Islam Dan Pluralisme

8
ISLAM DAN PLURALISME A. LATAR BELAKANG Plu rali sme aga ma tel ah men jadi sal ah sat u waca na kon tempor er yan g ser ing dibicarakan akhir-akhir abad 20, khususnya di Indonesia. Wacana ini sebenarnya ingin men jembata ni hub ung an ant ara gama yan g ser ing kal i terj adi dis har monis den gan men gatasnama kan agama, dia nta ranya kek eras an sesama uma t ber aga ma, mau pun kekerasan antarumat beragama. Di kalangan me di a saat ini terdapat pandanga n umum ba hwa Islam ti dak mendukung pluralisme. Lebih menyedihkan lagi, kerap kali kita mendengar bagaimana susahnya minoritas non-Muslim untuk bisa hidup secara damai dan harmonis di negara- negara Musl im. Tinda kan keker asan orang -oran g ekstri mis yang menya lahgu nakan teologi Islam untuk membenarkan serangan jahatnya semakin mengentalkan prasangka  buruk terhadap Muslim, dan saat ini banyak orang mengira bahwa orang-orang Muslim ti da k pe rcay a ak an pl ur al is me da n ke ra ga ma n. Pa da ha l, se ba li kn ya , se ja rah menunjukkan bahwa Islam, sebagaimana diajarkan oleh al-Qur’an serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad beserta para sahabatnya benar-benar menerima, merayakan, dan  bahkan mendorong kemajemukan. Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,  persamaan hak dan mengakui adanya pluralisme agama. Pluralisme agama menurut Islam adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Ungkapan ini menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai pluralisme karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui hak- hak penganut agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan. Meninggalnya Gus Dur (Abdurrahman Wahid) menjadi moment penting bagi para  peny okon g ajaran plural isme untuk kembali meng giatka n kampa nyeny a mengu sung gagasannya. Salah satu agenda penting yang akan digoalkan saat ini adalah menjadikan Gus Dur sebagai pahlawan Nasional, karena jasa-jasanya dalam membangun persatuan  bang sa. Sebagian lagi mengangga pnya sebagai “Bap ak Plura lisme” , tak main-main yan g men gat aka n demiki an ada lah pre siden SBY. Pad aha l, di sisi lain, MUI telah  berfatwa tentang haramnya pemahaman pluralisme ini. Rea lita s di ata s men unj ukk an bah wa pemiki ran plu rali sme semaki n dit erima secara luas di masyarakat. Padahal sekali lagi, pemikiran itu tidak sejalan dengan ajaran Islam. Ter lepas dar i sia pa yan g men gus ung nya , ide plu ralisme ini memang lay ak mendapat sorotan. Karena jika tidak disikapi dengan serius, maka ia bisa menjadi virus- virus pemikiran yang akan menggerogoti kemurnian pemikiran Islam. Apalagi jika ide tersebut diemban oleh orang-orang yang memiliki pengaruh di negeri ini. B. ARTI PLURALISME Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ke raga ma n pe mi ki ran, pe rada ba n, ag ama, dan bu da ya . Bu ka n ha ny a menoleran si adanya kerag aman pemaha man tersebut, tetapi bahk an mengakui kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut logika para pengikutnya. Pluralisme agama bisa dipahami dalam minimum tiga kategori. Pertama, kategori sosial. Dalam pengertian ini, pluralisme agama berarti ”semua agama berhak untuk ada dan hidup”. Secara sosial, kita harus belajar untuk toleran dan bahkan menghormati iman atau kepercayaan dari penganut agama lainnya. Kedua, kategori etika atau moral.

Transcript of Islam Dan Pluralisme

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 1/8

ISLAM DAN PLURALISME

A. LATAR BELAKANG

Pluralisme agama telah menjadi salah satu wacana kontemporer yang sering

dibicarakan akhir-akhir abad 20, khususnya di Indonesia. Wacana ini sebenarnya inginmenjembatani hubungan antaragama yang seringkali terjadi disharmonis dengan

mengatasnamakan agama, diantaranya kekerasan sesama umat beragama, maupun

kekerasan antarumat beragama.

