ITS-paper-31581-2209100023-Paper

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 AbstrakMedia hiburan dan periklanan saat ini mulai berkembang ke arah yang lebih inovatif dan menawan melalui teknologi Projection Mapping, yang memungkinkan proyektor untuk memproyeksikan gambar pada bidang non-planar di sisi- sisi bidang tanpa terlihat terdistorsi. Teknologi ini membutuhkan model dimensi tiga dari media proyeksi. Penelitian ini melakukan otomasi dalam proses permodelan dimensi tiga dengan menggunakan kamera kinect sebagai salah satu perangkat yang mampu memindai depth dari suatu objek, sampai didapatkan model dimensi tiga dari objek yang di pindai. Kemudian dilakukan pengujian dari model dimensi tiga yang digunakan dalam projection mapping. Data tersebut kemudian difilter dengan Bilateral Filtering dan disatukan dengan menggunakan metode Iterative Closest Point (ICP). Hasil yang diperoleh dari penilitian ini adalah untuk memberikan solusi dalam permodelan dimensi tiga untuk Projection Mapping dalam waktu + 35 menit dibandingkan dengan cara manual yang membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Tingkat keberhasilan proyeksi rata-rata berdasarkan survei terhadap penonton sebesar 79.25%. Kata KunciIterative Closest Point, Kinect, Projection Mapping, dan Rekonstruksi 3D. I. PENDAHULUAN ROJECTION Mapping saat ini adalah sebuah teknik yang dapat menjadikan segala bentuk permukaan menjadi sebuah media tampilan video yang dinamis. Teknik ini dapat digunakan sebagai sarana hiburan, maupun sarana periklanan, bergantung dari konten video yang ditampilkan [1]. Untuk menggunakan teknik ini, tentu dibutuhkan suatu metode untuk permodelan tiga dimensi dari bidang yang akan diproyeksikan yang cepat dan akurat agar gambar dan bidang proyeksi menyatu dengan sempurna. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode untuk merubah bentuk model tiga dimensi bidang nyata kedalam bentuk digital. Pembuatan model dimensi tiga untuk projection mapping dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Computer Aided Design (CAD). Namun untuk melakukan hal ini tentu saja diperlukan ketelitian dan mata yang lihai dari seorang perancang agar model dimensi tiga yang dihasilkan sesuai dengan bidang proyeksi. Untuk membantu tugas ini, ada beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk membantu membuat model dimensi tiga secara otomatis dan cepat. Namun perangkat yang tersedia biasanya memiliki harga yang mahal, sulit diperoleh, dan metode penggunaan yang tidak praktis. Penelitian ini dilakukan untuk mengoptimasikan penggunaan perangkat Kinect yang merupakan perangkat dengan kamera RGB-D (Depth) untuk melakukan pembuatan model dimensi tiga. Fokus dari penelitian ini adalah untuk menciptakan suatu solusi untuk membuat model dimensi tiga dengan cepat dengan hasil yang mampu digunakan dalam projection mapping. II. DESAIN SISTEM DAN IMPLEMENTASI Gambar 1 adalah alur desain program yang digunakan untuk melakukan rekonstruksi dimensi tiga dengan otomatis. Berdasarkan rujukan [2], proses yang dilakukan dibagi menjadi dua bagian, yaitu dalam tahap pengolahan data kedalaman dan tahap pengolahan point cloud. Projection Mapping Pada Bidang Non Planar Sebagai Media Proyeksi Dengan Model Dimensi Tiga Dari Perangkat Kinect Dengan Metode Iterative Closest Point Farandi Kusumo, Surya Sumpeno, dan Christyowidiasmoro Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]. [email protected], [email protected] P Gambar 1 Design program rekonstruksi dimensi tiga.

description

makalah sistem pakar

Transcript of ITS-paper-31581-2209100023-Paper

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    1

    Abstrak Media hiburan dan periklanan saat ini mulai

    berkembang ke arah yang lebih inovatif dan menawan melalui

    teknologi Projection Mapping, yang memungkinkan proyektor

    untuk memproyeksikan gambar pada bidang non-planar di sisi-

    sisi bidang tanpa terlihat terdistorsi. Teknologi ini membutuhkan

    model dimensi tiga dari media proyeksi. Penelitian ini

    melakukan otomasi dalam proses permodelan dimensi tiga

    dengan menggunakan kamera kinect sebagai salah satu

    perangkat yang mampu memindai depth dari suatu objek,

    sampai didapatkan model dimensi tiga dari objek yang di pindai.

