ISIAN

36
BAB II ISI II.1 Genesa Endapan Timah A. Endapan Timah Primer Proses pembentukan timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung mineral cassiterite (Sn02). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping. Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih yang berharga diantaranya mineral yang mengandung timah (Sn) (Dedi Yulhendra, 2011). Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya. Dalam pembentukan mineral cassiterite 3

description

HA HA

Transcript of ISIAN

BAB II

ISI

II.1 Genesa Endapan Timah

A. Endapan Timah Primer

Proses pembentukan timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung mineral cassiterite (Sn02). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping. Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih yang berharga diantaranya mineral yang mengandung timah (Sn) (Dedi Yulhendra, 2011).

Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya. Dalam pembentukan mineral cassiterite (Sn02) dan mineral berat lainnya, erat sekali hubungannya dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan timah (Sn) yang membentang dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi batholit.

Batuan induk yang mengandung bijih timah (Sn) adalah granit, adamelit, dan granodiorit. Batholit yang mengandung timah (Sn) pada daerah Barat ternyata lebih muda (Akhir Kretasius) daripada daerah Timur (Trias) (Dedi Yulhendra, 2011).

Pembentukan Mineral primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis stockwork, urat, atau perlapisan endapan, yaitu :

a. Fase Magmatik Cair

b. Fase Pegmatitil

c. Fase Pneumatolitik

d. Fase Hidrothermal

e. Fase Vulkanik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :

1. Kristalisasi magmanya

2. Jarak endapan mineral dengan asal magma

a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku

b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku

c. crypto-magmatic, hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas

d. apo-magmatic, letak endapan tidak jauh terpisah dari batuan beku

e. tele-magmatic, endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku

3. Bagaimana cara pengendapan terjadi

a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma

b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada

c. metosomatisme reaksi kimia batuan ada dengan larutan pembawa bijih.

4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan

5. Waktu terbentuknya endapan

a. Syngenetic, endapan terbentuk bersamaan waktunya pembentukan batuan

b. Epigenetic, endapan terbentuk tidak bersamaan pembentukan batuan.

B. Endapan Timah Sekunder

Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil (Dedi yulhendra 2011).

Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer yang mempunyai nilai ekonomis. Batchelor (1973) mengemukakan tentang evolusi Sunda Land Tin Placer yaitu pembentukan endapan timah placer terjadi dalam kurun waktu yang lama sejak kala Miosen Tengah dengan ditandai mineralisasi primer tersingkap dengan skala yang besar. Tubuh plutonik granit ini mengalami pelapukan laterit dalam deep laterite weathering yang mengakibatkan komposisi kandungan mineral yang tidak resisten lapuk meninggalkan mineral-mineral berat termasuk cassiterite dalam matriks kaolin, kemudian mengalami erosi membentuk endapan elluvial placer. Proses erosi berjalan terus yang menyebabkan endapan ini tertransportasi lebih jauh membentuk endapan kolluvial placer, kejadian ini terjadi pada Sunda Land Regolith selama Miosen bawah Pliosen Awal, Tipe tipe endapan ini di Indonesia lebih dikenal dengan endapan timah kulit.

Proses ini dilanjutkan dengan proses mass wasting yang mengkibatkan terakumulasinya endapan kollovial pada dasar lereng kulit base of hillslope, selama proses ini terjadi zona zona sesar dan kekar sehingga alterasi / ubahan hidrothermal tererosi. Akusmulasi yang dibentuk dari hasil erosi ini mengandung bongkahbongkah regolith, karena kandungan air yang ada terlalu tinggi menyebabkan terjadinya debris flow membentuk endapan Piedmont Tin Placer dengan ciri khas butiran timah yang kasar.

Endapan Piedmont Tin Placer mengalami reworking lagi dan membentuk timah berukuran pasir gravel yang tertransportasi pada lingkungan fluvial atau sungai yang dikenal dengan Braided Stream Placer. Selanjutnya endapan ini terus mengalami reworking lagi membentuk endapan Beach Placer dengan karakteristik endapan lebih tipis dan lebih luas dari pada endapan Braided Stream Placer (Dedi Yulhendra, 2011). Variabel variabel yang mempengaruhi konsentrasi (kekayaan) endapan timah placer adalah :

Batuan sumber sebagai ukuran, kadar, distribusi butiran daerah mineralisasi sebagai sumber.

