, ialah bahwa tiap-tiap syalon harus letak tegak lurus.
Maka selalu diusahakan supaya semua syalon harus letak tegaklurus. Maka selalu
diusahakan supaya semua syalon diletakkan tegaklurus dengan menggunakan garis
sudut gedung-gedung atau , bila ada dengan nivo syalon.
a. Antara dua titik P dan Q harus dibuat garis lurus dengan menetukan titik-
titik a, b, c, dan selanjutnya yang diletakkan sedemikian rupa, sehingga titik-titik itu
letak di garis lurus PQ. Diperlukan untuk pekerjaan ini dua orang. Orang pertama
berdiri di sebelah kiri titik P, oada titik mana fitempatkan suatau syalon. Orang yang
kedua membawa beberapa syalon. Syalon yang akan ditancapkan kedalam tanah
dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk, srhingga dapat berdiritegak. Dengan
petunjuk orang pertama syalon yang akan ditancapkan di titik A harus digeserkan
sedemikian, sehingga oleh orang yang berdiri di sebelah kiri syalon di titik P dan Q,
karena orang pertama itu hanya dapat melihat syalon P, sedang syalon a dan syalon Q
tidak kelihatan sama sekali. Tanda , bahwa syalon a telah letak di suatu garis lurus
dengan P dan Q, ialah oleh orang yang berdiri di sebelah kiri syalon P ketiga syalon
itu kelihatan sebagai satu syalon.
Setelah syalon a ditanam, maka orang yang pertama pindah di sebelah kiri
syalon a dan orang kedua dengan petunjuk orang pertama menanam syalon b.
pekerjaan ini dilanjutkan seperlunya dengan syalon-syalon s, d, dan seterusnya. b,
Memperpanjang garis PQ dapat dilakukan oleh satu orang. Syalon ditempatkan dititik
a, sehingga syalon a, Q dan P kelihatan satu karena syalon P, syalon Q dan syalon a
berimpit. Demikian pula dikerjakan dengan syalon b. c. Bila titik-titik P dan Q dalam
keadaan sedemikian, hingga orang tidak dapat berdiri di belakangnya untuk dapat
melihat ke titik lainnya, seperti misalnya titik P dan Q adalah titik-titik suatu gedung
besar, ,maka diperlukan lagi dua orang untuk menempatkan titik-titik yang letak di
satu garis dengan P dan Q dan yang letak anatara P dan Q.
Satu orang memegang syalon a dan orang lainnya memegang syalon b. orang
yang kedua menepatkan syalonnya di titik b1, dan menyuruh orang pertama
menempatkan syalonnya dititik a1, sehingga orang yang kedua melihat tiga titik
b1,a1, dan P di satu garis lurus. Orang pertama yang menanam syalon a1 melihat,
bahwa syalon b1 tidak letak di garis a1- Q. maka disuruhlah orang kedua dengan
petunjuk orang pertama meminsahkan syalonnya ke b2, sehingga oleh orang pertama
dilihatnya, bahwa a1, b2, dan Q letak di satu garis lurus.
Sekarang orang yang kedua meneliti syalon a1 yang kelihatan dari b2 tidak
tegak lurus dengan P. syalon a1 dengan petunjuk orang kedua dipindahkan ke a2,
sehingga dengan b, dan P letak di satu garis lurus. Secara bergiliran saling meneliti,
maka dapt dengan cepat didapat titik-titik a3 dan b3 yang letak di satu garis lurus PQ.
d. Keadan lain yang menyukarkan pembuatan garis lurus dilapangan, ialah bila antara
titik-titik ujung P dan Q di dapat suatu garis bangunan yang berupa rumah atau
tanam-tanaman, hingga satu titik ujung tidak kelihatan dari titik ujung lainnya.
Pembuatan garis lurus PQ dengan menentukan titik-titik di antara P dan Q dapat
dilakukan dengan dua cara. Pada cara pertama, dibuat suatu garis lurus lainnya yang
sejajar dengan PQ. Pilihlah titik A dan titik B sedemikian rupa, hingga jarak dari P
dan Q ke garis lurus AB sama panjangnya = p. Dengan demikian haruslah dibuat <
PAB dan < QBA kedua-duanya 90º. Tentukan selanjutnya titik-titik a, b, c, d dan
selanjutnya di garis lurus AB dan buatlah pada titik-titik ini garis tinggi yang dibuat
sama dengan p. Maka didapatlah titik a’, b’, c’, d’, dan seterusnya yang merupakan
titik-titik dari garis lurus PQ.
Pada cara kedua di carilah titik A di lapangan yang letaknya sedemikan rupa
sehingga titik P kelihatan dari titik A. buatlah di lapangan garis lurus PA dengan titik-
titik a, b, c, dan d. Hitunglah berturut-turut :
buatlah jarak p1, p2, p3, dan p4 sebagai garis tinggi-garis tinggi berturut-turut dititik
a, b, c, dan d, maka didapatlah titik a’, b’ c’, dan d’ yang akan letak di garis lurus PQ.
