Isi

17
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.  Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi Booming. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude palm Oil (CPO). Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki sekitar 7 ton/hektar. Indonesia memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja dan kesesuaia n agroklimat. Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia 2007 sekitar 6,8 juta hektar (Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari sekitar 60 % diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40 % diusahakan oleh perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan diwilayah Indonesia bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur. Perkembangan luas kebun kelapa sawit di Indonesia dewasa, ini cukup pesat, seiring dengan tingginya, permintaan dunia, akan minyak (CPO). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006) menunjukan bahwa, Indonesia menghasilkan minyak sawit (CPO) 18,8 juta ton. Dari angka tersebut perkiraan limbah pabrik sawit yang dihasilkan dalam setahun berupa, tandan kosong 540 juta ton, serat perasan buah 11,2 juta ton, Lumpur sawit atau solid decanter 7,6 juta ton (2juta ton bahan kering), solid membran 40 juta ton (4 juta ton bahan kering), bungidi inti sawit 8,6 juta ton dan cangkang 7,6 juta ton. Jumlah ini akan terus meningkat dengan bertambahnya jumlah produksi minyak sawit. Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak negative. Dampak positif yang ditimbulkan antara l ain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat,

Transcript of Isi

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 1/17

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 

Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan

perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi Booming. Permintaan atas

minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan

permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude palm Oil (CPO). Hal ini

disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki sekitar 7 ton/hektar. Indonesia

memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar

karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja dan

kesesuaian agroklimat.

Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia 2007 sekitar 6,8 juta hektar

(Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari sekitar 60 %

diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40 % diusahakan oleh

perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi

akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat

pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan diwilayah Indonesia

bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur.

Perkembangan luas kebun kelapa sawit di Indonesia dewasa, ini cukup pesat,

seiring dengan tingginya, permintaan dunia, akan minyak (CPO). Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik (2006) menunjukan bahwa, Indonesia menghasilkan

minyak sawit (CPO) 18,8 juta ton. Dari angka tersebut perkiraan limbah pabrik 

sawit yang dihasilkan dalam setahun berupa, tandan kosong 540 juta ton, serat

perasan buah 11,2 juta ton, Lumpur sawit atau solid decanter 7,6 juta ton (2juta

ton bahan kering), solid membran 40 juta ton (4 juta ton bahan kering), bungidi

inti sawit 8,6 juta ton dan cangkang 7,6 juta ton. Jumlah ini akan terus meningkat

dengan bertambahnya jumlah produksi minyak sawit.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak negative. Dampak 

positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat,

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 2/17

 

2

meningkatkan penerimaan devisa Negara, memperluas lapangan pekerjaan,

meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi

dan bahan baku industri dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga

memberikan nampak negative. Secara ekologis system monokultur pada

perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya

keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plasma nutfah,

sejumlah spesies tumbuhan dan hewan.

Peningkatan luas kebun kelapa sawit yang diiringi dengan peningkatan jumlah

produksi, mengakibatkan bertambahnya

  jumlah atau kapasitas industri pengelolaan minyak sawit. Hal ini juga akan

menimbulkan masalah, karena jumlah limbah yang dihasilkan akan bertambah

pula, yang apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan pencemaran

lingkungan.

Limbah industri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat dan gas. Sementara

limbah industri kelapa sawit mengakibatkan dampak ekologi berupa mencemari

lingkungan karena akan mengurangi biota dan mikroorganisme perairan dan dapat

menyebabkan keracunan, produksi melepaskan gas metan (CH4) dan CO2 yang

menaikan emisi penyebab efek rumah kaca yang sangat berbahaya dan limbah

gasnya meningkat nya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara. Sedangkan

produk industri kelapa sawit memberikan manfaat yang positif sebagai bahan

bioenergi yang lebih ramah lingkungan karena diproduksi dari bahan organic dan

dapat diperbaharui.

1.2. Permasalahan 

· Proses perusakan lingkungan tetap terus berjalan dan kerugian yang

ditimbulkan harus ditanggung oleh banyak pihak, tetapi solusi yang tepat

belum saja ditemukan.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 3/17

 

3

· Masih adanya kesenjangan yang tetap terpelihara antara masyarakat,

industri, pemerintah dan penegak hukum, walaupun sudah ada Undang-

undang Lingkungan Hidup sebagai perangkat hukum

1.3. Tujuan 

Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini untuk memahami tentang

limbah industri kelapa sawit. Sedangkan secara khusus penulisan ini

bertujuan :

  Mengidentifikasi sumber, jenis,dampak dari pada limbah industri

kelapa sawit

  Mengidentifikasi pengendalian limbah industri kelapa sawit.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 4/17

 

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pohon Industri Kelapa Sawit 

Dari kelapa sawit bisa dibuat berbagai produk turunan yang dapat diolah

secara lebih lanjut. Salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk 

mensiasati dalam pengolahan pemanfaatan limbah kelapa buah sawit.