Tektonik membentuk morfostruktur permukaan bumi.

Iklim mempengaruhi proses pada permukaan bumi yang meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi.

Syarat-syarat yang menunjukan terjadinya endapan timah sekunder adalah :

Adanya batuan sumber source rock pembawa mineral cassiterite

Adanya proses pelapukan dari endapan timah primer yang mengakibatkan mineral cassiterite ikut tertransportasi.

Adanya perangkap, suatu wadah tempat untuk mengendapkan bijih timah pada daerah yang rendah dan terakumulasi ke dalam cekungan.

Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.Endapan Elluvial

Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan samping dan perpindahan mineral kasiterit (Sn02) secara vertikal sehingga terjadi konsentrasi residual.

Ciri-ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :

a.Terdapat dekat sekali dengan sumbernya

b.Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk

c.Ukuran butir agak besar dan angular

2.Endapan Kolluvial

Endapan bijih timah kolluvial adalah endapan yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu gradien yang agak mendatar diikuiti dengan pemilahan.

Ciri-cirinya :

a.Butiran agak besar dengan sudut runcing

b.Biasanya terletak pada lereng suatu lembah

3Endapan Alluvial

Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai, dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya.

Ciri-cirinya :

a.Terdapat di daerah lembah

b.Mempunyai bentuk butiran yang membundar

4Endapan Miencan

Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.

II.2 Tahapan Pertambangan dan Sistem PenambanganPenambangan bijih timah terbagi menjadi dua yaitu, penambangan darat (onshore) dan juga penambangan laut (off shore). Saat ini penambangan bijih timah dengan sistem penambangan darat / monitoring sudah mulai berkurang. Ini dikarenakan sistem penambangan darat memberikan dampak negatif bagi lingkungan serta masalah perizinan yang telah mengatur tidak dilakukannya penambangan darat pada daerah tertentu, membuat penambangan darat mulai berkurang.

Penambangan bijih timah beralih ke sistem penambangan laut dikarenakan pada daerah dasar laut ternyata terindikasi keterdapatan bijih timah dengan jumlah besar. Tahapan kegiatan pertambangan bijih timah dimulai dari eksplorasi dan diteruskan dengan tahapan lainnya.

Gambar Tahapan Kegiatan PertambanganPenambangan bijih timah dasar laut dilakukan dengan menggunakan Kapal Keruk dan juga Kapal Isap Produksi. Selain kedua alat penambangan tersebut juga terdapat BWD (bucket wheel dredge) dan Kapal Isap Stripping untuk membantu proses penggalian.

Kapal Keruk melakukan penggalian bijih timah dengan menggunakan bucket (mangkuk) sedangkan Kapal Isap Produksi menggunakan cutter untuk memberai lapisan tanah. Lapisan tanah tersebut langsung diangkut (diisap) menggunakan pompa, kemudian diteruskan ke saringan putar.

Pada saringan putar material dipisahkan melalui serangkaian proses sehingga dihasilkan material oversize dan undersize. Material undersize akan diproses di dalam jig untuk meningkatkan kadar timahnya.

Setelah di proses pada installasi pencucian sementara, konsentrat hasil tersebut dibawa ke unit PPBT untuk dilakukan pengolahan selanjutnya.Pada akhirnya hasil pengolahan dengan kadar Sn 70 % atau lebih dibawa ke unit metalurgi untuk dijadikan bahan logamII.3Kapal KerukSalah satu alat gali yang digunakan dalam penambangan bijih timah di bawah permukaan laut oleh PT.Timah (Persero), Tbk adalah kapal keruk. Kapal keruk sendiri merupakan kapal yang didesain secara khusus untuk menggali endapan material dari dasar laut dengan menggunakan serangkaian bucket atau mangkuk yang memiliki ukuran tertentu.

