Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi...

17

Transcript of Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi...

Page 1: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari
Page 2: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

Islam Berdialog dengan Zaman

Ardiyansyah

hal depan.indd 1 6/6/2018 9:01:09 AM

Page 3: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

hal depan.indd 2 6/6/2018 9:01:09 AM

Page 4: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

Islam Berdialog dengan Zaman

Ardiyansyah

Penerbit PT Elex Media Komputindo

hal depan.indd 3 6/6/2018 9:01:09 AM

Page 5: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

Islam Berdialog dengan ZamanArdiyansyah

© 2018, PT Elex Media Komputindo, JakartaHak cipta dilindungi undangundang

Diterbitkan pertama kali olehPenerbit PT Elex Media Komputindo

Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

718100985ISBN: 978-602-04-7629-2

978-602-04-7630-8 (Digital)

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak seba-gian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab percetakan

hal depan.indd 4 6/6/2018 9:01:10 AM

Page 6: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

KATA SAMBUTAN .................................................. xiPENDAHULUAN ................................................... xv

BAB I: Mencari Hakikat Tuhan.................................1A. Muktazilah dan Deisme ............................................1B. Asyariyah dan Sifat-sifat Allah ..................................9C. Filsafat dan Eksistensi Ilahi ....................................14

BAB II: Terbentuknya Pancasila ............................ 19A. Indonesia Bukan Negara Agama Melainkan Negara Beragama ...................................................19B. Finalnya Pancasila ..................................................22C. Perdebatan Pancasila di Konstituante ...................24

Daftar Isi

hal depan.indd 5 6/6/2018 9:01:10 AM

Page 7: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

ISLAM BERDIALOG DENGAN ZAMAN

vi

BAB III: Islam dan Negara ..................................... 35A. Terbentuknya Negara Islam Indonesia (NII) ..........35B. Membaca Syariat Islam dalam Konteks Keindonesiaan ..........................................44C. Mendirikan Negara Islam di Indonesia di Era Modern ..........................................................49D. Islam dan Islamisme ...............................................58

BAB IV: Pancasila Sebagai Ideologi Tunggal Ormas . 83A. Muhammadiyah ......................................................83B. Nahdlatul Ulama .....................................................87

BAB V: Nasionalisme di dunia Islam ...................... 97A. Nasionalis-Monarki di Hijaz ....................................98B. Nasionalisme India dan Terbentuknya Negara Pakistan ....................................................104

BAB VI: Islam dan Budaya .................................. 109A. Jilbab di antara Syariat dan Budaya ....................109B. Patung Antara Keharaman dan Kebolehan .........117

BAB VII: Islam dan Ilmu Pengetahuan .................. 131A. Naturalisasi Ilmu ...................................................131B. Islamisasi Sains .....................................................137C. Relevansi Islam dari Masa ke Masa ......................155D. Ilmu Perbandingan Agama ...................................161

hal depan.indd 6 6/6/2018 9:01:10 AM

Page 8: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

BAB IMENCARI HAKIKAT TUHAN

A. Muktazilah dan DeismePandangan khas tentang Allah di masa pencerahan disebut deisme (dari “deus”, Allah). Deisme terutama merajalela dalam filsafat pencerahan Inggris. Yang dimaksud adalah bahwa Allah tidak lagi dipahami sebagai dekat dengan manusia, yang mengerjakan mukjizat-mukjizat dan mengambil tindakan dalam sejarah (seperti dalam sejarah bangsa Israel), yang terus menerus-menerus memelihara alam semesta dan memerhatikan setiap orang. Hasil-hasil ilmu alam memberi kesan bahwa proses-proses di alam semesta berjalan menurut hukum alam, dengan sendirinya, tanpa perlu ada campur tangan kekuasaan adi-duniawi. Orang memang masih percaya adanya Allah, tetapi Allah itu sama sekali tidak ada kaitannya lagi dengan dunia. Ia tidak mencampuri urusan dunia.1

