Isi
-
Upload
-yusuf-keyencoolen-qulen- -
Category
Documents
-
view
163 -
download
0
Transcript of Isi
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 1/17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir bisnis dan investasi pengembangan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terjadi Booming. Permintaan atas
minyak nabati dan penyediaan untuk biofuel telah mendorong peningkatan
permintaan minyak nabati yang bersumber dari Crude palm Oil (CPO). Hal ini
disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki sekitar 7 ton/hektar. Indonesia
memiliki potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat besar
karena memiliki cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja dan
kesesuaian agroklimat.
Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia 2007 sekitar 6,8 juta hektar
(Ditjen Perkebunan, 2008 dalam Hariyadi, 2009) yang terdiri dari sekitar 60 %
diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya sekitar 40 % diusahakan oleh
perkebunan rakyat (Soetrisno, 2008). Luas perkebunan kelapa sawit diprediksi
akan meningkat menjadi 10 juta hektar pada 5 tahun mendatang. Mengingat
pengembangan kelapa sawit tidak hanya dikembangkan diwilayah Indonesia
bagian barat saja, tetapi telah menjangkau wilayah Indonesia bagian timur.
Perkembangan luas kebun kelapa sawit di Indonesia dewasa, ini cukup pesat,
seiring dengan tingginya, permintaan dunia, akan minyak (CPO). Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (2006) menunjukan bahwa, Indonesia menghasilkan
minyak sawit (CPO) 18,8 juta ton. Dari angka tersebut perkiraan limbah pabrik
sawit yang dihasilkan dalam setahun berupa, tandan kosong 540 juta ton, serat
perasan buah 11,2 juta ton, Lumpur sawit atau solid decanter 7,6 juta ton (2juta
ton bahan kering), solid membran 40 juta ton (4 juta ton bahan kering), bungidi
inti sawit 8,6 juta ton dan cangkang 7,6 juta ton. Jumlah ini akan terus meningkat
dengan bertambahnya jumlah produksi minyak sawit.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak negative. Dampak
positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan masyarakat,
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 2/17
2
meningkatkan penerimaan devisa Negara, memperluas lapangan pekerjaan,
meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi
dan bahan baku industri dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga
memberikan nampak negative. Secara ekologis system monokultur pada
perkebunan kelapa sawit telah merubah ekosistem hutan, hilangnya
keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan tropis, serta plasma nutfah,
sejumlah spesies tumbuhan dan hewan.
Peningkatan luas kebun kelapa sawit yang diiringi dengan peningkatan jumlah
produksi, mengakibatkan bertambahnya
jumlah atau kapasitas industri pengelolaan minyak sawit. Hal ini juga akan
menimbulkan masalah, karena jumlah limbah yang dihasilkan akan bertambah
pula, yang apabila tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan pencemaran
lingkungan.
Limbah industri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat dan gas. Sementara
limbah industri kelapa sawit mengakibatkan dampak ekologi berupa mencemari
lingkungan karena akan mengurangi biota dan mikroorganisme perairan dan dapat
menyebabkan keracunan, produksi melepaskan gas metan (CH4) dan CO2 yang
menaikan emisi penyebab efek rumah kaca yang sangat berbahaya dan limbah
gasnya meningkat nya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara. Sedangkan
produk industri kelapa sawit memberikan manfaat yang positif sebagai bahan
bioenergi yang lebih ramah lingkungan karena diproduksi dari bahan organic dan
dapat diperbaharui.
1.2. Permasalahan
· Proses perusakan lingkungan tetap terus berjalan dan kerugian yang
ditimbulkan harus ditanggung oleh banyak pihak, tetapi solusi yang tepat
belum saja ditemukan.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 3/17
3
· Masih adanya kesenjangan yang tetap terpelihara antara masyarakat,
industri, pemerintah dan penegak hukum, walaupun sudah ada Undang-
undang Lingkungan Hidup sebagai perangkat hukum
1.3. Tujuan
Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini untuk memahami tentang
limbah industri kelapa sawit. Sedangkan secara khusus penulisan ini
bertujuan :
Mengidentifikasi sumber, jenis,dampak dari pada limbah industri
kelapa sawit
Mengidentifikasi pengendalian limbah industri kelapa sawit.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 4/17
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pohon Industri Kelapa Sawit
Dari kelapa sawit bisa dibuat berbagai produk turunan yang dapat diolah
secara lebih lanjut. Salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk
mensiasati dalam pengolahan pemanfaatan limbah kelapa buah sawit.