Gambar

Kapal KerukSetelah digali oleh bucket, endapan material dari dasar laut selanjutnya dipindahkan menuju instalasi pencucian sementara yang terdapat pada kapal keruk. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kadar bijih timah yang lebih tinggi yaitu antara 20-30% Sn. Setiap kapal keruk umumnya memiki kemampuan gali yang berbeda-beda tergantung dari besar ukuran bucket yang dipasang. Saat ini PT.Timah,(Persero), Tbk memiliki 3 buah kapal keruk yang dibedakan berdasarkan ukuran bucket-nya. Klasifikasi kapal keruk tersebut ditunjukan dalam tabelTABEL KAPAL KERUK BERDASARKAN

UKURAN MANGKOK (BUCKET)

NoNama Kapal KerukUkuran Bucket

(Cuft)Kedalaman Gali

Maksimum (m)

1KK 7 meranteh &

KK 11 Karimata1425-30

2KK 21 Singkep 12450

Hasil olahan bijih timah yang telah melewati proses pencucian tersebut kemudian diangkut dengan menggunakan kapal tongkang untuk selanjutnya dipindahkan menuju ke Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) yang berada di Muntok untuk selanjutnya diolah hingga kadarnya mencapai 70 72% Sn sebagai syarat utama untuk proses peleburan.

Penggalian Dengan Kapal Keruk

Kapasitas Kapal Keruk pada umumnya diklasifikasikan sesuai dengan volume mangkok yang digunakan dalam satuan Cuft. Klasifikasi Kapal Keruk yang dimiliki PT.Timah berdasarkan kapasitas ember-ember keruk :1) 24 Cuft, dengan kedalaman keruk 50 meter

2) 22 Cuft, dengan kedalaman keruk 46 meter

3) 18 Cuft, dengan kedalaman keruk 40 meter

4) 14 Cuft, dengan kedalaman keruk 30 meter

5) 9 Cuft, dengan kedalaman keruk 18-21 meter

6) 7 Cuft, dengan kedalaman keruk 12-18 meter

Pengerukan material atau pemindahan tanah dari struktur lapisannya, hingga tertuang sebagai bahan galian untuk diolah selanjutnya adalah1) Poros Penggerak rantai mangkok berputar dengan arah gerakan dari bawah ke atas, sehingga keseluruhan rantai ember berputar melalui poros penggerak atas (top tumbler) dan poros bawah (bottom tumbler).

2) Rantai mangkok bergerak teratur sesui dengan kecepatan perputaran, melalui roll-roll penghantar yang terdapat dibadan penghubung kedua poros pergerakan. Roll-roll penghantar disebut ladder roll atau lei roll, sedangkan penghubung kedua ujung poros perputaran disebut ladder.

3) Kedalaman pengerukan dapat diatur dengan menurunkan dan menaikan posisi onderroll (bottom tumbler) terhadap permukaan air.

4) Agar pengerukan yang efektif berlanjut terus, Kapal Keruk harus dapat bergerak kesamping. II.4 Mekanisme Penggalian dengan Kapal Keruk

Mekanisme penggalian endapan bijih timah yang dilakukan kapal keruk merupakan perpaduan antara pergerakkan rantai mangkok yang mengelilingi pada ladder seperti rantai pada sepeda dimana ladder diturunkan hingga mencapai dasar laut, mangkok yang bergerak pada ladder akan menggali lapisan tanah yang berada di dasar laut lalu bergerak keatas mengikuti ladder hingga menuju permukaan laut dan akhirnya endapan di tamping pada kapal keruk.

Gaya-gaya yang bekerja dalam proses penggalian adalah :

1. Gaya menekan ke bawah karena berat ladder dan rantai mangkok.

2. Gaya ke depan karena gerakan rantai mangkok dan kawat haluan.

3. Gaya ke samping karena tarikan kawat samping kiri atau kanan.

Akibat dari gabungan ketiga gaya tersebut maka terjadilah pengglian lapisan tanah yang pada dasarnya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Digging action, yaitu proses penggalian oleh mangkok-mangkok yang berputar-berputar melalui pembalik bawah ( onder roll).

2. Filling action, yaitu proses pengisian mangkok dari runtuhan tanah yang berada diatas mangkok.

Selain dari pergerakkan bucket dan ladder kapal keruk juga melakukan pergerakkan dengan dibantu oleh jangkar, winch, central lier. sehingga kapal keruk dapat bergerak maju mundur hingga ke samping kanan atau kiri untuk menggali endapan bijih timah pada wilayah rencana kerja.

