ITS-paper-28367-4109100087-Paper
-
Upload
aswantajuddin -
Category
Documents
-
view
7 -
download
2
description
Transcript of ITS-paper-28367-4109100087-Paper
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
1
Abstak—Pada perancangan kapal selam mini sangat
diperhatikan masalah hambatan yang terjadi terutama viscous
resistance. Dengan hambatan yang kecil maka gaya dorong
yang dibutuhkan menjadi lebih kecil, sehingga memberikan
keuntungan secara ekonomis terhadap tenaga penggerak yang
dibutuhkan. Perhitungan viscous resistance dapat dilakukan
dengan pengujian pada wind tunnel dan simulasi CFD.
Penambahan dan pengaturan posisi vertical fin tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga CT. Pengujian
wind tunnel dan simulasi CFD menunjukkan root mean square
error (RMSE) pada variasi I sebesar 2.48 x 10-3, variasi II
sebesar 3.18 x 10-3 dan variasi III sebesar 2.88 x 10-3.
Kata Kunci—CFD, Fin, Kapal Selam Mini, Resistance, Wind
Tunnel
I. PENDAHULUAN
uas lautan Indonesia mencapai 70% dari luas seluruh
permukaan Indonesia, sehingga potensi yang dimiliki
perlu mendapatkan perhatian dan teknologi untuk menggali
potensi yang ada. Melimpah ruahnya kekayaan laut Indonesia
memang mampu memberikan dukungan terhadap
perekonomian Indonesia pada bidang perikanan dan
kelautan. Akan tetapi, masih terdapat berbagai kendala dalam
menggali potensi yang sudah ada.
Teknologi merupakan sarana yang perlu dikembangkan
untuk menyelesaikan berbagai kendala yang terjadi. Terdapat
metodologi yang telah dikembangkan untuk memonitoring
kondisi bawah laut, mulai dari konvensional maupun dengan
menggunakan teknologi modern. Metode konvensional
dilakukan dengan bantuan para penyelam tradisional,
sedangkan metode berteknologi tinggi menggunakan kapal
selam mini. Kapal selam mini merupakan sebuah kendaraan
yang dikendalikan dengan menggunakan remote control.
Akan tetapi, kendaraan ini masih sangat mahal dari segi
ekonomi.
Banyak penelitian yang telah dikembangkan sebelumnya
mengenai kapal selam mini. Pada tahun 2009 telah dilakukan
perancangan kapal selam mini sebagai monitoring pada
daerah pesisir pantai. Kapal selam mini ini beroperasi untuk
mengatasi masalah polusi dan sewage pada daerah pesisir
pantai. Awal dari penelitian kapal selam mini mempunyai
ukuran yang relatif kecil dengan panjang 1 meter. Kemudian
pada penelitian ini juga dihasilkan masalah mengenai
dynamics stability pada pengoperasian bawah air [1,2]. Akan
tetapi, dalam perjalanannya dilakukan inovasi pada desain
kapal selam mini mengenai ukuran utama. Hal ini dilakukan
dengan mempertimbangkan peralatan yang akan di pasang
karena beroperasi tanpa awak. Banyak peralatan elektronik
yang akan dipasang untuk tujuan pengoperasian, seperti
kamera, perangkat wireless sebagai transfer data, perangkat
control dan perlengkapan navigasi. Pada perkembangan
kapal selam mini tersebut dipakai panjang sebesar 2 meter,
yang mana mengalami perubahan panjang dari penelitian
sebelumnya. Kemudian pada penelitian tersebut dibuat model
dengan ukuran skala 1:1 yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Pada peneltian tersebut dilakukan analisis secara numerik
bahwa kapal selam mini memiliki performance hidrodinamika
yang baik, yang mana terbukti dengan grafik evolusi gerakan
yang mampu mencapai kondisi stabil dalam waktu kurang
dari 30 detik. Kemudian berdasarkan analisis dynamic
control kapal selam mini mampu mencapai kondisi stabil
dengan delay time yang kecil dalam waktu settle time kurang
dari 10 detik [3].
