KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN IPTEK & INOVASI fileKEBIJAKAN DAN MANAJEMEN IPTEK & INOVASI ISSN : 2502 -...
Transcript of KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN IPTEK & INOVASI fileKEBIJAKAN DAN MANAJEMEN IPTEK & INOVASI ISSN : 2502 -...
1 LIPIPolicy Brief : Ekonomi Koperasi
POLICY BRIEF
E k o n o m i K o p e r a s i
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, menghasilkan kajian ilmiah dibidang kebijakan dan manajemen ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi.
PAPPIPTEK-LIPI
KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN IPTEK & INOVASI
ISSN : 2502 - 5015
Policy Brief ini mengusulkan beberapa hal terkait dengan pentingnya kebijakan
pemerintah dalam mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan aktivitas koperasi
di Kabupaten Temanggung. Pada tahun 2017, tercatat terdapat 523 koperasi aktif
dan 79 koperasi tidak aktif di Kabupaten Temanggung. Apabila ditelusuri lebih
lanjut, sebagian besar koperasi yang aktif banyak mengalami permasalahan terkait
dengan kapasitas organisasi dan kapasitas usaha yang dilakukan. Koperasi aktif
cenderung melakukan aktivitas usaha berupa simpan pinjam untuk anggotanya.
Selain itu, koperasi aktif yang ada menghadapi persaingan dengan munculnya
koperasi-koperasi simpan pinjam (KSP). KSP ini pada umumnya merupakan
lembaga keuangan bukan bank dan tidak menerapkan asas dan prinsip-prinsip
koperasi Indonesia. Koperasi-koperasi yang ada juga cenderung kalah bersaing
dengan pelaku ekonomi sektor lainnya seperti sektor swasta dan perbankan.
Saat ini masyarakat lebih banyak berhubungan dengan pelaku sektor swasta dan
perbankan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini menjadi kendala bagi
koperasi untuk mengembangkan permodalan dan aktivitas usaha dari peran aktif
anggota. Kinerja dan keberlanjutan sektor koperasi menjadi tantangan dan menjadi
sasaran bagi Pemerintah Daerah (Pemda) Temanggung. Hal ini dilandasi pada
pemahaman asas sosial dan ekonomi yang melekat pada koperasi. Koperasi
sebagai badan usaha berasaskan atas azas kekeluargaan diharapkan berkembang
dan mampu berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan anggota.
Pesan kebijakan :► Rendahnya pertumbuhan anggota koperasi;
perlu mengembangkan kebijakan dan program dalam pendidikan koperasi di masyarakat. Perlunya koordinasi dan kerjasama antara Disperindagkop dan UMKM dan DEKOPINDA dalam pengembangan koperasi di Kabupaten Temanggung.
► Pemerintah daerah Kabupaten Temanggung perlu mengembangkan kebijakan dan program dalam mendorong jejaring dan kerjasama antara koperasi dan pelaku ekonomi lainnya.
► Pemerintah daerah perlu mengembangkan program peningkatan kapasitas SDM pengurus/pengelola koperasi dan anggota koperasi sehingga kemampuan melakukan inovasi untuk mengembangkan layanan dan usaha.
► Pemerintah daerah perlu mengembangkan kebijakan p e n i n g k a t a n k a p a s i t a s manajemen koperasi dan mendorong koperasi untuk aktif dalam menjalin kerjasama dengan pihak eksternal untuk mengembangkan permodalan.
► Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung perlu mengembangkan kebijakan ekonomi dengan melibatkan partisipasi dari koperasi yang telah ada dan mengembangkan kegiatan dan program yang melibatkan koperasi sebagai mitra.
