ISK Pada Lansia

16
ISK Pada Lansia Infeksi yang Ikut Merenggut Lansia RACIKAN UTAMA - Edisi Juni 2007 (Vol.6 No.11) Tujuan terapi ISK adalah menghilangkan gejala dengan cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas serta mortalitas. Bertepatan di hari Jumat, 1 April 2005, Joaquin Navarro-Valls selaku Juru Bicara Vatikan memberi pengumuman resmi, "Pagi ini kesehatan beliau (Paus Yohanes Paulus II – red) sangat buruk menyusul infeksi saluran kemih dan kegagalan sirkulasi jantung." Berita itu tentu bukan kabar gembira bagi masyarakat dunia, khususnya umat Katolik. Sebelumnya, pemimpin umat Katolik sedunia itu sudah menderita penyakit Parkinson dan infeksi saluran nafas. Berselang 1 hari kemudian, beliau wafat di usianya yang menginjak 84 tahun. Apa yang dialami Paus Yohanes Paulus II memberi gambaran bahwa penyakit semakin merajalela seiring usia yang semakin senja. Kaum lansia mudah sekali menderita infeksi. Tak lain karena daya tahan tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Wanita Lebih Banyak Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang melibatkan struktur dari tempat dibentuknya urin (glomerulus) sampai dengan muara saluran urin di meatus uretra eksterna dengan didapatkannya mikroorganisme di urin yang disertai gejala sebagai tanda adanya infeksi. ISK lebih banyak diderita oleh wanita daripada pria karena uretranya lebih pendek dan tersembunyi. Semasa hidup seseorang, risiko ISK meningkat 1-2%. Statistik menunjukkan prevalensi ISK pada wanita muda yang semula hanya 1-2% akan meningkat menjadi 2,8-8,6% di usia 50-70 tahun. Pada pria, prevalensi ISK di atas usia 80 tahun juga tinggi, mencapai 20%. Fisiologi Urin Urin merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman. Maka, tak heran bila dalam cairan yang buang setiap hari itu terdapat

Transcript of ISK Pada Lansia

Page 1: ISK Pada Lansia

ISK Pada LansiaInfeksi yang Ikut Merenggut LansiaRACIKAN UTAMA - Edisi Juni 2007 (Vol.6 No.11)

 Tujuan terapi ISK adalah menghilangkan gejala dengan cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas serta mortalitas.Bertepatan di hari Jumat, 1 April 2005, Joaquin Navarro-Valls selaku Juru Bicara Vatikan memberi pengumuman resmi, "Pagi ini kesehatan beliau (Paus Yohanes Paulus II – red) sangat buruk menyusul infeksi saluran kemih dan kegagalan sirkulasi jantung." Berita itu tentu bukan kabar gembira bagi masyarakat dunia, khususnya umat Katolik. Sebelumnya, pemimpin umat Katolik sedunia itu sudah menderita penyakit Parkinson dan infeksi saluran nafas. Berselang 1 hari kemudian, beliau wafat di usianya yang menginjak 84 tahun.Apa yang dialami Paus Yohanes Paulus II memberi gambaran bahwa penyakit semakin merajalela seiring usia yang semakin senja. Kaum lansia mudah sekali menderita infeksi. Tak lain karena daya tahan tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Wanita Lebih BanyakInfeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang melibatkan struktur dari tempat dibentuknya urin (glomerulus) sampai dengan muara saluran urin di meatus uretra eksterna dengan didapatkannya mikroorganisme di urin yang disertai gejala sebagai tanda adanya infeksi.ISK lebih banyak diderita oleh wanita daripada pria karena uretranya lebih pendek dan tersembunyi. Semasa hidup seseorang, risiko ISK meningkat 1-2%. Statistik menunjukkan prevalensi ISK pada wanita muda yang semula hanya 1-2% akan meningkat menjadi 2,8-8,6% di usia 50-70 tahun. Pada pria, prevalensi ISK di atas usia 80 tahun juga tinggi, mencapai 20%. Fisiologi UrinUrin merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman. Maka, tak heran bila dalam cairan yang buang setiap hari itu terdapat banyak kuman. Untungnya, jumlah kuman tersebut masih normal dan tidak membahayakan. Mengosongkan urin adalah cara alami yang dilakukan tubuh agar jumlah kolonisasi kuman dapat ditekan, sekaligus mencegah kuman naik ke organ saluran kemih bagian atas (kandung kemih dan ginjal). Di samping itu, tubuh menjaga agar urin yang dikeluarkan memiliki tingkat osmolalitas tinggi, konsentrasi urea tinggi, dan pH asam. Kondisi tersebut menyebabkan urin mempunyai 'efek antibakteri'. Adanya gangguan terhadap mekanisme alami itulah yang memudahkan terjadinya ISK. Contohnya adalah pasien diabetes melitus, dimana terjadi konsentrasi glukosa urin yang meningkat menjadi media yang sangat baik bagi kolonisasi kuman. Faktor PredisposisiTerdapat beberapa faktor predisposisi terjadinya ISK pada geriatri. Semakin tua seseorang, status imunnya akan semakin menurun. Maka, semakin mudah pula orang tersebut mengalami infeksi. Selain penurunan status imun, bertambahnya usia seseorang khususnya perempuan akan berdampak pada penurunan kadar hormon estrogen – dikenal dengan masa menopause.