    Kemudian dilakukan pengujian dari model dimensi tiga yang

    digunakan dalam projection mapping. Data tersebut kemudian

    difilter dengan Bilateral Filtering dan disatukan dengan

    menggunakan metode Iterative Closest Point (ICP). Hasil yang

    diperoleh dari penilitian ini adalah untuk memberikan solusi

    dalam permodelan dimensi tiga untuk Projection Mapping dalam

    waktu + 35 menit dibandingkan dengan cara manual yang

    membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Tingkat keberhasilan

    proyeksi rata-rata berdasarkan survei terhadap penonton

    sebesar 79.25%.

    Kata KunciIterative Closest Point, Kinect, Projection

    Mapping, dan Rekonstruksi 3D.

    I. PENDAHULUAN

    ROJECTION Mapping saat ini adalah sebuah teknik yang

    dapat menjadikan segala bentuk permukaan menjadi

    sebuah media tampilan video yang dinamis. Teknik ini dapat

    digunakan sebagai sarana hiburan, maupun sarana periklanan,

    bergantung dari konten video yang ditampilkan [1]. Untuk

    menggunakan teknik ini, tentu dibutuhkan suatu metode untuk

    permodelan tiga dimensi dari bidang yang akan diproyeksikan

    yang cepat dan akurat agar gambar dan bidang proyeksi

    menyatu dengan sempurna. Oleh karena itu dibutuhkan suatu

    metode untuk merubah bentuk model tiga dimensi bidang

    nyata kedalam bentuk digital.

    Pembuatan model dimensi tiga untuk projection mapping

    dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan

    perangkat lunak Computer Aided Design (CAD). Namun

    untuk melakukan hal ini tentu saja diperlukan ketelitian dan

    mata yang lihai dari seorang perancang agar model dimensi

    tiga yang dihasilkan sesuai dengan bidang proyeksi.

    Untuk membantu tugas ini, ada beberapa perangkat yang

    dapat digunakan untuk membantu membuat model dimensi

    tiga secara otomatis dan cepat. Namun perangkat yang tersedia

    biasanya memiliki harga yang mahal, sulit diperoleh, dan

    metode penggunaan yang tidak praktis.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengoptimasikan

    penggunaan perangkat Kinect yang merupakan perangkat

    dengan kamera RGB-D (Depth) untuk melakukan pembuatan

    model dimensi tiga. Fokus dari penelitian ini adalah untuk

    menciptakan suatu solusi untuk membuat model dimensi tiga

    dengan cepat dengan hasil yang mampu digunakan dalam

    projection mapping.

    II. DESAIN SISTEM DAN IMPLEMENTASI

    Gambar 1 adalah alur desain program yang digunakan

    untuk melakukan rekonstruksi dimensi tiga dengan otomatis.

    Berdasarkan rujukan [2], proses yang dilakukan dibagi

    menjadi dua bagian, yaitu dalam tahap pengolahan data

    kedalaman dan tahap pengolahan point cloud.

    Projection Mapping Pada Bidang Non Planar

    Sebagai Media Proyeksi Dengan Model

    Dimensi Tiga Dari Perangkat Kinect Dengan

    Metode Iterative Closest Point Farandi Kusumo, Surya Sumpeno, dan Christyowidiasmoro

    Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

    E-mail: [email protected]. [email protected], [email protected]

    P

    Gambar 1 Design program rekonstruksi dimensi tiga.

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    2

    Gambar 2 Proses pengolahan data point cloud dengan menggunakan

    metode Iterative Closest Point.

    Gambar 3 Alur proses pengolahan depth map sampai berubah

    menjadi point cloud.

    A. Pengolahan Data Kedalaman

    Tahap yang ditunjukan pada Gambar 3 dilakukan untuk

    mengolah data mentah yang diperoleh dari perangkat kinect

    agar dapat digunakan untuk proses rekonstruksi. Proses

    rekonstruksi membutuhkan point cloud dari kinect. Berikut

    adalah penjelasan lebih lanjut mengenai proses yang

    dilakukan.

    1) Pengambilan data kedalaman dari kinect

    Data mentah yang diperoleh dari kinect sebetulnya adalah

    data kedalaman (depth map). Data kedalaman adalah data

    matriks dari wilayah pindai yang berisi jarak kedalaman dari

    objek dengan perangkat pindai untuk tiap piksel dalam satuan

    sesuai perangkat pindai.

    2) Melakukan filter pada data kedalaman

    Data kedalaman yang diperoleh dari kinect masih

    merupakan data yang memiliki banyak error. Hal ini

    disebabkan karena keterbatasan kinect dalam memproses data

    kedalaman. Sehingga data kedalaman yang diperoleh perlu

    dilakukan filter. Filter yang digunakan dalam proses ini adalah

    Bilateral Filter.

    Bilateral Filter mampu melakukan smoothing dengan

    memproses tiap piksel dari data kedalaman dan menghitung

    ulang nilainya berdasarkan dari nilai dari piksel disekitarnya

    [3]. Dengan demikian, error dari data kedalaman yang dimiliki

    dapat berkurang.

    3) Menghitung Point Normal

    Setelah mendapatkan data kedalaman yang telah terfilter,

    tahap selanjutnya adalah memperhitungkan arah normal dari

    tiap point yang ada pada data kedalaman. Tujuan dari

    perhitungan point normal ini adalah untuk mengetahui arah

    orientasi normal dari sebuah piksel terhadap piksel-piksel lain

    yang ada disekelilingnya. Arah ini kemudian akan disimpan

    dalam tiap piksel tersebut.

    Perlu diperhatikan bahwa langkah filtering yang dilakukan

    sebelumnya sangat berpengaruh dalam perhitungan arah

    normal. Noise yang dimiliki pada data kedalaman berdampak

    besar karena arah normal dihitung dengan melihat piksel

    sekitar, tidak hanya piksel itu sendiri.

    4) Konversi ke Point Cloud

    Data kedalaman yang didapatkan dari kinect sebenarnya

    hanyalah data matriks dua dimensi. Matriks ini tidak dapat

    digunakan begitu saja. Perlu ada pemrosesan data matriks dua

    dimensi ini menjadi data point cloud. Untuk itu digunakan

    metode triangulasi untuk menghitung koordinat pada tiap

    piksel pada data kedalaman. Hal ini dikarenakan proses yang

    akan dilakukan setelahnya membutuhkan properti data tiga

    dimensi seperti posisi pada koordinat x, y, dan z.

    B. Pengolahan Point Cloud

    Proses pengolahan data point cloud pada penelitian ini

    menggunakan metode Iterative Closest Point (ICP). Metode

    ini memiliki fungsi untuk menggabungkan dua data set point

    cloud agar berkorespondensi dengan baik.

    Alignment dengan Iterative Closest Point (ICP)

    Setelah melalui tahap dalam pemrosesan data kedalaman,

    memori seharusnya sudah menyimpan minimal 2 frame data

    point cloud. Kedua data point cloud tersebut harus memiliki

    perbedaan yang tidak terlalu jauh. Jika perbedaan antara kedua

    frame sangat jauh maka tahap ini akan gagal dan proses harus

    diulangi dari awal. Hal ini disebabkan karena algoritma ICP

    menggunakan metode penghitungan jarak terdekat antara

    kedua titik untuk mencari korespondensi. Perbedaan yang jauh

    akan membuat algoritma ini gagal mencari korespondensi

    karena kesalahan estimasi yang akhirnya menghasilkan error

    yang sangat besar.

    Selain kedua point cloud harus memiliki perbedaan yang

    minim, untuk meningkatkan akurasi dari ICP juga dibutuhkan

    arah normal dari tiap point cloud. Oleh karena itu pada

    langkah pemrosesan data kedalaman, penghitungan point

    normal dibutuhkan. Arah normal dapat meningkatkan hasil

    dikarenakan arah normal memberikan satu properti baru untuk

    sebuah point cloud yang menunjukan orientasinya terhadap

    sekelilingnya.

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    3

    ( ) * + ( ) (1)

    ICP mendapatkan titik-titik korespondensi dengan

    menggunakan persamaan (1). Dengan adalah jarak antar titik dengan Euclidian distance, adalah titik dari point cloud yang diproses, dan adalah data set dari target [4].

    Pada Gambar 4 ditunjukan langkah-langkah yang dilakukan

    dalam melakukan ICP. Dimulai dari pembagian wilayah

    spasial dengan k-d tree sampai ditemukan semua titik

    korespondensi. Keluaran dari proses ICP ini adalah matriks

    transformasi berukuran 4x4 [4].

    C. Projection Mapping

    Gambar 5 menunjukan bagaimana proses yang dilakukan

    agar implementasi pada proyektor dapat dilakukan. Untuk

    melakukan implementasi tentu saja kita membutuhkan materi-

    materi dari hasil yang sudah kita dapatkan dari tahap-tahap

    sebelumnya, yaitu gambar dan file 3D mesh. Gambar yang

    digunakan merupakan bentuk geometri primitif (kotak,

    lingkaran, segilima). Tujuannya adalah untuk melihat

    keakuratan proyeksi dengan lebih mudah. File 3D mesh yang

    digunakan adalah hasil pindai dari program rekonstruksi yang

    telah dirancang.

    Posisi proyektor dan posisi penonton diinisialisasikan pada

    tiap pengujian. Dengan demikian dapat dihasilkan bentuk

    distorsi perspektif dari gambar yang akan diproyeksikan

    melalui renderer.

    III. HASIL PENGUJIAN

    Pengujian dilakukan untuk melihat seberapa handal sistem

    yang dirancang dalam membentuk model dimensi tiga dalam

    melakukan projection mapping dan membandingkan waktu

    yang dibutuhkan jika melakukan projection mapping secara

    manual [1] serta menghitung tingkat keberhasilan. Pengujian

    dilakukan dengan menggunakan tiga jenis objek proyeksi

    dengan bentuk bidang yang berbeda-beda.

    Tabel 1 Spesifikasi komputer

    Komponen Spesifikasi

    Sistem Operasi Windows 7 Ultimate 64-bit

    Processor Intel Core i5 CPU @2.4 GHz

    (2CPUs)

    Memory 8192MB RAM

    Versi DirectX DirectX 11

    Versi DxDiag 6.01.7601.17514 64-bit Unicode

    Display Adapter Name NVIDIA GeForce GT 330M

    Total Display Memory 256MB

    Tabel 2 Spesifikasi proyektor

    Komponen Spesifikasi

    Merk / Jenis Optoma ES520

    Brightness 2600 ANSI

    Contrast 2500:1

    Throw Distance (meter) 1.6 -10

    Native Display (piksel) 800 x 600

    Spesifikasi komputer dan proyektor ditampilkan pada Tabel

    1 dan Tabel 2 sebagai variabel kontrol dari penelitian ini.

    A. Pengujian pada Objek Sederhana

    Pengujian pada objek sederhana dilakukan untuk

    mengetahui apakah hasil penelitian dapat digunakan untuk

    objek dengan bentuk bidang paling sederhana. Objek yang

    Gambar 4 Langkah langkah dalam proses ICP

    Gambar 5 Alur implementasi projection mapping

    Gambar 6 (a) Objek pengujian. (b) Inisialisasi objek dengan

    proyektor.

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    4

    Gambar 7 Hasil tampilan efek timbul pada sudut pandang

    penonton yang telah terinisialisasi

    digunakan berbentuk objek dimensi tiga primitif yaitu balok

    yang digunakan dari kardus.

    Gambar 6 menunjukan posisi proyektor (penanda merah)

    yang digunakan dalam pengujian berada + 175 centimeter dari

    benda (penanda kuning) dan menghadap arah -60o

    dari sumbu

    x.

    Dari sistem yang dibuat dan dirancang dilakukan pengujian

    untuk mengetahui seberapa baik performa sistem dengan

    memproyeksikan suatu gambar geometri pada bidang objek

    yang akan tampil pada sisi bidang objek tersebut. Percobaan

    kali ini akan menggunakan tiga buah gambar geometri yaitu

    kotak, lingkaran, dan segilima agar dapat menunjukan akurasi

    dari projection mapping pada bidang objek dan waktu yang

    dibutuhkan.

    Tabel 3 menunjukan hasil yang diperoleh dengan

    membandingkan gambar yang telah terdistorsi dengan hasil

    proyeksil yang terlihat pada bidang proyeksi. Pada percobaan

    dengan geometri kotak, lingkaran, dan segilima dapat terlihat

    bahwa hasil dari projection mapping pada bidang terlihat

    cukup baik dengan melihat gambar geometri yang mampu

    terproyeksi pada sisi bidang yang berbeda. Pada percobaan

    dengan menggunakan gambar geometri kotak, dapat terlihat

    bahwa hasil dari projection mapping pada bidang terlihat

    cukup baik dengan melihat gambar geometri yang mampu

    menyerupai sisi-sisi dari bidang. Untuk percobaan dengan

    menggunakan geometri lingkaran, walaupun gambar geometri

    lingkaran mampu menyerupai sisi-sisi dari bidang, namun

    pada beberapa sisi terlihat ada penonjolan pada sisi geometri.

    Sedangkan pada percobaan dengan menggunakan geometri

    segilima yang ditampilkan pada sisi atas bidang juga

    menunjukan tampilan geometri segilima yang baik tanpa

    terlihat terdistorsi. Hal ini menunjukan bahwa gambar

    geometri akan terproyeksi dengan lebih baik apabila bentuk

    dari geometri tersebut menyerupai bentuk bidang objek.

    Proses menampilkan gambar pada objek bidang membutuhkan

    waktu selama 31 menit terhitung dari pembuatan model 3D

    dengan menggunakan kinect.

    Tampilan gambar geometri pada lebih dari satu bidang

    Dari sistem yang dibuat dilakukan pengujian dengan

    memproyeksikan gambar pada sudut media proyeksi dan

    Tabel 3 Hasil tampilan gambar pada sisi objek

    Gambar asli terdistorsi Proyeksi pada bidang objek

    Gambar 8 Hasil tampilan gambar pada sudut pandang penonton

    yang telah terinisialisasi

    Tabel 4 Hasil tampilan gambar dilihat dari berbagai sudut pandang

    lain

    Gambar Dari Sudut Pandang Lain

    Horizontal 40o (kiri)

    Horizontal 20o (kiri)

    Horizontal 20o (kanan)

    Horizontal 40o (kanan)

    Vertikal 10o (atas)

    Vertikal 10o (bawah)

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    5

    Tabel 5 Hasil tampilan e dilihat dari berbagai sudut pandang

    lain.

    Gambar dari sudut pandang lain

    Horizontal 10o (kiri)

    Horizontal 10o (kanan)

    Horizontal 15o (kanan)

    Horizontal 5o (kanan)

    Gambar 10 (a) Objek pengujian. (b) Inisialisasi objek dengan

    proyektor.

    Gambar 9 Hasil tampilan gambar kotak pada sepatu dari sudut

    pandang penonton yang telah terinisialisasi

    Tabel 6 Hasil tampilan gambar kotak pada sepatu jika dilihat

    dari sudut pandang lain

    Gambar dari sudut pandang lain

    -20o

    -10o

    +5o

    +10o

    mampu terlihat tak terdistorsi pada sudut pandang penonton

    terinisialisasi. Pengujian ini bertujuan untuk melihat besar

    toleransi dari posisi penonton agar tetap dapat melihat

    tampilan gambar tanpa terlihat terdistorsi.

    Gambar 8 menunjukan hasil tampilan gambar dari

    pengujian yang didapatkan dari sudut pandang penonton yang

    telah terinsialisasi. Sedangkan Tabel 5 menunjukan hasil

    tampilan yang diperoleh selain dari sudut pandang yang

    diinisialisasi. Dari hasil yang didapatkan dari Tabel 5

    disimpulkan bahwa tampilan gambar terlihat terditorsi cukup

    jelas saat sudut pandang penonton digeser dengan arah

    horizontal dan vertikal ke atas. Sedangkan pada saat sudut

    pandang digeser pada arah vertikal ke bawah sebanyak 10o

    masih ada sedikit distorsi namun penonton masih dapat

    melihat gambar.

    Gambar 7 menunjukan hasil tampilan gambar tonjolan

    dimensi tiga pada media proyeksi yang diambil dari sudut

    pandang penonton. Tabel 4 menunjukan hasil tampilan yang

    diambil dari sudut pandang lain selain sudut pandang yang

    diinisialisasi. Dapat dilihat bahwa pada toleransi untuk melihat

    tonjolan dimensi tiga didapat maksimal pada pergeseran maks

    5o horizontal. Jika sudut pandang digeser lebih dari 5

    o maka

    tampilan tonjolan dimensi tiga terlihat palsu.

    B. Pengujian Dengan Objek Tak Beraturan

    Dari sistem yang dibuat, dilakukan pengujian dengan

    menggunakan objek dengan bidang yang tak beraturan. Objek

    dengan bidang tak beraturan yang dimaksud adalah objek

    yang bidangnya tidak merupakan bagian dari model bangun

    ruang dimensi tiga primitif (kubus, balok, limas, dan lain-

    lain). Tujuan dilakukan pengujian ini adalah untuk melihat

    seberapa handal sistem dalam memberikan distorsi yang tepat

    pada objek yang bentuk bidangnya tidak beraturan.

    Pada Gambar 10 (a) dapat dilihat bahwa objek (penanda

    kuning) yang direpresentasikan dengan warna abu-abu

    terletak pada titik pusat, sedangkan proyektor (penanda

    merah) direpresentasikan dengan warna biru berada sekitar 50

    centimeter dari objek dengan kemiringan sudut 5o terhadap

    sumbu x.

    Gambar 9 menunjukan hasil tampilan geometri yang

    diharapkan dari sudut pandang yang diinisialisasi. Pada Tabel

    6 menunjukan hasil tampilan geometri yang didapatkan dari

    sudut pandang lain selain sudut pandang yang diinisialisasi.

    Tampilan geometri yang didapat dari sudut pandang lain

    menunjukan bahwa toleransi untuk melihat geometri dengan

    cukup baik adalah + 5o arah horizontal. Jika lebih dari sudut

    toleransi maka akan terlihat distorsi yang cukup terlihat.

    Proses pengujian ini membutuhkan waktu selama 17 menit

    terhitung dari selesainya proses kalibrasi.

    C. Pengujian Keberhasilan Implementasi

    Dari implementasi sistem yang dibuat, dilakukan survey

    pada beberapa responden sebagai penonton untuk melihat

    seberapa baik implementasi yang dilakukan. Survey dilakukan

    dengan 15 responden.

    Dari Tabel 7 pada pertanyaan pertama yang menjawab lebih

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    6

    Tabel 7 Hasil dari survey pada lima belas responden

    Pertanyaan ke- Respon

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    1 0 0 0 0 1 0 4 8 2 0

    2 Tidak = 1 Ya = 14

    3 0 0 0 0 0 4 1 4 4 2

    dari 6 sebanyak 14 responden (93%). Sedangkan 1 responden

    (6.7%) menjawab kurang dari sama dengan 6. Dengan rata-

    rata penilaian responden sebesar 7.6 dari 10, maka dapat

    disimpulkan bahwa implementasi mampu memberikan hasil

    yang mampu dinikmati penonton namun masih terlihat

    kekeliruan dengan tingkat keberhasilan 76%.

    Pertanyaan kedua bertujuan untuk melihat apakah

    responden melihat tonjolan dimensi tiga pada media proyeksi.

    Sebanyak 14 responden (93%) menjawab ya dan 1 responden

    (6.7%) menjawab tidak. Dengan demikian implementasi

    tampilan tonjolan bidang dimensi tiga pada media proyeksi

    dapat disimpulkan berjalan dengan baik.

    Pada pertanyaan ketiga, responden yang menjawab lebih

    dari 6 sebanyak 11 responden (73.3%) dan yang menjawab

    kurang dari sama dengan 6 sebanyak 4 responden (26.6%).