1 Frans Magnis-Suseno, Menalar Tuhan, (Kanisius, Yogyakarta:2006). Hal 53

isi.indd 1 04/06/2018 22:01:19

Page 9: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

ISLAM BERDIALOG DENGAN ZAMAN

2

Secara garis besar deisme bisa kita artikan bahwa di zaman modern ini ketika hukum alam sudah bekerja dan manusia mampu menciptakan kebutuhan hidupnya sendiri, mereka sudah tidak membutuhkan Tuhan lagi. Mereka percaya bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan, tetapi Tuhan sudah memberikan hukum alam untuk manusia memperolehnya sehingga Tuhan sudah tidak perlu mengatur lagi, alias pensiun.

Deisme membuka jalan untuk kemudian “mencoret” Tuhan sama sekali. Kalau Tuhan hanya diperlukan pada permulaan dan kemudian dapat dilupakan, maka pada akhirnya Tuhan juga akan dianggap tidak perlu dipermulaan. Alam dianggap sebagai kenyataan yang ada, kita tidak tahu kena apa, sudah. Jadi deisme tepat dianggap sebagai langkah pertama ke arah ateisme.2

Hal ini terjadi di kalangan ilmuwan Barat, ketika mereka mampu menguasai teknologi seakan-akan de-ngan teknologi tersebut mereka mampu menemukan jawaban. Padahal, tidak semua empiris mampu menye-lesaikan persoalan-persoalan. Misalnya tentang jiwa, di mana ilmu-ilmu empiris tidak bisa menjawab mengenai kejiwaan, meskipun ada beberapa alat yang canggih, yang mampu membaca aura tubuh, meskipun demikian, tetap saja, orang yang mengalami gangguan jiwa, harus ditangani oleh psikiater.

2 Menalar Tuhan, hal 54.

isi.indd 2 04/06/2018 22:01:19

Page 10: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

3

Dalam Islam, mungkin deisme lebih diidentikkan de-ngan muktazilah (meskipun nanti akan ada pergeseran istilah) dalam masalah perbuatan hamba, yang mana muktazilah berpendapat bahwa ketika Allah menciptakan manusia, Allah memberikan kebebasan kepada manusia dalam bertindak. Allah tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh manusia.

Siapakah muktazilah itu? Nama muktazilah sendiri mengalami perbedaan pendapat di kalangan sejarawan. Ada yang berpendapat bahwa nama muktazilah itu diberikan oleh pihak luar dan ada pula yang ber pen-dapat diberikan oleh mereka sendiri. Pendapat yang mengatakan bahwa nama muktazilah itu diberikan oleh pihak luar -bukan oleh orang muktazilah- biasanya ber-sumber dari peristiwa keluarnya Wasil dari pengajian Hasan Al-Basri, yang mana dari Hasan Al-Basri keluar ucapan: I’tazal anna. Dari perkataan atau ucapan tersebut selanjutnya berubah menjadi sebutan muktazilah bagi Wasil dan pengikutnya. Ini menunjukkan bahwa nama muktazilah diberikan oleh orang luar.3

Pihak luar selain memberi nama muktazilah, juga memberikan nama lain seperti kaum mu’attilah yakni golongan yang menafikan sifat-sifat Tuhan. Hal ini disebabkan karena mereka berpendirian bahwa Tuhan

3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96.

Mencari Hakikat tuHan

isi.indd 3 04/06/2018 22:01:19

Page 11: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

ISLAM BERDIALOG DENGAN ZAMAN

4

tidak mempunyai sifat-sifat yang berdiri sendiri pada zat. Ada lagi yang menamakan dengan Al-Wa’idiyyah karena mereka mengajarkan paham bahwa ancaman Tuhan terhadap orang-orang yang tidak taat pasti berlaku. Kaum muktazilah sendiri sebenarnya menamakan golongan mereka dengan sebutan Ahl Al-Adl wa At-Tauhid yakni golongan yang berusaha mempertahankan keadilan dan keesaan Tuhan. Mereka lebih menyukai sebuatan ini.4

Muktazilah berpendapat mengenai perbuatan manusia yang dianggap sebagai deisme, yaitu bahwa manusia menciptakan sendiri perbuatan mereka. Tuhan tidak ikut campur mengenai perbuatan manusia dikarenakan Tuhan telah memberikan daya perbuatan kepada manusia untuk melakukan sesuatu. Tuhan memberikan daya kepada manusia agar manusia mampu menjadikan daya tersebut menjadi perbuatan yang mana manusia bebas melakukan kehendak.