Page 2: ISK Pada Lansia

Penurunan estrogen menyebabkan perubahan pH vagina menjadi lebih basa. Padahal pH vagina asam penting dalam melindungi mukosa vagina.Kaum geriatri dengan gangguan mood dan penurunan faal kognitif cenderung sulit merawat diri. Kebersihan tubuh terutama daerah genital kurang terjaga. Akibatnya, kuman mudah berkoloni di daerah tersebut sehingga terjadilah infeksi.Faktor predisposisi lain adalah penurunan status fungsional. Hal itu dapat ditemukan pada pasien paska stroke. Kemampuan gerak ekstremitas yang berkurang, ketidakseimbangan postural serta gangguan koordinasi mengakibatkan usia lanjut menjadi kurang seksama dalam melaksanakan aktivitas membersihkan diri sendiri termasuk daerah genitalia. Pada pria usia lanjut, faktor predisposisi yang tersering adalah prostatitis kronis. PolimikrobaEtiologi ISK pada lansia sering tidak hanya satu tetapi beberapa jenis (polimikroba). Akan tetapi, Escherichia coli masih menjadi organisme penyebab ISK tersering. Klebsiella mudah ditemukan pada lansia dengan diabetes. Sedangkan pada pasien lansia yang dirawat, E. coli menduduki 1/3nya; Proteus 1/3nya dan sisanya Staphylococcus aureus, Klebsiella, Pseudomonas, dan Enterococcus. KlasifikasiDalam Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) yang berlangsung di Jakarta, 13-18 Maret lalu, Dr Iwan Asmara Achmad SpBU membagi ISK dibagi menjadi 2 tipe yaitu tidak berkomplikasi (uncomplicated) dan berkomplikasi (complicated). Prinsipnya, semua ISK yang ditemukan pada pria tergolong ISK berkomplikasi, karena semestinya struktur anatomi saluran kemih yang letaknya tidak tersembunyi menyulitkan terjadinya ISK. Sebaliknya, definisi ISK berkomplikasi pada perempuan lebih 'lunak' yaitu bila ditemukan adanya kelainan struktur pada sistem saluran kemih, batu, retensi urin, abses atau urosepsis, atau terjadi karena penyebaran hematogen. ISK pada usia lanjut sebagian besar adalah ISK berkomplikasi. Pada usia diatas 65 tahun, ISK merupakan sebab dari 30% kasus bakteremia, dibandingkan dengan 16% pada usia dibawah 65 tahun.Berdasarkan frekuensi timbulnya gejala, ISK dibedakan menjadi asimtomatik dan rekuren. Dari namanya, kita sudah bisa menebak bahwa ISK asimtomatik berarti individu yang bersangkutan tidak mengalami gejala ISK seperti frekuensi, urgensi, demam, nyeri pinggang, atau gejala lainnya yang berkaitan dengan iritasi uretra, kandung kemih dan ginjal, meskipun ditemukan bakteri dalam urin.Menurut Dr Iwan, ISK asimtomatik tidak perlu diobati, kecuali pada kasus-kasus seperti akan dilakukan prosedur invasif pada saluran kemih dan kelamin, wanita hamil, neutropenia, dan yang akan menjalani transplantasi ginjal. Selain itu, bila ada underlying disease seperti diabetes melitus, meski asimtomatik tetap harus ditatalaksana.Sementara itu, ISK rekuren adalah ISK yang terbukti dari hasil kultur dan frekuensi timbulnya gejala lebih dari 3 x dalam 1 tahun atau lebih dari 2 x dalam 6 bulan. ISK rekuren dibagi lagi menjadi 2 yaitu relaps dan reinfeksi. Disebut relaps bila ISK kembali terjadi setelah 2 minggu paska pengobatan ISK yang pertama dan penyebabnya oleh kuman yang sama. Sedangkan reinfeksi terjadi lebih dari 4 minggu paska pengobatan ISK pertama dan etiologinya berbeda. Gejala Samar-Samar

Page 3: ISK Pada Lansia

Tidak mudah menegakkan diagnosis ISK pada lansia karena gejalanya samar-samar. Penyakit komorbid dan terapi yang didapat bisa menutupi gejala ISK. Gejala klinis klasik ISK seperti disuri, polakisuri, demam, nyeri tekan daerah suprapubik maupu sakit pinggang jarang sekali ditemukan tapi dapat saja terjadi. Hal itu mungkin dikarenakan ekspresi kaum geriatri dalam mengutarakan gejala-gejala klinis tersebut kurang baik dibandingkan individu dewasa. Ketidakmampuan mengungkapkan ekspresi tersebut mungkin pula berkaitan dengan sudah terjadinya penurunan faal kognitif.Gejala klinis awal yang dapat ditemukan adalah penurunan nafsu makan. Penurunan nafsu makan tidak hanya menjadi gejala klinis awal tetapi juga memberi kontribusi terhadap progresifitas penyakit. Dengan kurangnya asupan makanan maka status nutrisi terganggu. Demikian pula dengan status imun.Gejala lain adalah inkontinensia urin. Penggunaan popok perlu diperhatikan agar segera diganti bila basah sebab dapat menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme. Kondisi lebih jauh adalah munculnya gejala perubahan kesadaran, delirium atau perubahan perilaku yang sering disalahtafsirkan oleh keluarga dan tenaga kesehatan sebagai perubahan kepribadian atau stroke.Ditemukannya mikroorganisme di urin merupakan syarat untuk diagnosis ISK. Disinilah permasalahan itu timbul. Pada geriatri seringkali ditemukan gejala ISK tetapi kultur urinnya negatif. Sebaliknya, tak jarang pula tidak ada gejala tetapi ditemukan leukosituria pada urin (Tabel 1). 

TatalaksanaSecara umum tujuan terapi ISK adalah menghilangkan gejala dengan cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas serta mortalitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan pemberian antibiotik sambil mencari penyebab.Penatalaksanaan ISK pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar progresifitasnya tidak berlanjut. Dalam memilih antibiotik harus diperhatikan beberapa hal yaitu efek samping (terutama pada ginjal), harga, resistensi, kepatuhan (compliance), dan interaksi obat. Mengingat adanya penyakit komorbid yang mungkin juga diderita pasien, maka kita perlu mencari tahu obat-obat apa saja yang sedang dikonsumsi pasien, lalu menganalisis apakah obat ISK yang kita berikan akan berinteraksi dengan obat-

obatan tersebut.Antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati ISK tidak berkomplikasi pada lansia adalah trimethoprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin, dan nitrofurantoin (Tabel 2).TMP/SMX telah menjadi obat lini pertama pada ISK non komplikata karena mampu membunuh banyak jenis mikroorganisme, kecuali Enterococcus. Kelebihan lain adalah TMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga cocok digunakan pada lansia yang mempunyai kesulitan menelan. Akan tetapi sekarang sudah mulai tampak kecenderungan resistensi TMP/SMX pada E.coli.Fluorokuinolon sedikit demi sedikit mulai menggeser TMP/SMX karena tolerabilitas dan compliance-nya lebih baik. Antibiotik ini bisa digunakan pada Gram negatif dan positif tetapi

Page 4: ISK Pada Lansia

lebih efektif pada Gram negatif. Kadar creatinin clearance perlu dipantau bila kita memutuskan memberi fluorokuinolon. Bila kreatinin klirens kurang dari 0,5 ml/detik, dosis dikurangi.Fosfomisin diberikan dalam dosis tunggal sehingga compliance pasien lebih baik. Fosfomisin efektif pada Gram negatif tetapi kurang pada Gram positif. Harganya cukup mahal.Nitrofurantoin tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, yaitu kreatinin klirens kurang dari 0,67 ml/detik. Sayang, sudah tidak tersedia lagi di pasaran.Kaum lansia lebih rentan terhadap efek samping dan toksisitas antibiotik. Hal itu dikarenakan menurunnya fungsi metabolisme dan ekskresi. Akibatnya, kadar obat dalam serum tinggi dan berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena batas keamanan obat pada lansia sempit, pemilihan antibiotik harus berhati-hati dengan mempertimbangkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin), dan efek samping.Di samping obat-obatan, terapi nonfarmakologi harus diterapkan. Sayangnya, langkah itu sering terlupakan. Terapi nonfarmakologi mencakup nutrisi dan imobilisasi. Asupan makanan dan cairan perlu disesuaikan hingga optimal sesuai kemampuan penderita. Kita perlu mengusahakan agar makanan yang diberikan habis dimakan. Pasien tidak boleh diimobilisasi terlalu lama untuk mencegah dekubitus.Dengan adanya diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat, semoga tidak ada lagi kasus 'Paus' berikutnya. (Felixhttp://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=490

Senin, 06 Desember 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INFEKSI PADA USIA LANJUT (ARI RAHMAWATI)

1.      Pendahuluan

Lansia atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,

tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan poses alamiah, yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Memasuki usia tua

berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubu tidak proposional.

Dengan meningkatnya umur harapan hidup, jumlah kelompok usia lanjut akan makin

banyak, yang menyebabkan tingginya penyakit degenerative, kardiovaskuler, kanker dan

penyakit non infeksi lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit infeksi juga makin

Page 5: ISK Pada Lansia

banyak. Hal ini antara lain juga disebabkan karena pada usia lanjut pertahanan terhadap infeksi

terganggu atau dapat dikatakan menurun (Hadi Martono, 1996).

            Infeksi merupakan penyebab kematian yang paling penting pada umat manusia, sampai

saat digunakannya antibiotika dan pencegahan dengan imunisasi aktif maupun pasif di era

mayarakat modern. Penyakit infeksi mempunyai kontribusi cukup besar terhadap angka

kematian penderita sampai akhir abad 20 pada populai umum, kemudian menurun setelah

ditemukan antibiotika dan teknik pencegahan penyakit. Walaupun demikian revalensi infeksi

sebagai penyebab morbiditas dan motalitas tetap tinggi pada populasi lanjut usia (Yoshikawa,

1985, 1986). Suatu laporan penelitian yang membandingkan kasus – kasus kematian karena

infeksi tertentu antara tahun 1935 dan 1968 di Amerika Serikat menggambarkan pengaruh

infeksi terhadap kelangsungan hidup umat manusia, misalnya pertusis, morbili difteri, demam

kuning, tetanus, polio mielitis akut, tuberculosis dan sifilis sebagai penyebab kematian bermakna

pada tahun 1935. Walaupun penyakit infeksi tersebut sudah dapat dikendalikan pada populasi

umum, pada usia lanjut masih menjadi masalah, Karena berkaitan dengan menurunnya fungsi

organ akibat proses menua (Smith IM, 1989). Bahkan di Amerika sendiri dimana kemajuan ilmu

kedokteran tidak disangsikan lagi, angka kematian akibat beberapa penyakitinfeksi pada lansia

masih jauh lebih tinggi disbanding dengan yang didapat pada usia muda, dengan data-data

sebagai berikut (Yoshikawa, 1995):

         Angka kematian pneumonia pada lansia sekitar 3 kali disbanding usia muda

         Angka kematian akibat sepsis 3 kali disbanding pada dewasa muda

         Angka kematian akibat ISK lansia sekitar 5-10 %

         Kolesistisis angka kematian antara 2-8 kali

         Endokarditis infeksiosa kematian 2-3 kali, meningitis bakterialis sekitar 3 kali.

2.      Predisposisi Penyakit Infeksi pada Usia Lanjut

            Infeksi berarti keberadaaan mikro-organisme di dalam jaringan tubuh “host”, dan

mengalami replikasi. Infeksi merupakan interaksi antara kuman (agent), host (pejamu, dalam hal

ini adalah lansi tersebut) dan lingkungan. Pada usia lanjut terdapat beberapa factor

predisposisi/factor resiko yang menyebabkan seorang usia lanjut mudah terkena infeksi, antara

lain adalah:

         Faktor penderita lansia

  Keadaan nutrisi

Page 6: ISK Pada Lansia

  Keadaan imunisasi tubuh

  Penurunan fisiologik berbagai organ

  Berbagai proses patologik (ko-morbid) yang terdapat pada penderita tersebut

         Faktor kuman

  Jumlah kuman yang masuk dan bereplikasi

  Virulensi dari kuman

         Factor lingkungan : apakah infeksi di dapat masyarakat, rumah sakit atau di panti rawat werdha

(nursing home)

3.      Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penderita

Faktor nutrisi :

      Keadaan nutrisi, yang pada usia lanjut sering kali tidak baik dapat mempengaruhi awitan,

perjalanan dan akibat akhir (outcome) dari infeksi. Secara klinik keadaan ini dapat dilihat dari

keadaan hidrasi, kadar hemoglobin, albumin, beberapa mikro nutrient yang penting, misalnya

kadar Cu maupun Zn. Juga beberapa vitamin yang penting pada proses pertahanan tubuh.

Faktor imunitas tubuh :

      Beberapa faktor imunitas tubuh, antara lain imunitas alamiah (inate immunity), misalnya

kulit, silia, lender mukosa dll sudah berkembang kualitas dan kuantitasnya, demikian pula

dengan factor imunitas humoral (berbagai immunoglobulin, sitokin) dan seluler (netrofil,

makrofag, limfosit T).

Fakyor perubahan fisiologik :

      Beberapa organ pada usia lanjut sudah menurun secara fisiologik, sehinggga juga sangat

mempengaruhiawitan, perjalanan dan akhir infeksi. Penurunan fungsi paru, ginjal, hati dan

pembuuh darah akan sangat mempengaruiberbagai proses infeksi dan pengobatannya. Fungsi

orofaring pada usia lanjut sudah menurun sedemikian sehingga sering kali terjadi gerakan kontra

peristaltic (terutama saat tidur), yang menyebabkan terjadinya aspirasi spontan dari flora kuman

di daerah tersebut kedalam saluran nafas bawah dan menyebabkan terjadinyaaspirasi pneumonia

(Yoshikawa, 1996).

      Berbagai obat-obatan yang aman diberiakan pada usia muda harus secara hati-hati diberikan

pda usia lanjut, karena dapat lebih memperburuk berbagai fungsi organ, antara lain hati dan

ginjal.

Faktor terdapatnya berbagai proses patologik  :

Page 7: ISK Pada Lansia

Salah satu karakteristik pada usia lanjut adalah adanya multi-patologi. Berbagai penyakit antara

lain diabetes mellitus, PPOM, keganasan atau abnormalitas pembuluh darah akan sangat

mempermudah terjadinya infeksi, mempersulit proses pengobatannya dan menyebabkan

prognosis menjadi lebih buruk.

Faktor lingkungan

Penderita lansia yan berada di lingkungan rumah sakit tentu saja berbeda dengan yang berada

di lingkungan rumah sakit tentu saja berbeda dengan yang berada dimasyarakat atau dip anti

rawat werdha, antara lain dilihat da aspek social-ekonomi, nutrisi, kebugaran dan penyakit

penyertanya. Demikian pula jenis dan virulensi kuman yang berada diketiga tempat tersebut akan

berbeda. Dengan demikian jenis dan berat infeksi yang terjadi diketiga tempat tersebut akan

berbeda satu satu sama lain, dengan akibat keadaan akhir/akibat infeksi yang berbeda pula.

