ISSN : 2502 - 5015 POLICYBRIEF - pappiptek.lipi.go.id · Pertama, zaman orde baru kebijakan...

4
1 LIPI Policy Brief : Inovasi MEMACU INOVASI BERLANDASKAN RISET DI SEKTOR INDUSTRI I n o v a s i Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, menghasilkan kajian ilmiah dibidang kebijakan dan manajemen ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi. PAPPIPTEK-LIPI Upaya memacu inovasi berlandaskan riset di sektor industri yang pernah dan sudah dilaksanakan, hal itu relevan dan cocok untuk zamannya pada waktu lalu. Dalam zaman yang berbeda sekarang dan ke depan, diperlukan upaya memacu inovasi yang lebih menekan sisi kebutuhan industri, meskipun sisi dorongan pemerintah juga tetap diperlukan. Kertas kebijakan ini mengungkapkan butir-butir antisipasi dan pemecahan terhadap kemungkinan kejadian ke depan, yaitu akan berlanjutnya kelemahan perhatian dan keyakinan sektor industri swasta tentang perlunya kegiatan inovasi berlandaskan riset. Pesan kebijakan ini mungkin berguna bagi pemangku kebijakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di Indonesia. Berkaca dari bingkai kerja kebijakan-kebijakan Iptek di Indonesia yang sudah dilalui dan sedang berjalan. Pertama, zaman orde baru kebijakan berorientasi pada pengubahan industri melalui industri strategis milik negara, dengan memacu inovasi berlandaskan riset dari hilir ke hulu. Perencanaan kebijakan waktu itu menekan pada kebijakan industri, yaitu pembangunan industri berteknologi tinggi. Pelaksanaan kebijakan menggunakan alat kebijakan berupa perlakuan khusus pada sepuluh perusahaan strategis. Pelaksanaan kebijakan itu pernah berhasil dengan dukungan kuat dari pemerintah, namun karena dukungan publik yang lemah mengakibatkan keberlanjutan kebijakan itu tidak terpelihara. Kedua, dalam zaman reformasi sekarang kebijakan berorientasi pembangunan industri yang digerakkan oleh mekanisme pasar dengan mengupayakan iklim yang mendukung bagi inovasi industri. Perencanaan kebijakan disini menekan pada kebijakan riset di bidang-bidang unggulan. Pelaksanaan kebijakan menggunakan alat kebijakan berbentuk pelbagai dukungan dan rangsangan untuk menggairahkan riset di sektor swasta. Pelaksanaan kebijakan tampak belum nenunjukkan hasil peningkatan berarti dalam kegiatan riset di sekor industri. Meskipun rendahnya perhatian dan keyakinan sektor industri berinovasi berlandaskan riset dapat dipandang bukan suatu permasalahan sekarang, dengan alasan sektor industri sudah berpengalaman tumbuh tanpa riset, namun alasan ini dapat menjadi akar permasalahan pada waktu mendatang Kegagalan Kebijakan Memacu Inovasi Berlandaskan Riset POLICY BRIEF KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN IPTEK & INOVASI ISSN : 2502 - 5015 No. 2015-02.PAPPIPTEK Pesan kebijakan : Memudahkan pasar bagi produk dari industri inovatif Memberi rangsangan berbentuk pengurangan pajak minimum 100% Memudahkan pemanfaatan tenaga ahli lembaga pemerintah oleh industri Menyempurnakan tatakelola menuju lembaga riset terpercaya Mengkoordinasikan konsorsium inovasi strategis

Transcript of ISSN : 2502 - 5015 POLICYBRIEF - pappiptek.lipi.go.id · Pertama, zaman orde baru kebijakan...

1 LIPIPolicy Brief : Inovasi

MEMACU INOVASI BERLANDASKAN RISET

DI SEKTOR INDUSTRI

I n o v a s i

Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, menghasilkan kajian ilmiah dibidang kebijakan dan manajemen ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi.