2.2. Limbah Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia yengperkembangannya sangat pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi,
produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah
dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas.
Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi),
proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklion. Pada umumnya, limbah cair
industri kelapa sawit mengandung bahan organic yang tinggi sehingga potensial
mencemari air tanah dan badan air.
Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawait di kelompokan menjadi dua yaitu
limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis
pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan
berupa Tandan Kosong, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bunkil, TKKS
dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya
serangga lalat dan potensial menghasilkan lindi (leachatea). Limbah padat yang
berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil
pengolahan air limbah. Kandungan unsure hara kompas yang berasal dari limbah
kelapa sawit sekitar 0,4 % (N), 0,029 sampai 0,05 % (P2O5), 0,15 sampai 0,2 %
(K2O).
Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit dari kolam anaerobic sekunder
dengan BOD 3.500 – 5000 mg/liter yang dapat menyumbangkan unsure hara
terutama N dan K, bahan organic, dan sumber air terutama pada musim kemarau.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 5/17
5
Setiap pengoalahan 1 ton TBS akan menghasilkan limbah pada berupa tandan
kosong sawit (TKS) sebanyak 200 kg, sedangkan untuk setiap produksi 1 ton
minyak sawit mentah (MSM) akan menghasilkan 0,6 – 0,7 ton limbah cair dengan
BOD 20.000-60.000 mg/liter. Kandungan hara limbah cair PKS adalah 450 mg
N/l, 80 mg P/l, 1,250 mg K/l dan 215 mg/l. Sistem aplikasi limbah cair dapat
dilakukan dengan system sprinkle (air memancar), flatbed (melalui pipa ke bak-
bak distribusi ke parit sekunder), longbed (ke parit yang lurus dan berliku-liku)
dan traktor tanki (pengangkutan limbah cair dari IPAL/Instalasi Pengolah Air
Limbah) ke areal tanam.
2.3. Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit
adalah limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya berupa tandan buah
kosong dan cangkang sawit. Tandan buah kosong umunya dapat dimanfaatkan
kembali dilahan perkebunan kelapa sawit untuk dijadikan pupuk kompos.
Prosesnya terlebih dahulu dicacah sebelum diaplikasikan (dibuang) ke lahan.
Sedangkan cangkang buah sawit dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif
bahan bakar (alternative fuel oil) pada boiler dan power generation.
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri pengolahan minyak sawit
merupakan sisa dari proses pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair. Limbah
ini masih banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan
tanah. Limbah cair ini biasanya digunakan sebagai alternatif pupuk di lahan
perkebunan kelapa sawit yang sering disebut dengan land application.
2.4. Peraturan Pemerintah Terkait
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemanfaatan air limbah untuk
digunakan sebagai pupuk pada lahan di perkebunan kelapa sawit yaitu:
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang
Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri Minyak
Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 6/17
6
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003
Tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah
Industri Minyak Sawit Pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.
Untuk melakukan pengelolaan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian terlebih
dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada tanah
diperkebunan. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin
pemanfaatan tersebut. Selain kedua peraturan tersebut di atas yang mengatur
secara spesifik pemanfaatan air limbah industri kelapa sawit, ada satu peraturan
lagi yang dikeluarkan oleh KLH yang mengatur tentang baku mutu air limbah
yang boleh dibuang ke lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara LingkunganHidup Nomor 51 Tahun 1995.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 7/17
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Sumber Pencemar, Penyebab Pencemar, Jenis Pencemar dan Dampak
Lingkungan
3.1. 1. Limbah Cair
Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit dapat
berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan berupa Palm
Oil Mill Effluent (POME) air buangan kondensat (8-12 %) Dan air hasil
pengolahan (13-23 %).
Bahkan saat ini limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit di Indonesia
mencapai 28,7 juta ton limbah / tahun. Ketersediaan limbah itu meupakan potensi
yang sangat besar jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun sebaliknya
akan menimbulkan bencana bagi lingkungan dan manusia jika pengelolaannya
tidak dilakukan dengan baik dan profesional.
Limbah cair kelapa sawit mengadung konsentrasi bahan organik yang
relatif tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh
mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit
umumnya berwarna kecoklatan dan mengandung padatan terlarut dan tersuspensi
berupa koloid serta residu minyak dengan kandungan biological oxygen demand
(BOD) yang tinggi. Bila limbah cair ini dibuang ke perairan akan berpeotensi
mencemari lingkungan karena akan mengurangi biota dan mikroorganisme
perairan dan dapat menyebabkan keracunan, sehingga harus diolah sebelum
dibuang. Standar baku mutu lingkungan limbah yang dihasilkan pabrik CPO
adalah pH 6 – 9, BOD 250 ppm, COD 500 ppm, TSS (total suspended solid) 300
ppm, NH3 – N 20 ppm, dan oil grease 30 ppm (Naibaho, 1996).