Sistem pergerakkan kapal keruk menggunakan jangkar dan winch dikarenakan Kapal Keruk tidak memiliki mesin penggerak untuk berpindah tempat. Oleh karena itu proses pemindahan kapal keruk dari satu wilayah perairan ke perairan lain (relokasi) perlu ditarik menggunakan tug boat. Bagian-Bagian Utama Kapal Keruk

Ponton adalah dasar pondasi yang dimiliki oleh kapal keruk. Diatas ponton ini terdapat bangunan yang biasa disebut dengan rangka atau badan kapal.

Bagian-bagian utama pada kapal keruk ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Bagian rangka depan

Bagian rangka depan ini berfungsi untuk menggantung ladder dibagian tengah atau biasa disebut dengan beun, serta terdapat ruang kemudi kapal.

2. Bagian rangka tengah

Bagian rangka tengah ini berfungsi sebagai tempat peralatan dan instalasi pencucian seperti saring putar, spine kop, jig, dan lain-lain.

3. Bagian rangka belakang

Ini berfungsi sebagai penggantung bandar tailing, bandar batu.

Dibagian muka tengah ponton ada bagian ruang yang terbuka yang disebut beun dengan beun geleider dimana tangga atau ladder dapat di naik turunkan. Antara ladder dengan beun ini terdapat celah maksimum 15 mm terbagi dua yakni kiri dan kanan. Celah ini penting untuk mengurangi benturan ladder pada beun pada waktu kapal keruk beroperasi. Bentuk dasar dari ponton sebelah ujung bagian haluan dan buritan dibuat melengkung, maksudnya agar ponton tidak mudah kandas di lapangan kerja.

Secara garis besar bagian utama pada kapal keruk adalah sebagai berikut:

1. Alat apung (ponton)

Ponton ini adalah bagian dasar/kumpulan dari bebrapa tangki atau kompartemen yang membentuk suatu badan kapal. Selain sebagai alat apung, ponton berfungsi menyimpan bahan bakar solar dan air tawar. Ponton merupakan konstruksi dengan bentuk persegi panjang, tertutup, dan mengapung yang merupakan bagian dasar dari sebuah kapal keruk.

Gambar Ponton

2. Ladder

Ladder adalah kumpulan dari plat baja yang berbentuk setengah segitiga setengah persegi panjang, yang berfungsi sebagai tempat atau jalur dimana tempat bucket melakukan rotasi. Panjang dari ladder ini sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali, setiap kapal keruk mempunyai panjang ladder yang berbeda-beda.

Gambar Ladder3. Bucket

Bucket adalah suatu wadah yang menyerupai mangkok mempunyai fungsi sebagai alat gali yang disusun seperti rantai sepeda. Berat tiap mangkok pada KK 21 Singkep 1 3,5 ton. Sedangkan jumlah mangkok yang terpasang pada KK 21 Singkep 1 sebanyak 146 buah

Gambar BucketII.5Sistem Penggalian

Sistem penggalian yaitu cara penggalian yang dilakukan oleh Kapal Keruk menggali material dibawah permukaan laut. Secara umum, 3 sistem penggalian digunakan Kapal Keruk menggali material dibawah permukaan laut., yaitu:

1. Sistem Maju

Sistem maju adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk dengan menggali maju sepanjang 2 sampai 3 trap, kemudian Kapal Keruk mundur untuk menggali lapisan berikutnya. Penerapan sistem maju :

Lapisan tanah yang digali relative tebal (10-20 meter)

Penyebran bijih timah yang relative merata

Tanah yang digali mudah longsor

Permukaan kong / batuan dasar relative rata.

Keuntungan memakai sitem maju adalah penggalian akan lebih cepat, karena Kapal Keruk menggali maju 2-3 trap. Sedangkan kerugian menggunakan sistem maju adalah waktu banyak terbuang saat Kapal Keruk mundur untuk menggali lapisan berikutnya.

Gambar Sistem Maju2. Sistem tekan

Sistem tekan adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk dengan penggalian ditekan secara bertahap dari permukaan lapisan tanah atas hingga mencapai batas/kong/batuan dasar. Penggalian dimulai dari batas pinggir kiri/kanan dengan mengikuti penekanan ladder secara bertahap.Penerapan sistem ini dengan mempertimbangkan sebagai berikut :

Lapisan tanah yang digali relative tipis (5-10 meter)

Permukaan kong/batuan dasar tidak rata

Arus pasang surut cukup kuatKeuntungan menggunakan sistem tekan adalah:

Penggalian lebih cepat sampai batas kong

Tidak ada kehilangan waktu untuk mundur Kapal Keruk

Kerugian menggunakan sistem tekan adalah penggalian akan lebih lama.

Gambar Sistem Maju

3. Sistem Kombinasi

Sistem kombinasi adalah sistem penggalian pada Kapal Keruk yang menggabungkan 2 sistem penggalian, yaitu sistem maju dan sistem tekan. Penggalian lapisan tanah atas menggunakan sistem maju, dengan cara menggali secara bertahap hingga mencapai lapisan tanah bertimah/kaksa, selanjutnya Kapal Keruk mundur untuk melakukan penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa dengan sistem tekan hingga mencapai batas kong/batuan dasar.

Keuntungan menggunakan sistem kombinasi adalah:

Penggalian lapisan tanah bertimah/kaksa lebih bersih

Penggalian lapisan tanah atas cepat selesai, karena Kapal Keruk menggali maju sepanjang 2-3 trap.

Kerugian menggunakan sistem kombinasi adalah waktu banyak terbuang untuk mundur Kapal Keruk saat penggalian tanah atas.

Gambar Sitem Kombinasi

Metode Penggalian

Metode penggalian yang digunaka pada Kapal Keruk dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Long face

Metode long face ini merupakan metode penggaian selebar kolong kerja dari pinggir kiri kolong kerja sampai pinggir kanan kolong kerja atau sebaliknya. Metode ini bertujuan agar pemindahan tanah dapat memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.

Metode long face ini diterapkan pada kondisi:

1. Penggalian dilakukan selebar front kerja

2. Kekayaan dan penyebaran bijih timah merata

3. Batas antara lapisan tanh atas dan lapisan tanh bertimah / kaksa cukup jelas

Keuntungan penggalian dengan metode long face adalah:

1. Laju Pemindahan Tanah (LPT) dapat maksimal

2. Voume pemindahan tanah lebih besar dibandingkan dengan metode short face

3. Kehiangan waktu untuk angkat dan turun ladder lebih kecil

4. Memperpanjang usia kawat ladder dan kawat samping

Kerugian penggalian dengan metode long face adalah hasil penggalian tidak bersih terutama pada daerah yang batuan dasarnya tidak rata.

Gambar Sketsa metode long Face

b. Short Face

Short Face adalah metode penggalian dengan cara membagi kolong kerja menjadi beberapa irisan. Dimana tiap irisan dibagi menjadi 20-30 meter.

Metode penggalian ini diterapkan pada kondisi :

1. Penggalian dilakukan dengan memotong-motong / membagi front kerja menjadi beberapa irisan (snee) antara 20-30 meter.

2. Penyebaran bijih timah tidak merata

3. Batas antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bertimah / kaksa kurang jelas

4. Permukaan kong / batuan dasar tidak rata

5. Pengaruh arus pasang surut besar / kencang sehingga menghambat gerakan kapal keruk

6. Pengaruh gelombang dan angina cukup kuat.

Keuntungan penggalian dengan metode short face:

a. Penggunaan waktu lebih efektif dengan metode short face, dibandingkan dengan long face, karena front kerja dibagi menjadi beberapa irisan.

b. Penggalian bersih walaupun pada kondisi batuan dasar tidak rata.

Kerugian penggalian dengan metode short face:

1. Laju Pemindahan Tanah (LPT) kecil

2. Jam jalan efektif banyak terbuang untuk pindah snee serta angkat dan turun ladder.

3. Kehilangan waktu pada saat pindah snee.

4. Keausan kawat ladder dan kawat samping akan lebih cepat.

Gambar Metode short faceII.6Pembukaan Kolong Kerja (Werk Put)

Pengertian

Membuka kolong kerja atau lebih dikenal dengan Werk put (berasal dari bahasa Belanda yang mempunyai arti werk = kerja, dan put = tempat atau kolong) merupakan penggalian pendahuluan untuk membuka kolong kerja baru sebelum Kapal Keruk mulai menggali pada daerah rencana kerja yang telah ditentukan. Kegunaannya adalah agar apabila penggalian sudah sampai dengan kongline atau front kerja Kapal Keruk dapat menggali lapisan kaksa.

