Isolasi Dan Identifikasi Flora Normal
-
Upload
aulia-mhan-ueda -
Category
Documents
-
view
308 -
download
0
Transcript of Isolasi Dan Identifikasi Flora Normal
LAPORAN PRATIKUM AGENT PENYAKIT
“ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLORA
NORMAL”
Di susun oleh :
Nama : Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Kelompok : 1
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di tubuh manusia terdapat mikroorganisme yang menguntungkan dan
merugikan. Meskipun seseorang mandi lima kali sehari dan rajin merawat kulit
di salon kecantikan, dijamin tak ada kulit yang seratus persen bebas dari
mikroorganisme atau lebih dikenal dengan sebutan kuman. Tidak hanya dikulit,
mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik diluar tubuh maupun
dalam tubuh seperti mulut, telinga, hidung maupun usus.
Mikro floranormal merupakan sekumpulan mikroorganisme yang hidup
pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Mikro
flora normal pada kulit ini dapat dibagi menjadi :
1. Flora Tetap (Resident Flora)
2. Flora sementara (Transient Flora)
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air,
maupun udara. Keberadaan mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewati
makanan yang kita konsumsi dan sebagai akibatnya produk pangan jarang
sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai mikroorganisme. Bahan
pangan merupakan sumber gizi bagi manusia, juga sebagai sumber makanan
bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau perkembangan
mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan kehidupan
manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik
ditanah, air maupun udara. Untuk itu perlunya isolasi maupun pemurnian
untuk mendapatkan mikroorganisme tersebut. Populasi yang besar dan
kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubuh manusia termasuk
dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi adalah cara untuk memisahkan
atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya. Berdasarkan uraian
diatas maka yang melatarbelakangi praktek ini adalah untuk mengetahui dan
menguasai isolasi dan identifikasi flora normal.
2.2 Tujuan
Adapun tujuan sehingga dilaksanakan percobaan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana cara mengisolasi dan mengidentifikasi flora normal pada
mukosa mulut, kulit kepala, lipatan kulit, vagina, selangkangan, permukaan
kulit pada medium NA.
2.3 Manfaat
Adapun manfaat sehingga dilaksanakan percobaan ini yang
dihubungkan dengan kesehatan yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang
menghuni tubuh manusia agar dapat memelihara dan mempertahankan kondisi
baik dalam tubuh agar jangan sampai terjadi keadaan yang tidak baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini sangatlah besar
dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita
seperti mulut, saluran pencernaan dan kulit. Mereka terdapat dalam jumlah yang
cukup besar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat menebarkan beribu- ribu
mikroorganisme. Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam sebagai
tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme. Jenis
mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapang dan sebagainya. Populasi
dari mikroba yang ada di lingkungan ini sangatlah beraneka ragam dan masih dalam
bentuk campuran. Oleh karena itu, di dalam penelaahan terhadap suatu
mikroorganisme, selain ditumbuhkan juga perlu dilakukan isolasi. Isolasi mikroba
berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran menjadi satu biakan
murni (populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk) Penelitian yang
layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik
untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal
dengan istilah biakan campuran, menjadi spesies yang berbeda- beda yang dikenal
dengan istilah biakan murni, dengan kata lain terdiri dari beberapa jenis
mikroorganisme atau belum murni. Biakan murni ini terdiri dari satu populasi sel
yang semuanya berasal dari satu sel induk (Hans, 1996)
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari
suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah
metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip
pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan
anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat
diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain
digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural
morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu
spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk
memperoleh biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan
waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar
yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50 oC ) yang kemudian dicawankan.
Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak
diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap
sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung
koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang
tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan
waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan
yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores
yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum
sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari
mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan
sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi
kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak
sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada
agar-agar lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah
sebagai berikut :
1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan
tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur,
serupa akar, serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar,
timbul melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul
berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang
berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang
keriting.
2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi
koloni dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa
duri, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3. Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan
gelatin. Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda.
Lagipula bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari
samping koloni yang tidak mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih,
bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka
bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serupa corong,
pundi-pundi dan berlapis.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan
estelah inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam
bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan
mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut pada media pertumbuhan, sehingga
pengamatan morfologi ini sangat penting untuk diperhatikan (Ratna,1990).
Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar
terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya
koloni maka harus digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).
Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu: isolasi pada agar
cawan, isolasi pada medium cair, dan Isolasi sel tunggal.
