Isi
-
Upload
lina-kurnia -
Category
Documents
-
view
7 -
download
1
description
Transcript of Isi
BAB1
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Long Term Neurological Conditions (LTNC) adalah sebuah kondisi dimana seseorang dalam kondisi
gangguan neurologis yang memerlukan perawatan berkesinambungan dalam jangka panjang Yang
termasuk dalam LTNC disease adalah penyakit-penyakit semacam Parkinson Disease, Brain Injury,
Spinal Injury, Epilepsy, Neuro Muscular Conditions, serta penyakit-penyakit sejenisnya yang
memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang panjang. Mengapa disebut Long Term, karena klien
membutuhkan proses perawatan penyakitnya dalam waktu yang tidak sebentar, bahkan membutuhkan
waktu yang lama, misalnya, harus check up setiap bulan, ganti obat setiap bulan, belum lagi jika pada
saat-saat tertentu mengeluhkan suatu gangguan neurologis tertentu. Oleh karena itulah disebut dengan
Long Term Neurological Conditions.
Beberapa penyakit neurologi yang kronis biasanya akan menimbulkan gejala sisa yang akan
dialami oleh pasien seumur hidupnya. Fenomena inilah yang disebut long-term neurological conditions
(LTNC). Orang-orang dengan LTNC harus hidup dengan kecacatan atau bawaan penyakit yang akan
mempengaruhi kualitas hidup mereka. Bayangkan saja bila seseorang yang awalnya memiliki pekerjaan
atau aktivitas dalam keseharian mereka tiba-tiba ketika mereka terserang penyakit neurologi dan
menimbukan cacat sehingga mereka tidak lagi dapat melakukan aktivitas seperti biasanya untuk
selamanya akan sangat berat dihadapi. Sebagai perawat, kita dapat membantu pasien untuk meningkakan
kualitas hidupnya melalui berbagai hal, contohnya adalah bagaimana perawat bisa berkomunikasi dengan
lingkungan dan keluarga pasien untuk mengoptimalkan dukungan mereka terhadap pasien.
Jurnal yang akan kami bahas ini adalah tentang perawatan berkelanjutan atau countinity of care
terhadap orang-orang dengan long-term neurological conditions yang dilakukan oleh para perawat
specialis neurologi di UK. Bagaimana dengan keadaan di Indonesia? Sudahkah penerapannya maksimal
atau apakah sudah tersedia layanan seperti ini? Akan sangat bermanfaat bagi kita apabila kita juga dapat
menerapkan poin-poin khusus yang diberikan sebagai metode dalam jurnal ini untuk dapat diaplikasikan
di Indonesia. Kita tahu bahwa penyakit neurologi di Indonesia cukuplah banyak, terlebih lagi bagi mereka
yang memiiki kecacatan akibat riwayat penyakit neurologi mereka. Sehingga diperlukan para tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan khusus dalam melakukan intervensi yang tepat yang dapat
dilakukan khususnya bagi para perawat.
Tantangan fenomena ini seharusnya dapat diselesaikan dengan baik apabila penyelenggara
kesehatannya telah siap baik dalam sistem maupun dasar pengetahuannya. Dalam jurnal ini telah coba
dibahas mengenai kerjasama antara tenaga kesehatan dengan sector sosial yang terkait sehingga
diharapkan sistem yang akan dilakukan juga mendapat dukungan dari pemerintah setempat maupun
pemerintah nasional.
Para LTNC memiliki kebutuhan khusus dalam perawatannya. Seperti kita tahu bahwa merawat
sesorang haruslah secara holistic, akan tetapi bagi LTNC tidaklah cuup demikian. Orang-orang dengan
LTNC memiliki pengalaman yang sangat berbeda. Beberapa kasus penyaikit neurologi dapat berubah
secara perlahan, akan tetapi dapat juga yang lain mengalami perubahan yang sangat cepat. Oleh sebab itu,
para LTNC membutuhkan tenaga kesehatan professional dan berbagai sector lain yang juga dapat
beradaptasi dengan perubahan yang mereka alami. Sehingga tidak hanya pengetahuan ilmu kedokteran
dan keperawatan saja yang dibutuhkan akan tetapi juga koordinasi dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan perawatan yang cukup rumit untuk dihadapi, kita sebagai mahasiswa keperawatan juga
perlu untuk menambah evidence based kita untuk memperkaya pengetahuan dan modifikasi kesehatan
terbaru baik untuk meningkatkan skill dan bahkan dapat membantu meningkatkan pembangunan bangsa
di bidang kesehatan. Oleh karenanya, kami membahas jurnal ini dan mengkritisinya untuk kemudian
mendapat manfaat serta pengetahuan baru yang dapat kami sharingkan secara langsung dalam kelompok
diskusi serta harapannya dapat kami aplikasikan bersama di masa yang akan datang demi kesehatan
rakyat Indonesia yang lebih baik, khususnya meningkatan kualitas hidup bagi para long-term neurological
condititions.
