ITS Master 10042 Paper
-
Upload
ahmad-brian -
Category
Documents
-
view
43 -
download
0
Transcript of ITS Master 10042 Paper
5/16/2018 ITS Master 10042 Paper - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/its-master-10042-paper 1/7
1. PENDAHULUAN
Ende merupakan sebuah
kabupaten yang berada di pulau Flores
yang dibatasi oleh Kabupaten Ngadasebelah Barat, Kabupaten Sikka sebelah
Timur, Laut Sawu di bagian Selatan dan
Laut Flores di bagian Utara. Sebagian
besar daerahnya mempunyai morfologi
perbukitan-pegunungan dengan
kelandaian dan elevasi yang bervariasi.
Jika dilihat secara keseluruhan maka
akan terlihat bahwa materialnya menyatu
seperti suatu masa batuan. Oleh karena
perputaran waktu maka terjadi
pelapukan batuan dasar tersebut yang berukuran dari bongkah-brangkal-
kerikil-pasir-lanau-lempung, dimana
butiran tersebut tidak tersementasi
termasuk juga bahan-bahan organik yang
tercampur diantara butiran tersebut
(Terzaghi, ).
.Saat musim hujan dengan curah
hujan yang tinggi, selalu terjadi longsor
di sepanjang kaki perbukitan.
Kelongsoran pada umumnya antara lain
disebabkan karena rendahnya kuat geser
tanah pembentuk lereng, peningkatan
beban luar atau kondisi hidrolis dan
tingginya kadar air (Turnbull dan
Hvorslev, 1967). Air memberikan
kontribusi terhadap ketiga hal tersebut
di atas. Air masuk ke dalam tanah tak
jenuh melalui infiltrasi air permukaan,
rembesan air dalam tanah dan naiknya
muka air tanah.
Penelitian ini adalah antara lainuntuk mengetahui perubahan sifat fisik
dan mekanik tanah akibat pembasahan
antara lain perubahan nilai kadar air (w),
derajat kejenuhan (Sr), cohesi (c), sudut
geser dalam (φ) pada tanah berlanau
dengan kondisi kadar air awal tertentu
dan bagaimana pengaruhnya terhadap
potensi kelongsoran, melihat pengaruh
variasi geometri lereng baik variasi
kemiringan maupun variasi tinggi lereng
terhadap perubahan nilai faktor keamanan (SF) akibat perubahan
parameter-parameter tanah tersebut, dan
menemukan kondisi geometri lereng
yang paling kritis saat mengalami
pembasahan dengan analisa kestabilan
lereng yang dihitung dengan membuat
simulasi variasi geometri lereng dan besarnya kekuatan geser tanah saat
mengalami pembasahan
2. KONDISI TANAH DAN
INFORMASI BENCANA
GEOLOGI DI KABUPATEN
ENDE
Berdasarkan tinggi tempat dari
permukaan laut, letak wilayah kabupaten
Ende dapat dilihat pada tabel 2.1Tabel 2.1. Tinggi tempat dari muka lautTinggitempat
Luas Keterangan
Ha %
< 500 m 42.160 20.6
≥ 500 m 162.500 79.4Sumber: Potensi GEOHAZARD Kab. Ende
Sumber: PT Tunas Intercomindo Sejati
Gambar 2.1. Peta model medan berdasarkan
kemiringan dan elevasi
Geometri lereng juga merupakan
suatu hal yang perlu diperhatikan dalam
meninjau kestabilan suatu lereng.
Geometri lereng didefinisikan sebagaihubungan antara sudut lereng dan tinggi
lereng. Tingkat kemiringan tanah di
Kabupaten Ende dapat dilihat pada tabel
2.2Tabel 2.2 Kemiringan tanah di Kabupaten Ende
Kemiringan(o)
Luas
Ha %
0-3 6180,3 3,02
>3-12 11972,61 5,85
>12-40 40092,89 19,59
>40 146413,00 71,54Sumber : Potensi GEOHAZARD di Kab. Ende
Keaktifan lereng adalah proses
perpindahan masa tanah atau batuan
1
5/16/2018 ITS Master 10042 Paper - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/its-master-10042-paper 2/7
pada arah tegak, datar atau miring dari
kedudukan semula yang terjadi bila ada
gangguan kesetimbangan pada saat itu.