Limbah cair yang ditampung pada kolam-kolam terbuka akan melepaskan
gas metan (CH4) dan CO2 yang menaikkan emisi penyebab efek rumah kaca yang
sangat berbahaya bagi lingkungan. Selain itu gas metan tersebut juga
menimbulkan bau yang tidak sedap.
Meskipun dengan beberapa teknologi yang telah dikembangkan saat ini
limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas, pakan ternak, bahan pembuat
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 8/17
8
sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air sisanya dapat digunakan untuk
pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan, tetapi bila limbah
cair ini tidak ditangani dengan baik dan profesional akan mengakibatkan
kerusakan lingkungan.
3.1.2. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit
terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan
tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Berikut ini adalah komposisi
bahan organik serat dan tandan kosong kelapa sawit. Limbah padat yang
dihasilkan oleh industri kelapa sawit di Indonesia mencapai 15,20 juta ton limbah
/ tahun. Limbah padat berupa cangkang, tandan kosong, serat, pelepah, dan batang
sawit mengandung 45 % selulose dan 26 % hemiselulose. Limbah-limbah ini akan
menghasilkan bau yang tidak sedap. Pemanfaatan limbah padat dapat berupa
pembuatan pupuk kompos, bioetanol, bahan pulp untuk pembuatan kertas,
pembuatan sabun dan media budidaya jamur.
3.1.3. Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan industri kelapa sawit dapat berupa gas hasil
pembakaran serat dan cangkang untuk pembangkit energi serta gas metan dan
CO2 yang dihasilkan oleh kolam-kolam pengolahan limbah cair. Limbah gas ini
akan menyebabkan meningkatnya kadar CO2 dan mengakibatkan polusi udara.
3.2. Pengendalian/ Pengelolahan Limbah Buah Kelapa Sawit
3.2.1. Konsep Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi
bagi masyarakat (Agustina, dkk, 2009). Dalam pengelolaan industri kelapa sawit
juga dihasilkan limbah baik yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit
maupun yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit. Untuk
menghindari masalah lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri kelapa
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 9/17
9
sawit, maka diperlukan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
didukung oleh sikap untuk menciptakan produk yang harus berorientasi
lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah lingkungan (green
consumerism) dan menempatkan lingkungan sebagai non tariff barrier. Oleh
karena itu pendekatan yang banyak diterapkan adalah konsep produk bersih
(cleaner production). Konsep ini dilakukan dengan strategi pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus
pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses
produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya
alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi
terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga dapat meminimalisasi resiko
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. Kata
kunci yang diperlukan dalam pengelolaan adalah menimalkan limbah, analisis
daur hidup, teknologi ramah lingkungan. Pola pendekatan untuk menciptakan
produk bersih adalah pencegahan dan meminimalisasi limbah yang menggunakan
hirarki pengelolaan melalui 1 E 4 R yaitu Elimination (pencegahan), Reduce
(pengurangan), Reuse (penggunaan kembali), Recycle (daur ulang), Recovery /
Reclaim (pungut ulang) (Panca Wardhanu, 2009
3.2.2. Pengelolaan Limbah Cair Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah cair kelapa sawit dapat menghasilkan biogas dengan melakukan
rekayasa. Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut bioreaktor.
Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk
meproduksi biogas. Selain itu juga dapat ditambahkan mikroba untuk
mempercepat pembentukan gas metan untuk menghasilkan biogas. Proses tersebut
dapat menghasilkan potensi yang sangat besar. Dari 28,7 juta ton limbah cair
kelapa sawit dapat dihasilkan 90 juta m3
biogas yang setara dengan 187,5 milyar
ton gas elpiji (Anonymous, 2009). Selain itu limbah cair dapat juga dimanfaatkan
untuk pakan ternak, bahan pembuat sabun, serta pembuatan biodiesel, dan air
sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu
lingkungan.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 10/17
10
Salah satu elemen yang sangat penting dalam operasional Pabrik Kelapa Sawit
adalah dalam hal pengelolaan Limbah, salah satunya adalah limbah cair atau
effluent yang jumlahnya lebih kurang 60% dari capasitas olah pabrik.
