Isi

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress, kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir bahwa stress dan depresi bukan benar-benar suatu penyakit. Padahal, dibandingkan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan depresi jauh lebih bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena, kedua hal tersebut merupakan sumber dari berbagai penyakit. depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, dan kurang bersyukur dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah. Belakangan, hubungan antara perasaan negative dan terjadinya serangan penyakit telah berkali-kali dibuktikan. Dalam suatu penelitian di Amerika, 28 dari 32 orang pasien, telah mengalami stres dan kehidupan yang tragis sebelum terserang penyakit. Stres mental ini mengakibatkan system kekebalan tubuh menjadi tidak normal. Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun

description

depresi dan ansietas

Transcript of Isi

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress, kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir bahwa stress dan depresi bukan benar-benar suatu penyakit. Padahal, dibandingkan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan depresi jauh lebih bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena, kedua hal tersebut merupakan sumber dari berbagai penyakit.depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, dan kurang bersyukur dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.Belakangan, hubungan antara perasaan negative dan terjadinya serangan penyakit telah berkali-kali dibuktikan. Dalam suatu penelitian di Amerika, 28 dari 32 orang pasien, telah mengalami stres dan kehidupan yang tragis sebelum terserang penyakit. Stres mental ini mengakibatkan system kekebalan tubuh menjadi tidak normal. Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun 1980, hampir 20%-30% dari pasien rumah sakit di Negara berkembang mengalami gangguan mental emosional seperti depresi.Gangguan depresi merupakan kelainan psikiatrik yang paling sering dijumpai. Kira-kira 20% dari semua wanita dan 10% dari semua pria akan mengalami masa depresi berat semasa hidupnya (Rakel dan Andrianto, 1990). Bahkan Stula, pakar riset klinik untuk unit neuropsikiatri Roche International Clinical Research Centre, Strasbourg mengemukakan bahwa gangguan depresi merupakan gangguan yang paling banyak dari gangguan mental dan prevalensi sepanjang hidupnya sekitar 15%. Boleh dikatakan bahwa setiap orang pada masa hidupnya pernah menderita depresi sampai pada tingkat tertentu (Setyonegoro, 1991).Sedangkan Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut untuk mampu beradaptasi (Solomon, 1974).Kecemasan akrab sekali dengan kehidupan manusia yang melukiskan kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan dan rasa tidak tentram yang biasanya dihubungkan dengan ancaman bahaya baik dari dalam maupun dari luar individu (Prawirohusodo, 1991). Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketentraman individu. Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Gail, 2002) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi, 2007).

1.2 Rumusan masalah1. Jelaskan mengenai gangguan depresi?2. Jelaskan mengenai gangguan ansietas?

1.3 Tujuan1. Mengetahui gangguan depresi mulai dari definisi sampai penanganan2. Mengetahui gangguan ansietas mulai dari definisi sampai penanganan

1.4 Manfaat1. Sebagai referensi tambahan mengenai gangguan depresi dan ansietas2. Memberikan informasi kepada mahasiswa/I Fakultas Kedokteran tentang gangguan depresi dan ansietas3. Juga sebagai tambahan ilmu bagi masyarakat mengenai tentang gangguan depresi dan ansietas

BAB IISUB PEMBAHASAN2.1 SkenarioSEMESTER VIII MODUL XXII (PERILAKU & JIWA)SKENARIO 3TIDAK BERGAIRAHSi A guru PNS yang sudah bekerja selama + 10 tahun.sudah berumah tangga dengan istri sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai 3 orang anak.beberapa bulan yang lalu dia mendapat surat mutasi untuk pindah bekerja ke daerah yang terpencil.pada prinsipnya dia tidak menyetujuinya tapi sebagai pegawai negeri dia tidak bisa menolak.sejak saat itu dia menjadi murung,kadang-kadang dia menangis,tidak bergairah,bahkan timbul rasa putus asa.tidur terganggu,kalau terbangun sulit tidur kembali.si A pernah berobat ke dokter spesialis jiwa tapi tidak teratur.hasil diagnosa dokter ,si A mengalami gangguan depresi.orang tua pasien-ibunya-juga pernah mengalami hal seperti ini,bahkan karena hal tersebut ibunya meninggal karena suicide bunuh diri.pasien juga mengalami penurunan gairah seksual yang signifikan.dan kadang timbul rasa cemas yang berlebihan.

