ISSN 0126-1886 FORUM PASCASARJANAikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/forum...Masyarakat yang...

18
ISSN 0126-1886 FORUM PASCASARJANA ------------------------------------------------------------ Volume 26 Nomor 3 Juli 2003 Produktivitas Kambing Perah Peranakan Etawah dan Kambing Saanen (Afton Atabany, Imam K. Abdulgani, Adi Sudono, dan Kooswardhono Mudikdjo) Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga pad a Masyarakat yang Tinggal di Daerah Sekitar Lahan Gambut Kalimantan Tengah (Emmy Uthanya Antang, Clara M. Kusharto, dan Hartoyo) Aplikasi Pupuk Daun Organik yang Diperkaya dengan N dan Mg terhadap Tanaman Sari Pahit (Brassica juncea (L.) Czern) (Janita Tumanggor, Munif Ghulamahdi, dan Sandra A. Aziz) Introduksi Gen CP-SPFMV ke dalam Genom Tanaman Ubi Jalar melalui Vektor Agrobacterium tumefaciens (Atmitri Sisharmini, G.A. Wattimene, dan M. Herman) Dinamika Metana pada Lahan Sawah Tadah Hujan dengan Pengolahan Tanah, Varietas, dan Bahan Organik yang Berbeda (Q.D. Ernawanto, M. Sri Saeni , Astina Sastiono, dan S. Partohardjono) Manipulasi Permukaan Tanah dan Pemupukan NPKMg pad a Pertanaman Lada Perdu (Silman Hamidy, M.H. Bintoro Djoefrie, Wahju Qamara Mugnisjah, dan Pasril Wahid) Keragaman Genetika Hoya (Asclepiadaceae) Asal Sumatra (Sri 269-276 Rahayu, Muhammad Jusuf, dan Ibnul Qayim) Program Pasc asarjana Institut Pertanian Bogor Bogor, Indo nesia

Transcript of ISSN 0126-1886 FORUM PASCASARJANAikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/forum...Masyarakat yang...

ISSN 0126-1886

FORUM PASCASARJANA

------------------------------------------------------------03

Volume 26 Nomor 3 Juli 2003

Produktivitas Kambing Perah Peranakan Etawah dan Kambing Saanen (Afton Atabany, Imam K. Abdulgani , Adi Sudono, dan Kooswardhono Mudikdjo)

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga pada Masyarakat yang Tinggal di Daerah Sekitar Lahan Gambut Kalimantan Tengah (Emmy Uthanya Antang, Clara M. Kusharto, dan Hartoyo)

Aplikasi Pupuk Daun Organik yang Diperkaya dengan N dan Mg terhadap Tanaman Sari Pahit (Brassica juncea (L.) Czern) (Janita Tumanggor, Munif Ghulamahdi, dan Sandra A. Aziz)

Introduksi Gen CP-SPFMV ke dalam Genom Tanaman Ubi Jalar melalui Vektor Agrobacterium tumefaciens (Atmitri Sisharmini , G.A. Wattimene, dan M. Herman)

Dinamika Metana pada Lahan Sawah Tadah Hujan dengan Pengolahan Tanah, Varietas, dan Bahan Organik yang Berbeda (Q.D. Ernawanto, M. Sri Saeni , Astina Sastiono, dan S. Partohardjono)

Manipulasi Permukaan Tanah dan Pemupukan NPKMg pada Pertanaman Lada Perdu (Silman Hamidy, M.H. Bintoro Djoefrie, Wahju Qamara Mugnisjah, dan Pasril Wahid)

Keragaman Genetika Hoya (Asclepiadaceae) Asal Sumatra (Sri 269-276 Rahayu, Muhammad Jusuf, dan Ibnul Qayim)

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Bogor, Indonesia

Forum PBSC8ssrjan.a "--. ­

FORUM PASCASARJANA Volume 26 NO.3 Juli 2003 ISSN 0126-1886

Pelindung Rektor (H. Ahmad Anshori Mattjik)

Penanggung Jawab Direktur Program Pascasarjana IPB (Syafrida Manuwoto)

Pemimpin Redaksi Asisten Direktur I (Kooswardhono Mudikdjo)

Wakil Pemimpin Redaksi Asisten Direktur II (Aris Munandar)

Asisten Direktur III (Daniel R. Monintja)

Dewan Redaksi Alex Hartana (Genetika dan Pemuliaan Tanaman)

Ari Purbayanto (Kelautan) Basita Ginting S. (Penyuluhan Pembangunan dan Komunikasi Pertanian)

Didy Sopandie (Agronomi, Ekofisiologi Tanaman) Hendrayanto (limu Pengetahuan Kehutanan) I G. Putu Purnaba (Matematika dan Statistika)

M. Parulian Hutagaol (Ekonomi Pertanian dan Sosiologi) M. Zairin Jr (Budidaya Perairan)

Maggy T. Suhartono (Biokimia dan Bioteknologi) Reviany Widjajakusuma (Fisiologi Hewan, Biologi Nuklir)

Set yo Pertiwi (Teknik Pertanian) Tantan R. Wiradarya (limu Produksi Ternak)

Utomo Kartosuwondo (Hama dan Penyakit Tumbuhan)

Redaksi Pelaksana Bagus P. Purwanto Wahju Q. Mugnisjah

Administrasi Muhammad Fikri Pungki Prayughi

Tuti Herawati

Redaksi Forum Pa,sc;

yang telah me a:.-Juli 2003.

Alamat Redaksi Program Pascasarjana IPB,

Gedung Rektorat Lantai I Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp. 0251 -622714 ext. 161 Fax. 0251-622986

e-mail: [email protected]

Forum Pascasarjana merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan setiap triwulan

sebagai sarana dlseminasi hasil-hasil penelitian Program Pascasarjana IPS

Forum PaSC8S8rjana Vol. 26 No. 3 Juli 2003

UCAPAN TERtMA KAStH

Redaksi Forum Pascasarjana mengucapkan terima kasih kepada

Dr Drh. Clara W. Kusharto, MSc.

yang telah membantu menelaah naskah yang diterbitkan dalam Vol. 26 No.3, Juli 2003.