Di kalangan media saat ini terdapat pandangan umum bahwa Islam tidak 

mendukung pluralisme. Lebih menyedihkan lagi, kerap kali kita mendengar bagaimana

susahnya minoritas non-Muslim untuk bisa hidup secara damai dan harmonis di negara-

negara Muslim. Tindakan kekerasan orang-orang ekstrimis yang menyalahgunakan

teologi Islam untuk membenarkan serangan jahatnya semakin mengentalkan prasangka

 buruk terhadap Muslim, dan saat ini banyak orang mengira bahwa orang-orang Muslim

tidak percaya akan pluralisme dan keragaman. Padahal, sebaliknya, sejarah

menunjukkan bahwa Islam, sebagaimana diajarkan oleh al-Qur’an serta dicontohkan

oleh Nabi Muhammad beserta para sahabatnya benar-benar menerima, merayakan, dan

 bahkan mendorong kemajemukan.

Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,

  persamaan hak dan mengakui adanya pluralisme agama. Pluralisme agama menurut

Islam adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, juga tidak 

mungkin dilawan atau diingkari. Ungkapan ini menggambarkan bahwa Islam sangat

menghargai pluralisme karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui hak-

hak penganut agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran masing-masing

dengan penuh kesungguhan.

Meninggalnya Gus Dur (Abdurrahman Wahid) menjadi moment penting bagi para penyokong ajaran pluralisme untuk kembali menggiatkan kampanyenya mengusung

gagasannya. Salah satu agenda penting yang akan digoalkan saat ini adalah menjadikan

Gus Dur sebagai pahlawan Nasional, karena jasa-jasanya dalam membangun persatuan

  bangsa. Sebagian lagi menganggapnya sebagai “Bapak Pluralisme”, tak main-main

yang mengatakan demikian adalah presiden SBY. Padahal, di sisi lain, MUI telah

 berfatwa tentang haramnya pemahaman pluralisme ini.

Realitas di atas menunjukkan bahwa pemikiran pluralisme semakin diterima

secara luas di masyarakat. Padahal sekali lagi, pemikiran itu tidak sejalan dengan ajaran

Islam. Terlepas dari siapa yang mengusungnya, ide pluralisme ini memang layak 

mendapat sorotan. Karena jika tidak disikapi dengan serius, maka ia bisa menjadi virus-

virus pemikiran yang akan menggerogoti kemurnian pemikiran Islam. Apalagi jika idetersebut diemban oleh orang-orang yang memiliki pengaruh di negeri ini.

B. ARTI PLURALISME

Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang mentoleransi

adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya. Bukan hanya

menoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi bahkan mengakui

kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut logika para pengikutnya.

Pluralisme agama bisa dipahami dalam minimum tiga kategori. Pertama, kategori

sosial. Dalam pengertian ini, pluralisme agama berarti ”semua agama berhak untuk ada

dan hidup”. Secara sosial, kita harus belajar untuk toleran dan bahkan menghormati

iman atau kepercayaan dari penganut agama lainnya. Kedua, kategori etika atau moral.

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 2/8

Dalam hal ini pluralisme agama berarti bahwa ”semua pandangan moral dari masing-

masing agama bersifat relatif dan sah”. Jika kita menganut pluralisme agama dalam

nuansa etis, kita didorong untuk tidak menghakimi penganut agama lain yang memiliki

 pandangan moral berbeda, misalnya terhadap isu pernikahan, aborsi, hukuman gantung,

eutanasia, dll. Ketiga, kategori teologi-filosofi. Secara sederhana berarti ”agama-agama pada hakekatnya setara, sama-sama benar dan sama-sama menyelamatkan”. Mungkin

kalimat yang lebih umum adalah ”banyak jalan menuju Roma”. Semua agama menuju

 pada Allah, hanya jalannya yang berbeda-beda

Kata “pluralisme agama” berasal dari dua kata, yaitu “pluralisme” dan “agama”

dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan “al-ta’ddudiyah” dan dalam bahsa Inggris

“religius pluralism”. Dalam bahasa Belanda, merupakan gabungan dari kata plural dan

isme. Kata “plural” diartikan dengan menunjukkan lebih dari satu. Sedangkan isme

diartikan dengan sesuatu yang berhubungan dengan paham atau aliran. Dalam bahasa

Inggris disebut pluralism yang berasal dari kata “plural” yang berarti lebih dari satu atau

 banyak. Dalam Kamus The Contemporary Engglish-Indonesia Dictionary, kata “plural”

diartikan dengan lebih dari satu/jamak dan berkenaan dengan keaneka ragaman. Jadi pluralisme, adalah paham atau sikap terhadap keadaan majemuk, baik dalam konteks

sosial, budaya, politik, maupun agama. Sedangkan kata “agama” dalam agama Islam

diistilahkan dengan “din” secara bahasa berarti tunduk, patuh, taat, jalan. Pluralisme

agama adalah kondisi hidup bersama antarpenganut agama yang berbeda-beda dalam

satu komonitas dengan tetap mempertahankan cirri-ciri spesifik ajaran masing-masing

agama.