2.1 learning objective1. Gangguan depresia. Definisi depresib. Etiologi atau faktor pencetus depresic. Gambaran klinis depresid. Klasifikasi depresie. Pemeriksaan depresif. Penatalaksanaan depresi2. Gangguan ansietasa. Definisi ansietasb. Etiologi atau faktor pencetus ansietasc. Gambaran klinis ansietasd. Klasifikasi ansietase. Pemeriksaan ansietasf. Penatalaksanaan ansietas

BAB IIIPEMBAHASAN1. Gangguan Depresia. Definisi DepresiDepresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi,kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang konsentrasi. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya berlangsung selama 6 hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih.Menurut Kaplan dan Sadock (1998) dalam Sabilla (2010), depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.Menurut Hawari (2001) dalam Soep (2009), depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan, kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, apatis dan pesimisme kemudian dapat dikuti gangguan perilaku. Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini, hal ini amat penting karena orang dengan depresi produtivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan negara yang sedang membangun. Depresi juga sebagai penyebab utama tindakan bunuh diri, dan tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama di Amerika Serikat.

b. Etiologi DepresiDasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui penyebab dari gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Sadock & Sadock, 2010).

Faktor BiologiFaktor neurotransmiter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi.Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergik juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi depresi. Faktor neurokimia lainnya seperti gamma aminobutyric acid (GABA) dan neuroaktif peptida (vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood (Rush et al., 1998).

Faktor GenetikData genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat pada anak, pada anak kembar monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25% (Sadock & Sadock, 2010). Menurut penelitian Hickie et al., menunjukkan penderita late onset depresi terjadi karena mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang merupakan kofaktor yang terpenting dalam biosintesis monoamin. Mutasi ini tidak bisa diketemukan pada penderita early onset depresi (Hickie et al, 2001).

Faktor Psikososial Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood. Suatu teori menjelaskan bahwa stres yang menyertai episode pertama akan menyebabkan perubahan fungsional neurotransmiter dan sistem pemberi tanda intra neuronal yang akhirnya perubahan tersebut menyebabkan seseorang mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan mood selanjutnya (Sadock & Sadock, 2010). Faktor kepribadian premorbid menunjukkan tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe kepribadian seperti dependen, obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya (Sadock & Sadock, 2010).Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud (1917) menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang (Sadock & Sadock, 2010).Menurut penelitian Bibring mengatakan depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya,akan mengakibatkan mereka putus asa (Tasman, 2008).Faktor ketidakberdayaan yang dipelajari dimana ditunjukkan dalam hewan percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada penderita depresi, dapat menemukan hal yang sama dari keadaan ketidak berdayaan tersebut (Sadock & Sadock, 2010).Pada teori kognitif, Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi. Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan, pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan pandangan negatif terhadap pengalaman hidup (Sadock & Sadock, 2010).

c. Gambaran klinis depresiPada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum menurut Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association, 2000) Perubahan fisik Penurunan nafsu makan Gangguan tidur Kelelahan atau kurang energi Agitasi Nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa penyebab fisik Perubahan Pikiran Merasa bingung, lambat berpikir Sulit membuat keputusan Kurang percaya diri Merasa bersalah dan tidak mau dikritik Adanya pikiran untuk membunuh diri Perubahan Perasaan Penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan melakukan hubungansuami istri. Merasa sedih Sering menangis tanpa alasan yang jelas. Irritabilitas, mudah marah dan terkadang agresif. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari Menjauhkan diri dari lingkungan sosial Penurunan aktivitas fisik dan latihan. Menunda pekerjaan rumah.

d. Klasifikasi DepresiGangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu: Gangguan depresi mayor Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya 2 minggu (Kaplan, et al, 2010).