Dalam proses perancangan kapal selam mini sangat
diperhatikan masalah hambatan yang terjadi. Dengan
melakukan perancangan kapal selam mini yang seminimal
mungkin mengenai hambatan, maka memberikan keuntungan
pada pemilihan tenaga penggerak. Hambatan yang utama
merupakan viscous resistance yang terjadi pada kapal selam
mini. Sebuah perhitungan dengan berbagai metode baik
dengan metode pendekatan maupun dengan percobaan perlu
dilakukan guna mengetahui hambatan yang terjadi pada kapal
selam mini. Sehingga pada akhirnya dapat dilakukan inovasi
untuk mendapatkan hambatan yang kecil.
II. HAMBATAN
Satu dari beberapa studi kapal selam untuk memprediksi
jumlah power yang diminta untuk memindahkan lambung
pada kecepatan yang telah ditentukan, atau sebaliknya untuk
memprediksi kecepatan dengan jumlah power yang diberikan.
Seperti prediksi yang dibuat berdasarkan basis kondisi steady
state pada level flight tanpa maneuvering yang dihitung
secara sederhana. Dalam persamaan gerak, semua persamaan
gelombang dapat dihapus karena asumsi pada level flight dan
tanpa maneuvering sehingga mengurangi koefisien–koefisien
karena diasumsikan nilainya nol [4]. Drag atau hambatan
pada saat pergerakan kapal selam pada saat penyelaman
sepanjang longitudinal axis diberikan sebagai :
RT = RBH + RAPP (1)
dimana RT merupakan hambatan total (N), kemudian RBH
merupakan hambatan kapal kosong (N), RAPP merupakan
Analisis Viscous Resistance Kapal Selam Mini
dengan Metode Computational Fluid Dynamics
dan Pengujian pada Wind Tunnel Ardi Nugroho Yulianto, Ketut Suastika, Aries Sulisetyono
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected]
L
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
2
hambatan appendages (N) [4,5].
RBH = ½ r A V2 CT (2)
dimana r merupakan massa jenis (kg/m3), kemudian A
merupakan luasan lambung dibawah air (m2), V merupakan
kecepatan dari kapal selam mini (m/s) dan CT merupakan
koefisien hambatan [5,6].
Koefisien hambatan dikumpulkan dengan particular
reference area. Desainer harus hati – hati agar tetap
konsisten dengan penggunaan area. Koefisien hambatan
dapat diperoleh dalam 4 komponen, yaitu:
CT = Cƒ + DCƒ + Cr + Cw (3)
Cƒ merupakan koefisien dari hambatan gesek, DCƒ
merupakan korelasi dari hambatan gesek yang diijinkan, Cr
merupakan koefisien hambatan sisa yang nilainya tergantung
pada jenis dan bentuk kapal dan Cw merupakan koefisien
dari gelombang [7].
Pada dasarnya rumus antara RBH dan RAPP hampir sama,
yang membedakan antara hambatan kapal kosong dengan
hambatan appendages adalah nilai koefisien dari hambatan
(CT). Pada kasus ini harga CT sebesar 0.005 [4].
III. COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
Computational fluid dynamics (CFD) merupakan salah
satu cabang dari mekanika fluida yang menggunakan metode
numerik dan algoritma untuk menyelesaikan dan
menganalisis masalah yang terjadi pada aliran fluida. Dalam
CFD penggunaan computer sangat penting karena harus
melakukan jutaan perhitungan untuk mensimulasikan
interaksi fluida dan gas yang digunakan pada bidang
engineering. Ketika kita menggunakan CFD dengan
dukungan perangkat keras yang canggih sekalipun, maka
yang didapatkan hanya berupa pendekatan [8]. Inilah salah
satu aspek yang terus dibenahi dalam pengembangan metode
CFD. Secara ringkas CFD merupakan cara untuk
memprediksi secara kuantitatif apa yang akan terjadi ketika
terjadi aliran fluida dan seringkali terjadi kombinasi dengan
aliran perpindahan kalor, perubahan fase benda, reaksi kimia,
pergerakan komponen mekanik, tegangan dan perpindahan
yang terjadi di dalam struktur benda solid maupun yang
terjadi di sekitarnya
Pada umumnya terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan
ketika melakukan simulasi CFD, yaitu: preprocessor,
processor dan postprocessor. Preprocessor merupakan
tahap dimana data dimasukkan mulai dari pendefinisian
domain serta pendefinisian kondisi batas atau boundary
condition. Ditahap preprocessor sebuah benda atau ruangan
yang akan dianalisis dibagi-bagi dengan jumlah grid tertentu
atau sering disebut juga dengan meshing. Kemudian tahap
processor merupakan tahap dimana dilakukan proses
penghitungan data-data input dengan persamaan yang terlibat
secara literatif, yang mana perhitungan dilakukan hingga hasil
menunjukkan error terkecil atau mencapai nilai yang
konvergen. Perhitungan dilakukan secara menyeluruh
terhadap volume kontrol dengan proses integrasi persamaan
diskrit. Postprocessor merupakan tahap dimana hasil
perhitungan diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik
bahkan animasi dengan pola-pola warna tertentu [9].
Hal yang paling mendasar mengapa konsep CFD banyak
sekali digunakan dalam dunia industri karena dengan CFD
dapat dilakukan analisis terhadap suatu sistem dengan
mengurangi biaya eksperimen, yang mana membutuhkan
waktu yang panjang dalam melakukan sebuah pengujian pada
laboratorium. Hal lain yang mendasari pemakaian konsep
CFD adalah pemahaman lebih dalam suatu masalah yang
akan diselesaikan. Dalam hal ini pemahaman lebih mengenai
karakteristik aliran fluida dengan melihat hasil berupa grafik,
vektor, kontur dan animasi.
IV. WIND TUNNEL EXPERIMENTAL
Wind tunnel digunakan untuk mempelajari efek aliran
udara yang melewati benda solid. Saat ini pengujian
terowongan angin sudah banyak diaplikasikan pada mobil,
aerofoil dan benda uji lainnya. Ada dua tipe dasar dari wind
tunnel, yaitu open circuit tunnel dan closed circuit tunnel.
Sedangkan berdasarkan kecepatan udara, wind tunnel
dibedakan menjadi subsonic wind tunnel (Mach number < 1),
transonic wind tunnel (Mach number = 1), supersonic wind
tunnel (Mach number > 1), hypersonic wind tunnel (Mach
number > 5) [10].
Pada penelitian ini percobaan dilakukan dalam sebuah
open circuit tunnel dengan tipe subsonic wind tunnel dengan
kapasitas kecepatan udara antara 20 hz sampai 50 hz.
Terowongan angin tersebut mempunyai ukuran panjang 2980
mm dengan test section berbentuk bujur sangkar berukuran
300 x 300 mm2 dan panjang 450 mm. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan timbangan gaya aerodinamik
(aerodynamic force balance) yang mempunyai ketelitian
sebesar 1 mN.
V. METODOLOGI PENELITIAN
A. Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan berkaitan dengan konsep
perhitungan hambatan baik secara numerik maupun dengan
melakukan simulasi pada perangkat lunak. Selain itu juga
dilakukan studi mengenai teori dan metode analisis pada
Computational Fluid Dynamics (CFD) dan Wind Tunnel
Experiments. Proses studi literatur dilakukan dengan
referensi penelitian–penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, buku literatur, pencarian lewat internet
kemudian melakukan survei/pembelajaran langsung pada
pihak laboratorium yang bersangkutan.