BAB2
HASIL DISIKUSI
2.1 IDENTIFIKASI TOPIK
Long Term Neurological Conditions (LTNC) merupakan sebuah bagian yang berkelanjutan dari
kehidupan masyarakat, dimana intervensi keperawatan yang berkesinambungan sangat diperlukan bagi
pelayanan kesehatan klien dengan kebutuhan LTNC. Karena kompleksitasnya kebutuhan klien LTNC,
maka diperlukan sebuah system perawatan jangka panjang dimana system tersebut bisa mendukung
pelayanan kesehatan bagi klien LTNC.
Dari 71 partisipan yang direkrut & diwawancara untuk penelitian di Jurnal ini, hasilnya ditemukan
beberapa penyakit yang masuk dalam klasifikasi Long Term Neurological Conditions, diantaranya adalah
Parkinson Disease (12 orang), Multiple Sclerosis (19 orang), 8 Motor Neuron Disease ( 8 orang), Brain
Injury (12 orang), Spinal Injury (4 orang), Epilepsy (4 orang), Neuro Muscular Conditions (3 orang),
Multiple Neurological Conditions (4 orang), lain-lain (5 orang).
Yang diperlukan bagi klien yang menderita Long Term Neurological Conditions (LTNC) yaitu
Kesinambungan Perawatan(continuity of care), didalamnya antara lain:
Longitudinal Continuity, menitikberatkan pada peran Perawat spesialis Neurologis
Relational Personal, and Therapeutic Continuity, merupakan sentral dari pelayanan dengan
kualitas memuaskan bagi klien. Memberikan waktu lebih pada klien, untuk mendengarkan keluh-
kesah atau kekhawatiran mereka akan pelayanan kesehatan yang telah diberikan.
Sehingga,mampu untuk membahas dampak kondisi neurologis yang lebih luas pada kehidupan
mereka. Karena hubungan ini, NNS sering menjadi pelabuhan pertama klien ketika mereka
membutuhkan saran atau dukungan.
Long-Term Continuity, merupakan bagian dari follow up Perawat pada klien dengan klien, atas
perkembangan/keadaan klien di setiap waktu. Hubungan via Telpon atau email, bisa digunakan
mendukung kesuksesan Long Term Continuity sebagai sarana untuk me-review keadaan klien,
jadi jika ada masalah dengan kondisi neurologisnya bisa segera diatasi.
Cross-boundary Continuity. Menjaga kontak (secara jangka panjang) antara perawat, klien, dan
keluarga, agar bisa selalu up to date dalam memantau kondisi kesehatan klien. Karena perawat
juga tidak bisa selalu 24 jam bersama klien, keluargalah yang 24 jam selalu bersama klien, jadi
diharapkan keluarga bisa menjembatani informasi untuk pelayanan kesehatan bagi klien.
Flexible Continuity
Social Context, memungkinkan klien untuk bisa mengambil obat dirumah, karena dalam
beberapa keadaan, klien ataupun keluarganya tidak dimungkinkan untuk melakukan perjalanan
(yang kadang jauh) ke Rumah Sakit hanya untuk mengambil obat, bisa karena factor jarak yang
jauh, kemungkinan tidak ada anggota keluarga lain yang bisa menjaga klien dirumah, dll.
Personal Agency, kekuatan NNS adalah pada kerjasama perawat dan keluarga klien yang
bersama-sama membantu proses pelayanan kesehatan untuk LTNC pada klien. Lebih penting
lagi, klien melaporkan bahwa, dengan mengadopsi pendekatan kolaboratif (perawat dan juga
keluarga), NNS memberdayakan diri untuk menjadi mitra nyata dalam perencanaan layanan dan
arsitek sejati hidup kliennya.