Dengan demikian yang dimaksud “pluralisme agama” adalah terdapat lebih dari

satu agama (samawi dan ardhi) yang mempunyai eksistensi hidup berdampingan, saling

 bekerja sama dan saling berinteraksi antara penganut satu agama dengan penganut

agama lainnya, atau dalam pengertian yang lain, setiap penganut agama dituntut bukan

saja mengakui keberadan dan menghormati hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam

usaha memahami perbedaan dan persamaan, guna tercapainya kerukunan dalam

keragaman. Dalam prepektif sosiologi agama, secara terminology, pluralisme agama

dipahami sebagai suatu sikap mengakui dan menerima kenyataan kemajemukan sebagai

yang bernilai positif dan merupakan ketentuan dan rahmat Tuhan kepada manusia

Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi

 beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi

satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa

konflik asimilasi.

Pluralisme dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok 

sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalamilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi.

Dalam sebuah masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan

 politik dan keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat

  pluralistis, kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kemilikan kekuasaan) lebih

tersebar.

Dipercayai bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar luas dan

menghasilkan partisipasi yang lebih luas dan komitmen dari anggota masyarakat, dan

oleh karena itu hasil yang lebih baik. Contoh kelompok-kelompok dan situasi-situasi di

mana pluralisme adalah penting ialah: perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi,

 perhimpunan ilmiah.

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 3/8

Bisa diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah adalah faktor utama

dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan

  pengetahuan dapat dikatakan menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah,

karena, misalnya, lebih besar kinerja dan pertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah

teknologi kedokteran.Pluralisme juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan

kebenaran universalnya masing-masing.

Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi

 beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi

satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa

konflik asimilasi.

C. LATAR BELAKANG MUNCULNYA GERAKAN PLURALISME

Paham ini muncul akibat reaksi dari tumbuhnya klaim kebenaran oleh masing-

masing kelompok terhadap pemikirannya sendiri. Persoalan klaim kebenaran inilah

yang dianggap sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang dan penindasan atasnama agama. Konflik horisontal antar pemeluk agama hanya akan selesai jika masing-

masing agama tidak menganggap bahwa ajaran agama meraka yang paling benar. Itulah

tujuan akhir dari gerakan pluralisme ; untuk menghilangkan keyakinan akan klaim

kebenaran agama dan paham yang dianut, sedangkan yang lain salah.

Pikiran yang menganggap semua agama itu sama telah lama masuk ke Indonesia

dan beberapa negara Islam lainnya. Tapi akhir-akhir ini pikiran itu menjelma menjadi

sebuah paham dan gerakan “baru” yang kehadirannya serasa begitu mendadak, tiba-tiba

dan mengejutkan. Ummat Islam seperti mendapat kerja rumah baru dari luar rumahnya

sendiri. Padahal ummat Islam dari sejak dulu hingga kini telah biasa hidup ditengah

kebhinekaan atau pluralitas agama dan menerimanya sebagai realitas sosial.

Piagam Madinah dengan jelas sekali mengakomodir pluralitas agama saat itu dan

 para ulama telah pula menjelaskan hukum-hukum terkait. Apa sebenarnya dibalik 

gerakan ini?

Sebenarnya paham inipun bukan baru. Akar-akarnya seumur dengan akar 

modernisme di Barat dan gagasannya timbul dari perspektif dan pengalaman manusia

Barat. Namun kalangan ummat Islam pendukung paham ini mencari-cari akarnya dari

kondisi masyarakat Islam dan juga ajaran Islam. Kesalahan yang terjadi, akhirnya

adalah menganggap realitas kemajmukan (pluralitas) agama-agama dan paham

 pluralisme agama sebagai sama saja.

Parahnya, pluralisme agama malah dianggap realitas dan sunnatullah. Padahal

keduanya sangat berbeda. Yang pertama (pluralitas agama) adalah kondisi dimana berbagai macam agama wujud secara bersamaan dalam suatu masyarakat atau Negara.

