ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT...

12
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT PADA SERASAH DAN DAUN MANGROVE (RHIZOPORA SP.) DI PERAIRAN SEI LADI KOTA TANJUNGPINANG Nuramalia, Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Fadhliyah Idris, S.Pi., M.Si. Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Ita Karlina, S.Pi., M.Si. Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 di perairan Sei Ladi Kota Tanjungpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis jenis mikrofungi endofit pada serasah dan daun mangrove (Rhizopora sp.) di perairan Sei Ladi Kota Tanjungpinang. Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan secara acak berdasarkan hulu, tengah, dan hilir. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jarring dan di petik langsung dari pohonnya. Analisis mikrofungi dilakukan dengan menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar) dan di identifikasi menggunakan mikroskop binokular. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif dan disajikan dengan bentuk tabel dan grafik. Berdasarkan hasil analisis di tiga stasiun diketahui bahwa jenis jenis mikrofungi yang ditemukan adalah Aspergillus sp. (3), Mucor sp. (2), Penicillium sp. (1), Trichoderma sp. (2), Rhizopus sp. (1). Kata Kunci: Jenis mikrofungi endofit, Mangrove. Rhizhopora sp.

Transcript of ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT...

Page 1: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT PADA SERASAH DAN DAUN

MANGROVE (RHIZOPORA SP.) DI PERAIRAN SEI LADI KOTA TANJUNGPINANG

Nuramalia,

Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Fadhliyah Idris, S.Pi., M.Si.

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Ita Karlina, S.Pi., M.Si.

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 di perairan Sei Ladi Kota

Tanjungpinang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis mikrofungi endofit pada

serasah dan daun mangrove (Rhizopora sp.) di perairan Sei Ladi Kota Tanjungpinang. Penentuan

stasiun pengambilan sampel dilakukan secara acak berdasarkan hulu, tengah, dan hilir. Pengambilan

sampel dilakukan dengan menggunakan jarring dan di petik langsung dari pohonnya. Analisis

mikrofungi dilakukan dengan menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar) dan di identifikasi

menggunakan mikroskop binokular. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif dan

disajikan dengan bentuk tabel dan grafik. Berdasarkan hasil analisis di tiga stasiun diketahui bahwa

jenis – jenis mikrofungi yang ditemukan adalah Aspergillus sp. (3), Mucor sp. (2), Penicillium sp.

(1), Trichoderma sp. (2), Rhizopus sp. (1).

Kata Kunci: Jenis mikrofungi endofit, Mangrove. Rhizhopora sp.

Page 2: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

I. PENDAHULUAN

Perairan Sei Ladi Kelurahan

Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang

Kota Provinsi Kepulauan Riau memiliki

kawasan hutan mangrove yang cukup luas.

Salah satu jenis mangrove yang memiliki

pola sebaran yang cukup tinggi adalah jenis

Rhizophora sp. dengan nilai 660 ind/ha dan

memiliki persentase kerapatan relatif sebesar

43% (Ichsan, 2015). Berdasarkan penelitian

tersebut, terlihat bahwa Mangrove jenis

Rhizophora sp. memiliki peranan tingkat

kesuburan yang tinggi pada area mangrove

dalam komunitasnya.

Serasah daun mangrove yang gugur

merupakan sumber bahan organik penting

dalam rantai makanan dan produksi serasah

cukup baik yang mengalami dekomposisi

merupakan salah satu sumber masukan

nutrien dan unsur hara bagi perairan dan

organisme disekitarnya. Daun merupakan

salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari

ranting, biasanya berwarna hijau dan

terutama berfungsi sebagai penangkap energi

cahaya matahari untuk berfotosintesis. Pada

penelitian ini digunakan serasah dan daun

mangrove (Rhizopora sp.)

Mikrofungi di ekosistem perairan

berperan sebagai dekomposer atau pengurai

bahan organik yang berasal dari mahkluk

hidup yang telah mati (Wong et.al., 1998).

Umumnya mikrofungi memiliki hifa yang

berfungsi untuk menyerap nutrien dari

lingkungan serta membentuk struktur untuk

reproduksi, nutrien yang diserapnya tersebut

berupa bahan organik, sehingga

mikroorganisme dekomposer ini berfungsi

dalam regenerasi material yang terurai serta

berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan

fosfat di lingkungan perairan danau, sungai,

ataupun perairan tawar lainnya (Sigee, 2004).

Mikrofungi terbagi dua bagian yaitu

epifit dan Endofit. Epifit adalah mikroba

yang hidup di permukaan tumbuhan.

Mikroba ini dapat sepenuhnya mandiri

karena berperan sebagai penyedia hara bagi

kehidupannya. Sedangkan Endofit adalah

mikroba yang berada di dalam jaringan

tumbuhan hidup tanpa merugikan tumbuhan

inangnnya (Fisher and Pertini, 1987).

