Isi
-
Upload
muhammad-aldy -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
description
Transcript of Isi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara
alamiah,merupakan kumpulan dari mineral baik yang sejenis maupun
yang tidak sejenis dan mempunyai komposisi kimia yang tetap. Di
dalam makalah ini kita akan mempelajari tentang pengertian,cara
terbentuknya dan mendeskripsikan tentang batuan beku dan apa itu magma ?.
Magma adalah batu-batuan cair yang terletak di dalam kamar magma di
bawah permukaan bumi. Magma di bumi merupakan larutansilika bersuhu tinggi
yang kompleks dan merupakan asal semua batuan beku. Magma berada dalam
tekanan tinggi dan kadang kalamemancut keluar melalui pembukaan gunung
berapi dalam bentuk aliran lava atau letusan gunung berapi
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral
dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya
batuan beku ini bisa dibedakan lagimenjadi batuan beku plutonik dan
vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan
magmayang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif
besar
I.2. Metode Penulisan
Metoda yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
metode data sekunder,yaitu metode berdasarkan data dari buku, internet atau
artikel artikel.
1
I.3. Maksud dan Tujuan
Didalam pembuatan makalah ini, maksud dan tujuannya adalah agar
penulis dapat mengerti perbedaan,dan cara terbentuknya magma dan batuan beku
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Magma
A. Pengertian Magma
Magma merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam kamar
magma di bawah permukaan bumi. Magma di bumi merupakan larutan
silika bersuhu tinggi yang kompleks dan merupakan asal semua batuan beku.
Magma berada dalam tekanan tinggi dan kadang kalamemancut keluar melalui
pembukaan gunung berapi dalam bentuk aliran lava atau letusan gunung berapi.
Hasil letupan gunung berapi ini mengandung larutan gas yang tidak pernah
sampai ke permukaan bumi. Magma terkumpul dalam kamar magma yang
terasing di bawah kerak bumi dan mengandung komposisi yang berlainan menurut
tempat magma itu didapati
B. Kristalisasi Magma
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan
larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.
Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di
mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari
cairan larutan ke fase kristal padat.
3
Proses Kristalisasi Magma,Karena magma merupakan cairan yang panas,
maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan.
Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang
tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya
menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi.
Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion
akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk
bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal
yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku
pada waktu yang bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sangat
berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal.
Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan
menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat,
ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal,
4
sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan
(hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass).
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon
akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon.
Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan
dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat.
Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak
berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang
bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada
temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang
magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang
masih cair.Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga
mempengaruhi proses kristalisasi.
Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan
fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut,
maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor
tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari
sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi
klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya.
Jenis Kristalisasi Berdasarkan Proses Utama – Dipandang dari asalnya,
kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :
Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses kristalisasi yang umum
dijumpai di bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk kristal senyawa
anorganik maupun organic seperti urea, gula pasir, sodium glutamat, asam sitrat,
garam dapur, tawas, fero sulfat dll.
Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya untuk pembuatan
silicon single kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver yang merupakan bahan
dasar pembutan chip-chip integrated circuit ( IC ). Proses Prilling ataupun
granulasi sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
5
Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasi dimana suatu
senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam industri
prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk.
Penyebab Pembekuan (kristalisasi) Magma
Magma Kehilangan Panas
Perpindahan panas dari magma ke batuan yang relatif dingin merupakan
kasus klasik pada intrusi dangkal (lebih dingin) pada mantel bumi. Pendinginan
mengakibatkan magma kehilangan energi kinetik komponen lelehnya hingga titik
nukleasi dan kristalisasi atau hingga pembekuan yang cepat membentuk gelas
(lingkungan volkanik).
Magma Kehilangan Fase Cair
Pemisahan fase cair pada magma yang mengandung H20, menyebabkan
kristalisasi dengan atau tanpa penurunan suhu (kehilangan kalor). Pelepasan H20
memungkinkan polimer silikat untuk terbentuk, menjadi langkah awal untuk
pembentukan struktur kristal silikat.
Fractional crystallization terjadi apabila ada urutan kristalisasi unsur
mineral sebagai variabel, seperti suhu, jatuh daripada kristalisasi total pada suhu
normal. Jika fase mineral pembentukannya dini dan bersuhu lebih tinggi terpisah
dari magma induk melalui penenggelaman, pengapungan, aliran yang berbeda dari
kristal dan lelehan, atau melalui peletakan pada permukaan ruang magma,
komposisi magma yang tersisa ini berbeda dengan megma induk, dan disebut
differentiated magma.
Kristalisasi sebagian memiliki dua cabang mineralogi penting :
Pemisahan mekanis mineral dari magma induk yang mengarah pada
formasi dari batuan yang tak mempunyai komposisi magma induk.
Contoh: pemisahan olivin dari magma basaltik mengkristal menghasilkan batu
dunite monomineralogi.
6
Jika sejumlah kecil magma mengkristal mengalami perubahan lingkungan
mendadak, seperti intrusi kedua, atau peristiwa erupsi di permukaan Bumi,
magma tersebut akan mengkristal dengan cepat atau mengeras menjadi gelas.
Sistem magmatik yang paling luas dipelajari ialah sistem granit dan sistem
basal. Sistem granit juga berlaku untuk magma yang menghasilkan riolit.
Sementara sistem basal berlaku untuk magma yang menghasilkan gabbro. Sistem
magmatik rendah kandungan silika dicirikan oleh kehadiran albit dan K-feldspar
yang rendah silika.
