Istishna'

14
Ryan Rusyda 12.22.6493 PEMBIAYAAN ISTISHNA http://sobiyah90.blogspot.com Ketika bank syariah berkembang pertama kali, baik di tanah air maupun dimancanegara, sering kali dikatakan bahwa bank syariah adalah bank bagi hasil. Hal ini dilakukan untuk membedakan bank syariah dengan bank konvensional yang beroperasi dengan sistem bunga. Hal itu betul, tetapi tidak sepenuhnya benar. Karena sesungguhnya bagi hasil itu hanya merupakan bagian saja dari sistem operasi bank syariah. Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak investasi, yakni yang termasuk ke dalam natural uncertainty contract. Padahal kita telah membahas bahwa selain natural uncertainty contract ini, fiqih islam juga mengenal natural certainty contracts. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil sudah pasti merupakan salah satu praktik perbankan syariah. Namun sebaliknya, praktik perbankan syariah belum tentu seluruhnya menggunakan sistem bagi hasil. Karena selain sistem bagi hasil, masih ada sistem jual-beli dan sewa-menyewa yang juga digunakan dalam sistem operasi bank syariah. Penjelasan di atas perlu ditegaskan untuk meluruskan pemahaman dan persepsi masyarakat, bahwa bank syariah hanya terbatas pada sistem bagi hasil. Sebenarnya tidak demikian, bank syariah mempunyai ruang gerak yang lebih luas lagi dari pada sitem bagi hasil. Bank syariah juga dapat menerapkan sistem jual- beli dan sewa-menyewa, di samping tentunya bagi hasil. Di sini 1

Transcript of Istishna'

Ryan Rusyda12.22.6493PEMBIAYAAN ISTISHNAhttp://sobiyah90.blogspot.comKetika bank syariah berkembang pertama kali, baik di tanah air maupun dimancanegara, sering kali dikatakan bahwa bank syariah adalah bank bagi hasil. Hal ini dilakukan untuk membedakan bank syariah dengan bank konvensional yang beroperasi dengan sistem bunga. Hal itu betul, tetapi tidak sepenuhnya benar. Karena sesungguhnya bagi hasil itu hanya merupakan bagian saja dari sistem operasi bank syariah. Bagi hasil adalah bentuk return dari kontrak investasi, yakni yang termasuk ke dalam natural uncertainty contract. Padahal kita telah membahas bahwa selain natural uncertainty contract ini, fiqih islam juga mengenal natural certainty contracts. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil sudah pasti merupakan salah satu praktik perbankan syariah. Namun sebaliknya, praktik perbankan syariah belum tentu seluruhnya menggunakan sistem bagi hasil. Karena selain sistem bagi hasil, masih ada sistem jual-beli dan sewa-menyewa yang juga digunakan dalam sistem operasi bank syariah.Penjelasan di atas perlu ditegaskan untuk meluruskan pemahaman dan persepsi masyarakat, bahwa bank syariah hanya terbatas pada sistem bagi hasil. Sebenarnya tidak demikian, bank syariah mempunyai ruang gerak yang lebih luas lagi dari pada sitem bagi hasil. Bank syariah juga dapat menerapkan sistem jual-beli dan sewa-menyewa, di samping tentunya bagi hasil. Di sini saya akan menjelaskan tentang pembiayaan istishna dengan akad jual beli.

A. Pengertian Pembiayaan Istishnaistishna menurut peraturan Bank Indonesia (PBI) adalah jual beli barang dalam bentuk pemasaran, pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual beli istishna isinya adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertenu yang disepakati oleh pemesan (pembeli, mustashni) dan penjual. Pada dasarnya pembayaran istishna merupakan transaksicicilan seperti transaksi murabahah muajjal. Dengan demikian metode pembayaran pada jual beli murabahah muajjal sama persis dengan metode pembayaran dalam jual bei istishna, yakni sama-sama dengan sistem angsuran (installment). Satu-satunya hal yang membedakan antara keduanya adalah waktu penyerahan barangnya. Dalam murabahah muajjal, barang diserahkan dimuka, sedangkan dalam istishna barang diserahkan di belakang, yakni pada akhir periode pembiayaan. Hal ini terjadi, karena biasanya barangnya belum di buat atau belum wujud.

Landasan SyariahDari Al-Quran: al Baqarah ayat 282 .......Artinya: wahai orang-orang yang beriman jika kalian berhutang dengan sebuah hutang dengan waktu yang telah di tentukan, maka tuliskanlah hutang tersebutDari Hadits: ( ) Barang siapa yang melakukan salaf, hendaknya melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk jangka waktu yang telah diketahui.

B. Bentuk-bentuk Pembiayaan Istishna1. Istishna Wal IstishnaKebutuhan nasabah: nasabah membutuhkan suatu barang pada masa yang akan datang. Nasabah menghendaki barang sudah dimiliki sebelum periode z berakhir. Untuk mendapatkan barang tersebut bank dapat membayar secara angsuran.Kemampuan keuangan: nasabah tidak mampu membayar secara tunai di awal. Namun nasabah mampu membayar secara cicilan sebesar Rp.Xxx,- setiap bulan selama periode. Pelunasan barang baru dapat diselesaikan dengan cicilan sebesar Rp.Xxx,- setelah periode berakhir.

Struktur akad: untuk kondisi kasus diatas bank bank dapat memberlakukan model pembiayaan dengan jenis kontrak istishna wak istishna dengan struktur akad sebagai berikut:Akad istishna 1Pelaku: Nasabah bertindak sebagai penjual barang yang akan menyerahkan barang sebelum periode Z berakhir. Bank sebagai pembeli barang.Transaksi : Bank melakukan kontrak istishna 1 dengan pihak nasabah (penyedia barang) dengan pembayaran secara angsuran dan nasabah akan menyerahkan barang sebelum periode z berakhir. Pembayaran sudah akan lunas sebelum barang diserah terimakan.

Akad istishna 2Pelaku: Bank, bertibdak sebagai penjual barang. pihak nasabah, sebagai pembeli barangTransaksi: ank melakukan kontrak istishna 2 dengan pihak nasabah. Dalam kontrak istishna 2 ini bank akan mendapatkan pembayaran secara angsuran dri nasabah. Bank akan menyerahkan barang kepada nasabah setelah akadnya pelunasan pembayaran dari nasabah.

2. Istishna maal Ijarah Wal Murabahah MuajjalKebutuhan nasabah: nasabah membutuhkan suatu barang pada masa yang akan datang. Nasabah menghendaki barang sudah dimiliki sebelum periode z berakhir. Untuk mendapatkan barang tersebut bank dapat membayar secara angsuran.Kemampuan keuangan: nasabah tidak mampu membayar secara tunai di awal. Namun nasabah mampu membayar secara cicilan sebesar Rp.Xxxx,- setiap bulan selama z periode. Artinya pelunasan barang baru dapat diselesaikan dengan cicilan sebesar Rp.Xxx,- setelah periode z berakhir.Struktur akad: untuk kondisi kasus di atas bank dapat memberlakukan model pembiayaan dengan jenis kontrak istishna maal ijarah wal murabahah muajjal dengan struktur akad sebagai berikut:Akad 1: istishna Pelaku: Nasabah, bertindak sebagai penjual barang yang akan menyerahkan barang sebelum periode z berakhir. Bank, sebagai pembeliTransaksi:Bank melakukan kontrak istishna dengan pihak nasabah (penyedia barang) dengan pembayaran secara angsuran dan nasabah akan menyerahkan barang sebelum periode z berakhir. Pembayaran akan lunas sebelum barang diserahkan.

Akad 2: ijarah Pelaku: Bank, bertindak sebagai pihak upahan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Dengan demikian bank dapat ujrah atau upah dri nasabah sampai dengan diserahkannya barang keapada nasabah.Pihak nasabah sebagai penyewa jasa bank untuk mencarikan barang yang dipesankan. Nasabah akan memberikan upah kepada bank.

Transaksi: Bank melakukan kontak ijarah dengan pihak nasabah sampai didapatkannya barang tersebut oleh nasabah. Dalam kontrak ijarah ini bank akan mendapatkan ujrah atau upah free sesuai dengan kesepakatan. Bank sebagai pihak upahan yang bertugas untuk mencarikan barang yang dikehendaki oleh nasabah. Dalam hal ini bank akan mencarikan ke pihak ke tiga. Upah akan diberikan setiap bulan.

Akad 3: murabahah muajjalPelaku: Pihak bank bertindak sebagai penjual barang yang telah dipesan oleh nasabah. Nasabah sebagai pembeli barangTransaksi:Bank melakukan kontrak murabahah muajjal dengan nasabah, dimana barang akan didapatkan diawal kontrak murabahah muajjal, sedangkan pembayaran dilakukan secara cicilan dikemudian hari sampai berakhirnya periode kontrak. Kontrak murabahah muajjal ini berlaku setelah kontrak ijarah dengan nasabah berakhir.

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan istishna adalah jual beli barang dalam bentuk pemasaran, pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual beli istishna isinya adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertenu yang disepakati oleh pemesan (pembeli, mustashni) dan penjual.Bentuk-bentuk pembiayaan istishna ada 2, yaitu: Istishna Wal Istishna Istishna maal Ijarah Wal Murabahah Muajjal

PEMBIAYAAN ISTISHNAPembiayaan istishna adalah pembiayaan dari Penerima Jaminan (Makfuul Lahu) berupa jual beli barang antara Penerima Jaminan (Makfuul Lahu) dengan Terjamin (Makfuul anhu) dimana jual beli tersebut berupa pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara Penerima Jaminan (Makfuul Lahu) dengan Terjamin (Makfuul Anhu), sedangkan pembayaran dapat dilakukan dimuka, dicicil atau ditangguhkan pada masa yang akan datang.Bai al-istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual/Shani. Shani akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran, apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang. Menurut jumhur fuqaha, bai al-istishna merupakan suatu jenis khusus dari akad bai as-salam. Biasanya jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan akad bai as-salam.

Sahroni & Arif Soleh IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten 2010/2011Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan melalui pearantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel.Walaupun istishna adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam maupun dengan murabaha. Istishna lebih ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan dapat di bayarkan secarra tangguh pula.Istishna menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara syariah. Untuk pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung dan metode persentase penyelesaian. Di mana metode persentase penyelesaian yang digunakan miris dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara margin laba dan selisih nilai akad dengan nilai wajar.Pengertian akad istishnaAkad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI ) shani akan menyiapkan barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang telah di sepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pehak lain (istishna paralel).Dalam PSAK 104 par 8 di jelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria ;1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal dan 3. Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,spesifikasi teknis,kualitas, dan kuantitasnya.

Dalam istishna paralel ,penjual membuat akad istishna kedua dengan sub kontraktor untuk membantunya memenuhi kewajiban akad istishna pertama( antara penjual dan pemesan) pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual tidak dapat di alihkan pada sub kontraktor karna akad terjadi anatara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan subkontrktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor .Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumalah yang telah di bayarkan ,dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu (PSAK 104 par 13) Dalam akad ,spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di pesan adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk roman ukuran 40x40, toiletteries merk toto dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengkataan dapat di hindari.Harga pun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran 100% dibayarkan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya produksi meningkat, sehingga penjualan harus memperhtungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya2. Akad batal demi hokum karena timbul kondisi hokum yang dapat menghnalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad (psak 104 par 12)Jenis akad istishna1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin) dan penjujal (pembuat, shani)2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan. Syaratnya akad istishna pertama antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada istishna, kedua antara penual dan pemasok . selain itu, akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.

Dasar syariahSumber hukum akad istishnaAmr bin auf berkataperdamaian dapat dilakukan diantara kamu muslimin kecuali perdamaian yang megharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin tergikat dengan syarat syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan mengharamkan yang halal. (HR. Tirmidzi)Abu said al khudri berkata: tidak boleh membahayakan diri maupun orang lain. HR. Ibnu maja darruqutni dan yang lain.Masyarakat telah memperaktikan istishan secara luas dan terus menerus tganpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadi istishna sebagai kasus ijma atau consensus umum. Istiishna sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama ttidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan bagi umum serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah dipraktikan secara umum atau tidak.RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNAAdapun rukun istishna ada tiga, yaitu :1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat sani)2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk harga3. Ijab qabul/serah terima.Ketentuuan syariah1. Pelaku, harus cakap hokum dan balig2. Objek akad:a. Ketentuan tentang pembayaran1). Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat, demikian juga degan cara pembayarannya.2). Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat peruhbahan ini menadi tanggung jaawab pembeli3). Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan 4). Pembayaran tidak boleh berupa pe,mbebasan utang.

b. Ketetuan tentang barang1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga tidak ada lagi jahala dan perselisihan dapat dihindari2) Barang pesanan diserahkan kemudian3) Waktu dn penyerahan barang harus ditetapkan nberdasarkan kesepakatan4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepatan, pemesan pemilik hak khiyar (hak memilik) untuk melanjutkan atau membatalkan akad7) Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesssuai dengan kesepakatan

3. Ijab qabulAdalah pernyataan ekpsresi saling ridha/ rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, terttulis, melaui korespondensi atau menggunakan cara cara komunikasi modern

Berakhirnya akad istishna:Kontrak istishna bias berakhir berdasarkan kondisi kondisi berikut:1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk,2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrakPembatalan hukum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing pihak bisa menuntut pembatalannya.

1