B. Persiapan Model Pengujian
Persiapan model dilakukan dengan pembuatan model
dengan bantuan software AutoCAD. Dalam model kapal
selam mini mempunyai ukuran utama dengan panjang 2000
mm, lebar 250 mm, tinggi 250 mm. Kemudian dari model
tersebut divariasikan menjadi 3 variasi vertical fin. Pada
simulasi CFD dan wind tunnel experiments dilakukan skala
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
3
model 1:4 untuk model tiga dimensi. Proses skala ini
menyesuaikan dengan peralatan pada Laboratorium
Mekanika Fluida Teknik Mesin ITS. Berikut variasi
ditunjukkan pada gambar 1, gambar 2 dan gambar 3.
C. Simulasi CFD
Pada proses simulasi CFD dilakukan terhadap 3 variasi
sesuai pada gambar 1, gambar 2 dan gambar 3. Secara umum
langkah – langkah pada proses CFD dilakukan dalam 3
tahap, yaitu Preprocessor, Processor/Solver, Post-processor.
Pada tahap preprocessor terdiri dari input masalah aliran
melalui interface kemudian mengubahnya menjadi bentuk
yang sesuai dengan format yang dikehendaki oleh bagian
solver. Tahap solver merupakan tahap dimana telah
dilakukannya tahap preprocessor. Perkiraan variabel yang
tidak diketahui dengan menggunakan fungsi sederhana.
D. Evaluasi Hasil Pengujian Wind Tunnel dan CFD
Evaluasi hasil simulasi dan pengujian digunakan untuk
mengetahui keakuratan hasil yang telah didapatkan. Terdapat
banyak metode untuk melakukan perhitungan kesalahan.
Beberapa metode yang digunakan yaitu root mean square
error (RMSE) dan mean absolute percentage error
(MAPE).
(4)
dimana N merupakan jumlah data yang digunakan, yi
merupakan data pengujian wind tunnel dan ŷi merupakan
data simulasi CFD
(5)
(6)
dimana yi merupakan data pengujian wind tunnel kemudian
ŷi merupakan data simulasi CFD [11].
VI. ANALISIS CFD DAN PENGUJIAN WIND TUNNEL
Pada proses perbandingan antara data hasil pengujian
kapal selam mini pada wind tunnel dengan simulasi
computational fluid dynamics dapat dilihat pada gambar 43
sampai gambar 8 dan tabel 1 sampai tabel 4
pada gambar 4 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan
harga dari coefficient of drag dari masing – masing harga
Reynolds number pada variasi I, II dan III. Pada masing –
masing variasi memiliki harga CT yang relatif konstan
terhadap perubahan dari angka Reynolds. Namun jika dilihat
nilai CT pada masing – masing variasi tidak memperlihatkan
perbedaan yang signifikan. Variasi dari posisi vertical fin dari
variasi I, II, dan III tidak memberikan pengaruh yang besar
terhadap harga dari coefficient of drag (CT) sehingga nilai
hambatan total dari ketiga variasi tidak memberikan
perbedaan yang signifikan.
Gambar 2. Submarine variasi II
Gambar 1. Submarine variasi I
Gambar 3. Submarine variasi III
Gambar 4. Harga CT pada pengujian wind tunnel
Gambar 5. Harga CT pada simulasi CFD
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
4
pada gambar 5 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan
harga dari coefficient of drag dari masing – masing harga
Reynolds number pada variasi I, II dan III. Pada masing –
masing variasi memiliki harga CT yang relatif mengalami
penurunan terhadap perubahan dari angka Reynolds. Dari
gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi harga dari
Reynolds number maka harga dari coefficient of drag
mengalami penurunan baik pada variasi I, II dan III.
Tabel 1.