Gangguan dysthmic Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala- gejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya (National Institute of Mental Health, 2010).

Gangguan depresi minor Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

Gangguan depresi psikotik Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010).

Gangguan depresi musiman Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada musi semi dan musim panas (National Institute of Mental Health, 2010).

Tingkatan Depresi:1. Depresi Ringan Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya lain bersifat sementara, alamiah adanya rasa sedih perubahan proses pikir, komunikasi dan hubungan sosial kurang baik dan merasa tidak nyaman. 2. Depresi sedang Afek: Murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan, dan harga diri rendah. Proses pikir: Perhatian sempit, berpikir lambat,ragu-ragu atau bimbang,konsentrasi menurun,berpikir rumit dan putus asa serta pesimis. Sensasi somatic dan aktivitas motorik: bergerak lamban, tugas-tugas terasa berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada,mual,muntah, konstipasi, nafsu makan dan berat badan menurun,tidur terganggu. Pola komunikasi: bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan komunikasi non verbal meningkat. Partisipasi sosial: menarik diri, tidak mau bekerja atau sekolah, mudah tersinggung, bermusuhan, tidak memperhatikan kebersihan diri.3. Depresi Berat Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis (rasa sedih tertentu depresi berat) dan mania (rasa gembira yang berlebihan disertai dengan gerakan yang hiperaktif) Gangguan Afek: pandangan kosong, persaan hampa, murung,putus asa dan inisiatif kurang Gangguan Proses Pikir: Halusinasi dan waham, konsentrasi berkurang,pikiran merusak diri Sensasi Somatic dan aktifitas motorik: Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau makan dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan perasaan tidak enak, tugas ringan terasa berat. Pola Komunikasi: introvert,tidak ada sama sekali komunikasi verbal. Partipasi Sosial : kesulitan menjalankan peran sosial isolasi sosial menarik diri (Dalami, 2009)

e. Pemeriksaan DepresiBeck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat keparahan depresi. Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki skor 1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita dapat menjumlahkan skor tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika responden mengisi 3 poin keseluruhan pertanyaan. Skor terendah adalah 0 jika responden mengisi poin 0 pada keseluruhan pertanyaan. Total dari keseluruhan akan menjelaskan derajat keparahan yang akan dijelaskan di bawah ini. 1-10 = normal 11-16 = gangguan mood ringan 17-20 = batas depresi borderline 21-30 = depresi sedang 31-40 = depresi berat >40 = depresi ekstrim

Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi, harus dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :1. Riwayat klinik / anamnesis riwayat keluarga gangguan psikiatri yang lampau Kepribadian riwayat social ide / percobaan bunuh diri gangguan-gangguan somatic perkembangan gejala-gejala depresi2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik.3. Pemeriksaan kognitifPenilaian Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut yang menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut penatalaksanaan pasien. Perbaikan pada MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi, menunjukkan bahwa pasien dengan depresi mengalami masalah konsentrasi dan memori yang mempengaruhi fungsi kognitifnya.4. Pemeriksaan status mental Penampilan dan perilaku Mood / suasana perasaan hati Pembicaraan Isi pikiran Gejala ansietas Gejala hipokondriakal

f. Penatalaksanaan Depresi1. Pengobatan secara biologis Tricyclic Antidepressants Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi dengan mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan serotonin di sinaps atau dengan cara megubah reseptor-reseptor dari neurotransmitter norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat efektif, terutama dalam mengobati gejala-gejala akut dari depresi sekitar 60% pada individu yang mengalami depresi. Tricyclic antidepressants yang sering digunakan adalah imipramine, amitryiptilene, dan desipramine (Reus V.I., 2004). Monoamine Oxidase InhibitorsObat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor adalah Monoamine Oxidase Inhibitors. MAO Inhibitors menigkatkan ketersediaan neurotransmitter dengan cara menghambat aksi dari Monoamine Oxidase, suatu enzim yang normalnya akan melemahkan atau mengurangi neurotransmitter dalam sambungan sinaptik (Greene, 2005). MAOIs sama efektifnya dengan Tricyclic Antidepressants tetapi lebih jarang digunakan karena secara potensial lebih berbahaya (Reus V.I., 2004).

Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and Related Drugs Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan dengan obat lainnya. Pasien-pasien yang menggunakan obat ini akan mendapatkan efek yang signifikan dalam penyembuhan dengan obat ini. Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih aman digunakan dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan yang keempat SSRI juga efektif dalam pengobatan gangguan depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya seperti: gangguan panik, binge eating, gejala-gejala pramenstrual (Reus, V.I., 2004).

Terapi Elektrokonvulsan Terapi ini merupakan terapi yang paling kontroversial dari pengobatan biologis. ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang akan dialirkan pada otak. Elektroda-elektroda metal akan ditempelkan pada bagian kepala, dan diberikan tegangan sekitar 70 sampai 130 volt dan dialirkan pada otak sekitarsatu setengah menit. ECT paling sering digunakan pada pasien dengan gangguan depresi yang tidak dapat sembuh dengan obat-obatan, dan ECT ini mengobati gangguan depresi sekitar 50%-60% individu yang mengalami gangguan depresi (Reus, V.I., 2004).

2. Pengobatan secara psikologikal Terapi Kognitif Terapi kognitif merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental tersebut terdiri ; cognitive triad, cognitive schemas, dan cognitive errors (C. Daley, 2001). Terapi Perilaku Terapi perilaku adalah terapi yang digunakan pada pasien dengan gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu (Reus, V.I., 2004). Terapi Interpersonal Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood (Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976). Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang mengalami gangguan, dan para terapis dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal tersebut (Barlow, 1995).

2. Gangguan Ansietasa. DefinisiKecemasan (ansietas/anxiety) adalah ganggun alam perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realistis (reality testing Ability), masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan pribadi (spilliting personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck Sheila L, 2008, hal 307). Kecemasan adalah emosi yang paling sering dialami, berupa kekhawatiran atau rasa takut yang tidak dapat dihindari dari hal-hal yang berbahaya dan dapat menimbulkan gejala-gejala atau respon tubuh.Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

b. Etiologi ansietas Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari 2 faktor yaitu : 1) faktor internal yaitu tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri 2) faktor eksternal dari lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, Threat (ancaman), Conflik (pertentangan), Fear (ketakutan), Unfuled need (kebutuhan yang tidak terpenuhi). (Videbeck, 2008).

Faktor Predisposisi Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan. 1. Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi anatara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasn adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

3. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Kajian keluarga menunjukan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Ganguan kecemasan juga timpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi. ( Stuarts, 2007)

c. Gambaran klinis ansietasAnsietas dan gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing. Rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya.Gejala utama dari depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas. Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah: konsentrasi dan perhatian berkurang; harga diri dan kepercayaan diri berkurang; gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; tidur terganggu; nafsu makan berkurang.Untuk gangguan campuran anxietas dan depresi, kedua gejala baik gejala anxietas maupun gejala depresi tetap ada namun kedua-duanya tidak menunjukkan gejala yang cukup berat atau lebih menonjol antara satu dengan lainnya.

d. Klasifikasi ansietasAda empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Stuart & Sundeen, 1998, pp.175-176). Kecemasan Ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan persepsi atas keadaan yang dialaminya. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan Sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. Kecemasan Berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

Panik Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

e. Pemeriksaan ansietasUntuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, atau berat sekali (panik) orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah:0 = Tidak ada gejala atau keluhan1 = Gejala ringan2 = Gejala sedang3 = Gejala berat4 = Gejala berat sekali atau panikPenilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh tenaga kesehatan atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: Total nilai (score):< 14= Tidak ada kecemasan14-20= Kecemasan ringan21-27= Kecemasan sedang28-41= Kecemasan berat42-56= Kecemasan berat sekali atau panik

f. Penatalaksanaan ansietas

Penatalaksanaan FarmakologiPengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine,obat ini digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepan, sepertibuspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs,2005).