Tingkat keaktifan lereng tergantung pada
geometri lereng, jenis materialnya, dancurah hujan. Daerah potensi longsor di
Kabupaten Ende seperti terlihat pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2. Daerah potensi longsor (warna biru)
Kabupaten Ende tergolong
daerah semi arid dimana musim kering
lebih panjang (8-9 bulan) dan musim
hujan yang relatif pendek (3-4 bulan).
Rata-rata curah hujan terbanyak >1000
mm/thn dan rata-rata hari hujan
terbanyak >100 hari/thn.
Material yang ada pada daerah
lereng perbukitan merupakan hasil
pelapukan secara fisis dan kimia dan
yang berasal dari bahan organik. Batuan
lapuk tersusun dari mineral bahan
pembentuk batuan induk yang tak dapat
larut dan biasanya berupa butiran yang
sangat halus (geohazard, 2007). Untuk
lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Tekstur tanah di Kabupaten Ende
Tekstur Tanah
Luas
Ha %
Halus (refined ) 7572,42 3,7
Sedang (medium) 45618,71 22,29
Kasar (rough) 116881,32 57,11
Campuran 34587,54 16,9Sumber : Potensi Geohazard (2007)
3. DASAR TEORITIS
Teori yang digunakan untuk
menjelaskan perlawanan geser tanahakibat adanya infiltrasi air hujan di
dalam tanah adalah teori Mohr Coulomb
τf = c + σ tanØ
dimana ; c = kohesi tanah yang
sebenarnya
Ø = sudut geser tanah
σ = tegangan normal yang
bekerjaSeringkali tanah dibagi dalam
tanah yang kohesif dan tanah yang tidak
kohesif. Kekuatan geser tanah yang
berada dalam kondisi jenuh dperlukan
suatu pengertian mengenai peranan dari
tekanan air pori. Jika gaya luar bekerja
pada tanah jenuh, maka pada permukaan
air yang terdapat antara pori-pori
memikul tekanan normal yang bekerja
Δσ. Setelah air pori mengalir keluar,
tekanan itu berangsur-angsur akandipikul oleh butir-butir tanah. Maka
tekanan yang dipikul oleh air pori
disebut tekanan air pori (u), dan tekanan
yang dipikul oleh butiran tanah disebut
tekanan efektif (σ’). Tekanan air pori
ditambah tekanan efektif disebut tekanan
total.
σ’ = σ – u
Maka kekuatan geser efektif ;
τf = c’ + σ’ tan
Dimana ; τf = Kuat geser
c = Kohesi (pengaruh
tarikan antar aprtikel)
σ = Tegangan normal
pada bidang yang ditinjau
= Sudut geser dalam
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah bersifat
eksperimen yang dilakukan di
Laboratorium.. benda uji berupa tanah berlanau daerah perbukitan Detusoko
Ende Flores yang sering mengalami
kelongsoran dalam kondisi tidak
terganggu (undisturbed ) dan terganggu
(disturbed ). Sesuai dengan kondisi
inisial tanah tersebut memiliki
karakteristik seperti yang terlihat pada
tabel 1.Tabel 1. Karakteristik tanah kondisi
inisial
Jenis pengujian Hasil pengujian
Satuan
LL (Batas cair) 43 %
PL (Batas plastis) 24.5 %
2
KAW
Simbo
l
Jenis
Benca
na
Bencanayangdiakibatkan
Pemukima
5/16/2018 ITS Master 10042 Paper - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/its-master-10042-paper 3/7
PI (Indeks plastisitas) 18.9 %
SL (Batas susut) 23.2 %
Gs (Berat spesifik) 2.765
w (kadar air) 35.173 %
γt (Berat volume
tanah total)
1.524 Kg/cm3
γd (Berat volume
tanah kering)
1.127 Kg/cm3
e (angka pori) 1.453
Sr (derajatkejenuhan)
66.936 %
Kerikil 10.198 %
Pasir 46.137 %
Lanau 21.362 %
Lempung 0.128 %
Kemudian dilakukan analisa
simulasi kestabilan lereng dengan program bantu Geo-Slope. Penelitian
yang dilakukan di laboratorium antara
lain; uji sifat fisik dan mekanik dari
tanah dan uji permeabilitas tanah. Benda
uji berupa tanah berlanau yang tak
terganggu dan yang terganggu.
Pelaksanaan penggkondisian kadar air
berupa pembasahan adalah dengan
menambahkan air ke benda uji sehingga
kadar air benda uji menjadi wi+25%(w
sat-
wi), wi+50%(wsat-wi), wi+75%(wsat-wi),
dan wi+100%(wsat-wi) dimana wi adalah
kadar air inisial lapangan dan wsat adalah
kadar air kondisi jenuh. Pengukuran uji
geser langsung dengan alat direct shear
test . Simulasi lereng dihitung dengan
program bantu Geo-Slope, dengan
membuat lereng dengan kemiringan 40o,
50o 60o 70o 80o 90o dan ketebalan lapisan
lanau yang bervariasi. Lapisan lanau
terdiri dari dua lapisan, dimana lapisan permukaan merupakan lanau dalam
kondisi kepadatan sedang dengan
ketebalan (h1 = 3 m, 5 m, 7 m dan 9 m)
dan lapisan berikutnya lanau dalam
kondisi padat dengan ketebalan (h2 = 2
m, 3 m,dan 5 m). Disamping itu juga
dibuat variasi sudut residual (θ = 0o, 5o
dan 10o)
4. HASIL DAN ANALISA
Pada gambar 1 terlihat bahwa proses pembasahan tanah lanau dari
kondisi inisial sampai dengan mendekati
jenuh menunjukan perlakuan yang
umum yakni saat pembasahan
(penambahan kadar air) nilai derajat
kejenuhannya akan meningkat dari
Sr=65.699% (pada w=35.173%) sampaiSr=99,488% (pada w=52.530%).
Demikian juga nilai tegangan air pori
negatifnya akan menurun dan angka
porinya tidak mengalami perubahan
sehingga kondisi tanahnya menjadi tidak
padat, seperti pada gambar 2a dan 2b..
Selain hal di atas terlihat akibat
pembasahan juga terjadi penurunan
parameter kuat geser tanah, baik nilai
kohesi maupun sudut geser dalam tanah.
Hal tersebut dapat dilihat pada grafik gambar 3a dan 3b.
Hubungan antara Kadar Air dan Derajat
Kejenuhan
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
35.173 39.512 43.851 48.191 52.530
Kadar Air (w, %)
Gambar 1. Grafik hubungan antara kadar air (w)dengan derajat
kejenuhan (Sr) setelah mengalami pembasahan
Hubungan antara Kadar Air dan Te gangan
Air Pori
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
35.173 39.512 43.851 48.191 52.530
Kadar Air (w, %)
Gambar 2a. Grafik hubungan antara kadar air
dengan tegangan air pori negatif
3
5/16/2018 ITS Master 10042 Paper - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/its-master-10042-paper 4/7
Hubungan antara T egangan Air Pori Negatif
dan Angka Pori
1.440
1.450
1.460
32 15 5 3 2
Tegangan Air Pori (uw)
Gambar 2b. Grafik hubungan tegangan air pori
(uw) dengan angka pori (e)
Hubungan antara Kadar air dan Sudut ges er
dalam
15
20
25
30
35
40
45
50
55
35.173 39.512 43.851 48.191 52.530
Kadar Air (w, %)
Gambar 3a. Grafik hubungan antara sudutgeser dalam dengan kadar air
Hubungan antara Kadar Air dan Cohe si
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
35.173 39.512 43.851 48.191 52.530
Kadar Air (w)
Gambar 3b. Grafik hubungan antara kohesi
dengan kadar air
Cara yang dipakai untuk
menghitung kestabilan lereng adalah
dengan metode keseimbangan batas
yaitu dengan menghitung besarnya
kekuatan geser yang diperlukan untuk
mempertahankan kestabilan dan
dibandingkan dengan kekuatan geser
yang ada. Input data yang diperlukan
pada program geo-slope merupakan
informasi awal mengenai kondsigeometri lereng. Model material yang
digunakan adalah model Mohr-Coulomb
dengan input data parameter tanah hasil
uji geser langsung, baik pada tanah
kondisi inisial maupun tanah yang
mengalami proses pembasahan. Adapun
input data parameter tanah yangdiperlukan untuk menghitung kestabilan
lereng pada program geo-slope antara
lain tingkat kepadatan tanah (γt), kohesi
(c), dan sudut geser dalam (). Input data
program geo-slope tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.Tabel 2 Input data program SLOPE/W
KondisiKadar air (w)
Berat volumetanah
Angkapori Derajad
Cohesi©
SudutGeser
bsh(γt)
krng(γd) (e)
jenuh(Sr) ()
% gr/cm3 gr/cm3 %
Inisial 35.173 1.524 1.127 1.452 65.699 9.900 53.737
Pembshn25 % 39.512 1.573 1.127 1.452 74.817 15.900 43.068
Pembshn50 % 43.851 1.622 1.128 1.452 83.040 12.100 34.790
Pembshn75 % 48.191 1.671 1.128 1.452 91.263 11.500 26.754
Pembshn100 % 52.530 1.720 1.128 1.452 99.488 8.600 19.886
Berdasarkan data tanah dari hasil
percobaan, kemudian dihitung kestabilan
lereng dengan membuat simulasi lereng
dengan bentuk geometri seperti pada
Gambar 4a dan 4b
h1
h2 α
4a. Simulasi lereng dengan variasi
ketebalan lapisan lanau (h1 dan h2)
5mθ
2m α
4b. Simulasi lereng dengan variasi
kemiringan residual (θ) antara lapisantanah lanau
Dari hasil simulasi lereng menunjukan
bahwa angka keamanannya mulai lebih
kecil dari 1 yakni masuk pada kondisi
kritis saat setelah pembasahan sampai
dengan wi+50%(wsat-wi) untuk kondisilereng dengan sudut residual sebesar 0o
dan sudut kemiringan ≥80o (simulasi A,
4
5/16/2018 ITS Master 10042 Paper - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/its-master-10042-paper 5/7
B, C, D, E), dan pada (simulasi B1)
sudut residual 5o dan sudut kemiringan
≥80o, (simulasi (B2) sudut residual 10o
dan sudut kemiringan ≥70o, seperti
terlihat pada tabel pada tabel 3 berikut :Tabel 3. Faktor keamanan dari hasil simulasi
lerengKode
simulasiTebal lapisan
lanau
Sudut
residua
l
Sudut
Lereng
Angka
Keama
nan
h1 h2 θ α SFA 3 2 0 80 0.973B 5 2 0 80 0.980C 7 2 0 80 0.982D 9 2 0 80 0.956E 9 3 0 80 0.975
B1 5 2 5 80 0.986
B2 5 2 10 70 0.963
Sedangkan untuk parameter tanah yang
disesuaikan dengan kondisi eksisting di
lapangan angka keamanannya sudah
menunjukan kondisi kritis dimana untuk
ketebalan lapisan lanau yang sama besar,
seperti pada simulasi F dan G dengan
sudut residual sebesar 0o. Terlihat bahwa
semakin tebal lapisan lanau maka makin
mendekati kondisi kritis, seperti pada
simulasi F baru mencapai kritis saatkemiringan lereng 60o sedangkan
simulasi G mencapai kritis saat
kemiringan lereng 50o. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4 berikut :
Kode
simulasi
Tebal lapisan
lanau
Sudut
residua
l
Sudut
Lereng
Angka
Keama
nan
h1 h2 θ α SF
F 3 3 0 60 0.884G 5 5 0 50 0.965
5. KESIMPULAN
- Akibat pembasahan tanah berlanau
di daerah perbukitan Kabupaten
Ende yang sering mengalami
longsor, terjadi perubahan parameter
sifat fisik dan mekanik tanah, antara
lain peningkatan derajat kejenuhan,
nilai kohesi dan sudut geser
dalamnya menurun dan nilai
tegangan air pori negatifnya makinkecil . sehingga kekuatan gesernya
makin kecil.