Prinsip Dari Membuka Kolong Kerja

Dahulu membuka kolong kerja (werk put) dilakukan dengan Kapal Isap, jadi Kapal Keruk hanya menggali pada daerah rencana kerja saja untuk menggali bijih timah, namun saat ini penggalian untuk membuka kolong kerja dilakukan oleh Kapal Keruk itu sendiri. Membuka kolong berarti mengadakan pekerjaan pendahuluan penggalian setelah Kapal Keruk dipindahkan (relokasi) ketempat operasi yang baru. Relokasi Kapal Keruk dilakukan karena beberapa faktor :1. Faktor cuaca

2. Penggalian kurang berhasil atau tidak sesuai rencana

3. Karena harus rekondisi atau perbaikan (docking)4. Cadangan dalam rencana kerja lama sudah habis

Prinsip dari membuka kolong kerja adalah, untuk (2) :

1. Mendapatkan penggalian yang aman pada saat menggali sampai kong, tepat pada batas permulaan lapisan kaksa (kong line) sesuai dengan yang dikehendaki.

2. Penggalian yang aman harus dicapai dengan tidak melupakan faktor waktu, karena waktu adalah identik dengan produksi. Dengan demikian lebih cepat mencapai batasan kong line berarti lebih cepat berproduksi dan tidak ada waktu yang terbuang percuma.

3. Operasi penggalian dalam membuka kolong kerja tidak akan sempurna apabila tidak ditunjang dengan panjang onderboacht rantai mangkok yang tidak standart, karena apabila panjang onderboacht rantai ember tidak standart akan berakibat rantai mangkok keluar dari onderoll. Penentuan Posisi Awal Kapal Keruk

Penentuan posisi awal Kapal Keruk terhadap garis rencana kerja dalam membuka kolong kerja tergantung pada :

Panjang tarikan kawat haluan setiap kali Kapal Keruk maju atau panjang trap, dapat dihitung sebagai berikut :

Tebal Lapisan hingga mencapai Kong atau batas kedalaman akhir penggalian.

Jenis lapisan tanah yang akan digali.

Penentuan posisi awal Kapal Keruk terhadap garis rencana kerja dalam membuka kolong kerja dapat menggunakan formula :

Dimana: P = Posisi awal atau jarak terhadap garis rencana kerja.

R = Panjang tarikan kawat haluan setiap kali Kapal Keruk maju

atau panjang trap (4 meter).

T = Tebal lapisan.Penjangkaran

Penjangkaran ini dimaksudkan sebagai tumpuan untuk menggerakkan Kapal Keruk melakukan penggalian. Jangkar Kapal Keruk dihubungkan dengan kawat slink ke centralier yaitu roll yang berfungsi menarik dan mengulur kawat. Penjangkaran pada Kapal Keruk dilakukan di 6 (enam) titik tumpu, yaitu:

1) Jangkar Haluan2) Jangkar Samping a) Jangkar kanan depan

b) Jangkar kiri depan

c) Jangkar kanan belakang

d) Jangkar kiri belakang

3) Jangkar BuritanPemasangan Jangkar

Secara umum pemasangan jangkar di PT.Timah terdiri dari 2 (dua) macam yaitu :

1) Memasang jangkar dengan cara menyambung kawat terlebih dahulu ke Kapal Keruk kemudian jangkar yang sudah disambungkan dengan kawat ditarik dengan jarak tertentu dan dijatuhkan ke laut

2) Memasang jangkar dengan cara menjatuhkan jangkar yang telah disambungkan dengan kawat terlebih dahulu ke laut kemudian setelah itu baru disambungkan ke Kapal KerukPemindahan Jangkar Samping

Jangkar samping adalah tumpuan kapal keruk untuk melakukan perpindahan penggalian selebar kolong. Tiap kemajuan Kapal Keruk maka kawat samping ini akan semakin tertinggal sehingga jangkar samping kanan kiri dan depan dan belakang harus dipindahkan sesuai dengan kemajuan penggalian. Jangkar akan dipindahkan jika antara kawat dan jangkar sudah membentuk sudut 10( (5) (Lihat gambar 3.6).