2.2 ANALISA HASIL
STUDI
Tujuan
Untuk mengidentifikasi apa saja yang membantu atau menghalangi pelayanan gabungan dan
mengidentifikasi model dan praktek perawatan berkelanjutan mana yang terbaik dari prespektif orang-
orang dengan LTNCs, keluarga atau orang-orang yang merawat mereka dan juga dari para professional
yang memberikan pelayanan tersebut.
Design
Pada studi kasus ini peneliti menggunakan enam Primary Care Trust (PCT) yang ada di Inggris dan PCTs
memiliki hubungan dengan pihak yang berwenang setempat, rumah sakit umum dan agensi lainnya. Pada
saat penelitian, PCTs ini bertugas membiayai pelayanan kesehatan secara umum di Inggris dan
menyediakan pelayanan kesehatan komunitas. PCTs dibagi berdasarkan perbedaan letak geografi dan
demografi Inggris.
Partisipan
Orang-orang dengan LTNC yang tinggal di daerah yang termasuk dalam wilayah PCT yang memenuhi
syarat untuk dapat ambil bagian, kecuali mereka yang berumur dibawah 18 tahun atau memiliki
kerusakan kognitif yang mana mereka tidak dapat dikaji dengan prosedur pengkajian biasa atau tidak
dapat menerima dan memahami informed consent yang diberikan.
Pengumpulan Data
Data diambil antara bulan November 2007-Mei 2008. Para peneliti menggunakan metode kualitatif untuk
menyelidiki kerumitan sistem orang-orang dengan LTNC mendapat dukungan dan juga untuk mengkaji
jika para pemberi pelayanan memiliki pengalaman dalam perawatan berkelanjutan.
Pertimbangan Etik
Para peneliti mengidentifikasi sejumlah isu yang berpotensial, melalui beberapa investigasi kualitatif
seperti memperoleh akses dengan partisipan sementara juga mempertahankan kerahasiaan dan
menghadapi partisipan yang terganggu selama wawancara. Selain itu, pertimbangan etik lain pada studi
ini adalah termasuk kemampuan komunikasi orang-orang dan kesulitan kognitif skala sedang untuk dapat
mengambil bagian sebagai partisipan.
Analisa Data
Pokok pemulaan untuk menganalisa berdasarkan pada kerangka konsep countinity of care. Pokok yang
lain dikembangkan oleh para member tim yang membaca transcript yang sama dan mengidentifikasi issue
dan konsep terkini. Data akan di extract menjadi pokok-pokok hal yang tepat oleh satu orang dan dicek
keakuratannya sesuai parameter.
Hasil Penemuan
a. Karakeristik partisipan
Para peneliti merecruit dan mewancarai 71 orang dengan LTNC yang meliputi 6 wilayah kasus. Pada
table 3 memberikan seperempat hasil wawancara dengan orang-orang yang terdiagnosa dengan multiple
sclerosis, enam dengan PD, dan enam yang lain memilik riwayat brain injury.
b. Countinity of care dan NNSs
Data para peneliti menunjukkan bahwa NNSs, dengan mengabaikan kondisi keparahan pasien atau
pelayanan yang digunakan saat itu, mampu mempromote semua elemen continuity of care yang terdapat
pada table 1
- Longitudinal continuity
Longitudinal continuity adalah perawatan yang diberikan oleh mungkin sedikit professional, karena
membutuhkan sebuah konsistensi yang sulit untuk dicapai untuk orang-orang dengan LTCN, khususnya
bagi mereka yang kondisi dan keadaan status well-being nya berubah setiap saat. Pelayanan secara umum
(banyak janji dan professional yang menangani mereka) terhadap pasien dengan LCTN akanAda sebuah
kata-kata yang mungkin menjelaskan bahwa mengkaji dari awal merupakan sesuatu hal yang kurang
efektif dilakukan dalam continuity care pasien LCTN.
Perawat spesialis neurologi dapat memaksimalkan longitudinal continuity dalam dua cara: menyediakan
nasihat ahli dan mengintervensi dan mengadopsi peran koordinasi perawatan. Para perawat spesialis
memiliki pengetahuan yang sangat baik mengenai kondisi pasien, yang artinya mereka harus mampu
memberi pelayanan advice mengenai cara pengobatan atau penatalaksanaan, mengenai bagaimana
memanagemen kondisi pasien dan cara untuk mengidentifikasi exacerebations. Para tenaga kesehatan dan
perawat spesialis neurologi harus mampu bersikap proaktif, berhadapan dengan issue sebelum berubah
menjadi masalah mayor dengan kata lain mampu meminimalisir adanya intervensi tambahan dari multiple
professional.