Perlulah di sini dibuat lagi sudut-sudut di titik a, b, c, dan , d yang besarnya sama
dengan 90º. Cara kedua ini memerlukan hitungan jarak-jarak p1, dan seterusnya bila
garis PQ panjang, maka banyaklah pula hitungan yang harus dilakukan. Pada cara ke
satu tidaklah ada hitungan yang harus dikerjakan, karena jarak-jarak yang harus
dibuat pada lapangan sama panjangnya dengan jarak p yang telah ditentukan.
3. Alat-alat Pengukur Jarak
Alat-alat pengukur jarak dibagi dalam :
a. kayu ukur
b. meteran
c. pita ukur jarak dari baja;
d. teodolit
Kayu ukur jarak dibuat dari kayu yang kering dan panjangnnya 3 m atau 5 m.
penampannya adalah berbentuk oval dengan ukuran tengah 5 cm dan diujungnya 3
cm. kedua ujung kayu ukur diperlengkapi dengan besi dengan bentuk sedemikian
rupa, hingga garis yang menyatakan ujung kayu ukur itu, dari dua kayu ukur dapat
diletakkan saling tegaklurus. Pada pengukuran jarak kayu dengan kayu ukur selalu
digunakan dua batang kayu ukur. Untuk dapat membedakkan dua kayu ukur ini,
maka satu kayu ukur di beri warna merah-putih-merah, dan kayu ukur lainnya diberi
warna putih-hitam-putih dari meter kemeternya. Dengan demikian jumlah meter yang
genap adalah putih, sedangkan jumlah meter yang ganjil akan berwarna. Tiap-tiap
decimeter dibri tanda dengan paku dari kuningan, sedang jumlah centimeternya harus
dikira-kira.
Pita ukur yang dibuat dari kain tidak banyak digunakan orang lagi, karena
kurang kuat dan lekas rusak. Untuk memperkuat kainnya, maka kain itu diberi
benang dari tembaga. Supaya tahan air, kain dimasukkan dalam minyak yang panas
dan direndam beberapa waktu lamanya, lalu dikeringkan. Lebar pita ukur ini± 2 cm
dan panjangnya ada 10 m. 20 m, atau 30 m. Ujung-ujungnya dibuat dari kulit. Skala
pembagian dibuat bolak-balik dan pita ukur dari kain ini di gulung dalam tempat dari
kulit. Kekurangan pada pita ukur dari kain inilah: mendapat regangan bila basah dan
lekas rusak. Maka dari pita ukur dari kain ini sekarang jarang sekali dipakai. Pita ukur
dari baja lebih baik daripada pita ukur dari kain. Pita ukur baja ini dibuat dari baja,
lebar 20 mm, tebal 0,4 mmdan panjang 20 m, 30 m, 50 m.
Pada ujung-ujung pita ukur baja ini ditempatkan pengangan, sedang garis
awal dan garis akhir dapt ditempatkan pada pegangan tersendiri atau kira-kira pada
pita baja sendiri dengan jarak ± 10 cm dari pegangan. Skala pada pita ukur baja dapt
dibuat dengan cm, sedang pada kedua ujungnyasepanjang 10 cm dibagi dalam skala
mm dan skala dibuat dengan garis-garis yang halus. Ada pula skala dibuat dengan
diberi tanda pelat kuningan , untuk tiap-tiap meter dengan pelat kuningan besar yang
diberi nomor, tiap-tiap dengan pelat kuningan kecil yang bundar. Pita baja dapat
digulung dala tempat yang dibuat dari kulit atau dapat digulung dengan alat
penggulung pita.
Rantai ukur jarak terdiri atas mata rantai yang dibuat dari kawat baja atau
kawat besi galbani yang ada 3 a 4 mm. Tiap ujung mata rantai diberi mata dan mata
rantai-mata rantai digabungkan satu sama lain dengan gelangan sedenikian rupa.
Hingga jarak antara dua gelangan ada 0,50 m. untuk tiap-tiap meter gelangan dibuat
dari kuningan. Pada tiap-tiap 5 m gelangan diberi bentuk lain dan dibuat lebih besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pokok-pokok penting dalam membuat garis lurus dan mengukur jarak di
lapangan adalah menyatakan titi dilapangan, menentukan garis lurus,
mengetahui alat-alat pengukur jarak, cara pengukuran jarak.
2. Dalam ilmu ukur wilayah penentuan garis lurus dan mengukur jarak
dilapangan sangatlah penting dan merupakan teknik yang harus dikuasai
dalam pengukuran wilayah.
3. Pengukuran dapat dilakukan dimanapun juga.
4. Dalam pengukuran ataupun pembuatan peta, sangatlah diperlukan penentuan
skala.
5. Alat-alat pengukur jarak :
a. meteran
b. kayu ukur
c. pita ukur jarak dari baja;
d. teodolit
B. Saran
Pembuatan garis lurus sebaiknya dilakukan dilapangan yang rata untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dan juga mengurangi persentaseke salahan
dalam pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Joko, wali. 1997. Dasar Pengukuran Tanah. Jakarta: Erlangga
Triono, Budi A.2001. Pekerjaan Dasar Survei. Yogyakarta: Kanisius.
Wongsojitro, Soetomo.2000. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius