ITS Undergraduate 12563 Paper

download ITS Undergraduate 12563 Paper

of 25

Transcript of ITS Undergraduate 12563 Paper

  • 1

    MAKALAH TUGAS AKHIR

    STUDI KOMPARATIF DESAIN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN

    FLAT PLATE SYSTEM BERDASARKAN TATA CARA PEMBEBANAN GEMPA

    SNI 03-1726-2002 DAN ASCE 7-05

    RHEINHARDT MAUPA

    NRP 3106 100 023

    Dosen Pembimbing :

    Tavio, ST, MT, Ph.D

    Bambang Piscesa, ST, MT

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Surabaya 2010

  • 2

    STUDI KOMPARATIF DESAIN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN

    FLAT PLATE SYSTEM BERDASARKAN TATA CARA PEMBEBANAN GEMPA

    SNI 03-1726-2002 DAN ASCE 7-05

    Nama Mahasiswa : Rheinhardt Maupa

    NRP : 3105 100 023

    Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS

    Dosen Pembimbing : Tavio, ST, MT, Ph.D

    Bambang Piscesa, ST, MT

    ABSTRAK

    Sudah sejak tahun 2000 terjadi perubahan mendasar mengenai peraturan

    perancangan struktur untuk beban gempa di Amerika, tempat negara kiblat yang dipakai

    sebagai acuan untuk membuat Tata Cara Perhitungan Perencanaan Beban Gempa, SNI 03-

    1726-2002 dan Struktur Beton Indonesia, SNI 03-2847-2002. Perkembangan terakhir

    peraturan Amerika seperti NEHRP-2000, ACI 318-08, ASCE 7-05 dan IBC 2006 seharusnya

    akan mempengaruhi peraturan SNI terkait yang masih berlaku saat ini. Masih ada beberapa

    hal mendasar yang cukup signifikan buat para perencana struktur yang menjadi kendala

    antara lain dalam menerapkan strategi perancangan struktur untuk menghitung dan

    menetapkan besarnya gaya gempa rencana, syarat-syarat khusus mengenai pendetailan

    penulangan, limitasi ketinggian serta konfigurasi bangunan yang diizinkan dari sistim

    struktur utama pemikul gaya gempa yang seharusnya dipilih dan gaya gempa minimum.

    Tugas Akhir ini berupaya menguraikan mengenai penentuan dan perhitungan gaya gempa

    rencana sesuai perkembangan mutahir dari peraturan ASCE7-05.

    Dalam Tugas Akhir ini membahas satu macam struktur gedung 10 lantai yang

    memiliki konfigurasi simetris. Struktur gedung tersebut akan didesain dengan

    menggunanakan dua Tata Cara Pembebanan Gempa, yakni SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-

    05 yang pendetailan tulangannya akan memakai SNI 03-2847-2002. Setelah gaya gempa

    rencana dihitung berdasarkan kedua Tata Cara tersebut, kemudian dilakukan pendetailan

    tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002 yang hasilnya nanti akan dibandingkan. Dari hasil

    perhitungan yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini, dapat diambil kesimpulan, struktur

    dengan sistem lantai flat plate yang didesain dengan menggunakan Tata Cara Pembebanan

    Gempa ASCE 7-05 memiliki gaya geser dasar dan kebutuhan tulangan yang lebih banyak

    pada komponen penahan beban lateralnya dibanding dengan gaya geser dasar dan

    kebutuhan tulangan yang dihasilkan oleh Tata Cara Pembebanan Gempa SNI 03-17262002.

    Kata kunci: SNI 03-1726-2002, ASCE 7-05, Flat plate, gaya geser dasar

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Letak Indonesia yang merupakan

    pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo-

    Australia, lempeng Pasifik dan lempeng

    Eurasia, menyebabkan hampir semua wilayah

    Indonesia mempunyai resiko gempa tektonik

    tinggi. Karena letaknya yang demikian,

    Indonesia seakan-akan berada di dalam

    lingkaran api yang terus membara. Masih ingat

    dalam benak kita pada akhir tahun 2004 terjadi

    gempa super dahsyat dengan kekuatan 8,9

    skala richter yang menyebabkan gelombang

    Tsunami di Aceh, gempa berkekuatan 5 skala

    richter yang mengguncang Jawa Barat ataupun

    gempa yang baru saja meluluhlantahkan

    Padang kemarin dengan kekuatan 7,2 skala

    richter. Runtutan gempa yang terjadi di

    Indonesia tidak hanya mengakibatkan kerugian

    cukup besar tapi juga banyaknya korban yang

    berjatuhan.

    Terlepas dari berbagai polemik dan

    kompleksnya permasalahan dari peristiwa

    gempa yang terjadi, adalah tugas utama dari

    para ahli maupun praktisi khususnya yang

    bergerak di bidang ketekniksipilan untuk

    menciptakan suatu tatanan baru mengenai

    perancangan gempa yang lebih baik lagi. Hal

    tersebut tentunya tidak hanya bertujuan untuk

    menciptakan struktur bangunan yang lebih

    kuat dan tahan gempa, tetapi juga bertujuan

    untuk memberikan keamanan dan kenyamanan

    bagi setiap orang yang ada dan tinggal di

    dalam bangunan tersebut.

    Di negara Indonesia sendiri, sebelumnya

    telah ada suatu tata cara mengenai

    perancangan ketahanan gempa untuk rumah

    dan gedung yaitu SNI 03-1726-2002. Akan

    tetapi, menurut para ahli gempa di Indonesia,

    peraturan ini dirasakan sudah tidak relevan lagi

    dan teknologinya telah tertinggal dari segi

    konstruksi dan kegempaan. Dikatakan

    demikian karena beberapa formula yang

    digunakan di dalam tata cara ini secara

    konseptual salah sehingga tata cara ini masih

    harus direvisi dan diperbaiki lagi. SNI 03-

    1726-2002 sendiri sebenarnya mengacu

    kepada tat cara Amerika, Uniform Building

    Code, UBC-97. Namun, sejak tahun 2000

    terjadi perubahan mendasar mengenai tata cara

    perancangan struktur untuk pembebanan

    gempa di Amerika. Perubahan ini tentunya

    akan banyak mempengaruhi tata cara yang

    masih berlaku saat ini.

    ASCE 7-05 merupakan tata cara gempa

    terbaru yang sudah digunakan sebagai dasar

    perancangan untuk pembebanan gempa di

    Amerika. Dan menurut para ahli gempa di

    Indonesia, tata cara gempa yang baru ini dapat

    dijadikan acuan utama untuk memperbaiki

    kesalahan-kesalahan yang ada pada SNI 03-

    1726-2002. Mengapa harus ASCE 7-05?

    Mungkin itulah yang menjadi pertanyaan

    kenapa harus ASCE 7-05 yang menjadi acuan

    dalam merevisi tata cara gempa yang lama.

    Dunia sudah berpaling pada ASCE 7-05,

    mungkin itu salah satu alasannya. Namun, hal

    mendasar yang menjadi acuan untuk memakai

    ASCE 7-05 sebagai acuan untuk merevisi dan

    memperbaiki SNI 03-1726-2002 adalah

    terletak pada konsep desain bangunan tahan

    gempa yang digunakan. Pada SNI 03-1726-

    2002, konsep desain yang digunakan masih

    berbasis pada Force Based Design, bertahan terhadap gempa sedang tanpa kerusakan berarti

    dan bertahan terhadap gempa maksimum tanpa

    runtuh. Perancangan berbasis gaya tersebut

    tidak menyatakan dengan jelas kriteria kinerja

    yang ingin dicapai, tetapi mekanisme

    keruntuhan yang direncanakan menjamin tidak

    terjadi keruntuhan total (collapse) terhadap

    gempa besar. Berbeda dengan ASCE 7-05

    yang menggunakan konsep desain

    Performance Based Earthquake Design, bangunan didisain untuk mencapai target

    performance tertentu yang dikaitkan dengan

    tingkat kerusakan bangunan pasca gempa

    (Hoedajanto,Drajat). Konsep inilah yang

    sedang dikembangkan dan menjadi tren terbaru

    untuk merancang bangunan tahan gempa di

    negara-negara maju.

    Berangkat dari hal di atas, maka ASCE 7-

    05 diharapkan dapat menjadi jawaban atas

    kekurangan-kekurangan yang ada pada SNI

    03-1726-2002 dan dapat diterapkan di

    Indonesia sepenuhnya. Atas dasar itulah maka

    penulis melakukan suatu kajian berupa studi

    perbandingan antara tata cara gempa yang

    lama, SNI 03-1726-2002 dengan tata cara

    gempa yang baru, ASCE 7-05. Studi dilakukan

    pada gedung yang menggunakan sistem lantai

    flat plate yang dikombinasikan dengan dinding

    geser.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari latar belakang diatas dapat ditarik

    beberapa permasalahan yang akan dibahas

  • 2

    dalam tugas akhir ini, antara lain adalah

    sebagai berikut:

    1. Bagaimana cara mendesain struktur gedung tahan gempa dengan sistem lantai flat plate

    berdasarkan Tata Cara Pembebanan Gempa

    SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05?

    2. Bagaimana perbedaan hasil perhitungan beban gempa untuk gedung dengan sistem

    lantai flat plate yang didesain berdasarkan

    tata cara SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-

    05?

    3. Bagaimana perbedaan hasil penulangan untuk gedung dengan sistem lantai flat

    plate yang didesain berdasarkan tata cara

    SNI 03-1726 dan ASCE 7-05?

    1.3 Tujuan

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam

    penyusunan Tugas Akhir ini antara lain:

    1. Mengetahui cara mendesain struktur gedung tahan gempa dengan sistem lantai

    flat plate berdasarkan Tata Cara

    Pembebanan Gempa SNI 03-1726-2002

    dan ASCE 7-05.

    2. Menunjukkan perbedaan hasil perhitungan beban gempa untuk gedung dengan sistem

    lantai flat plate yang didesain berdasarkan

    tata cara SNI 03-1726 dan ASCE 7-05.

    Dalam hal ini perbedaan yang akan

    ditunjukkan meliputi nilai base shear dan

    drift yang terjadi.

    3. Menunjukkan perbedaan hasil penulangan untuk gedung dengan sistem lantai flat

    plate yang didesain berdasarkan tata cara

    SNI 03-2847-2002 dengan pembebanan

    gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan

    ASCE 7-05. Dalam hal ini perbedaan yang

    akan ditunjukkan meliputi hasil penulangan

    untuk kolom, balok, pelat, dan shearwall.

    1.4 Batasan Masalah

    Batasan permasalahan yang ada dalam studi

    ini meliputi:

    1. Desain struktur dan pendetailan tulangan memakai SNI 03-2847-2002.

    2. Perhitungan gaya gempa memakai SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05.

    3. Sistem struktur berupa sistem lantai flat plate.

    4. Gedung terletak di wilayah gempa 4, tanah keras, dan berfungsi sebagai perkantoran.

    5. Tidak meninjau perancangan pondasi dan struktur sekunder.

    6. Tidak meninjau aspek ekonomi. 7. Perhitungan analisis struktur menggunakan

    program ETABS 9.07.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Umum

    Pada tugas akhir ini akan direncanakan

    struktur bangunan gedung yang terletak di

    Wilayah Gempa menengah. Tipe struktur

    menggunakan sistem lantai flat plate yang

    pendetailannya akan di desain sesuai dengan

    SNI-03-2847-2002, Pasal 23.10 berdasarkan

    pembebanan gempa SNI 03-1726-2002 dan

    ASCE 7-05.

    2.2 Flat Plate

    Pada umumnya, ada dua jenis sistem

    lantai yaitu one-way beam and slab (balok-

    pelat satu arah) dan two-way slab (pelat dua

    arah ) yang terdiri dari flat plate, flat slab, dan

    waffle slab.

    Gambar 2.1 Jenis Sistem Lantai

    Flat plate merupakan pelat beton pejal

    dengan tebal merata yang mentransfer beban

    secara langsung ke kolom pendukung tanpa

    bantuan balok atau kepala kolom atau drop

    panel (Jack C. McCormac,2002). Flat plate

    diperkuat dalam dua arah sehingga

    meneruskan bebannya secara langsung ke

    kolom-kolom yang mendukungnya. Pelat ini

    membutuhkan tinggi lantai terkecil untuk

    memberikan persyaratan tinggi ruangan dan

    memberikan fleksibilitas terbaik dalam

    susunan kolom dan partisi. Kapabilitas flat

    plate terhadap gempa relative kecil,

    sumbangan kekakuan terhadap beban lateral

    relatif kecil bahkan tidak memadai untuk

    bangunan tinggi karena kemampuan struktur

    yang lebih dominan terhadap beban vertikal

    (gravitasi) dibanding beban lateral, sehingga

    flat plate perlu sistem struktur penahan lateral

    tersendiri, bisa portal khusus atau shearwall

    (wiryantowordpress,2008).

    Pelat datar punya kelemahan dalam

    transfer geser di sekeliling kolom. Dengan kata

    (

    a

    )

    (

    b

    )

    (

    c

    )

    (d

    )

  • 3

    lain, ada bahaya dimana kolom akan

    menembus pelat (punching shear). Tekanan

    pons di kolom tidak kuat dengan tegangan

    normal pelat beton. Oleh karena itu, untuk

    mengatasi hal tersebut dilakukan penambahan

    ketebalan pelat atau menggunakan shearhead

    2.3 Pembebanan Gempa Berdasarkan SNI

    03-1726-2002

    2.3.1 Peraturan Perencanaan

    Syarat-syarat perancangan struktur

    gedung tahan gempa yang ditetapkan dalam

    standar ini tidak berlaku untuk bangunan

    sebagai berikut:

    - Gedung dengan sistem struktur yang tidak umum atau yang masih memerlukan

    pembuktian tentang kelayakan nya.

    - Gedung dengan sistem isolasi landasan (base isolation) untuk meredam

    pengaruh gempa terhadap struktur atas.

    2.3.2 Gempa Rencana

    Gempa rencana ditetapkan mempunyai

    perioda ulang 500 tahun, agar probabilitas

    terjadinya terbatas pada 10% selama umur

    gedung 50 tahun. Akibat pengaruh gempa

    rencana, struktur gedung secara keseluruhan

    harus masih berdiri, walaupun sudah berada

    dalam kondisi di ambang keruntuhan.

    Pengaruh gempa rencana itu harus

    dikalikan oleh suatu faktor keutamaan gedung

    I. Faktor keutamaan ini untuk menyesuaikan

    periode ulang. Gempa berkaitan dengan

    penyesuaian umur gedung. Faktor keutamaan

    ini bergantung pada berbagai kategori

    gedung dan bangunan yang telah diatur pada

    SNI 03-1726-2002, Pasal 4.1.2

    2.3.3 Wilayah Gempa dan Respon

    Spektrum Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6

    Wilayah Gempa seperti ditunjukkan dalam

    Gambar 2.2, di mana Wilayah Gempa 1 adalah

    wilayah dengan kegempaan paling rendah dan

    Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling

    tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,

    didasarkan atas percepatan puncak batuan

    dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan

    perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-

    ratanya untuk setiap Wilayah Gempa

    ditetapkan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan

    Puncak Muka Tanah SNI 03-1726-2002

    Wilayah

    Gempa

    Percepatan

    Puncak

    Batuan Dasar

    (g)

    Percepatan Puncak Muka

    Tanah Ao (g) Tanah Keras

    Tanah

    Sedang

    Tanah

    Lunak

    1 0,03 0,04 0,05 0,08

    2 0,10 0,12 0,15 0,20

    3 0,15 0,18 0,23 0,30

    4 0,20 0,24 0,28 0,34

    5 0,25 0,28 0,32 0,36

    6 0,30 0,33 0,36 0,38

    Gambar 2.2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan

    puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun sesuai

    SNI 03-1726-2002

    Untuk masing-masing Wilayah Gempa

    ditetapkan spektrum respons gempa rencana

    seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.3. C

    adalah faktor respons gempa dinyatakan dalam

    percepatan gravitasi dan T adalah waktu getar

    alami struktur gedung dinyatakan dalam detik.

    Untuk T = 0 nilai C tersebut menjadi sama

    dengan Ao, di mana Ao merupakan percepatan

    puncak muka tanah menurut Tabel 2.1.

    Gambar 2.3 Respons spektrum gempa rencana wilayah 4

    2.3.4 Kategori Gedung Kategori struktur berdasarkan pada

    tingkat kepentingan gedung pasca gempa,

    misal gedung umum (hunian, niaga,

    kantor), bangunan monumental, gedung

    penting pasca gempa (rumah sakit, instalasi

    air bersih, pembangkit tenaga listrik, dsb),

    gedung tempat menyimpan bahan

    berbahaya (gas, minyak bumi, bahan

    beracun), atau cerobong dan tangki diatas

    menara. Pengaruh Gempa Rencana harus

    dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I.

    Dari tabel dibawah, nilai faktor keutamaan

    untuk gedung perkantoran adalah I = 1,0.

  • 4

    Tabel 2.2. Faktor Keutamaan

    Kategori Gedung Faktor Keutamaan

    (I)

    Gedung umum seperti untuk penghunian,

    perniagaan dan perkantoran. 1,0

    Monumen dan bangunan monumental 1,6

    Gedung penting pasca gempa seperti

    rumah sakit, instalasi air bersih,

    pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat,

    fasilitas radio dan televisi.

    1,4

    Gedung untuk menyimpan bahan

    berbahaya seperti gas, produk minyak

    bumi, asam, bahan beracun.

    1,6

    Cerobong, tangki di atas menara. 1,5

    2.3.5 Struktur Gedung Beraturan dan

    Tidak Beraturan

    Struktur gedung beraturan harus memenuhi ketentuan SNI 03-1726-2002,

    Pasal 4.2.1. Pengaruh gempa rencana

    struktur gedung beraturan ini dapat

    ditinjau sebagai pengaruh beban gempa

    statik ekivalen. Sehingga analisisnya dapat

    menggunakan analisis statik ekivalen.

    Struktur gedung tidak beraturan adalah struktur gedung yang tidak memenuhi

    syarat konfigurasi struktur gedung

    beraturan atau tidak sesuai SNI 03-1726-

    2002, Pasal 4.2.1. Pengaruh gempa struktur

    ini harus diatur dengan menggunakan

    pembebanan gempa dinamik. Sehingga

    analisinya dapat menggunakan analisis

    respons dinamik.

    2.3.6 Daktilitas Struktur

    Daktail adalah kemampuan deformasi

    inelastis tanpa kehilangan kekuatan yang

    berarti. Sedangkan struktur daktail adalah

    kemampuan struktur mengalami simpangan

    pasca elastik yang besar secara berulang

    kali dan bolak-balik akibat gempa yang

    menyebabkan terjadinya pelelehan pertama,

    sambil mempertahankan kekuatan dan

    kekakuan yang cukup, sehingga struktur

    tersebut tetap berdiri, walaupun sudah

    berada dalam kodisi di ambang keruntuhan

    Faktor daktilitas struktur gedung

    adalah rasio antara simpangan maksimum

    struktur gedung akibat pengaruh gempa

    rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan m dan simpangan

    struktur gedung pada saat terjadinya

    pelelehan pertama y, yaitu :

    my

    m,01

    Dalam persamaan diatas = 1,0 adalah

    nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung yang berperilaku elastik penuh, sedangkan m

    adalah nilai faktor daktilitas maksimum yang

    dapat dikerahkan oleh sistem struktur gedung

    yang bersangkutan menurut SNI 03-1726-

    2002, Pasal. 4.3.4.

    Dalam Tugas akhir ini akan

    direncanakan struktur gedung menggunakan

    flat plate. Uraian dari sistem pemikul beban

    gempa dari flat plate ini adalah berupa

    struktur rangka gedung dengan dinding geser

    beton bertulang dimana beban gravitasi dipikul

    oleh rangka ruang sedangkan beban lateral

    dipikul oleh dinding geser. Sehingga nilai

    faktor daktilitas maximum, faktor reduksi

    gempa maximum, faktor tahanan lebih

    struktur dan faktor tahanan lebih total adalah,

    m= 3,3 ; Rm =5,5 ; f = 2,8

    2.3.7 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban

    Lateral Gempa

    Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Pasal

    6.1, struktur gedung beraturan dapat

    direncanakan terhadap pembebanan gempa

    nominal akibat gempa rencana dalam arah

    masing-masing sumbu utama denah struktur

    tersebut, berupa beban gempa nominal statik

    ekuivalen. Apabila kategori gedung memiliki

    faktor keutamaan I menurut Tabel 2.3 dan

    strukturnya untuk suatu arah sumbu utama

    denah struktur dan sekaligus arah pembebanan

    gempa rencana memiliki faktor reduksi gempa

    R dan waktu getar alami fundamental T1, maka

    beban geser dasar nominal static ekuivalen V

    terjadi di tingkat dasar dapat diperhitungkan

    menurut persamaan:

    dimana C1 adalah nilai faktor respons gempa

    yang didapat dari spektrum respons gempa

    rencana untuk waktu getar alami fundamental

    T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung,

    termasuk beban hidup yang sesuai.

    Beban geser nominal tersebut diatas

    harus dapat dibagikan sepanjang tinggi struktur

    gedung menjadi beban gempa nominal statik

    ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat

    massa lantai ke-i menurut persamaan :

    tWR

    ICV 1

  • 5

    V

    zW

    zWF

    n

    i

    ii

    iii

    1

    di mana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i,

    termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah

    ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf

    penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor

    lantai tingkat paling atas.

    2.3.8 Waktu Getar Alami Fundamental

    Waktu getar alami fundamental struktur

    gedung beraturan dalam arah masing masing

    sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus

    Rayleigh sebagai berikut :

    n

    i

    ii

    n

    i

    ii

    i

    dFg

    dW

    ,T

    1

    1

    2

    36 di

    mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama

    seperti yang disebut dalam SNI 03-1726-2002,

    Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal

    lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm dan

    g adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det

    2.

    2.4 Pembebanan Gempa Berdasarkan

    ASCE 7-05

    2.4.1 Persyaratan Dasar

    Prosedur analisis dan desain gempa

    yang digunakan dalam desain struktur

    bangunan dan komponennya harus seperti

    yang ditetapkan dalam ASCE 7-05. Struktur

    bangunan harus melibatkan sistem penahan

    gaya lateral dan vertikal yang lengkap yang

    mampu memberikan kekuatan, kekakuan, dan

    kapasitas disipasi energi yang cukup untuk

    menahan pergerakan tanah desain dalam

    batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan

    yang ditetapkan. Pergerakan tanah desain

    harus diasumsikan terjadi sepanjang segala

    arah horisontal struktur bangunan. Kecukupan

    sistem struktur harus ditunjukkan melalui

    pembentukan model matematik dan evaluasi

    model ini untuk pengaruh pergerakan tanah

    desain. Gaya gempa desain, dan distribusinya

    sepanjang ketinggian struktur bangunan, harus

    dibentuk sesuai dengan salah satu prosedur

    yang sesuai yang ditunjukkan dalam ASCE 7-

    05, Pasal 12.6 dan gaya dalam dan deformasi

    yang terkait dalam komponen struktur harus

    ditentukan. Prosedur alternatif yang disetujui

    tidak boleh dipakai untuk menentukan gaya

    gempa dan distribusinya kecuali bila gaya

    dalam dan deformasi terkait dalam komponen

    struktur ditentukan menggunakan model yang

    konsisten dengan prosedur yang diadopsi.

    2.4.2 Prosedur Perencanaan

    Berbagai data yang diperlukan dalam

    menentukan beban seismik pada ASCE 7-05

    secara umum adalah sebagai berikut :

    1. Kategori hunian dan faktor keutamaan (I)

    2. Klasifikasi Site

    3. Peta percepatan respon spektral, SS dan S1

    4. Spectral response coefficients, SDS dan SD1

    5. Seismic design category (SDC)

    6. Penentuan Koefisien R, Cd, dan 7. Analysis procedure yang dipergunakan

    8. Basic seismic-force-resisting system

    9. Design base shear

    10. Seismic response coefficient, CS 2.4.3 Kategori Hunian dan Faktor

    Keutamaan

    Kategori Hunian dari bangunan terdapat

    pada ASCE 7-05, Tabel 1.1, sedangkan Faktor

    Keutamaan (I) dijelaskan pada ASCE 7-05,

    Tabel 11.5-1.

    2.4.4 Klasifikasi Site Berdasarkan propertis tanah di site, site

    harus diklasifikasikan sebagai Klasifikasi

    Tanah A, B, C, D, E, atau F sesuai dengan

    ASCE 7-05, Pasal 20. Dimana properties tanah

    tidak diketahui dengan cukup detil untuk

    menentukan Klasifikasi Tanah, harus

    digunakan Klasifikasi Tanah D kecuali jika

    diperoleh data geoteknik untuk menentukan

    klasifikasi tanah E atau F.

    Pengklasifikasian tanah ditentukan

    berdasarkan kondisi tanah sesuai tabel berikut

    (ASCE7-05, Tabel 20.1). Tabel 2.3 Klasifikasi Site

    Klasifikasi Site Vs N or

    Nch Su

    A. Hard rock >5,000 ft/s NA NA

    B. Rock 2,500to

    5,000 ft/s NA NA

    C. Very dense soil and

    soil rock

    1,200to

    2500 ft/s >50 >2,000 psf

    D. Stiff soil 600to

    1,200 ft/s

    15to

    50

    1,000to

    2,000 psf

    E. Soft clay soil

  • 6

    peta kontur percepatan gempa rencana

    maximum dari batuan dasar untuk waktu getar

    pendek 0,2 detik SS dan 1 detik, S1.

    Gambar 2.4 Peta Wilayah Gempa untuk Percepatan Respon

    Spektral 0,2 detik

    Gambar 2.5 Peta Wilayah Gempa untuk Percepatan Respon

    Spektral 1 detik

    2.4.6 Parameter Percepatan Respon

    Spektral

    Percepatan Respon Spectral MCE untuk

    periode singkat (SMS) dan pada periode 1 detik

    (SM1) yang diatur untuk efek klasifikasi tanah

    dihitung berdasarkan persamaan berikut :

    SMS = Fa SS

    SM1 = F S1

    Keterangan:

    SMS = percepatan respon spectral MCE pada

    peta pada period pedek

    SM1 = percepatan respon spectral MCE pada

    peta pada period 1detik

    Dimana koefisien tanah Fa dan Fv

    didefinisikan dalam ASCE 7-05, Tabel 11.4-1

    dan Tabel 11.4-2.

    Tabel 2.4 Koefisien Tanah, Fa

    Klasifikasi

    Site

    Parameter Percepatan Respon Spektral

    Gempa

    Maksimum Pada Period Pendek

    Ss 0,25

    Ss =

    0,5

    Ss =

    0,75

    Ss =

    1,0

    Ss 1,25

    A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

    B 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

    C 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0

    D 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0

    E 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

    F Lihat Pasal 11.4.7

    Catatan: Gunakan interpolasi garis lurus untuk Nilai-

    nilai tengah dari Ss

    Tabel 2.5 Koefisien Tanah, Fv

    Klasifikasi

    Site

    Parameter Percepatan Respon Spektral

    Gempa

    Maksimum Pada Period 1 detik

    S1 0,1

    S1 =

    0,2

    S1 =

    0,3

    S1 =

    0,4

    S1 0,5

    A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

    B 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

    C 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3

    D 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5

    E 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4

    F Lihat Pasal 11.4.7

    Catatan: Gunakan interpolasi garis lurus untuk Nilai-

    nilai tengah dari S

    Parameter Percepatan Respon Spektral

    gempa rencana pada period pendek, SDS, dan

    pada period 1 detik, SD1, harus ditentukan dari

    persamaan berikut :

    SDS = 2/3 SMS

    SD1 = 2/3 SM1

    2.4.7 Kategori Desain Gempa Perhitungan perancangan besarnya gaya

    gempa rencana untuk desain dan analisis

    perhitungan dinyatakan oleh besarnya gaya

    geser dasar, ketentuan mengenai syarat

    kekuatan dan pendetailan tulangan serta

    fleksibilitas ketidak teraturan bentuk bangunan

    dan limitasi tinggi bangunan tidak lagi

    ditentukan oleh peta zoning gempa

    sebagaimana halnya yang telah ditetapkan

    dalam SNI 1726-02. Pada ASCE 7-05,

    ketentuan mengenai hal tersebut di atas telah di

    gantikan oleh kriteria perancangan baru yang

    di sebut Kategori Desain Gempa (Seismic

    Design Category-SDC) dan dikaitkan dengan

    Kategori Hunian atau Occupancy Category.

    Struktur harus diperuntukan pada Kategori

    Desain Gempa sesuai dengan ASCE 7-05,

    Tabel 11.6-1 dan Tabel 11.6-2. Tabel 2.6 Kategori Desain Gempa Berdasarkan Parameter

    Percepatan Respon Period Pendek

    Nilai SDS Kategori Hunian

    I atau II III IV

    SDS < 0,167 A A A

    0,167 SDS < 0,33 B B C

    0,33 SDS < 0,50 C C D

    0,50 SDS D D D

    Tabel 2.7 Kategori Desain Gempa Berdasarkan Parameter

    Percepatan Respon Period 1 detik

    Nilai SD1 Kategori Hunian

    I atau II III IV

    SD1 < 0,067 A A A

    0,067 SD1 < 0,133 B B C

    0,133 SD1 < 0,20 C C D

    0,20 SD1 D D D

  • 7

    2.4.8 Penentuan Koefisien R, Cd, dan 0 Sistem penahan gaya gempa lateral dan

    vertikal dasar harus memenuhi pada salah satu

    tipe yang ditunjukkan dalam ASCE 7-05,

    Tabel 12.2-1 atau kombinasi sistem seperti

    dalam ASCE 7-05, Pasal 12.2.2, 12.2.3, dan

    12.2.4. Setiap tipe dibagi-bagi oleh tipe elemen

    vertikal yang digunakan untuk menahan gaya

    gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan

    harus sesuai dengan kategori desain gempa dan

    batasan ketinggian yang ditunjukkan dalam

    Tabel, 12.2-1. Koefisien modifikasi respons

    yang tepat, R, faktor kuat lebih sistem, 0, dan

    faktor pembesaran defleksi, Cd, ditunjukkan

    dalam Tabel 12.2-1 harus digunakan dalam

    penentuan geser dasar, gaya desain elemen,

    dan drif tingkat desain.

    Dalam Tugas akhir ini akan

    direncanakan struktur gedung menggunakan

    flat plate. Uraian dari sistem pemikul beban

    gempa dari flat plate ini adalah berupa

    struktur rangka gedung dengan dinding geser

    beton bertulang biasa, Sehingga koefisien

    modifikasi respons, R, faktor kuat lebih sistem,

    0, dan faktor pembesaran defleksi, Cd adalah

    sebagai berikut:

    R = 5 ; 0 =2,5 ; Cd = 4,5

    2.4.9 Konfigurasi Struktur

    Pada ASCE 7-05, struktur dapat

    diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak

    beraturan berdasarkan pada konfigurasi

    horisontal dan vertikal.

    Ketidakteraturan Horisontal Struktur yang mempunyai satu atau lebih

    jenis ketidakteraturan yang terdapat pada

    ASCE 7-05, Tabel 12.3-1 harus

    direncanakan sebagai struktur yang

    mempunyai ketidakteraturan structural

    horisontal. Struktur yang digunakan pada

    kategori rencana gempa pada Tabel 12.3-1

    harus memenuhi ketentuan pada tabel

    dalam subbab tersebut.

    Ketidakteraturan Vertikal Struktur yang mempunyai satu atau lebih

    jenis ketidakteraturan seperti yang tertera

    pada ASCE 7-05, Tabel 12.3-2 harus

    direncanakan sebagai struktur yang dengan

    ketidakaturan vertical. Struktur yang

    digunakan pada kategori rencana gempa

    pada Tabel 2.3-2 harus memenuhi

    ketentuan dalam tabel tersebut.

    Dalam Tugas akhir ini akan

    direncanakan struktur dengan konfigurasi

    denah gedung yang beraturan (regular).

    2.4.10 Prosedur Analisis yang dipergunakan

    Analisis struktur yang dibutuhkan terdiri

    dari salah satu dari tipe yang diperbolehkan

    dalam ASCE 7-05, Tabel 12.6-1 berdasar pada

    kategori desain gempa struktur, sistem

    struktural, data dinamik, dan keteraturan, atau

    dengan persetujuan otoritas yang mempunyai

    yurisdiksi, suatu alternatif prosedur yang

    berlaku umum boleh digunakan. Prosedur

    Analisis yang terpilih harus diselesaikan

    menurut kebutuhan sesuai dengan subbab yang

    terkait mengacu pada Tabel 5.6-1.

    2.4.11 Prosedur Gaya Lateral Ekivalen

    Geser dasar gempa (base shear), V, dalam

    arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai

    dengan ASCE 7-05, Pers.12.8-1.

    V = CsW

    dimana

    Cs = koefisien respons gempa yang ditentukan

    sesuai dengan Pasal 12.8.1.1

    W = berat gempa efektif menurut Pasal 12.7.2.

    Koefisien Respons Gempa dapat dihitung

    sesuai dengan ASCE 7-05, Pers.12.8-2.

    T

    R

    SC DSs

    dimana SDS = parameter percepatan respons spektrum

    desain dalam rentang perioda pendek

    seperti ditentukan dari Pasal 11.4.4

    R = faktor modifikasi respons dalam Tabel

    12.2-1

    I = faktor keutamaan hunian yang ditentukan

    sesuai dengan Pasal 11.5.1

    Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan

    ASCE 7-05, Pers. 12.8-2 tidak perlu melebihi:

    I

    RT

    SC Ds

    1 untuk T TL

    I

    RT

    TSC LDs

    2

    1 untuk T > TL

    Cs harus tidak kurang dari

    Cs = 0,01

    Sebagai tambahan, untuk struktur yang

    berlokasi dimana S1 sama dengan atau lebih

    besar dari 0,6g, Cs harus tidak kurang dari

  • 8

    I

    R

    S

    sC1

    5,0

    2.4.12 Penentuan Perioda Perioda struktur dasar, T, dalam arah yang

    ditinjau harus diperoleh menggunakan properti

    struktur dan karateristik deformasi elemen

    penahan dalam analisis yang teruji. Perioda

    dasar, T, tidak boleh melebihi hasil koefisien

    untuk batasan atas pada perioda yang dihitung

    (Cu) dari ASCE 7-05, Tabel 12.8-1 dan perioda

    dasar pendekatan, Ta, yang ditentukan dari

    ASCE 7-05, Pers. 12.8-7. Sebagai alternatif

    pada pelaksanaan analisis untuk menentukan

    perioda dasar, T, diijinkan secara langsung

    menggunakan perioda bangunan pendekatan,

    Ta, yang dihitung sesuai dengan ASCE 7-05,

    Pasal 12.8.2.1. Perioda dasar pendekatan (Ta),

    dalam detik, harus ditentukan dari ASCE 7-05,

    Pasal 12.8.2.1, Pers.12.8-7, x

    nta hCT dimana

    hn adalah tinggi dalam ft di atas dasar sampai

    tingkat tertinggi struktur dan koefisien Ct dan x

    ditentukan dari ASCE 7-05, Tabel 12.8-2. Tabel 2.9 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct Dan x

    Tipe Struktur Ct x

    Sistem rangka penahan momen dimana

    rangka menahan 100% gaya gempa

    yang disyaratkan dan tidak dilingkupi

    atau dihubungkan dengan komponen

    yang lebih kaku dan akan mencegah

    rangka dari defleksi bilamana dikenai

    gaya gempa:

    Rangka penahan momen baja 0,028

    (0,0724)a

    0,8

    Rangka penahan momen beton 0,016

    (0,0466)a

    0,9

    Rangka baja dibres secara eksentris 0,03

    (0,0731)a

    0,75

    Semua sistem struktur lainnya 0,02

    (0,0488)a

    0,75

    aEkivalensi metrik ditunjukkan dalam tanda kurung.

    Dimana nilai Perioda dasar, T, tidak boleh

    melebihi, T CuTa dengan Cu sebagai batasan atas pada perioda yang dihitung yang

    ditentukan dari ASCE 7-05, Tabel 12.8-1. Tabel 2.10 Koefisien Untuk Batasan Atas Pada Perioda Yang

    Dihitung

    Parameter Percepatan Respons

    Spektrum Desain pada 1 detik,

    SD1

    Koefisien Cu

    0,4 1,4

    0,3 1,4

    0,2 1,5

    0,15 1,6

    0,1 1,7

    2.4.13 Distribusi Gaya Gempa Vertikal

    Gaya gempa lateral (Fx) (kip atau kN)

    yang timbul di semua tingkat harus ditentukan

    dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.3:

    Fx = CvxV dan n

    i

    k

    ii

    k

    xx

    vx

    hw

    hwC

    1

    dimana

    Cvx = faktor distribusi vertikal,

    V = gaya lateral desain total atau geser di

    dasar struktur

    wi and wx = porsi berat gempa efektif total

    struktur (W) yang ditempatkan atau

    dikenakan pada tingkat i atau x

    hi and hx = tinggi (ft atau m) dari dasar sampai

    Tingkat i atau x

    k = eksponen yang terkait dengan

    perioda struktur sebagai berikut:

    untuk struktur yang mempunyai perioda

    sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1

    untuk struktur yang mempunyai perioda

    sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2

    untuk struktur yang mempunyai perioda antara

    0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus

    ditentukan dengan interpolasi linier antara 1

    dan 2

    2.4.14 Distribusi Gaya Gempa Horizontal

    Geser tingkat desain gempa di semua

    tingkat (Vx) (kip atau kN) harus ditentukan dari

    ASCE 7-05, Pasal 12.8.4: n

    xi

    ix FV

    dimana Fi = porsi geser dasar gempa (V) (kip

    atau kN) yang timbul di Tingkat i.

    Geser tingkat desain gempa (Vx) (kip atau

    kN) harus didistribusikan pada berbagai

    elemen vertikal sistem penahan gaya gempa di

    tingkat yang ditinjau berdasarkan pada

    kekakuan lateral relatif elemen penahan

    vertikal dan diafragma.

    BAB III

    METODOLOGI

    Metodologi ini akan menguraikan dan

    menjelaskan urutan pelaksanaan penyelesaian

    tugas akhir secara rinci, mulai dari

    pengumpulan data, literatur dan pedoman

    perancangan, sampai dengan kesimpulan akhir

    dari analisas struktur ini yaitu untuk

    membandingkan dua permodelan struktur,

    Berikut ini adalah langkah-langkah

    penyelesaian yang akan dilakukan penulis.

  • 9

    3.1 Studi Literatur

    Mempelajari literatur/pustaka yang

    berkaitan dengan tugas akhir diantaranya

    tentang peraturan yang membahas

    perancangan struktur, antara lain :

    a. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

    Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).

    b. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk

    Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).

    c. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perhitungan Pembebanan untuk Bangunan

    Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989).

    d. Ketentuan Beban Disain Minimum untuk Gedung dan Struktur Lain (ASCE 7-05).

    e. Jurnal-jurnal yang terkait dengan tugas akhir.

    3.2 Studi Kasus

    Dalam tugas akhir ini, permodelan

    struktur yang digunakan adalah sistem lantai

    flat plate yang dikombinasikan dengan dinding

    geser sebagai pemikul beban lateral.

    Direncanakan didirikan di daerah gempa

    menengah menurut ketentuan SNI 03-2847-

    2002 dengan pembebanan gempa berdasarkan

    SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05 yang

    nantinya hasilanya akan dibandingkan.

    500 500 500 500 500 500 500

    6

    B C D E F G H I

    600

    600

    600

    600600

    5

    4

    3

    2

    1

    A

    600

    500

    Y

    X

    600

    Gambar 3.1 Model Denah Tipikal Struktur Simetris Flat

    Plate

    3.3 Preliminary Design

    3.3.1 Perencanaan Balok Tepi Menurut SNI 03-2847-2002, Tabel 8,

    balok pada 2 tumpuan sederhana memiliki

    tebal minimum (bila lendutan tidak dihitung):

    Lh16

    1

    min

    a. Untuk struktur ringan dengan berat

    jenis 1500 kg/m3 2000 kg/m

    3, nilai di atas

    harus dikalikan dengan 1,65-(0,0003) Wc

    tetapi tidak kurang dari 1,09.

    b. Untuk fy selain 400 Mpa, nilainya harus

    dikalikan dengan (0.4 + fy/700), dimana L =

    Panjang beton, Wc = Berat jenis beton, f y =

    Mutu baja. 3.3.2 Perencanaan Dimensi Kolom

    Adapun rumus yang digunakan untuk

    merencanakan dimensi kolom :

    A

    Nf ukc'

    '' cc ff

    dimana N

    uk = beban aksial yang diterima kolom

    fc = kuat tekan beton karakteristik

    A = luas penampang kolom

    = faktor reduksi untuk komponen struktur

    dengan tulangan spiral maupun

    sengkang ikat. akan tetapi tersebut

    hanya memperhitungkan akibat gaya

    aksial saja, maka agar kolom juga

    mampu menahan gaya momen diambil

    = 0,3 ~0,35

    3.3.3 Perencanaan Ketebalan Pelat

    Tebal minimum pelat tanpa balok yang

    menghubungkan tumpuan-tumpuannya dan

    mempunyai rasio bentang panjang terhadap

    bentang pendek yang tidak lebih dari dua harus

    memenuhi ketentuan SNI 03 2847 2002, Pasal 11.5.3.2.

    Tabel 3.1 Ketentuan Tebal Minimum Pelat

    Tegangan

    leleh, fy

    Tanpa penebalan

    Panel luar

    Panel dalam Tanpa

    balok

    pinggir

    Dengan

    balok

    pinggir

    300 33

    36

    36

    400 30

    33

    33

    500 28

    31

    31

    3.4 Pembebanan

    Pembebanan dikelompokkan menjadi dua

    menurut arah gayanya, yaitu beban vertikal

    dan beban horizontal. Untuk beban vertikal

    terdiri dari:

    a. Beban mati (RSNI 03-1727 -2002)

    b. Beban hidup ( RSNI 03-1727-2002)

    Sedangkan beban horizontal terdiri dari

    beban gempa statik dan beban angin. Beban

    gempa direncanakan berdasarkan dua tata cara

    perhitungan pembebanan gempa, yakni SNI

    03-1726-2002 dan ASCE 7-05. Sedangkan

    beban angin dalam tugas akhir ini tidak

    diperhitungkan karena masih kalah besar

    dengan beban gempa.

  • 10

    3.5 Kombinasi Pembebanan Kombinasi Pembebanan yang akan

    digunakan sesuai dengan ketentuan SNI 03-

    1726-2002, Pasal 11.2.

    a. 1,4 D

    b. 1,2 D + 1,6 L

    c. 1,2 D + 1,0 L 1,0 E

    d. 0,9 D 1,0 E

    3.6 Analisa Struktur

    Penghitungan gaya-gaya dalam pada

    rangka utama diperoleh dengan bantuan

    program ETABS v9. 07.

    3.7 Pendetailan Struktur Primer

    3.7.1 Penulangan Balok Tepi

    Tulangan direncanakan setelah

    memperhitungkan beban yang diterima. Dalam

    perhitungan tulangan digunakan rasio tulangan

    min < perlu < max. Untuk struktur yang berada di wilayah

    gempa menengah maka penulangan balok

    mengikuti SNI 03-2847-2002 Pasal 23.10.1

    sampai dengan Pasal 23.10.4.

    3.7.2 Penulangan Geser Balok Tulangan geser balok (sengkang)

    direncanakan sesuai ketentuan SNI 03-2847-

    2002, Pasal 13 dan Pasal 23.10.4.2.

    3.7.3 Penulangan Kolom Perhitungan dapat dilakukan dengan

    menggunakan hasil output program ETABS

    v9.07 yang kemudian menjadi input untuk

    program PCACOL. Perangkat lunak

    PCACOL dapat membantu kita dalam

    merencanakan tulangan kolom.

    Untuk struktur yang berada di wilayah

    gempa menengah maka penulangan balok

    mengikuti SNI 03-2847-2002, Pasal 23.10.1,

    Pasal 23.10.2, Pasal 23.10.3 dan Pasal 23.10.5.

    3.7.4 Perencanaan Pelat

    Perancangan pelat dilakukan dengan

    output gaya dalam dari progam ETABS v9.07

    yang kemudian dianalisa dengan menggunakan

    metoda portal ekivalen.

    3.7.4.1 Momen rencana pada jalur tengah 1. Bagian dari momen terfaktor negatif dan

    positif yang tidak dipikul lajur kolom

    harus dibagikan secara proporsional

    pada setengah lajur-lajur tengah yang

    berada di sebelahnya.

    2. Masing-masing lajur tengah harus

    direncanakan mampu memikul

    jumlah momen yang diberikan pada

    kedua setengah lajur tengah yang

    bersebelahan.

    3. Suatu lajur tengah yang berdekatan dan

    sejajar dengan sua tu tepi yang ditumpu

    oleh dinding harus direncanakan mampu

    memikul dua kali momen yang dibagikan

    pada setengah lajur tengah yang berdekatan

    dengan tumpuan dalam pertama.

    3.7.4.2 Perhitungan tulangan sekunder pelat

    Tata cara penulangan dilakukan seperti

    pada penulangan balok. Untuk struktur yang

    berada di wilayah gempa menengah maka

    penulangan pelat mengikuti SNI 03-2847-

    2002, Pasal 23.10.6 untuk pelat dua arah tanpa

    balok.

    3.7.4.3 Hubungan slab-kolom

    Untuk hubungan slab-kolom, yang paling

    penting ialah mengenai penulangan punching

    shear yang seminimal mungkin harus

    dihindari. Perumusan geser yang digunakan

    menganut peraturan SNI 03-2847-2002, Pasal

    13.12:

    Vc =

    Sedangkan gaya geser yang bekerja pada

    slab-kolom sesuai SNI 03-2847-2002, Pasal

    13.12.6:

    c

    ABuv

    c

    uu

    J

    CM

    A

    VV

    dengan

    fv1 ;

    2

    1

    3

    21

    1

    b

    bf

    dimana Ac = luas beton yang dianggap sebagai

    penampang kritis

    Jc = momen inersia penampang kritis

    s = 40 (kolom dalam) , 30 (kolom tepi) ;20

    (kolom sudut)

    Tulangan geser diperlukan apabila Vu >

    Vc maka Vc ditentukan dengan rumus: Vc =

    df c ob' , dimana bo perimeter

    penampang kritis.

    3.7.5 Penulangan Dinding Geser Untuk perancangan shearwall harus

    memenuhi ketentuan SNI 03-2847-2002, Pasal

    13 dan Pasal 16 untuk dinding geser biasa.

    dbf oc'6

    121

    dbfb

    doc

    o

    s '12

    12

    dbf oc'3

    1

  • 11

    Kuat geser untuk dinding geser ditentukan

    sesuai SNI 03-2847-2002, Pasal 13.10.6

    dengan persamaan:

    Vc =

    wL

    du

    N

    hdc

    f4

    '4

    1 atau;

    Vc= 10

    2

    2'

    '4

    1 hd

    pL

    uV

    uM

    hw

    L

    uN

    cf

    wL

    cf

    Dari kedua persamaan tersebut diambil Vc

    yang terkecil. Sesuai SNI 03-2847-2002, Pasal

    13.10.8, apabila gaya geser terfaktor Vu lebih

    besar daripada Vc/2, maka tulangan harus disediakan sesuai dengan SNI 03-2847-2002,

    Pasal 13.10.9.

    Gambar 3.3 Diagram Alir Metodologi

    BAB IV

    PRELIMINARY DESIGN

    4.1 Umum

    Bab ini berisi perhitungan-perhitungan

    untuk menentukan perkiraan awal dari

    struktur bangunan. Dimensi yang ditentukan

    pada bab ini antara lain adalah ukuran pelat

    beserta dimensi dari pelat yang akan

    direncanakan, ukuran kolom, dimensi balok

    tepi, dan ukuran shearwall.

    4.2 Data Perencanaan

    Data- data perancangan yang akan

    digunakan adalah sebagai berikut :

    Tipe bangunan : Perkantoran

    Jumlah Tingkat : 10 Tingkat

    Wilayah Gempa : Menengah

    Lebar Bangunan : 30 m

    Panjang Bangunan : 40 m

    Tinggi Bangunan : 35,5 m

    Mutu beton (fc) : 35 MPa

    Mutu Baja (fy) : 400 Mpa

    4.3 Perencanaan Dimensi Flat Plate

    a) Dimensi kolom flat plate

    Dalam menentukan dimensi kolom pada

    tahap preliminary design ini menggunakan

    cara tributary area. digunakan kolom dengan

    dimensi 60/60 cm

    b). Dimensi pelat flat plate

    Tebal pelat lantai = 20 cm

    Tebal pelat atap = 20 cm

    c). Dimensi Balok Tepi

    Balok tepi lantai

    Direncanakan balok tepi arah X 40/60 cm

    Direncanakan balok tepi arah Y 40/60 cm

    d). Dimensi Dinding Geser

    Direncanakan:

    Tebal Dinding Geser = 40 cm

    BAB V

    PENDETAILAN STRUKTUR PRIMER

    DENGAN PEMBEBANAN GEMPA

    SNI 03-1726-2002

    5.1 Umum

    Perancangan struktur primer pada sistem

    lantai flat plate yang dikombinasikan dengan

    dinding geser meliputi perancangan balok tepi,

    pelat, kolom dan shearwall. Dasar input

    perhitungan diambil berdasarkan hasil running

    permodelan pembebanan dari progam ETABS

    v9.07. Pada penulangan pelat akan dibahas

    mengenai jenis-jenis penulangan pelat flat

    plate yang meliputi penulangan lentur pelat,

    penulangan jalur tengah dan jalur kolom serta

    penulangan susut pelat. Beban lateral dari

    Studi Literatur

    Start

    Preliminary Design

    Analisis Pembebanan - Beban mati

    - Beban hidup

    - Beban gempa sesuai SNI 03-1726-2002

    - Kombinasi pembebanan

    Analisis Pembebanan - Beban mati

    - Beban hidup

    - Beban gempa sesuai ASCE 7-05

    - Kombinasi pembebanan

    Permodelan dan Running

    Program ETABS v.9.07

    Permodelan dan Running

    Program ETABS v.9.07

    Analisis

    Struktur

    Analisis

    Struktur

    No

    Yes Yes

    Hasil Perbandingan

    Finish

    Kesimpulan dan Saran

  • 12

    gempa untuk struktur gedung pada bab ini

    diselesaikan dengan menggunakan Tata Cara

    Pembebanan Gempa SNI 03-1726-2002.

    5.2 Data Perencanaan

    Sebelum memulai analisis beban gempa,

    dilakukan permodelan struktur terhadap

    gedung yang hendak direncanakan. Gedung

    dimodelkan sebagai bangunan simetris tipikal

    setinggi 10 tingkat. Adapun data perancangan

    yang dipakai sebagai berikut.

    Fungsi gedung : Perkantoran

    Luas : 40 x 30 m2

    Tinggi : 35,5 m (10 tingkat)

    Mutu baja (fy) : 400 MPa

    Mutu beton (fc) : 35 Mpa

    Jenis bangunan : Beton bertulang

    Kategori tanah : Tanah keras

    Zona gempa : Menengah (Zona 4)

    Lokasi Gempa : Bali

    Kolom lantai 1 10 : 60 x 60 cm2

    Shearwall : 40cm

    Pelat : 20 cm

    Balok tepi : 40/60 cm

    5.3 Pembebanan Gempa berdasarkan SNI

    03-1726-2002

    5.3.1 Perhitungan Berat Total Gedung (Wt) Tabel 5.1 Berat Struktur per Tingkat

    Tingkat Tinggi

    Berat

    Tingkat Wi.hi

    hi (m) Wi (kg) kg-m

    10 35,5 1047120 37172760

    9 32 1411200 45158400

    8 28,5 1411200 40219200

    7 25 1411200 35280000

    6 21,5 1411200 30340800

    5 18 1411200 25401600

    4 14,5 1411200 20462400

    3 11 1411200 15523200

    2 7,5 1411200 10584000

    1 4 1629360 6517440

    13966080 266659800

    5.3.2 Perhitungan Pusat Massa

    Karena bentuk bangunan per lantai

    simetris maka pusat massanya adalah:

    Arah X = Xcr = 20 m

    Arah Y = Ycr = 15 m

    5.3.3 Lantai Tingkat sebagai Diafragma

    Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 5.3.1,

    bahwa lantai tingkat, atap beton dan sistem

    lantai dengan ikatan suatu struktur gedung

    dapat dianggap sangat kaku dan dapat

    dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap

    beban gempa horizontal.

    Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 5.3.1,

    bahwa syarat lantai beton dapat dianggap

    sebagai diafragma adalah tidak boleh ada

    lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari

    50% luas seluruh tingkat.Karena pada denah

    tugas akhir initidak ada bukaan yang melebihi

    50% luas seluruh tingkat ,maka lantai-lantai

    pada gedung ini dapat dianggap sebagai

    diafragma.

    5.3.4 Arah Pembebanan Gempa

    Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 5.8.2,

    untuk mensimulasikan arah gempa rencana

    yang sembarang, maka pengaruh pembebanan

    gempa rencana dalam arah utama harus

    dianggap efektif 100% dan harus dianggap

    terjadi bersamaan pengaruh pembebanan

    gempa yang arahnya tegak lurus dengan arah

    utama dengan efektifitas 30%.

    Gempa Statik X (GS.X): 100% efektifitas untuk arah X dan 30%

    efektifitas arah Y.

    Gempa Statik Y (GS.Y): 100% efektifitas untuk arah Y dan 30%

    efektifitas arah X.

    5.3.5 Faktor Respons Gempa (C)

    Faktor Respon Gempa (C) dinyatakan

    dalam percepatan gravitasi yang Nilai Faktor

    Respon Gempa (C1) bergantung pada waktu

    getar alami struktur gedung dan kurvanya

    ditampilkan dalam spektrum respon gempa

    rencana. Respon Spektrum Gempa rencana

    untuk masing masing wilayah gempa

    ditetapkan sesuai grafik nilai C-T dalam SNI

    03-1726-2002. Dimana dalam tugas akhir ini

    ditetapkan Respon Spektrum Gempa rencana

    untuk Wilayah Gempa 4 pada tanah keras.

    Pada Zona 4,C1 pada tanah keras didapat

    dengan nilai T

    30,0di mana T adalah waktu

    getar alami struktur gedung.

    5.3.6 Menentukan Eksentrisitas Rencana

    Bangunan Karena gedung simetris, maka untuk

    setiap lantai didapatkan koordinat pusat massa,

    yaitu: koordinat X = Xcr + edx = 20 + 1,5 = 21,5

    m dan koordinat Y = Ycr + edy = 15 + 2,0 = 17,0

    m

    5.3.7 Pembebanan Gempa Statik Ekivalen

    5.3.7.1 Perkiraan Waktu Getar Alami

    Fundamental (T1)

    Perhitungan waktu getar alami memakai

    rumusan empiris (perkiraan awal) pada method

  • 13

    A (UBC, Section 1630.2.2). dengan

    perumusan:

    Tx = Ty = Ct (H)3/4

    Pada arah U-S (arah X)

    T1 = Ct(H)3/4

    = 0,0488 x (35,5)3/4

    = 0,71 detik

    Pada arah B-T (arah Y)

    T1 = Ct(H)3/4

    = 0,0488 x (35,5)3/4

    = 0,71 detik

    Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Pasal 5.6,

    waktu getar alami struktur gedung dibatasi, T1 < n dimana:

    Untuk zona Gempa 4, maka = 0,17 (Tabel 8

    SNI 03-1726-2002)

    n = jumlah tingkat = 10

    T1 < x n

    0,71 detik < 0,17 x 10 = 1,7 detik (OK)

    5.3.7.2 Koefisien gempa dasar (C) perkiraan

    awal

    C diperoleh dari respon spectrum gempa

    rencana (SNI 03-1726-2002, Gambar 2)

    Untuk arah X (T1 = 0,71 detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh

    42,071,0

    30,030,0

    1

    1T

    C

    Untuk arah Y (T1 = 0,71 detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh

    42,071,0

    30,030,0

    1

    1T

    C

    5.3.7.3 Faktor Keamanan dan Faktor

    Reduksi Gempa

    Gedung direncanakan menggunakan

    sistem rangka gedung dalam hal ini

    menggunakan flat plate yang dikombinasikan

    dengan shearwall, sehingga berdasarkan. SNI

    03-1726-2002, Tabel 3 didapatkan nilai Faktor

    Reduksi gempa, R = 5,5 dan Faktor Keutamaan

    pada SNI 03-1726-2002, Tabel 1 dengan nilai

    I = 1 untuk gedung perkantoran.

    5.3.7.4 Gaya Geser Horizontal Total akibat

    gempa perkiraan awal

    Dalam SNI 03-1726-2002, Pasal 6.1.2,

    rumus umum gaya gempa statik ekivalen:

    V = WtR

    IC1

    Pada arah X, Vx =

    ton1066,5 kg 651,066,500. x139660805,5

    )1( x ,420

    Pada arah Y, Vy =

    ton1066,5 kg 651,066,500. x139660805,5

    )1( x ,420

    5.3.7.5 Distribusi Gaya Geser Horizontal

    Total akibat gempa perkiraan awal

    Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal

    6.1.3, beban geser dasar nominal V harus

    dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung

    menjadi beban-beban gempa nominal statik

    equivalen yang menangkap pada pusat massa

    lantai tingkat ke-i sebesar :

    xV

    hW

    hWF

    n

    i

    ii

    iii

    1

    .

    .

    Tabel 5.2 Distribusi Gaya Geser Dasar Horizontal Total

    Akibat Gempa Perkiraan Awal pada Arah Gempa X & Y

    Tingkat hi Wi Wihi Fi 30 % Fi

    (m) (ton) (ton-m) (ton) (ton)

    10 35.5 1047.12 37172.76 148.67 44.60

    9 32 1411.20 45158.40 180.61 54.18

    8 28.5 1411.20 40219.20 160.86 48.26

    7 25 1411.20 35280.00 141.10 42.33

    6 21.5 1411.20 30340.80 121.35 36.40

    5 18 1411.20 25401.60 101.59 30.48

    4 14.5 1411.20 20462.40 81.84 24.55

    3 11 1411.20 15523.20 62.08 18.63

    2 7.5 1411.20 10584.00 42.33 12.70

    1 4 1629.36 6517.44 26.07 7.82

    5.3.8 Cek Waktu Getar Alami Fundamental

    (perkiraan awal) dengan Trayleigh

    Besarnya T yang dihitung sebelumnya

    harus dibandingkan dengan Trayleigh, dengan

    rumus:

    T1 = n

    idiFig

    n

    idiWi

    1.

    1

    2.

    3,6

    dimana besarnya T1 yang dihitung sebelumnya

    tidak boleh lebih dari 20 % hasil T Rayleigh

    sesuai SNI 03-1726-2002, Pasal 6.2.2. Tabel 5.3 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental

    pada Gempa Arah X

    Tingka

    t

    hi

    (m)

    Fi

    (ton) di (mm)

    Wi di2

    (tm2)

    F.di

    (tm)

    10 35.5 148.67 35.54 1.323 5.28

    9 32 180.61 31.78 1.425 5.74

    8 28.5 160.86 27.80 1.091 4.47

    7 25 141.10 23.67 0.791 3.34

    6 21.5 121.35 19.47 0.535 2.36

    5 18 101.59 15.29 0.330 1.55

    4 14.5 81.84 11.27 0.179 0.92

    3 11 62.08 7.55 0.080 0.47

    2 7.5 42.33 4.30 0.026 0.18

    1 4 26.07 1.71 0.005 0.04

    178.3922 5.78 24.37

  • 14

    Trayleigh =37,249,81

    5,786,3 = 0,98 detik

    Nilai T yang diijinkan = 0,98 (20% x 1) =

    0,78 detik

    Karena T1 = 0,71 < TRayleigh = 0,78 detik, maka

    T1 pakai

    TRayleigh = 0,98 detik Tabel 5.4 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental

    pada Gempa Arah Y

    Tingka

    t

    hi

    (m)

    Fi

    (ton) di (mm)

    Wi di2

    (tm2)

    F.di

    (tm)

    10 35.5 148.67 28.07 0.825 4.17

    9 32 180.61 25.06 0.886 4.53

    8 28.5 160.86 21.90 0.677 3.52

    7 25 141.10 18.64 0.490 2.63

    6 21.5 121.35 15.33 0.331 1.86

    5 18 101.59 12.05 0.205 1.22

    4 14.5 81.84 8.90 0.112 0.73

    3 11 62.08 5.99 0.051 0.37

    2 7.5 42.33 3.44 0.017 0.15

    1 4 26.07 1.40 0.003 0.04

    140.7711 3.60 19.22

    Trayleigh =22,199,81

    3,606,3 = 0,87 detik

    Nilai T yang diijinkan = 0,87 (20% x 0,87) =

    0,69 detik

    Karena T1 = 0,71 > TRayleigh = 0,69 detik, maka

    T1 = 0,71 detik

    5.3.9 Koefisien Gempa Dasar (C)

    sebenarnya

    C diperoleh dari respon spektrum gempa

    rencana (SNI 03-1726-2002, Gambar 2)

    Untuk arah X (T1 = 0,98 detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh

    31,098,0

    30,030,0

    1

    1T

    C

    Untuk arah Y (T1 = 0,71detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh

    42,071,0

    30,030,0

    1

    1T

    C

    5.3.10 Gaya Geser Horizontal Total akibat

    gempa sebenarnya

    Dalam SNI 03-1726-2002, Pasal 6.1.2

    rumus umum gaya gempa statik ekivalen:

    V = WtR

    IC1

    Pada arah X, Vx=

    ton777,33 kg 777332,84 x139660805,5

    )1( x ,310

    Pada arah Y, Vy=

    ton1066,5 kg 1066500,65 x139660805,5

    )1( x ,420

    Tabel 5.5 Distribusi Gaya Geser Dasar Horizontal Total

    Akibat Gempa Sebenarnya pada Arah Gempa X

    Tingkat hi Wi Wi.hi Fi 30 % Fi

    (m) (ton) (ton-m) (ton) (ton)

    10 35.5 1047.12 37172.76 109.73 32.92

    9 32 1411.20 45158.40 133.31 39.99

    8 28.5 1411.20 40219.20 118.73 35.62

    7 25 1411.20 35280.00 104.15 31.24

    6 21.5 1411.20 30340.80 89.57 26.87

    5 18 1411.20 25401.60 74.99 22.50

    4 14.5 1411.20 20462.40 60.40 18.12

    3 11 1411.20 15523.20 45.82 13.75

    2 7.5 1411.20 10584.00 31.24 9.37

    1 4 1629.36 6517.44 19.24 5.77

    Jumlah 222059.88

    Tabel 5.6 Distribusi Gaya Geser Dasar Horizontal Total

    Akibat Gempa Sebenarnya pada Arah Gempa Y

    Tingkat hi Wi Wi.hi Fi 30 % Fi

    (m) (ton) (ton-m) (ton) (ton)

    10 35.5 1047.12 37172.76 148.67 44.60

    9 32 1411.20 45158.40 180.61 54.18

    8 28.5 1411.20 40219.20 160.86 48.26

    7 25 1411.20 35280.00 141.10 42.33

    6 21.5 1411.20 30340.80 121.35 36.40

    5 18 1411.20 25401.60 101.59 30.48

    4 14.5 1411.20 20462.40 81.84 24.55

    3 11 1411.20 15523.20 62.08 18.63

    2 7.5 1411.20 10584.00 42.33 12.70

    1 4 1629.36 6517.44 26.07 7.82

    5.3.11 Cek Waktu Getar Alami

    Fundamental (sebenarnya) dengan Trayleigh

    Besarnya T yang dihitung sebelumnya

    harus dibandingkan dengan Trayleigh, dengan

    rumus:

    T1 = n

    idiFig

    n

    idiWi

    1.

    1

    2.

    3,6

    dimana besarnya T1 yang dihitung sebelumnya

    tidak boleh lebih dari 20 % hasil T Rayleigh

    sesuai SNI 03-1726-2002, Pasal 6.2.2.

    Karena hanya pada arah gempa X nilai T1

    lebih besar daripada Trayleigh, maka pada arah X

    harus dilakukan pengecekan untuk Waktu

  • 15

    Getar Alami Fundamental sebenarnya dengan

    menggunakan nilai T dari Trayleigh. Tabel 5.7 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental

    Sebenarnyapada Gempa Arah X Tingka

    t

    hi

    (m)

    Fi

    (ton)

    di

    (mm)

    Wi di2

    (tm2)

    F.di

    (tm)

    10 35.5 109.73 26.23 0.721 2.88

    9 32 133.31 23.46 0.776 3.13

    8 28.5 118.73 20.52 0.594 2.44

    7 25 104.15 17.47 0.431 1.82

    6 21.5 89.57 14.37 0.291 1.29

    5 18 74.99 11.29 0.180 0.85

    4 14.5 60.40 8.32 0.098 0.50

    3 11 45.82 5.57 0.044 0.26

    2 7.5 31.24 3.18 0.014 0.10

    1 4 19.24 1.26 0.003 0.02

    131.671

    5 3.15 13.28

    Trayleigh = 28,139,81

    3156,3 = 0,98 detik

    Nilai T yang diijinkan = 0,98 (20% x 0,98) =

    0,78 detik

    Maka:

    T1= 0,98 detik>TRayleigh = 0,78detik OK

    T1 = 0,98 detik < T = x n = 0,17 x 10 = 1,7 detik OK

    5.3.12 Kontrol Drift

    Kinerja batas layan (s) struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat

    pengaruhgempa rencana, yaitu untuk

    membatasi terjadinya pelelehan baja dan

    peretakan beton yang berlebihan, disamping

    untuk mencegah kerusakan non struktural dan

    ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar

    tingkat ini harus dihitung dari simpangan

    struktur gedung akibat pengaruh gempa

    nominal yang sudah dikali faktor skala.

    Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 8.1.2

    tidak boleh melampaui:

    s < hiR

    03,0atau 30 mm (yang terkecil)

    s < mm 82,1240005,5

    0,03atau 30 mm

    (untuk hi =4 m)

    Kinerja batas ultimatum (m) struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar

    tingkat maksimum struktur gedung diambang

    keruntuhan, yaitu untuk untuk membatasi

    kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur

    yang dapat menimbulkkan korban jiwa.

    Simpangan (s) dan simpangan antar tingkat (m) harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal,

    dikali dengan suatu faktor pengali. Faktor

    pengali berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-

    2002, Pasal 8.2.1 untuk gedung beraturan:

    R7,0

    85,35,57,0

    m = s = 3,85s Untuk memenuhi persyaratan kinerja

    batas ultimate struktur gedung, dalam segala

    hal simpangan antar struktur gedung menurut

    SNI 03-1726-2002, Pasal 8.2.2 tidak boleh

    melampaui:

    0,02 x hi = 0,02 x 4000 = 80 mm untuk lantai

    dengan hi = 4 m. Tabel 5.8. Kontrol Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas

    Ultimate

    pada Gempa Arah X

    Lantai s

    (mm)

    Drift

    s antar

    tingkat

    (mm)

    Syarat Drift

    s (mm)

    m (mm)

    Drift

    m antar

    tingkat

    (mm)

    Syarat Drift

    m (mm)

    Ket.

    10 26.23 2.78 19.1 101.00 10.69 70 OK

    9 23.46 2.94 19.1 90.31 11.31 70 OK

    8 20.52 3.05 19.1 79.00 11.73 70 OK

    7 17.47 3.10 19.1 67.27 11.94 70 OK

    6 14.37 3.08 19.1 55.33 11.87 70 OK

    5 11.29 2.97 19.1 43.46 11.43 70 OK

    4 8.32 2.75 19.1 32.03 10.57 70 OK

    3 5.57 2.40 19.1 21.46 9.22 70 OK

    2 3.18 1.91 19.1 12.23 7.36 70 OK

    1 1.26 1.26 21.82 4.87 4.87 80 OK

    Tabel 5.9. Kontrol Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas

    Ultimate

    pada Gempa Arah Y

    Lantai s

    (mm)

    Drift

    s antar

    tingkat (mm)

    Syarat

    Drift s

    (mm)

    m (mm)

    Drift

    m antar

    tingkat (mm)

    Syarat

    Drift m

    (mm)

    Ket.

    10 28.07 3.01 19.1 108.07 11.59 70 OK

    9 25.06 3.16 19.1 96.48 12.15 70 OK

    8 21.90 3.26 19.1 84.33 12.57 70 OK

    7 18.64 3.31 19.1 71.76 12.76 70 OK

    6 15.33 3.28 19.1 59.01 12.63 70 OK

    5 12.05 3.15 19.1 46.38 12.13 70 OK

    4 8.90 2.91 19.1 34.25 11.20 70 OK

    3 5.99 2.54 19.1 23.04 9.78 70 OK

    2 3.44 2.04 19.1 13.26 7.87 70 OK

    1 1.40 1.40 21.82 5.39 5.39 80 OK

    5.4 Hasil Perhitungan Tulangan

    Setelah dilakukan perhitungan gaya

    gempa rencana kemudian didapatkan output

    gaya dala dengan bantuan program ETABS

    9.07 dan hasil penulangan untuk tiap elemen

    struktur sebagai berikut.

    a. Balok Tepi

    Balok tepi Memanjang - Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (As =

    2267,04 mm2) dan daerah tumpuan bawah

    didapat 6D-19 (As = 1700,28 mm2)

  • 16

    - Daerah lapangan atas didapat 5D-19 (As =

    1416,9 mm2) dan daerah lapanganbawah

    didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2)

    Balok tepi Melintang - Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (As =

    2267,04 mm2) dan daerah tumpuan bawah

    didapat 6D-19 (As = 1700,28 mm2)

    - Daerah lapangan atas didapat 5D-19 (As =

    1416,9 mm2) dan daerah lapanganbawah

    didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2)

    b. Pelat

    Pelat Eksterior

    Pelat Interior

    c. Kolom

    Kolom Ekterior didapatkan tulangan 20D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai

    Kolom Interior didapatkan tulangan 20D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai

    d. Shearwall

    Untuk penulangan pada badan dinding geser didapatkan:

    - Tulangan Vertikal : 2D12-300 mm

    - Tulangan Horizontal : 2D12-150 mm

    Untuk Komponen batas pada dinding geser didapatkan tulangan 24D19

    BAB VI

    PENDETAILAN STRUKTUR PRIMER

    DENGAN PEMBEBANAN GEMPA

    ASCE 7-05

    6.1 Umum

    Pada bab ini akan dibahas pendetailan

    struktur primer berdasarkan beban gempa yang

    dihitung dengan menggunakan Tata Cara

    Pembebanan ASCE 7-05. Prosentase beban

    gempa yang ditahan oleh struktur tetap

    mengikuti ketentuan SNI 2847, dimana rangka

    masih menerima gaya lateral sebesar 10% dari

    beban gempa yang telah dihitung dan sisanya

    sekitar 90% diterima oleh shear wall.

    6.2 Data Perencanaan

    Sebelum memulai analisis beban gempa,

    dilakukan permodelan struktur terhadap

    gedung yang hendak direncanakan. Gedung

    dimodelkan sebagai bangunan simetris tipikal

    setinggi 10 tingkat. Adapun data perancangan

    yang dipakai sebagai berikut.

    Arah X

    Tulangan tumpuan luar lajur kolom Tulangan atas : D 16-320

    Tulangan bawah : D 16-160

    Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-100

    Tulangan bawah : D 16-60

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Arah Y Tulangan tumpuan luar lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-100

    Tulangan bawah : D 16-50

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Arah X

    Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-100

    Tulangan bawah : D 16-50

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Arah Y Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-100

    Tulangan bawah : D 16-50

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

  • 17

    Fungsi gedung : Perkantoran

    Luas : 40 x 30 m2

    Tinggi : 35,5 m (10 tingkat)

    Mutu baja (fy) : 400 MPa

    Mutu beton (fc) : 35 Mpa

    Jenis bangunan : Beton bertulang

    Kategori tanah : Tanah keras

    Zona gempa : Menengah (Zona 4)

    Lokasi Gempa : Bali

    Kolom lantai 1 10 : 60 x 60 cm2

    Shearwall : 40cm

    Pelat : 20 cm

    Balok tepi : 40/60 cm

    6.3 Pembebanan Gempa berdasarkan

    ASCE 7-05

    6.3.1 Perhitungan Berat Total Gedung (Wt) Tabel 6.1 Berat Struktur per Lantai

    Tingkat

    Tinggi Berat Tingkat Wi.hi

    hi

    (m) Wi (kg) kg-m

    10 35,5 1047120 37172760

    9 32 1411200 45158400

    8 28,5 1411200 40219200

    7 25 1411200 35280000

    6 21,5 1411200 30340800

    5 18 1411200 25401600

    4 14,5 1411200 20462400

    3 11 1411200 15523200

    2 7,5 1411200 10584000

    1 4 1629360 6517440

    13966080 266659800

    6.3.2 Perhitungan Pusat Massa

    Karena bentuk bangunan per lantai

    simetris maka pusat massanya adalah:

    Arah X = Xcr = 20 m

    Arah Y = Ycr = 15 m

    6.3.3 Menentukan Eksentrisitas Rencana

    Bangunan Pada ASCE 7-05, eksentrisitas sebenarnya

    diukur dalam denah antara pusat massa

    struktur di atas isolation interface dan pusat

    kekakuan dari sistem ditambah eksentrisitas

    rencana (ed) yang diambil sebesar 5% dari

    dimensi maksimum bangunan yang tegak lurus

    dengan arah gaya yang ditinjau. Maka

    didapatkan suatu titik koordinat pusat massa,

    yaitu:

    koordinat X = Xcr + edx = 20 + 1,5 = 21,5 m

    koordinat Y = Ycr + edy = 15 + 2,0 = 17,0 m

    Setelah koordinat pusat massa diperoleh,

    maka massa dari tiap-tiap lantai diletakkan

    pada titik koordinat tersebut, kemudian

    dilakukan analisis kembali.

    6.3.4 Kategori Hunian dan Faktor

    Keutamaan

    Kategori Hunian dari bangunan terdapat

    pada ASCE 7-05 Table 1.1, dimana gedung

    berfungsi sebagai perkantoran yang

    dikategorikan kedalam Kategori Hunian III

    sebagai struktur bangunan yang beresiko besar

    terhadap kehilangan jiwa manusia bila

    mengalami kegagalan sistim struktur. Faktor

    Keutamaan dijelaskan pada ASCE 7-05 Table

    11.5-1, dimana untuk Kategori Hunian III

    mempunyai Faktor Keutamaan (I) sebesar

    1,25.

    6.3.5 Klasifikasi Site

    Sebelum melakukan perhitungan gaya

    gempa yang terjadi, terlebih dahulu dilakukan

    penentuan Klasifikasi Site. Klasifikasi Site

    ditentukan berdasarkan kondisi tanah sesuai

    ASCE 7-05, Tabel 20.3-1.

    Pada tugas akhir ini, daerah gempa yang

    ditinjau diasumsikan berada pada tanah keras,

    sehingga Klasifikasi Site yang digunakan

    berada pada Klasifikasi Site B yang nantinya

    akan disesuaikan dengan peta gempa Indonesia

    yang terbaru (berdasarkan ASCE 7-05).

    6.3.6 Parameter Percepatan pada Peta

    Menurut ASCE 7-05 pasal 11.4.1

    parameter Ss dan S1 ditentukan dari 0,2 detik

    dan 1 detik dari percepatan respons spektrum.

    Parameter Ss dan S1 ditentukan berdasarkan

    gambar peta kontur Wilayah Gempa Indonesia

    yang terbaru.

    Dalam tugas akhir ini, daerah gempa yang

    ditinjau disamakan dengan daerah gempa yang

    ditinjau pada peta Wilayah Gempa Indonesia

    berdasarkan SNI 03-1726-2002. Adapun

    daerah yang menjadi tinjauan pada peta

    Wilayah Gempa Indonesia berdasarkan ASCE

    7-05, berada pada daerah Bali yang termasuk

    ke dalam Wilayah Gempa 4 pada peta SNI 03-

    1726-2002. Dari kedua peta gempa tersebut

    untuk daerah Bali, diperoleh nilai SS = 0,5-0,6g

    dan S1 = 0,15-0,20g. Untuk SS diambil nilai

    sebesar 0,6g dan S1 sebesar 0,20g.

    6.3.7 Koefisien Site

    Penentuan koefisien Site dilakukan untuk

    menentukan Maximum Considered

    Earthquake (MCE) pada perode singkat (SMS)

    dan pada perioda 1 detik (SM1) yang dihitung

    berdasarkan ASCE 7-05, Pasal 11.4.3:

    SMS = Fa Ss

    SM1 = Fv S1

    Fa dan Fv adalah koefisien site yang didapat

    dari ASCE 7-05, Tabel 11.4-1 dan Tabel 11.4-

    2. Dimana Klasifikasi Site yang akan ditinjau

    adalah Klasifikasi Site B.

  • 18

    Tabel 6.2 Koefisien Site, aF

    Klasifikasi

    Site

    Parameter Percepatan Respon Spektral Gempa

    Maksimum Pada Period Pendek

    Ss 0,25

    Ss =

    0,5

    Ss =

    0,75

    Ss =

    1,0

    Ss 1,25

    A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

    B 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

    C 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0

    D 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0

    E 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

    F Lihat Pasal 11.4.7

    Tabel 6.3 Koefisien Site, VF

    Klasifikasi Site

    Parameter Percepatan Respon Spektral Gempa Maksimum Pada Period 1 detik

    S1 0,1

    S1 = 0,2

    S1 = 0,3

    S1 = 0,4

    S1 0,5

    A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

    B 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

    C 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3

    D 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5

    E 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4

    F Lihat Pasal 11.4.7

    Dari tabel 6.3 diatas, diperoleh nilai Fa =

    1,0 untuk klasifikasi site B dengan nilai Ss =

    0,6g.

    Maka, SMS = Fa x Ss

    = 1,0 x 0,6g

    = 0,6g

    Dari tabel 6.4 diatas, diperoleh nilai Fv =

    1,0 untuk klasifikasi site B dengan nilai S1 =

    0,2g.

    Maka, SM1 = Fv x S1

    = 1,0 x 0,2g

    = 0,2g

    6.3.8 Parameter Percepatan Spektral

    Rencana

    Setelah Maximum Considered

    Earthquake (MCE) ditentukan, kemudian

    dilakukan penentuan parameter percepatan

    spektral rencana pada periode singkat (SDS) dan

    periode 1detik (SD1) yang dihitung berdasarkan

    ASCE 7-05, Pasal 11.4.4:

    SDS = 3

    2SMS = 2,0

    3

    2= 0,13g

    SD1 = 3

    2SM1 = 6,0

    3

    2= 0,4g

    Parameter SDS dan SD1 nantinya akan

    dipergunakan dalam menetukan Kategori

    Desain Gempa dari struktur yang kita desain.

    6.3.9 Kategori Desain Gempa Struktur yang kita desain harus

    diperuntukan pada Kategori Desain Gempa

    sesuai dengan ASCE 7-05, Tabel 11.6-1 dan

    Tabel 11.6-2. Dimana, SDS = 0,4g dan SD1 =

    0,13g. Tabel 6.4 Kategori DesainGempa Berdasarkan

    Parameter Percepatan Respon Period Pendek

    Nilai SDS Kategori Hunian

    I atau II III IV

    SDS < 0,167 A A A

    0,167 SDS < 0,33

    B B C

    0,33 SDS < 0,50 C C D

    0,50 SDS D D D

    Tabel 6.5 Kategori Desain Gempa Berdasarkan

    Parameter Percepatan Respon Period 1 detik

    Nilai SD1 Kategori Hunian

    I atau II III IV

    SD1 < 0,067 A A A

    0,067 SD1 < 0,133 B B C

    0,133 SD1 < 0,20 C C D

    0,20 SD1 D D D

    Untuk struktur yang didesain pada tugas

    akhir ini berada pada Kategori Desain Gempa

    C.

    6.3.10 Arah Pembebanan Gempa

    Menurut ASCE 7-05, Pasal 12.5.3,

    pembebanan yang diterapkan pada struktur

    yang dikenai Kategori Desain Gempa C harus

    sebagai minimum, sesuai dengan persyaratan

    ASCE 7-05, Pasal 12.5.2. Dimana menurut

    Pasal 12.5.2, gaya gempa desain diijinkan

    untuk diterapkan secara terpisah dalam

    masing-masing arah dari dua arah ortogonal

    dan pengaruh interaksi ortogonal diijinkan

    untuk diabaikan. Pada tugas akhir ini,

    konfigurasi arah pembebanan disamakan

    dengan konfigurasi pembebanan pada SNI 03-

    1726-2002, dimana pengaruh pembebanan

    gempa rencana dalam arah utama harus

    dianggap efektif 100% dan dianggap terjadi

    bersamaan pengaruh pembebanan gempa yang

    arahnya tegak lurus dengan arah utama dengan

    efektifitas 30%.

    6.3.11 Penentuan Koefisien R, Cd, dan 0 Penentuan Koefisien R, Cd, dan 0

    berdasarkan ASCE 7-05, Tabel 12.2-1 sesuai

    dengan system struktur yang digunakan.

    Dimana R adalah koefisien modifikasi respons,

    0 adalah faktor kuat lebih sistem, dan Cd,

  • 19

    faktor pembesaran defleksi. Sehingga

    didapatkan R = 5 ; 0 =2,5 ; Cd = 4,5

    6.3.12 Pembebanan Gempa Statik Ekivalen

    Berdasar pada Kategori Desain Gempa,

    sistem struktural, kategori hunian dan

    keteraturan bangunan yang disesuaikan pada

    ASCE 7-05, Tabel 12.6-1, maka prosedur

    analisis yang digunakan adalah Analisis Statik

    Ekivalen.

    6.3.12.1 Perkiraan Waktu Getar Alami

    Fundamental (Ta)

    Perkiraan waktu getar alami dari suatu

    struktur (Ta) dihititung berdasarkan ASCE 7-

    05, Pasal 12.8.2.1:

    Ta = Ct.hnx

    Pada arah X: Pada arah Y:

    Ta = Ct.(hn)3/4

    Ta = Ct.(hn)3/4

    = 0,0488 x (35,5)3/4

    =0,0488x (35,5)3/4

    = 0,71 detik = 0,71 detik

    Berdasarkan ASCE 7-05, Pasal 12.8.2,

    perioda dasar, T, tidak boleh melebihi hasil

    koefisien untuk batasan atas pada perioda yang

    dihitung (Cu) dari Tabel 12.8-1 dan perioda

    dasar pendekatan, Ta, yang ditentukan dari

    Pasal 12.8.2.1. Dimana untuk parameter

    percepatan respons spektrum desain pada 1

    detik, SD1 = 0,13, koefisien Cu bernilai 1,7

    maka:

    T < TaCu = 0,71 x 1,7 = 1,21 detik (OK)

    6.3.12.2 Koefisien Gempa Dasar (CS)

    Untuk penentuan koefisien respon gempa

    (CS) dijelaskan dalam ASCE 7-05, Pasal

    12.8.1.1 dimana CS dihitung dengan

    persamaan:

    Cs =

    I

    R

    SDS =

    25,1

    5

    4,0= 0,1

    dengan koefisien modifikasi respons, R = 5

    dan Faktor Keutamaan, I sebesar 1,25 untuk

    Kategori Hunian III.

    Nilai SC di atas tidak boleh melebihi

    persamaan yang dirumuskan pada ASCE 7-05,

    Pasal 12.8.1.1:

    Cs =

    I

    RT

    SD1 untuk T < TL= 8 detik

    =

    25,1

    571,0

    13,0= 0,046

    dan Cs tidak boleh kurang dari 0,01.

    Karena CS untuk LTT lebih kecil dari CS

    awal, maka CS yang dipakai adalah 0,046.

    6.3.12.3 Gaya Geser Dasar Total Gempa

    Menurut ASCE 7-05, Pasal 12.8.1, geser

    dasar gempa, V, dalam arah yang ditetapkan

    harus ditentukan sesuai dengan persamaan

    berikut:

    V = CsW

    Maka, V = CsWtotal Pada arah arah X

    Vx = 0,046 x 13966080 = 642439,68 kg =

    642,44 ton

    Pada arah Y Vy = 0,046 x 13966080 = 642439,68 kg =

    642,44 ton

    6.3.12.4 Distribusi Gaya Gempa Vertikal

    Distribusi vertikal beban seismik

    ditentukan berdasarkan ASCE 7-05, Pasal

    12.8.3:

    Fx = CvxV dan n

    i

    kii

    kxx

    x

    hw

    hwC

    1

    Karena T dari perhitungan sebelumnya adalah

    0,71 detik, maka nilai k diperoleh dengan cara

    interpolasi.

    6.3.12.5 Distribusi Gaya Horisontal

    Distribusi horizontal beban seismik

    ditentukan berdasarkan ASCE 7-05, Pasal

    12.8-13: n

    xi

    x FiV

    Tabel 6.6 Distibusi Gaya Gempa Vertikal (Fx) dan

    Horizontal (Vx) pada Arah X & Y

    Tingkat hx hx

    k Wx Wxhxk

    Cvx Fx Vx

    (m) (m) (ton) (tm) (ton) (ton)

    10 35.50 50.73 1047.12 53118.73 0.15 93.77 93.77

    9 32.00 45.25 1411.20 63863.62 0.18 112.74 206.51

    8 28.50 39.84 1411.20 56223.50 0.15 99.25 305.76

    7 25.00 34.49 1411.20 48676.86 0.13 85.93 391.68

    6 21.50 29.22 1411.20 41235.46 0.11 72.79 464.48

    5 18.00 24.03 1411.20 33914.73 0.09 59.87 524.35

    4 14.50 18.95 1411.20 26735.81 0.07 47.20 571.54

    3 11.00 13.98 1411.20 19729.70 0.05 34.83 606.37

    2 7.50 9.17 1411.20 12946.61 0.04 22.85 629.22

    1 4.00 4.59 1629.36 7486.57 0.02 13.22 642.44

    Jumlah 13966.08 363931.60 1.00 642.44

    6.3.14 Desain Diafragma Akibat Gempa

    Berdasarkan ASCE 7-05, Pasal 12.10.1,

    diafragma lantai dan atap harus didesain untuk

  • 20

    menahan gaya gempa rencana ditiaptingkat.

    Dimana diafragma dibutuhkan untuk

    mentransfer gaya gempa rencana dari elemen

    penahan vertikal diatas diafragma kepada

    elemen penahan vertikal dibawah diafragma

    dikarenakan perubahan kekakuan lateral relatif

    dalam elemen vertikal, bagian yang

    ditransferkan dari gaya geser gempa ditingkat

    itu, Vx, harus ditambahkan pada gaya desain

    diafragma.

    Karena pada sistem lantai flat plate pelat

    lantai dan atap merupakan struktur primer

    yang tidak hanya menyalurkan beban gempa

    tapi juga untuk menahan beban lateral gempa

    maka, diafragma lantai pada sistem ini harus

    didesain untuk menerima gaya gempa rencana

    ditiap tingkat. Untuk gaya gempa rencana

    ditiap tingkat, Fx dihitung sesuai dengan

    persaman pada ASCE 7-05, Pasal 12.10.1.1

    sebagai berikut:

    pxwn

    xiiw

    n

    xiiF

    pxF

    dimana:

    Fpx = gaya desain diafragma

    Fi = gaya desain yang diterapkan di Tingkat

    i

    wi = tributari berat sampai Tingkat i

    wpx = tributary berat sampai diafragma di

    Tingkat x

    ASCE 7-05, Pasal 12.10.1.1 juga memberi

    batasan Fpx dimana gaya yang ditentukan dari

    persamaan diatas tidak perlu melebihi

    0,4SDSIwpx tetapi tidak boleh kurang dari

    0,2SDSIwpx.

    Contoh perhitungan:

    Pada lantai 8, x = 8

    Fpx= 20,141112,104720,141120,1411

    77,9374,11225,99

    = 111,51 ton

    Periksa batasannya:

    0,2SDSIwpx = 0,20 0,4 1,25 wpx = 0,1wpx

    = 0,1(1411,20) = 141,12 ton

    0,4SDSIwpx = 0,40 0,4 1,25 wpx = 0,2wpx

    = 0,2(1411,20) = 282,24 ton Tabel 6.7 Gaya Gempa Rencana Diafragma (Fpx) pada

    Tingkat Arah X & Y

    Lantai Wpx Fx Fpx Batasa

    n Batasan

    Fpx yang direncanaka

    n

    (x) (ton) (ton) (ton)

    Fpx >

    0,2SDSIwpx

    Fpx <

    0,4SDSIw

    px

    (ton)

    10 1047,1

    2 93,77 93,77 104,71 209,42 104,71

    9 1411,2

    0 112,74 118,54 141,12 282,24 141,12

    8 1411,2

    0 99,25 111,51 141,12 282,24 141,12

    7 1411,2

    0 85,93 104,67 141,12 282,24 141,12

    6 1411,2

    0 72,79 97,95 141,12 282,24 141,12

    5 1411,2

    0 59,87 91,32 141,12 282,24 141,12

    4 1411,2

    0 47,20 84,77 141,12 282,24 141,12

    3 1411,2

    0 34,83 78,32 141,12 282,24 141,12

    2 1411,2

    0 22,85 71,98 141,12 282,24 141,12

    1 1629,3

    6 13,22 74,95 162,94 325,87 162,94

    V=642,44

    V=1396,61

    Karena nilai minimum, 0,2SDSIwpx, pada semua

    tingkat lebih besar dari nilai Fpx maka yang

    dipakai sebagai gaya gempa rencana diafragma

    adalah berdasarkan nilai 0,2SDSIwpx sesuai

    persyaratan ASCE 7-05, Pasal 12.10.1.1

    (0,2SDSIwpx < Fpx < 0,4SDSIwpx).

    6.3.15 Kontrol Drift

    Berdasarkan ASCE 7-05, Pasal 12.8.6,

    drift tingkat desain ( ) harus dihitung sebagai

    perbedaan defleksi pada pusat masa di tingkat

    teratas dan terbawah yang ditinjau. Bilamana

    desain tegangan ijin digunakan, harus dihitung menggunakan gaya gempa tingkat

    kekuatan yang ditetapkan dalam ASCE 7-05,

    Pasal 12.8 tanpa reduksi untuk desain tegangan

    ijin. Defleksi tingkat x di pusat masa ( x) harus

    ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:

    I

    xedC

    x

    Drift diatas tidak boleh melebihi drift

    limit tingkat yang diijinkan ( a) sesuai dengan

    ASCE 7-05, Tabel 12.12-1, dimana nilai story

    drift ( a) yang dijinkan untuk sistem yang

    digunakan pada tugas akhir ini tidak boleh

    melampaui 0,015 kali tinggi tingkat.

    s < a = 0,015hsx s < 0,015 4000 = 80 mm (untuk hi =4,00 m)

    ASCE 7-05, Pasal 12.12.2 juga

    mensyaratkan Defleksi pada bidang diafragma,

    seperti ditentukan dengan analisis rekayasa,

    tidak boleh melebihi defleksi ijin elemen yang

    terhubung. Defleksi ijin harus merupakan

    defleksi yang akan mengijinkan elemen yang

    terhubung untuk mempertahankan integritas

    strukturnya akibat pembebanan individu dan

    terus mendukung beban yang ditetapkan.

  • 21

    Tabel 6.9 Kontrol Drift Limit Pada Gempa Arah X

    Lantai Zi

    (m) xe

    (mm) x

    (mm)

    Drift a antar

    tingkat

    (mm)

    Story

    drift limit

    (mm)

    Ket.

    10 35.5 34.01 122.45 12.21 52.5 OK

    9 32 30.62 110.25 12.87 52.5 OK

    8 28.5 27.05 97.38 13.39 52.5 OK

    7 25 23.33 83.99 13.78 52.5 OK

    6 21.5 19.50 70.21 13.93 52.5 OK

    5 18 15.63 56.27 13.75 52.5 OK

    4 14.5 11.81 42.52 13.13 52.5 OK

    3 11 8.17 29.40 11.93 52.5 OK

    2 7.5 4.85 17.47 10.10 52.5 OK

    1 4 2.05 7.37 7.37 60 OK

    Tabel 6.10 Kontrol Drift Limit Pada Gempa

    Arah Y

    Lantai Zi

    (m)

    xe (mm)

    x (mm)

    Drift

    a antar

    tingkat (mm)

    Story drift

    limit

    (mm)

    Ket.

    10 35.5 26.88 96.76 9.78 52.5 OK

    9 32 24.16 86.97 10.22 52.5 OK

    8 28.5 21.32 76.76 10.59 52.5 OK

    7 25 18.38 66.16 10.86 52.5 OK

    6 21.5 15.36 55.30 10.93 52.5 OK

    5 18 12.33 44.37 10.75 52.5 OK

    4 14.5 9.34 33.62 10.25 52.5 OK

    3 11 6.49 23.37 9.33 52.5 OK

    2 7.5 3.90 14.04 7.98 52.5 OK

    1 4 1.68 6.06 6.06 60 OK

    6.4 Hasil Perhitungan Tulangan

    Setelah dilakukan perhitungan gaya

    gempa rencana kemudian didapatkan output

    gaya dalam dengan bantuan program ETABS

    9.07 dan hasil penulangan untuk tiap elemen

    struktur sebagai berikut.

    Setelah dilakukan perhitungan gaya

    gempa rencana kemudian didapatkan output

    gaya dala dengan bantuan program ETABS

    9.07 dan hasil penulangan untuk tiap elemen

    struktur sebagai berikut.

    a. Balok Tepi

    Balok tepi Memanjang - Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (As =

    2267,04 mm2) dan daerah tumpuan bawah

    didapat 6D-19 (As = 1700,28 mm2)

    - Daerah lapangan atas didapat 5D-19 (As =

    1416,9 mm2) dan daerah lapanganbawah

    didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2)

    Balok tepi Melintang - Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (As =

    2267,04 mm2) dan daerah tumpuan bawah

    didapat 6D-19 (As = 1700,28 mm2)

    - Daerah lapangan atas didapat 5D-19 (As =

    1416,9 mm2) dan daerah lapanganbawah

    didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2)

    b. Pelat

    Pelat Eksterior

    Pelat Interior

    Arah X

    Tulangan tumpuan luar lajur kolom Tulangan atas : D 16-320

    Tulangan bawah : D 16-160

    Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-80

    Tulangan bawah : D 16-40

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Arah Y Tulangan tumpuan luar lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-80

    Tulangan bawah : D 16-40

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Arah X

    Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-80

    Tulangan bawah : D 16-40

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Arah Y Tulangan tumpuan dalam lajur kolom Tulangan atas : D 16-80

    Tulangan bawah : D 16-40

    Tulangan lapangan lajur kolom Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan tumpuan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

    Tulangan lapangan lajur tengah Tulangan atas : D 16-250

    Tulangan bawah : D 16-250

  • 22

    c. Kolom

    Kolom Ekterior didapatkan tulangan 20D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai

    Kolom Interior didapatkan tulangan 20D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai

    d. Shearwall

    Untuk penulangan pada badan dinding geser didapatkan:

    - Tulangan Vertikal : 2D12-300 mm

    - Tulangan Horizontal : 2D12-100 mm

    Untuk Komponen batas pada dinding geser didapatkan tulangan 24D19

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 KESIMPULAN

    Dari rangkaian analisis dan perhitungan

    yang telah dilakukan pada bab-bab

    sebelumnya kemudian disimpulkan dan

    dirangkum pada bab ini, dengan tujuan agar

    pembaca dapat secara lengsung mengetahui

    hasil perbandingan yang meliputi hasil analisis

    gaya gempa yang terjadi dan hasil penulangan.

    7.1.1 Hasil Analisa Gaya Gempa

    a. Perhitung