isi

36
Yudha GF’09 UPN BAB I PENDAHULUAN I.1. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi atau penyebaran litologi daerah penelitian dan mengetahui keadaan morfologi daerah penelitian berdasarkan sifat garis kontur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pembuatan peta lintasan berdasarkan variasi litologi dominan, peta geomorfologi berdasarkan sifat garis kontur, dan mendapatkan peta geologi (penyebaran batuan) pada daerah penelitian dan juga dapat merekonstruksi penampang geologi. I.2. Lokasi dan Kesampaian Tujuan Bayat terletak kurang lebih dua puluh kilometer sebelah selatan kota Klaten. Secara Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bayat. Secara Geografis (dalam lembar peta Perbukitan Jiwo dan Sekitarnya) terletak antara 110°36’33”BT-110°41’24”BT dan 007°43’57”LS- 007°49’20”LS. Waktu penelitian adalah 4 hari : 26 Febuari 2011 - 1 Maret 2011Lokasi Pengambilan data terdapat di Daerah Gunung Pendul, Kecamatan. Bayat, Kabupaten Klaten,Jawa 1

Transcript of isi

Page 1: isi

Yudha GF’09 UPN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi atau penyebaran

litologi daerah penelitian dan mengetahui keadaan morfologi daerah penelitian

berdasarkan sifat garis kontur.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pembuatan peta lintasan berdasarkan

variasi litologi dominan, peta geomorfologi berdasarkan sifat garis kontur, dan

mendapatkan peta geologi (penyebaran batuan) pada daerah penelitian dan juga dapat

merekonstruksi penampang geologi.

I.2. Lokasi dan Kesampaian Tujuan

Bayat terletak kurang lebih dua puluh kilometer sebelah selatan kota Klaten.

Secara Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bayat. Secara Geografis (dalam

lembar peta Perbukitan Jiwo dan Sekitarnya) terletak antara 110°36’33”BT-

110°41’24”BT dan 007°43’57”LS-007°49’20”LS.

Waktu penelitian adalah 4 hari : 26 Febuari 2011 - 1 Maret 2011Lokasi

Pengambilan data terdapat di Daerah Gunung Pendul, Kecamatan. Bayat, Kabupaten

Klaten,Jawa Tengah.pencapaian lokasi sendiri kami lakukan dengan menggunakan

mobil dari Kampus Lapangan Geologi Bayat menuju Daerah Gunung Pendul dan

sekitarnya.

I.3 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan Metode Kolekting data Langsung atau

pengambilan data secara langsung di lapangan dengan menggunakan peralatan

tertentu dan melakukan pengolahan secara manual dan menginterpretasikanya.

Peta Topografi skala 1 : 125

Kompas Geologi

1

Page 2: isi

Yudha GF’09 UPN

Palu Geologi

Lensa pembesar

Komperator

Protaktor

Buku catatan lapangan

Alat tulis

Larutan HCl 0,1 M

Kamera

Plastic sampel dan label

I.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang diusulkan oleh Soesilo dkk(2000) mengusulkan tatanama SSI

(1996) terhadap Batuan Kristalin di Pegunungan Jiwo Barat menjadi Lithodem Filit

Bayat , Lithodem Gabro Bayat dan Lithodem Basalt Bayat .Stock gabroik mengalasi

Formasi Oyo, sedangkan Komposisi Gabro dan Diabas adalah basa,juga terdapat

retas-retas basaltik berumur awal Oligosen Akhir dan Produk Metamorfik Thermal.

Ahli geologi melakukan penelitian di Daerah Bayat antara lain ;Bothe

(1929),membuat Stratigrafi Daerah Perbukitan Jiwo serta mengusulkan nama Formasi

Wungkal dan Formasi Gamping yang berumur Eosen; Sunu Sumosusastro

(1956),meneliti secara lebih detail Geologi Perbukitan Jiwo Timur .kajian

biostratigrafi pernah dilakukan oleh Sumarso et all. (1994). Meneliti batuan Vulkanik

di Pulau Jawa termasuk diantaranya umur secara radiometric (metode penanggalan

isotopik K/Ar )beberapa batuan beku di daerah bayat dan sekitarnya.