2.2. Limbah Kelapa Sawit 

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia yengperkembangannya sangat pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi,

produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah

dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas.

Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi),

proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklion. Pada umumnya, limbah cair

industri kelapa sawit mengandung bahan organic yang tinggi sehingga potensial

mencemari air tanah dan badan air.

Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawait di kelompokan menjadi dua yaitu

limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis

pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan

berupa Tandan Kosong, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bunkil, TKKS

dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya

serangga lalat dan potensial menghasilkan lindi (leachatea). Limbah padat yang

berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil

pengolahan air limbah. Kandungan unsure hara kompas yang berasal dari limbah

kelapa sawit sekitar 0,4 % (N), 0,029 sampai 0,05 % (P2O5), 0,15 sampai 0,2 %

(K2O).

Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit dari kolam anaerobic sekunder

dengan BOD 3.500  –  5000 mg/liter yang dapat menyumbangkan unsure hara

terutama N dan K, bahan organic, dan sumber air terutama pada musim kemarau.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 5/17

 

5

Setiap pengoalahan 1 ton TBS akan menghasilkan limbah pada berupa tandan

kosong sawit (TKS) sebanyak 200 kg, sedangkan untuk setiap produksi 1 ton

minyak sawit mentah (MSM) akan menghasilkan 0,6 – 0,7 ton limbah cair dengan

BOD 20.000-60.000 mg/liter. Kandungan hara limbah cair PKS adalah 450 mg

N/l, 80 mg P/l, 1,250 mg K/l dan 215 mg/l. Sistem aplikasi limbah cair dapat

dilakukan dengan system sprinkle (air memancar), flatbed (melalui pipa ke bak-

bak distribusi ke parit sekunder), longbed (ke parit yang lurus dan berliku-liku)

dan traktor tanki (pengangkutan limbah cair dari IPAL/Instalasi Pengolah Air

Limbah) ke areal tanam.

2.3. Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit 

Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit

adalah limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya berupa tandan buah

kosong dan cangkang sawit. Tandan buah kosong umunya dapat dimanfaatkan

kembali dilahan perkebunan kelapa sawit untuk dijadikan pupuk kompos.

Prosesnya terlebih dahulu dicacah sebelum diaplikasikan (dibuang) ke lahan.

Sedangkan cangkang buah sawit dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif 

bahan bakar (alternative fuel oil) pada boiler dan power generation.

Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri pengolahan minyak sawit

merupakan sisa dari proses pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair. Limbah

ini masih banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan

tanah. Limbah cair ini biasanya digunakan sebagai alternatif pupuk di lahan

perkebunan kelapa sawit yang sering disebut dengan land application.

2.4. Peraturan Pemerintah Terkait 

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemanfaatan air limbah untuk 

digunakan sebagai pupuk pada lahan di perkebunan kelapa sawit yaitu:

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang

Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak 

Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 6/17

 

6

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003

Tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah

Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.

Untuk melakukan pengelolaan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian terlebih

dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada tanah

diperkebunan. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin

pemanfaatan tersebut. Selain kedua peraturan tersebut di atas yang mengatur

secara spesifik pemanfaatan air limbah industri kelapa sawit, ada satu peraturan

lagi yang dikeluarkan oleh KLH yang mengatur tentang baku mutu air limbah

yang boleh dibuang ke lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara LingkunganHidup Nomor 51 Tahun 1995.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 7/17

 

7

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Sumber Pencemar, Penyebab Pencemar, Jenis Pencemar dan Dampak

Lingkungan

3.1. 1. Limbah Cair 

Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit dapat

berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan berupa Palm

Oil Mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12 %) Dan air hasil

pengolahan (13-23 %).

Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit di Indonesia

mencapai 28,7 juta ton limbah / tahun. Ketersediaan limbah itu meupakan potensi

yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun sebaliknya

akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan manusia jika pengelolaannya

tidak dilakukan dengan baik dan profesional.