Sedangkan yang kedua (pluralisme agama) adalah suatu paham yang menjadi tema

 penting dalam disiplin sosiologi, teologi dan filsafat agama yang berkembang di Barat

dan juga agenda penting globalisasi.

Solusi Islam terhadap adanya pluralitas agama adalah dengan mengakui

 perbedaan dan identitas agama masing-masing (lakum diinukum wa liya diin). Tapi

solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik dan

sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.

Jadi menganggap pluralisme agama sebagai sunnatullah adalah klaim yang

 berlebihan dan tidak benar.

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 4/8

Dalam paham pluralisme agama yang berkembang di Barat sendiri terdapat

sekurang-kurangnya dua aliran yang berbeda: yaitu paham yang dikenal dengan

 program teologi global (global theology) dan paham kesatuan transenden agama-agama

(Transcendent Unity of Religions). Kedua aliran ini telah membangun gagasan, konsep

dan prinsip masing-masing yang akhirnya menjadi paham yang sistemik. Karena ituyang satu menyalahkan yang lain.

D. ARGUMEN PLURALISME

Dalam mengajarkan gagasan ini mereka sering mengumpamakan agama dengan

tiga orang buta yang menjelaskan tentang bentuk gajah. Ketiga orang buta itu diminta

untuk memegang gajah, ada yang memegang telinganya, ada yang memegang kakinya,

dan ada yang memegang belalainya. Setelah mereka semua memegang gajah, lalu

mereka bercerita satu sama lain; yang memegang belalai mengatakan bahwa gajah itu

seperti pipa, yang memegang telinganya berkata bahwa gajah seperti kipas yang lebar 

dan kaku. Yang memegang kaki mengatakan bahwa gajah seperti pohon besar yang

kokoh.Dengan berpijak pada cerita tersebut lalu mereka mengatakan bahwa semuaagama pada dasarnya menyembah Tuhan yang sama, meskipun cara penyembahannya

 berbeda-beda.Bagi para penggiat pluralisme dari kalangan kaum muslimin mereka pun

menyitir ayat-ayat yang mengandung gagasan pluralisme. Di antara ayat yang sering

mereka sitir adalah :

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (Al-Baqarah:256)

“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang 

 Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari

kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah:62).

Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi aspek-aspek kemanusiaan,

  persamaan hak dan mengakui adanya pluralisme agama. Pluralisme agama menurut

Islam adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, juga tidak 

mungkin dilawan atau diingkari. Ungkapan ini menggambarkan bahwa Islam sangat

menghargai pluralisme karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui hak-

hak penganut agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran masing-masing

dengan penuh kesungguhan.

Dalam Islam berteologi secara inklusif dengan menampilkan wajah agama secara

santun dan ramah sangat dianjurkan. Islam bahkan memerintahkan umat Islam untuk 

dapat berinteraksi terutama dengan agama Kristen dan Yahudi dan dapat menggali nilai-

nilai keagamaan melalui diskusi dan debat intelektual/teologis secara bersama-sama dan

dengan cara yang sebaik-baiknya (QS al-Ankabut/29: 46), tentu saja tanpa harusmenimbulkan prejudice atau kecurigaan di antara mereka.

Agama Islam adalah agama damai yang sangat mengahargai, toleran dan

membuka diri terhadap pluralisme agama. Isyarat-isyarat tentang pluralisme agama

sanagat banyak ditemukan di dalam al-qur’an antara lain Firman Allah “Untukmu

agamamu dan untukku agamaku”. (QS. Al-Kafirun: 109/6). Pluarlisme agama adalah

merupakan perwujudan dari kehenddak Allah swt. Allah tidak menginginkan hanya ada

satu agama walaupun sebenarnya Allah punya kemampuan untuk hal itu bila Ia

kehendaki. “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang

satu.” (QS. Hud: 11/118). Dalam al-qur’an berulang-ulang Allah manyatakan bahwa

 perbedaan di antara umat manusia, baik dalam warna kulit, bentuk rupa, kekayaan, ras,

  budaya dan bahasa adalah wajar, Allah bahkan melukiskan pluralisme ideologi dan

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 5/8

agama sebagai rahmat. Allah menganugrahkan nikmat akal kepada manusia, kemudian

dengan akal tersebut Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih

agama yang ia yakini kebenarannya tanpa ada paksaan dan intervensi dari Allah.