I.5. Ucapan Terima Kasih

Laporan Pemetaan Geologi Daerah Gunung Pendul dan sekitarnya tahun

2011 ini materinya diambil dari penjelasan - penjelasan para Dosen Pembimbing serta

diselaraskan dengan penjelasan dalam Buku Petunjuk Kuliah Lapangan I tahun 2011,

yang juga diambil dari buku- buku terdahulu, dan juga merupakan hasil kerjasama

2

Page 3: isi

Yudha GF’09 UPN

yang sinergis dari rekan- rekan Kelompok 10 dan para Dosen Pembimbing kami

yakni:

□ Dra Hj. Yatini,MSi

□ Ir. Agus Santoso.,M.Si (sebagai Pembimbing)

□ Kepada Teman-teman Geofisika

□ Kepada Warga Sekitar

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para dosen dan rekan - rekan

yang tidak bisa disebutkan satu - persatu.

3

Page 4: isi

Yudha GF’09 UPN

BAB II

GEOMORFOLOGI

II.1 Geomorfologi Regional

Daerah Bayat terletak kurang lebih 20 Kilometer sebelah selatan Kota Klaten.

Secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Bayat. Secara geografis (dalam

lembar peta perbukitan jiwo dan sekitarnya) terletak antara 110⁰36’33’’BT-

110⁰41’24’’ BT dan 007⁰43’57’’ LS-007⁰49’20’’LS

.Gambar II.I. Satuan Geomorfologi Pulau Jawa dan sekitarnya

Daerah yang dikenal dengan perbukitan jiwo tersebut, dikelilingi oleh daratan

alluvial secara fisiografi termasuk Zona Depresi Tengah Pulau Jawa (Solo Subzone),

di bagian selatan dibatasi oleh Zona Pegunungan Selatan (Van Bemmelen,1949) yang

dikenal dengan Perbukitan Baturagung .

Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di

sekitar endapan Quartenary,terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang

berasal dari Gunung Merapi.Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak

lebih dari 400 m di atas muka air laut,sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu

perbukitan rendah.

4

Page 5: isi

Yudha GF’09 UPN

Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur

yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent. Sungai

Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat,semula mengalir ke arah

South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian ke North memotong perbukitan

dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast.Sungai Dengkeng ini merupakan

pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo.Pembagian fisiografi

Daerah Bayat dimana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan oleh Sungai

Dengkeng

Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang

mengalir dari lembah Gunung Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan.Genangan

air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari

lahar.Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antar bukit di Perbukitan Jiwo

merupakan Endapan air tenang yang berupa lempung hitam,suatu Sedimen Merapi

yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk

dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan dengan cara membuat saluran-

saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah Gunung

Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula

berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk

perkebunan.Sebagian dari rawa yang semula luas itu disisakan di daerah yang

dikelilingi Puncak Sari,Tugu dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa

Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi

daerah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.

Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut,dibuat saluran buatan dari

sudut Southwest rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di Gunung

Pegat mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng

lewat aqueduct di sebelah seatan Jotangan menerus ke arah timur.

Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan

memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan puncak-puncak

5

Page 6: isi

Yudha GF’09 UPN

tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-

alurnya tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-

Kampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik

perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing yang

terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasi endapan

hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagai colluvial. Puncak-puncak

perbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol dan beberapa

diantaranya cenderung berbentuk kerucut seperti Puncak Jabalkat dan Puncak

Semanggu. Daerah dengan relief kuat ini dijumpai Daerah Jiwo Timur mulai dari

Puncak Konang ke arah timur hingga Puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di

sekitar Puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun

oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik

namun relief yang ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.

Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai Puncak Pegunungan

Baturagung,secara Stratigrafi sudah termasuk Wilayah Pegunungan Selatan.Secara

struktural deretan pegunungan tersebut,pada penampang utara-selatan, merupakan

suatu pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur.