Forum Pascasarjana Vol. 26 No. 3 Juli 2003 ISSN: 0126 - 1886

DAFTAR lSI CONTENTS

Produktivitas Kambing Perah Peranakan Etawah dan Kambing Saanen

189-202

Productivity of Etawah-Crossbreed and Saanen Dairy Goats (Afton Atabany, Imam K. Abdulgani, Adi Sudono, Kooswardhono Mudikdjo)

dan

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga pad a Masyarakat yang Tinggal di Daerah Sekitar Lahan Gambut Kalimantan Tengah Household Food Security and Food Habits of the Communities Live at Surrounding Peatland Areas in Central Kalimantan (Emmy Uthanya Antang, Clara M. Kusharto, dan Hartoyo)

203-216

Aplikasi Pupuk Daun Organik yang Diperkaya dengan N dan Mg terhadap Tanaman Sari Pahit (Brassicajuncea (L.) Czern) (Janita Tumanggor, Munif Ghulamahdi, dan Sandra A. Aziz)

217-228

Introduksi Gen CP-SPFMV ke dalam Genom Tanaman Ubi 229-239 Jalar melalui Vektor Agrobacterlum tumefac/ens (Atmitri Sisharmini, G.A. Wattimene, dan M. Herman)

Dinamlka M tana pads ahan Pengolahan Tanah, Varletas, Berbeda

Sawah Tadah Hujan dengan dan Bahan Organik yang

241-255

Methane Dynamics of Rained Lowland Rice with Different Tillage, Variety, and Organic Matter (QD. Ernawanto, M. Sri Saeni, Astina Sastiono, dan S. Partohardjono)

Manipulasi Permukaan Tanah dan Pemupukan NPKMg pada Pertanaman Lada Perdu

257-268

(Silman Hamidy, M.H. Bintoro Djoefrie, Wahju Qamara Mugnisjah, dan Pasril Wahid)

Keragaman Genetika Hoya (Asclepiadaceae) Asal Sumatra The Genetic Diversity of The Sumatra's Hoya Species (Asc/epiadaceae) (Sri Rahayu, Muhammad Jusuf, dan Ibnul Qayim)

269-276

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga (E. U. Antang et al.)

KETAHANAN PANGAN DAN KEBIASAAN MAKAN RUMAH TANGGA PAOA MASYARAKAT YANG TINGGAL 01 OAERAH SEKITAR LAHAN

GAMBUT KALIMANTAN TENGAH1)

(Household Food Security and Food Habits of the Communities Live at Surrounding Peatland Areas in Central Kalimantan)

Emmy Uthanya Antang, Clara M. Kusharto2), dan Hartoyo2)

ABSTRACTS

Household food insecurity is still a major problem in Central Kalimantan. Although the average of supply calorie is higher than the average of energy allowance, but still about 29% of rice supplied from the areas outside The Central Kalimantan. The study was intended to identify household food security level and food habits of the Dayak, Javanese, and Balinese communities; to analyze selected factors affecting the household food security level and relation between under-five children nutrition status and household food security. Design of study was cross-sectional survey and covered of three villages, i.e , Bukit Rawi, Basarang Jaya, and Kalampangan. Subjects were farmer's household who have under-five children and were selected randomly. Subjects represent three different ethnic groups, i.e., Dayak tribe (Bukit Rawi), Balinese (Basarang), and Javanese (Ka/ampangan). Total subjects were 103 households (31 Dayak, 37 Balinese, and 35 Javanese). Structured interview was conducted at each subject's home. A cut­off point 70 percent of energy allowance was used as an indicator of household food security. Logistic regression analysis was employed to predict the factors affecting the household food security, and multiple iinear regression was empioyed to analyze relation between under-five children nutrition status and household food security. The study found that about 35% of total households faced with "food insecurity" problem. ,he proportion of Javanese households with food secure (51 .4 %) is higher than Dayak Tribe (35.5%) and Balinese (18.9%) The probability of the household being in food security is influenced significantly (p<O.05) by the household size, household income, and dummy variable for Balinese. Furthermore, the finding indicate that household with greater number of household's member and less household's income, particularly with ethnic background other than Balinese are belong to vulnerable groups and have a greater likelihood for being food insecure. Staple food consumption pattern of Dayak and Javanese households is rice, whereas Balinese is mixed rice-cassava. Dayak communities consumed more indigenous food as compared to Javanese and Balinese. Nutritional status of under-five children significantly related to household food security (p <0. 05).

Key words: food security, food habits, indigenous foods, peatland

1) Bagian dari tesis penulis pertama, Program Studi IImu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Program Pascasa~ana IPS

2) Bertu rut-tu rut adalah Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing

203

i

Forum Pc:scasarjana Vol. 26 NO.3 Juli 2003: 203· 216

PENDAHULUAN

Ketahanan pangan dalam Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996 diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 1996). Konsekuensi dari ketidaktahanan pangan' pada tingkat rumah tangga dan individu adalah rendahnya konsumsi pangan, yang apabila didukung dengan keadaan rendahnya status kesehatan dan sanitasi, serta pola asuh yang kurang memadai akan berdampak pad a rendahnya status gizi terutama pada golongan rawan, yaitu anak balita, ibu hamil. dan ibu menyusuL

Ketahanan pangan pada tingkat Propinsi Kalimantan Tengah dapat ditunjukkan dari tingkat ketersediaan energi, pada tahun 1998 rata-rata ketersediaan energi sebesar 2 261 Kalori/kapita/hari (BPS Kalteng, 2000). Angka rata-rata ketersediaan energi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka

. kecukupan energi yang dianjurkan, yaitu sebesar 2 150 Kalori/kapita/hari (Muhilal, et al., 1998), yang menggambarkan keadaan tahan pangan pada tingkat propinsi. Walaupun demikian, tingkat ketersediaan energi tersebut masih bergantung pada suplai pangan dari luar propinsi , sekitar 29% ketersediaan beras masih bergantung pad a suplai pangan dari daerah lain di luar wilayah Kalimantan Tengah (BPS Kalteng, 2000). Ketergantungan terhadap suplai pang an dari luar wilayah menunjukkan rendahnya produksi pangan terutama beras di Kalimantan Tengah. Rendahnya produksi pangan disebabkan oleh keadaan !ahan gambut yang mempunyai tingkat kesuburan lahan yang relatif rendah. Keadaan produksi pangan lokal yang rendah dan ketergantungan suplai pangan dari luar menyebabkan akses individu dan rumah tangga terhadap pangan baik fisik maupun ekonomi menjadi rendah .

Kalimantan Tengah didiami oleh berbagai kelompok masyarakat, baik masyarakat suku Oayak yang merupakan masyarakat asli yang mendiami Kalimantan Tengah maupun masyarakat suku Jawa dan Bali yang merupakan masyarakat pendatang yang berkaitan dengan program transmigrasi. Hartog et a/ (1995) menyatakan bahwa sistem produksi pertanian akan berbeda menurut perbedaan ekologi, sosial, dan budaya sehingga mempengaruhi ketersediaan pangan dalam rumah tangga dan mempengaruhi pula jenis pangan yang dlkonsumsi oleh rumah tangga (Fieldhouse, 1995) Oleh karena itu, ketahanan pangan rumah tangga tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, tetapi merupakan integrasi dari faktor ekologis, ekonomi , dan budaya yang membentuk kebiasaan makan masyarakat (Susanto, 1996: Gittelsohn, et a/., 1998).