10(

Gambar Skema Pemindahan Jangkar Samping

II.7Faktor yang mempengaruhi penggalian

Laju Pemindahan Tanah

Laju pemindahan tanah merupakan besarnya volume tanah yang digali dalam satu satuan waktu. Pemindahan tanah yang dilakukan Kapal Keruk setiap jam kerja ditentukan oleh ukuran volume mangkok yang dinyatakan dalam satuan cuft (ft3). Laju pemindahan tanah pada proses penggalian dapat diperhitungkan dari persen pengisian mangkok, kemampuan pengisian mangkok dalam penggalian tanah tergantung pada jenis tanah. Perhitungan teoritis tanah :

Dimana : LPT = Laju pemindahan tanah

0,0283 m3/ft3 = Konversi ft3 terhadap m3

BPM = Banyaknya putaran mangkok per menitPerhitungan Laju Pemindahan tanah berdasarkan lama waktu penggalian dihitung dengan rumus :

Keterangan :LPT = Laju pemindahan tanah (m3/jam)

Volume mangkok = Cuft x 0,0283 m30,0283 m3/ft3 = Konversi ft3 terhadap m3BPM = Banyaknya putaran mangkok per menit

WG = Lama penggalian

KM = Kemajuan penggalian (m)

TL = Tebal lapisan digali (m)

LK = Lebar kolong kerja (m)Laju pemindahan tanah yang dicapai oleh Kapal Keruk pada saat membuka kolong kerja baru dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Kondisi lapisan tanah

Kondisi lapisan tanah yang beragam pada setiap daerah rencana kerja akan mengakibatkan pencapaian laju pemindahan tanah yang berbeda.

2) Operator

Kemampuan operator dalam mengoperasikan kapal keruk, yaitu mengatur kecepatan kawat samping dan penurunan tangga mangkok (ladder). Dimana hubungan itu dapat dihitung dengan menggunakan rumus (3) :

Dimana : C = Pengisian ember

S = Kecepatan kawat samping (meter per menit)

D = Besarnya penekanan tangga mangkok (ladder) (meter)R = diameter onderoll + tinggi mangkokBPM = Bucket Per Menit

3) Pola dan sistem yang diterapkan

4) Kondisi peralatan Kapal KerukVolume pemindahan tanahBesarnya tanah yang akan dipindahkan selama operasi penambangan sangat tergantung dari laju pemindahan tanah serta jam jalan Kapal Keruk. Perhitungan volume pemindahan tanah dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut (5):

Dimana : LPT

= Laju Pemindahan Tanah

Jam kerja produktif = Jam tersedia - Jam stopEfisiensi Penggalian

Perhitungan efisiensi Penggalian dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Ep

= Efisiensi Pemindahan Tanah (Penggalian)

Lpt Actual = Laju Pemindahan Tanah yang dicapai (M3/Jam)

Lpt ideal = Laju Pemindahan Tanah direncanakan (M3/Jam)

Tabel Range penggalian

Rentang nilai (%)Kategori

90Baik Sekali

Efisiensi Waktu Kerja

Perhitungan efisiensi waktu kerja dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :

Jam kerja Produktif

Jam kerja produktif merupakan jam jalan aktual yag dihasilkan dari jam yang tersedia dikurangi jam stop.

1. jam stop terdiri dari:

a. Jam stop yang direncanakan,

- Reparasi mingguan

- Reparasi tahunan

- Pemindahan lokasi

- Ukur kolong

b. Jam stop tidak terencana

- Kerusakan alat

- Cuaca

Perhitungan jam kerja produktif dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :

Kapasitas Jig primer

Kapasitas Jig primer berpengaruh terhadap pencucian hasil penggalian dimana sinkronisasi kapasitas jig primer 85 % terhadap penggalian.

Rumus kapasitas jig primer :

Keterangan:

Kapasitas jig primer (m3/jam)

Kapasitas jig = kapasitas satu buah jig (m3/Lse/jam)

Lse = Luas saringan efektif (m2)

Sinkronisasi antara kapasitas jig primer dengan penggalianLaju pemindahan tanah tidak semua 100% masuk jig primer, besarnya feed yang masuk kisaran 75% sampai 80%. Sinkronisasi antara keduanya dihitung sebagai berikut :

Perhitungan Kebutuhan Jig1. Data

Kapasitas jig primer

2. Perhitungan

Jig Primer

Feed Jig Primer Jumlah jig primer yang dibutuhkan

feed jig primer kapasitas jig primerII.8Kapal Isap Stripping dan Penggalian

Kapal Isap Stripping adalah salah satu alat gali yang digunakan dalam penambangan bawah permukaan laut oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Penggalian dengan Kapal Isap Stripping dilakukan untuk mengupas tanah atas atau overburden. Kapal Isap Stripping sendiri merupakan kapal yang didesain secara khusus untuk menggali tanah atas untuk membuka kolong kerja dengan menggunakan cutter dan juga pompa seperti pada Kapal Isap Produksi.

PT. Timah (Persero) Tbk saat ini memiliki tiga unit Kapal Isap Stripping yaitu Kapal Isap Pulau 7 yang beroperasi di Laut Tempilang, Kapal Isap Makassar yang beroperasi di Belitung dan Kapal Isap Semujur yang sedang perbaikan di Sungailiat.

Gambar Kapal Isap Stripping Pulau 7

Kapal Isap Stripping Pulau 7 dilengkapi oleh 2 mesin utama. Salah satu mesinnya berfungsi sebagai penggerak utama hidrolik seperti spod, cutter, dan kawat penggerak sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai sistem penggerak pompa Kapal Isap Stripping. Bagian bawah Kapal Isap terdapat ponton yang digunakan sebagai tempat mengisi tangki bensin dan juga tangki air.

Kapal Isap Stripping menggunakan cutter seperti pada Kapal Isap Produksi untuk memberai lapisan dan menggunakan pompa untuk menghisap juga membuang tanah hasil stripping tersebut.

Setelah lapisan tanah di berai atau digali dengan cutter, tanah kemudian di hisap oleh pompa untuk di buang ke daerah yang jauh dari rencana kerja. Penyambungan pipa pembuangan dilakukan sampai dengan 1 km atau lebih.

Pada Kapal Isap Stripping Pulau 7 pipa pembuangan hasil galian sepanjang kurang lebih sekitar 340 km. Dengan jarak tersebut diharapkan tanah / material yang dikupas tidak mengganggu pekerjaan nanti.

Penggalian dengan menggunakan Kapal Isap Stripping terlihat lebih efektif, hal ini dikarenakan pemindahan tanah cukup banyak pada tiap jam nya dan memerlukan waktu tidak lama. Hasil penggalian tanah atas yang langsung dibuang jauh tidak memungkinkan terjadi penimbunan material pada kolong kerja seperti penggalian pada Kapal Isap Produksi.

Metode penggalian menggunakan Kapal Isap Stripping ini merupakan gabungan atau kombinasi metode Kapal Keruk dan juga Kapal Isap Produksi. Jadi tidak jauh berbeda fungsional peralatan penggalian pada kapal ini sendiri dengan kapal yang lainnya.

Dengan adanya Kapal Isap Stripping ini dapat mempermudah melakukan penggalian dan pengupasan tanah atas (stripping overburden). Kapal Isap Stripping lebih efektif dan efisien untuk melakukan penggalian tanah atas. Ini dapat dilihat dari laju pemindahan tanah dan penggunaan waktu produktif pada Kapal Isap Stripping yang hampir mencapai nilai optimum 800 sampai 1000 m3/jam

Karena kapasitas penggalian Kapal Isap Stripping hampir sama prinsipnya dengan Kapal Isap Produksi yang dapat dihitung dari kapasitas pompa, berbeda hal nya dengan Kapal Keruk yang dihitung menggunakan kapasitas bucket dan kedalaman penggalian, maka laju pemindahan tanah yang diisap pompa dapat dihitung dengan perbandingan LPT rata-rata terhadap kinerja mesin pompa tanahPenyelesaian:

x = LPT optimum

2 x ( diameter onderoll + tinggi mangkok )

P = R x T

LPT= Volume bucket x 0,0283 m3/ft3 x BPM x 60 menit/jam

Volume Pemindahan Tanah= LPT / Jam kerja produktif

EK = ( Jam kerja produktif (realisasi) : jam kerja tersedia ) x 100 %

Jam kerja produktif= Jam tersedia - Jam stop

kapasitas jig primer = kap jig x Lse x jumlah jig terpasang terpasang

26

_1337858074.unknown