Untuk daerah di sekitar Kampus Lapangan, litologi yang dijumpai merupakan

bagian dari Formasi Kebo-Butak dan Semilir.Beberapa lokasi singkapan penting

antara lain sekitar Lanang dan Desa Tegalrejo dijumpai Batupasir Tufan dengan

sisipan Serpih.Di selatan Desa Banyuuripan,yaitu Desa Kalisogo,ditemukan Breksi

Autoklastik dengan pola retakan radial yang ditafsirkan sebagai Produk Submarine

Breccia. Semakin ke selatan, sekitar Desa Tanggul,Jarum dan Pendem, terdapat

Singkapan Endapan Kipas Aluvial. Di bagian Barat Daya,sekitar Desa Tegalrejo,

dijumpai Batu Pasir Berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di bagian timurya

terdapat Batu Lempung Abu-abu dengan Zona Kekar.

Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan - perlapisan Batuan Sedimen

akan dijumpai dengan baik, dapat berupa Batupasir, Batulempung, Batupasir krikilan,

6

Page 7: isi

Yudha GF’09 UPN

Batupasir tufa maupun sisipan breksi. Pengamatan sepanjang jalan ini sangat penting

untuk melacak keadaan stratigrafis serta struktur geologi di Daerah Selatan Kampus

Lapangan (Van Bemmelen,1949).

II.2 Geomorfologi Daerah Penelitian

Perbukitan daerah Gunung Pendul, kecamatan bayat kabupaten Klaten dan

propinsi Jawa Tengah terletak pada perbukitan Jiwo Timur yang merupakan

singkapan suatu batuan yang berumur Pra-Tersier dan daerah penelitian pada Gunung

Pendul terdapat pada dua singkapan yang berbeda, yaitu formasi Gamping dan

Formasi Konang.

II.2.1 Dasar Pembagian Geomorfologi

1. Morfologi: studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum dan meliputi:

a. Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang ada dipermukaan bumi,

bersifat pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah, bukit,

bukit, dataran, gunung, gawir, teras, beting, dan lain-lain.

b. Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu aspek bentuk lahan, antara lain

kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk

lembah, dan pola pengaliran.

2. Morfogenesa: asalusul pembentukan dan perkembangan bentuklahan serta

proses–proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini adalah struktur geologi,

litologi penyusun dan proses geomorfologi merupakan perhatian yang penuh.

Morfogenesa meliputi :

a. Morfostruktur pasif : bentuklahan yang diklasifikasikan berdasarkan tipe

batuan yang ada kaitannya dengan resistensi batuan dan pelapukan (denudasi).

b. Morfostruktur aktif : berhubungan dengan tenaga endogen seperti

pengangkatan, perlipatan dan pensesaran , termasuk intrusi.

c. Morfodinamik: berhubungan dengan tenaga eksogen seperti proses air,

fluvial, es, gerakan masa, dan gunungapi (Verstappen 1985 ).

7

Page 8: isi

Perbukitan Homoklin

Yudha GF’09 UPN

II.2.2. Satuan Geomorfik Perbukitan Homoklin

Satuan bentukan asal struktural, dengan bentuk lahan Perbukitan Homoklin

dari Gunung Konang di Jiwo barat dan Gunung pendul di jiwo Timur merupakan

perbukitan bergelombang dengan titik ketinggian rata rata 250 m. Perbukitan tersebut

mempunyai kemiringan lereng miring-curam (15 - 32%) dan Struktur Geologi berupa

pengangkatan, serta dikontrol oleh erosi dan pelapukan.

Foto 01. Perbukitan Homoklin

II.2.3. Satuan Geomorfik Bukit Sisa

Bentuk asal denudasional dengan bentuk lahan bukit sisa terletak di barat daya

peta Gunung Pendul. Bukit sisa merupakan jumlah keseluruhan dari hasil proses

pengurangan permukaan lahan akubat dari adanya proses pelapukan gerakan tanah

atau batuan dan pengikisan dan diakhiri oleh proses pengendapan.