Faktor kuman

Infeksi =  jumlah kuman x virulensi

             Mekanisme daya tahan tubuh

Jumlah dan virulensi kuman yang terjadi penyebab infeksi pada usia lanjut seringkali berbeda

dengan yang terjadi pada usia muda. Hal ini disebabkan terutama karena sudah terdapat berbagai

penurunan fisiologik akibat proses menua, misalnya kulit dan mukosa yang lebih sering menjadi

“port de entre” kuman. Akibat kelemahan otot saluran nafas bagian atas menyebabkan sering

terjadi pneumonia spontan dengan kuman komensal sebagai penyebabnya. Keadaan ini akan

berpengaruh pada awitan, berat dan akhir dari infeksi pada penderita lanjut usia. 

4.      Salah satu contoh penyakit infeksi yang sering diderita lansia yaitu Infeksi saluran kemih

bawah.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyebab sepsis akibat bakteri yang paling banyak

pada lansia. Infeksi ini hamper 10 kali lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria-

menyerang 10% sampai 20% wanita minimal satu kali.

            Dua bentuk ISK bawah adalah sistisis  (infeksi kandung kemih) dan uretritis (infeksi

uretra). Pada pria dewasa, ISK bawah biasanya dihubungkan dengan kelainan anatomi atau

fisiologis sehingga perlu evaluasi yang lebih cermat. Kebanyakan ISK berespon dengan cepat

terhadap terapi, tetapi kekambuhan dan gejolak resistensi bakteri selama terapi mungkin saja

terjadi.

Page 8: ISK Pada Lansia

5.      Penyebab

            Biasanya bakteri enteric, terutama eschericiacoli pada wanita. Gejala bervariasi

tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah sakit , 30-40 %

disebabkan proteus,stafilokok, dan bahkan pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar

terdapat kelainan saluran kemih. Namun harus diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika

ditemukan lebih dari satu organisme.

6.      Tanda dan gejala

         Mual, muntah, dan kehilangan selera makan

         Kram atau spasme kandung kemih

         Gatal, merasa hangat selama berkemih

         Nyeri punggung bawah

         Menggigil

         Nyeri pinggang

         Urine berbau busuk

         Demam derajat rendah (mungkin tidak terjadi pada pasien lansia)

         Pasien pria dengan rabas uretra

7.      Pemeriksaan Diagnostik

  Urinalisis mikroskopik yang menunjukkan hitung sel darah merah dan sel darah putih lebih dari 10

per lapang kekuatan tinggi menunjukkan ISK bawah.

  Clean – cath urinalysis yang menunjukkan hitung bakteri lebih dari 100.000/ml memastikan

terjadinya ISK. Hitung bakteri yang rendah tidak segera menyingkirkan terjadinya infeksi,

khususnya jika pasien sering berkemih, karena bakteri memerlukan waktu 30 – 45 menit untuk

bereproduksi dalam urin.

  Pengujian sensitivitas digunakan untuk menentukan obat antimikroba yang tepat.

  Voiding cystourethrography atau urografi ekskretorik dapat menunjukkan anomaly congenital

yang menyebabkan ISK berulang pada pasien.

8.         Diagnosis Banding

Infeksi atau iritasi pada periuretra atau vagina.

9.      Komplikasi

Pielonefritis akut, septicemia, dan kerusakan ginjal

Page 9: ISK Pada Lansia

10.  Penanganan

Antimikroba yang tepat merupakan terapi pilihan untuk kebanyakan ISK bawah awal. Terapi

selama 7 – 10 hari adalah terapi standar. Meskipun banyak penelitian menunjukkan bahwa dosis

tunggal atau regimen selama 3 – 5 hari cukup untuk membuat steril urine, pasien lansia mungkin

masih membutuhkan antibiotic selama 7 – 10 hari agar mendapatkan manfaat penuh dari terapi.