Sebagaimana Firmannya “Tidak ada paksaan dalam agama”. (QS. Al Baqarah:

2/256). Manusia adalah makhluk yang punya kebebasan untuk memilih dan inilah salahsatu keistimewaan manusia dari makhluk lainnya, namun tentunya kebebasa itu adalah

kebabsan yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah swt.

Kitab suci al-qur’an diturunkan dalam konteks kesejarahan dan stuasi keagamaan yang

 pluralistik (plural-religius). Setidaknya terdapat empat bentuk keyakinan agama yang

  berkembang dalam masyarakat Arab tempat Muhammad saw. menjalankan misi

  profetkinya sebelum kehadiran Islam, yaitu Yudaisme (Yahudi); Kristen,

Zoroastrianisme dan agama Makkah sendiri. Tiga di antaranya yang sangat berpengaruh

dan senantiasa disinggung oleh al-qur’an dalam berbagai levelnya adalah Yahudi,

Kristen dan agama Makkah.

Kedatangan al-qur’an ditengah-tengah pluralitas agama tidak serta-merta

mendeskriditkan agama-agama yang berkembang pada saat itu, tapi al-quran sangat bersifat asfiratif, akomodatif, mengakui dan membenarkan agama-agama yang datang

sebelum al-qur’an diturunkan. Bahkan lebih jauh dari itu al-qur’an juga mengakui akan

keutamaan umat-umat terdahulu sebagaimana terdapat dalam ayat. “Whai Bani Israil!

Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, dan Aku telah melebihkan kamu

dari semua umat yang lain di ala mini (pada masa itu)”. (QS. Al-Baqarah: 2/47). Dalam

ayat ini, tergambar suatu sikap pengakuan al-qur’an akan keunggulan dan keutamaan

umat-umat terdahulu sebelum umat Islam.

Al-qur’an sebagai sumber normatif bagi satu teologi inklusif-pluralis. Bagi kaum

muslimin, tidak ada teks lain yang mempunyai posisi otoritas mutlak dan tak 

terbantahkan selain al-qur’an. Maka, al-qur’an merupakan kunci untuk menemukan dan

memahami konsep pluralisme agama dalam al-qur’an.

Berikut beberapa ayat Dalam Alqur’a Yang menyiratkan tentang pluralisme :

• Perintah Islam agar umatnya bersikap toleran, bukan hanya pada agama Yahudi

dan Kristen, tetapi juga kepada agama-agama lain. Ayat 256 surat al-Baqarah

mengatakan bahwa tidak ada paksaan dalam soal agama karena jalan lurus dan

 benar telah dapat dibedakan dengan jelas dari jalan salah dan sesat. Terserahlan

kepada manusia memilih jalan yang dikehendakinya. Telah dijelaskan mana jalan

 benar yang akan membawa kepada kesengsaraan. Manusia merdeka memilih jalan

yang dikehendakinya. Kemerdekaan ini diperkuat oleh ayat 6 surah al-Kafirunyang mengatakan: Bagimulah agamamu dan bagiku agamaku.

• Pluralitas adalah salah satu kenyataan objektif komunitas umat manusia, sejenis

hukum Allah atau Sunnah Allah, sebagaimana firman Allah SWT: “ Hai manusia,

sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

 perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi

Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal” (Al Hujurat 49: 13).

• Dalam kaitannya yang langsung dengan prinsip untuk dapat menghargai agama

lain dan dapat menjalin persahabatan dan perdamaian dengan ‘mereka’ inilah

Allah, di dalam al-Qur’an, menegur keras Nabi Muhammad SAW ketika ia

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 6/8

menunjukkan keinginan dan kesediaan yang menggebu untuk memaksa manusia

menerima dan mengikuti ajaran yang disampaikanya, sebagai berikut: “Jika

Tuhanmu menghendaki, maka tentunya manusia yang ada di muka bumi ini akan

 beriman. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia, di luar kesediaan mereka

sendiri? (Q.S. Yunus: 99).• Dalam bidang hukum agama, norma-norma dan peraturan kaum Yahudi dan

 Nasrani diakui (QS al-Maidah: 47) dan bahkan dikuatkan oleh Nabi ketika beliau

diseru untuk menyelesaikan perselisihan di antara mereka (QS al-Maidah: 42-43).