Perawat spesialis neurologi dalam studi ini seringkali mengadopsi peran koordinasi perawatan. Hal ini
tidak hanya berguna untuk bidang spesialis mereka terhadap kondisi pasien, tapi juga pengetahuan
terhadap local service system dan pemahaman mereka untuk kelanjutan perencanaan yang tepat untuk
dapat diperoleh, jadi hanya professional yang paling tepat yang termasuk dalam perawatan pelayanan
kesehatan dalam setiap kesempatan.
- Relational, personal, dan therapeutic continuity
Relational, personal dan therapeutic continuity adalah central untuk pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Membangun hubungan yang konsisten dengan pasien LCTN secara khusus dinilai oleh
orang-orang dengan LCTN. Mereka melaporkan perasaan mereka bahwa para perawat memiliki waktu
lebih yang dihabiskan dengan mereka dan mendengarkan keluhan mereka, khususnya berkonsultasi untuk
memutuskan pertimbangan. Jadi terdapat kombinasi mengenai keahlian perawat spesialis serta pandangan
mereka melihat pasien sebagai individu yang holistic. Secara konsekuen, para tenaga kesehatan ini
mampu mendiskusikan impact secara luas terhadap kondisi neurological yang terjadi pada hidup mereka.
Karena dalam hubungan ini, NNS seringkali menjadi jalur pertama ketika pasien membutuhkan advice
atau dukungan.
NNS tidak hanya mampu mengobservasi perubahan status kondisi dan respon pasien, tetapi juga memiliki
pemahaman mengenai perubahan yang berarti dan berpengaruh pada pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada mereka seperti kehidupan sosial mereka, ekonomi dan psychological.
- Long term continuity
Kondisi long-term neurological bersifat ongoing dan seringkali dapat berubah-ubah dan memburuk setiap
saat. Dengan mempertahankan pelayanan kesehatan pada pasien secara permanen dan memiliki jalur yang
bervariasi untuk mampu terus mengakses mereka, NNS akan mampu mencapai penguasaan pendekatan
untuk melaksanakan ketentuan dan dengan cara demikianlah dilakukannya promote long-term continuity.
- Cross-boundary continuity
Meskipun pasien dengan LTNC membutuhkan perawatan yang khusus dalam artian harus ada yang
bertanggungjawab, perawat professional spesialis neuroogi ini juga memiliki beberapa pasien yang lain.
Tidak mungkin perawat ini harus bertanggung jawab atas segala sesuatu mengenai pasien yang ada di
bawah pengawasannya, akan tetapi perawat ini juga memerlukan suatu kolaborasi dengan pihak lain yang
terkait dengan pasien ini, sehingga segala perubahan yang terjadi dapat teratasi dengan baik, misalnya
hubungan koordinasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan dengan sector yang terkait dan antara para
tenaga medis professional dengan keluarga pasien.
- Flexible continuity
Sebagai pasien dengan LTCN seringkali kondisinya dapat berubah setiap saat, dan penting bagi tenaga
kesehatan untuk dapat berespon dengan cepat dan beradaptasi dengan perubahan keadaan tersebut.
Fleksible dalam hal ini berarti NNS fleksible untuk dapat melakukan intervnsi pasien tersebut baik di
klinik atau di rumah. Kefleksibelitas NNS akan mendukung tenaga kesehatan lain untuk mampu
mengatasi situasi yang terjadi dan memberikan suatu derajat keparahan dalam melakukan
penatalaksanaan yang diperlukan saat itu.
- Information continuity
Information continuity ini adalah tentang transfer informasi yang baik antara tenaga kesehatan
professional dengan orang yang merawat pasien dan juga mengenai transfer informasi yang di dapat dari
pasien itu sendiri.
- Social context
Continuity dari konteks sosial berkenaan mengenai orang-orang yang nantinya akan tetap mampu
mempertahankan kesukaannya dalam hubungan sosial dan personal dan berpartisipasi dalam aktifitas-
aktifitas untuk mempertahankan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka. NNS diharapkan mampu
memberikan dukungan kepada orang-orang LTCN untuk mengambil tindakan pengobatan invasive di
rumah, membatasi kebutuhan pasien datang ke rumah sakit, dan dengan cara demikian, meminimalisir
interupsi mereka dengan keluarga serta orang-orang di sekitarnya.
