ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/ketahananpangancoping_rnn.pdf · t....

15
T ahun xxv No . 1 Jutj 2001 ISSN 0216 - 9363 media GIZI & KELUARGA JURUSAN GIZI MASYARA KAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKUL TAS PERTANIAN INSTITUT PERTANiAN BOGeR

Transcript of ikk.fema.ipb.ac.idikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/ketahananpangancoping_rnn.pdf · t....

T ahun xxv No 1 Jutj 2001

ISSN 0216 - 9363

media GIZI amp KELUARGA

JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKUL TAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANiAN BOGeR

ISSN 02 1 - 916)Media Gizi amp Keluarga Ttrakreditasi SK No 531DIKTI Kep1999

Pemiropin Umuml Penanggung IClwab

Ketua Redaksi

Anggota Redaksi

Setting

Penerbitan

Langganan

Alamat Redaksi

Ketua Jurusan G M S K Fakultas Pertanian - IPB

Om Emma S Wirakusumah MSc

Drlr Ali Khomsan MS DrIr Ujang Sumarwan MSc Drlr Hardinsyah MS If Diah K Pranadji MS Ir Hadi Riyadi MS Ir Dodik Bfiawan MeN lr Sri Rihati Kusno

bull Maman Hermansyah

bull dua kaJi setahun Uuli amp Desember)

bull Rp 20 000- per tahun Rek Tapius No 061000112587931 Bank BNJ Darmaga-Bogor

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (OMSK) Fakultas Penanian - IPB Kampus Darmaga- Bogor Telp (0251 ) 621258 Fax (0251) 622276 E-rnail gmsk-iphaJ indo ~

panga horm~

kalsffi Hal rr

coo =

~_o

Se s stu _

wa ~

Media Giz amp Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan OMSK Fakultas Pertanian IPS yang tclah terakreditasi oleh Ditjen Dikti Redaksi menerirna sumbangan naskah ilrniah di bidang pangan gizi keluarga dan konsumen Pedoman penulisan dapat dilihat pada halaman sampul belakang bagian dalan Artikel Mtdia Gizi amp Keluarga dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya

tttPUmr ---~ FAPERTi- ItJB-

KATAPENGANTAR

Media om dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang

pangan gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause Perubahan

honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI$g wanita memerlukan konsumsi

kalsium lebih banyak Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi Hal ini dibahas secara tuntas dalam artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini

Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan

cookie Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas untuk itu talas

berpotensi sebagai substitusi tepung terigu

Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani dalam

studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi

Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya

wawasan pembaca Terima Kasih

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) 85 - 95

KETAHANAN PANGAN DAN COPING MECHANlSM PESERTA PROGRAM PEMBERDA Y AAN KELUARGA DI DESA CIKAROYA DAN CIW ALEN KECAMATAN

W ARUNG KONDANG CIANJUR JA WA BARA T

Consumption and Food Security of Targetted Households ofEmpowennent Family Programe in Cikaroya and Ciwalen Village Warung Kondang Sub-District Cianjur West Java)

Thomas Pahlevi Harefa I Clara M Kusharto2 Retnaningsih2

ABSTRACT This research aimed to identify consumption and food security al household level before and after intervention to empower family in Cikaroya and Ciwalen Village Subshydistrict Warung Kondang Cian)ur West Java from July unlil December 2000 Experimental Before-After Design was used in this study Respondents covered 32 households which consist of poor families (pra KS family and KS family) The result of this research showed that the average ofhousehold size is 6 and the average of household head age is 374 years old and housewife is 302 years old with educational achievement 8J3 household heads and 876 housewives were graduatedfrom elementary school About 50 household heads have a main job as laborers The average household s income is Rp 662975Jcaplmo and 625 respondents are classified under poverty line with spending money for food as about 73 J and for non food 269 Energy and protein intake hefore and after intervention is increased from 609 to 7J and 905 to J06 7 respectively For rate ofFood Security hefore intervention all families (100) are classified as not resistanl (SKP lt 6) but after intervention there are four families (124) improved to resistant rate (SKP 6) However statistical analysis by I-test showed there is no Significant difference therefore its necessary 10

prolong the intervention The results of observation about coping mechanism were about 698 households prefered the way of purchasing foods with instalment credit in groceries some households borrowed money from their neighbors or close families or by working as tenants constmction laborers and drivers or change their animals to a needy foods or goes 10

a pawn shop

PENDABULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan keburuban dasar bagi kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan unsur penting dalarn peningkatan kualitas sumberdaya manusia Mengacu pada hal tersebut maka sasaran pembangunan pangao pada Pembangunan Jangka Panjang (pJP) II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional regional dan rumabtangga (GBHN 1999)

AJumnus Jurusan GMSK Faperta IPB 1 Star Pengajar Jurusan GMSK Faperta IPB

Indonesia te1ah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 namun pad a saat terjadinya kemarau panjang dan krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 menyebabkan banyak daerah mengalami [awan pangan Hal ini berimplikasi pada munculnya kejadian gizi lcurang pada anak balita yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin dimana data terakhir pada Agustus 1999 terdapat 375 juta orang penduduk miskin di Indonesia sedangkan untuk Propinsi Jawa Barat adalab 68 juta orang (Irawan dan Romdiati 2000) Propinsi Jawa Bara cenderung mempunyai nilai rata-rata konsumsi energi dan ptotein cukup rendah dari tahun J995 dan cenderung semakin memburuk dari tahun 1996 sampai tabun 1998 dengan rata-rata

8S

Meltlia Gizi amp Keluarga Juli 200 1 XXV (1) 85 - 95

konsumsi energi 1794 Kka1lkapitafhari dan ratashyrata konsumsi protein sebesar 44 gramlkapitalbari (Latief Atmarita Minano Basuni dan Tilden 2000)

Berdasarkan hasil analisis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat diperoleb bahwa dari 20 kabupaten terdapat 13 kabupaten (65) yang termasuk sang at tahan satu kabupaten (5) tennasuk tahan dan enam kabupaten (30) yang termasuk kurang taban Khusus Kabupaten Cianjur yang letaknya ditengah Propinsi lawa Barat terrnasuk dalam kategori san gat taban (Kbornsan 1999) Sekalipun demikian walaupun ketahanan pangan tinglcat regional nampak tidak menjadi rnasalah tetapi ditingkat rumahtangga ketidak-tabanan pangan masih sering ditemui seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan akses terhadap pangan (Soetrisno 1995)

Pemberdayaan atau empowerment adalah setiap upaya membuat individu atau sekelompok masyarakat menjadi lebih tangguh dalam mengbadapi dan menyelesaikan persoalannya yang salah satunya adalah partisipasi aktif masyarakat Dimana Kusharto Khomsan Karsin Madanijab dan Retnaningsib (1998) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi aktif masyarakat teIjadi peningkatan kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hal kualitas koosumsi pangan bahwa semakin lama menjadi mitra maka semakin tinggi skor keragaman konsumsi pangannya

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga peserta program pemberdayaan keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecarnatan Warung Kondang Cianjur lawaBarat

Tujuan Penelitian

Tujuan umwn peneliti an llU adalah mengetahui dan mempelajari konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga pesena program pemberdayaan keluarga Secara khusus bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi rumahtangga mengetabui koasumsi energi protein dan zat besi sena tingkat ketahanan pangan rumabtangga sebelum dan setelah

86

pemberdayaan serta mempelajari cara rumahtangga mengatasi (coping mechanism) apabiJa terjadi kekurangan pangan

Kegunaan Penelitian

Ketabanan pangan rumahtangga merupakan indikator ketahanan pangan penduduk secara luas Dengan demikian hal ini dapat dijadikan bahan masukan dan penimbangan bagi pembuat kebijakan pusat dan daerah untuk memantau mengevaluasi dan menentukan skal a penaggulangan daerah rawan pangan dampak negatifuya dapat diamisipasi

METODE

Desain Tempat dan Waktu

prioritas serungga

Penelitian llU merupakan ~Experiment

Before-After Design Tempat penelitian adalah Desa Ciwaleo dan Desa Cikaroya Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Pelaksanaan penelitian berlangsung dengan dua titik pengamatan pada bulan bulan JulL dan Desember 2000 Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilaksanakan Jurusan GMSK IPS dengan tema Pemberdayaan Ke1uarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Panisipasi Aktif Masyarakat

Penarikan Contoh

Cootoh yang diteliti adalah rumahtangga dengan laiteria Keluarga Pra Sejahtera (pra KS) dan Keluarga Sejahtera [ (KS I) Dari masingshymasing desa diambil rumahtangga yang termasuk dalam keriteria Pra KS dan KS 1 Untuk Desa Cikaroya populasinya sebanyak 459 rumabtangga sedangkan dari Desa Ciwalen popuJasinya sebanyak 489 rumahtangga masingshymasmg diambil 25 rumahtangga sebagai penerima paket pemberdayaan keluarga Dari total 50 rumahtangga hanya 32 rumahtangga yang memenuhi syarat yakni mengikuti kegiatan sampai akhir program pemberdayaan keluarga

pn pro e -or ke dan p l r~

nlec ~

par~

dar Pe--_ Pan~

~-

M u -

d Gpoundl

5(- middot

ke-=shy(-5- _

-=-shy

S -=- _

di _shyIP - pro= ~ ene- _ ber-~

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder data sekunder mencakup profil desa karakteristik demografi dan sosial ekonomi konsumsi pangan tingkat pendidikan kebiasaan makan pengeluaran pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan) Data primer mencakup cara rumahtangga (coping mechanism) dalam mengatasi kekurangan pangan Kbusus untuk data seJUnder diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi AJnif Masyarakat (Kusharto Tanziha Latifah amp Mudjajanto 2000)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver 10 Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (4 orang) keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang) Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah sekolah dasar (SD 1-6 tahun) sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (gt12 tahun) Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp 69420OOkaplbl (Irawan dan Romdiati 2000)

Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20 Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80 sedang bila total skor 60-70 dan rendah bila total skor lt60

Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota

Media Gizi amp Keluargll Juli 2001 XXV ( l) 85 - 95

rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal Jalal amp Hardinsyah 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan

Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok Jauk paule sayuran buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan ltY2 UK Skor = 0 jika konsurnsi makanan Y2-] UK Skor = J dan jika konsumsi rnakanan gt I UK Skor = 2 Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila lt6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan

HAS~ DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh

Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Luas wilayaJmya masing-masing 2J 158 ha dan 42573 ha dengan jum1ah penduduk 5501 orang dan 6932 orang Dibandingkan dengan Desa Ciwalen penduduk Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (424) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (296) dan tamat SLTA (217) Hanya sebagian keciJ (07) yang tamat Perguruan Tinggi Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 791 hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 443 dan 34 8 Yang clapat menamatkan sampa tingkat Perguruan Tinggi hanya 03

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah Bielan dua orang perawatJmantri kesehatan lima orang serta adanya Puskesrnas pernbantu Di Desa Ciwalen Posyandu (enam buah) perawatmantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang) Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya

87

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

ISSN 02 1 - 916)Media Gizi amp Keluarga Ttrakreditasi SK No 531DIKTI Kep1999

Pemiropin Umuml Penanggung IClwab

Ketua Redaksi

Anggota Redaksi

Setting

Penerbitan

Langganan

Alamat Redaksi

Ketua Jurusan G M S K Fakultas Pertanian - IPB

Om Emma S Wirakusumah MSc

Drlr Ali Khomsan MS DrIr Ujang Sumarwan MSc Drlr Hardinsyah MS If Diah K Pranadji MS Ir Hadi Riyadi MS Ir Dodik Bfiawan MeN lr Sri Rihati Kusno

bull Maman Hermansyah

bull dua kaJi setahun Uuli amp Desember)

bull Rp 20 000- per tahun Rek Tapius No 061000112587931 Bank BNJ Darmaga-Bogor

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (OMSK) Fakultas Penanian - IPB Kampus Darmaga- Bogor Telp (0251 ) 621258 Fax (0251) 622276 E-rnail gmsk-iphaJ indo ~

panga horm~

kalsffi Hal rr

coo =

~_o

Se s stu _

wa ~

Media Giz amp Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan OMSK Fakultas Pertanian IPS yang tclah terakreditasi oleh Ditjen Dikti Redaksi menerirna sumbangan naskah ilrniah di bidang pangan gizi keluarga dan konsumen Pedoman penulisan dapat dilihat pada halaman sampul belakang bagian dalan Artikel Mtdia Gizi amp Keluarga dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya

tttPUmr ---~ FAPERTi- ItJB-

KATAPENGANTAR

Media om dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang

pangan gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause Perubahan

honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI$g wanita memerlukan konsumsi

kalsium lebih banyak Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi Hal ini dibahas secara tuntas dalam artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini

Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan

cookie Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas untuk itu talas

berpotensi sebagai substitusi tepung terigu

Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani dalam

studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi

Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya

wawasan pembaca Terima Kasih

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) 85 - 95

KETAHANAN PANGAN DAN COPING MECHANlSM PESERTA PROGRAM PEMBERDA Y AAN KELUARGA DI DESA CIKAROYA DAN CIW ALEN KECAMATAN

W ARUNG KONDANG CIANJUR JA WA BARA T

Consumption and Food Security of Targetted Households ofEmpowennent Family Programe in Cikaroya and Ciwalen Village Warung Kondang Sub-District Cianjur West Java)

Thomas Pahlevi Harefa I Clara M Kusharto2 Retnaningsih2

ABSTRACT This research aimed to identify consumption and food security al household level before and after intervention to empower family in Cikaroya and Ciwalen Village Subshydistrict Warung Kondang Cian)ur West Java from July unlil December 2000 Experimental Before-After Design was used in this study Respondents covered 32 households which consist of poor families (pra KS family and KS family) The result of this research showed that the average ofhousehold size is 6 and the average of household head age is 374 years old and housewife is 302 years old with educational achievement 8J3 household heads and 876 housewives were graduatedfrom elementary school About 50 household heads have a main job as laborers The average household s income is Rp 662975Jcaplmo and 625 respondents are classified under poverty line with spending money for food as about 73 J and for non food 269 Energy and protein intake hefore and after intervention is increased from 609 to 7J and 905 to J06 7 respectively For rate ofFood Security hefore intervention all families (100) are classified as not resistanl (SKP lt 6) but after intervention there are four families (124) improved to resistant rate (SKP 6) However statistical analysis by I-test showed there is no Significant difference therefore its necessary 10

prolong the intervention The results of observation about coping mechanism were about 698 households prefered the way of purchasing foods with instalment credit in groceries some households borrowed money from their neighbors or close families or by working as tenants constmction laborers and drivers or change their animals to a needy foods or goes 10

a pawn shop

PENDABULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan keburuban dasar bagi kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan unsur penting dalarn peningkatan kualitas sumberdaya manusia Mengacu pada hal tersebut maka sasaran pembangunan pangao pada Pembangunan Jangka Panjang (pJP) II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional regional dan rumabtangga (GBHN 1999)

AJumnus Jurusan GMSK Faperta IPB 1 Star Pengajar Jurusan GMSK Faperta IPB

Indonesia te1ah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 namun pad a saat terjadinya kemarau panjang dan krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 menyebabkan banyak daerah mengalami [awan pangan Hal ini berimplikasi pada munculnya kejadian gizi lcurang pada anak balita yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin dimana data terakhir pada Agustus 1999 terdapat 375 juta orang penduduk miskin di Indonesia sedangkan untuk Propinsi Jawa Barat adalab 68 juta orang (Irawan dan Romdiati 2000) Propinsi Jawa Bara cenderung mempunyai nilai rata-rata konsumsi energi dan ptotein cukup rendah dari tahun J995 dan cenderung semakin memburuk dari tahun 1996 sampai tabun 1998 dengan rata-rata

8S

Meltlia Gizi amp Keluarga Juli 200 1 XXV (1) 85 - 95

konsumsi energi 1794 Kka1lkapitafhari dan ratashyrata konsumsi protein sebesar 44 gramlkapitalbari (Latief Atmarita Minano Basuni dan Tilden 2000)

Berdasarkan hasil analisis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat diperoleb bahwa dari 20 kabupaten terdapat 13 kabupaten (65) yang termasuk sang at tahan satu kabupaten (5) tennasuk tahan dan enam kabupaten (30) yang termasuk kurang taban Khusus Kabupaten Cianjur yang letaknya ditengah Propinsi lawa Barat terrnasuk dalam kategori san gat taban (Kbornsan 1999) Sekalipun demikian walaupun ketahanan pangan tinglcat regional nampak tidak menjadi rnasalah tetapi ditingkat rumahtangga ketidak-tabanan pangan masih sering ditemui seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan akses terhadap pangan (Soetrisno 1995)

Pemberdayaan atau empowerment adalah setiap upaya membuat individu atau sekelompok masyarakat menjadi lebih tangguh dalam mengbadapi dan menyelesaikan persoalannya yang salah satunya adalah partisipasi aktif masyarakat Dimana Kusharto Khomsan Karsin Madanijab dan Retnaningsib (1998) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi aktif masyarakat teIjadi peningkatan kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hal kualitas koosumsi pangan bahwa semakin lama menjadi mitra maka semakin tinggi skor keragaman konsumsi pangannya

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga peserta program pemberdayaan keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecarnatan Warung Kondang Cianjur lawaBarat

Tujuan Penelitian

Tujuan umwn peneliti an llU adalah mengetahui dan mempelajari konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga pesena program pemberdayaan keluarga Secara khusus bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi rumahtangga mengetabui koasumsi energi protein dan zat besi sena tingkat ketahanan pangan rumabtangga sebelum dan setelah

86

pemberdayaan serta mempelajari cara rumahtangga mengatasi (coping mechanism) apabiJa terjadi kekurangan pangan

Kegunaan Penelitian

Ketabanan pangan rumahtangga merupakan indikator ketahanan pangan penduduk secara luas Dengan demikian hal ini dapat dijadikan bahan masukan dan penimbangan bagi pembuat kebijakan pusat dan daerah untuk memantau mengevaluasi dan menentukan skal a penaggulangan daerah rawan pangan dampak negatifuya dapat diamisipasi

METODE

Desain Tempat dan Waktu

prioritas serungga

Penelitian llU merupakan ~Experiment

Before-After Design Tempat penelitian adalah Desa Ciwaleo dan Desa Cikaroya Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Pelaksanaan penelitian berlangsung dengan dua titik pengamatan pada bulan bulan JulL dan Desember 2000 Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilaksanakan Jurusan GMSK IPS dengan tema Pemberdayaan Ke1uarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Panisipasi Aktif Masyarakat

Penarikan Contoh

Cootoh yang diteliti adalah rumahtangga dengan laiteria Keluarga Pra Sejahtera (pra KS) dan Keluarga Sejahtera [ (KS I) Dari masingshymasing desa diambil rumahtangga yang termasuk dalam keriteria Pra KS dan KS 1 Untuk Desa Cikaroya populasinya sebanyak 459 rumabtangga sedangkan dari Desa Ciwalen popuJasinya sebanyak 489 rumahtangga masingshymasmg diambil 25 rumahtangga sebagai penerima paket pemberdayaan keluarga Dari total 50 rumahtangga hanya 32 rumahtangga yang memenuhi syarat yakni mengikuti kegiatan sampai akhir program pemberdayaan keluarga

pn pro e -or ke dan p l r~

nlec ~

par~

dar Pe--_ Pan~

~-

M u -

d Gpoundl

5(- middot

ke-=shy(-5- _

-=-shy

S -=- _

di _shyIP - pro= ~ ene- _ ber-~

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder data sekunder mencakup profil desa karakteristik demografi dan sosial ekonomi konsumsi pangan tingkat pendidikan kebiasaan makan pengeluaran pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan) Data primer mencakup cara rumahtangga (coping mechanism) dalam mengatasi kekurangan pangan Kbusus untuk data seJUnder diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi AJnif Masyarakat (Kusharto Tanziha Latifah amp Mudjajanto 2000)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver 10 Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (4 orang) keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang) Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah sekolah dasar (SD 1-6 tahun) sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (gt12 tahun) Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp 69420OOkaplbl (Irawan dan Romdiati 2000)

Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20 Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80 sedang bila total skor 60-70 dan rendah bila total skor lt60

Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota

Media Gizi amp Keluargll Juli 2001 XXV ( l) 85 - 95

rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal Jalal amp Hardinsyah 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan

Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok Jauk paule sayuran buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan ltY2 UK Skor = 0 jika konsurnsi makanan Y2-] UK Skor = J dan jika konsumsi rnakanan gt I UK Skor = 2 Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila lt6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan

HAS~ DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh

Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Luas wilayaJmya masing-masing 2J 158 ha dan 42573 ha dengan jum1ah penduduk 5501 orang dan 6932 orang Dibandingkan dengan Desa Ciwalen penduduk Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (424) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (296) dan tamat SLTA (217) Hanya sebagian keciJ (07) yang tamat Perguruan Tinggi Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 791 hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 443 dan 34 8 Yang clapat menamatkan sampa tingkat Perguruan Tinggi hanya 03

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah Bielan dua orang perawatJmantri kesehatan lima orang serta adanya Puskesrnas pernbantu Di Desa Ciwalen Posyandu (enam buah) perawatmantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang) Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya

87

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

tttPUmr ---~ FAPERTi- ItJB-

KATAPENGANTAR

Media om dan Keluarga edisi Juli 2001 memuat berbagai hasil penelitian di bidang

pangan gizi dan keluarga Artikel pertama membahas status gizi wanita menopause Perubahan

honnonal yang teIjadi di sam menopause menyebabkan seoI$g wanita memerlukan konsumsi

kalsium lebih banyak Apakah konsumsi pangan mereka telah cukup memenuhi anjuran gizi Hal ini dibahas secara tuntas dalam artikel pertama Media Gizi dan Keluarga edisi kali ini

Artikel lain membahas kemungkinan pemanfaatan tepung talas untuk pembuatan

cookie Talas adalah pangan tradisional yang pemanfaatannya masih terbatas untuk itu talas

berpotensi sebagai substitusi tepung terigu

Krisis ekonomi telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat

Sebuah studi telah dilakukan untnk mengkaji dampak ekonomi pada mmahtangga petani dalam

studi ini juga dibahas antisipasi untuk penanggulangan krisis ekonomi

Masih ada beberapa artikel basil penelitian lainnya yang semuanya akan memperkaya

wawasan pembaca Terima Kasih

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) 85 - 95

KETAHANAN PANGAN DAN COPING MECHANlSM PESERTA PROGRAM PEMBERDA Y AAN KELUARGA DI DESA CIKAROYA DAN CIW ALEN KECAMATAN

W ARUNG KONDANG CIANJUR JA WA BARA T

Consumption and Food Security of Targetted Households ofEmpowennent Family Programe in Cikaroya and Ciwalen Village Warung Kondang Sub-District Cianjur West Java)

Thomas Pahlevi Harefa I Clara M Kusharto2 Retnaningsih2

ABSTRACT This research aimed to identify consumption and food security al household level before and after intervention to empower family in Cikaroya and Ciwalen Village Subshydistrict Warung Kondang Cian)ur West Java from July unlil December 2000 Experimental Before-After Design was used in this study Respondents covered 32 households which consist of poor families (pra KS family and KS family) The result of this research showed that the average ofhousehold size is 6 and the average of household head age is 374 years old and housewife is 302 years old with educational achievement 8J3 household heads and 876 housewives were graduatedfrom elementary school About 50 household heads have a main job as laborers The average household s income is Rp 662975Jcaplmo and 625 respondents are classified under poverty line with spending money for food as about 73 J and for non food 269 Energy and protein intake hefore and after intervention is increased from 609 to 7J and 905 to J06 7 respectively For rate ofFood Security hefore intervention all families (100) are classified as not resistanl (SKP lt 6) but after intervention there are four families (124) improved to resistant rate (SKP 6) However statistical analysis by I-test showed there is no Significant difference therefore its necessary 10

prolong the intervention The results of observation about coping mechanism were about 698 households prefered the way of purchasing foods with instalment credit in groceries some households borrowed money from their neighbors or close families or by working as tenants constmction laborers and drivers or change their animals to a needy foods or goes 10

a pawn shop

PENDABULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan keburuban dasar bagi kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan unsur penting dalarn peningkatan kualitas sumberdaya manusia Mengacu pada hal tersebut maka sasaran pembangunan pangao pada Pembangunan Jangka Panjang (pJP) II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional regional dan rumabtangga (GBHN 1999)

AJumnus Jurusan GMSK Faperta IPB 1 Star Pengajar Jurusan GMSK Faperta IPB

Indonesia te1ah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 namun pad a saat terjadinya kemarau panjang dan krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 menyebabkan banyak daerah mengalami [awan pangan Hal ini berimplikasi pada munculnya kejadian gizi lcurang pada anak balita yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin dimana data terakhir pada Agustus 1999 terdapat 375 juta orang penduduk miskin di Indonesia sedangkan untuk Propinsi Jawa Barat adalab 68 juta orang (Irawan dan Romdiati 2000) Propinsi Jawa Bara cenderung mempunyai nilai rata-rata konsumsi energi dan ptotein cukup rendah dari tahun J995 dan cenderung semakin memburuk dari tahun 1996 sampai tabun 1998 dengan rata-rata

8S

Meltlia Gizi amp Keluarga Juli 200 1 XXV (1) 85 - 95

konsumsi energi 1794 Kka1lkapitafhari dan ratashyrata konsumsi protein sebesar 44 gramlkapitalbari (Latief Atmarita Minano Basuni dan Tilden 2000)

Berdasarkan hasil analisis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat diperoleb bahwa dari 20 kabupaten terdapat 13 kabupaten (65) yang termasuk sang at tahan satu kabupaten (5) tennasuk tahan dan enam kabupaten (30) yang termasuk kurang taban Khusus Kabupaten Cianjur yang letaknya ditengah Propinsi lawa Barat terrnasuk dalam kategori san gat taban (Kbornsan 1999) Sekalipun demikian walaupun ketahanan pangan tinglcat regional nampak tidak menjadi rnasalah tetapi ditingkat rumahtangga ketidak-tabanan pangan masih sering ditemui seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan akses terhadap pangan (Soetrisno 1995)

Pemberdayaan atau empowerment adalah setiap upaya membuat individu atau sekelompok masyarakat menjadi lebih tangguh dalam mengbadapi dan menyelesaikan persoalannya yang salah satunya adalah partisipasi aktif masyarakat Dimana Kusharto Khomsan Karsin Madanijab dan Retnaningsib (1998) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi aktif masyarakat teIjadi peningkatan kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hal kualitas koosumsi pangan bahwa semakin lama menjadi mitra maka semakin tinggi skor keragaman konsumsi pangannya

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga peserta program pemberdayaan keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecarnatan Warung Kondang Cianjur lawaBarat

Tujuan Penelitian

Tujuan umwn peneliti an llU adalah mengetahui dan mempelajari konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga pesena program pemberdayaan keluarga Secara khusus bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi rumahtangga mengetabui koasumsi energi protein dan zat besi sena tingkat ketahanan pangan rumabtangga sebelum dan setelah

86

pemberdayaan serta mempelajari cara rumahtangga mengatasi (coping mechanism) apabiJa terjadi kekurangan pangan

Kegunaan Penelitian

Ketabanan pangan rumahtangga merupakan indikator ketahanan pangan penduduk secara luas Dengan demikian hal ini dapat dijadikan bahan masukan dan penimbangan bagi pembuat kebijakan pusat dan daerah untuk memantau mengevaluasi dan menentukan skal a penaggulangan daerah rawan pangan dampak negatifuya dapat diamisipasi

METODE

Desain Tempat dan Waktu

prioritas serungga

Penelitian llU merupakan ~Experiment

Before-After Design Tempat penelitian adalah Desa Ciwaleo dan Desa Cikaroya Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Pelaksanaan penelitian berlangsung dengan dua titik pengamatan pada bulan bulan JulL dan Desember 2000 Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilaksanakan Jurusan GMSK IPS dengan tema Pemberdayaan Ke1uarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Panisipasi Aktif Masyarakat

Penarikan Contoh

Cootoh yang diteliti adalah rumahtangga dengan laiteria Keluarga Pra Sejahtera (pra KS) dan Keluarga Sejahtera [ (KS I) Dari masingshymasing desa diambil rumahtangga yang termasuk dalam keriteria Pra KS dan KS 1 Untuk Desa Cikaroya populasinya sebanyak 459 rumabtangga sedangkan dari Desa Ciwalen popuJasinya sebanyak 489 rumahtangga masingshymasmg diambil 25 rumahtangga sebagai penerima paket pemberdayaan keluarga Dari total 50 rumahtangga hanya 32 rumahtangga yang memenuhi syarat yakni mengikuti kegiatan sampai akhir program pemberdayaan keluarga

pn pro e -or ke dan p l r~

nlec ~

par~

dar Pe--_ Pan~

~-

M u -

d Gpoundl

5(- middot

ke-=shy(-5- _

-=-shy

S -=- _

di _shyIP - pro= ~ ene- _ ber-~

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder data sekunder mencakup profil desa karakteristik demografi dan sosial ekonomi konsumsi pangan tingkat pendidikan kebiasaan makan pengeluaran pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan) Data primer mencakup cara rumahtangga (coping mechanism) dalam mengatasi kekurangan pangan Kbusus untuk data seJUnder diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi AJnif Masyarakat (Kusharto Tanziha Latifah amp Mudjajanto 2000)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver 10 Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (4 orang) keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang) Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah sekolah dasar (SD 1-6 tahun) sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (gt12 tahun) Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp 69420OOkaplbl (Irawan dan Romdiati 2000)

Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20 Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80 sedang bila total skor 60-70 dan rendah bila total skor lt60

Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota

Media Gizi amp Keluargll Juli 2001 XXV ( l) 85 - 95

rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal Jalal amp Hardinsyah 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan

Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok Jauk paule sayuran buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan ltY2 UK Skor = 0 jika konsurnsi makanan Y2-] UK Skor = J dan jika konsumsi rnakanan gt I UK Skor = 2 Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila lt6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan

HAS~ DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh

Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Luas wilayaJmya masing-masing 2J 158 ha dan 42573 ha dengan jum1ah penduduk 5501 orang dan 6932 orang Dibandingkan dengan Desa Ciwalen penduduk Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (424) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (296) dan tamat SLTA (217) Hanya sebagian keciJ (07) yang tamat Perguruan Tinggi Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 791 hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 443 dan 34 8 Yang clapat menamatkan sampa tingkat Perguruan Tinggi hanya 03

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah Bielan dua orang perawatJmantri kesehatan lima orang serta adanya Puskesrnas pernbantu Di Desa Ciwalen Posyandu (enam buah) perawatmantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang) Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya

87

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

II MEDIA GIZI DAN KELUARGA II

Tahun xxv No Juli 2001

halaman 1 Keragaman Konsumsi Pangan Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Wanita Menopause

Tina Rahmawati Emma S Wlfakusumah dan Budi Setiawan

ldentifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Pemberian Makanan 2 Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor Hartoyo Dwi Hastuti Dodik Briawan dan Lilik Noor Yuliati Il

Ketersediaan Biologis Mineral Seng dari Beberapa Jenis dan Cara Pemasakan Beras pada Tikus Percobaan Deni Elnovriza Rimbawan Emma S Wlfakusumah dan Dadang SukandaT 19

Studi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Makan dan Status Gizi Lansia di Pedesaan dan Perkotaan Lina Herlina Emma S Wrrakusumah dan Lilik Noor Yuliati 33

Pemanfaatan Tepung Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies Fuadini Therik Sri Anna Marliyati dan Lilik Noor Yuliati 45

6 Dampak Krisis Ekonomi terhadap Rumah Tangga Petani dan Antisipasi dalam Penanggulangannya Mewa Ariani Handewi PS Racbman Sri Hastuti dan Wahida 53

Analisis Sikap Angka Ideal terhadap Produk Jus Jeruk Ujang Sumarwan 61

8 Mempelajari Umur Simpan Beberapa SambaJ Tradisionallndonesia (Sambal Terasi Sambal Pece~ Sambal Rujak) Emma S Wirakusumah 68

vi Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Penderits Sizoprenia Rawat lnap di Rumah Sakit Jiwa Palu Irawati V era Utip~ dan Amini Nasoetion 77

o Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rurnahtangga Peserta Program Pemberdayaan Keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecamatan Warung Kondang Cianjur Jawa Barat Thomas Pahlevi Harefa Clara M Kusharto dan Retnaningsib 85

11 Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balits Diah K Pranadj~ Retnaningsih dan Ruwiah 96

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) 85 - 95

KETAHANAN PANGAN DAN COPING MECHANlSM PESERTA PROGRAM PEMBERDA Y AAN KELUARGA DI DESA CIKAROYA DAN CIW ALEN KECAMATAN

W ARUNG KONDANG CIANJUR JA WA BARA T

Consumption and Food Security of Targetted Households ofEmpowennent Family Programe in Cikaroya and Ciwalen Village Warung Kondang Sub-District Cianjur West Java)

Thomas Pahlevi Harefa I Clara M Kusharto2 Retnaningsih2

ABSTRACT This research aimed to identify consumption and food security al household level before and after intervention to empower family in Cikaroya and Ciwalen Village Subshydistrict Warung Kondang Cian)ur West Java from July unlil December 2000 Experimental Before-After Design was used in this study Respondents covered 32 households which consist of poor families (pra KS family and KS family) The result of this research showed that the average ofhousehold size is 6 and the average of household head age is 374 years old and housewife is 302 years old with educational achievement 8J3 household heads and 876 housewives were graduatedfrom elementary school About 50 household heads have a main job as laborers The average household s income is Rp 662975Jcaplmo and 625 respondents are classified under poverty line with spending money for food as about 73 J and for non food 269 Energy and protein intake hefore and after intervention is increased from 609 to 7J and 905 to J06 7 respectively For rate ofFood Security hefore intervention all families (100) are classified as not resistanl (SKP lt 6) but after intervention there are four families (124) improved to resistant rate (SKP 6) However statistical analysis by I-test showed there is no Significant difference therefore its necessary 10

prolong the intervention The results of observation about coping mechanism were about 698 households prefered the way of purchasing foods with instalment credit in groceries some households borrowed money from their neighbors or close families or by working as tenants constmction laborers and drivers or change their animals to a needy foods or goes 10

a pawn shop

PENDABULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan keburuban dasar bagi kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan unsur penting dalarn peningkatan kualitas sumberdaya manusia Mengacu pada hal tersebut maka sasaran pembangunan pangao pada Pembangunan Jangka Panjang (pJP) II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional regional dan rumabtangga (GBHN 1999)

AJumnus Jurusan GMSK Faperta IPB 1 Star Pengajar Jurusan GMSK Faperta IPB

Indonesia te1ah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 namun pad a saat terjadinya kemarau panjang dan krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 menyebabkan banyak daerah mengalami [awan pangan Hal ini berimplikasi pada munculnya kejadian gizi lcurang pada anak balita yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin dimana data terakhir pada Agustus 1999 terdapat 375 juta orang penduduk miskin di Indonesia sedangkan untuk Propinsi Jawa Barat adalab 68 juta orang (Irawan dan Romdiati 2000) Propinsi Jawa Bara cenderung mempunyai nilai rata-rata konsumsi energi dan ptotein cukup rendah dari tahun J995 dan cenderung semakin memburuk dari tahun 1996 sampai tabun 1998 dengan rata-rata

8S

Meltlia Gizi amp Keluarga Juli 200 1 XXV (1) 85 - 95

konsumsi energi 1794 Kka1lkapitafhari dan ratashyrata konsumsi protein sebesar 44 gramlkapitalbari (Latief Atmarita Minano Basuni dan Tilden 2000)

Berdasarkan hasil analisis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat diperoleb bahwa dari 20 kabupaten terdapat 13 kabupaten (65) yang termasuk sang at tahan satu kabupaten (5) tennasuk tahan dan enam kabupaten (30) yang termasuk kurang taban Khusus Kabupaten Cianjur yang letaknya ditengah Propinsi lawa Barat terrnasuk dalam kategori san gat taban (Kbornsan 1999) Sekalipun demikian walaupun ketahanan pangan tinglcat regional nampak tidak menjadi rnasalah tetapi ditingkat rumahtangga ketidak-tabanan pangan masih sering ditemui seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan akses terhadap pangan (Soetrisno 1995)

Pemberdayaan atau empowerment adalah setiap upaya membuat individu atau sekelompok masyarakat menjadi lebih tangguh dalam mengbadapi dan menyelesaikan persoalannya yang salah satunya adalah partisipasi aktif masyarakat Dimana Kusharto Khomsan Karsin Madanijab dan Retnaningsib (1998) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi aktif masyarakat teIjadi peningkatan kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hal kualitas koosumsi pangan bahwa semakin lama menjadi mitra maka semakin tinggi skor keragaman konsumsi pangannya

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga peserta program pemberdayaan keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecarnatan Warung Kondang Cianjur lawaBarat

Tujuan Penelitian

Tujuan umwn peneliti an llU adalah mengetahui dan mempelajari konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga pesena program pemberdayaan keluarga Secara khusus bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi rumahtangga mengetabui koasumsi energi protein dan zat besi sena tingkat ketahanan pangan rumabtangga sebelum dan setelah

86

pemberdayaan serta mempelajari cara rumahtangga mengatasi (coping mechanism) apabiJa terjadi kekurangan pangan

Kegunaan Penelitian

Ketabanan pangan rumahtangga merupakan indikator ketahanan pangan penduduk secara luas Dengan demikian hal ini dapat dijadikan bahan masukan dan penimbangan bagi pembuat kebijakan pusat dan daerah untuk memantau mengevaluasi dan menentukan skal a penaggulangan daerah rawan pangan dampak negatifuya dapat diamisipasi

METODE

Desain Tempat dan Waktu

prioritas serungga

Penelitian llU merupakan ~Experiment

Before-After Design Tempat penelitian adalah Desa Ciwaleo dan Desa Cikaroya Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Pelaksanaan penelitian berlangsung dengan dua titik pengamatan pada bulan bulan JulL dan Desember 2000 Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilaksanakan Jurusan GMSK IPS dengan tema Pemberdayaan Ke1uarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Panisipasi Aktif Masyarakat

Penarikan Contoh

Cootoh yang diteliti adalah rumahtangga dengan laiteria Keluarga Pra Sejahtera (pra KS) dan Keluarga Sejahtera [ (KS I) Dari masingshymasing desa diambil rumahtangga yang termasuk dalam keriteria Pra KS dan KS 1 Untuk Desa Cikaroya populasinya sebanyak 459 rumabtangga sedangkan dari Desa Ciwalen popuJasinya sebanyak 489 rumahtangga masingshymasmg diambil 25 rumahtangga sebagai penerima paket pemberdayaan keluarga Dari total 50 rumahtangga hanya 32 rumahtangga yang memenuhi syarat yakni mengikuti kegiatan sampai akhir program pemberdayaan keluarga

pn pro e -or ke dan p l r~

nlec ~

par~

dar Pe--_ Pan~

~-

M u -

d Gpoundl

5(- middot

ke-=shy(-5- _

-=-shy

S -=- _

di _shyIP - pro= ~ ene- _ ber-~

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder data sekunder mencakup profil desa karakteristik demografi dan sosial ekonomi konsumsi pangan tingkat pendidikan kebiasaan makan pengeluaran pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan) Data primer mencakup cara rumahtangga (coping mechanism) dalam mengatasi kekurangan pangan Kbusus untuk data seJUnder diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi AJnif Masyarakat (Kusharto Tanziha Latifah amp Mudjajanto 2000)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver 10 Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (4 orang) keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang) Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah sekolah dasar (SD 1-6 tahun) sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (gt12 tahun) Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp 69420OOkaplbl (Irawan dan Romdiati 2000)

Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20 Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80 sedang bila total skor 60-70 dan rendah bila total skor lt60

Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota

Media Gizi amp Keluargll Juli 2001 XXV ( l) 85 - 95

rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal Jalal amp Hardinsyah 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan

Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok Jauk paule sayuran buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan ltY2 UK Skor = 0 jika konsurnsi makanan Y2-] UK Skor = J dan jika konsumsi rnakanan gt I UK Skor = 2 Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila lt6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan

HAS~ DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh

Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Luas wilayaJmya masing-masing 2J 158 ha dan 42573 ha dengan jum1ah penduduk 5501 orang dan 6932 orang Dibandingkan dengan Desa Ciwalen penduduk Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (424) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (296) dan tamat SLTA (217) Hanya sebagian keciJ (07) yang tamat Perguruan Tinggi Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 791 hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 443 dan 34 8 Yang clapat menamatkan sampa tingkat Perguruan Tinggi hanya 03

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah Bielan dua orang perawatJmantri kesehatan lima orang serta adanya Puskesrnas pernbantu Di Desa Ciwalen Posyandu (enam buah) perawatmantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang) Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya

87

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (1) 85 - 95

KETAHANAN PANGAN DAN COPING MECHANlSM PESERTA PROGRAM PEMBERDA Y AAN KELUARGA DI DESA CIKAROYA DAN CIW ALEN KECAMATAN

W ARUNG KONDANG CIANJUR JA WA BARA T

Consumption and Food Security of Targetted Households ofEmpowennent Family Programe in Cikaroya and Ciwalen Village Warung Kondang Sub-District Cianjur West Java)

Thomas Pahlevi Harefa I Clara M Kusharto2 Retnaningsih2

ABSTRACT This research aimed to identify consumption and food security al household level before and after intervention to empower family in Cikaroya and Ciwalen Village Subshydistrict Warung Kondang Cian)ur West Java from July unlil December 2000 Experimental Before-After Design was used in this study Respondents covered 32 households which consist of poor families (pra KS family and KS family) The result of this research showed that the average ofhousehold size is 6 and the average of household head age is 374 years old and housewife is 302 years old with educational achievement 8J3 household heads and 876 housewives were graduatedfrom elementary school About 50 household heads have a main job as laborers The average household s income is Rp 662975Jcaplmo and 625 respondents are classified under poverty line with spending money for food as about 73 J and for non food 269 Energy and protein intake hefore and after intervention is increased from 609 to 7J and 905 to J06 7 respectively For rate ofFood Security hefore intervention all families (100) are classified as not resistanl (SKP lt 6) but after intervention there are four families (124) improved to resistant rate (SKP 6) However statistical analysis by I-test showed there is no Significant difference therefore its necessary 10

prolong the intervention The results of observation about coping mechanism were about 698 households prefered the way of purchasing foods with instalment credit in groceries some households borrowed money from their neighbors or close families or by working as tenants constmction laborers and drivers or change their animals to a needy foods or goes 10

a pawn shop

PENDABULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan keburuban dasar bagi kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan unsur penting dalarn peningkatan kualitas sumberdaya manusia Mengacu pada hal tersebut maka sasaran pembangunan pangao pada Pembangunan Jangka Panjang (pJP) II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional regional dan rumabtangga (GBHN 1999)

AJumnus Jurusan GMSK Faperta IPB 1 Star Pengajar Jurusan GMSK Faperta IPB

Indonesia te1ah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 namun pad a saat terjadinya kemarau panjang dan krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 menyebabkan banyak daerah mengalami [awan pangan Hal ini berimplikasi pada munculnya kejadian gizi lcurang pada anak balita yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin dimana data terakhir pada Agustus 1999 terdapat 375 juta orang penduduk miskin di Indonesia sedangkan untuk Propinsi Jawa Barat adalab 68 juta orang (Irawan dan Romdiati 2000) Propinsi Jawa Bara cenderung mempunyai nilai rata-rata konsumsi energi dan ptotein cukup rendah dari tahun J995 dan cenderung semakin memburuk dari tahun 1996 sampai tabun 1998 dengan rata-rata

8S

Meltlia Gizi amp Keluarga Juli 200 1 XXV (1) 85 - 95

konsumsi energi 1794 Kka1lkapitafhari dan ratashyrata konsumsi protein sebesar 44 gramlkapitalbari (Latief Atmarita Minano Basuni dan Tilden 2000)

Berdasarkan hasil analisis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat diperoleb bahwa dari 20 kabupaten terdapat 13 kabupaten (65) yang termasuk sang at tahan satu kabupaten (5) tennasuk tahan dan enam kabupaten (30) yang termasuk kurang taban Khusus Kabupaten Cianjur yang letaknya ditengah Propinsi lawa Barat terrnasuk dalam kategori san gat taban (Kbornsan 1999) Sekalipun demikian walaupun ketahanan pangan tinglcat regional nampak tidak menjadi rnasalah tetapi ditingkat rumahtangga ketidak-tabanan pangan masih sering ditemui seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan akses terhadap pangan (Soetrisno 1995)

Pemberdayaan atau empowerment adalah setiap upaya membuat individu atau sekelompok masyarakat menjadi lebih tangguh dalam mengbadapi dan menyelesaikan persoalannya yang salah satunya adalah partisipasi aktif masyarakat Dimana Kusharto Khomsan Karsin Madanijab dan Retnaningsib (1998) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi aktif masyarakat teIjadi peningkatan kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hal kualitas koosumsi pangan bahwa semakin lama menjadi mitra maka semakin tinggi skor keragaman konsumsi pangannya

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga peserta program pemberdayaan keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecarnatan Warung Kondang Cianjur lawaBarat

Tujuan Penelitian

Tujuan umwn peneliti an llU adalah mengetahui dan mempelajari konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga pesena program pemberdayaan keluarga Secara khusus bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi rumahtangga mengetabui koasumsi energi protein dan zat besi sena tingkat ketahanan pangan rumabtangga sebelum dan setelah

86

pemberdayaan serta mempelajari cara rumahtangga mengatasi (coping mechanism) apabiJa terjadi kekurangan pangan

Kegunaan Penelitian

Ketabanan pangan rumahtangga merupakan indikator ketahanan pangan penduduk secara luas Dengan demikian hal ini dapat dijadikan bahan masukan dan penimbangan bagi pembuat kebijakan pusat dan daerah untuk memantau mengevaluasi dan menentukan skal a penaggulangan daerah rawan pangan dampak negatifuya dapat diamisipasi

METODE

Desain Tempat dan Waktu

prioritas serungga

Penelitian llU merupakan ~Experiment

Before-After Design Tempat penelitian adalah Desa Ciwaleo dan Desa Cikaroya Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Pelaksanaan penelitian berlangsung dengan dua titik pengamatan pada bulan bulan JulL dan Desember 2000 Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilaksanakan Jurusan GMSK IPS dengan tema Pemberdayaan Ke1uarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Panisipasi Aktif Masyarakat

Penarikan Contoh

Cootoh yang diteliti adalah rumahtangga dengan laiteria Keluarga Pra Sejahtera (pra KS) dan Keluarga Sejahtera [ (KS I) Dari masingshymasing desa diambil rumahtangga yang termasuk dalam keriteria Pra KS dan KS 1 Untuk Desa Cikaroya populasinya sebanyak 459 rumabtangga sedangkan dari Desa Ciwalen popuJasinya sebanyak 489 rumahtangga masingshymasmg diambil 25 rumahtangga sebagai penerima paket pemberdayaan keluarga Dari total 50 rumahtangga hanya 32 rumahtangga yang memenuhi syarat yakni mengikuti kegiatan sampai akhir program pemberdayaan keluarga

pn pro e -or ke dan p l r~

nlec ~

par~

dar Pe--_ Pan~

~-

M u -

d Gpoundl

5(- middot

ke-=shy(-5- _

-=-shy

S -=- _

di _shyIP - pro= ~ ene- _ ber-~

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder data sekunder mencakup profil desa karakteristik demografi dan sosial ekonomi konsumsi pangan tingkat pendidikan kebiasaan makan pengeluaran pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan) Data primer mencakup cara rumahtangga (coping mechanism) dalam mengatasi kekurangan pangan Kbusus untuk data seJUnder diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi AJnif Masyarakat (Kusharto Tanziha Latifah amp Mudjajanto 2000)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver 10 Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (4 orang) keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang) Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah sekolah dasar (SD 1-6 tahun) sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (gt12 tahun) Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp 69420OOkaplbl (Irawan dan Romdiati 2000)

Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20 Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80 sedang bila total skor 60-70 dan rendah bila total skor lt60

Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota

Media Gizi amp Keluargll Juli 2001 XXV ( l) 85 - 95

rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal Jalal amp Hardinsyah 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan

Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok Jauk paule sayuran buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan ltY2 UK Skor = 0 jika konsurnsi makanan Y2-] UK Skor = J dan jika konsumsi rnakanan gt I UK Skor = 2 Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila lt6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan

HAS~ DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh

Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Luas wilayaJmya masing-masing 2J 158 ha dan 42573 ha dengan jum1ah penduduk 5501 orang dan 6932 orang Dibandingkan dengan Desa Ciwalen penduduk Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (424) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (296) dan tamat SLTA (217) Hanya sebagian keciJ (07) yang tamat Perguruan Tinggi Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 791 hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 443 dan 34 8 Yang clapat menamatkan sampa tingkat Perguruan Tinggi hanya 03

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah Bielan dua orang perawatJmantri kesehatan lima orang serta adanya Puskesrnas pernbantu Di Desa Ciwalen Posyandu (enam buah) perawatmantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang) Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya

87

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Meltlia Gizi amp Keluarga Juli 200 1 XXV (1) 85 - 95

konsumsi energi 1794 Kka1lkapitafhari dan ratashyrata konsumsi protein sebesar 44 gramlkapitalbari (Latief Atmarita Minano Basuni dan Tilden 2000)

Berdasarkan hasil analisis tingkat ketahanan pangan di Propinsi Jawa Barat diperoleb bahwa dari 20 kabupaten terdapat 13 kabupaten (65) yang termasuk sang at tahan satu kabupaten (5) tennasuk tahan dan enam kabupaten (30) yang termasuk kurang taban Khusus Kabupaten Cianjur yang letaknya ditengah Propinsi lawa Barat terrnasuk dalam kategori san gat taban (Kbornsan 1999) Sekalipun demikian walaupun ketahanan pangan tinglcat regional nampak tidak menjadi rnasalah tetapi ditingkat rumahtangga ketidak-tabanan pangan masih sering ditemui seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin yang menunjukkan adanya hambatan akses terhadap pangan (Soetrisno 1995)

Pemberdayaan atau empowerment adalah setiap upaya membuat individu atau sekelompok masyarakat menjadi lebih tangguh dalam mengbadapi dan menyelesaikan persoalannya yang salah satunya adalah partisipasi aktif masyarakat Dimana Kusharto Khomsan Karsin Madanijab dan Retnaningsib (1998) menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi aktif masyarakat teIjadi peningkatan kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hal kualitas koosumsi pangan bahwa semakin lama menjadi mitra maka semakin tinggi skor keragaman konsumsi pangannya

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga peserta program pemberdayaan keluarga di Desa Cikaroya dan Ciwalen Kecarnatan Warung Kondang Cianjur lawaBarat

Tujuan Penelitian

Tujuan umwn peneliti an llU adalah mengetahui dan mempelajari konsumsi dan ketahanan pangan rumahtangga pesena program pemberdayaan keluarga Secara khusus bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi rumahtangga mengetabui koasumsi energi protein dan zat besi sena tingkat ketahanan pangan rumabtangga sebelum dan setelah

86

pemberdayaan serta mempelajari cara rumahtangga mengatasi (coping mechanism) apabiJa terjadi kekurangan pangan

Kegunaan Penelitian

Ketabanan pangan rumahtangga merupakan indikator ketahanan pangan penduduk secara luas Dengan demikian hal ini dapat dijadikan bahan masukan dan penimbangan bagi pembuat kebijakan pusat dan daerah untuk memantau mengevaluasi dan menentukan skal a penaggulangan daerah rawan pangan dampak negatifuya dapat diamisipasi

METODE

Desain Tempat dan Waktu

prioritas serungga

Penelitian llU merupakan ~Experiment

Before-After Design Tempat penelitian adalah Desa Ciwaleo dan Desa Cikaroya Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Pelaksanaan penelitian berlangsung dengan dua titik pengamatan pada bulan bulan JulL dan Desember 2000 Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang dilaksanakan Jurusan GMSK IPS dengan tema Pemberdayaan Ke1uarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Panisipasi Aktif Masyarakat

Penarikan Contoh

Cootoh yang diteliti adalah rumahtangga dengan laiteria Keluarga Pra Sejahtera (pra KS) dan Keluarga Sejahtera [ (KS I) Dari masingshymasing desa diambil rumahtangga yang termasuk dalam keriteria Pra KS dan KS 1 Untuk Desa Cikaroya populasinya sebanyak 459 rumabtangga sedangkan dari Desa Ciwalen popuJasinya sebanyak 489 rumahtangga masingshymasmg diambil 25 rumahtangga sebagai penerima paket pemberdayaan keluarga Dari total 50 rumahtangga hanya 32 rumahtangga yang memenuhi syarat yakni mengikuti kegiatan sampai akhir program pemberdayaan keluarga

pn pro e -or ke dan p l r~

nlec ~

par~

dar Pe--_ Pan~

~-

M u -

d Gpoundl

5(- middot

ke-=shy(-5- _

-=-shy

S -=- _

di _shyIP - pro= ~ ene- _ ber-~

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder data sekunder mencakup profil desa karakteristik demografi dan sosial ekonomi konsumsi pangan tingkat pendidikan kebiasaan makan pengeluaran pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan) Data primer mencakup cara rumahtangga (coping mechanism) dalam mengatasi kekurangan pangan Kbusus untuk data seJUnder diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi AJnif Masyarakat (Kusharto Tanziha Latifah amp Mudjajanto 2000)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver 10 Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (4 orang) keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang) Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah sekolah dasar (SD 1-6 tahun) sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (gt12 tahun) Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp 69420OOkaplbl (Irawan dan Romdiati 2000)

Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20 Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80 sedang bila total skor 60-70 dan rendah bila total skor lt60

Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota

Media Gizi amp Keluargll Juli 2001 XXV ( l) 85 - 95

rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal Jalal amp Hardinsyah 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan

Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok Jauk paule sayuran buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan ltY2 UK Skor = 0 jika konsurnsi makanan Y2-] UK Skor = J dan jika konsumsi rnakanan gt I UK Skor = 2 Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila lt6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan

HAS~ DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh

Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Luas wilayaJmya masing-masing 2J 158 ha dan 42573 ha dengan jum1ah penduduk 5501 orang dan 6932 orang Dibandingkan dengan Desa Ciwalen penduduk Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (424) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (296) dan tamat SLTA (217) Hanya sebagian keciJ (07) yang tamat Perguruan Tinggi Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 791 hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 443 dan 34 8 Yang clapat menamatkan sampa tingkat Perguruan Tinggi hanya 03

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah Bielan dua orang perawatJmantri kesehatan lima orang serta adanya Puskesrnas pernbantu Di Desa Ciwalen Posyandu (enam buah) perawatmantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang) Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya

87

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder data sekunder mencakup profil desa karakteristik demografi dan sosial ekonomi konsumsi pangan tingkat pendidikan kebiasaan makan pengeluaran pad a saat sebelum dan setelah intervensi (pemberdayaan) Data primer mencakup cara rumahtangga (coping mechanism) dalam mengatasi kekurangan pangan Kbusus untuk data seJUnder diperoJeh dan data yang dikumpulkan pada Program Pemberclayaan KeJuarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui Partisipasi AJnif Masyarakat (Kusharto Tanziha Latifah amp Mudjajanto 2000)

Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terlrumpul dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan program Excel dan SPSS ver 10 Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik demografi dan sosial ekonomi rumabtangga Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi keiuarga keciJ (4 orang) keJuarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (~7 orang) Tingkat pendidikan dikelompokkan kedalam kategori tidak pemah sekolah sekolah dasar (SD 1-6 tahun) sekolab lanjutan (SLTP dan SLTA 7-12 tabun) dan perguruan tinggi (gt12 tahun) Pendapatan dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dan dikelompokkan kedalam kategori miskin dan tidak miskin dengan batas garis kemiskinan Rp 69420OOkaplbl (Irawan dan Romdiati 2000)

Pengetahuan gizi ibu dinilai berdasarkan persentase jawaban yang benar Skor J diberikan untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah sehingga total skor berjumlah 20 Pengetahuan gizi ibu tergolong baik bila total skor ~80 sedang bila total skor 60-70 dan rendah bila total skor lt60

Pangan yang dikonswnsi keluarga dikonversikan dalam bentuk energi elan zat gizi (protein elan zat besi) dengan menggunakan program Food Processor Rata-rata kecukupan energi elan zat gizi rurnahtangga dihitung berdasarkan penjumlaban angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masing-masing anggota

Media Gizi amp Keluargll Juli 2001 XXV ( l) 85 - 95

rumahtangga ditentukan berdasarkan anjuran WNPG (Muhilal Jalal amp Hardinsyah 1998) dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga Tingkat konsumsi pangan dihitung dengan membandingkan konsumsi dengan kecukupan yang dianjurkan

Untuk mengetabui tingkat ketahanan pangan rumahtangga digunakan Skor Konsumsi Pangan (SKP) yaitu dengan mengkonversi pangan yang dikonsumsi dalam bentuk rata-rata yang dikelompokkan menjadi makanan pokok Jauk paule sayuran buah-buaban dan susu yang dibandingkan dengan faktor Unit Konsumen yaitu jika konsumsi pangan ltY2 UK Skor = 0 jika konsurnsi makanan Y2-] UK Skor = J dan jika konsumsi rnakanan gt I UK Skor = 2 Total dari SKP bila berjumlab 6-10 maka rumahtangga dikatakan cukup tahan pangan dan bila lt6 maka rumahtangga dikatakan tidak cukup tahan pangan

HAS~ DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum dan Karakteristik Sosial Ekonomi Rurnahtangga ContQh

Desa Cikaroya dan Desa Ciwalen secara administrasi merupakan bagian dan Kecarnatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Luas wilayaJmya masing-masing 2J 158 ha dan 42573 ha dengan jum1ah penduduk 5501 orang dan 6932 orang Dibandingkan dengan Desa Ciwalen penduduk Desa Cikaroya tingkat pendidikannya relatif lebih baik yaitu hampir setengahnya (424) berpendidikan tamat SD menyusuJ tarnat SLIP (296) dan tamat SLTA (217) Hanya sebagian keciJ (07) yang tamat Perguruan Tinggi Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciwalen 791 hanya tarnat SD dan tidak tarnat SD yaitu masing-masing 443 dan 34 8 Yang clapat menamatkan sampa tingkat Perguruan Tinggi hanya 03

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Cikaroya adalah terdapatnya posyandu sebanyak enam buah Bielan dua orang perawatJmantri kesehatan lima orang serta adanya Puskesrnas pernbantu Di Desa Ciwalen Posyandu (enam buah) perawatmantri kesehatan (tujuh orang) dan Bielan (satu orang) Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Cikaroya

87

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Media Gizi amp Keluarga ruJj 200 I XXV ( I) 85 - 95

adalah TK sebanyak 1 buah dan SD 4 buah Desa Cwalen hanya terdapat 4 buah SU Sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim ini mungkin sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 12 rabun sehingga untuk mendukung program ini di kedua desa perlu pengadaan sarana pendidikan minimal setingkat SLTP karena selain pelaksanaan program pemerintah dengan adanya sarana ini akan dapat meningkatkan minat pendidikan penduduk serta juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kedua desa Meningkatnya tingkat pendidikan penduduk akan membuka peluang untuk bersaing dalam merebut bursa kerja baik di sektor industri maupun di sektor pemerintahan

Rumahtangga di Desa Cikaroya berkisar antara 2-9 orang sementara itu rumahtangga di Desa Cwalen berkisar antara 3-10 orang Dari keseluruhan rumahtangga contoh diperoleh persentase besar rumahtangga terbanyak pada kategori sedang (406) dengan rata-rata jumlah anggota rumahtangga sebesar 6 orang Dari keseluruhan kepala rumahtangga contoh diperoleh 50 kepala rumahtangga mempurryai umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur 374 tahUD Keseluruhan ibu rumahtangga contoh diperoleb 50 ibu rumahtangga mempunyai umur 20-30 tahun dengan rata-rata umur 302 tahun

Dari keseluruhan pendjdikan kepala dan ibu rumahtangga masing-masing sebesar 813 dan 876 mempunyai pendidikan pada tingkat SD Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya berbekal tingkat pendidikan yang rendah maka kesempatan untuk bekerja pada sektor-sektor lain seperti industri dan juga pemerintaban akan lebih kecil peluangnya Jenis pekeJjaan utama kepala rumahtangga 50 adalah buruh tani Jenis pekerjaan utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga Dengan men~ounakan pendekatan pengeluaran rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp 6629751lkapitaibulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah gms kemiskinan dengan pengeluaran pangan sebesar 73 1 dan non pangan sebesar 269 (Lampiran 1)

Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188

memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memilild lemarilbllffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga mernihki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

Pemberdayaan Keluarga dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Rumahtangga

Ekonorni rumahtangga yang baik dalam hal 1m tingginya daya beli merupakan salah satu faktor yang menentukan keterjangkauan pangan (food access) terhadap pangan dipasaran sehingga pangan tersebut dapat dialihkan ke rumahtangga Keterjangkauan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan kehandalan Ketahanan pangan itu sendiri baillt ctitingkat keluarga maupun masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan gm masyarakat

Di Desa Cikaroya dan Ciwalen sebagian besar rumahtangga yang termasuk dalam kategori Pra KS dan KS I tidak mempunyai lahan pekarangan yang dapat digunakan unruk menanam tanaman yang dapat dikonsurnsi oleh rumahtangga itu sendiri Dengan ketiadaan produksi pangan tersebut maka ketahanan pangan sangat tergantung pada tingkat daya beli rumahtangga Pemberdayaan keluarga yang dilaksanakan di kedua desa tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumahtangga yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga melalui keterjangkauan pangan dengan meningkatnya daya bei pangan oieh rumahtangga

Dalam rangka meningkatkan ekonomi rumahtangga maka kepada rumahtangga contoh sebagai rnitra binaan diberikan layanan modal usaha dengan sistem bergulir Tujuann ya diterapkannya sistem bergulir adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mitra dalam pengelolaan dana bantuan tersebut Hal ini dapat dijadikan bukti keberhasilan mitra dengan kelancaran pengembalian dana bantuan yang selanjutnya digulirkan pacta mitra yang lain Dengan sistem ini pula diharapkan masyarakat

(C2- shy

dalar ru ma

binaaJ diSlt diSE- shydeilgJ bar--i dell_ bull

ibu -_ peT shyse-lt k2shydlshyle~ ko te~ _ ~

~~ shyC

Pa- -~-

88

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

(calon penerima) secara tidak Jangsung ikut dalam pengawasan (kontrol sosial) terhadap rumahtangga mitra

Berdasarkan hasil musyawarah antara mitra binaan Kepala Desa PPL dan Bidan Desa disepakati bahwa jenis paket produkrif yang akan disalurkan berupa uangdana untuk modal usaba dengan jenis usaha (Lampiran 2) dan besarnya bantuan bergulir masing-masing rumahtangga dengan modal sebesar Rp 30000000

Penyuluhan diberikan pada sasaran terutama ibu rumahtangga contoh yang bertujuan untuk pengembangan dan adanya perubaban perilaku serta kebiasaan makan yang mengarah pada kaidah gizi seimbang Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga dapat tercapainya peningkatan ekonomi rumahtangga konsumsi pangan yang seimbang serta akhimya terciptanya ketahanan pang an rumahtangga yang cukllP kWH dalam hal ini adanya perbaikan gizi rumahtangga terutama ibu dan anak balita sena manilla yang merupakan golongan rawan Materi yang diberikan adalah mengenai Manajemen Usaha Manajemen Rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Dasa Wisma Rumah Sehat Layak Huni serta Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan Pangan dan Gizi

Evaluasi terhadap penguasaan pengetabuan pangan dan gizi (20 pertanyaan) kepada ibu rumahtangga diperoleh hasil bahwa nilai

Media Gizi amp Keluarga JuJj 2001 XXV (I) 85 - 95

pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga berkisar antara 25-100 (Pre) dan 30-95 (post) Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rurnahtangga sebelum pemberdayaan 531 dengan kategori rendah dan setelah pemberdayaan tinggal hanya 43 8 Kategori sedang meningkat menjadi 3] 2 dan tinggi sebesar 25 Hasil uji bed a berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata atau tidak terjadi peningkatan pengetahuan pangan dan gizi ibu rumabtangga setelah pemberdayaan Kurangnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang menghambat jangkauan media infonnasi Tingkat pengetahuan pangan dan gizi ibu rumahtangga di kedua desa (T abel 1) terlihat babwa sebagian besar ibu rumabtangga baik sebelum maupun setelab pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah

Kebiasaan Makan

Frekuensi makan rumahtangga di kedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari dengan penentu menu adalah ibu rumahtangga Prioritas makan Iebih diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertirobangan penyusunan menu sebanyak 781 rumahtangga atas dasar seadanya atau disesuaikan dengan keadaan keuangan (Tabe12)

Tabel 1 Sebaran Ibu Rumahtangga Menurut Tingkat Pengetahuan Pangan dan Gizi

r----- I Kategon Pengetahua

I nI Pzmgan danI Gizi

Rendall

Sedang

I Tinggi

Jumlah

Cikaroya

Pre

n1 I

7 6 I 18 8

I j 125 4 I 125

I

4 125 5 I 156 I

ILi 469 15 469 II

10

4

3

J7

I

I

31 3

125

94

53 1

I

n2

8

6

3

17

I

25 0

188

94

531

1

j

Pre Nl+ in2

17 I I

8

7 I

32

Total

I Post

I

middotni + bull j 02

531 I 14 Ii I

25 0 I 10

219 8 IJOOO 32

Ii

I I

~

438

I312 1

250 I I

1000 I

89

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Media Gizi amp Kcluarga Juli 2001 XXV (I) 85 - 95

Tabel 2 Frekuensi Makan dan Dasar Pertimbangan Menyusun Menu koost pro e

perr

lwnJah I 15 I 1000 I 17 [000 32 1000 enerllt ~~Jjeftf1frbtlngqp ~~

--- sebeh I I 67 2 J 94 I

I Gizi dan Keuangan 1 I 67 r 1 I 59 I 2 63 Ketai Keuangan 0 00 2 118 2 63

I (Cop~~a --------------~------~----~~------~----~70~~5~----~~~----~~ 13 866 [2 25 78l

- Par1g Jwnlah 15 1000 17 1000 32 1000

Total n bull

14 933 I 24 750 I

I I 67 II Tiga poundltali I 41 2 7 8 250

kons

65

perudan

Konsumsi Energi Protein dan Zat Besi

T erlihat pada Tabel 3 bahwa di Desa Cikaroya dan Desa CiwaJeo rata-rata konsumsi energi protein dan zat besi perkapita perhari baik sebelum dan setelah pemberdayaan masih sangat reodah dan jauh dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan kecuali konsumsi protein (setelah pemberdayaan di Desa Ciwalen) Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi eli setiap anggota rumahtangga responden masih beurn memenuhi baku konsumsi zat gizi Akibat dari keadaan ini menyebabkan terganggunya aktifitas masing-masing anggota keluarga Misalnya seorang kepala rumahtangga yang kekurangan koosumSi energi dan Fe akan menyebabkan mudah lelah lesu kurang energi

pan~ serta dapat menyebabkan kurang bergairah daiam dan beke~a Hal ini tentu akan menyebabkan hasil seJi_ kerjarrya tidak optimal yang akan bersinergi se~ dengan pendapatan yang akan diterima kec~

Seperti diketabui bahwa hampir keseluruhan kepaJa rurnahtangga responden mempunyal peke~aan yang membutuhkan energi yang tinggi Sehiogga dengan kurangnya asupan energi akan berdampak pada pekerjaan Dimana semakin menurunnya aktifitas dalam beke~a akan sz- _ menyebabkan menurunnya pendapatan Pendapatan yang kurarrg akan menyebabkan tingkat ekoDomi rumahtangga menurun dan menyebabkan cenderung mempunyai resiko kekurangan pangan bagi seluruh anggota rumahtangga --=-- - r

Tabel3 Rata-rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ikapitaJhari

(E1karoy1l Ciwillen Total Konsumsr Nilai p

Pre Post [ Pre [ Post Pre PostI I I i

i Energi i Konsumsi (ka1) 12327 I 14500 13152 [ [521 I 12765 14877

DOJmiddotPKecuJ-upan (kal) 20497 20497 20648 1 20648 20968 20968 Tingkat Konsumsi () 601 707 i 637 1 737 609 710 -

- - ---IProtein I Konswnsi (g) 367 i -Bl 409 1 484 I 389 middot 459 e_ _

0324Kecukupan (g) 43 7 I 437 i 431 i 431 430 430 Ii --Tingkat Konsumsi () 839 i 986 948 1122 905 I 1067 ~

Besi (Fe) c

l KOnsumSl (mg) 109 94 108 99 i 108 96 04))I Kecukupan (mg) 146 146 149 149 i 147 147ITingkat Konsumsi () 747 641 724 663 I 73 5 653

----~

90

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Media Gizi amp Kehuuga Juli 200 1 XXV (I) 85 - 95

Dari Tabel 3 menujukkan bahwa tingkat konsumsi energi sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (73 5) Tingkat konsumsi energi dan zat gizi setelah pemberdayaan (berturut-turut 7] ] 067 dan 653) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi energi dan protein Namun dari hasil uji beda berpasangan hanya koosumsi energi yang menunjukkan perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pemberdayaan (p=O05)

Ketahanan Pangan dan Cara Rumahtangga (Coping Mechanism) Mengatasi Kekurangan

~

Mengingat unit terkecil sasaran ketahanao pangan di Indonesia saat ini adalah rumahtangga dan semakin disadari akan pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan sehingga sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang teIjadi

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa sebeLum pemberdayaan terdapat seJuruh rumahtangga (100) mempunyai skor konsumsi pangan dibawah dari SKP lt6 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat sebelum pemberdayaan tidak ada satupun rumahtangga yang tahan pangan Sementara itu setelah pemberdayaan terdapat riga rumah tangga (93) yang memiliki SKP = 6 dan satu rumah tangga (3 I ) memiliki SKP = 7 Namun hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa telah teIjadi perubahan dengan adanya pemberdayaan Dari hasil uji beda berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi tidak signifkan antara SKP sebelum dan setelah pernberdayaan

Suatu kondisi dimana keadaan kekurangan pangan untuk dikonsumsi pendapatan rumahtangga makin menurun dan begitu sulit mencari pekerjaan merupakan tanda-tanda teIjadinya masa paceklik atau biasa disebut pada daerah setempat dengan muyang Hasil wawancara menunjukkan dalam satu tahun terakhir seluruh rumahtangga respond en pernah mengalami masa kekurangan pangan untuk dikonsumsi Waktu dan Jama teIjadinya masa paceklik yang dialami oleh rumahtangga di kedua desa cukup bervarias~ hal ini teIjadi karena perbedaan jenis pekeIjaan dari kepala rumahtangga (KRT) Dari hasil wawancara dapat

diketahui bahwa untuk rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai buruh tan~ kondisi kekurangan pangan teIjadi pada waktu musim panen tiba hingga sampai saat tibanya musirn tanam Lamanya bervariasi antara satu hingga dua bulan untuk satu tahun terakhir terjadi pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober

Rumahtangga dengan KR T bekerja sebagai pedagang kondisi kekurangan pangan terjadi hampir senap bulannya terutama pada hari-hari akhir setiap bulan (bulan tua) bahkan keadaan akan sernakin sulit pada saat liburan anak sekolah Untuk satu tahun terakhir teIjadi pada bulan Desember KRT yang mempunyai pekeIjaan tukanglburuh bangunan masa paceklik terjadi tergantung keadaan Sedangkan untuk KRT dengan pekeIjaan jssa angkutan kondisi kekurangan pangan sering terjadi pada hari-hari akhir setiap bulan dan juga teIjadi apabila baik becak motor ataupun angkot telamph lebih dahulu digunakan oleh orang lain HasiJ wawancara juga diperoleh gambaran bahwa penyebab terjadinya terjadinya pacelli sebanyak 26 rumabtangga (813) karena pendapatan menurun dua rumahtangga (62) karen a sulit bekerja sedangkan ernpat rumahtangga lain (125) karena kombinasi keduanya yaitu sulit bekerja dan pendapatan menurun Cara mengatasi kekurangan pangan pada saat paceklik di kedua desa pada umumnya menggunakan lebih satu cara sebaran rumahtangga dengan prilaku rumah tangga dapat dilihat pada T abel 4

Terlihat pada Tabel 4 bahwa cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan yang paling banyak dilakukan di kedua Desa adalah dengan melakukan pembelian secara kredit (utang) Dari 22 rumahtangga ]5 diantaranya membeli dengan kredit tiga sampai enam cali seminggu atau rata-rata setiap dua hari sekali mereka melakukan peminjaman bahan pangan ke warung atau toko Sedangkan empat rumahtangga melakukannya setiap hari pada saat kekurangan pangan serta tiga rumahatngga melakukannya satu sampai dua hari sekali Cara rumahtangga mengurangi frekuensi makanan juga dilakukan oleh 22 rumahtangga dan 12 diantaranya satu atau dua hari dalam satu minggu Sebaran cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rnasa paceklik berdasarkan tingkat ketahanan pangan dapat dilihat pad a Tabel 5

91

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

- - - ---------------- ----- ----------------

Media Gizi amp Keluarga Juli 2001 XXV (I) bull 85 middot95

Tabel 4 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik

~ ~f~~~~+B iij~t~~~1ffr1

Murahembelidanmiddot makanan 9 281 0 I 00 i O 00 I 0 oo 23 I 719 I 32 1000 I

I ill awet I i I i i i l --i Meminjam uang 0 i 00 i 0 00 i 5 i 156 i 6 188 i 21 i 656 I 32 IODO I middot1middot

Membeli dengan kredit 4 i 125 i 15 I 4l9 3 94 0 1 00 [0 312 i 32 middot IODO

t---r--- Mendapatkan b1lDtUan keluarga atau 0 i 00 I 1 I 31 4 i 125 6 188 21 656 I 32 bull IODO I

tetangga I I Mengurangi makanan 10 I 312 1000 1 4 125 I 0 00 0 i 00 i 18 1 563 i 32

~janan - I-----tl-- t---------t I Mengurangi o 00 9 281 I 12 I 375 i I 31 10 312 32 1000i frekuensi makanan

Tabel 5 Sebaran Cara Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan Pangan pada Masa Paceklik berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan

I TidalcTaban ~28 CuknpTahanN=4 D u n bull

bullI Membeli makanan murah dan awet 9 321 O 00 bull I Merninjam uang 9 321 2 500 Membeli dengan kredit 20 i 714 2 500

Mendapatkan bantuan keluarga atau tetangga 7 250 4 1000

Mengurangi makananjajanan 13 464 250

I

bull_ _l--_____ _ _ _

~I Mengurangi frekuensi rnakanan 20 714 2 500

i JuaVgadai perhiasan 7 25 250

I JuaVgadai perabotan 4 143 250 bull

Cara rumahtangga mengatasi kekurangan pangan pada rumahtangga dengan kategOli cukup tahan pangan adalah mendapatkan bantuan dari keluarga atau tetangga sementara pada rumahtangga tidak tahan pangan adalah membeli dengan kredit (utang) dan juga mengurangi frekuensi makan AJasan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan dapat dilihat pada Tabel6

Selain cara tersebut rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan juga menggunakan a1at tukar baik fisik (tenaga) biologi (benda

92

hidup) ataupun dengan a1at tukar bersifat materi ili--=shy(benda mati) dalam mengatasi kekurangan r__ pangan T abel 7 menunjukkan bahwa di Desa tiD Cikaroya sebanyak delapan orang kepala rumabtangga pernah menggunakan a1at tukar fisik pek~ dengan empat diantaranya menjadi buruh tani tan tiga sebagai buruh bangunan dang seorang perli lainnya sebagai ojek motor Pada Desa CiwaJen me=~

sebanyak tujuh orang kepala rumahtangga juga d~ pemah menggunakan alat tukar fisik empat de-~

diantaranya sebagai buruh bangunan dan tiga se- - _

Jainnya sebagai buruh tani

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Media Gizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

Tabel 6 Alasan Rumahtangga dalam Mengatasi Kekurangan pangan

I Membeli makanan murah dan lIWet bull Makanan dapat bertaban lamaI

~~~~~__~__________________4 1_middot_ _ ~ middot~~~~I~~~Y~=lg~~~Di=~== = wmg ~______ ~~ Menlinjam uang bull Orangnya dapat dipercaya

I bullbull Bayamya clapat dicicil Pasti ~ saat lagi membutuhk~

Membeli dengan kredit bullbull Diperbolehkan dengan pemilik wanm~ I Semua rumahtangga sering rnelakukannya I bull Malu bila minta ke saudara

Mendapatkan banlU~ keluarga atau tetangga bull Dekat sarna saudara (saling berbagi) bull Malu bila sarna orang lam shy_ -----

Mengurangi makanaojaj~an bull Biar cukup untuk di dapuri

~----___- -----_ ---_ _ _____ __--j__bull _--M-~~gi pengeluaran Mengurangi jumlah makanan I bull y ~g penting bisa mak~ sekeluarga

Biar sedikit asal mak~ Seadanyasaja

_

---------J I

Tabel 7_Sebaran RT Menurut Penggunaan Alat Tukar Mengatasi Kekurangan Pangan

~ - - -shy_ -JeIliSAlaHtikar~ middot

~at~~(tenaga) i Buruh raniI I

Ojek I Alat tukar ~ifat biologi (bends hidup)

Menjualayam

~~ ~bing ~Menjual ikan

i Alat tukar bersifat rnateri (benda mati)i middot MenjuaVmenggadaikan perhiasan

-1 middot middot c~ -- CiwaiCD middot -

-- _ n ~ bull n middot IT - n

I 3 i 200 4 235 I

4 I 267 i 3 i 176 I I i 67 degi 00

i IIi

3 - 200 41 235

1 ~ ~~ I 2~ I40 I I 67 j 00 I

I I 3 I 200 I

I

5 294 i _ ___ middot ~ middot __________ ~_____~___ _ __2 I _7 iM_en~~~ __~_~_ 3 1 20 _0~_ _~___ l _~_____ __~~

toou iIl i 7 1 219 7 i 21 9 I I 31

7 I

219

~ I l~ ~ I I 31 I

I ~ I 25 0 j

_J_JI~_ 6~1_5~ 1

Kepala rumahtangga yang pekerjaan seharishyharinya sebagai petani baik di Desa Cikaroya maupun Desa Ciwalen menggunakan alat tukar fisik sebagai buruh bangllnan dan juga sebaliknya Sementara yang sebagai ojek peke~aan sehari-harinya adalah sebagai burub tani Empat rumahtangga di Desa Cikaroya pemah menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan pangan tiga diantaranya dengan menjual ayam dan satu rumahtangga lagi dengan menjual ikan Pada Desa Ciwalen terdapat sembilan rumahtangga yang menggunakan alat tukar biologi dalam mengatasi kekurangan

pangan empat rumahtangga menjuaJ ayarn satu rumahtangga menjual kambing dan empat 1ainnya menjual kambing Dari seluruh rumahtangga tersebut menyatakan babwa alat tukar biologi itu sebagai hewan peliharaan (bukan khusus di ternak) yang bersifat sewa1ctu-waktu dapat dipertukarkan apabila baik kekurangan pangan maupun adanya keperluan yang penting

Pada Tabel 7 dapat juga dilihat bahwa di Desa Cikaroya terdapat enam rumahtangga yang pemah melakukan penukaran bersifat materi tiga diantaranya menjual perhiasan dan tiga lainnya menjual perabot rumahtangga seperti lemari

93

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

Medin (jizi amp Keluarga Juli 200 I XXV (I ) bull 85 - 95

pakaian dan buffet Sedangkan di Desa Ciwalen terdapat tujuh rumahtangga yang rnenggunakan alat tukar materi lima diantaranya menjuaJ perhiasandan dua lainoya menjual perabot rumahtangga Berdasarkan keterangan yang diperoleh perabot rumahtangga yang pemah dijual adalah satu set kursi tamu dan Dari hasil wawancara beberapa kepala rumahtangga menyatakan bahwa apabila tidak mempunyai uang maka apa saja yang dimiliki akan dijual untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga

KESIMPlJLAN DAN SARAN

Kesimpulan

I Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar anggota rumahtangga sebesar 6 orang Ratashyrata usia kepala rumahtangga 374 tahun dan ibu rumahtangga 302 tahun 813 kepala rumahtangga dan 876 ibu rumahtangga mempunyai pendidikan setingkat SD Jenis pekerjaan utarna kepala rumahtangga 50 adalah buruh tarn dan hanya 63 yang mempunyai pekerjaan tarnbahan sebagai pedagang Jerns pekerjaao utama ibu rumahtangga 563 adalah sebagai ibu rumahtangga dan hanya 63 mempunyai pekerjaan tambahan sebagai buruh tani sena 3 1 sebagai pedagang

2 Sebanyak 50 rumahtangga telah memiliki rumah sendiri 94 memiliki sepeda 188 memiliki perhiasan 25 memiliki perhiasan 125 memiliki televisi 25 memiliki radiotape dan 563 memiliki lemarilbuffet serta 656 memiliki kompor Sebanyak 187 rumahtangga memiliki itik 219 mempunyai ayam dan 94 memiliki kambing serta 63 memiliki ikan sebagai aset rumahtangga

3 Rata-rata pendapatan rumahtangga contoh sebesar Rp662975 1Ikapitabulan dan sebesar 625 contoh berada dibawah garis kerniskinan dengan rata-rata pengeluaran pangan sebesar 73 I sena pengeluaran non pangan sebesar 269

4 Frekuensi makan rumahtangga dikedua desa relatif sarna dimana 75 rumahtangga mempunyai frekuensi makan 2 kali sehari

94

dengan penentu menu adalah ibu de _ rumahtangga Prioritas makan lebih Sw - diutamakan pada bayi atau anak balita sena dasar pertimbangan penyusunan menu kacshysebanyak 781 rumahtangga atas dasar bick seadanya atau disesuaikan dengan keadaan pal _-shykeuangan mCmiddot51

5 Hasil uji beda berpasangan hanya konsumsi Pe ~shyenergi yang menunjukkan perbedaan yang cie 1- nyata sebelum dan setelah pemberdayaan

oe~ ~

(p=O 034) Tingkat konsumsi energj sebelum pemberdayaan (609) protein (905) dan Besi (735) Tingkat konsumsi energi dan DA D zat gizi setelah pemberdayaan (benurut-turut bull 71 1067 dan 653) lra 1 shy

6 Sebelum pemberdayaan (ingkat ketahanan pangan rumahtangga secara keseluruhan adalah tidak tahan (SKP lt 6) dan setelah pemberdayaan hanya empat rumahtangga yang telah memiliki tingkat taban (SKP ~ 6)

7 Rumahtangga yang mengalami kekurangan pangan di kedua desa eara mengatasi masalahnya relatif sarna dimana 698 rumahtangga memilih cara membeli dengan kredit (utang) pada warungltoko dengan alasan diperbolehkan oleh pemilik warung semua rumah tangga sering melakukan dan maJu bila minta ke saodara Cara yang juga senng dilakukan rumahtangga dalam mengatasi kekurangan pangan (coping mechanism) adalah mengurangi lTekuensi makan dengan alasan yang penting bisa makan sekeluarga biar sedikit asal makan sena seadanya saja Selain itu rumahtangga juga menggunakan alat tukar yaitu bersifat fisik sebagai buruh bangunan buruh [ani dan ojek bersifut biologi dengan menjual temak ayam kambing itik dan ikan bersifat mmeri dengan menjual atau menggadaikan perhiasan dan perabot rumahtangga

Pemberdayaan keluarga terhadap rumahtangga dengan kategori pra KS dan KS [ perlu diteruskan karena mempunvai dampak yang posit if pada tingkat ketahanan rumahtangga Selain itu juga perlu dilakukan upaya peningkatan produktif ibu rumahtangga guna memanfaatkan waktu luang (misal kerajinan tangan atau jahit

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95

menjahit) beserta penyaluran atau pemasarannya dengan melibatkan pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Perlu juga ditingkatkan pemberdayaan kader dan tokoh agamalmasyarakat sebagai mitra bidan desa dalam menillgkatkan pengetahuan pangan dan gjzi ibu rumahtangga serta lebih menggalakkan program keluarga berencana (KB) Penelitian serupa perlu dilakukan lebih lanjut dengan titik pengamatan Jebih dari dua waktu dan dengan wilayah lebih luas

DAFTAR PUSTAKlt

lrawan PB amp A Romdiati 2000 Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kemiskinan dan Beberapa lmplikasinya Untuk Strategi Pembangunan Dalam AK Seta M Almowidjojo SM Atmojo AB Jahari PB lrawan amp T Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) UPI Jakarta

Khomsan A 1999 Indikator ketahanan pangan dj Jawa Media Gizi dan Keluarga XXllJ (1) 60-68

Media Gizi amp KeIU8JlUl JuJj 200 I XXV (I) - 104

Kusharto CM A Khomsan E Karsin gt Madanijah amp Retnaningsih 199~ ~ Peningkatan kesejahteraan keluarga melalui partisipasi aktif masyarakat (fase perluasan) Media Gizi dan Keluarga XXIJ (1) 51-58

______ lTanzihaMLatifah amp E Mudjajanto 2000 Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Menuju Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Melalui P artisipasi Af1if Masyaraka

Latief D Atmarita Minarto A Basuni amp R Tilden 2000 Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga SebeJum dan Selama Krisis Ekonomi Dalam AX Seta M Atmowidjojo SM Arrnojo AB Jahari P B lrawan amp 1 Sudaryanto (Eds) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi vn (hlm 193-243) LIPJ Jakarta

Soetrisno N 1995 Ketahanan pangan dunia konsep pengukuran dan faktor dominan Majalah Pangan Vol V No 21 him 27shy33

95