            Biakan berulang dilakukan untuk menyingkirkan resistensi. Jika biakan menunnjukkan

bahwa urine tidak steril setelah 3 hari terapi antibiotic, resistensi bakteri kemungkinan telah

terjadi sehingga perlu antimikroba yang berbada.

            Dosis tunggal amoksisilin atau kotrimoksazol kemungkinan efektif bagi wanita yang

menderita ISK bawah tanpa komplikasi. Biakan urin yang diambil 1 – 2 minggu kemudian

menunjukkan apakah infeksi telah hilang. Kekambuhan infeksi akibat batu ginjal yang terinfeksi,

prostatitis kronis, atau kelainan structural mungkin perlu pembedahan. Prostatitis juga perlu

terapi antibiotic jangka panjang. Pada lansia yang tanpa kondisi – kondisi predisposisis ini, terapi

antibiotic dosis rendah dan jangka panjang merupakan terapi pilihan.

            Karena efek merugikan pada GI dan ginjal dikaitkan dengan terapi antimikroba, ISK

asimtomatik sering dibiarkan tidak diobati.  

11.   Diagnosis keperawatan utama dan kriteria hasil

  Gangguan eliminasi urin yang berhubungan deng an inflasi pada saluran kemih bawah.

Kriteria hasil tindakan : pasien akan mencapai dan mempertahankan eliminasi urin yang normal

  Resiko infeksi yang berhubungan dengan insiden kekambuhan ISK yang tinggi

Kriteria hasil tindakan : pasien akan tetap bebas dari ISK berulang seperti yang ditunjukkan

dengan urinalisis normal dan tidak adanya tanda dan gejala ISK.

  Nyeri akut yang berhubungan dengan spasme dan kram kandung kemih

Kriteria hasil tindakan : pasien akan bebas dari nyeri ketika ISK hilang

12.   Intervensi Keperawatan

  Perhatikan apakah ada gangguan GI akibat terapi anti mikroba. Jika diprogamkan, berikan

makrokristal nitrofurantoin bersama susu atau makanan untuk mencegah distress GI.

  Jika rendam duduk tidak dapat meredakan ketidaknyamanan perineum, berikan kompres hangat

sedang ke perineum, tetapi hati – hati agar tidak membakar pasien.

  Oleskan anti septic topical pada meatus urinarius jika perlu

Page 10: ISK Pada Lansia

  Tamping semua specimen urin untuk biakan  dan pengujian sensitivitas secara berhati – hati dan

cepat.

13.   Penyuluhan pasien

  Jelaskan sifat dan tujuan terapi antimikroba. Tekankan pentingnya menyelesaikan terapi yang

diprogamkan dan mematuhi dosis yang diprogamkan dengan ketat.

  Biasakan pasien dengan obat yang diresepkan dan kemungkinan efek merugikan dari obat

tersebut. Anjurkan meminum makrokristal nitrofurantoin bersama susu atau makanan untuk

mencegah distress GI. Peringatkan pasien bahwa fenazopiridin membuat urin berwarna merah

jingga dan mewarnai pakaian.

  Jelaskan bahwa specimen urin pancar tengah yang tidak terkontaminasi penting untuk diagnosis

yang akurat. Sebelum menampung, ajarkan lansia wanita membersihkan perineum.

  Anjurkan rendam duduk hangat untuk meredakan ketidaknyamanan  perineum

  Anjurkan pasien memakai pakaian dalam dari katun dan menghindari bedak berparfum atau

minyak mandi.

  Jelaskan pasien mengenai praktik yang dapat membantu mencegah ISK bawah.

DAFTAR  PUSTAKA

Page 11: ISK Pada Lansia

           Stockslager Jaime L. 2007. Asuhan KeperawatanGeriatrik. Edisi 2. Jakarta. EGC

           Noorkasiani S. Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Maryam Siti, dkk. 2008.  Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.  Jakarta. Penerbit :

Salemba Medika.

Nugroho Wahjudi, 2003. Keperawatan Gerontik dan Gerontrik Edisi 3. Jakarta : EGC

Pudjiastuti Sri Surini, dkk.  2003.  Fisioterapi pada lansia.  Jakarta. Penerbit Buku: EGC.