8

Page 9: isi

Yudha GF’09 UPN

Untuk batuan yang mempunyai resistansi tinggi akan memberikan relief yang

menonjol dibandingakan dengan batuan yang mempunyai resistensi rendah.

Foto 02. Bukit Sisa

II.2.4. Satuan Geomorfik Dataran Alluvial

Satuan Bentukan Asal Fluvial, yang terdiri dari bentukan lahan Dataran

Alluvial mengelilingi Gunung Konang dan Gunung Pendul. Terdapat endapan

material lepas dengan berukuran pasir kasar - halus, krikil dan krakal, serta dikontrol

oleh erosi dan hasil dari pelapukan

9

Page 10: isi

Yudha GF’09 UPN

II.3. Pola Aliran dan Stadia Erosi

Pada daerah Gunung Konang dan sekitarnya memiliki pola aliran sungai

dendritik – subdendritik ini dicirikan dengan aliran sungai yang bercabang yang

berpusat pada daerah tinggi menuju daerah yang mengalami percabangan, baik yang

disebabkan oleh struktur maupun terjadinya suatu sesar. Stadia erosi merupakan

stadia dewasa ini dapat diindikasikan dengan bentuk sungai berupa bentuk huruf “V”

yang menunjukkan stadia erosi sungai muda, serta memiliki bentuk ukuran objek

yang tertransport berupa pasir kasar – kerikil yang menunjukkan stadia muda, serta

bentuk arah sungai yang relative lurus yang menunjukkan stadia sungai masih muda.

II.4. Analisis Geomorfologi

Geomorfologi merupakan suatu bentukan morfologi atau keadaan topografi

suatu daerah. Semua bentukan itu disebabkan oleh faktor eksogen maupun faktor

endogen. Faktor endogen berupa pengangkatan, penurunan, Tektonik dan lainya.

Sedangkan faktor eksogen berupa Perubahan iklim, air, angin, dan lainya. Hal

tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari morfologi suatu daerah. Pada

Daerah Gunung Pendul dan sekitarnya terdapat morfologi bukit dan dataran.

bentukan morfologi bukit terbentuk karena adanya tenaga dari dalam bumi seperti

pengangkatan dan tektonik. Pengangkatan tersebut tidak mengangkat semua bagian

dari suatu daerah karena adanya faktor pengontrol berupa perbedaan serta variasi

litologi yang memiliki resistensi yang berbeda, sehingga pada litologi dengan

resistensi yang kuat maka proses pelapukan kecil, sebaliknya batuan yang memiliki

resistensi yang lemah akan mudah mengalami pelapukan. Hasildari pelapukan akan

tererosi ke daerah rendah. Dataran merupakan bagian yang tidak mengalami

pengangkatan dan dikontrol oleh faktor Endapan Alluvial.

10

Page 11: isi

Yudha GF’09 UPN

BAB III

STRATIGRAFI

III.1 Stratigrafi Regional

Secara stratigrafi daerah Bayat disusun oleh urutan satuan batuan sebagai berikut:

III.1.1 Kelompok batuan metamorf berumur pra-Tersier.

Terdiri atas Filit, Sekis, dan Marmer yang membentuk Perbukitan Jiwo Barat dan

Perbukitan Jiwo Timur. Disamping itu dijumpai batuan kuarsit yang mempunyai

kedudukan memotong maupun sejajar atau mengisi celah diantara bidang foliasi.

III.1.2 Formasi Gamping –Wungkal.

Formasi Wungkal Terdiri dari Konglomerat polemic, batupasir, kwarsa,

batulempuing dan batugamping, yang menunjukan pembentukan pada eosin awal,

yang tersingkap di perbukitan Jiwo Barat Bukit Wungkal desa Temas.

Formasi Gamping terdiri dari batugamping foraminifera besar berumur eosin

akhir batu pasir dan batu lempung tersingkap di sekitar Bukit Pendul dan WatuPrahu

(Jawa Timur) terletak di desa gamping.

III.1.3 Formasi Kebo-Butak, Semilir, Nglangran, Sambipitu.

Seluruh formasi ini hanya tersingkap di pegunungan selatan.