PAPPIPTEK-LIPI

Upaya memacu inovasi berlandaskan riset di sektor industri yang pernah dan sudah dilaksanakan, hal itu relevan dan cocok untuk zamannya pada waktu lalu. Dalam zaman yang berbeda sekarang dan ke depan, diperlukan upaya memacu inovasi yang lebih menekan sisi kebutuhan industri, meskipun sisi dorongan pemerintah juga tetap diperlukan. Kertas kebijakan ini mengungkapkan butir-butir antisipasi dan pemecahan terhadap kemungkinan kejadian ke depan, yaitu akan berlanjutnya kelemahan perhatian dan keyakinan sektor industri swasta tentang perlunya kegiatan inovasi berlandaskan riset. Pesan kebijakan ini mungkin berguna bagi pemangku kebijakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di Indonesia.

Berkaca dari bingkai kerja kebijakan-kebijakan Iptek di Indonesia yang sudah dilalui dan sedang berjalan. Pertama, zaman orde baru kebijakan berorientasi pada pengubahan industri melalui industri strategis milik negara, dengan memacu inovasi berlandaskan riset dari hilir ke hulu. Perencanaan kebijakan waktu itu menekan pada kebijakan industri, yaitu pembangunan industri berteknologi tinggi. Pelaksanaan kebijakan menggunakan alat kebijakan berupa perlakuan khusus pada sepuluh perusahaan strategis. Pelaksanaan kebijakan itu pernah berhasil dengan dukungan kuat dari pemerintah, namun karena dukungan publik yang lemah mengakibatkan keberlanjutan kebijakan itu tidak terpelihara.

Kedua, dalam zaman reformasi sekarang kebijakan berorientasi pembangunan industri yang digerakkan oleh mekanisme pasar dengan mengupayakan iklim yang mendukung bagi inovasi industri. Perencanaan kebijakan disini menekan pada kebijakan riset di bidang-bidang unggulan. Pelaksanaan kebijakan menggunakan alat kebijakan berbentuk pelbagai dukungan dan rangsangan untuk menggairahkan riset di sektor swasta. Pelaksanaan kebijakan tampak belum nenunjukkan hasil peningkatan berarti dalam kegiatan riset di sekor industri. Meskipun rendahnya perhatian dan keyakinan sektor industri berinovasi berlandaskan riset dapat dipandang bukan suatu permasalahan sekarang, dengan alasan sektor industri sudah berpengalaman tumbuh tanpa riset, namun alasan ini dapat menjadi akar permasalahan pada waktu mendatang

Kegagalan Kebijakan Memacu Inovasi Berlandaskan Riset

POLICY BRIEFKEBIJAKAN DAN MANAJEMEN IPTEK & INOVASI

ISSN : 2502 - 5015

No. 2015-02.PAPPIPTEK

Pesan kebijakan :

►Memudahkan pasar bagi produk dari industri inovatif

►Memberi rangsangan berbentuk pengurangan pajak minimum 100%

►Memudahkan pemanfaatan tenaga ahli lembaga pemerintah oleh industri

►Menyempurnakan tatakelola menuju lembaga riset terpercaya

►Mengkoordinasikan konsorsium inovasi strategis

2 LIPI

Lemahnya Kapasitas Serap Teknologi di Industri

Policy Brief : Inovasi

Kegiatan inovasi tanpa riset di sektor industri (swasta) sudah berlangsung sejak lama, dari zaman orde baru sampai era reformasi sekarang. Artinya, bingkai kerja kebijakan yang sudah dilaksanakan Indonesia belum mampu menyentuh perhatian dan keyakinan sektor industri tentang perlunya kegiatan inovasi berlandaskan riset. Memang sektor industri sebagai salah satu penggerak industrialisasi telah banyak menyumbang pada kemajuan ekonomi. Tetapi keberhasilan industrialisasi lebih dari pada sekedar investasi pabrik dan mesin-mesin, keberhasilan industrialisasi mestinya tampak dalam akumulasi pengetahuan dan teknologi yang diperoleh melalui pembelajaran serta inovasi berlandaskan riset.