Berdasarkan uraian di atas, peneiitian ini bertujuan a) mengidentifikasi perbedaan kebiasaan makan pada masyarakat Suku Oayak, Jawa, dan Bali ; b) menganalisis ketahanan pangan rumah tangga yang dilihat dari tingkat konsumsi pangan rumah tangga pada masyarakat Suku Oayak, jawa, dan Bali; c) menganalisis raktor-faktor yang mempengaru hi tingkat ketahanan pangan rumah­tangga masyarakat Suku Oayak, Jawa, dan Bali; d) menganalisis hubungan antara status gizi anak balita dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga pada masyarakat Suku Oayak, Jawa, dan Baii,

Ketahanan Pangan dan , e': a;;,

Penelitian me dilaksanakan sejak b a ~

Penelitian dila-se Kecamatan Kahaya -e kelompok masyaraka: ~ Pahandut, Kota Pala g suku Jawa; dan (c) Kapuas, untuk contoh ::

Contoh peneli 'ar :: berjumlah 103 ruma 35 rumah tangga mas a-

Data yang di J.-: primer dikumpulka '::50

dilakukan terhadap e-­pengumpulannya disaj <c

Tabel 1. Jenis dan Ga2 :

No 1. Karakteristik keluaif '= :.=

pendidikan. 2. Pendapatan dan De ="" ~

3. Kebiasaan makar _- =..­suplai dan penyeo'iaa'- :z­

4. Konsumsi pang<ln r. -~ :i

5. Konsumsi panga- ba '= 6. Berat badan balita 7. Pola asuh makan

8. Sanitasi lingkungc

Pengolahan a = dengan mengkonvers ~ -

1999), yaitu energi 'Y'- 2

besi dengan mengg ", ' ditentukan dengan e- : yang dianjurkan (Mu a !

Tingkat ketaha ::­kecukupan energi ru a ­tingkat kecukupan ene. kecukupan energi < ~

Status gizi ana menurut umur (WHO is standar baku NCHS/Vi Score s 2 SO status gi':­buruk (WHO, 1995).

204

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga (E.U. Antang et al.)

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan disain cross-sectional dengan cara survei, yang dilaksanakan sejak bulan September sampai dengan Desember 2001.

Penelitian dilaksanakan pada tiga lokasi, yaitu (a) Desa Bukit Rawi, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Kapuas, untuk contoh penelitian dari kelompok masyarakat suku Dayak; (b) Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, untuk contoh penelitian dari kelompok masyarakat suku Jawa; dan (c) Desa Basarang Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, untuk contoh penelitian dari kelompok masyarakat suku Bali.

Contoh penelitian adalah rumah tangga petani yang mempunyai anak balita, berjumlah 103 rumah tangga yang terdiri dari 31 rumah tangga masyarakat Dayak, 35 rumah tangga masyarakat Jawa, dan 37 rumah tangga masyarakat Bali.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara yang dilakukan terhadap kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga. Data dan cara pengumpulannya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan cara pengumpulan data

No Data Pengumpulan Data Karakteristik keluarga: besar rumah tangga, jenis kelamin, umur, dan lama pendidikan.

2. Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga

3. Kebiasaan makan rumah tangga: pola konsumsi pangan , frekuensi makan, suplai dan penyediaan pangan, dan makanan pantangan atau tabu

4. Konsumsi pangan rumah tangga 5. Konsumsi pangan balita 6. Serat badan balita 7. Pola asuh makan

8. Sanitasi lingkungan

Wawancara langsung menggunakan kuisioner Wawancara langsung menggunakan kuisioner Wawancara langsung menggunakan kuisioner Food list recall Recall konsumsi 24jam Penimbangan langsung Wawancara langsung menggunakan kuisioner Wawancara langsung menggunakan kuisioner

Pengolahan data konsumsi pangan rumah tangga dan balita dilakukan dengan mengkonversikan pangan yang dikonsumsi ke dalam zat gizi (Hardinsyah, 1999), yaitu energi, protein, vitamin A, vitamin B" vitamin C, kalsium, tostor, dan besi dengan menggunakan DKBM (Depkes RI, 1995). Tingkat kecukupan gizi ditentukan dengan membandingkan konsumsi gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Muhilal et aI., 1998).

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga ditentukan berdasarkan tingkat kecukupan energi rumah tangga, rumah tangga dikategorikan tahan pangan jika tingkat kecukupan energi ~ 70%, dan dikategorikan tidak tahan pangan jika tingkat kecukupan energi < 70% (Eele, 1994; Haddad et al. 1994; Martianto, 1999).

Status gizi anak ditentukan dengan menggunakan z-skor bobot badan anak menurut umur (WHO, 1983; Gibson, 1990), dan membandingkan z-skor dengan standar baku NCHSIWHO dengan kategori > 2 SD status gizi lebih; - 2 SD:;;; Z­Score:;;; 2 SD status gizi baik; < - 2 SD status gizi kurang; dan < -3 SD status gizi buruk (WHO, 1995).

205

Forum Pascasarjana Vol. 26 No.3 Juli 2003: 203- 216 Ketahanan Pangan dan ~

Pola asuh makan dan sanitasi lingkungan diolah dengan memberikan skor terhadap jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan yang diajukan. Skor pola asuh makan berkisar antara 0 (terendah) dan 16 (tertinggi) , dan skor sanitasi lingkungan berkisar antara 8 (terendah) dan 24 (tertinggi) .

Kebiasaan makanan rumah tangga dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif; faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan diana lisis dengan menggunakan anal isis regresi logistik; hubungan antara status gizi balita dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (Agresti and Finlay, 1986; Afifi and Clark, 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik· Rumah Tangga

Tabel 2 menyajikan karakteristik rumah tangga yang diteliti. Ukuran rumah tangga masyarakat Dayak, Jawa , dan Bali tidak menunjukkan perbedaan, yaitu rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Umur kepala rumah tangga masyarakat Bali lebih rendah jika dibandingkan dengan masyarakat Dayak dan Jawa, sedangkan umur ibu rumah tangga memiliki rata-rata umur yang relatif sama.

Tabel2. Karakteristik rumah tangga

Rumah tang ga pokok tunggal , yart : pola konsumsi pa ga­

Pola konsurrs tangga, yang disaji 2 ­

Tabel 3. Modus fre _=

Jenis Pa ga-Ikan Ayam Daging Telur Tahu/tempe Sayur Buah

Keterangan : 0 = -­~1 = ,

2 = 3 = S ~ 4 = 2 -

Karakteristik Dayak jawa Bali 5 = Besar rumah tangga (orang) 4.4 4.5 4.5 Umur KRT (tahun) 35.32 35.31 31.65 Umur IRT (tahun) 29.00 29.11 28.95 Lama pendidikan KRT (tahun) 10.23 7.89 8.65 Lama pendidikan IRT (tahun) 10.00 8.20 5.92 Pendapatan rumah tangga (Rp) 794 824.19 758763 .80 464042 .78 Pengeiuaran rumah tangga (Rp) 627 109.84 662 797.80 396548.35

Keterangan: KRT = kepala rumah tangga !RT = ibu rumah tangga

Rata-rata lama pendidikan kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga masyarakat Dayak lebih tinggi daripada kepala rumah tangga masyarakat Bali dan Jawa.