Limbah cair kelapa sawit mengadung konsentrasi bahan organik yang

relatif tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh

mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit

umumnya berwarna kecoklatan dan mengandung padatan terlarut dan tersuspensi

berupa koloid serta residu minyak dengan kandungan biological oxygen demand

(BOD) yang tinggi. Bila limbah cair ini dibuang ke perairan akan berpeotensi

mencemari lingkungan karena akan mengurangi biota dan mikroorganisme

perairan dan dapat menyebabkan keracunan, sehingga harus diolah sebelum

dibuang. Standar baku mutu lingkungan limbah yang dihasilkan pabrik CPO

adalah pH 6 – 9, BOD 250 ppm, COD 500 ppm, TSS (total suspended solid) 300

ppm, NH3  – N 20 ppm, dan oil grease 30 ppm (Naibaho, 1996).

Limbah cair yang ditampung pada kolam-kolam terbuka akan melepaskan

gas metan (CH4) dan CO2 yang menaikkan emisi penyebab efek rumah kaca yang

sangat berbahaya bagi lingkungan. Selain itu gas metan tersebut juga

menimbulkan bau yang tidak sedap.

Meskipun dengan beberapa teknologi yang telah dikembangkan saat ini

limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas, pakan ternak, bahan pembuat

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 8/17

 

8

sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk 

pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan, tetapi bila limbah

cair ini tidak ditangani dengan baik dan profesional akan mengakibatkan

kerusakan lingkungan.

3.1.2. Limbah Padat 

Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit

terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan

tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Berikut ini adalah komposisi

bahan organik serat dan tandan kosong kelapa sawit. Limbah padat yang

dihasilkan oleh industri kelapa sawit di Indonesia mencapai 15,20 juta ton limbah

 / tahun. Limbah padat berupa cangkang, tandan kosong, serat, pelepah, dan batang

sawit mengandung 45 % selulose dan 26 % hemiselulose. Limbah-limbah ini akan

menghasilkan bau yang tidak sedap. Pemanfaatan limbah padat dapat berupa

pembuatan pupuk kompos, bioetanol, bahan pulp untuk pembuatan kertas,

pembuatan sabun dan media budidaya jamur.

3.1.3. Limbah Gas 

Limbah gas yang dihasilkan industri kelapa sawit dapat berupa gas hasil

pembakaran serat dan cangkang untuk pembangkit energi serta gas metan dan

CO2 yang dihasilkan oleh kolam-kolam pengolahan limbah cair. Limbah gas ini

akan menyebabkan meningkatnya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara.

3.2. Pengendalian/ Pengelolahan Limbah Buah Kelapa Sawit 

3.2.1. Konsep Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit 

Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi

bagi masyarakat (Agustina, dkk, 2009). Dalam pengelolaan industri kelapa sawit

  juga dihasilkan limbah baik yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit

maupun yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit. Untuk 

menghindari masalah lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri kelapa

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 9/17

 

9

sawit, maka diperlukan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini

didukung oleh sikap untuk menciptakan produk yang harus berorientasi

lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah lingkungan (green

consumerism) dan menempatkan lingkungan sebagai non tariff barrier. Oleh

karena itu pendekatan yang banyak diterapkan adalah konsep produk bersih

(cleaner production). Konsep ini dilakukan dengan strategi pengelolaan

lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus

pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses

produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya

alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi

terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga dapat meminimalisasi resiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. Kata

kunci yang diperlukan dalam pengelolaan adalah menimalkan limbah, analisis

daur hidup, teknologi ramah lingkungan. Pola pendekatan untuk menciptakan

produk bersih adalah pencegahan dan meminimalisasi limbah yang menggunakan

hirarki pengelolaan melalui 1 E 4 R yaitu Elimination (pencegahan), Reduce

(pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), Recycle (daur ulang), Recovery / 

Reclaim (pungut ulang) (Panca Wardhanu, 2009

3.2.2. Pengelolaan Limbah Cair Limbah Industri Kelapa Sawit 

Limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas dengan melakukan

rekayasa. Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut bioreaktor.

Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk 

meproduksi biogas. Selain itu juga dapat ditambahkan mikroba untuk 

mempercepat pembentukan gas metan untuk menghasilkan biogas. Proses tersebut

dapat menghasilkan potensi yang sangat besar. Dari 28,7 juta ton limbah cair

kelapa sawit dapat dihasilkan 90 juta m3

biogas yang setara dengan 187,5 milyar

ton gas elpiji (Anonymous, 2009). Selain itu limbah cair dapat juga dimanfaatkan

untuk pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air

sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu

lingkungan.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 10/17

 

10

Salah satu elemen yang sangat penting dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit

adalah dalam hal pengelolaan Limbah, salah satunya adalah limbah cair atau

effluent yang jumlahnya lebih kurang 60% dari capasitas olah pabrik.

Jika pabrik mengolah FFB (fresh fruit bunches) sebanyak 420 ton sehari maka

limbah cair yang dihasilkan adalah lebih kurang 252 ton effluent. Hal ini jika

tidak menjadi perhatian tentunya dapat mencemari lingkungan disekitarnya

apalagi tanpa adanya treatmen.

Akan tetapi dengan pengelolaan yang baik tidak saja menjadi ramah

lingkungan akan tetapi menjadi nilai tambah untuk perusahaan karena dapat di

  jadikan sebagai nutrien pengganti pupuk dengan cara Land Aplikasi ataupun

dikombinasikan dengan Janjangan Kosong sehingga menjadi Enriched Mulch

yang dapat menggantikan fungsi pupuk an organik.

Jika limbah cair PKS tersebut dibuang langsung ke perairan atau

diaplikasikan ke lahan kebun akan mengakibatkan perubahan sifat fisika, kimia,

dan biologi bagi badan penerima. Oleh karena itu harus dilakukan pengolahan dan

pengelolaan pada limbah sebelum dibuang ke badan penerima.

Pemanfaatan buangan akhir dari Pengolahan Limbah cair ke Land

Application adalah upaya untuk menjadikan program produksi bersih yang

meniadakan buangan akhir limbah cair ke badan air yang dapat mengakibatkan

pencemaran terhadap lingkungan.

Untuk penampungan limbah di lahan kebun harus disediakan parit-parit

penampung yang disebut trenches. Program ini dilakukan harus mendapat izin

dari pemerintah sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan

Hidup.

Limbah cair atau POME yang menjadi pemantauan utama adalah

Centrifuge Waste. Hal ini mengingat tingkat pencemarannya sangat tinggi.

Metoda POME ini sederhana dan cepat hanya membutuhkan bahan kimia

dan peralatan yang relatif murah.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 11/17

 

11

3.2.3. Pengelolaan Limbah Padat Limbah Industri Kelapa Sawit 

Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit

terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan

tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Tandan kosong kelapa sawit

dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi

dan dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan

pupuk tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium

hingga 20 %. 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg

kompos.

Selain itu tandan kosong kelapa sawit mengandung 45 % selulose dan 26% hemiselulose. Tingginya kadar selulose pada polisakarida tersebut dapat

dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi

bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang ramah

lingkungan dan dapat diperbaharui dengan cepat (renewable). 1 ton tandan kosong

kelapa sawit dapat menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonymous, 2009).

Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk 

pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sehingga dapat menambah

pendapatan dan mengurangi limbah padat.

Cangkang dan serat kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber

energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit biasanya dibakar untuk 

menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran cangkang dan serat

telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan pabrik kelapa sawit. Namun

seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan serat, maka serat dan

cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang saat ini telah

dimanfaatkan untuk pembuatan berikat arang aktif dan bahan campuran

pembuatan keramik. Sedangkan serat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.

Sementara itu limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit

berupa pelepah kelapa sawit dan batang kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai

bahan pulp untuk pembuatan kertas dan perabot. Sedangkan daun dan pelepah

kelapa sawit digunakan untuk pakan ternak ruminansia.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 12/17

 

12

3.3. Pemanfaatan Limbah Pabrik Sawit untuk Pakan Sapi. 

3.3.1. Tandan kosong 

Tandan kosong merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh

pabrik pengolahan sawit. Bahan ini mempunyai protein 3,7 % dan nilai

gizinya sama, atau lebih baik dari jerami pada (Osman, 1998). Akan tetapi,

teksturnya keras seperti kayu, selungga, tidak disukai oleh ternak kecuali

bahan ini diolah lebih dahulu dalam bentuk lain yang lebih disukai.

Meskipun sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk 

pemanfaatan tandan kosong menjadi pakan ternak, kenyataannya sampai

saat ini, bahan tersebut umumnya masih digunakan sebagai mulsa, yang

dikendalikan ke kebun sawit. Pemanfaatan bahan ini sebagai bahan pakan

mungkin merupakan alternatif terakhir, bila bahan pakan lain tidak 

tersedia lagi.