- Kondisi lereng yang makin curam
dan makin besarnya sudut residual
antara lapisan lanau akan ikut
mendorong terjadinya longsor saat
terjadi aliran air permukaan atau saathujan lebat. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan grafik hubungan
antara angka keamanan dan
kemiringan lereng dan hubungan
antara angka keamanan dan besar
sudut residual antara lapisan lanau.
-Grafik hubungan antara Angka keamanan dan
kemiringan lereng
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
40o 50o 60o 70o 80o 90oKemiringan lereng
A n g k a k e a m a n a n
Inisial Pembasahan 25% Pembasahan 50%
Pembasahan 75% Pembasahan 100%
Hubungan antara Angka ke amanan dan bes ar
sudut re sidual simulasi B
1.10
1.20
1.30
1.40
1.50
1.60
1.70
1.80
35.173 39.512 43.851 48.191 52.530
Kadar air
A n g k a k e a m a n a n
Sdt res idual 0o Sdt res idual 5o Sdt res idual 10o
- Semakin tinggi tebal lapisan lanau
juga akan berpengaruh pada nilai
stabilitas lereng. Hal tersebut seperti
terlihat pada grafik berikut, dimanaangka keamanan lereng akan naik
sampai pada saat nilai kohesi
maksimum (dalam hal ini sampai
pada pembasahan wi+25%(wsat-wi)).
Tetapi saat mulai pembasahan wi
+50%(wsat-wi) mulai terlihat bahwa
semakin tinggi tebal lapisan lanau,
maka angka keamanannya makin
kecil.
5
5/16/2018 ITS Master 10042 Paper - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/its-master-10042-paper 6/7
Hubungan antara angka keamanan dan tebal lapisan
lanau (sudut lereng 60o)
0.600
0.700
0.800
0.900
1.0001.100
1.200
1.300
1.400
1.500
3m 5m 7m 9mTebal lapisan lanau, h1
A n g k a k e a
m a n a n
Inisial Pembasahan 25% Pembasahan 50%
Pembasahan 75% Pembasahan 100%
- Penyelidikan tanah baik di lapangan
maupun di laboratorium menjadi
sangat penting untuk mengetahui
ketebalan lapisan tanah lanau dan
lapisan batuan dasarnya, mengingatlapisan tanah yang bersifat lepas
merupakan faktor terbesar yang
menyebabkan bahaya longsor pada
lereng.
- Perlu adanya sistem drainase pada
daerah perbukitan tersebut.
6. DAFTAR PUSTAKA
Bowles Joseph E, 1984, ”Sifat-Sifat
Fisis dan Geoteknis Tanah
(Mekanika Tanah)”, Erlangga,
Jakarta
Das Braja M, 1985, ”Mekanika Tanah
(Prinsip-Prinsip Rekayasa
Geoteknis)”, Erlangga, Jakarta
Deutscher Michael S, 2000, ”Rainfall-
Induced Slope Failures”,
Geotechnical Research Centre,
Singapore
Fredlund, D.G, 1940,”Soil Mechanics
for Unsaturated Soils”, Universityof Saskatchewan, USA
Hardiyatmo C.H, 1994, ”Mekanika
Tanah”, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Muntaha, M, 2006,”Studi Perubahan
Parameter Tanah Lanau
Kelempungan Akibat Proses
Pengeringan dan Pembasahan”,
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil
ITS, Surabaya
Mitchell K James, 1976,”Fundamentals
of Soil Behavior”, University of
California, Berkeley, New York
Rahardjo P. P, 2002, “Failures of Man
Made Slopes”, Prosiding Seminar
Nasional, Bandung
Saroso B. S, 2002, “Landslides and
Slope Stability (Geologi dan
Longsoran di Indonesia)”,
Prosiding Seminar Nasional,
Bandung.
6