Pelayanan kesehatan dalam peneltian ini menjelaskan bahwa NNS tidak hanya berhadapan dengan
kebutuhan mereka, akan tetapi juga memberikan dukungan, advice, dan informasi kepada keluarga
mereka, memampukan keluarga melalui kondisi yang dihadapi pasien bersama.
- Personal agency
Kekuatan dari NNS adalah bahwa mereka bekerja dengan partnership pelayanan kesehatan lain serta
keluarga, mendengarkan, merespon terhadap kebutuhan terhadap perubahan yang terjadi dan
mengedukasi dan memberi pengetahuan yang dibutuhkan tentang kondisi LTCN mereka. Perawat
spesialis neurologi mampu membantu tenaga kesehatan lain dan keluarga pasien untuk mempelajari
strateg koping yang tepat dan mekanisme manajemen kesehatan.
2.3 KRITISI JURNAL
Kritisi jurnal
Kelebihan
“Promoting continuity of care for people with long-term neurologicalconditions: the role of the
neurology nurse specialist” jurnal ini menjelaskan tentang bagaimana peran perawat spesialis mampu
berkontribusi dalam berbagai element kesinambungan keperawatandengan orang LTNCs dengan kinerja
tenaga perawat profesional dan menggunakan metode campuran termasuk sistemis review kualitatif dan
kuantitatif survei nasional.
1. Dalam jurnal ini peneliti menjelaskan tentang bagaimana kinerja perawat spesialis neurologi
mampu kontribusi dlm berbagai element keperawatan kesinambungan. Dengan memakai tenaga
perawat yg sudah profesional sehingga pasien bisa mendapat perwatan yg memadai.
2. Peneliti juga menggunakan metode penelitian Kajian mendalam ( kualitatif ) kasus yang
dilakukan di enam neurologi ' sistem pelayanan ' di Inggris yang mewakili keragaman geografis
dan demografis.
3. Jurnal ini juga tidak hanya berfokus pada kinerja perawatan spesialis neurologi di inggris saja
tetapi peneliti mencoba mengembangkan perawat spesials neurologidengan orang LTNCs yg ada
di inggris atau negara di eropa dan mencoba mengembangkan ke seluruh dunia termasuk negara
terpencil sekalipun sehingga perawat spesialis neurologi yg berkontribusi dalam kesinambungan
keperawatan dengan orang LTNCs dapat berkembang ke kancah internasional tidak hanya di
inggris saja.
4. Konsep dari jurnal ini dapat digunakan untuk membantu memahami dampak integrasi layanan
untuk orang dengan LTNCs.
5. Penelitian ini menunjukkan bahwa perawat spesialis dapat meningkatkan kesinambungan
perawatan untuk klien mereka karena pengetahuan mereka tentang kondisi neurologis dan jasa
lokal, dan mereka fleksibel , holistik dan pendekatan kolaboratif untuk berlatih.
Kekurangan
1. .Kekurangan dari jurnal ini adalah jurnal ini tidak memberikan kuisioner guna untuk mengetahui
respon pasien secara kontinue.
2. Jurnal ini juga tidak menerangkan secara mendalam apa saja yang akan dialami oleh pasien dengan
LTNCs yang berhubungan untuk mengetahui tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan secara
tepat, apakah tindakan yang dilakukan oleh perawat spesialis di klinik sama atau berbeda dengan perawat
spesialis yang berada di rumah sakit dan atau tempat kesehatan yang lain.
3. Di penelitian ini peneliti tidak mencantumkan lebih mendalam tentang apa itu defini LTNCs,
bagaimana pasien yg terkena LTNCs.
4. pada jurnal ini tidak di cantumkan biaya secara spesifik meskipun dapat meringankan biaya kesehatan
dan bagaimana tahapan perawatan apa saja yg dilakukan perawat spesialis yg berkontribusi pada
keperawatan kesinambungan pada orang dengan LTNCs terasebut.
5. pelaporan literature dampak NSs pada kesinambungan perawatan jarang terlibat dengan kurangnya
kejelasan konseptual sekitar istilah. Juga tidak menjelaskan cara di mana NSs berkontribusi terhadap
yang berbeda unsur kesinambungan perawatan atau bagaimana mereka mencapai hal ini.