Reaksi-reaksi berilut menunjukkan mengapa pembentukan leusit atau
nepheline di hadapan silika berlebih dihindari jika kesetimbangan dicapai dalam
sistem seperti :
NaAlSi2O6 (nepheline) + SiOl –> NaA1Si30, (albite)
KAlSi,O6 (leucite) + SiO, –> KAlSi3O8 (K-feldspar)
II.2. Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan
magma gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi yang
berada bawah permukaan bumi yang disebut sebagai batuan instrusif ataupun di
atas permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrutif. igneus (dibaca ignis)
adalah bahasa latin dari batuan beku yang berati api.
7
Batuan beku instrusif (biasa disebut instrusi atau plutonik) adalah batuan
beku yang berubah menjadi kristal dari sebuah lelehan magma dibawah
permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka
mencapai permukaan bumi disebut dengan nama pluton. Nama Pluto diambil dari
nama Dewa Romawi dunia bawah tanah.
Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi pada
proses keluarnya magma ke permukaan bumi kemudian menjadi lava atau
meledak secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan.
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang
sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat
terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini : penurunan tekanan,
kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi.
Terdapat 700 lebih tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan
sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Beberapa ahli geologis seperti Turner dan Verhoogen tahun 1960, F.F
Groun Tahun 1947,Takeda Tahun 1970, mendefenisikan magma sebagai cairan
silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat
tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat
yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma
8
teredapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas
(antara lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang
magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang merupakan pembentuk
mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku. Dalam perjalanan menuju
bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral pun akan
terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.
a) STRUKTUR BATUAN BEKU
Sebagian besar struktur batuan beku hanya dapat dilihat di lapangan saja,
berikut dibawah beberapa struktur batuan beku.
Pillow lava atau lava bantal yaitu struktur paling khas dari batuan
vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Skoria yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Xenolitis yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan
batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-
9
struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau
rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint
(kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
Joint struktur merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang
tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang
dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
Masif yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya
fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Vesikuler yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur.
b) KOMPOSISI MINERAL PADA BATUAN BEKU
Cara menentukan kandungan mineral pada batuan beku, dapat dilakukan
dengan menggunakan indeks warna dari batuan kristal. Berdasarkan warna
mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
mineral Felsik dan Mineral Mafik.
Mineral felsik, merupakan mineral yang berwarna terang, terutama terdiri
dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
Mineral mafik, merupakan mineral yang berwarna gelap, terutama biotit,
piroksen, amphibol dan olivin.
Berdasarkan cara terjadinya, kadungan SiO2 dan indeks warna batuan
beku dapat diklasifikan. Sehingga dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-
beda meskipun dalam jenis batuan yang sama.
Menurut Rosenbusch (1877-1976) Klasifikasi batuan beku berdasarkan
cara terjadinya dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
Effusive rock, merupakan batuan beku yang terbentuk di permukaan.
Dike rock, merupakan batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
10
Deep seated rock, merupakan batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh
W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan
effusive disebut batuan vulkanik
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes,
1962), antara lain :
a) Batuan beku asam, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 lebih dari
66%. Contohnya adalah riolit.
b) Batuan beku intermediate, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2
antara 52% – 66%. Contohnya adalah dasit.
c) Batuan beku basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 antara
45% – 52%. Contohnya adalah andesit.
d) Batuan beku ultra basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2
kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Shand,
1943, antara lain :
a) Batuan beku Leucoctaris rock, jika mengandung kurang dari 30%
mineral mafik.
b) Batuan beku Mesococtik rock, jika mengandung 30% – 60% mineral
mafik.
c) Batuan beku Melanocractik rock, jika mengandung lebih dari 60%
mineral mafik.
Sedangkan klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J.
Ellis (1948) antara lain sebagai berikut :
a) Batuan beku Holofelsic, batuan beku dengan indeks warna kurang dari
10%.
b) Batuan beku Felsic, batuan beku dengan indeks warna 10% sampai
40%.
c) Batuan beku Mafelsic, batuan beku dengan indeks warna 40% sampai
70%.
11
d) Batuan Beku Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
C. TEKSTUR PADA BATUAN BEKU
Tekstur batuan beku secara umum ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu
kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal. Mari kita bahas ketiga hal penting
tersebut satu persatu.
a) Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada
waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya
digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan
yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan
kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya
berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu:
1. Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun
oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik,
yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
2. Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa Kristal.
3. Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari
massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian),
dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b) Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
1. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan kasat mata. Kristal-
12
kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan
dengan kasat mata sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil
untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran
berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
c) Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan
sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi
dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
yang lain.
- Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
13
- Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan
antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
hubungan antar kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain
sebagai berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk
batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya,
maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang
lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Magma merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam kamar
magma di bawah permukaan bumi. Magma di bumi merupakan larutan
silika bersuhu tinggi yang kompleks dan merupakan asal semua batuan beku.
Magma berada dalam tekanan tinggi dan kadang kalamemancut keluar melalui
pembukaan gunung berapi dalam bentuk aliran lava atau letusan gunung berapi.
Hasil letupan gunung berapi ini mengandung larutan gas yang tidak pernah
sampai ke permukaan bumi. Magma terkumpul dalam kamar magma yang
terasing di bawah kerak bumi dan mengandung komposisi yang berlainan menurut
tempat magma itu didapati
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan
magma gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi yang
berada bawah permukaan bumi yang disebut sebagai batuan instrusif ataupun di
atas permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrutif. igneus (dibaca ignis)
adalah bahasa latin dari batuan beku yang berati api
15
Daftar Pustaka
http://sintaloh.blogspot.com/2014/02/proses-terjadinya-batuan-beku-
komposisi.html : Senin, 7 April 2014 : 13 : 40
http://fileq.wordpress.com/2013/03/13/kristalisasi-magma/ :Senin, 7 April 2014 :
13 : 50
http://id.wikipedia.org/wiki/Magma :Senin, 7 April 2014 : 15 : 50
16