Jika pabrik mengolah FFB (fresh fruit bunches) sebanyak 420 ton sehari maka
limbah cair yang dihasilkan adalah lebih kurang 252 ton effluent. Hal ini jika
tidak menjadi perhatian tentunya dapat mencemari lingkungan disekitarnya
apalagi tanpa adanya treatmen.
Akan tetapi dengan pengelolaan yang baik tidak saja menjadi ramah
lingkungan akan tetapi menjadi nilai tambah untuk perusahaan karena dapat di
jadikan sebagai nutrien pengganti pupuk dengan cara Land Aplikasi ataupun
dikombinasikan dengan Janjangan Kosong sehingga menjadi Enriched Mulch
yang dapat menggantikan fungsi pupuk an organik.
Jika limbah cair PKS tersebut dibuang langsung ke perairan atau
diaplikasikan ke lahan kebun akan mengakibatkan perubahan sifat fisika, kimia,
dan biologi bagi badan penerima. Oleh karena itu harus dilakukan pengolahan dan
pengelolaan pada limbah sebelum dibuang ke badan penerima.
Pemanfaatan buangan akhir dari Pengolahan Limbah cair ke Land
Application adalah upaya untuk menjadikan program produksi bersih yang
meniadakan buangan akhir limbah cair ke badan air yang dapat mengakibatkan
pencemaran terhadap lingkungan.
Untuk penampungan limbah di lahan kebun harus disediakan parit-parit
penampung yang disebut trenches. Program ini dilakukan harus mendapat izin
dari pemerintah sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup.
Limbah cair atau POME yang menjadi pemantauan utama adalah
Centrifuge Waste. Hal ini mengingat tingkat pencemarannya sangat tinggi.
Metoda POME ini sederhana dan cepat hanya membutuhkan bahan kimia
dan peralatan yang relatif murah.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 11/17
11
3.2.3. Pengelolaan Limbah Padat Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah padat yang dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit
terdiri atas tandan kosong kelapa sawit (20-23 %), serat (10-12 %), dan
tempurung / cangkang (7-9 %) (Naibaho, 1996). Tandan kosong kelapa sawit
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kompos dengan proses fermentasi
dan dimanfaatkan kembali untuk pemupukan kelapa sawit itu sendiri. Penggunaan
pupuk tandan kosong kelapa sawit dapat menghemat penggunaan pupuk kalium
hingga 20 %. 1 ton tandan kosong kelapa sawit dapat menghasilkan 600-650 kg
kompos.
Selain itu tandan kosong kelapa sawit mengandung 45 % selulose dan 26% hemiselulose. Tingginya kadar selulose pada polisakarida tersebut dapat
dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi
bioetanol. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai bahan bakar yang ramah
lingkungan dan dapat diperbaharui dengan cepat (renewable). 1 ton tandan kosong
kelapa sawit dapat menghasilkan 120 liter bioetanol (Anonymous, 2009).
Tandan kosong kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pulp untuk pembuatan kertas. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sehingga dapat menambah
pendapatan dan mengurangi limbah padat.
Cangkang dan serat kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai sumber
energi potensial. Cangkang dan serat kelapa sawit biasanya dibakar untuk
menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran cangkang dan serat
telah mencukupi kebutuhan energi pengolahan pabrik kelapa sawit. Namun
seiring dengan pelarangan pembakaran cangkang dan serat, maka serat dan
cangkang dimanfaatkan untuk keperluan lain. Cangkang saat ini telah
dimanfaatkan untuk pembuatan berikat arang aktif dan bahan campuran
pembuatan keramik. Sedangkan serat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.
Sementara itu limbah yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit
berupa pelepah kelapa sawit dan batang kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai
bahan pulp untuk pembuatan kertas dan perabot. Sedangkan daun dan pelepah
kelapa sawit digunakan untuk pakan ternak ruminansia.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 12/17
12
3.3. Pemanfaatan Limbah Pabrik Sawit untuk Pakan Sapi.
3.3.1. Tandan kosong
Tandan kosong merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh
pabrik pengolahan sawit. Bahan ini mempunyai protein 3,7 % dan nilai
gizinya sama, atau lebih baik dari jerami pada (Osman, 1998). Akan tetapi,
teksturnya keras seperti kayu, selungga, tidak disukai oleh ternak kecuali
bahan ini diolah lebih dahulu dalam bentuk lain yang lebih disukai.