Data dibawah adalah bukti sangat rendahnya intensitas riset di Indonesia. Ada tiga situasi yang berkaitan dengan hal ini, yaitu: (i) sebagian besar industri berteknologi rendah dan menengah. Industri ini menghasilkan produk teknologi rendah yang tidak memerlukan fasilitas riset, (ii) kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan iptek yang telah terus-menerus menurun sejak tahun 1990-an. Pada 1980-an, anggaran iptek sekitar 2,5% dari anggaran total pemerintah, selanjutnya pada 1990-an itu turun menjadi sekitar 0,5%, dan kemudian anggaran iptek bertahan sekitar 0,5% dari total anggaran pemerintah di tahun 2000-an; dan (iii) sumbangan sektor industri swasta dalam intensitas riset sangat rendah karena sektor indust r i umumnya kurang te r ta r ik menginvestasikan kembali hasil produksi mereka ke dalam kegiatan riset.

Perkembangan intensitas riset di Indonesia (1969-2013)

Time

%o

fG

DP National

Gov_sector

Gov_institution

Higher institution

Industrial sector

1970 1974 1978 1982 1986 1990 1994 1998 2002 2006 2012

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

Time

Pe

rce

nt

Gov_share

Ind_share

1970 1980 1990 2000 2010

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Dengan intensitas riset rendah itu Indonesia bertahan sebagai penghasi l produk-produk berni la i rendah dalam perekonomian. Hal ini dibuktikan oleh keluaran industri sebagian besar disumbang dari industri berteknologi rendah dan menengah. Pada tahun 2010, pengeluaran riset industri sangat kecil, hanya 0,013% dari PDB atau itu sekitar US $ 90 juta dari jumlah GDP Indonesia untuk US $ 700 miliar. (Aminullah, 2015)

Memang, pada umumnya industri swasta yang berinovasi tanpa riset telah berhasil menguasai ketrampilan dasar mengoperasikan pabrik serta melakukan perancangan ulang terhadap produk dan proses yang sudah ada. Dengan kemampuan seperti itu, industri swasta telah membawa nama Indonesia sebagai negara pendatang baru dalam industrialisasi. Inovasi tanpa berlandaskan riset tersebut telah mengakibatkan lemahnya kapasitas serap teknologi, sehingga sektor industri tidak dapat naik kelas melakukan perancangan ulang terhadap produk dan proses yang inovatif berlandaskan riset. Dengan kata lain, posisi Indonesia tetap bertahan sebagai negara pendatang baru bukan pengejar cepat dalam industrialisasi, seperti halnya Cina dan India sekarang.

Sumber : Aminullah (2015)

3 LIPIPolicy Brief : Inovasi

Menyasar Inovasi Berlandaskan Riset di Industri

Pergeseran orientasi di sektor industri (dari berinovasi tanpa riset menjadi berinovasi berlandaskan riset) adalah hal yang mendesak bagi Indonesia. Untuk mewujudkan itu Indonesia memerlukan: i. peningkatan pesat (20-30% pertahun) investasi riset di sektor swasta, untuk itu kebijakan pengurangan pajak atas pengeluaran riset industri tidak perlu ditunda lagi untuk diwujudkan serta, ii. peningkatan rutin (10-15% pertahun) investasi riset di sektor pemerintah. Dengan menyasar pada peningkatan laju investasi riset di sektor industri yang dua kali lebih tinggi dari sektor pemerintah, maka masalah-masalah kemandegan kegiatan riset, rendahnya kapasitas serap teknologi dan perbaikan rendahnya kemampuan teknologi di sektor industri swasta akan dapat dipecahkan pada masa datang.

Sasaran pelipatan laju kegiatan riset di sektor industri akan mengubah pola dan kecenderungan intensitas riset secara bertahap dalam jangka panjang. Intensitas riset Indonesia meningkat dari sekitar 0.11% (2015) menjadi 0.42% PDB (2025), dimana sumbangan sektor ke industri meningkat dari sekitar 22% (2015) menjadi 62% (2025). Pelipatan pengeluaran riset disektor industri diharapkan naik eksponensial dalam 10 tahun ke depan, yaitu dari prakiraan Rp 3.2 triliun (2015) menjadi 77.2 trilun (2025). Pada periode 2025-2045 diharapkan pengeluaran riset sektor industri, riset tumbuh parabol menuju stabil. Pada tahun 2045 intensitas riset Indonesia diharapakan 0.72% PDB dan sumbangan sektor industri sekitar 85%. Sedang di sektor pemerintah akan tetap terjadi peningkatan rutin pengeluaran riset dari prakiraan Rp 11.5 trilun (2015)

Pilihan Kebijakan Memacu Inovasi Berlandaskan Riset

Mengingat kegagalan kebijakan memacu inovasi berlandaskan riset di sektor industri yang sudah dilalui, serta mempertimbangkan situasi sekarang dan ke depan yang tidak sama dengan masa lalu, pilihan kebijakan yang baik menurut Einstein “We can't solve problems by using the same kind of thinking we used when we created them”. Pilihan kebijakan menggunakan alat kebijakan berupa perlakuan khusus pada industri tentu tidak sesuai lagi dengan lingkungan pasar global. Sedangkan pilihan kebijakan menggunakan alat kebijakan berbentuk pelbagai dukungan dan rangsangan yang sudah diluncurkan tampak kurang menarik bagi sektor industri, sehingga perlu dukungan dan rangsangan terobosan lainnya (dalam hal pasar, pendanaan, modal intelektual, kelembagaan, dan konsorsium inovasi strategis) yang menarik bagi sektor industri.

Iklim persaingan global termasuk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sekarang telah memaksa sektor industri untuk bersaing dalam inovasi berlandaskan riset. Dalam perlombaan inovasi berlandaskan riset, bila kurang inovatif maka akan diambil alih. Kita menyaksikan dalam persaingan global, industri elektrik konsumen Jepang dikalahkan oleh Korea, dan dalam keadaan kalah bersaing industri elektrik konsumen Jepang diambil alih oleh Cina yang lebih inovatif dan sangat efisien.

DAFTAR PUSTAKA

4 LIPIPolicy Brief : Inovasi

Gd. A (PDII) LIPI lt. 4Jln. Jend. Gatot Subroto 10, Jakarta 12710

e-mail: [email protected]. (021) 5225206, Faks. (021) 5225206

Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(PAPPIPTEK)

Penulis

Erman Aminullah, Profesor riset, Pappiptek-LIPI, Jalan Gatot Subroto 10, Jakarta Selatan. Email : [email protected] ; [email protected]

Pandangan yang dikemukakan dalam kertas kebijakan ini adalah pendapat individu dari penulis dan tidak menyiratkan pandangan lembaga dari PAPPIPTEK-LIPI.

Untuk mewujudkan sasaran pelipatan pengeluaran riset sektor industri sebesar 25 kali dalam 10 tahun ke depan, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah yang menarik dan meyakinkan bagi sektor industri. (i) dalam hal pasar, memudahkan pasar bagi produk dari industri inovatif untuk tumbuh dari pasar lokal ke global, (ii) di bidang pendanaan, memberikan rangsangan berbentuk pengurangan pajak minimum 100% (sebaiknya lebih, sesuai prioritas konsorsium inovasi strategis) dari pengeluaran riset industri, (iii) di bidang modal intelektual, memudahkan pemanfaatan tenaga ahli lembaga pemerintah oleh industri dan sebaliknya, dalam kolaborasi peneliti/akademis-industri, (iv) di bidang kelembagaan, menyempurnakan tatakelola menuju lembaga riset berkompeten, inovatif dan terpercaya dalam berkolaborasi dangan industri, dan (v) mengkoordinasikan konsorsium inovasi strategis (5-10 tahun mendatang) yang potensial untuk daya saing bangsa dan kesejahteraan rakyat berkelanjutan.

Saran kebijakan

Aminullah, E. (2015). Learning, R&D intensity and economic prosperity in low R&D countries (LRDCs) : envisioning the Indonesian future. Yogyakarta: Paper presented in Asialics2015 Conference, Yogyakarta, November 15-17. (Keynote address)

Aminullah, E. (2012). Coping with low R&D intensity in Indonesia; policy insight from system dynamic model. Journal of S&T policy and R&D management, 10(1):1-10