1. Isolasi pada agar cawan Prinsip isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan
mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari
organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan
tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara
dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan
metode agar cawan tuang Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan
dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap
koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang Berbeda dengan metode gores
kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan
didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu
dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang
terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.
2. Isolasi pada medium cair Metode ini dapat dilakukan apabila mikroorganisme
tidak dapet tumbuh pada agar cawan. Metode ini juga perlu dilakukan
pengenceran dengan beberapa kali pengenceran. Semakin tinggi pengenceran
peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar. 3) Isolasi sel tunggal
Metode ini dilakukukan apabila mikroorganisme berukuran besar dan tidak
dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali.
Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang
sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis (gandjar,
2006).
Ada beberapa metode yang digunakan dalam percobaan isolasi dan
identifikasi dasar mikroba dan metode yang diunakan antara lain, teknik
pengenceran bertingkat tujuan dari teknik pengenceran bertingkat yaitu
memeperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang trsusupensi dalam cairan.
Penentuan besar atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung pada prkiraan
jumlah mikroba dan sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan selanjutnya sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1/10 sel mikroorganismedan pengenceran sebelumnya. Dan metode
ppour plate atau agar tuang dalam teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>
450C) untuk di tuang bersama susupensi bakteri kedalam ke cawan petri lalu
kemudian di homogenkan dan di biarkan memadat. Hal ini akan menyebabkan sel –
sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel yang ada di dalam
agar sehingga terdapat oksigen dan ada yang tumbuh didalam agar yang tidak
banyak mengandung oksigen (pleczar. 1986)
Media NA (Nutrien Agar) adalah medium umum untuk uji air dan produk
dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang
tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media
sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah
satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari
air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan
sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Media PDA (Potatos Dexstose Agar) adalah merupakan media yang umum
digunakan dalam kultuvasi bakter. Media PDA terdapat macam zat nutrisi organik
yang di gunakan dalam media biakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi
yeast dan kapang. Dalam suatu sampel atau produk makanan. Media PDA
mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20%
ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan
khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri (Sandjaja, 1994).
BAB III
METODOLOGI2
3
3.1 Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat pada saat melakukan percobaan ini yaitu :
Hari/Tanggal : Sabtu, 06 April 2013.
Waktu : 13.15 WITA – selesai.
Tempat :Laboratorium Terpadu FKIK UNTAD.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
3.2.1 Alat
1. Bunsen
2. Cawan Petri
3. Inkubator
4. Hand sprayer
4..22 Bahan
1. Spritus
2. Medium NA
3. Cotton buds
4. Alkohol 70%
5. Kertas
6. Korek api
7. Sampel bakteri mukosa mulut, kulit kepala, lipatan kulit, vagina,
selangkangan, permukaan kulit
7.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada saat melakukan percobaan ini adalah:
1. Menyiapkan cawan petri yang terdapat medium NA didalamnya.
2. Mensterilkan tangan dengan menyemprotkan alcohol 70 % secara
menyeluruh pada telapak sampai permukaan lengan (tindakan aseptis).
3. Mensterilkan cawan petri dengan melidah-apikan cawan petri secara
merata.
4. Mengambil sampel bakteri pada mukosa mulut, kulit kepala, lipatan kulit,
vagina, selangkangan, permukaan kulit dengan menggunakan cotton bud.
5. Menggoreskan sampel bakteri yang berada pada cotton bud ke cawan petri
yang berisi medium NA dengan metode zig-zag.
6. Membungkus agar cawan tersebut dengan menggunakan kertas secara
terbalik dan setelah itu menyimpan ke inkubator selama 24 jam.
7. Mengamati koloni bakteri pada medium NA.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
4.1. Hasil Pengamatan
Adapun hasil Pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan percobaan
ini yaitu :
NO Sampel Ket. Morfologi Gambar Keterangan
1
MukosaMulut
Ukuran : SmallBentuk : CircularElevasi : FlatPermukaan : Halus mengkilapMargins : EntireWarna : Putih
Sedikit bakteri,tidak tumbuhjamur, terdapatsatu bulatanwarna putihdan ukurannyatidak besar.
2 KutitKepala
Ukuran : PinpointBentuk : CircularElevasi : FlatPermukaan : Halus mengkilapMargins : EntireWarna : Putih
B a n y a kt e r d a p a tbakteri yangb e r w a r n aputih, danterdapat jamurdi sekitarnya.