Perhatian terhadap endofit telah meningkat

dalam beberapa tahun terakhir karena endofit

mempunyai beberapa fungsi, seperti

meningkatkan pengambilan nutrien

tumbuhan (Chanway, 1996), dapat

meningkatkan pertumbuhan (Ting et al.,

2008), berpotensi memberikan resistensi

pada tumbuhan melawan infeksi patogen

(Ting et al., 2007), dan sebagai sumber

metabolit sekunder (Strobel and Daesy

2003).

Serasah dan daun sebagai bahan

organik menjadi zat penyubur mangrove

(Rhizophora sp.), dengan proses dekomposisi

pada serasah dan daun yang tidak terlepas

dari peranan jamur (mikrofungi) yang

membantu proses dekomposisi. Dengan

demikian perlu diketahui jenis-jenis

mikrofungi yang ada pada serasah dan daun

mangrove (Rhizophora sp.) yang hidup di

perairan Sei Ladi.

Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis

mikrofungi yang terdapat pada serasah dan

daun mangrove (Rhizophora sp.) di Perairan

Sei Ladi.

Manfaat dari penelitian ini adalah

memberikan informasi dasar tentang

pengenalan jenis-jenis mikrofungi pada

serasah dan daun mangrove (Rhizophora sp.)

untuk dilakukan penelitian lanjut mengenai

potensi pembangunan dan pemanfaatannya

oleh mahasiswa ataupun akademisi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan

komunitas vegetasi pantai tropis, yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon

mangrove yang mampu tumbuh dan

berkembang pada daerah pasang surut pantai

berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya

tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal

yang cukup mendapat aliran air dan

terlindung dari gelombang besar dan arus

pasang surut yang kuat. Karena itu hutan

mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai

teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah

pantai yang terlindung (Bengen, 2001).

Ekosistem mangrove merupakan

ekosistem yang kompleks terdiri dari flora

dan fauna dearah pantai selain menyediakan

keanekaragaman hayati (biodiversity),

ekosistem mangrove juga sebagai plasma

nutfah (genetic pool) dan menunjang

keselurahan sistem kehidupan disekitarnya

(Muhaerin, 2008). Menurut Wiharyanto

Page 3: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

(2007), hutan mangrove memiliki nilai

ekologis dan ekonomis. Nilai ekologis antara

lain sebagai penyedia nutrien, tempat

pemijahan (spawning grounds), tempat

pengasuhan (nursery grounds), dan tempat

mencari makan (feeding grounds) bagi biota

laut tertentu. Ekosistem ini pada kawasan

tertentu bersifat open acces sehingga

meningkatnya eksploitasi oleh manusia akan

menurunkan kualitas dan kuantitasnya.

Sedangkan nilai ekonomis adalah sebagai

penyedia bahan dasar untuk keperluan rumah

tangga dan industri, seperti kayu bakar,

arang, kertas yang dalam konteks ekonomi

mengandung nilai komersial tinggi.

Mangrove adalah sekumpulan

tumbuhan-tumbuhan Dicotyledoneae dan

Monocotyledoneae terdiri atas jenis

tumbuhan yang mempunyai hubungan

taksonomi sampai dengan taksa kelas

(unrelated families) tetapi mempunyai

persamaan adaptasi morfologi dan fisiologi

terhadap habitat yang di pengaruhi oleh

pasang surut (Kepmen LH No. 201 Tahun

2004).

Mangrove merupakan tumbuhan

yang kaya akan senyawa bioaktif. Senyawa

bioaktif yang terdapat dalam bagian-bagian

mangrove tidak selalu berasal dari tanaman

mangrove itu sendiri, tetapi dapat berasal dari

organisme lain yang mengsintesis bioaktif

tersebut di dalam bagian mangrove.

Berdasarkan asumsi ini maka dapat diduga

bahwa kemungkinan terdapat jamur atau

bakteri endofit yang mendiami tumbuhan

tersebut dan berperan sebagai penghasil

bioaktif yang sebenarnya (Dwilestari, dkk.

2015).

Tumbuhan bakau secara turun

temurun dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai bahan berkhasiat obat.

Beberapa

ilmuan mengatakan bioaktivitas yang

terdapat dalam bagian-bagian tumbuhan

bakau tidak selalu berasal dari tumbuhan

bakau itu sendiri, namun dapat berasal dari

organisme lain yang hidup di bagian dari

tumbuhan bakau dan organisme ini bisa

mensintesis senyawa bioaktif yang dapat

bersifat sebagai antibakteri (Liwang, dkk.

2013).

Pada umumnya, vegetasi yang

tumbuh di kawasan mangrove mempunyai

variasi yang seragam, yakni terdiri atas satu

strata yang berupa pohon-pohon berbatang

lurus dengan tinggi pohon mencapai 20 m –

30 m. Jika tumbuh di pantai berpasir atau

terumbu karang, tanaman akan tumbuh

kerdil, rendah, dan batang tanaman sering

kali bengkok (Arief, 2003).