Pendapat~m rumah tangga masyarakat Dayak lebih tinggi jika dibandingkan dengan masyarakat Jawa dan Bali , sedangkan pengeluaran rumah tangga lebih besar pada masyarakat Jawa jika dibandingkan dengan masyarakat Dayak dan Bali. Sumber pendapatan rumah tangga masyarakat Oayak sebag ian besar (95.3%) berasal dari usaha di bidang pertanian yang meliputi mencari rotan , menyadap karet, mencari ikan, mencari kayu, dan menanam tanaman sayur dan buah; pada rumah tangga masyarakat Jawa sekitar 60% didapatkan dari usaha sayur dan buah; pada masyarakat Bali 83.1 % didapatkan dari bidang pertanian dengan sumbangan terbesar didapat dari usaha sayur dan buah .

206

r -

Rumah ta g;E dibandingkan de ga­sering mengkons_r-:::: dengan masyara a : mempengaruhi E..­

walaupun secara s · : jumlah maupun " e - ~­

mengkonsumsi I 2 ­

kebiasaan masya a :: ikan .

Pangan ke :: - : sering dikonsumsi - = Oayak dan Bali . c

masyarakat Jawa ,a ;-usaha tani sa yura tersedia di sekitar ~­

spesifik lokal (indige- :: jenis panga , :

Dayak, Jawa, dan B2

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga (E. U. Antang et al.)

Kebiasaan Makan Rumah Tangga

Rumah tangga masyarakat Oayak dan Jawa mem ili ki po la konsumsi pangan pokok tunggal, yaitu beras , sedangkan rumah tangga rnasyarakat Bal i memiliki pola konsumsi pangan pokok campuran, yaitu beras - sing kong .

Pola konsumsi pangan lain digambarkan dari frekuensi makan rumah tangga, yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Modus frekuensi konsumsi lauk -pauk , sayuran, dan buah-buahan

Jenis Pangan Oayak Jawa Bali Ikan 5 3 4 Ayam 2 2 2 Oaging 2 1 0 Telur 3 4 3 Tahu/tempe 3 5 4 Sayur 4 5 4 Buah 1 2 3

Keterangan : 0 = tidak mengkonsumsi dalam 3 bulan terakhir 1 = konsumsi 1 -2 kali dalam 3 bulan 2 = 1 - 3 kali dalam sebulan 3 = sekali seminggu 4 = 2 - 5 kali seminggu 5 = 6 - 7 kali seminggu

Rumah tangga masyarakat Oayak lebih sering mengkonsumsi ikan jika dibandingkan dengan masyarakat Jawa dan Bali , sebaliknya masyarakat lebih sering mengkonsumsi tahu dan tempe sebagai lauk-pauk jika dibat1dingkan dengan masyarakat Oayak dan Bali. Hasii ini menunjukkan bahwa faktor budaya mempengaruhi ru mah tangga dalam menentukan pangan yang dikonsumsi, walaupun secara ekologis ikan tersedia da lam jumlah yang relatif banyak baik jumlah maupun jenisnya. Sumarno et al. (1997) menyatakan bahwa frekuens i mengkonsumsi ikan segar yang lebih tinggi di luar Jawa diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat yang hidup dekat dengan aliran sungai sebagai habitat ikan .

Pangan ke lompok sayur-sayuran , terutama sayuran berdaun hijau lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat Jawa j ika diband ingkan dengan masyarakat Oayak dan Bal i. Hal in i berkaitan dengan ketersediaan pangan sayuran pada masyarakat Jawa yang !ebih besar karena sebagian besar usaha pertanian adalah usaha tani sayuran ; masyarakat Oayak lebih sering memanfaatkan sayuran yang tersedia di sekitar rumah atau di sekitar lahan usaha yang merupakan pangan spesifik lokal (indigenous food) .

Jenis pangan pokok, ikan sayur, dan buah yang dikonsumsi masyarakat Oayak, Jawa, dan Bali disajikan pada Tabel 4.

207

Forum Pascasarjana Vol. 26 No. 3 Juli 2003.' 203- 216 Kelahanan Pangan da n e:

Tabel4 . Jenis pangan pokok, ikan, sayur, dan buah yang dikonsumsi masyarakat dikategorikan cukup ~~

Dayak, Jawa, dan Bali 1998). Tabel 6 memp€

Kelompok pangan Jenis Pangan Dayak Jawa Bali

Pangan pokok Beras Beras 8eras-sil\9kong Ikan Puhing' , saluang', panlik' ,

lapah', patin', sepal' , gabus', belok',biawan', lais ', baung', kembung , ikan mas, cumi, lele, udang

Kembung, udang, sepal', gabus ', ikan mas, tongkol, palin', belok', saluang ', biawan', Ie Ie

Sepal', lele, belok', gabus', layang, kembung, mujair.

Sayur Lampinak', kalakai', pakis', umbul rolan' , umbut sawif', umbul kelapa', bakung', lerung asam', jamur' , keladi, daun singkong, bayam, pare, daun pare', bayam, kangkung , daun pepaya, kacang panjang, terung, timun, rebung, labu, nangka muda, oyong, terung, sayur manis

Keladi, daun sing kong, bayam, kangkung , sayur manis, kacang panjang, daun melinjo, labu, kot. pare, terung, buncis, jagung muda, wortel, kentang, kol, daun pepaya, .tomat, rebung, timun, nangka muda , oyong, kalakai'

Keladi, daun singkong, bayam, kacang panjang, jagung muda, nangka muda, rebung, terung , daun pepaya, sayur manis, buncis, oyong, kalakai', labu, kangkung , keladi, katuk, ken tang , wortel, kol.

Buah Nenas, pepaya, pisang Nenas, pepaya , pisang , semangka

Pisang, nenas, salak, pepaya.

jenis zat gizi denga kecukupan energ i. R _ zat gizi yang dikatego aI

Tabel 6. Rata-rata ti ::

ZatGizi

Energi Protein Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Kalsium Posfor Besi r ~

Keterangan aOhuruf yc.- ; nyata pam: -' . .

Keterangan 'pangan speslflk lokal (mdlgenous food) Tingkat kecu PE­

Rumah tangga masyarakat Dayak, Jawa, dan Bali masih memiiiki beberapa jika dibandingkan de ~ a­jenis makan yang dipantang berkaitan dengan siklus kehidupannya Tabel 5. pangan pokok camp c:­

terhadap konsumsi e~=~ Tabel 5. Jenis dan alasan pangan pantangan pada masyarakat Dayak, rumah tangga masyar2 ::

Jawa, dan Bali sayuran yang lebih se- ­Tahu dan tempe ber a G

Jenis Jenis pangan sumber zat gizi kal s- ---Kelompok yang berpantang Alasanmaslarakat pantangan

Jumlah rumah tangga yang berpantang makanan relatif sedikit, tetapi jenis pangan yang dipantang merupakan sumber pangan yang kaya akan zat gizi , dan kelompok berpantang adalah ibu hamil dan menyusui yang termasuk kelompok rawan gizi dan memerlukan zat gizi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok lainnya. Jumlah rumah tangga masyarakat Dayak yang berpantang makan (25.81 %) lebih banyak jika dibandingkan dengan rumah tangga masyarakat Bali (8.11%) dan Jawa (5.71%).

Tingkat Kecukupan Konsumsi Pangan Rumah Tangga

Rata-rata tingkat kecukupan konsumsi pangan rumah tangga dikonversikan ke dalam tingkat kecukupan 8 jenis zat gizi, yaitu energi, protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor, dan besi. Tingkat kecukupan gizi sama ~ 80%

208

Dayak Ikan tanpa sisik Ibu hamil dan se!eiah melahir1<an Dapat menyebabkan pendarahan pada saat ehamil dan seteiah melahirkan Bali Nenas Ibu hamil Dapa! menyebabkan keguguran dan

perdarahan pada saat hamil dan melahir1<an Masyarakat 82 Daun labu Ibu hamil Suli! saat melahir1<an (81.1%)jika diband - ; :: '

Jawa Nenas dan tebu Ibu hamil Dapat menyebabkan keguguran dan rumah tangga mas e ra· : perdarahan pada saat hamil dan melahirkan

Ikan Ibu menlusui Men~ebabkan ASI berbau amis yang lebih banyak pa:a

:

campuran beras - s' ;. tangga. Satari et at. ( . £; : alternatif makanan po ~ makanan pokok as1i .':: sing kong dapat ditanar dan sebaliknya biaya e e dapat dibudidayakan 0 r dapat dimanfaatkan un .•

Hasil anal isis mempengaruhi tingka: tangga, pendapatan

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga (E.u. Antang el al.)

dikategorikan cukup, sedangkan < 80% dikategorikan kurang (Muhilal et al., 1998).

Tabel 6 memperlihatkan bahwa rumah tangga masyarakat Jawa memiliki 7 jenis zat gizi dengan tingkat kecukupan berkategori cukup, kecuali rata-rata tingkat kecukupan energi. Rumah tangga masyarakat Dayak dan Bali memiliki tiga jenis zat gizi yang dikategorikan kurang, yaitu vitamin A, kalsium , dan zat besi.

Tabel 6. Rata-rata tingkat kecukupan gizi rumah tangga

Oayak Jawa BaliZatGizi

%±SO %± SO %+SO Energi 88.23 ± 36.15 Protein 123.59 ± 61.19 Vitamin A 44.97 ± 27.19' Vitamin B1 86.15 ± 39.99 Vitamin C 194 .05 ± 124.54' Katsium 36.44 ± 17.68'" Pasfor 20240 ± 93.52 Besi 47.30 ± 19.38'

76.09 ± 34.61 93.83 ± 33.55 140.21 ± 66.34 126.44 ± 52.57 96.48 ± 85.35'" 54.91 ± 329Qb 8650 ± 48.38 84.68 ±41.15

192.34 ± 162.49' 315.00 ± 179.07'" 84.52 ± 64 .62' 69.06 ± 29.05'

21932 ± 106.47 212.40 ± 87.18 91.43 ±493000 61.47 ±34.1Qb

Keterangan :aohuruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pad a taraf p<0.05

Tingkat kecukupan energi rumah tangga masyarakat Bali yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Dayak dan Jawa dapat diterangkan dari pola konsumsi pangan pokok campuran beras-singkong yang memberikan kontribusi relatif besar terhadap konsumsi energi. Terpenuhinya kecukupan zat gizi selain energi pada rumah tangga masyarakat Jawa dapat diterangkan dari konsumsi tahu, tempe, dan sayuran yang lebih sering jika dibandingkan dengan masyarakat Jawa dan Bali . Tahu dan tempe berbahan dasar kedelai serta sayuran berwarna hijau merupakan sumber zat gizi kalsium, vitamin C, dan besi yang baik (Suhardjo et aI., 1986).

Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Masyarakat Bali memiliki jumlah rumah tangga tahan pangan paling banyak (81.1 %) jika dibandingkan dengan rumah tangga masyarakat Dayak (64.5%) dan rumah tangga masyarakat Jawa (48.6%). Jumlah rumah tangga tahan pangan yang lebih banyak pada masyarakat Bali dapat disebabkan oleh pangan pokok campuran beras - sing kong yang membantu meningkatkan suplai energi rumah tangga. Satari et a/. (1998) menyatakan bahwa singkong dapat digunakan sebagai alternatif makanan pokok dengan beberapa alasan, yaitu sing kong pernah menjadi makanan pokok asli yang masih dapat ditingkatkan produksinya mengingat sing kong dapat ditanam di lahan marjinal, produktivitasnya per satuan lahan tinggi dan sebaliknya biaya relatif rendah, dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain, dapat dibudidayakan oleh petani tidak terampil, relatif tahan hama penyakit, dan dapat dimanfaatkan untuk bahan pangan dan industri.

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga adalah ukuran rumah tangga, pendapatan rumah tangga, dan suku Bali Tabel 7.

209

Forum Pascasarjana Vol. 26 NO.3 Juli 2003: 203- 216 Ketahanan Pangan da p.: ~

Tabel 7. Analisis regresi logistik faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan

Klasifikasi s ~ a . _ "S"

Peubah Bebas Exp . ~ 8ig. Konstanta - 0.325 0.722 0.840 Ukuran rumah tangga (Xl ) - 0.639 0.528 0.003 Pendidikan ibu (X2) 0.047 1.048 0.582 Pendapatan rumah tangga (X3) 0.005 1.005 0.000 0 1 (Jawa=1; lainnya=O) - 0.764 0.466 0.249 O2 (Bali=1; lainnya=O)

RZ = 0.495 2.939 18.899 0.002

Persamaan regresi logistik dapat ditulis sebagai berikut:

IOg(~) = -0.325 - 0.639X 1 + 0.047X 2+ 0.005X 3-0.7640 1+ 2.9390 2 1 - IT

Ukuran rumah tangga berpengaruh negatif, artinya semakin besar ukuran rumah tangga, semakin tidak tahan pangan. Ukuran rumah tangga akan semakin besar pengaruhnya pada rumah tangga dengan konsums i pangan bergantung pad a ketersediaan pangan dari luar rumah tangga karena untuk memenuhi kebutuhan pangan sang at bergantung pada daya beli rumah tangga. Kesimpulan dari beberapa hasi! penelitian yang disampaikan Haddad et al. (1994) menyebutkan bahwa ukuran rumah tangga merupakan prediktor yang baik bag i kecukupan energi rumah tangga, dan Rose (1999) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa ukuran rumah tangga berpengaruh terhadap tingginya tingkat ketidaktahanan pangan rumah tangga, rumah tangga yang !ebib besar memerlukan pengeluaran yang lebih besar pula untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga akan pangan .