6.kami mengidentifikasi celah dalam model ini sekitar pemberdayaan, kontrol dan kemandirian dan,
untuk memperbaiki ini, peneliti akan mengembangkan dimensi tambahan - kontinuitas agen pribadi
7.tidak semua orang dengan LTNC dalam studi kasus kami daerah mampu mengakses NNS,karena yang
bisa menerima layanan NNS adalah dengan kondisi tertentu
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Aplikasi Jurnal dalam setting pelayanan kesehatan di Indonesia
Gangguan pada neurologi merupakan salah satu permasalahan yang memerlukan perawatan yang
berkepanjangan ataupun secara kontinu. Hal ini berkaitan dengan masalah-masalah neurologis dapat
mengakibatkan perubahan dalam kognitif, sensorik, dan fungsi neuromuscular seseorang dan dapat
merugikan citra diri.
Penyakit gangguan neurologi beragam jenisnya diantaranya Parkinson, Alzheimer, Cedera kepala,
cedera medulla spinalis, epilepsy maupun stroke. Penyakit tersebut menunjukkan manifestasi klinis yang
bervariasi dimulai dari gangguan pada fungsi motorik seperti hemiparesis, gangguan visual, pendengaran
bahkan hingga penurunan kesadaran. Tentunya tidak berhenti sampai disana, orang dengan gangguan
neurologi juga mengalami gejala sisa dari penyakit yang di deritanya seperti misalnya stroke yang
memiliki gejala sisa berupa gangguan pada pendengaran yang dapat berakibat pada terganggunya fungsi
sensori. Penyakit jenis ini tentunya juga dapat menyerang siapa saja tanpa batasab jenis kelamin maupun
usia.
Melihat pemaparan diatas, tentunya dapat dipahami bahwa orang dengan gangguan neurologi
memliki gangguan secara kompleks dan memerlukan perawatan yang holistik dan tentunya dalam jangka
waktu yang cukup lama juga dengan melibatkan berbagai sector terkait seperi keluarga, rumah sakit serta
team medis yang ahli di dalamnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam jurnal ”Promoting
continuity of care for people with long-term neurological conditions: the role of the neurology nurse
specialist” dipaparkan bahwa peran perawat spesialis neurologi sangat penting bagi orang dengan
gangguan neurologis. Perawat spesialis neurologi dikatakan mampu untuk berkontribusi dalam segala
elemen pada perawatan berkelanjutan untuk orang dengan gangguan kondisi neurologis jangka panjang
(LTNCs).
Keperawatan neurologis adalah spesialisasi yang menuntut pemahaman tentang neuroanatomi,
neurofisiologi, tes neurodiagnostik, keperawatan kritis dan keperawatan rehabilitasi. Selain itu pengkajian
yang terus-menerus pada fungsi neurologis dan kebutuhan kesehatan klien, peran perawat adalah untuk
menolong klien dalam mengidentifikasi masalah, membuat tujuan bersama, menjalankan kegiatan
langsung, menggunakan intervensi keperawatan yang tepat (mencakup,penyuluhan, konseling, dan
mengoordiansi kegiatan) dan mengevaluasi hasil perawatan.
Peran perawat spesialis neurologi (NNSs) dalam melaukan perawatn kepada orang dengan gangguan
neurologi adalah memberikan perawatan dengan pendekatan aspek multidimensional dengan tujuan dapat
meningkatkan kulitas hidup pasien. Adapun elemen-elemen yang dimasukkan didalamnya yaitu
longitudinal, relational, personal and therapeutic, long-term, cross-boundary, flexible, information, social
context serta personal agency. Beberapa hal tersebut erat kaitannya dengan aspek perawatan pasien secara
holistic baik dalam segi psikologis, kognitif maupun fisiologis. Dalam jurnal tersebut didapatkan hasil
bahwa NNSs dapat melaksanakan peran seorang perawat dalam masing-masing aspek tersebut kepada
orang dengan LTNCs sehingga memberikan dampak yang lebih baik bagi status kesehatan pasien.
Adapun aspek-aspek diatas adalah:
1. Longitudinal continuity
Perwatan yang diberikan oleh tenaga professional secara konsisten denga kebutuhan pasien, sedikit
susah dicapai oleh orang dengn LTNCs karena status kesehatan mereka yang berubah setiap saat.