3 LipatanKulit
Ukuran : Small Bentuk : Circular danFelamentous Elevasi : RaisedPermukaan : Halus mengkilapMargins : Entire dan SerateWarna : Putih
T e r d a p a tbanyak bakteridan sedikitjamur.
4Vagina
Ukuran : Pintpoin dan SmallBentuk : CircularElevasi : RaisedPermukaan : Halus mengkilapMargins : EntireWarna : Putih
Bakteri padacawan petriterlihat sangtbanyak, bakterit e r s e b u tb e r w a r n aputih, dansedikit terdapatjamur.
5 Selang-kangan
Ukuran : Pinpoint dan SmallBentuk : CircularElevasi : RaisedPermukaan : Halus mengkilapMargins : EntireWarna : Putih
Hanya terdapatb a k t e r iberwarna putihdan jumlahnyasangat banyak,dan tidakterdapat jamur
6 Permuka-an Kulit
Ukuran : Pinpoint dan SmallBentuk : CircularElevasi : RaisedPermukaan : Halus mengkilapMargins : EntireWarna : Putih
Banyak sekalit e r d a p a tbakteri dantidak terdapatj a m u r .B a k t e r i n y ab e r b e n t u kkoloni yangb e r j u m l a hsangat banyak.
4.2 Pembahasan
Flora normal adalah kumpulan organisme yang umum ditemukan pada
orang sehat normal dan hidup rukun berdampingan dalam hubungan yang
seimbang dengan host-nya. Kebanyakan flora normal adalah bakteri.
Beberapa virus, jamur dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat
.Diperkirakan bahwa manusia dihuni sekitar 10 pangkat 14 bakteri, terutama
di usus besar. Dalam keadaan tertentu (stress, immunocompromised atau bayi
yang baru lahir) dapat menyebabkan penyakit. Flora normal diperoleh dengan
cepat selama dan segera setelah lahir, dan perubahan terus-menerus selama
pertumbuhan terkait umur, gizi dan lingkungan individu. Organisme flora
normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh yang kontak dengan
lingkungan (kulit, hidung dan mulut, usus dan saluran urogenital).
Organ-organ dan jaringan biasanya steril.
Percobaan ini, dengan mengambil sampel bakteri dari mukosa mulut,
kulit kepala, lipatan kulit, vagina, selangkangan, permukaan kulit. Alat yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu Bunsen, cawan Petri, incubator, kertas.
Bahan yang digunakan yaitu spritus, medium NA, cotton buds, dan Alkohol
70%, sampel bakteri mukosa mulut, kulit kepala, lipatan kulit, vagina,
selangkangan, permukaan kulit.
Pada percobaan yang telah dilakukan, untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi flora normal, dengan menyiapkan cawan petri yang terdapat
medium NA didalamnya. Cawan petri berfungsi untuk wadah perkembiakan
bakteri dan Medium Nutrient Agar (NA) merupakan medium yang berbentuk
padat, merupakan perpaduan antara bahan kimia dan bahan alamiah. NA dibuat
dari campuran ekstrak daging, pepton dan agar. Digunakan medium NA karena
mengandung karbohidrat yang baik untuk perkembangbiakkan bakteri atau
mikroorganisme. Mensterilkan tangan dengan menyemprotkan alcohol 70 %
secara menyeluruh pada telapak sampai permukaan lengan. Alcohol berfungsi
untuk membasmi kuman-kuman pada tangan yang bisa terkontaminasi dengan
mikroorganisme lain. Kemudian mensterilkan cawan petri dengan
melidah-apikan cawan petri secara merata pada bunsen. Melidahapikan cawan
petri berfungsi agar cawan petri terhindar dari bakteri lainnya dan tidak
terkontamiasi dengan bakteri lain. Kemudian mengambil sampel bakteri pada
mukosa mulut, kulit kepala, lipatan kulit, vagina, selangkangan, permukaan
kulit dengan menggunakan cotton bud. Selanjutnya, kami menggoreskan
sampel bakteri yang berada pada cotton bud ke cawan petri yang berisi medium
NA dengan metode zig-zag. Metode zig-zag maksudnya agar sampel yang
dioleskan ke medium NA akan terlihat bentuk biakan murni. Lalu,
membungkus cawan petri tersebut dengan menggunakan kertas secara terbalik
dan setelah itu menyimpan ke inkubator selama 24 jam. Incubator berfungsi
menginkubasi dan menyimpan sampel pada suhu tertentu agar
perkembangbiakkan bakteri dapat berlangsung secara optimal, Mengamati
koloni bakteri yang terbentuk.