Penatalaksanaan non farmakologi DistraksiDistraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisamenghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter, 2005). Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan Murottal(mendengarkan bacaan Al-Quran), yang dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik (Heru, 2008). RelaksasiTerapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi meditasi,relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs,2005).

BAB IVANALISA KASUSBerdasarkan skenario dapat diambil kesimpulan bahwa si A mengalami gangguan depresi berdasarkan gejala yang dialami pasien yaitu suka murung,kadang-kadang menangis,tidak bergairah,timbul rasa putus asa,tidur terganggu,jika terbangun sulit untuk tidur kembali.Untuk penanganan dapat diberi terapi psikologikal berupa terapi kognitif,perilaku dan interpersonal.sedangkan terapi farmakologisnya dapat diberikan anti depresan seperti derivat trisiklik,MAOI (Mono Amine Oksidase Inhibitor),SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) atau dapat di berikan SNRI (Serotonin Norepinefrin Reuptake Inhibitor).Dalam skenario pasien juga mengalami rasa cemas yang berlebihan.maka untuk mengtasi rasa cemas yang berlebihan dapat diberikan juga anti ansietas seperti derivat benzodiazepin.

BAB VPENUTUPDemikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Terima kasih.

5.1 KESIMPULANGangguan campuran anxietas dan depresi adalah gangguan jiwa yang umum terjadi di masyarakat. Pada gangguan anxietas terdapat pembagian gangguan campuran dan depresi (F41.2) sebagai salah satu bentuk dan gangguan anxietas lainnya Anxietas adalah respon normal individu terhadap ancaman atau stresor. Bila anxietas menjadi begitu parah atau timbul tanpa diprovokasi oleh suatu keadaan tidak berbahaya, maka keadaan anxietas tersebut menjadi gangguan.Diagnostik untuk gangguan campuran anxietas dan depresi adalah terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

5.2 SARANDalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya. Kombinasikan pembuatan makalah berikutnya. Pembahasan secara langsung dengan informasi yang benar-benar up to date.

Beberapa poin di atas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian terhadap makalah ini.Dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya, mahasiswa-mahasiswi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Islam Utara khususnya Semester VII dalam penambahan wawasan bagi ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKAAtkinson, R.L. 1993. Pengantar Psikologi. Jakarta: Airlangga.Butcher, James N.2005.A Beginners Guide To The MMPI-2.2nd ed. WashingtonD.C:American Psychological Association.Graham, John R. 1990. MMPI-2 Assessing Personality And Psychopatology. New York: Oxford University Press.Gabbard GO.2007.Psychodynamic Pschiatry in Clinical Practice,the DSM-IV Edition.washington:American Paycgiatric Press.Kaplan, H.I & Saddock, B.J. 2005. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara.Lumongga Namora. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana Pranada.Maramis, W.F.2004.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.Maramis, W.F.2005.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga University Press.Mudjaddid, E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan Ansietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Ed 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Prawirohusodo, S. 1991. Ansietas, Simposium Gangguan Kecemasan dan Penanggulangannya dalam Praktek Sehari-hari. Ikatan Dokter Ahli Jiwa Indonesia Cabang Surakarta, Surakarta 31 Agustus 1991.Rakel, Conn & Andrianto, P. 1990. Terapi Mutakhir. Jakarta: EGCSetyonegoro, R.K & Iskandar, Y. 1981. Depresi, Suatu Problema Diagnosa dan Terapi pada Praktek Umum. Jakarta: Yayasan Darma Graha, p: 9-16.Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Solomon, Philip & Patch, Vernon D.1974. Handbook of Psychiatry. 3rd ed. Jepang.Wiramihardja, Sutardjo A. (2005) .Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT Refika Aditama.Z, Daradjat.1988. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Aji Masagung.

1