Formasi Semilir terdiri dari batuan sedimen turbudit vulkanik, konglomerat, dan tuff

lapili. itologi yang dijumpai merupakan bagian dari Fonnasi Kebo, Butak dan

Semilir. Beberapa lokasi singkapan penting penting antard lain sekitar Lanang

dan desa Tegalrejo dijumpai” batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan

desa Banyuuripan, yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan pola

retakan radial yang ditafsirkan sebagai produk submarine breccia. Semakin ke

selatan, sekitar desa Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat singkapan endapan

kip as aluvial. Di bagian barat daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpai batu pasir

berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di bagian timumya terdapat batu

lempung abu-abu dengan zona kekar.

1. Formasi Oyo dan Wonosari.

Formasi Oyo terdiri dari batugamping berlapis dan napal. Formasi wonosari

terdiri dari batugamping terumbu.

11

Page 12: isi

Yudha GF’09 UPN

III.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Pada daerah penelitian memiliki nilai stratigrafi berdasarkan penamaan Bothe

(1929), memiliki susunan batuan kelompok batuan berumur pra-Tersier yang

memiliki susunan batuan metamorf yaitu filit dan sekis pada derah Jiwo timur

tepatnya pada Gunung Pendul dan gamping numulith dengan filit pada daerah Jiwo

timur pada daerah Jokotuo. Formasi Konang dengan filit, sekis, dan marmer diisi

dengan urat-urat kuarsit.

Tabel III.1 Stratigrafi Daerah G. Pendul

III.2.1. Satuan Batuan Metamorf

1. Batuan metamorf

Batuan metamorf umumnya memiliki dua struktur yang memiliki korelasi yaitu

foliasi dan non-foliasi. Pada pengamatan daerah Gunung Konang dominan terdiri dari

batuan metamorf dengan jenis batuan Phylite yang merupakan batuan metamorf

berstruktur foliasi dan Kuarsit dengan jenis batuan metamorf berstruktur non-foliasi.

Umumnya dipengaruhi oleh mineral stress dan antistress karena pengaruh tekanan

dan suhu.

Lokasi : G. Semangu

No sampel : 1

12

LITOSTRATIGRAFI INTRUSISATUAN BATUAN SIMBOL SATUAN BATUAN SIMBOL

Satuan pasir Golongan

Batugamping nomolit

Formasi gampingFilit

Formasi Konang Diorit

Page 13: isi

Yudha GF’09 UPN

Deskripsi

Jenis Batuan : Batuan metamorf foliasi

Warna : Coklat

Struktur : foliasi – Phylitik

Tekstur : Kristaloblastik - Lepidoblastik

Komposisi Mineral :

- Mineal Stress : Mika

- Mineral Antistess : Kuarsa

Petrogenes :Battuan ini terbentuk pada lingkungan darat, dimna tekanan

lebih dominan dibandingkan suhu.

Nama Batuan : Filit

Lokasi : Joko Tuo

No sampel : 2

13

Page 14: isi

Yudha GF’09 UPN

Deskripsi

Jenis Batuan : Batuan metamorf non foliasi

Warna : Putih kecoklatan

Struktur : Non foliasi – Granolose

Tekstur : Kristaloblastik - Granoblastik

Komposisi Mineral :

- Mineal Stress : -

- Mineral Antistess : Kalsit

Petrogenes :Battuan ini terbentuk pada lingkungan darat, dimna suhu

lebih dominan dibandingkan tekanan, .

Nama Batuan : Marmer

14

Page 15: isi

Yudha GF’09 UPN

Lokasi : Joko Tuo

No sampel : 2

Deskripsi

Jenis Batuan : Batuan metamorf foliasi

Warna : Coklat

Struktur : Foliasi – Schitosa

Tekstur : Kristaloblastik - Lepidoblastik

Komposisi Mineral :

- Mineal Stress : MIka

- Mineral Antistess : Kuarsa

Petrogenesa :Battuan ini terbentuk akibat mengaamami pembebanan oleh

batuan itu sendiri.terdapat mineral mineral stress.