3.3.2. Serat perasan buah 

Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang.

Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin

26%). Dari komposisi kimia yang dimiliki, bahan ini mempunyai kandungan

gizi yang setara dengan rumput.

Penggunaan serat perasan buah sawit dalam ransum sapi telah diteliti oleh

Hutagalung et al. (1986). Bahan ini mernpunyai nilai kecernaan sekitar 47%.

Penggunaan serat perasan dalam ransum sapi disarankan sekitar 10% dari

konsumsi bahan kering. Serat perasan ini kurang disukai oleh ternak sapi, oleh

karena itu perlu pengolahan agar bahan ini dapat digunakan secara optimal.

Proses fermentasi temyata dapat meningkatkan palatabilitas bahan ini

(Suharto, 2004). Perlakuan amoniasi telah dilaporkan dapat meningkadmpertambahan bobot badan sapi bila dibandingkan dengan yang tidak di proses

(Hutagalung et al., 1986), seperti terlihat pada Tabel 2. Rossi dan Jamarun

(1997) melaporkan serat sawit dapat digunakan sebagai pengganti 50% nunput

lapangan dalarn ransum sapi dengan suplementasi bungidl inti sawit.

3.3.3. Lumpur sawit 

Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cairan

yang sangat banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 13/17

 

13

mengandung bahan pencemar yang sangat tinggi, yaitu. ‘biochemical oxygen

demand’ (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten, 2004). Pengurangan

bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat

decanter, yang menghasilkan solid ‘decanter atau lurnpur sawit. Bahan

padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan kandungan air sekitar 75%,

protein kasar 11-14% dan lemak kasar 10-14%. Kandungan air yang cukup

tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk. Apabila dibiarkan di lapangan

bebas dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur yang

berwarna kekuningan. Apabila dikeringkan, lumpur sawit berwarna

kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras. Banyak penelitian telah

dilaporkan tentang penggunaan lumpur sawit sebagai bahan pakan ternak 

ruminansia maupun non-ruminansia. Berdasarkan percobaan yang dilakukan

pada ternak sapi, Suharto (2004) menyimpullm bahwa kualitas lumpur sawit

lebih unggul dan dedak padi.

Sutardi (1991) melaporkan penggunaan lumpur sawit untuk menggantikan

dedak dalam ransum sapi perah jantan maupun sapi perah laktasi. Penelitian

ini menunjukkan bahwa penggantian semua (100%) dedak dalam konsentrat

dengan lumpur sawit memberikan perturnbuhan dan produksi susu yang sama

dengan kontrol. Bahkan ada kecenderungan bahwa kadar protein susu yang

diberi ransum lumpur sawit lebih tinggi dari kontrol. Hal yang serupa juga,

dilaporkan oleh Suharto (2004). Menurut Chin (2002), pemberian lumpur

sawit yang dicampur dengan bungidl inti sawit dengan perbandingan 50:50

adalah yang terbaik untuk pertumbuhan sapi. Dilaporkan bahwa sapi

droughtmaster yang digembalakan di padang penggembalaan rumput

Brachiaria decumbens hanya mencapai pertmbuhan 0,25 kg/ekor/hari, tetapidengan penambahan lumpur sawit yang dicampur dengan bungkil inti sawit,

mampu mencapai pertmbuhan 0,81 kg/ekor/hari.

3.3.4. Solid Membran 

Limbah cairan yang dikeluarkan setelah  pengutipan lumpur sawit, masih

mengandung bahan padatan yang cukup banyak. Oleh karena, itu, bahan ini

merupakan sumber kontaminan bagi lingkungan bila, tidak dikelola, dengan

baik. Suatu metoda baru untuk memisahkan padatan dan cahun~ dengan

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 14/17

 

14

menggunakan alat penyaring membran keramik sedang dikembangkan di P.T.

Agricinal -Bengkulu (Wenten, 2004). Aplikasi teknik ini dapat mengutip

padatan dengan jumlah sekitar dua, kali lipat lebih banyak dari padatan yang

dikutip oleh decanter. Bahan ini disebut ’solid heavy phase’ atau ’solid

mem  bran’, berbentuk pasta dengan kadar air sekitar 90%, dan berwarna.

kecoklatan. Bahan yang sudah dikeringkan mengandung protein kasar sekitar

9 %, serat kasar 16% dan lemak kasar 15% (Tabel 1). Dari kandungan gizinya,

kemungkinan bahan ini bukan hanya, cocok digunakan sebagai bahan pakan

untuk temak ruminansia, tetapi kemungkinan juga. baik untuk temak 

non- nuninansia. Belum ada, penelitian tentang penggunaan bahan ini sebagai

bahan pakan temak, eksplorasi untuk ini sedang dilakukan di Balai Penelitian

Temak - Ciawi.