Hutan mangrove terdiri atas

berbagai jenis vegetasi. Beberapa jenis yang

dikenal antara lain Tajang Wedok (R.

apiculata) atau bakau putih atau bakau gede,

Tajang Lanang (R. mucronata) atau bakau

hitam atau bakau leutik dan (R. stylosa. sp)

(Arief, 2003).

Noor (2006) dalam kegiatan

“Wetland International Program” yang

melakukan identifikasi jenis-jenis mangrove

di Indonesia mengemukakan bahwa telah

berhasil di jumpai 3 jenis mangrove pada

kelompok Rhizophora sp. yakni R.

apicullata, R. mucronata, dan R. stylosa.

Dari 3 jenis mangrove yang di

identifikasi Noor (2006), dalam “Wetland

International Indonesia Program” telah

melakukan identifikasi jenis-jenis mangrove

di Indonesia yang berhasil dijumpai 3 jenis

mangrove pada kelompok Rhizophora sp.

antara lain :

a. R. Apicullata

1. Pohon dengan ketinggian 30 m

dengan diameter batang mencapai

50 m.

2. Memiliki akar yang khas hingga

mencapai ketinggian 5 m, dan

kadang-kadang memiliki akar udara

yang keluar dari cabang.

3. Kulit kayu berwarna abu-abu tua

dan berubah-ubah.

4. Kulit berwarna hijau tua dengan

hijau muda pada bagian tengah dan

kemerahan pada bagian bawah.

5. Gagang daun panjangnya 17-35 mm

dengan warna kemerahan, unit dan

letaknya sederhana dan berlawanan.

Berbentuk elips menyempit, ujung

meruncing , ukuran 7-19x3,5-8 cm.

6. Biseksual, kepala bunga kekuningan

yang terletak pada gagang

berukuran <14 mm yang terletak

pada ketiak daun.

7. Daun mahkota berwarna kuning-

putih, tidak ada rambut, panjangnya

9-11 mm. Kelopak bunga berwarna

kuning kecoklatan, melengkung,

benang sari berukuran 11-12 mm

tidak bertangkai.

8. Buah kasar berbentuk bulat

melonjong hingga seperti buah pir,

Page 4: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

berwarna coklat, dengan panjang 2-

3,5 cm, berisi satu biji fertil,

hipokotil silindris, berbintil,

berwarna hijau jingga.

9. Leher kotilodon berwarna merah

jika sudah matang.

10. Panjang hipokotil dengan ukuran

18-38 cm dan diameter 1-2 cm,

tergenang pada saat pasang normal.

11. Tidak menyukai substrat yang lebih

keras yang bercampur dengan pasir.

b. R. Muronata

1. Tinggi pohon mencapai 27 m, jarang

melebihi 30 m. Berdiameter sampai

70 cm.

2. Kulit kayu berwarna gelap hingga

hitam dan terdapat celah.

3. Memiliki akar tunjang dan akar

udara yang tumbuh dari

percabangan bagian bawah.

4. Daun berekulit, gagang daun

berwarna hijau, panjang daun 2,5–

5,5 cm. Pinak daun terletak pada

pangkal gagang daun berukuran

5,5–8,5 cm. Unit dan memanjang

dengan ujung meruncing berukuran

11–23 x 5–13 cm.

5. Gagang kepala bunga seperti gagak,

bersifat biseksual, masing-masing

menempel pada gagang individu

yang panjangnya 2,5-5 cm, terletak

diketiak daun.

6. Daun mahkota berwarna putih,

terdapat rambut 9 mm. Kelopak

bunga berwarna kuning pucat

dengan panjang 13-19 mm.

7. Benang sari berjumlah 9 tidak

bertangkai.

8. Lebih toleran terhadap substrat

yang lebih keras dan berpasir.

c. R. Stylosa

1. Daun berkulit, berbintik teratur

dilapisan bawah, gagang daun

berwarna hijau dengan panjang

gagang 1-3,5 cm, panjang pinak

daun 4-6 cm.

2. Unit, letak sederhana dan

berlawanan.

3. Bentuk daun elips, lebar, ujung

meruncing.

4. Gagang kepala bunga seperti cagak,

biseksual, masing-masing

menempel pada gagang individu

yang panjangnya 2,5-5 cm, terletak

di ketiak daun.

5. Daun mahkota berwarna putih,

terdapat rambut berukuran 8 mm.

Kelopak bunga berwarna kuning

hijau berukuran 13-19 mm. Benang

sari dan tangkai putik berukuran 4-6

mm.

6. Buah berbentuk buah pir berwarna

cokelat, berisi 1 biji fertil.

7. Hipokotil silindris, berbintil agak

halus. Leher kotilodon berwarna

kuning kehijauan ketika matang.

Hipokotil berukuran 20-35 cm

(kadang sampai 50 cm) dan

diameter 1,5-2,0 cm.

8. Tumbuh pada habitat yang beragam

di daerah pasang surut : lumpur,

pasir dan batu.