Meskipun sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk
pemanfaatan tandan kosong menjadi pakan ternak, kenyataannya sampai
saat ini, bahan tersebut umumnya masih digunakan sebagai mulsa, yang
dikendalikan ke kebun sawit. Pemanfaatan bahan ini sebagai bahan pakan
mungkin merupakan alternatif terakhir, bila bahan pakan lain tidak
tersedia lagi.
3.3.2. Serat perasan buah
Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang.
Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin
26%). Dari komposisi kimia yang dimiliki, bahan ini mempunyai kandungan
gizi yang setara dengan rumput.
Penggunaan serat perasan buah sawit dalam ransum sapi telah diteliti oleh
Hutagalung et al. (1986). Bahan ini mernpunyai nilai kecernaan sekitar 47%.
Penggunaan serat perasan dalam ransum sapi disarankan sekitar 10% dari
konsumsi bahan kering. Serat perasan ini kurang disukai oleh ternak sapi, oleh
karena itu perlu pengolahan agar bahan ini dapat digunakan secara optimal.
Proses fermentasi temyata dapat meningkatkan palatabilitas bahan ini
(Suharto, 2004). Perlakuan amoniasi telah dilaporkan dapat meningkadmpertambahan bobot badan sapi bila dibandingkan dengan yang tidak di proses
(Hutagalung et al., 1986), seperti terlihat pada Tabel 2. Rossi dan Jamarun
(1997) melaporkan serat sawit dapat digunakan sebagai pengganti 50% nunput
lapangan dalarn ransum sapi dengan suplementasi bungidl inti sawit.
3.3.3. Lumpur sawit
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cairan
yang sangat banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 13/17
13
mengandung bahan pencemar yang sangat tinggi, yaitu. ‘biochemical oxygen
demand’ (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten, 2004). Pengurangan
bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat
decanter, yang menghasilkan solid ‘decanter atau lurnpur sawit. Bahan
padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan kandungan air sekitar 75%,
protein kasar 11-14% dan lemak kasar 10-14%. Kandungan air yang cukup
tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk. Apabila dibiarkan di lapangan
bebas dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur yang
berwarna kekuningan. Apabila dikeringkan, lumpur sawit berwarna
kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras. Banyak penelitian telah
dilaporkan tentang penggunaan lumpur sawit sebagai bahan pakan ternak
ruminansia maupun non-ruminansia. Berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada ternak sapi, Suharto (2004) menyimpullm bahwa kualitas lumpur sawit
lebih unggul dan dedak padi.
Sutardi (1991) melaporkan penggunaan lumpur sawit untuk menggantikan
dedak dalam ransum sapi perah jantan maupun sapi perah laktasi. Penelitian
ini menunjukkan bahwa penggantian semua (100%) dedak dalam konsentrat
dengan lumpur sawit memberikan perturnbuhan dan produksi susu yang sama
dengan kontrol. Bahkan ada kecenderungan bahwa kadar protein susu yang
diberi ransum lumpur sawit lebih tinggi dari kontrol. Hal yang serupa juga,
dilaporkan oleh Suharto (2004). Menurut Chin (2002), pemberian lumpur
sawit yang dicampur dengan bungidl inti sawit dengan perbandingan 50:50
adalah yang terbaik untuk pertumbuhan sapi. Dilaporkan bahwa sapi
droughtmaster yang digembalakan di padang penggembalaan rumput
Brachiaria decumbens hanya mencapai pertmbuhan 0,25 kg/ekor/hari, tetapidengan penambahan lumpur sawit yang dicampur dengan bungkil inti sawit,
mampu mencapai pertmbuhan 0,81 kg/ekor/hari.
3.3.4. Solid Membran
Limbah cairan yang dikeluarkan setelah pengutipan lumpur sawit, masih
mengandung bahan padatan yang cukup banyak. Oleh karena, itu, bahan ini
merupakan sumber kontaminan bagi lingkungan bila, tidak dikelola, dengan
baik. Suatu metoda baru untuk memisahkan padatan dan cahun~ dengan
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 14/17
14
menggunakan alat penyaring membran keramik sedang dikembangkan di P.T.