Pengakuan al-qur’an terhadap pluralisme dipertegas lagi dalam khutbah

 perpisahan Nabi Muhammad. Sebagimana dikutip oleh Fazlur Rahman, ketika Nabi

menyatakan bahwa, “Kamu semua adalah keturunan Adam, tidak ada kelebihan orang

Arab terhadap orang lain, tidak pula orang selain Arab terhadap orang Arab, tidak pula

manusia yang berkulit putih terhadap orang yang berkulit hitam, dan tidak pula orang

yang hitam terhadap yang putih kecuali karena kebajikannya.” Khutbah ini

menggambarkan tentang persamaan derajat umat manusia dihadapan Tuhan, tidak ada perbedaan orang Arab dan non Arab, yang membedakan hanya tingkat ketakawaan

Sungguh menarik untuk mencermati dan memahami pengakuan al-qur’an sebagai

kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk (hudan) dan obat penetram (syifa

li mafi al-shudhur) terhadap pluralitas agama, jika ayat-ayat al-qur’an dipahami secara

utuh, ilmiah-kritis-hermeneutis, terbuka, dan tidak memahaminya secara ideiologis-

 politis, tertutup, al-qur’an sangat radikal dan liberal dalam mengahadapi pluralitas

agama.

Secara normatif-doktrinal, al-qur’an dengan tegas menyangkal dan menolak sikap

eksklusif dan tuntutan truth claim (klaim kebenaran) secara sepihak yang berlebihan,

seperti biasa melekat pada diri penganut agama-agama, termasuk para penganut agama

Islam. Munculnya klaim kebenaran sepihak itu pada gilirannya akan membawa kepada

konflik dan pertentangan yang menurut Abdurrahman Wahid, merupakan akibat dari

 proses pendangkalan agama, dan ketidak mampuan penganut agama dalam memahami

serta menghayati nilai dan ajaran agama yang hakiki. Al-qur’an berulangkali mengakui

adanya manusia-manusia yang saleh di dalam kaum-kaum tersebut, yaitu Yahudi,

Kristen, dan Shabi’in seperti pengakuannya terhadap adanya manusia-manusia yang

 beriman di dalam Islam. Ibnu ‘Arabi salah seorang Sufi kenamaan mengatakan, bahwa

setiap agama wahyu adalah sebuah jalan menuju Allah, dan jalan-jalan tersebut

  berbeda-beda. Karena penyingkapan diri harus berbeda-beda, semata-mata anugrah

Tuhan yang juga berbeda. Jalan bisa saja berbeda-beda tetapi tujuan harus tetap sama,

yaitu sama-sama menuju kepada satu titik yang sama yakni Allah swt.

E. BANTAHAN ATAS ARGUMEN PLURALISME

Dengan kemampuan mereka memahami bahasa Arab yang cukup baik, mereka

suka memelintir makna ayat sehingga kaum intelektual-awam agama percaya kepada

mereka. Mari kita perhatikan ayat 256 surat al-Baqarah; Mereka menganggap tidak ada

 paksaan dalam beragama berarti pengakuan agama lain. Pemahaman demikian bukanlah

 pemahaman yang benar. Untuk lebih memahami makna tidak ada paksaan ini satu ayat

 penuh harus difahami secara utuh. Lanjutan ayat tersebut adalah, “sesungguhnya telah

 jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar 

kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 7/8

kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar 

lagi Maha Mengetahui.”

Jika ayat ini dibaca dengan tuntas maka akan jelas, tidak ada paksaan karena telah

 jelas yang benar dan yang salah, islam itulah yang benar dan yang lainnya adalah salah.

Masing-masing bebas memilih dengan resiko sendiri-sendiri. Adapun kaum pluralisdalam memaksakan pemahamannya tak jarang memotong ayat tidak pada tempatnya

sehingga seolah-olah benar padahal tidak benar.

