Faktor Lah Pastinya
Click here to load reader
-
Upload
musliminwalmuslimat -
Category
Documents
-
view
217 -
download
1
Transcript of Faktor Lah Pastinya
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan memberikan kesempurnaan dalam menjalankan pertumbuhan
dan perkembangan yang ada. Di dalam pertumbhan, faktor-faktor penghambat
pertumbuhan hampir dipastikan terdapat pada semua makhluk hidup, termasuk
manusia, hewan terutama tumbuhan. Di dalam proses pertumbuhan tentunya tidak
selalu tumbuh langsung menjadi besar, dan pastinya ada tahap-tahap
pertumbuhannya.
Pada perumbuhan tanaman, proses perkecambhan merupakan awal
terbentuknya struktur bibit yang nantinya akan mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan secara berkelanjutan. Selama masa pertumbuhan dan
perkembangan tersebut, tentunya akan terjadi hambatan-hambatan yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tersebut kurang sempurna.
Pertumbuhan benih akan terhambat dengan adanya lingkungan genetik
yang tidak mendukung maupun lingkungan eksternalnya. Pengaruh masaknha
embrio berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit, kemudian kekuatan embrio
dalam menghancurkan kulit benih juga berpengaruh terhadap proses pertumbuhan
benih. Oleh karena itu di dalam prosesnya, embrio akan dibantu oleh faktor luar,
misalnya air yang dalam hal ini akan melunakkan kulit benih sehingga benih bisa
tumbuh dan berkecambah.
Kekuatan kulit benih juga berpengaruh dalam hal menghalangi embrio
untuk tumbuh, kulit benih juga menyebabkan dormansi pada beberapa tanaman
dengan jenis tanaman yang tertentu pula. Untuk perlakuannya, biasanya benih
yang terlapisi oleh kulit benih dikupas kullitnya sehingga tidak menghalangi
embrio untuk tumbuh dan berkecambah. Dalam hal ini juga kulit benih tidak
menghalangi masuknya oksigen dan air untuk diserap oleh embrio. Tetapi kulit
benih juga mempunyai dampak positif dimana kemampuan kulit benih dapat
menyerap cahaya yang berdampak negatif terhadap pengaruh yang negatif
terhadap pertumbuhan benih untuk perkecambahan. Dalam kondisi yang tidak
baik terhadap keberadaan cahaya, sebaiknya benih diletakkan pada kondisi yang
sesuai, misalnya kelembapan yang terjaga dan kondisi gelap dimana keberadaan
cahaya tidak ditemukan.
Benih pepaya memiliki perbedaan dengan benih lain, yaitu sewaktu masih
berada dalam buah, kulit benihnya dilapisi oleh zat berwarna keputihan lunak dan
agak bening yang disebut dengan aril. Aril ini mengandung protein kasar dan abu
yang ternyata berpengaruh negatif terhadap perkecambahan benih. Endotesta
merupakan kulit benih benih biji/benih pepaya.
Bagian benih pepaya berupa selubung yang menutupi biji kemungkinan
bersifat impermiable atau kedap terhadap air dan udara yang dibutuhkan untuk
perkecambahan. Oleh karena itu praktikum ini akan menganalisa tentang apakah
perkecambahan benih pepaya dipengaruhi oleh kulit biji atau kemungkinan akibat
keterkaitan terhadap kebutuhan cahaya.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkecambahan benih.
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkecambahan benih pepaya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Benih yang bermutu tinggi berasal dari berbagai varietas atau klon
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya produksi
tanaman. Bila benih tak berkecambah maka faktor-faktor produksi lainnya tidak
akan berguna, karena tanaman tidak dapat memanfaatkan lingkungan (AAK,
1983).
Pepaya merupakan salah satu buah tropika unggulan yang sangat potensial
untuk dikembangkan di Indonesia. Hingga saat benih tetap merupakan bahan
utama dalam perbanyakan pepaya. Pengembangan pepaya memerlukan
ketersediaan benih secara berkesinambungan, sebab peremajaan tanaman selalu
diperlukan untuk mendapaykan produksi yang baik. Selain itu kepentingan
komersial, penanganan benih pepaya juga sangat penting untuk pengelolaan
plasma nutfah yang sampai selama ini lebih banyak dikelola secara in situ, karena
daya simpan benih pepaya yang relatif singkat. Upaya memperpanjang daya
simpan benih pepaya merupakan salah satu permasalahan yang perlu dipecahkan
(Sari, 2007).
Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih
antara lain: tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat benih, kondisi
persediaan makanan dalam benih, ketidak mampuan embrio, daya tembus air dan
oksigen terhadap kulit biji. Disamping faktor internal, faktor eksternal seperti
suhu, air, oksigen dan cahaya juga mempengaruhi perkecambahan benih.
Perkecambahan benih tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari
lingkungan (Ardian,2008).
Senyawa-senyawa fenolik yang terdapat pada pelapis benih (testa)
berperan sebagai penghambat difusi air dan oksigen sehingga tidak tersedia untuk
metabolisme embrio. Proses difusi yang terhambat menyebabkan metabolisme
embrio menjadi terganggu dalam pertumbuhan radikel dan hipokotil. Pelapis biji
yang meliputi testa menyebabkan resistensi mekanik terhadap pertumbuhan
radikal dan hipokotil. Dengan terhambatnya proses difusi maka aktivitas enzim-
enzim juga akan tehambat dalam proses metabolisme didalam benih, sehingga
penguraian bahan-bahan yang digunakn tumbuh benih yang berasal dari
endosperma menjadi kurang tersedia dan kurang aktif sehingga pembesaran sel
dan perpanjangan sel menjadi terhambat (Ardian,2008).
Adapun faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih terdiri dari 2
faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor faktor benih. Faktor benih meliputi
keadaan endosperm harus cukup untuk persediaan cadangan makanan selama
proses perkecambahan hingga kecambah dapat mencari makanan sendiri dari
dalam tanah. Keadaan embrio harus dalam kehidupan dan sehat. Sedangkan faktor
lingkungan yakni air, udara yang mengandung O2, sinar matahari yang
menentukan suhu yang pantas untuk berkecamba. Apabila faktor benih dan
lingkungan telah memenuhi syarat perkecambahan sesuai dengan yang diingini
selama proses perkecambahan maka akan menghasilkan kecambah yang lebih
baik dan berkualitas. Menjaga kelangsungan pertumbuhan kecambah setelah
redikel tumbuh menembus kulit benih diperlukan mobilasi bahan makan yang
tersimpan didalam kotiledon menuju titik tumbuh. Tanaman muda dalam
pertumbuhannya tergantung pada cadangan makanan dalam benih (Ardian,2008).
Untuk berkecambah, benih pepaya memer1ukan cahaya. Kebutuhan
cahaya ini dapat diberikan sebe1um benih ditanam, me1a1ui penjemuran.
pengeringan benih dengan oven 40°C tidak mendorong perkecambahan benih
da1am kondisi ge1ap. Penyerapan air pada kondisi ge1ap sama dengan pada
kondisi terang. Ini menunjukkan bahwa tidak berkecambahnya benih pada kondisi
ge1ap bukan disebabkan impermeabi1itas kulit benih (Suwarno,2004).
Perkecambahan benih dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari
benih itu sendiri maupun faktor 1ingkungan. Ari1 benih pepaya yang
mengandung protein kasar, serat kasar dan abu ternyata berpengaruh negatif
terhadap perkecambahan benih tersebut. Pembuangan aril dapat menghasilkan
perkecambahan yang lebih cepat dan lebih serempak. Oleh karena itu dianjurkan
agar benih pepaya yang akan ditanam dibuang arilnya, dicuci dan dikeringkan.
Ari1 benih pepaya ternyata tidak hanya menghambat perkecambahan benih
pepaya saja, tetapi juga menghambat perkecambahan benih 1ainnya, di antaranya
yaitu slada, lobak, tomat dan worte1 (Suwarno,2004).
Menurut Wawo (2008), untuk mencapai daya kecambah 50% dibutuhkan
waktu perkecambahan lebih dari 90 hari, dan untuk daya kecambah 85-90%
diperlukan waktu lebih dari 150 hari lebih setelah disemai. Kecepatan
perkecambahan berkaitan erat dengan komposisi kimia yang ada dalam biji. biji
yang lamban berkecambah (dormansi) dan cepat berkecambah, juga berkaitan
dengan kadar kandungan inhibitor dan promotor yang ada dalam biji tersebut.