Agricinal -Bengkulu (Wenten, 2004). Aplikasi teknik ini dapat mengutip
padatan dengan jumlah sekitar dua, kali lipat lebih banyak dari padatan yang
dikutip oleh decanter. Bahan ini disebut ’solid heavy phase’ atau ’solid
mem bran’, berbentuk pasta dengan kadar air sekitar 90%, dan berwarna.
kecoklatan. Bahan yang sudah dikeringkan mengandung protein kasar sekitar
9 %, serat kasar 16% dan lemak kasar 15% (Tabel 1). Dari kandungan gizinya,
kemungkinan bahan ini bukan hanya, cocok digunakan sebagai bahan pakan
untuk temak ruminansia, tetapi kemungkinan juga. baik untuk temak
non- nuninansia. Belum ada, penelitian tentang penggunaan bahan ini sebagai
bahan pakan temak, eksplorasi untuk ini sedang dilakukan di Balai Penelitian
Temak - Ciawi.
3.3.5.Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari pemerasan daging buah
inti sawit. Proses mekanik yang dilakukan dalam proses pengambilan minyak
menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal relatif cukup banyak (sekitar 7-9
%). Hal ini menyebabkan bungIdl inti sawit cepat tengik akibat oksidasi lemak
yang masih tertinggal- Kandungan protein baban ini cukup tinggi, yaitu
sekitar 12-16%, dengan kandungan serat kasar yang cukup tinggi (36%).
Bungkil inti sawit biasanya terkontaminasi dengan pecahan cangkang sawit
dengan jumlah sekitarl5-17%. (Anonymous, 2002). Pecahan cangkang ini
mempunyai tekstur yang sangat keras dan tajam. Hal im menyebabkan bahan
tersebut kurang disukai ternak dan dikhwatirkan.
3.4. Pemanfaatan Tandan Kosong Untuk Kompos
Limbah padat tandan kosong sawit (TKS) dibakar dalam incinerator danabunya yang mengandung Kalium cukup tinggi yaitu mencapai 127,9
mg/100 g. Sistem pengomposan untuk tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
di sebut kompos bioaktif. Proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit
menjadi kompos bioaktif berlangsung 3-6 bulan. Hal ini dapat dipercepat
menjadi 2-3 minggu apabila dikombinasikan antara pencacahan atau
pengecilan bahan baku dengan mesin pencacah dan pemberian aktivator
dekomposisi yaitu orgadec (organik decomposer)
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 15/17
15
Pada kelapa sawit, dengan menggunakan kompos bioaktif TKKS yang
matang (C/N ratio, 20) dengan 50 % dosis pupuk konensional,
meningkatkan produksi dan mempercapat masa produksi tanaman kalapa
sawit dari 30 – 32 bulan menjadi 22 bulan.
Dari survey yang dilakukan pemupukan kelapa sawit TBM kandungan hara
dalam satu hektarnya adalah 80,4 kg N, 9,9 kg P, 106,8 kg K dan 12 kg Mg.
Nilai ini didapat bahwa rata-rata dosis yang umum digunakan adalah 1,25 kg
urea, 0,50 kg RP, 1,50 kg MOP dan 0,50 kg Kieserit.
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 16/17
16
BAB IV
PENUTUP
1. Pengembangan perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif dan
negatif. Oleh karena dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development) harus memperhatikan dan menyerasikan fungsi-
fungsi lingkungan.
2. Dalam pengelolaan industri kelapa sawit agar terwujud produk bersih perlu
menerapkan prinsip 1E 4 R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, dan
Recovery).
3. Peningkatan luas kebun sawit yang diiringi dengan peningkatan jumlah
produksi mengakibatkan bertambahnya jumlah atau kapasitas industri
pengolahan minyak sawit. Hal ini juga akan menimbulkan masalah, karena
limbah yang dihasilkan akan bertambah pula, dan apabila tidak dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik akan menyebabkan pencemaran lingkungan
5/14/2018 Isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571ffde49795991699e5238 17/17
17
DAFTAR PUSTAKA
Parpen Siregar. 2009, Dampak Ekologi Pengembangan,
http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/07/07/dampak-ekologi-
pengembangan-perkebunan/
Rasmawan, (2009). Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Pakan Ternak Sapi di
Bengkulu http://uwityangyoyo .wordpress.com/2009/05/16/pemanfaatan-
limbah-pabrik-sawit untuk-pakan-ternak-sapi-di-bengkulu/
Santobri, (2008), Pengolahan janjang kelapa sawit,
http://aaobring.blogspot.com/2008/08/pengelolaan-janjang-kosong-kelapa-
sawit.html.
Marhaini. 2012, PENCEMARAN LINGKUNGAN DARI INDUSTRI
PENGOLAHAN BUAH KELAPA SAWIT
http://marhaini-marhaini.blogspot.com/2010/01/pencemaran-lingkungan-
dari-industri.html