    Penilaian rata-rata responden sebesar 7.93 dari 10. Dengan

    demikian dapat disimpulkan tampilan geometri kotak pada

    bidang tak beraturan memiliki tingkat keberhasilan 79.3%.

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil perancangan dan pengujian sistem dalam

    penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan:

    1. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan objek sederhana, hasil kalibrasi menunjukan titik-titik

    referensi dapat diinisialisasi pada media proyeksi

    dengan tepat. Total waktu yang dibutuhkan untuk

    pengujian pada benda sederhana adalah 31 menit

    yang terbagi dalam 19 menit pada waktu pemindaian

    media proyeksi dan kalibrasi, dan 12 menit pada

    proses proyeksi.

    2. Hasil pengujian dengan menggunakan objek dengan bidang tak beraturan menunjukan bahwa sistem

    masih handal dengan mampu untuk memproyeksikan

    gambar geometri pada bidang yang berlekuk dan tak

    beraturan. Namun proses yang dilakukan

    membutuhkan waktu yang lebih lama dengan total

    waktu 38 menit yang terbadi dalam 21 menit pada

    waktu proses pemindaian media proyeksi dan

    kalibrasi, dan 17 menit pada proses proyeksi.

    3. Hasil tampilan geometri pada lebih dari satu bidang dengan bidang sederhana dan pada bidang tak

    beraturan menunjukan bahwa tampilan geometri

    dapat terlihat baik dengan toleransi + 5o dari posisi

    sudut pandang penonton yang diinisialisasi.

    4. Keberhasilan pada proses proyeksi yang ditunjukan dengan pengujian fisik gambar pada media proyeksi

    menunjukan derajat kekeliruan pada sisi atas sebesar

    6.4o dan sisi bawah 23.9

    o disebabkan karena posisi

    proyektor dan media yang memiliki perbedaan jarak.

    Dimana sisi atas media lebih dekat dengan proyektor

    dibanding sisi bawah.

    5. Hasil survey pada 15 responden menunjukan bahwa proyeksi gambar pada sudut media proyeksi bidang

    sederhana memiliki tingkat keberhasilan sebesar

    76%. Proyeksi geometri kotak pada media proyeksi

    bidang tak beraturan memiliki tingkat keberhasilan

    79.3%. Proyeksi geometri lingkaran pada media

    proyeksi bidang tak beraturan memiliki tingkat

    keberhasilan 68.6%. Sedangkan untuk tampilan

    tonjolan dimensi tiga pada objek sederhana

    menunjukan tingkat keberhasilan sebesar 93%.

    Dari ketiga proses pengujian yang dilakukan, proses

    pengujian hanya membutuhkan total waktu + 35 menit. Hal ini

    tentu jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan melakukan

    projection mapping secara manual yang memakan waktu

    sekitar 3 hari [1]. Hasil proyeksi hanya dapat dinikmati

    dengan perbedaan toleransi maksimal 5o dari sudut pandang

    penonton dengan tingkat keberhasilan rata-rata sebesar

    79.255%.

    B. Saran

    Pada sistem yang telah dibuat, projection mapping yang

    digunakan masih dalam tahap awal / sederhana. Untuk

    melakukan implementasi dan pengujian dengan lebih baik,

    disarankan untuk melibatkan desainer projection mapping

    yang sudah handal dan mampu untuk melakukan projection

    mapping pada tahap yang lebih lanjut dan melakukan animasi

    yang lebih menarik.

    Selain itu, hadirnya desainer projection mapping yang

    sudah handal juga dapat dijadikan tolok ukur secara lebih

    akurat dalam membandingkan kecepatan proses pembuatan

    projection mapping.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Video Mapping Web Site. Video Mapping. 2011.

    [2] Maier, Robert. Real-time 3D Reconstruction and Localization.

    [Presentation] Mnchen : Institut fr Informatik der Technischen

    Universitt Mnchen, 2012.

    [3] Tomasi, C. Bilateral Filtering for Gray and Color Images. Bombay:

    IEEE International Conference on Computer Vision. 1998.

    [4] Besl, P.J. A Method for Registration of 3D Shapes. IEEE Transaction

    on Pattern Analysis and Machine Intelligence. Vol. 14. 1992.