Umumnya diketahui bahwa asam absisik dan fenol berperan sebagai penghambat
perkecambahan sedangkan asam giberelin merangsang atau mendorong
perkecambahan.
Penelitian mengenai kulit benih pepaya yang banyak di1akukan se1ama
ini, hanya ditujukan terhadap arilnya (sarco testa), dan be1um ada yang mencoba
mempe1ajari pengaruh kulit benih bagian da1am yang disebut endotesta.
Perkecambahan benih pepaya ternyata juga dipengaruhi cahaya dan suhu.
(Suwarno,2004) mengatakan bahwa benih pepaya memerlukan cahaya untuk
berkecambah.
Pengaruh sterilitas media terhadap daya berkecambah benih tidak nyata.
Meskipun demikian, terlihat bahwa benih yang dikupas kulitnya, baik sebagian
maupun seluruhnya menunjukkan daya berkecambah yang cenderung lebih tinggi
pada media steril bila dibandingkan dengan pada media yang tidak steril. Ini dapat
disebabkan oleh microorganisme yang menyerang langsung bagian dalam benih
yang telah terbuka akibat pengupasan kulit benihnya (Suwarno,2004).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih pepaya
diantaranya ialah cahaya, suhu, ketersediaan air dan angin. Cahaya matahari bagi
pepaya merupakan suatu energi kehidupan. Dengan adanya cahaya matahari akan
berlangsung proses fotosintesis yang menghasilkan karbohirat sebagai energi
kehidupan. Tanaman buah-buahan, termasuk pepaya yang mendapat sinar
matahari dalam jumlah banyak akan lebih cepat tumbuhnya. Faktor lainnya yaitu
suhu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar anara 22°-26°C,
suhu minimum 15°C dan suhu maksimum 43°C. Perkecambahan biji pepaya akan
berlangsung cepat bila suhu siang hari 35°C dan malam hari 26°C. Biji akan
berkecambah dan tumbuh setelah 12-14 hari (Sadjad,2001).
Suhu berpengaruh terhadap perkecambahan serbuk sari, pembentukan
benih dan pemasakan benih. Pajang hari menentukan apakah pembungaan akan
terjadi atau tidak. Kelembapan berpengaruh terhadap perkecambahan dan serbuk
sari, angin berpengaruh terhadap tingkat kerebahan tanaman. Radiasi matahari
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi benih (Setiawan, 1991).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembiakan Tanaman I dengan judul acara Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 14 Maret 2013 pukul 08.30 WIB bertempat di Laborotarium
Teknologi Benih Fakuktas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Alat pengecambah
2. Pinset
3. Cawan petri
3.2.2 Bahan
1. Buah pepaya yang telah masak
2. Abu dapur
3. Subrat kertas merang
4. Kapas
5. Kertas karbon hitam
3.3 Cara Kerja
1. Mempersiapkan benih pepaya yang diambil dari bagian tengan buah pepaya
(lebih kurang ⅓ bagian).
2. Membuang aril dari benih pepaya dengan abu dapur, kemudian mencuci
bersih dan meniiriskan.
3. Membuat Perlakuan benih pepaya sebagai berikut :
a. Tidak mengupas kulit/endotesta benih.
b. Mengupas sebagian kulit benih.
c. Mengupas kulit benih seluruhnya.
Setelah itu, mengering-anginkan sampai kering atau dikeringkan dengan sinar
matahari selama 1 hari, kemudian mengecambahkan pada kondisi terang dan
gelap.
4. Membuat media perkecambahan dengan substrat kertas merang yang dilapisi
kapas dalam cawan petri sebanyak enam kombinasi perlakuan dalam dua
ulangan.
5. Menanam benih pepaya yang telah diperlakukan dalam substrat yang terlebih
dahulu dibasahi dengan air, masing-masing sebanyak 25 butir.
6. Melakukan perkecambahan benih dengan kondisi gelap dan terang. Untuk
kondisi gelap cawan petri ditutup kertas karbon hitam, sedangkan kondisi
terang pertridis tanpa tutup, kemudian masing-masing perlakuan letakkan
pada alat pengecambahan.