Nama Batuan : Sekis

15

Page 16: isi

Yudha GF’09 UPN

III.2.1.2 Umur dan Lingkungan Pengendapan

Pada daerah Jiwo merupakan singkapan batuan berumur Pra-Tersier dan

Paleogen. Pada Satuan Batuan Metamorf merupakan satuan batuan tertua dalam

urutan statigrafi. Satuan batuan metamorf diendapkan pada lingkungan darat.

III.2.1.3 Kontak Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigafi kontak antara batuan metamorf dengan batugamping, dan

metamorf dengan batuan beku. Hubungan antara batuan metamorf dengan

batugamping adalah selaras ( conformity ) dan hubungan antara batun metamorf

dengan batuan beku adalah tidak selaras ( unconformity ).

III.2.2 Satuan Diorit

Daerah Gunung Pendul bagian selatan terdapat batuan beku. Batuan tersebut

tersingkap akibat dari adanya proses erosi dan pelapukan. Berdasarkan ciri-cirinya

dikategorikan sebagia batuan beku intrusi. Hal itu dicirikan efek bakar dari batuan

ada daerah sekitar batuan beku yang tersingkap, juga tidak ditemukan struktur skoria

dan vesikuler pada singkapan.

III.2.2.2 Umur dan Lingkungan Pengendapan

Batuan diorite daerah Gunung Pendul berumur Eosin Akhir. Batuan

mengintrusi batuan metamorf.

16

Page 17: isi

Yudha GF’09 UPN

Lokasi : Sungai di Dusun Watu Gajah

No sampel : 3

Deskripsi

Jenis Batuan : Batuan Beku intermediet Plutonik

Warna : Abu- abu

Struktur : Masif

Tekstur :

- Drajat Krirtalisasi : Holokristalin

- Derajat Granularitas : fanerik sedang - kasar

- Kemas

o Bentuk Kristal : Subhedral

o Relasi : equigranular – panidiomorfik

Komposisi Mineral : Hornblende

Plagioklas

Piroksin

Petrogenes : Batuan ini memmbeku dibawah permukaan bumi. Dilihat dari

terdiri dari Kristal berukuran sedang – kasar.

Nama Batuan : Diorit

17

Page 18: isi

Yudha GF’09 UPN

III.2.2.3 Kontak Hubungan Stratigrafi

Daerah ini terdiri dari batuan diorite yang membentuk Gunung Pendul. Hubungan

stratigafi kontak antara batuan beku dengan batugamping, dan beku dengan batuan

metamorf. Hubungan antara batuan beku dengan batugamping adalah tidak selaras

(unconformity ). dan hubungan antara batun beku dengan batuan metamorf adalah

tidak selaras (unconformity ).

III.2.3 Satuan Batugamping

Pada satuan batugamping dijumpai batugamping karbonat klastik dan batu

gamping karbonat non-klastik. Batugamping klastik terdapat pada daerah Gunung

Temas memanjang kearah timur, dan batugamping non klastik terdapat di sekitar

Gunung Temas sebelah barat dimana terdapat kontak dengan batuan metamorf.

Lokasi : Gunung Gajah

No sampel : 4

Deskripsi

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Non-Klastik

Warna : Abu abu kehitaman

Struktur : Fossiliferous

Tekstur : Amorf

Komposisi Mineral : Numulith

Petrogenesa : Batuan ini mengandung fosil. Dimana diendapkan di

lingkungan laut

Nama Batuan : Batugamping Numulith.

18

Page 19: isi

Yudha GF’09 UPN

Lokasi : Gunung Temas

No sampel : 5

Deskripsi

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik

Warna : Coklat

Strktur : Perlapisan

Tekstur :

- Ukuran Butir : Arenite

- Derajat pembundaran : agak membundar

- Sortasi : baik

- Kemas : tertutup

Komposisi Mineral :

- Allochem : Interclas

- Mikrit : Kalsit

- Sparit : Karbonat

Nama Batuan : Kalkarenit

III.2.3.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan

Satuan batugamping berumur Eosin Akhir dibuktikan dengan adanya fosil

Foraminifera besar. Batuan ini diendapkan pada lingkungan laut.