No. 2018-02.PAPPIPTEK
PENTINGNYA KEBERLANJUTAN SEKTOR KOPERASI DI KABUPATEN TEMANGGUNG
Koperasi berasal dari kata –co- yang berarti kerjasama dan operation yang berarti
kegiatan usaha. Koperasi dapat diartikan sebagai badan usaha bersama atau usaha
bersama untuk kepentingan bersama. Sejarah koperasi berawal erkembangan
industrialisasi di Inggris dan dinamika masyarakat dalam menghadapi kebutuhan
ekonomi. Hal tersebut mendorong munculnya konsep koperasi sebagai bentuk
elemen ekonomi yang diperlukan bagi negara. Perkembangan koperasi berasal dari
Kota Rochdale, Inggris 21 Desember 1844. Perkembangan koperasi diprakarsai oleh
Charles Howart, William King, Robert Owen, dan 28 tokoh lainnya. Tokoh-tokoh
yang dikenal sebagai “Equitable Pioner of Rochdale” tersebut selanjutnya memulai
aktivitas koperasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota (Fairbairn,
1994).
Pendahuluan
2 LIPI
Perkembangan koperasi di Indonesia diawali dari aktivitas R. Arya Wiriatmaja, seorang Patih Purwokerto, pada tahun 1896 dengan mendirikan “Hulp En Spaarbank”atau Bank Pertolongan dan Simpan Pinjam. Badan usaha ini didirikan sebagai solusi untuk membantu masyarakat bawah dalam menghadapi kesulitan kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya, Konggres Koperasi I di Tasikmalaya pada 12 Juli 1947 yang menghasilkan kesepakatan 1) Tanggal 12 Juli sebagai hari koperasi, 2) Koperasi dikembangkan dengan prinsip gotong royong dan kekeluargaan dan hal ini menjadi asas koperasi Indonesia, 3) Mendorong pertumbuhan koperasi di pedesaan untuk membantu aktivitas ekonomi masyarakat bawah. Koperasi menjadi salah satu pilar dalam perekonomian Indonesia. UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 menyebutkan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan”. Asas dan peran koperasi bagi perekonomian Indonesia menempatkan koperasi sebagai aktivitas ekonomi yang diharapkan berperan dalam mendukung pembangunan ekonomi Indonesia. Dewasa ini pemerintah melakukan dukungan kebijakan koperasi dengan menetapkan landasan operasional melalui UU No 25 Tahun 1992 yang mengatur hal-hal terkait koperasi.
Dewasa ini, Kementerian Koperasi dan UKM melakukan kebijakan dan program untuk mewujudkan “Nawacita” yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta menggerakkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Beberapa program Kementerian Koperasi dan KUMKM untuk pengembangan koperasi seperti peningkaan kompetensi SDM Koperasi dan KUMKM, perluasan akses pembiayaan, peningkatan nilai tambah dan jangkauan pemasaran koperasi dan KUMKM, penguatan kelembagaan usaha dan koperasi, dan peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha. Program Reformasi Total Koperasi dilakukan oleh Kemenkop dan KUMKM dengan program (Cooperative, 2017):
1. Reorentasi Koperasi untuk merubah paradigm pendekatan pembangunan koperasi dari berorientasi pada kuantitas menunju kualitas untuk mengembangkan koperasi modern yang berkualitas dan berdaya saing dengan dukungan pertumbuhan keanggotaan yang aktif.
2. Rehabilitasi; dilakukan dengan mengembangkan database sistem koperasi/ online database System (ODS).
3. Pengembangan Koperasi; dilakukan untuk meningkatkan kapasitas koperasi sebagai badan usaha dengan basis keanggotaan yang sehat, kuat dan mandiri dan dapat bersaing dengan badan usaha di sektor swasta dengan dukungan kebijakan dan perundangan yang kondusif, penguatan k a p a s i t a s S D M k o p e r a s i , kelembagaan, pembiayaan, pemasaran, dan penguatan kapasitas teknologi dan inovasi
Progam pengembangan koperasi sebagai salah satu pilar bagi perekonomian perlu dilakukan dalam dengan mendukung kapasitas organisasi, kapasitas keuangan, kapasitas knowledge dan pembelajaran, dan kapasitas SDM. Permasalahan yang dihadapai oleh koperasi dalam menjalankan aktivitas usaha pada umumnya berasal dari empat hal tersebut di atas. Pengukuran kinerja koperasi dalam pemberdayaan ekonomi di negara berkembang misalnya perlu memperhatikan 15 hal penting yang menggambarkan indikator kapasitas organisasi untuk mendukung aktivitas usaha yang dilakukan.