7. Menjaga kelembapan substrat perkecambahan dengan memberikan air
secukupnya.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel
PerlakuanUL
Perkecambahan (%)Kulit benih
pepaya
Kondisi perkecambahan
Hari ke-8 Hari ke-14
Normal Belum normal Normal abnormal Mati
Benih dikupasKulitnya
Terang123
---
100%100%100%
---
---
100%100%100%
Gelap123
---
100%100%100%
---
---
100%100%100%
Benih kulitnya dikupas sebagian
Terang123
---
100%100%100%
-10%
-
---
100%90%100%
Gelap123
---
100%100%100%
30%--
---
70%100%100%
Benih tanpa
kulitnya dikupas seluruhn
ya
Gelap123
---
100%100%100%
---
---
100%100%100%
Terang123
---
100%100%100%
---
---
100%100%100%
4.1.2 Grafik
perlakuan
perkecambahan normal pada kulit benih dikupas seluruhnya (%)
hari ke-4 hari ke-7ulangan
1ulangan
2ulangan
3ulangan
1ulangan
2ulangan
3gelap 0 0 0 0 0 0terang 0 0 0 0 0 0
perlakuan
perkecambahan normal pada kulit benih yang dikupas sebagian (%)
hari ke-4 hari ke-7ulangan
1ulangan
2ulangan
3ulangan
1ulangan
2ulangan
3gelap 0 0 0 0 30 0terang 0 0 0 10 0 0
perlakuan
perkecambahan normal pada kulit benih tanpa dikupas (%)
hari ke-4 hari ke-7ulangan
1ulangan
2ulangan
3ulangan
1ulangan
2ulangan
3gelap 0 0 0 0 0 0terang 0 0 0 0 0 0
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkecambahan benih pepaya ini dilakukan beberapa perlakuan diantaranya ada
perlakuan penutupan dengan plastik hitam. Perlakuan penutupan tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa jauh pengaruh cayaha terhadap
perkecambahan benih pepaya. Selain itu, penutupan karbon juga memiliki fungsi
lain yaitu untuk menjaga kelembapan benih sehingga benih tidak mudah
mengering dan membuat kerja benih semakin aktif.
Berdasarkan data hasil pengamatan menunjukkan hasil yang kurang
maksimal. Pada hari yang ke-8 semua benih pepaya pada semua perlakuan tidak
menunjukkan tanda perkecambahan, baik dalam keadaan terang maupun keadaan
gelap tertutup oleh karbon.
Pada pengamatan hari yang ke-14, perkecambahan benih hanya terjadi pada
perlakun benih yang dikupas kulitnya sebagian pada keadaan terang maupun
gelap. Pada perlakuan tersebut terdapat dua benih pepaya yang dapat
berkecambah dengan normal dan 16 benih yang lain mati. Melalui data
pengamatan dapat diketahui parameter perlakuan benih, yaitu mengenai kecepatan
berkecambah dan daya berkecambah benih pepaya dari pengamatan hari ke-8
sampai hari ke-14. Kecepatan berkecambah diperoleh dengan membagi jumlah
kecambah normal pada hari ke-8 dengan jumlah total benih yang dikecambahkan
kemudian dihitung dengan hasil presentase. Pada praktikum ini sampai hari ke-8
semua kondisi benih pepaya tidak menunjukkan adanya perubahan apapun. Tidak
ada tanda bahwa benih-benih tersebut berkecambah, sehingga pada hari tersebut
tidak diperoleh data tentang kecepatan berkecambah. Sedangkan daya
berkecambah benih diperoleh setelah pengamatan sampai hari ke-14. Daya
berkecambah dihitung dengan membagi jumlah kecambah normal dibagi dengan
jumlah total benih yang dikecambahkan kemudian dihitung dengan hasil
presentase.
Berdasarkan hasil perhitungan daya berkecambah benih, daya
perkecambahan pada perlakuan benih sebagian kulitnya dikupas menghasilkan
10% pada kondisi terang dan 30% pada kondisi gelap, sedangkan pada perlakuan
lainnya tidak diperoleh data daya berkecambah karena seluruh benih mati. Hal ini
membuktikan bahwa kondisi minim cahaya membuat perkecambahan benih
pepaya berlangsung dengan baik daripada ada cahaya.
Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih
antara lain: tingkat kematangan benih, ukuran benih, berat benih, kondisi
persediaan makanan dalam benih, ketidak mampuan embrio, daya tembus air dan
oksigen terhadap kulit biji. Disamping faktor internal, faktor eksternal seperti
suhu, air, oksigen dan cahaya juga mempengaruhi perkecambahan benih.
Perkecambahan benih tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari
lingkungan (Ardian,2008).
Kemungkinan benih pepaya merupakan benih yang kurang membutuhkan
cahaya dalam perkecambahannya. Hal tersebut terbukti dalam praktikum kali ini,
dimana kondisi gelap pada perlakuan kulit benih dikupas sebagian memberikan
daya perkecambahan lebih tinggi (30%) dibandingkan pada kondisi terang (10%).
Cahaya yang minim akan menghasilkan perkecambahan yang baik karena
pertumbuhan auksin tergantung pada tidak adanya cahaya, terbukti benih pepaya
pada kondisi gelap menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada kondisi terang
pada perkecambahannya. Sesuai dengan hasil pengamatan praktikum dapat
dijelaskan bahwa tidak selamanya cahaya berpengaruh pada perkecambahan suatu
benih. Melainkan ada pengaruh-pengaruh lain yang justru menjadikan cahaya
sebagai faktor penghambat bagi perkecambahan benih misalnya saja pada benih
pepaya.
Perkecambahan benih dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari
benih itu sendiri maupun faktor 1ingkungan. Ari1 benih pepaya yang
mengandung protein kasar, serat kasar dan abu ternyata berpengaruh negatif
terhadap perkecambahan benih tersebut. Pembuangan aril dapat menghasilkan
perkecambahan yang lebih cepat dan lebih serempak. Oleh karena itu dianjurkan
agar benih pepaya yang akan ditanam dibuang arilnya, dicuci dan dikeringkan.
Sadjad (2001) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkecambahan benih pepaya diantaranya ialah cahaya, suhu,
ketersediaan air dan angin. Dengan adanya cahaya matahari akan berlangsung
proses fotosintesis yang menghasilkan karbohirat sebagai energi kehidupan. Suhu
optimal untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar anara 22°-26°C, suhu
minimum 15°C dan suhu maksimum 43°C. Perkecambahan biji pepaya akan
berlangsung cepat bila suhu siang hari 35°C dan malam hari 26°C. Biji akan
berkecambah dan tumbuh setelah 12-14 hari.
Pengaruh kulit benih atau yang biasa disebut dengan endotesta terhadap
perkecambahan lebih kepada faktor penghambat. Hal ini terbukti dengan tidak
adanya benih pepaya yang tumbuh pada pada perlakuan benih tidak dikupas. Sifat
endotesta yang kasar dan mengandung protein kasar mengakibatkan pertumbuhan
embrio didalamnya terhambat oleh keberadaan kulit benih. Sehingga dapat
dikatakan bahwa keberadaan kulit benih pada pepaya mempunyai pengaruh
negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan benih untuk berkecambah.
Suwarno (2004) menambahkan bahwa penelitian mengenai kulit benih
pepaya yang banyak di1akukan se1ama ini, hanya ditujukan terhadap arilnya
(sarco testa), dan be1um ada yang mencoba mempe1ajari pengaruh kulit benih
bagian da1am yang disebut endotesta. Penyerapan air pada kondisi ge1ap sama
dengan pada kondisi terang. Ini menunjukkan bahwa tidak berkecambahnya benih
pada kondisi ge1ap bukan disebabkan impermeabi1itas kulit benih
Perlakuan yang paling baik dalam praktikum kali ini adalah kulit benih
yang dikupas sebagian. Hal tersebut dibuktikan dengan data pengamatan bahwa
pada hari ke-8 hanya benih yang kulitnya dikupas sebagian yang dapat tumbuh
berkecambah dari perlakuan yang lain. Hal ini kemungkinan dikarenakan kulit
benih pada pepaya berperan sebagai filter cahaya dan impermeable terhadap air
dan udara (O2), apabila benih pepaya masih terselubung oleh kulit maka oksigen
tidak bisa masuk dan perkecambahan tidak akan terjadi serta embrio tidak mampu
tumbuh akibat terhalangi oleh kulit benih. Sebaliknya, apabila kulit benih tidak
tersedia, maka proses filter cahaya tidak akan terjadi. Suwarno (2004) dan Sadjad
(2001) mengatakan bahwa perkecambahan benih pepaya memerlukan cahaya.