Jika kita lihat ayat 62 surat al-Baqarah, sekilas memang ayat ini menjelaskan

 bahwa orang Yahudi jika tetap beriman dan beramal shaleh akan masuk sorga. Orang

 Nasrani, orang Shabi’in, selama tetap beriman dan beramal shaleh ia akan masuk 

sorga.Dalam memahami suatu ayat, para ulama’ telah menganjurkan agar menggunakan

riwayat turunnya ayat, yang disebut dengan asbab nuzul. Adapun asbab nuzulnya sayat

ini adalah; Salman al-Farisi; tatkala ia menceritakan kepada Nabi saw kebaikan-

kebaikan guru-gurunya dari golongan Nasrani dan Yahudi. Tatkala Salman selesai

memuji para shahabatnya, Nabi saw bersabda, “Ya Salman, mereka termasuk ke dalam

 penduduk neraka.” Selanjutnya, Allah swt menurunkan ayat ini. Lalu hal ini menjadikeimanan orang-orang Yahudi; yaitu, siapa saja yang berpegang teguh terhadap Taurat,

serta perilaku Musa as hingga datangnya Isa as (maka ia selamat). Ketika Isa as telah

diangkat menjadi Nabi, maka siapa saja yang tetap berpegang teguh kepada Taurat dan

mengambil perilaku Musa as, namun tidak memeluk agama Isa as, dan tidak mau

mengikuti Isa as, maka ia akan binasa. Demikian pula orang Nashraniy. Siapa saja yang

 berpegang teguh kepada Injil dan syariatnya Isa as hingga datangnya Mohammad saw,

maka ia adalah orang Mukmin yang amal perbuatannya diterima oleh Allah swt.

  Namun, setelah Mohammad saw datang, siapa saja yang tidak mengikuti Nabi

Mohammad saw, dan tetap beribadah seperti perilakunya Isa as dan Injil, maka ia akan

mengalami kebinasaan.”

Ibnu Katsir menyatakan, “Setelah ayat ini diturunkan, selanjutnya Allah swt

menurunkan surat, “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah

akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang

merugi.”[Ali Imron:85]. Ibnu ‘Abbas menyatakan, “Ayat ini menjelaskan bahwa tidak 

ada satupun jalan, agama, kepercayaan, dll, ataupun perbuatan yang diterima di sisi

Allah, kecuali jika jalan dan perbuatan itu berjalan sesuai dengan syari’atnya

Mohammad saw. Adapun, umat terdahulu sebelum nabi Mohammad diutus, maka

selama mereka mengikuti ajaran nabi-nabi pada zamanya dengan konsisten, maka

mereka mendapatkan petunjuk dan memperoleh jalan keselamatan.”

Ya, kaum pluralis itu mengambil satu ayat dengan mengabaikan ayat-ayat yang

lain. Meraka abaikan ayat ;“Sesungguhnya agama yang diridloi di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imron:19).

“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima(agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali

Imron:85).

Mereka abaikan pula ayat; “Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah”

dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan

mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang

terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (al-

Taubah:30)

“Sungguh telah kafir, mereka yang mengatakan, “Tuhan itu ialah Isa al-Masih putera

Maryam.”(al-Maidah:72)

8/6/2019 Islam Dan Pluralisme

http://slidepdf.com/reader/full/islam-dan-pluralisme 8/8

Seandainya ide pluralisme agama ini memang diakui di dalam Islam, berarti, tidak 

ada satupun orang yang dikatakan kafir. Tetapi al-qur’an dengan sangat tegas menyebut

orang ahlikitab yang tidak menerima Islam dengan sebutan kafir. Firman Allah;

“Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang musyrik 

(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalahseburuk-buruknya mahluk (al-Bayyinah:6)

Demikianlah, Islam sama sekali tidak mengakui kebenaran ide pluralisme. Islam

hanya mengakui adanya pluralitas agama dan keyakinan. Maknanya Islam hanya

mengakui adanya agama dan keyakinan di luar agama islam, serta mengakui adanya

identitas agama-agama selain Islam. Islam tidak memaksa pemeluk agama lain untuk 

masuk Islam. Mereka dibiarkan memeluk keyakinan dan agama mereka. Hanya saja,

  pengakuan Islam terhadap pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga

mengakui adanya kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa

agama di luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan

Islam.Akhirnya, pluralisme adalah paham sesat yang bertentangan dengan aqidah Islam.

Islam mengajarkan keyakinan bahwa islam sajalah agama yang benar, yang diridlaiAllah. Orang yang masih mencari agama selain Islam, ia akan rugi, karena amalnya

tidak diterima oleh Allah. Siapapun yang mengakui kebenaran agama selain Islam, atau

menyakini bahwa orang Yahudi dan Nashrani masuk ke surga, maka dia telah

mengingkari ayat-ayat al-Qur’an yang tegas dan jelas. Pengingkaran tersebut berakibat

 pada batalnya keislaman seseorang, na’udzubillah min dzalik.