Medium yang digunakan dalam percobaan ini adalah medium NA,
dikarenakan pada percobaan ini, hanya mengamati bakteri pada flora normal,
tidak mengamati jamur/fungi pada medium PDA.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, hasil yang di dapatkan adalah
pada sampel yang terdapat di mukosa mulut dalam cawan petri berisi medium
NA, morfologi bakteri berukuran Small, berbentuk circular, berelevasi Flat,
permukaannya halus mengkilap, marginsnya Entire, dan berwarna putih.
Terdapat satu bulatan putih yang tidak terlalu kecil. Berdasarkan literatur, flora
Flora normal yang menetap di mulut : Streptococcus, Neisseria, Actynomyces,
Lactobacillus. Streptococcus salivarius adalah spesies bakteri dominan flora
mulut manusia, dan telah spesies yang paling sering diidentifikasi menyebabkan
kasus meningitis bakteri yang terjadi setelah prosedur injeksi tulang belakang
karena kontaminasi dari situs prosedur dengan air liur .
Pada sampel yang terdapat di kulit kepala dalam cawan petri berisi
medium NA yaitu berukuran Pinpoint, berbentuk circular, berelevasi Flat,
permukaannya halus mengkilap, marginsnya Entire, dan berwarna putih.
Terdapat bakteri yang berkoloni banyak dan sedikit jamur sekitarnya. Flora
normal pada kulit kepala Streptococcus, Diphtheroid (Corynebacteria), dalam
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Bau keringat adalah
hasil dari aktivitas bakteri flora bercampur dengan sekresi keringat dari kelenjar
apokrin (asalnya tidak berbau).
Pada sampel yang terdapat di lipatan kulit dalam cawan petri berisi
medium NA yaitu morfologi bakteri berukuran Small, berbentuk circular dan
Felamentous, berelevasi Raised, permukaannya halus mengkilap, marginsnya
Entire dan Serate, dan berwarna putih. Terdapat bulatan-bulatan putih yang
tersebar dan ada sedikit jamur di sekitarnya.
Pada sampel yang terdapat di vagina dalam cawan petri berisi medium
NA yaitu morfologi bakteri berukuran Pinpoint dan Small, berbentuk circular,
berelevasi Raised, permukaannya halus mengkilap, marginsnya Entire, dan
berwarna putih. Terdapat sangat banyak bakteri bulatan-bulatan putih yang
berkoloni dan ada jamur di sekitar cawan petri. Flora normal atau penghuni
utama vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri
ini mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium vagina, dan di dalam proses
tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina
disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil
balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan
glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4,4 sampai 4,6.
Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di
dalam vagina dan mencakup Enterococcus, Candida albicans, dan sejumlah
besar bakteri anaerobik.
Pada sampel yang terdapat di selangkangan dalam cawan petri berisi
medium NA yaitu morfologi bakteri berukuran Pinpoint dan Small, berbentuk
circular, berelevasi Raised, permukaannya halus mengkilap, marginsnya Entire,
dan berwarna putih. Ada bulatan-bulatan putih yang banyak tetapi tidak ada
jamur di sekitarnya. Flora normal yang terdapat pada selangkangan yaitu
Staphylococcus, dan Candida. Mikroorganisme ini dapat menimbulkan rasa
gatal pada kulit. Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang
seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada
permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies
Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis dan S. aureus) dan sianobakteri
aerobik atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri
anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab jerawat.
Pada sampel yang terdapat di permukaan kulit dalam cawan petri berisi
medium NA yaitu morfologi bakteri berukuran Pinpoint dan Small, berbentuk
circular, berelevasi Raised, permukaannya halus mengkilap, marginsnya Entire,
dan berwarna putih. Terdapat banyak bakteri yang berkoloni seperti
bulatan-bulatan putih tetapi tidak ada jamur.
Dari hasil percobaan yang di lakukan, pada sampel di mukosa mulut,
selangkangan dan permukaan kulit terdapat bakteri berwarna putih, dan tidak
tumbuh jamur. Sedangkan pada sampel kulit kepala, lipatan kulit dan vagina,
banyak terdapat bakteri yang berwarna putih, tetapi terdapat jamur di
sekitarnya. Terdapatnya jamur dikarenakan tidak terjaganya kesterilan pada
saat penanaman bakteri di medium NA, sehingga medium NA terkontaminasi
dengan mikroorganisme lain. Kemungkinan terkontaminasi dari udara, tidak
sterilnya tangan, atau tidak sterilnya cawan petri pada saat penanaman bakteri.