Perlakuan tersebut lebih baik lagi apabila berada pada kondisi gelap, hal
ini dibuktikan dengan pengamatan bahwa perkecambahan pada perlakuan benih
kulitnya dikupas sebagian pada kondisi gelap lebih tinggi (30%) daripada kondisi
terang (10%). Hal tersebut terjadi karena hormon auksin tidak akan tumbuh pada
kondisi adanya cahaya, oleh karena itu perkecambahan dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi minim cahaya.
Tidak berkecambahnya benih pepaya perlakuan dikupas kulitnya
seluruhnya pada kondisi gelap kemungkinan karena beberapa faktor. Tidak
adanya kulit menyebabkan cahaya tidak bisa difilter, Suwarno (2004) dan Sadjad
(2001) mengatakan bahwa perkecambahan benih pepaya memerlukan cahaya.
Tidak berkecambahnya benih pepaya dalam perlakuan ini juga bisa disebabkan
tidak sterilnya media, Suwarno (2004) menambahkan kejadian tersebut dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang menyerang langsung bagian dalam benih
yang telah terbuka akibat pengupasan kulit benihnya.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perlakuan benih pepaya yang kulitny dikupir sebagian memberikan hasil
yang terbaik dari perlakuan yang lainnya. Hal ini terbukti pada pengamatan kali
ini bahwa perkecambahan hanya terjadi pada perlakuan benih pepaya dikupas
sebagian. Faktor cahaya sangat mempengaruhi perkecambahan benih pepaya
dimana benih pepaya akan tumbuh baik pada kondisi yang minim cahaya terbukti
dengan hasil pengamatan bahwa pada kondisi gelap benih mampu berkecambah
normal 30% dibandingkan kondisi terang 10%. Tetapi pada hakikatnya benih
pepaya masih memerlukan cahaya untuk perkecambahan.
Pada kulit benih pepaya terdapat aril yang berdampak negatif terhadap
perkecambaha benih. Pembuangan aril dapat menghasilkan perkecambahan yang
lebih cepat dan lebih serempak. Kulit benih pepaya juga berpengaruh terhadap
perannya sebagai filter cahaya. Tetapi kulit benih juga berdampak negatif
terhadap perkecambahan karena menghalangi proses masuknya air dan udara serta
menahan embrio untuk tumbuh ke luar. Ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhi perkecambahan benih pepaya diantaranya ialah suhu, ketersediaan
air dan angin.
5.2 Saran
Diharapakan dalam praktikum kali ini mahasiswa dapat memahami faktor-
faktor perkecambahan pada benih, terutama benih pepaya. Sehingga mahasiswa
dapat mengetahui menanggapi setiap kejadian dalam kehidupan sehari-hari
terutama perkecambahan pada benih.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisus.
Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika. Akta Agrosia, Vol.11(1):25-23.
Sadjad, S. 2001. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia: Jakarta.
Mugnisjah W.Q. dan Setiawan A.. 1991. Produksi Benih. Jakarta: Buni Aksara.
Sari, Maryati dkk. 2005. Pengaruh Sarcotesta Dan Pengeringan Benih Serta Perlakuan Pendahuluan Terhadap Viabilitas Dan Dormansi Benih Pepaya (Carica papaya). Agronomi, Vol.33 (2): 23-30.
Suwarno, Faiza. 2004. Pengaruh Cahaya dan Perlakuan Benih Terhadap Perkecambahan Benih Pepaya (Carica papaya L.). Agronomi, Vol.15 (3):49-60.
Wawo, A.H.. 2008. Studi Perkecambahan Biji dan Pola Pertumbuhan Semai Cendana (Santalum album L.) dari Beberapa Pohon Induk di Kabupaten NTT. Biodiversitas, 9(2): 117-122.