Al-Jubai dan Abu Hasyim dua tokoh muktazilah di Bashrah berpendapat bahwa manusialah yang men-ciptakan perbuatan-perbuatannya, meliputi perbuatan baik dan jahat, taat dan maksiat, semuanya diwujudkan oleh manusia atas kehendak dan kemampuannya sendi-ri. Sedangkan kemampuan atau daya sudah ada dalam diri manusia sebelum perbuatannya itu ia wujudkan. De-mikian pula Abdul Jabbar mengatakan bahwa perbuatan

4 Aliran-aliran Kalam, h. 97.

isi.indd 4 04/06/2018 22:01:19

Page 12: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

5

manusia diciptakan sendiri oleh manusia, bukan oleh Tu-han. Manusia menciptakan sendiri perbuatannya, karena apabila Tuhan yang menciptakan, maka manusia tidak berhak mendapatkan pahala atau siksa.5

Selanjutnya Abdul Jabar mengemukakan dua macam argumen yang menunjukkan bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh manusia, manusia punya kebebasan berkehendak dan memilih untuk kemampuan melakukan perbuatan. Pertama adanya ayat-ayat yang berisi perintah melakukan sesuatu perbuatan, di antaranya pada surah Ali Imran ayat 133.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.

Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia adalah pelaku perbuatan yang telah diberikan Tuhan kebebasan memilih. Sekiranya Tuhan yang menciptakan gerak langkah manusia tentunya kata wa sari’uu (bersegeralah) bergantung pada Tuhan untuk mewujudkan. Hal ini tidak

5 Aliran-aliran Kalam, h. 124.

Mencari Hakikat tuHan

isi.indd 5 04/06/2018 22:01:19

Page 13: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

ISLAM BERDIALOG DENGAN ZAMAN

6

relevan dengan perintah untuk bersegera memperoleh ampunan tersebut.

Di dalam lain juga disebutkan,

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran:135)

Oleh karena manusia mempunyai kehendak, kebe-basan memilih, dan kemampuan berbuat, maka beriman dan kafir pun adalah atas kehendak dan pilihan manusia juga. Sehingga dari ayat di atas, manusia mempunyai daya untuk melakukan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Argumen lain yang dikemukakan Abdul Jabar adalah bahwa di antara perbuatan manusia itu terdapat kezaliman dan kejahatan, seandainya Tuhan yang menciptakannya tentulah Tuhan itu zalim dan jahat. Mahasuci Allah dari hal yang demikian. Di

isi.indd 6 04/06/2018 22:01:19

Page 14: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

7

samping itu adanya kebergantungan perbuatan manusia atas kehendak dan kemampuannya serta memerlukan alat-alat yang memungkinkan terlaksananya suatu perbuatan.6