Faktor-faktor terjadinya denaturasi pada protein, dalam hal ini NA yaitu
:
1. Temperatur. Suhu panas dapat membuat protein mengalami denaturasi.
suhu yang tinggi dapat meningkatkan energy kinetic sehingga molekul
penyusun protein bergerak sangat cepat. Hal inilah yang menyebabkan
sisi hidrofobik dari gugus samping molekul polipeptida akan terbuka dan
juga dapat memutuskan ikatan hydrogen. Factor selanjutnya adalah
pendinginan. Seperti yang tertulis pada jurnal karya Soliman, T.N yang
bejudul Denaturation and Viscosity of Whey Proteins Solutions as
Affected by Frozen Storage disebutkan bahwa protein (WPC) yang
disimpan dalam penyimpanan beku atau storage freezing dapat
meningkatkan derajat denaturasi dan viskositas dari protein, namun
kandungan yang ada pada bahan amatan tidak berubah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa suhu rendah juga mempengaruhi kecepatan atau
terjadinya denaturasi.
2. Goncangan atau tekanan. Pada jurnal karya F. Fernandez-Martin yang
berjudulkan Protein Denaturation and Structural Damage During
High-Pressure-Shift Freezing of Porcine and Bovine Muscle menyatakan
bahwa daging babi yang diberi tekanan yang tinggi akan mengalami
kerusakan sel dan denaturasi pada proteinnya.
3. pH atau tingkat keasaman lingkungan. Dengan adanya keadaan yang
asam atau keadaan yang basa, dapat menimbulkan rusaknya atau
terputusnya jembatan garam yang ada pada protein. Putusnya jembatan
garam pada protein disebabkan oleh asam dan basa yang akan
terdisosiasi menjadi produk bermuatan ionic. Denaturasi berlangsung
ketika terjadi reaksi subsititusi antara ion positif dan negatif di dalam
garam dengan ion positif dan negatif yang berasal dari asam atau basa
yang ditambahkan. Hal tersebutlah yang membuat denaturasi pada
protein terjadi.
4. Gelombang ultrasonik dapat merusak lingkar aromatik yang ada dalam
molekul protein, yang berakibat hilangnya interaksi hidrofobik yang
terjadi karena dua lingkar aromatik yang berdekatan. Radiasi sinar
ultraviolet dan panas memberikan energi kinetik pada protein dan
menyebabkan atom-atom tervibrasi cukup cepat sehingga merusak
ikatan hydrogen.
5. Penambahan senyawa-senyawa kimia. Contohnya adalah alkohol,
alcohol akan memecah Ikatan hidrogen terjadi antara gugus amida dalam
struktur sekunder protein. Ikatan hidrogen antar rantai samping terjadi
dalam struktur tersier protein dengan kombinasi berbagai asam amino
penyusunnya sehingga terjadilah denaturasi protein.
BAB V
PENUTUP5
6
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan
mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya, untuk memperoleh biakan
murni. Biakan murni yaitu mikroba yang sudah tidak bercampur lagi
dengan mikroba lainnya.
2. Medium yang digunakan untuk adalah medium NA untuk biakkan bakteri.
Karena medium NA mengandung bahan yang dibutuhkan bakteri sebagai
perkembangbiakakannya.
3. Pada sampel yang di lakukan penelitian, terdapat hasil yang berbeda-beda
dari sampel yang di uji.
3.2 Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam
melakukan percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta
ada baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga
menunjang proses kerja pada saat melakukan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala(Suplemen pikiran rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.
Djida, N., 2000, Metode Instrumental dalam Mikrobiologi Umum, UNHASPress : Makassar.
Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.
Gandjar, MulMulyani. 2006. Mikrobiologi Tanah. RinekaCipta : Jakarta
Hadioetomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia :Jakarta.
Nur Indriyani, Asnani, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik, FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Unhalu : Kendari.
Plezar, michael. 1986. Dasar – DasarMikrobiologi. Jakata :Udan D
Sandjaja B. 1994. IsolasidanIdentifikasiMikroba.Jakarta :widiyamedika
Schagel, Hans G. 1996. MikrobiologiUmum. Jogja :gajahmada
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.
LEMBAR ASISTENSI
Nama : Aulia Rakhman
NIM : N 201 12 018
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : B
Asisten: Muh.Syahrir. S.Si
No
.
Hari/tanggal Koreksi paraf