Kemampuan rumah tangga untuk mendapatkan pangan merupakan faktor yang penting dan paling kritis dalam menentukan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Rumah tangga contoh yang mendapatkan pangan tidak dari produksi sendiri menyebabkan kemampuan untuk mendapatkan pangannya sangat bergantung pada daya beli rumah tangga , daya bel i selain dipengaruhi oleh harga dipengaruhi pula oleh pendapatan rumah tangga. Pengaruh pendapatan negatif terhadap ketahanan pangan, yang artinya semakin besar pendapatan rumah tangga akan semakin tahan pangan. Foster (1992). Braun et al. (1992), dan Maxwell (1996) menyatakan pula bahwa akar permasalahan dari keadaan ketidaktahanan pangan rumah tangga pada negara-negara sedang berkembang adalah ketidakmampuan penduduk untuk meningkatkan akses terhadap pangan yang berkaitan dengan kemiskinan. 8elanjutnya. Braun et al., (1992). Kennedy dan Haddad (1992), Lorenza dan Sanjur (1999), Rose (1999), dan Smith et al. (2000) menyatakan bahwa akses terhadap pangan pada rumahtangga yang mendapatkan ketersediaan pangannya dari membeli tergambar dari daya beli rumah tangga dan pendapatan rumah tangga merupakan salah satu proxy untuk daya bel! rumah tangga.

210

(74.7%) tergolong r: buruk; 1 orang (O. ~F: pada rumah tangga : :: gizi kurang dan b ~.

regresi linear berga "';: dengan status gizi {p < ~

Hubungan ya : : tangga , status gizl ba '""=

status gizi dapat dij a tangga. Braun et af ' bahwa status gizi a ~

Tabel 8. Analisis reg res. gizi bal ita (Z-s-

Peubah Be_=::: Konstanta Kecukupan energi ca : Kecukupan protei ~

Tingkat ketahana a ­Umur balita (X;) San itasi lingkungar I;.

Pola asuh makan Xo Pendidikan ibu (X, Pengeluaran panga­01(1=Jawa; O=iai- . :: D2(1=Baii; O=la; G

R2= 0. 524 F = 10 116

P,8Tsamaan model a -:;, -= Y = -4.963 + 0 2~':::' .

+ 0.021 X7 + - :' Faktor lain ya- _ :

kecukupan energ i, - _­hubungan yang p .s _: meningkatnya konsu- : energi yang melebi' _ lemak yang pada akr -- .

Umur balita e ­balita, artinya sem ak-- : anak. Umur balita a::: tangga, semakin tua ­!ebih rendah (Haddaa ": terhadap status gizi j ­

mobilitas yang tingg' mengkonsumsi pa. 9a­

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga (E.v. Antang et al.)

Status Gizi Balita

Klasifikasi status gizi anak balita menunjukkan bahwa sebagian besar (74.7%) tergolong ke dalam kategori baik; 19.2% kategori kurang ; 4.8% kategori buruk; 1 orang (0.9%) kategori lebih. Proporsi balita berstatus gizi baik terdapat pada rumah tangga Dayak (90.3%), sedangkan proporsi terbesar balita dengan gizi kurang dan buruk terdapat pada rumah tangga Jawa (31 .6%) . Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa status gizi berhubungan nyata dengan status gizi (p < 0.05) (Tabel 8) .

Hubungan yang positif menunjukkan bahwa semakin tahan pangan rumah tangga, status gizi balita akan semakin baik pula sehingga dapat dikatakan bahwa status giz; dapat dijadikan indikator dalam menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Braun et al. (1992) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) menyatakan bahwa status gizi balita dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan.

Tabei 8. Analisis regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita (Z-skor BB/U)

Peubah Bebas ~ T Sig. Konstanta -4.963 -4.662 0.000 Kecukupan energi balita (X, ) 0.222 2.134 0.036 Kecukupan protein balita (X2) 0.045 0.557 0.579 Tingkat ketahanan pangan (X3 ) 0.406 4.923 0.000 Umur balita (X4 ) -0.229 -2. 530 0.013 Sanitasi iingkungan (Xs) I] 197 1.818 0.072 Pola asuh makan (X6) 0.183 2.141 0. 035 Pendidikan ibu (X7 ) 0. 021 0.242 0. 809 Pengeluaran pangan (Xa) 0.050 0.593 .5,54 D1( 1=Jawa; O=lainnya) 0.000 0.002 0. 998 ~1=Baii ; O=lainnya) 0.173 1.443 0.152

R2= 0.524 F= 10 116

Persamaan model analisis regresi berganda dapat dituliskan sebagai berikut: Y = -4.963 + 0. 222 X, + 0.045 X2 + 0.406 X3 - 0. 229 X4+ 0.197 Xs+ 0.183 X6

+ 0.021 X7 + 0.050 X8 + 0.173 D2 Faktor lain yang berhu bungan nyata dengan status gizi balita adalah tingkat

kecukupan energi, umur, dan pola asuh . Tingkat kecukupan energi menunjukkan il ubungan yang positif dengan status gizi balita, artinya dengan semakin meningkatnya konsumsi energi, akan meningkatkan status gizi balita Konsumsi energi yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot badan (Linder, 1992).

Umur balita mempunyai hubungan nyata yang negatif dengan status gizi balita, artinya semakin bertambah umur anak mempengaruhi rendahnya status gizi anak. Umur balita dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan rumah tangga, semakin tua umur balita akan menyebabkan kemungkinan status gizi yang leb ih rendah (Haddad et aI., 1994; Alderman and Garcia, 1994). Pengaruh umur terhadap status gizi ini disebabkan karena (a) anak yang lebih tua mempunyai mobilitas yang tinggi, (b) proses penyapihan , yang disertai dengan (c) mulai mengkonsumsi pangan orang dewasa menyebabkan anak rawan terhadap

211

Forum Pascasarjana Vol. 26 NO. 3 Juli 2003: 203- 216

kekurangan gizi, dan (d) lebih banyak terpapar dengan kontaminasi lingkungan jika dibandingkan dengan anak yang lebih muda sehingga akan menyebabkan mudah terinfeksi penyakit (Garret and Ruel, 1999).

Pola asuh makan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi . Hubungan nyata positif antara pola asuh makan dan status gizi balita menunjukkan bahwa peningkatan pola asuh makan menyebabkan peningkatan status gizi balita. Pola asuh makan terkait dengan cara pemberian makan pada anak untuk mencukupi kebutuhan anak (Karyadi, 1985) sehingga dengan semakin baik pola pemberian makan kepada anak diharapkan dapat memberikan pemenuhan gizi yang diperlukan anak.

Faktor sanitasi lingkungan berhubungan tidak nyata dengan status gizi balita, tetapi adanya hubungan yang positif mengindikasikan bahwa peningkatan kualitas sanitasi lingkungan dapat meningkatkan status gizi anak balita. Keadaan sanitasi lingkung an yang kurang baik meyebabkan ailak lebih mudah terpapar dengan penyakit infeksi, yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya status gizi anak balita.

Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh positif yang tidak nyata terhadap status gizi anak, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu , status gizi anak akan semakin baik. Garret and Ruel (1999) menyatakan bahwa pendidikan yang dicapai ibu dapat digunakan sebagai proxy dari pola asuh, sedangkan Alderman and Garcia (1994) menyatakan bahwa pendidikan mempengaruhi status gizi anak melalui pengaruhnya terhadap input kesehatan dan gizi, yaitu tempat melahirkan, vaksinasi, dan pemberian ASI serta kemungkinan terkena infeksi.