III.2.3.3 Kontak Hubungan Stratigrafi

Daerah ini terdiri dari batuan sedimen karbonat klastik dan sedimen karbonat

non klastik terdapat Gunung gajah hingga Gunung Temas. Hubungan stratigafi

kontak antara batuan sedimen karbonat dengan beku, dan batuan sedimen karbonat

dengan batuan metamorf. Hubungan antara batuan sedimen karbonat dengan batuan

beku adalah tidak selaras (nonconformity ). dan hubungan antara batuan karbonat

dengan batuan metamorf adalah tidak selaras (unconformity ).

19

Page 20: isi

Yudha GF’09 UPN

BAB IV

STRUKTUR GEOLOGI

IV.1 Struktur Geologi Regional

Struktur geologi yang teramati di Jiwo Timur berupa Sesar yang memotong

bukit marmer Jokotuo. Bukit sesar berupa bidang sesar dengan gores garisnya, breksi

sesar, dan kekar-kekar sistematis yang disebabkan oleh sesar tersebut. Struktur foliasi

bisa diamati pada batuan filit dan sekis (daerah Jokotuo) dan struktur bidang

perlapisan pada Formasi Gamping di sekitar Desa Watuprau. Breksi sesar terdapat di

bukit konang, selain itu dijumpai juga gejala patahan di bukit temas

IV.2 Struktur daerah penelitian

Struktur Daerah Penelitian :

IV.1.1 Struktur Kekar

Terjadinya struktur kekar yang kompleks pada daerah jokotuo yaitu

struktur kekar batuan marmer dan sekis yang berada pada satu daerah

singkapan , kekar disertai dengan pekembangan lebih lanjut ditandai dengan

pembentukan perlanjutan kekar, yaitu sesar dan lipatan.

IV.1.2 Struktur Sesar

Terdapat struktur sesar disertai dengan gores garis pada daerah

Jokotuo, ini diketaui dengan gores garis untuk mengetahui adanya sesar ini

mengakibatkan pula adanya breksi sesar . sesar yang terbentuk akibat dari

proses shear stress yang menyebabkan sesar mendatar.

IV.3 Mekanisme pembentukan

Terjadinya pembentukan daerah Jiwo timur dapat di di urutkan dalam

beberapa tahap. Yang pertama di cirikan oleh kegiatan metamorfisme beban

yaitu terbebani oleh sedimen yang tebal di atasnya. Batuan yang di temukan di

pegunungan jiwo berupa phyilit yang menandakan proses tersebut. Kemudian

20

Page 21: isi

Yudha GF’09 UPN

selama proses tersebut mengalami proses termasuk menjadi bagian dari zona

marine. Proses erosional menimbulkan endapan termasuk berupa pasir .

Proses Endogen yang menyertai menimbulkan penurunan sea level. Secara

tidak langsung endapan pasir yang ada meupakan habitat yang baik bagi

tumbuhnya kehidupan laut dangkal. Kehidupan laut dangkal merupakan asal

dari satuan gamping. Selang waktu antara (tersier-kuarter) mengalami

pengangkatan yang menyebabkan menjadi daratan. Pada daerah jiwo timur

dijumpai batugamping non klastik dan batugamping klastik. Juga di temukan

batupasir dalam skala kecil sebagai tempat tumbuhnya batugamping.

Kemudian batuan ini di intrusi oleh batuan beku sampai batas batuan pasir.

Pada daerah jiwo terdapat batuan diorite yang menandakan proses tersebut.

21

Page 22: isi

Yudha GF’09 UPN

BAB V

SEJARAH GEOLOGI

Perbukitan Jiwo (bayat) berumur pra tersier dan paleogen Pulau jawa. Dua

singkapan yang lain adalah daerah ciletuh di sebelah tenggara Pelabuhan Ratu ( Jawa

Barat ) Karangsambung, di sebelah utara kebumen ( Jawa Tengah ).Daerah ini

( Zaman kapur ) merupakan daratan yang terdiri dari batu sekist, kemudian terjadi

penurunan permukaan dikarenakan adanya aktivitas lempeng dan air permukaan laut

naik. batu ini kemudian terendapkan oleh batu pasir. Diatas pasir tumbuh terumbu

dan biota laut lainnya seperti kerang dan lain-lain dikedalaman yang relatif dangkal

dimana cahaya matahari masih bisa menembus kedalam dikarenakan cahaya

merupakan syarat untuk terumbu dapat berfotosintesis. Selang waktu ( tersier-

kwarter) muncul adanya pengangkatan yang menyebabkan menjadi daratan.Sehingga

terbentuklah batu gamping numulith yang ditandai adanya fosil. Kemudian batuan

ini di intrusi oleh batuan beku sampai batas batuan batu pasir.

22

Page 23: isi

Yudha GF’09 UPN

BAB VI

POTENSI GEOLOGI

Pegunungan jiwo adalah pegunungan yang memiliki beraneka ragam variasi

litologi batuan beberapa variasi tersebut antara lain gamping kristalin, skis, filit,

batupasir, batugamping numulith dan batuan beku

Pegunungan Jiwo (Bayat) memiliki banyak potensi antaran lain :

Potensi ekonomi seperti skist dan filit yang berpotensi sebagai sumber mata

pencarian bahan baku batu bata serta gamping kristalin yang berpotensi

sebagai kerajinan tradisional selain itu warga juga dapat memanfaatkan

dataran alluvial sebagai lahan pertanian yang cukup potensial menghasilkan

hasil-hasil pertanian,yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan makanan

pokok, seperti padi, jagung, ketela, dll.

Potensi edukasi sebagai tempat studi geologi

Pegunungan jiwo (bayat) memiliki potensi studi geologi, variasi litologi dan

lereng dapat di gunakan sebagai tempat nenambah ilmu, bencana alam tanah longsor

yang di sebabkan oleh adanya penebangan pohon didaerah perbukitan yang

menyebabkan daerah tersebut menjadi gundul dan mudah terkena erosi, selain

aktivitas penduduk tersebut proses alam juga sangat berpengaruh seperti erosi pada

tepian sungai yang menyebabkan abrasi pada lereng-lereng sungai, sehingga hal ini

akan menyebabkan longsor di daerah lereng-lereng perbukitan yang terjal dan

beresistensi lemah dapat digunakan sebagai tempat studi bencana.

23

Page 24: isi

Yudha GF’09 UPN

BAB VII

KESIMPULAN

Dari hasil Penelitian yang dilakukan selama Kuliah Lapangan di peroleh

beberapa kesimpulan tentang daerah penelitian khususnya G.Pendul dan sekitarnya.

Antara lain :

1. Terdapat 4 satuan Litologi batuan di daerah penelitian Antara lain : satuan

Alluvial, satuan Batugamping, satuan Diorit dan satuan Metamorf.

2. Pada Daerah Gunung Pendul terdapat kontak batuan antara batuan Phylit dan

Diorit

3. Sisi Barat Gunung Pendul tepatnya Gunung Tumpel memiliki litologi Phylit

memanjang sisi utara punggungan.

4. Sisi Barat Gunung Pendul memiliki litologi Diorit memanjang sisi selatan

punggungan.

5. Sisi Timur Gunung Pendul tepatnya Gunung Joko Tuo memiliki litologi

Phylit.

6. Sisi Timur Gunung Pendul tepatnya Gunung Temas memiliki litologi

Batugamping.

7. Daerah penelitian di kelilingi satuan alluvial dengan umur paling muda.

Daerah ini memilik beberapa potensi untuk dikembangkan antara lain sebagai

sumber mata pencaharian warga, melaui penambangan batuan gamping yang

bernilai ekonomis. Tanah alluvial di sekitarnya subur oleh mineral dari hasil

lapukan intrusi dapat digunakan untuk areal persawahan. Keunikan daerah ini

juga sangat layak untuk di pertimbangakan sebagai tempat studi bagi para

geologis untuk menambah ilmu.

24