Perbandingan CT antara wind tunnel dan CFD variasi I
NO KECEPATAN (m/s) Re
CT
CFD
CT
Wind Tunnel
Selisih
(%)
1 8 2.62E+05 0.0256 0.0227 13.019
2 10 3.28E+05 0.0225 0.0229 1.627
3 12 3.93E+05 0.0205 0.0227 9.405
4 15 4.92E+05 0.0186 0.0224 17.089
5 18 5.90E+05 0.0172 0.0220 18.637
dari gambar 6 dan data pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
terjadi perbedaaan hasil antara pengujian wind tunnel dengan
simulasi pada computational fluid dynamics (CFD). Pada
kecepatan 8 m/s dengan angka Reynolds (Re) 262222
terdapat perbedaan antara pengujian wind tunnel dengan
simulasi CFD sebesar 13.020 %. Kemudian pada kecepatan
10 m/s dengan Re 327777 terdapat perbedaan antara
pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar 1.627
%. Kemudian pada kecepatan 12 m/s dengan angka Reynold
393333 terdapat perbedaan antara pengujian wind tunnel
dengan simulasi CFD sebesar 9.405 %. Kemudian pada
kecepatan 15 m/s dengan Re 491666 terdapat perbedaan
antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar
17.089 %. Kemudian pada kecepatan 18 m/s dengan Re
590000 terdapat perbedaan antara pengujian wind tunnel
dengan simulasi CFD sebesar 18.637%.
Tabel 2.
Perbandingan CT antara wind tunnel dan CFD variasi II
NO KECEPATAN (m/s) Re
CT
CFD
CT
Wind Tunnel
Selisih
(%)
1 8 2.62E+05 0.0252 0.0234 7.724
2 10 3.28E+05 0.0226 0.0227 0.254
3 12 3.93E+05 0.0209 0.0226 7.503
4 15 4.92E+05 0.0192 0.0221 13.160
5 18 5.90E+05 0.0181 0.0221 18.218
dari gambar 7 dan data pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
terjadi perbedaaan hasil antara pengujian wind tunnel dengan
simulasi pada computational fluid dynamics (CFD). Pada
kecepatan 8 m/s dengan Re 262222 terdapat perbedaan
antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar
7.724 %. Kemudian pada kecepatan 10 m/s dengan Re
327777 terdapat perbedaan antara pengujian wind tunnel
dengan simulasi CFD sebesar 0.254 %. Kemudian pada
kecepatan 12 m/s dengan Re 393333 terdapat perbedaan
antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar
7.503 %. Kemudian pada kecepatan 15 m/s dengan Re
491666 terdapat perbedaan antara pengujian wind tunnel
dengan simulasi CFD sebesar 13.160 %. Kemudian pada
kecepatan 18 m/s dengan Re 590000 terdapat perbedaan
antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar
18.218%.
Tabel 3.
Perbandingan CT antara wind tunnel dan CFD variasi III
NO KECEPATAN (m/s) Re
CT
CFD
CT
Wind Tunnel
Selisih
(%)
1 8 2.62E+05 0.0253 0.0209 17.446
2 10 3.28E+05 0.0227 0.0220 3.570
3 12 3.93E+05 0.0210 0.0216 2.372
4 15 4.92E+05 0.0193 0.0217 10.988
5 18 5.90E+05 0.0182 0.0221 17.692
Gambar 6. Harga CT antara CFD dengan pengujian wind
tunnel variasi I
Gambar 7. Harga CT antara CFD dengan pengujian wind
tunnel variasi II
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
5
dari gambar 8 dan data pada tabel 3 dapat dilihat bahwa
terjadi perbedaaan hasil antara pengujian wind tunnel dengan
simulasi pada computational fluid dynamics (CFD) dengan.
Pada kecepatan 8 m/s dengan Re 262222 terdapat perbedaan
antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar
17.446 %. Kemudian pada kecepatan 10 m/s dengan Re
327777 terdapat perbedaan antara pengujian wind tunnel
dengan simulasi CFD sebesar 3.570 %. Kemudian pada
kecepatan 12 m/s dengan Re 393333 terdapat perbedaan
antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar
2.372 %. Kemudian pada kecepatan 15 m/s dengan Re
491666 terdapat perbedaan antara pengujian wind tunnel
dengan simulasi CFD sebesar 10.988 %. Kemudian pada
kecepatan 18 m/s dengan Re 590000 terdapat perbedaan
antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD sebesar
17.692%.