B. Serasah Dan Daun Mangrove

Menurut Bengen (2004), tumbuhan

mangrove sebagaimana tumbuhan lainnya

mengkonversi cahaya matahari dan zat hara

menjadi jaringan tumbuhan (bahan organik)

melalui proses fotosintesis. Mangrove

sumber makanan potensial dalam berbagai

bentuk, bagi semua biota yang hidup di

ekosistem mangrove. Berbeda dengan

ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar

dari rantai makanan di ekosistem mangrove

bukanlah tumbuhan mangrove itu sendiri,

tetapi serasah yang berasal dari tumbuhan

mangrove (daun, ranting, buah, batang, dan

sebagainya).

Serasah yang gugur merupakan

sumber bahan organik penting dalam rantai

makanan (food chain) di dalam lingkungan

perairan. Hal ini menjadikan mangrove

memegang peranan penting dan tidak dapat

digantikan oleh hutan maupun ekosistem lain

dalam produktivitas primer perairan pantai.

Keberadaan mangrove dengan produksi

serasahnya baik yang mengalami

dekomposisi maupun dikonsumsi langsung

merupakan salah satu sumber masukan

nutrien dan unsur hara bagi perairan dan

organisme sekitarnya.

Sebagian serasah mangrove

didekomposisi oleh bakteri dan fungi menjadi

zat hara terlarut yang dapat langsung

dimanfaatkan oleh fitoplankton, alga,

ataupun tumbuhan mangrove itu sendiri

dalam proses fotosintesis, sebagian lagi

sebagai partikel serasah (detritus)

dimanfaatkan oleh ikan, udang dan kepiting

sebagai makanannya (Bengen, 2004).

Page 5: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

Proses dekomposisi dimulai dengan

kolonisasi bahan organik mati oleh fungi

yang mampu mengautolisis jaringan mati

melalui mekanisme enzimatik. Proses

dekomposisi oleh fungi sangat dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan misalnya air,

keasaman, suhu, oksigen, substrat dan

inhibitor (Dix and Webster, 1995 dalam

Kurniawan, 2009).

Menurut Tournas et al.( 2001) jamur

dapat menyebabkan berbagai tingkat

dekomposisi bahan makanan. Jamur dapat

tumbuh di hasil-hasil pertanian sebelum

dipanen, hasil panen yang ssedang disimpan

maupun bahan makanan yang telah di olah.

Makanan yang mengalami dekomposisi oleh

jamur dapat menjadi berbau busuk dan

bernoda dengan warna tertentu.

C. Jenis Mikrofungi Pada Serasah

Dan Daun Mangrove

Jenis mikrofungi yang terdapat pada

serasah dan daun mangrove di tampilkan

pada Tabel.

Tabel. Jenis Mikrofungi Pada Serasah Dan

Daun Mangrove Jenis

Mangrove Jenis Mikrofungi

yang

Didapat

Referensi

Avicennia alba

Aspergillus niger Suciatmih (2015)

Guignardia

endophyllicola

Talaromyces

leycettanus

Avicennia marina

Talaromyces leycettanus

Trichoderma

harzianum

Bruguiera sp. Trichoderma

harzianum

Guignardia

endophyllicola

Colletotrichum sp.

Ceriops sp. Aspergillus sp. Colletotrichum sp.

Sonneratia sp. Aspergillus

fumigatus

Colletotrichum sp.

Fusarium sp.

Guignardia endophyllicola

Talaromyces

leycettanus

Avicennia

marina

Aspergillus sp. Yunasfi dan

Suryanto

(2008) Penicillium sp.

Fusarium sp.

Curvularia lunata

Trichoderma sp.

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan November 2016. Penelitian ini

dilaksanakan di perairan Sei Ladi Kota

Tanjungpinang. Isolasi dan identifikasi jenis

jamur dilakukan di Laboratorium Ilmu

Kelautan dan Perikanan Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim

Raja Ali Haji. Peta lokasi penelitian dapat di

lihat pada Gambar.

Gambar. Peta Lokasi Penelitian

B. Persiapan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

eksplorasi laboratorium dengan cara

mengisolasi jamur dari serasah dan daun

mangrove (Rhizophora sp.) yang dimulai dari

pengumpulan serasah daun mangrove dengan

menggunakan jaring dan daun mangrove

yang diambil dengan cara dipetik. Sampel

yang diambil pada penelitian ini yaitu pada 3

titik berdasarkan bagian hulu, tengah, dan

hilir.

1. Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dari serasah dan daun

mangrove (Rhizophora sp.) yang terdapat di

perairan Sei Ladi Kota Tanjungpinang.

C. Prosedur penelitian

1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Semua peralatan yang akan

digunakan akan disterilkan terlebih dahulu.

Peralatan yang terbuat dari gelas, disterilkan

dalam oven pada suhu 160˚C - 180˚C selama

2 jam. Sedangkan alat – alat yang tidak tahan

pada pemanasan dengan suhu tinggi,

disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121˚C

dengan tekanan 15 psi (per square inchi)

Page 6: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

selama 15 menit. Jarum ose disterilkan

dengan cara pemanasan langsung hingga

memijar.

2. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan di

lapangan menggunakan jaring yang diikatkan

pada cabang-cabang pohon dibawah pohon

mangrove (Rhizophora sp.) dengan posisi

terbentang sehingga serasah daun akan

tertampung pada jaring tersebut. Sebelum

pengambilan sampel, jaring tersebut diikat

terlebih dahulu dan dibiarkan selama 1

minggu. Serasah daun yang gugur dan jatuh

ke dalam jaring di ambil, kemudian

dimasukkan kedalam kantong sampel. Daun

mangrove diambil dengan cara dipetik

langsung dari pohonnya, dan pengambilan

sampel serasah bersamaan dengan

pengambilan sampel daun mangrove.

Kantong sampel serasah daun akan dipisah

dengan kantong sampel daun mangrove

dengan masing-masing kantong sampel berisi

1 helai daun. Kemudian kantong sampel

tersebut disimpan di dalam ice box agar

sampel tersebut tidak terkontaminasi oleh

bakteri-bakteri yg ada di sekitarnya.

Kemudian sampel yang disimpan di ice box

dibawa ke laboratorium FIKP UMRAH

untuk dianalisis.

3. Pembuatan Media

Cara pembuatan media PDA (Potato

Dextrose Agar) adalah sebagai berikut :

1. Siapkan bahan PDA sebanyak 39 gr

dan larutkan dalam 1000 mL

akuades steril.

2. Masukkan bahan tersebut ke dalam

labu erlenmeyer kemudian

dipanaskan dan di aduk sampai

homogen.

3. Masukan bahan ke dalam autoklaf

selama 15 menit pada suhu 121˚C

dengan tekanan 15 psi.

4. Tambahkan Tetracyclin sebagai

antibakteri pada media, kemudian

larutan PDA dituangkan ke dalam

cawan petri dengan ketebalan ± 5 ml

dengan kondisi tertutup, dan

diamkan sampai membeku.

Penggunaan antibakteri 1 kapsul

untuk 1L media.

5. Sebelum digunakan, media

disimpan selama 24 jam dalam suhu

kamar.

D. Isolasi Mikrofungi dari Serasah

Daun Mngrove Rhizophora sp.

Sebelum potongan serasah dan daun

di tanam pada media PDA (Potato Dextrose

Agar), serasah dan daun dicuci terlebih

dahulu menggunakan air bersih. Kemudian

lakukan sterilisasi permukaan serasah dan

daun dengan cara merendam serasah dan

daun dalam larutan alkohol 70 % selama ± 2

menit, kemudian rendam pada larutan NaOCl

1 % selama ± 2 menit. Keringkan dengan tisu

steril dan daun dibilas dengan aquades steril

selama ± 1 menit. Potong serasah dan daun

menjadi dua bagian kemudian tanam pada

media PDA (Potato Dextrose Agar) dengan

proses pertumbuhan jamur (fungi) selama ±

24 - 48 jam.

Pengamatan dilakukan setiap hari

setelah potongan daun di tanam, sampai

jamur (fungi) sudah tampak tumbuh dengan

perbedaan warna. Lakukan pemisahan

konsorsium ke media PDA (Potato Dextrose

Agar) yang baru sesuai dengan warna yang

tumbuh. Kemudian pindahkan

menggunakan jarum ose dengan

penggoresan berbentuk pola zig zag.

Selanjutnya jamur di isolasi dan di murnikan

pada media PDA (Potato Dextrose Agar)

baru.

1. Pemurnian Jamur

Pemurnian jamur menggunakan

media PDA (Potato Dextrose Agar). Jamur

yang tumbuh dimurnikan dengan

pemindahan dari medium yang lama ke

medium yang baru. Kemudian diinkubasi

selama 24-48 jam pada suhu 25˚C dan

lakukan pengamatan terhadap bentuk dan

warna koloni yang tumbuh pada media PDA

(Potato Dextrose Agar). Setiap koloni yang

tumbuh berbeda bentuk atau berbeda warna

akan disubkultur lagi pada media PDA

(Potato Dextrose Agar) yang baru hingga

benar – benar didapat 1 isolat jamur.

2. Identifikasi Isolat Jamur

Jamur yang telah diinkubasi akan

diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri

makroskopisnya dengan pengamatan secara

langsung, melihat bentuk dan warna koloni

jamur. Sedangkan pengamatan ciri-ciri

mikroskopis dengan menggunakan

mikroskopis binokular adalah sebagai

berikut :

Page 7: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

1. Ambil spora atau konidia dari

biakan murni jamur menggunakan

jarum ose.

2. Letakkan inokulum jamur di atas

obyek glass.

3. Kemudian obyek glass ditutup

dengan cover glass dan tekan

perlahan.

4. Morfologi jamur yang terbentuk di

amati dengan menggunakan

mikroskopis binokular dengan

perbesaran 400x, kemudian preparat

jamur diidentifikasi dengan

menggunakan Jurnal Suciatmih,

2015.