Bukan hanya membahas mengenai kebebasan ke-hendak manusia, muktazilah juga membahas mengenai sifat-sifat Tuhan. Muktazilah jelas meniadakan sifat-sifat Tuhan, karena Tuhan itu Maha Esa yang tidak berbilang. Jika Tuhan berbilang, maka hilanglah keesaan-Nya. Paham ini muncul dengan maksud untuk memurnikan tauhid. Tuhan Maha Esa menurut muktazilah bahwa Tuhan hanyalah sebuah zat. Tuhan tidak terdiri dari unsur zat dan unsur sifat. Kalau tersusun dari zat dan sifat, maka kedua unsur itu pasti Qidam, tidak mungkin hanya zat yang Qidam sedangkan sifatnya adalah baru. Jika keduanya Qidam, maka Tuhan tidak esa lagi karena menimbulkan paham banyak yang bersifat Qidam sehingga menimbulkan paham syirik. Selain itu, adanya sifat-sifat tersebut juga ada pada makhluk atau manusia. Oleh karena itu, untuk menghindari timbulnya paham banyak yang bersifat Qidam yang dapat berakibat kepada syirik dan tasybih (penyerupaan) itulah maka kaum muktazilah meniadakan sifat bagi Tuhan yaitu sifat-sifat yang berdiri sendiri di luar zat Tuhan.7

6 Aliran Kalam, h. 127.7 Aliran kalam, h. 135-136.

Mencari Hakikat tuHan

isi.indd 7 04/06/2018 22:01:19

Page 15: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

ISLAM BERDIALOG DENGAN ZAMAN

8

B. Asyariyah dan Sifat-sifat AllahAsyariyah diambil dari nama Abu Hasan Al-Asyari, ulama yang lahir pada 935 M di Basrah, Irak. Asyari sebelumnya menganut paham muktazilah sampai akhirnya menyusun sendiri ilmu dalam ushuluddin. Sejak kecil, dia mencintai ilmu, dan menjadi Ulama ketika dewasa, dia pun banyak menguasai disiplin ilmu keagamaan seperti bahasa Arab, seni baca Quran, filsafat, tafsir, dan lain-lain. Sebelum mencetuskan ajarannya, Asyari berpikir dan meneliti ulang pemahaman muktazilah. Sampai akhirnya dirinya yakin dan mengumumkan bahwa dirinya telah keluar dari ajaran muktazilah.

Adapun yang membuatnya ragu atas paham muk-tazilah ialah ketika dirinya berdebat dengan gurunya, Al-Jubai, tentang nasib manusia di akhirat kelak. Adapun perdebatannya dimulai ketika Asyari menanyakan se-suatu kepada Al-Jubai,

Asyari: “Bagaimana pendapatmu tentang nasib orang mukmin, orang kafir, dan anak kecil di akhirat kelak?”

Al-Jubai: “Orang mukmin dimasukkan ke surga, orang kafir dimasukkan ke neraka, dan anak kecil terlepas dari siksa.”

Asyari: “Bagaimana kalau sekiranya anak kecil itu me-minta agar dimasukkan surga? Bisakah?”

isi.indd 8 04/06/2018 22:01:19

Page 16: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

Ardiyansyah dilahirkan di Jakarta pada 05 November 1993, anak per-tama dari pasangan Kadarusman dan Romlah. Pendidikan formalnya ditempuh di sekolah umum kemu-dian melanjutkan studi di jurusan Perbandingan Agama, Fakulas Us-

huluddin, Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan non-formalnya ditempuh di Pondok Pesantren El Huda Tam-bun Bekasi dan di Pondok Pesantren Luhur Sabilus Salam Ciputat Tangerang. Ardiyansyah aktif mengajar di bebe-rapa sekolah SMA Negeri maupun Swasta. Ardiyansyah juga menjadi kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bekasi. Selain mengajar, Ardiyansyah juga menulis di beberapa

TentangPenulis

isi.indd 235 04/06/2018 22:01:29

Page 17: Islam Berdialog dengan Zaman - s3.amazonaws.com · 3 Mawardy Hatta, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h. 96. Mencari

ISLAM BERDIALOG DENGAN ZAMAN

236

media sosial dan telah menulis buku dengan judul ‘Islam itu Ramah bukan Marah’ (Elexmedia). Ardiyansyah juga menjadi narasumber di berbagai seminar kebangsaan dan toleransi. Ardiyansyah akan terus menulis sampai di-rinya tidak bisa lagi menulis.

Penulis bisa dihubungi melalui:WA : 089699610166Email : [email protected]

isi.indd 236 04/06/2018 22:01:29