Faktar perbedaan suku ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status gizi anak balita. Rose (1999) menyatakan bahwa suku mem­pengaruhi ketahanan pangan akhirnya mempengaruhi ketahanan gizi melalui diet konsumsi pangan, dimana suku yang berbeda memiiiki kebiasaan makan yang berbeda

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(1) Rumah tangga masyarakat Oayak dan Jawa memiliki pola konsumsi pangan pokok tunggal, yaitu beras; berbeda dengan rumah tangga masyarakat 8all yang memiliki pola pangan pokok kombinasi, yaitu beras - singkong.

(2) Perbedaan terjadi pula pada pola konsumsi pangan lainnya, yaitu lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan ; rumah tangga masyarakat Oayak leblh sering mengkonsumsi iauk-pauk berasai dari pangan hewani, yaitu ikan; rumah tangga masyarakat Jawa lebih sering mengkonsumsi Jauk-pauk berasal dari pangan nabati berupa tahu dan tempe; rumah tangga masyarakat Bali mengkonsumsi lauk-pauk dari pangan hewani dan nabati dengan frekuensi yang sama. Sayuran lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat Jawa, sedangkan rumah tangga masyarakat Oayak dan Bali memiliki frekuensi konsumsi sayuran yang sama. Buah-buahan lebih sering dikansumsi oleh rumah tangga masyarakat Bali, diikuti oleh rumah tangga masyarakat Dayak dan Jawa.

(3) Jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga masyarakat Dayak lebih banyak jika dibandingkan dengan rumah tangga masyarakat Jawa dan Bali, terutama untuk jenis pangan lakal (indigenous food) .

212

Ketahanan Pangan dan

(4) Rumah tangga - ;:j

besar jika diba-: ­kategori cuk up :~:

(5) Selain energl, gizi lain yang e: ­Dayak dan Bali = zat gizi baik r:_ vitamin C, Kals,, ­Bali memiliki k&.LJ" vitamin C, da f: _'

(6) Masyarakat Ba banyak jika diba "'_ rumahtangga rHS

konsumsi panga- ~

Dayak dan Ja'.'.'a (7) Faktor-faktor ya"';

rumah tangga aea suku Bali. Uku'a­rumahtangga _ pengaruh neg a: : anggota rum a . __ masyarakat Sa a"

(8) Status gizi bal i a -_. dengan balita pa _E:

(9) Status giz; bal":a ­ketahanan par _= ­berpengaruh s ;~":

pengaruh POS T' pengaruh nega'

(1) Akses pangan -_­pangan di pasa- ::: meningkatkan 5::­peningkatan pe :::: dan sesuai deng:: - :

(2) Besar rumah ta g;'i: ketahanan panga ­iebih besar merr : ... pangan pangan pelaksanaan prog c.'

(3) Status gizi balita ­dengan faktor-fa .: lingkungan. Fa._ langsung berkaita ­karenanya perlu _ pendidikan dan pe- ;

Ketahaflan PBngan dan KebiasBBn MBkan Rumah Tangga (E.u. Antang el al.)

(4) Rumah tangga masyarakat Bali memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat Oayak yang tergolong ke dalam kategori cukup, dan masyarakat Bali yang tergolong ke dalam kategori kurang .

(5) Selain energi , rumah tangga masyarakat Jawa mememiliki tingkat kecukupan gizi lain yang lebih baik jika dibandingkan dengan rumah tangga masyarakat Oayak dan Bali. Rumah tangga masyarakat Jawa memiliki tingkat kecukupan zat gizi baik untuk semua zat gizi berikut: protein , vitamin A, vitamin B" vitamin C, Kalsium, fosfor, dan besi; rumah tangga masyarakat Oayak dan Bali memiliki kecukupan zat gizi baik hanya untuk zat gizi protein , vitamin B, vitamin C, dan fosfor.

(6) Masyarakat Bali memiliki jumlah rumah tangga tahan pangan yang lebih ban yak jika dibandingkan dengan masyarakat Oayak dan Jawa. Sebaliknya, rumahtangga masyarakat Bali memiliki rumah tangga dengan kualitas konsumsi pangan rendah jika dibandingkan dengan rumah tangga masyarakat Oayak dan Jawa .

(7) Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan pada tingkat ketahanan pangan rumah tangga adalah ukuran rumah tangga, pendapatan rumah tangga , dan suku Bali. Ukuran rumah tangga menunjukkan pengaruh negatif, pendapatan rumahtangga menunjukkan pengaruh positif, dan suku Bali menunjukkan pengaruh negatif sehingga dengan semakin bertambah banyak jumlah anggota rumah tangga dengan pendapatan yang rendah dan berasal dari masyarakat Bali akan semakin tidak tahan pangan .

(8) Status gizi balita rumah tangga masyarakat Oayak lebih baik jika dibandingkan dengan balita pada rumah tangga masyarakat Bali dan Jawa.

(9) Status gizi balita mempunyai hubungan yang nyata positif dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga; di samping faktor-faktor lain yang berpengaruh signifikan, yaitu persen kecukupan konsumsi energi dengan pengaruh positif, umur balita dan pola asuh makan yang memberikan pengaruh negatif.

Saran

(1) Akses pangan rumah tangga yang sangat bergantung pada ketersediaan pangan di pasar dan daya beli rumah tangga perlu menjadi prioritas dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Oleh karenanya , perlu upaya peningkatan pendapatan rumah tangga dengan pol a pertanian yang Intensif dan sesuai dengan aspek ekologi, sosial, dan budaya masyarakat.

(2) Besar rumah tangga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga, rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih besar mempunyai peluang yang lebih besar pula menjadi tidak tahan pangan pangan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu kiranya peningkatan pelaksanaan program pengendalian kelahiran .

(3) Status gizi balita tidak hanya berkaitan dengan intake pangan , tapi juga dengan faktor-faktor lain, yaitu pola asuh makan, umur, dan sanitasi lingkungan. Faktor-faktor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kualitas sumberdaya ibu rumah tangga. Oleh karenanya periu upaya peningkatan kualitas sumberdaya ibu terutama pendid ikan dan pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan .

213

:

Forum Pdscasarjana Vol. 26 NO.3 Juli 2003: 203- 216

DAFTAR PUST AKA

Afifi , A.A, and Clark, V. 1996. Computer-Aided Multivariate Analysis . Ed ke-3 . New York : Chapman & Hall.

Agresti , A. and Finlay, B. 1986. Statistical Methods for the Social Sciences. San Francisco: Delien Publishing Company.

Alderman, H. and Garcia, M. 1994. Food Security and Health Security: Explaining the Levels of Nutritional Status in Pakistan. Economic Development and Cultural Change. 42 (3).