VI. HASIL DAN

PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada dasarnya tubuh atau tallus

mikrofungi terdiri dari dua bagian yaitu

miselium dan spora (sel resiten, istirahat atau

dorman). Miselium merupakan kumpulan

hifa. Hifa adalah suatu struktur fungus

berbentuk tabung menyerupai seuntai benang

pangjang yang terbentuk dari pertumbuhan

spora atau konidia. Kumpulan hifa yang

bercabang-cabang tersebut membentuk suatu

jala yang umumnya berwarna putih, dan

disebut sebagai miselium (Gandjar et al.,

2006). Jenis-jenis jamur yang bersifat

asosiatif dalam proses degradasi serasah

mangrove adalah Aspergillus, Trichoderma,

Penicillium, Paecilomyces, Gliocladium,

Gonatobotryum dan Syncephalastrum

(Affandi et al., 2001).

Beberapa jenis mikrofungi yang

ditemukan terdapat 9 genus dari potongan

serasah dan daun mangrove jenis Rhizophora

sp. di Perairan Sei Ladi Kota Tanjungpinang

di tampilkan pada Tabel.

Tabel. Jenis-jenis mikrofungi endofit pada

serasah dan daun mangrove

(Rhizopora sp.) Stasiun

(ST)

Jenis Mikrofungi Pada

Serasah

Daun

ST.I Rhizopus sp. Aspergillus sp.

Aspergillus sp. Mucor sp.

ST.II Mucor sp.

Aspergillus sp.

Trichoderma sp.

ST.III Penicillium sp. Trichoderma sp.

Page 8: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

1. Aspergillus sp.

Koloni pada agar tumbuh dengan cepat dengan miselium yang berada di dalam agar,

dibaliknya biasanya tanpa warna, konidiofor halus, bersepta, kepala konidia hitam, bulat. Konidia

bulat, halus, berdiameter 3,5-5,0 µm kemudian berwarna. Morfologi Aspergillus sp. Disajikan

pada Gambar.

(a) (b)

Gambar. Aspergilus sp. (a) Dokumentasi penelitian (b) Penelitian Suciatmih (2015).

2. Mucor sp.

Kumpulan miselium tertutup, berwarna abu-abu. Sporangia berdiameter 100-300 μm

berwarna cokelat atau hitam. Spora bulat, berdiameter 5-8 μm. Morfologi Mucor sp. Disajikan pada

Gambar.

(a) (b)

Gambar. Mucor sp. (a) Dokumentasi Penelitian (b) Penelitian Suciatmih (2015).

3. Penicilium sp.

Koloni pada agar dapat mencapai diameter 2-2,5 cm dengan tipe mengkerut secara radial,

seperti beludru, pertama berwarna hijau kebiruan kemudian hijau abu-abu. Baliknya berwarna

kuning pucat, konidofor 50-20 µm, lebar 2,2-3 µm, semua metula membawa pialid 6-10 (8-11 x 2-

2,8 µm). Konidia terbentuk dalam kolom-kolom, berbentuk bulat hingga semibulat, berdinding

halus kadang-kadang sedikit kasar, berwarna hialin hingga kehijauan dan berdiameter 2,5-3,0 µm.

Pembentukan konidia sangat cepat pada suhu 30˚C di daerah tropis. Morfologi Penicillium sp.

Disajikan pada Gambar.

(a) (b)

Gambar. Penicillium sp. (a) Dokumentasi Penelitian (b) Penelitian Suciatmih (2015).

Page 9: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

4. Rizhopus sp.

Stolon dan sporangiophores panjangnya kurang dari 150 µm, sporangia hitam diameter 50

µm – 100 µm, spora sebagian berbentuk globose sebagian lebih oval, panjang 5-6 µm. Morfologi

Rhizopus sp. Disajikan pada Gambar.

(a) (b)

Gambar. Rhizopus sp. (a) Dokumentasi Penelitian (b) Penelitian Suciatmih (2015).

5. Trichoderma sp.

Koloni pada agar tumbuh dengan cepat memproduksi miselium berwarna putih. Konidiofor

berbentuk verticil dengan pialid, pada lateral panjang konidiofor 5-7 µm dan lebar 2,5-3,5 µm.

Konidia elips sampai silindris, smooth, 3-4,8 x 1,9-2,8 µm. Morfologi Trichoderma sp. Disajikan

pada Gambar.

(a) (b)

Gambar. Trichoderma sp. (a) Dokumentasi Penelitian (b) Penelitian Suciatmih (2015).

Page 10: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

1. Persentase Total Jenis

Mikrofungi pada Serasah Daun

Mangrove (Rhizopora sp.) Persentasi total jenis mikrofungi

pada serasah mangrove (Rhizopora sp.)

ditampilkan pada Gambar.

Gambar. Persentase Total Jenis

Mikrofungi Pada Serasah Daun

Mangrove (Rhizopora sp.)