Peran NNSs dapat memaksimalkan longitudinal continuity dalam dua cara yaitu memberikan
nasihat dan mengintervensi serta mengadopsi peran koordinasi perawatan. Hal ini mengingat NSSs
memiliki pengetahuan tentang kondisi pasien sehingga dapat memberikan nasihat mengenai cara
pengobtan dan penatalaksaan manajemen kondisi pasien. Dengan kata lain, NSSs mampu
meminimalisir adanya intervensi tambahan dari tenaga professional lainnya.
2. Relational, personal, dan therapeutic continuity
Membangun hubungan yang konsisten dengan pasien LTNCs secara khusus akan memberikan
pengaruh tersendiri dalam memberikan perawatan. NNSs tidak hanya mampu mengobservasi
perubahan status kondisi dan respon pasien, tetapi juga memiliki pemahaman mengenai perubahan
yang berarti dan berpengaruh pada pelayanan kesehatan yang diberikan kepada mereka seperti
kehidupan sosial mereka, ekonomi dan psikologis sehingga NNSs dijadikan sebagai advokat.
3. Long term continuity
Kondisi orang dengan LTNCs seringkali dapat berubah-ubah dan memburuk setiap saat. Dengan
mempertahankan pelayanan kesehatan pada pasien secara konsisten dan memiliki jalur untuk
mampu terus mengakses mereka, NNSs akan mampu mencapai pendekatan untuk melaksanakan
perawatan dan dengan cara demikianlah dilakukannya promote long-term continuity.
4. Cross-boundary continuity
Pasien dengan LTNCs membutuhkan perawatan yang khusus dalam artian harus ada yang
bertanggungjawab. NNSs juga memiliki beberapa pasien yang lain yang juga memerlukan
penanganan yang serupa. Oleh karena itu NNSs memerlukan suatu kolaborasi dengan pihak lain
yang terkait, sehingga segala perubahan yang terjadi dapat teratasi dengan baik, misalnya hubungan
koordinasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan , para tenaga medis professional dengan
keluarga pasien. NNSs dapat menjadi penghubung dalam komunikasi ini.
5. Flexible continuity
Fleksibel dalam hal ini berarti NNSs secar dinamis dapat melakukan intervensi di klinik atau di
rumah. Kefleksibelitas NNSs akan mendukung tenaga kesehatan lain untuk mampu mengatasi
situasi yang terjadi dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan saat itu.
6. Information continuity
Information continuity ini adalah tentang transfer informasi yang baik antara tenaga kesehatan
professional dengan orang yang merawat pasien dan juga mengenai transfer informasi yang di
dapat dari pasien itu sendiri.
7. Social context
NNSs diharapkan mampu memberikan dukungan kepada orang-orang LTCN untuk mengambil
tindakan pengobatan invasive di rumah dan membatasi kebutuhan pasien datang ke rumah sakit.
NNSs tidak hanya berhadapan dengan kebutuhan mereka, akan tetapi juga memberikan dukungan,
nasihat, dan informasi kepada keluarga mereka, memampukan keluarga melalui kondisi yang
dihadapi pasien bersama untuk dapat memelihara hubungan sosial dan meningkatkan kualitas
hidup mereka.
8. Personal agency
NNSs berkolaborasi dengan tenaga pelayanan kesehatan lain serta keluarga, mendengarkan,
merespon terhadap kebutuhan terhadap perubahan yang terjadi dan mengedukasi yang dibutuhkan
tentang kondisi LTNCs. Perawat spesialis neurologi mampu membantu tenaga kesehatan lain dan
keluarga pasien untuk mempelajari strategi koping yang tepat dan mekanisme manajemen
kesehatan dengan lebih memberdayakan terkait kemadirian pasien nantinya dalam kehidupan.
Di Indonesia sendiri perawat spesialis neurologi masih belum ada, namun tidak menutup kemungkinan
untuk mencapai pemenuhan aspek tersebut kepada pasien dengan gangguan neurologi dapat
dilaksanakan. Hal ini dapat dimodifikasi dengan pembentukan team professional dalam suatu ruangan
neurologi yang terdiri dari dokter spesialis saraf, perawat spesialis keperawatan bedah, perwat spesialis
jiwa serta perawat umum. Keberadaan tenaga kesehatan professional tersebut juga harus dimanfaatkan
seoptimal mungkin dalam memberikan perawatan tekait dengan tugasnya masing-masing.
Peran masing-masing tentunya berbeda dimulai dari dokter spesialis saraf yang menangani dalam
tindakan medis terkait dengan aspek farmakologi, pemeriksaan klinis terkait pemeriksaan diagnostik (CT
Scan, MRI serta X ray). Peran perawat spesialis medikal bedah (Sp. KMB) dapat melakukan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian hingga evaluasi kondisi. Hal ini dilakukan karena perawat spesialis
medikal bedah memiliki batang ilmu tentang anatomi saraf serta neurofisiologis . Aspek pengkajian pun
beragam mulai dari pengkajian fisik terkait status motorik dan sensorik pasien, koordinasi, riwayat
kesehatan dan psikologis. Sehingga dari data yang didapatkan dapat menegakkan diagnosa yang tepat
dan memberikan intervensi yang sesuai. Perawat umum juga dapat terlibat di dalamnya sebagai seorang
yang berada di dekat pasien hamper selama 24 jam dapat menjadi penghubung untuk dokter, pasien,
keluarga dan perawat spesialis medikal bedah sehingga aspek Cross-boundary continuity dan information
continuity dapat terpenuhi.
Selain hal di atas pemenuhan pemberian perawatan yang konsisten secara kontinu terhadap
pemenuhan kebutuhan pasien dapat terlaksana melalui peran perawat spesialis jiwa selaku advokat dan
educator bagi pasien dan keluarga. Sebagai advokat perawat dapat menjadi tempat pasien dan keluarga
untuk dijadikan sebagai seorang yang dimintai pertimbangan maupun mengadvokasi, kondisi ini
berkaitan dengan manajemen koping pasien dan keluarga. Dalam hal ini perawat dapat menilai strategi
koping, menjadi problem solver dan memberikan nasihat dalam meningkatkan strategi koping yang tepat.
Sehingga dapat memberikan pemahaman kondisi klien ke keluarga baik fisiologis maupun psikologis dan
aspek relation, personal dan therapeutic continuity dan personal agency dapat terlaksana.
Sebagai edukator perawat dapat memberikan informasi terkait kondisi pasien, manajemen rute obat
dan terapi lanjutan melalui penyuluhan maupun konsultasi personal. Dengan demikian proses transfer
informasi berjalan dengan tepat dan juga perwat dapat menjadi penghubung informasi terapi dalam aspek
klinis dari dokter spesialis saraf ke keluarga, melalui ini aspek information continuity dapat terpenuhi.
Pemberian perawatan untuk pasien dengan LTNCs tidak hanya dilakukan di Rumah Sakit tetapi dapat
juga dilakukan di rumah melalui home care mendatangkan perawat yang profesional dibidangya. Hal ini
tentunya dapat memberikan keberlanjutan dan konsistensi perawatan untuk kondisi neurologis pasien.
Dengan melaksanakan perawatan di rumah, maka pasien akan mulai berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dan tentunya melibatkan pihak keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar. Kondisi ini menjadi
salah satu tugas perawat untuk memberikan dukungan kepada pasien agar tidak minder dalam pergaulan.
Dengan ini, diharapkan pasien mulai melakukan aktivitas sosial sehari-hari dan mulai independen untuk
perawatan diri.
Berdasarkan pemaparan di atas, pada dasarnya pemenenuhan perawatan untuk pasien LTNCs dapat
terlaksana dengan baik melalui kolaborasi yang tepat antar pasien, keluarga, tenaga pelayanan kesehatan
dan sektor lain yang terkait. Perawat spesialis tetap memiliki peran sentral yang penting mengingat
keberadaannya bersama pasien dan ilmu yang dimiliki dan perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan secara mandiri sehingga keberadaan peran perawat dapat dirasakan oleh masyarakat
khususnya pasien LTNCs. Namun perlu diperhatikan, adapun hambatan yang ditemui di Indonesia untuk
melakukan pelayanan dalam setting demikian untuk LTNCs adalah finansial yang mana dalam hal ini
untuk pelaksanaan home care masih jarang karena memerlukan biaya yang tinggi serta masalah sosial
yaitu sekarang ini masih ditemukan adanya sikap keluarga yang menutupi keadaan pasien LTNCs
sehingga susah untuk melaksanakan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.