3.3.5.Bungkil Inti Sawit 

Bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari pemerasan daging buah

inti sawit. Proses mekanik yang dilakukan dalam proses pengambilan minyak 

menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal relatif cukup banyak (sekitar 7-9

%). Hal ini menyebabkan bungIdl inti sawit cepat tengik akibat oksidasi lemak 

yang masih tertinggal- Kandungan protein baban ini cukup tinggi, yaitu

sekitar 12-16%, dengan kandungan serat kasar yang cukup tinggi (36%).

Bungkil inti sawit biasanya terkontaminasi dengan pecahan cangkang sawit

dengan jumlah sekitarl5-17%. (Anonymous, 2002). Pecahan cangkang ini

mempunyai tekstur yang sangat keras dan tajam. Hal im menyebabkan bahan

tersebut kurang disukai ternak dan dikhwatirkan.

3.4. Pemanfaatan Tandan Kosong Untuk Kompos

Limbah padat tandan kosong sawit (TKS) dibakar dalam incinerator danabunya yang mengandung Kalium cukup tinggi yaitu mencapai 127,9

mg/100 g. Sistem pengomposan untuk tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

di sebut kompos bioaktif. Proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit

menjadi kompos bioaktif berlangsung 3-6 bulan. Hal ini dapat dipercepat

menjadi 2-3 minggu apabila dikombinasikan antara pencacahan atau

pengecilan bahan baku dengan mesin pencacah dan pemberian aktivator

dekomposisi yaitu orgadec (organik decomposer)

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 15/17

 

15

Pada kelapa sawit, dengan menggunakan kompos bioaktif TKKS yang

matang (C/N ratio, 20) dengan 50 % dosis pupuk konensional,

meningkatkan produksi dan mempercapat masa produksi tanaman kalapa

sawit dari 30 – 32 bulan menjadi 22 bulan.

Dari survey yang dilakukan pemupukan kelapa sawit TBM kandungan hara

dalam satu hektarnya adalah 80,4 kg N, 9,9 kg P, 106,8 kg K dan 12 kg Mg.

Nilai ini didapat bahwa rata-rata dosis yang umum digunakan adalah 1,25 kg

urea, 0,50 kg RP, 1,50 kg MOP dan 0,50 kg Kieserit.

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 16/17

 

16

BAB IV

PENUTUP

1. Pengembangan perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif dan

negatif. Oleh karena dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development) harus memperhatikan dan menyerasikan fungsi-

fungsi lingkungan.

2. Dalam pengelolaan industri kelapa sawit agar terwujud produk bersih perlu

menerapkan prinsip 1E 4 R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, dan

Recovery).

3. Peningkatan luas kebun sawit yang diiringi dengan peningkatan jumlah

produksi mengakibatkan bertambahnya jumlah atau kapasitas industri

pengolahan minyak sawit. Hal ini juga akan menimbulkan masalah, karena

limbah yang dihasilkan akan bertambah pula, dan apabila tidak dikelola dan

dimanfaatkan dengan baik akan menyebabkan pencemaran lingkungan

5/14/2018 Isi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 17/17

 

17

DAFTAR PUSTAKA

Parpen Siregar. 2009, Dampak Ekologi Pengembangan,

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/07/07/dampak-ekologi-

pengembangan-perkebunan/ 

Rasmawan, (2009). Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Pakan Ternak Sapi di

Bengkulu http://uwityangyoyo .wordpress.com/2009/05/16/pemanfaatan-

limbah-pabrik-sawit untuk-pakan-ternak-sapi-di-bengkulu/ 

Santobri, (2008), Pengolahan janjang kelapa sawit,

http://aaobring.blogspot.com/2008/08/pengelolaan-janjang-kosong-kelapa-

sawit.html.

Marhaini. 2012, PENCEMARAN LINGKUNGAN DARI INDUSTRI

PENGOLAHAN BUAH KELAPA SAWIT

http://marhaini-marhaini.blogspot.com/2010/01/pencemaran-lingkungan-

dari-industri.html