Deriada (2005) mengidentifikasi 15 indikator dalam mengukur kinerja koperasi sebagai sebuah badan usaha, seperti halnya:1) Sistem tata kelola2) Profesionalitas manager dan manajemen3) Proses pembelajaran dan pelatihan yang berkelanjutan4) Kemampuan inovasi dan semangat kewirausahaan5) Jejaring dan kerjasama yang dikembangkan6) Tingkat Kecukupan anggaran7) Kemampuan dalam memanfaatkan anggaran dan sumber
modal8) Tingkat partisipasi anggota9) Pengalaman dan lamanya waktu dalam menjalankan
usaha10) Sistem komukasi dan informasi11) Aspek dukungan pemerintah12) Pertumbuhan anggota13) Pelayanan yang diberikan14) Manajemen dan pembukuan yang professional 15) Pegawai/pekerja koperasi.Lima belas indikator ini selanjutnya akan digunakan dalam melakukan kaj ian kondis i koperasi di Kabupaten Temanggung pada tahun 2017.
Pengukuran Kinerja kapasitas organisasi pada 18 Koperasi dilakukan dengan analisis of divergence untuk mengukur tinggi rendahnya gap antara Level of Importance dan Level of Succes.
Policy Brief : Ekonomi Koperasi
3 LIPI
Gambar 4.4. Analisis Divergence Level of importance dan level of success kapasitas organisasi 18 koperasi di Kabupaten Temanggung tahun 2016
Hasil analisis gap yang dilakukan menghasilkan lima variabel yang memiliki gap cukup tinggi yaitu:1) Pertumbuhan anggota,2) Jejaring dan kerjasama yang dikembangkan,3) Kemampuan inovasi dan semangat kewirausahaan,4) Tingkat kecukupan anggaran, dan5) Aspek dukungan pemerintah.
Kendala dan tantangan yang dihadapi oleh koperasi di Kabupaten Temanggung tergambar dari lima variabel kapasitas organisasi tersebut. Terkait dengan hal tersebut, pilihan kebijakan untuk mengatasi permasalahan disampaikan melalui empat pesan kunci dalam policy brief ini.
Uraian Pesan Kunci 1
Terdapat fenomena dimana masyarakat mulai melupakan pentingnya peran koperasi dalam mendukung pemenuhan kebutuhan ekonomi. Hal tersebut terjadi pada jenis Koperasi Serba Usaha (KSU) dan koperasi unit desa. Untuk itu diperlukan program pendidikan koperasi di masyarakat. Program inidapatdilaksanakan melalui Disperindagkop dengan bekerja sama dengan DEKOPINDA. Alokasi anggaran hibah dari pemerintah daerah perlu diberikan kepada DEKOPINDA untuk melaksanakan peran dan fungsi sebagai pembina dan pendidikan koperasi.
Uraian Pesan Kunci 2
Salah satu kendala koperasi untuk berkembang di Kabupaten Temanggung adalah rendahnya kapasitas jejaring dan kerjasama koperasi dengan entitas ekonomi lainnya. Jejaring dan kerjasama pengembangan modal dan usaha seharusnya menjadi potensi dan sumber pertumbuhan koperasi. Untuk itu diperlukan program peningkatan jaringan usaha baik antar koperasi maupun koperasi dengan entitas ekonomi lainnya. Program tersebut dapat dilakukan oleh disperindagkop dengan mengembangkan kerjasama koperasi dengan perbankan dan aktivitas bisnis lainnya.
Uraian Pesan Kunci 3
Pengembangan produk dan inovasi koperasi masih rendah. Kurangnya inovasi berlaku dalam pengembangan layanan koperasi pada anggota maupun jenis usaha yang dilakukan. Terkait hal tersebut program peningkatan kapasitas inovasi pada koperasi dapat dilakukan oleh Disperindagkop Kabupaten Temanggung dengan melakukan program pendidikan dan pelatihan pada SDM Koperasi yang ada dan menekankan pemahaman pentingnya inovasi dalam pengembangan usaha koperasi.
Pendidikan Koperasi di Masyarakat
Mendorong jejaring dan kerjasama antara koperasi dan pelaku ekonomi lainnya
Meningkatkan kapasitas inovasi
Uraian Pesan Kunci 4
Pertumbuhan permodalan koperasi menjadi salah satu kendala bagi koperasi untuk berkembang. Rendahnya pertumbuhan modal koperasi ini disebabkan rendahnya pertumbuhan anggota dan masih lemahnya kapasitas jejaring dan kerjasama koperasi dalam mengembangkan aktivitas usaha. Disperindagkop dan DEKOPINDA perlu melakukan program rehabilitasi koperasi dan mendorong koperasi untuk meningkatkan pertumbuhan anggota dan kerjasama dengan entitas ekonomi di sektor lainnya. Pada kasus Koperasi Unit Desa (KUD) yang mengalami stagnasi akibat beban dari program KUT misalnya, Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dapat mengambil kebijakan politis untuk melakukan pemutihan utang/beban dari KUD- KUD yang dimaksud.
Meningkatkan kapasitas Permodalan Koperasi
Policy Brief : Ekonomi Koperasi
4 LIPI
PenulisHadi Kardoyo | Mia Rahma Romadona
Pandangan yang dikemukakan dalam kertas kebijakan ini adalah pendapat individu dari penulis dan tidak menyiratkan pandangan lembaga dari PAPPIPTEK-LIPI.
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(PAPPIPTEK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Gd. A (PDII) LIPI lt. 4Jln. Jend. Gatot Subroto 10, Jakarta 12710
e-mail: [email protected]. (021) 5225206, Faks. (021) 5225206
Uraian Pesan Kunci 5
Aspek dukungan pemerintah dalammengembangkan koperasi dirasakan masih lemah. Terkait dengan hal tersebut diperlukan program Pemerintah Daerah melalui Disperindagkop untuk m e l a k u k a n program selaras dengan program nasional berupa Reorientasi, Rehabilitasi, dan Pengembangan Koperasi. Hasil dari program ini diharapkan menghasilkan koperasi aktif dan sehat. Kegiatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bisa melibatkan koperasi yang aktif dan sehat. Disperindagkop perlu melakukan inisiatif dalam melibatkan koperasi aktif dan sehat dalam menyaluran KUR untuk mendukung aktivitas usaha produktif dari anggota.
Kegiatan dan program yang melibatkan koperasi sebagai mitra.
Kesimpulan
Koperasi merupakan salah satu sektor ekonomi yang diharapkan dapat berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi produktif bagi para anggotanya. Kebijakan pemerintah daerah dalam mendukung perkembangan sektor koperasi dibutuhkan dalam meningkatkan kapasitas organisasi, kapasitas finansial, dan kapasitas usaha koperasi dalam menghadapi dinamika ekonomi global. Koperasi aktif, sehat, dan inovatif perlu menjadi sasaran pembangunan daerah Kabupaten Temanggung sehingga koperasi dapat menjadi badan usaha yang mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan dan membawa kesejahteraan bagi anggotanya
Daftar Pustaka
Cooperative (2017). Langkah Nyata Membangun Koperasi dan UKM, Cooperative: Koperasi dan UKM, No. 08, Oktober.2017
Deriada, A.L (2005) Assessment of Cooperative Movement in a Deve lop ing Count r y : The Ph i l i pp ine Experience, Forum o f I n t e r n a t i o n a l Development Studies, 28
Fairbairn, B. (1994). The meaning of rochdale: The rochdale pioneers and the co-operative principles. Technical report, University of Saskatchewan, Centre for the Study of Co- operatives.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
* Data dan informasi yang digunakan dalam policy brief ini dituliskan dari hasil kajian koperasi oleh BAPPEDA Kabupaten Temanggung dengan bekerjasama dengan PAPPIPTEK-LIPI pada tahun 2017.
Policy Brief : Ekonomi Koperasi