Persentase total jumlah mikrofungi

yang di dapat dari daun mangrove

(Rhizhopora sp.) adalah Aspergilus sp. 40%,

Mucor sp. 20%, Penicilium sp. 20%,

Rhizopus sp. 20%.

2. Persentase Total Jenis

Mikrofungi pada Daun

Mangrove (Rhizopora sp.) Persentase total jenis mikrofungi

pada daun mangrove Rhizopora sp.

ditampilkan pada Gambar.

Gambar. Persentase Total Jenis Mikrofungi

Pada Daun Mangrove (Rhizopora sp.)

Persentase total jumlah mikrofungi

yang di dapat dari daun mangrove

(Rhizhopora sp.) adalah Aspergilus sp. 25%,

Mucor sp. 25%, Trichoderma sp. 50%. Hasil

persentase di atas didapat dari jumlah jenis

mikrofungi yang di input dari Microsoft

Office Exel.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil isolasi

mikrofungi endofit pada potongan serasah

dan daun mangrove jenis Rhizopora .sp

terdapat 9 genus mikrofungi, Aspergilus sp.

(3), Mucor sp. (2), Penicilium sp. (1),

Rhizopus sp. (1), Trichoderma sp. (2).

Dari lima spesies yang ditemukan

seperti Aspergilus sp., Mucor sp.,

Penicillium sp., Rhizopus sp., Trichoderma

sp. menunjukkan bahwa mikrofungi yang

terisolasi dari serasah didominasi Aspergillus

sp. dan daun didominasi oleh Trichoderma

sp.

Hasil yang didapat menunjukkan

bahwa mikrofungi yang mendominasi

disebabkan oleh waktu pertumbuhan

mikrofungi. Karena dari hasil penelitian

mikrofungi (Aspergillus sp. dan Trichoderma

sp.) pertumbuhannya lebih cepat

dibandingkan dengan jenis lainnya. Proses

pertumbuhan jenis Aspergillus sp. dan

Trichoderma sp. berkisar antara 3-4 hari,

rata-rata pertumbuhan berhasil tumbuh

sampai 1 warna dan dapat diidentifikasi.

Sedangkan pada jenis Mucor sp., Penicillium

sp., Rhizopus sp. proses pertumbuhan sangat

lambat berkisar antara 5-7 hari bahkan lebih

dan terkadang gagal tumbuh dan tidak dapat

diidentifikasi.

Menurut Fisher dan Binkley (2000),

faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan

populasi (population density) dan

keanekaragaman jenis (species diversity)

organisme tanah, adalah pasokan oksigen,

kelembaban, suhu tanah, kandungan unsur

hara dan jumlah bahanbahan organik tanah.

Habitat yang berkaitan dengan

tumbuhan merupakan lingkungan yang

dinamis, menyebabkan banyak faktor yang

dapat mempengaruhi komposisi jamur

endofit. Keberadaan jamur endofit pada

tumbuhan tampaknya dipengaruhi oleh faktor

ekologi dan fisiologi tumbuhan (Khan et al.

2010), seperti lokasi geografis (Okane et al.

1998, Collado et al. 1999); dan umur serta

spesifikasi jaringan inang (Khan et al. 2010;

Mahesh et al. 2005; Okane et al. 1998) dalam

Suciatmih, 2015.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada potongan serasah daun

mangrove jenis Rhizopora sp. dengan

perbedaan warna daun di Perairan Sei Ladi

Kota Tanjungpinang ditemukan beberapa

jenis mikrofungi, yaitu Aspergilus sp., Mucor

40%

20%

20%

20% Aspergillus sp.

Mucor sp.

Penicillium sp.

Rhizopus sp.

25%

25%

50%

Aspergillus sp.

Mucor sp.

Trichoderma sp.

Page 11: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

sp., Penicilium sp., Rhizopus sp.,

Trichoderma sp.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian

diharapkan kepada seluruh mahasiswa

ataupun akademisi agar dapat menindak

lanjuti penelitian ini guna untuk mengetahui

potensi dan pemanfaatan jenis mikrofungi

yang di dapat dari serasah daun mangrove

jenis Rhizopora sp. Lebih melengkapi alat

dan bahan yang akan digunakan dalam

penelitinan dan juga memperbanyak buku

identifikasi sehingga hasil yang di dapat lebih

akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, M., Ni’matuzahroh, dan A. Suprianto. 2001.

Diversitas dan visualisissi karakter jamur

yang berasosiasi dengan proses degradasi

serasah di lingkungan mangrove. Jurnal Penelitian Medika Eksakta 2(1):40-53.

Arief. 2003. Isolasi dan identifikasi jamur kayu dari

hutan pendidikan dan latihan Tabo – Tabo Kecamatan Bugoro Kabupaten Pangkep.

Jurnal perennial 3 no. 2:49-54.

Bengen, D. G. 2004. Pedoman teknis: Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. PKSPL-

IPB. Bogor. Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan

Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat

Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Chanway CP. 1996. Endophytes they’re not just fungi.