[BPS] Biro Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2000. Neraca Bahan Makanan (NBM) Kalimantan Tengah. Palangkaraya: BPS Kalimantan Tengah .

Braun, JV von, Bouis, H. Kumar, S., and Pandya-Lorch, R. 1992. Improving Food Security of The Poor: Concept, Policy, and Programs. Washington, D.C: IFPRI.

[Depkes RI) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Daftar Komposisi Bahan Makanan Edisi 1995. Jakarta.

Eele, G. 1994. Indicators for food security and nutrition monitoring : A review of experience from Southern Africa . Food Policy 19 (3) : 314-328 .

Fieldhouse, P. 1995. Food and Nutrition: Customs and Culture. Second Edition. London: Chapman & Hall.

Foster, P. 1992. The World Food Problem : Tackling the Causes of Undernutrition in the Third World. London: Ladamantine Press Limited.

Garret, J.L. and Ruel, MT 1999. Are determinant of rural and urban food security and nutritional security different T "some insight from Mozambique. World Development 27 (11) : 1955-1975.

Gibson, R.S. 1990. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press.

Gittelsohn, J., Mookkherji, S. and Pelto, G. 1998. Operationalizing Household Food Security in Rural Nepal. Food and Nutrition Bulletin 19 (3).

Haddad, L., Kennedy, E., and Sullivan, J. 1994. Choice of indicators for food security and nutrition monitoring . Food Policy 19 (3):329-343.

Hartog, A.P. den , Staveren, W.A. van , and Brouwer, I.D. 1995. Manual for Social Surveys on Food Habits and Consumption in Developing Countries. Germany: Margraf Ferlag .

214

Ketahanan Pangan dan '( ::0 '-':;:

Hardinsyah. 1999 Peningkatan Masyarakat B

Kantor Menteri Nega "a Tahun 1996 ",_ 0:

Karyadi, L. D. 1985 D~

balita [tesisj ~ ;:

Kennedy, E. and Hac ­lessons leamed a:

Linder, M.C. 1992 Universitas Indo _

Lorenza, P. and Sa . _­Validly Es Irr =-: household American c:: -

Martianto, D. 1999 ' : and nutrition ?-':"

Indonesia [dise-a the Graduate S:-:

Maxwell, D.G. 1996 "coping strateg es

Muhilal , Jalal , F , da r - E..

Widyakarya "" ~ _

Rose, D. 1999. EG: ­Insecurity in --~ American Soc ~ .• -

Satari, G , Moel ia, B : -: Pangan. Pe e'- °

saran: krisis rr. ~ - <:

kinerja gerakan -:.

Smith, L.C., EI-Obeid, .:.. . of Food Insec -:-! (2000) : 199-215

Suhardjo, Harper, L Pertanian. Jaka-:c:

Sumarno, I. , Latinul u, ::::; tangga IndoneSia

Ketahanan Pangan dan Kebiasaan Makan Rumah Tangga (E.U Antang et al.)

Hardinsyah. 1999. Mutu gizi dan konsumsi pangan Makalah Pelatihan Peningkatan Kemampuan Penelitian Bidang Kesehatan dan Giz; Masyarakat. Bogor, 1-11 Maret 1999.

Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. 1996. Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Jakarta : Kantor Menteri Urusan Pangan .

Karyadi, L. D. 1985. Pengaruh pola asuh makan terhadap kesulitan makan anak balita [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pasca Sarjana.

Kennedy, E. and Haddad, L. 1992. Food security and nutrition, 1971 - 91 lessons learned and future priorities. Food Policy 17 (1): 2-6.

Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Lorenza, P and Sanjur, D. 1999. Abbreviated Measures of Food Sufficiency Validly Estimate the Food Security Level of Poor Households: measuring household food cecurity. Community and International Nutrition, American Society for Nutritional Sciences.

Martianto, D. 1999. Magnitude, determinants, and indicators of household food and nutrition security in Rural West Java and East Nusa Tenggara , Indonesia [disertasiJ . Los Banos: University of Philippines, The Facu lty of the Graduate School.

Maxwell , D.G. 1996. Measuring food insecurity the frequency and severity of "coping strategies" Food Policy 21 (3) : 291-303.

Muhilal, Jalal, F., dan Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan gizi yang Dianjurkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta : L1PI.

Rose, D. 1999. Economic Determinants and Dietary Consequences of Food Insecurity in The United States. Commun ity and International Nutrition, American Society for Nutritional Sciences.

Satari, G , Moelia, B, and Zakaria , F. 1998. Terobosan Meningkatkan Ketahanan Pangan . Pertemuan Tim Ahli Bimas. Pokok-pokok Pikiran dan Saran­saran: krisis moneter dan krisis ekonomi sebagai pe luang meningkatkan kinerja gerakan intensifikasi komoditas strategi. Jakarta.

Smith , L.C ., EI-Obeid, A.E ., and Jensen, H.H. 2000. The Geography and Causes of Food Insecurity in Developing Countries. AgriculturalEconomics 22 (2000): 199-215.

Suhardjo, Harper, L.J ., Deaton, B.J., and Driskel , JA 1986 Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta: UI-Press.

Sumarno, I., Latinulu, S., dan Saraswati, E. 1997. Pola konsumsi makanan rumah tangga Indonesia. Gizi Indonesia 22:39-61 .

215

Forum Pascasarjana Vol. 26 NO.3 Juli 2003: 203- 216

Susanto, D. 1996. Aspek Pengetahuan dan Sosio Budaya dalam Rangka Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan Rumah tangga. Departemen Pertanian RI - UNICEF.

[WHO] World Health Organization. 1983. Measuring Change in Nutritional Status: Guidelines for Assessing the Nutritional Impact of Supplementary Feeding Programmes for Vulnerable Group. Geneva WHO.

[WHO] World Health Organization. 1995. Physical Status: The Use and Interpretation of Anthopometry. Report of a WHO Expert Committee. WHO Technial Report Series 854. Geneva: WHO.

216

Aplikasi Pupuk Daun Olgar ..

APLIKASI PUPUK DA PADA TAN

(The Application Of Gree

Janita Tuma

The researc experimental station 'c c of the research was .: wet cow dung with ' 2 ­

research used a spli -sc to the soil (100 kg ee higher than no ferta ;5 '

production, and lea f :-5 ­

total production 14.4 .. :: compared to no en >- ­

application to soil, ­weight and harvested; dry weight and N,P, ,r:

Key words:Leaf fe rtilizG­

and absorb: ~ -

Perkemba ga~ . limbah, terutama Ii :~­iimbah tidak dii ' 9 :.=­sehingga menimb . - ~

feses sapi perah ya _ . ;: beracun. Unsur pencemar lingkung hidung dan menyeba c ~ -

Di sisi lain. s_ iingkungan berkemba-; dititikberatkan pada ~ .

peng urangan keterga - :­inorganik dan pestisi sehingga harga pup konsep efisiensi pem yang rasional dalam subsidi pupuk dan keles: usaha efisiensi pe

1) 8agian dari tesis penulis pe;; 2) Berturut-turut adalah Ke Wi, :