Tabel 4.
Evaluasi hasil CT pada pengujian wind tunnel dan CFD
NO VARIASI MSE RMSE MAPE (%)
1 SUBMARINE I 6.17E-06 2.48E-03 9.372
2 SUBMARINE II 1.01E-05 3.18E-03 11.956
3 SUBMARINE III 8.28E-06 2.88E-03 10.413
dari tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase tingkat kesalahan
data antara pengujian wind tunnel dengan simulasi CFD pada
variasi I sebesar 9.372% yang mana termasuk pada kriteria
sangat bagus. Kemudian pada variasi II sebesar 11.956%
yang mana termasuk pada kriteria bagus. Kemudian pada
variasi III sebesar 10.413% yang mana termasuk pada
kriteria bagus.
VII. KESIMPULAN
Penambahan dan pengaturan posisi vertical fin tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga CT yaitu
sebesar 2.07%. Harga CT terendah sebesar 0.0209 dengan Re
262222 pada variasi III kapal selam mini. Harga CT tertinggi
sebesar 0.0233 dengan Re 262222 pada variasi II kapal
selam mini. Pada pengujian pada wind tunnel dan simulasi
CFD menunjukkan nilai RMSE pada variasi I sebesar 2.48 x
10-3
, variasi II sebesar 3.18 x 10-3
, variasi III sebesar 2.88 x
10-3
. Persentase tingkat kesalahan pada pengujian wind
tunnel dan simulasi CFD pada variasi I sebesar 9.37%,
variasi II sebesar 11.96%, variasi III sebesar 10.41%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih Penulis tujukan kepada Pak Wawan
Aries Widodo selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin ITS
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
pengujian pada Laboratorium Mesin dan Mekanika Fluida.
Pak Nur dan Pak Tris yang telah membantu dalam
pembuatan model pengujian serta saudara Cahyono, Andi
Firdiansyah dan Rikki Fadhilla yang telah membantu pada
proses pengujian laboratorium serta teman-teman dan pihak-
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sulisetyono, A., & Purnomo, D. 2009.The Mini-Submarine Design for
Monitoring of the Pollutant and Sewage Discharge in Coastal Area.
5th International Conference on Asian and Pacific Coasts.
Singapore:NTU.
[2] Sulisetyono, A.2009.Dynamics Stability Prediction of the Mini-
Submarine in Underwater Mission.Seminar Nasional Pascasarjana IX.
Surabaya:ITS. [3] Prisdianto, A., & Sulisetyono, A.2012.Perancangan ROV dengan
Hydrodinamic Performance yang Baik untuk Misi Monitoring Bawah
Laut.Surabaya:ITS.
[4] Allmendinger, E.Eugene.1990.Submersible Vehicle Systems
Design.Jersey:SNAME.
[5] Lewis, Edward.1988.Principles of Naval Architecture Second
Revision.Jersey:SNAME.
[6] J.S. Carlton.2006.Marine Propellers and Propulsion.London:Elsevier.
[7] Molland, A. F.,Tunock, S. R., & Hudson, D. A.2011.Ship Resistance
and Propulsion.New York:Cambridge University Press.
[8] Dmitri Kuzmin, Introduction to Computational Fluid Dynamics,
Institute of Applied Mathematics University of Dortmund,
http://www.mathematik.uni-dortmund.de/_kuzmin/cfdintro/cfd.html.
[9] Shaughnessy, A. J.,Katz, I. M.,Schaffer, J. P.2005.Introduction to
Fluid Mechanics.New York:Oxford University Press.
[10] Pereira, J.D.2011.Wind Tunnels Aerodynamics, Models and
Experiments.New York:Nova Science Publishers.
[11] Makridakis, Spyros, & Wheelwright, S. C.1999. Metode dan Aplikasi
Peramalan.Jakarta: Binarupa Aksara.
Gambar 8. Harga CT antara CFD dengan pengujian wind
tunnel variasi III