Canadian J Bot 74:321-322. Collado J, Plant G, Conzalez I, Pelaez F. 1999.

‘Geographical and seasonal influences on

the distribution of fungal endophytes in Quercus ilex’. New Phytol 144: 525-532.

Dwilestari, dkk. 2015. Uji efek antibakteri jamur endofit

pada daun mangrove Sonneratia alba terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus

dan Escherichia coli: Fakultas Kedoktersan

Universitas Sam Ratulangi Manado. Fisher PJ, Pertini O. 1987. Location of fungal endophytes

in tissues of Suaeda fruiticosa: apreliminary

study. Trans Br Mycol Soc 89: 246-249. Fisher, R. F., dan D. Binkley. 2000. Ecology and

Management of Forest Soil. Third Edition.

John Wiley and Sons, Inc. New York, Chichester, Weinheim, Brisbane, Singapore,

Toronto.

Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta. 238p, 2006.

Gandjar Indrawati, dkk. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Ichsan Yudy, 2015. Kelimpahan dan Pola Sebaran

Mangrove Perairan Sungai Ladi Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang

Kota Kota Tanjungpinang. Jurusan Ilmu

Kelautan. Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali

Haji.

Kepmen LH No. 201 Tahun. 2004. Pedoman penentuan kriteria kerusakan ekosistem mangrove.

Khan R, Shahzad S, Choundhary MI, Khan SA, Ahmad

A. 2010. ‘Communities of endophytic fungi in medicinal plant Withania somnifera’.

Pakistan J Bot 42 (2): 1281-1287.

Kurniawan. 2009. Keanekaragaman jenis fungi pada

serasah daun Avicennia marina yang

mengalami dekomposisi pada berbagai

tingkat salinitas. Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi.

Liwang Firdy, dkk. 2014. Uji aktivitas antibakteri jamur

endofit akar bakau Avvicennia marina terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli: Fakultas Kedoktersan

Universitas Sam Ratulangi Manado. Muhaerin. M. 2008. Kajian Sumberdaya Ekosistem

Mangrove Untuk Pengelolaan Ekowisata Di

Estuari Perancak, Jembrana, Bali.Skripsi, Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. Istitut Pertanian Bogor.

Noor. 2006. Panduan jenis – jenis mangrove di

Indonesia. Wetland indonesia. Programme.

Oxforamnovid: bogor.

Okane I, Nakagiri A, Ito T. 1998. Endiphytic fungi in

leaves of ericaceous plant. Canadian J Bot 76 (4): 657-663.

Sigee DC. Freshwater Microbiology; Biodiversity and

Dynamic Interaction of Microorganism in the Freshwater Environment. John Wiley & Sons

Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester,

West Sussex PO 19 8SQ. England. 371-399 p, 2004.

Strobel G, Daisy B. 2003. Bioprospecting for microbial

endophytes and their natural products. Microb Mol Biol Rev: 491-502.

Suciatmih. 2015. Diversitas Jamur Endofit Pada

Tumbuhan Mangrove Di Pantai Sampiran Dan Pulau Bunaken, Sulawesi Utara. Bidang

Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI).

Ting ASY, Meon S, Kadir J, Radu S, Singh G. 2007.

Field evaluation of non-pathogenic Fusarium oxyaporum isolates UPM31P1 and

UPM39B3 for the control fusarium wilt in

pisang berangan (Musa,AAA). Proceeding of the international Symposium on Recent

Advances in Banana Crop Protection and

Improved Livelihoods, September, ISHS Acta Horticulture. Pp. 139-144.

Ting ASY, Meon S, Kadir J, Radu S, Singh G. 2008.

Endophytic microorganisme as potensial growth promoters of banana. Biocontrol 53 :

541-555.

Tournas, V., ME. Stack, P. B. Misilivec, and H.A. Koch, 2001. Yeast, Molds, and Mycrotoxin,

Washington, D.C.: U.S. Food & Drug

Administration. Center for Safety & Applied Nutrition.

Page 12: ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROFUNGI ENDOFIT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · merupakan sumber bahan organik penting ... Epifit adalah mikroba

Wiharyanto, Dhimas, 2007, Kajian Pengembangan

Ekowisata Mangrove di Kawasan Konservasi Pelabuhan Tengkayu II Kota Tarakan

Kalimantan Timur Tesis, Sekolah Pasca

Sarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut

Pertanian Bogor.

Wong MKM. et al. Role of fungi in freshwater ecosystem. Department of Ecology and

Biodiversity of Hong Kong, Pokfulam Road,

Hong Kong. Biodiversity and Conservation 7, 1187-1206, 1998.

Yunasfi, dan D. Suryanto. 2008. Jenis-Jenis Fungi Yang

Terlibat Dalam Proses Dekomposisi Serasah

Daun Avicennia Marina Pada Berbagai

Tingkat Salinitas. Biologi FMIPA USU.

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU.