isi
-
Upload
yudha-agung-pratama -
Category
Documents
-
view
329 -
download
18
Transcript of isi
Yudha GF’09 UPN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi atau penyebaran
litologi daerah penelitian dan mengetahui keadaan morfologi daerah penelitian
berdasarkan sifat garis kontur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pembuatan peta lintasan berdasarkan
variasi litologi dominan, peta geomorfologi berdasarkan sifat garis kontur, dan
mendapatkan peta geologi (penyebaran batuan) pada daerah penelitian dan juga dapat
merekonstruksi penampang geologi.
I.2. Lokasi dan Kesampaian Tujuan
Bayat terletak kurang lebih dua puluh kilometer sebelah selatan kota Klaten.
Secara Administratif termasuk wilayah Kecamatan Bayat. Secara Geografis (dalam
lembar peta Perbukitan Jiwo dan Sekitarnya) terletak antara 110°36’33”BT-
110°41’24”BT dan 007°43’57”LS-007°49’20”LS.
Waktu penelitian adalah 4 hari : 26 Febuari 2011 - 1 Maret 2011Lokasi
Pengambilan data terdapat di Daerah Gunung Pendul, Kecamatan. Bayat, Kabupaten
Klaten,Jawa Tengah.pencapaian lokasi sendiri kami lakukan dengan menggunakan
mobil dari Kampus Lapangan Geologi Bayat menuju Daerah Gunung Pendul dan
sekitarnya.
I.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan Metode Kolekting data Langsung atau
pengambilan data secara langsung di lapangan dengan menggunakan peralatan
tertentu dan melakukan pengolahan secara manual dan menginterpretasikanya.
Peta Topografi skala 1 : 125
Kompas Geologi
1
Yudha GF’09 UPN
Palu Geologi
Lensa pembesar
Komperator
Protaktor
Buku catatan lapangan
Alat tulis
Larutan HCl 0,1 M
Kamera
Plastic sampel dan label
I.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang diusulkan oleh Soesilo dkk(2000) mengusulkan tatanama SSI
(1996) terhadap Batuan Kristalin di Pegunungan Jiwo Barat menjadi Lithodem Filit
Bayat , Lithodem Gabro Bayat dan Lithodem Basalt Bayat .Stock gabroik mengalasi
Formasi Oyo, sedangkan Komposisi Gabro dan Diabas adalah basa,juga terdapat
retas-retas basaltik berumur awal Oligosen Akhir dan Produk Metamorfik Thermal.
Ahli geologi melakukan penelitian di Daerah Bayat antara lain ;Bothe
(1929),membuat Stratigrafi Daerah Perbukitan Jiwo serta mengusulkan nama Formasi
Wungkal dan Formasi Gamping yang berumur Eosen; Sunu Sumosusastro
(1956),meneliti secara lebih detail Geologi Perbukitan Jiwo Timur .kajian
biostratigrafi pernah dilakukan oleh Sumarso et all. (1994). Meneliti batuan Vulkanik
di Pulau Jawa termasuk diantaranya umur secara radiometric (metode penanggalan
isotopik K/Ar )beberapa batuan beku di daerah bayat dan sekitarnya.
I.5. Ucapan Terima Kasih
Laporan Pemetaan Geologi Daerah Gunung Pendul dan sekitarnya tahun
2011 ini materinya diambil dari penjelasan - penjelasan para Dosen Pembimbing serta
diselaraskan dengan penjelasan dalam Buku Petunjuk Kuliah Lapangan I tahun 2011,
yang juga diambil dari buku- buku terdahulu, dan juga merupakan hasil kerjasama
2
Yudha GF’09 UPN
yang sinergis dari rekan- rekan Kelompok 10 dan para Dosen Pembimbing kami
yakni:
□ Dra Hj. Yatini,MSi
□ Ir. Agus Santoso.,M.Si (sebagai Pembimbing)
□ Kepada Teman-teman Geofisika
□ Kepada Warga Sekitar
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para dosen dan rekan - rekan
yang tidak bisa disebutkan satu - persatu.
3
Yudha GF’09 UPN
BAB II
GEOMORFOLOGI
II.1 Geomorfologi Regional
Daerah Bayat terletak kurang lebih 20 Kilometer sebelah selatan Kota Klaten.
Secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Bayat. Secara geografis (dalam
lembar peta perbukitan jiwo dan sekitarnya) terletak antara 110⁰36’33’’BT-
110⁰41’24’’ BT dan 007⁰43’57’’ LS-007⁰49’20’’LS
.Gambar II.I. Satuan Geomorfologi Pulau Jawa dan sekitarnya
Daerah yang dikenal dengan perbukitan jiwo tersebut, dikelilingi oleh daratan
alluvial secara fisiografi termasuk Zona Depresi Tengah Pulau Jawa (Solo Subzone),
di bagian selatan dibatasi oleh Zona Pegunungan Selatan (Van Bemmelen,1949) yang
dikenal dengan Perbukitan Baturagung .
Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di
sekitar endapan Quartenary,terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang
berasal dari Gunung Merapi.Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak
lebih dari 400 m di atas muka air laut,sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu
perbukitan rendah.
4
Yudha GF’09 UPN
Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur
yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent. Sungai
Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat,semula mengalir ke arah
South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian ke North memotong perbukitan
dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast.Sungai Dengkeng ini merupakan
pengering utama dari dataran rendah di sekitar Perbukitan Jiwo.Pembagian fisiografi
Daerah Bayat dimana Perbukitan Jiwo Barat dan Timur dipisahkan oleh Sungai
Dengkeng
Dataran rendah ini semula merupakan rawa-rawa yang luas akibat air yang
mengalir dari lembah Gunung Merapi tertahan oleh Pegunungan Selatan.Genangan
air ini, di utara Perbukitan Jiwo mengendapkan pasir yang berasal dari
lahar.Sedangkan di selatan atau pada bagian lekukan antar bukit di Perbukitan Jiwo
merupakan Endapan air tenang yang berupa lempung hitam,suatu Sedimen Merapi
yang subur ini dikeringkan (direklamasi) oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk
dijadikan daerah perkebunan. Reklamasi ini dilakukan dengan cara membuat saluran-
saluran yang ditanggul cukup tinggi sehingga air yang datang dari arah Gunung
Merapi akan tertampung di sungai sedangkan daerah dataran rendahnya yang semula
berupa rawa-rawa berubah menjadi tanah kering yang digunakan untuk
perkebunan.Sebagian dari rawa yang semula luas itu disisakan di daerah yang
dikelilingi Puncak Sari,Tugu dan Kampak di Jiwo Barat, dikenal sebagai Rawa
Jombor. Rawa yang disisakan itu berfungsi sebagai tendon untuk keperluan irigasi
daerah perkebunan di dataran sebelah utara Perbukitan Jiwo Timur.
Untuk mengalirakan air dari rawa-rawa tersebut,dibuat saluran buatan dari
sudut Southwest rawa-rawa menembus perbukitan batuan metamorfik di Gunung
Pegat mengalir ke timur melewati Desa Sedan dan memotong Sungai Dengkeng
lewat aqueduct di sebelah seatan Jotangan menerus ke arah timur.
Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan
memanjang dengan punggung yang tumpul sehingga kenampakan puncak-puncak
5
Yudha GF’09 UPN
tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-
alurnya tidak banyak dijumpai (Perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan Tugu-
Kampak di Jiwo Barat). Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorfik
perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata dengan tebing-tebing yang
terbiku kuat. Kuatnya hasil penorehan tersebut menghasilkan akumulasi endapan
hasil erosi di kaki perbukitan ini yang dikenal sebagai colluvial. Puncak-puncak
perbukitan yang tersusun dari batuan metamorfik terlihat menonjol dan beberapa
diantaranya cenderung berbentuk kerucut seperti Puncak Jabalkat dan Puncak
Semanggu. Daerah dengan relief kuat ini dijumpai Daerah Jiwo Timur mulai dari
Puncak Konang ke arah timur hingga Puncak Semanggu dan Jokotuo. Daerah di
sekitar Puncak Pendul merupakan satu-satunya tubuh bukit yang seluruhnya tersusun
oleh batuan beku. Kondisi morfologinya cukup kasar mirip perbukitan metamorfik
namun relief yang ditunjukkan puncaknya tidak sekuat perbukitan metamorfik.
Di sebelah selatan Kampus Lapangan hingga mencapai Puncak Pegunungan
Baturagung,secara Stratigrafi sudah termasuk Wilayah Pegunungan Selatan.Secara
struktural deretan pegunungan tersebut,pada penampang utara-selatan, merupakan
suatu pegunungan blok patahan yang membujur barat-timur.
Untuk daerah di sekitar Kampus Lapangan, litologi yang dijumpai merupakan
bagian dari Formasi Kebo-Butak dan Semilir.Beberapa lokasi singkapan penting
antara lain sekitar Lanang dan Desa Tegalrejo dijumpai Batupasir Tufan dengan
sisipan Serpih.Di selatan Desa Banyuuripan,yaitu Desa Kalisogo,ditemukan Breksi
Autoklastik dengan pola retakan radial yang ditafsirkan sebagai Produk Submarine
Breccia. Semakin ke selatan, sekitar Desa Tanggul,Jarum dan Pendem, terdapat
Singkapan Endapan Kipas Aluvial. Di bagian Barat Daya,sekitar Desa Tegalrejo,
dijumpai Batu Pasir Berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di bagian timurya
terdapat Batu Lempung Abu-abu dengan Zona Kekar.
Naik ke arah puncak Baturagung, perlapisan - perlapisan Batuan Sedimen
akan dijumpai dengan baik, dapat berupa Batupasir, Batulempung, Batupasir krikilan,
6
Yudha GF’09 UPN
Batupasir tufa maupun sisipan breksi. Pengamatan sepanjang jalan ini sangat penting
untuk melacak keadaan stratigrafis serta struktur geologi di Daerah Selatan Kampus
Lapangan (Van Bemmelen,1949).
II.2 Geomorfologi Daerah Penelitian
Perbukitan daerah Gunung Pendul, kecamatan bayat kabupaten Klaten dan
propinsi Jawa Tengah terletak pada perbukitan Jiwo Timur yang merupakan
singkapan suatu batuan yang berumur Pra-Tersier dan daerah penelitian pada Gunung
Pendul terdapat pada dua singkapan yang berbeda, yaitu formasi Gamping dan
Formasi Konang.
II.2.1 Dasar Pembagian Geomorfologi
1. Morfologi: studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum dan meliputi:
a. Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang ada dipermukaan bumi,
bersifat pemerian atau deskriptif suatu bentuklahan, antara lain lembah, bukit,
bukit, dataran, gunung, gawir, teras, beting, dan lain-lain.
b. Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu aspek bentuk lahan, antara lain
kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk
lembah, dan pola pengaliran.
2. Morfogenesa: asalusul pembentukan dan perkembangan bentuklahan serta
proses–proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini adalah struktur geologi,
litologi penyusun dan proses geomorfologi merupakan perhatian yang penuh.
Morfogenesa meliputi :
a. Morfostruktur pasif : bentuklahan yang diklasifikasikan berdasarkan tipe
batuan yang ada kaitannya dengan resistensi batuan dan pelapukan (denudasi).
b. Morfostruktur aktif : berhubungan dengan tenaga endogen seperti
pengangkatan, perlipatan dan pensesaran , termasuk intrusi.
c. Morfodinamik: berhubungan dengan tenaga eksogen seperti proses air,
fluvial, es, gerakan masa, dan gunungapi (Verstappen 1985 ).
7
Perbukitan Homoklin
Yudha GF’09 UPN
II.2.2. Satuan Geomorfik Perbukitan Homoklin
Satuan bentukan asal struktural, dengan bentuk lahan Perbukitan Homoklin
dari Gunung Konang di Jiwo barat dan Gunung pendul di jiwo Timur merupakan
perbukitan bergelombang dengan titik ketinggian rata rata 250 m. Perbukitan tersebut
mempunyai kemiringan lereng miring-curam (15 - 32%) dan Struktur Geologi berupa
pengangkatan, serta dikontrol oleh erosi dan pelapukan.
Foto 01. Perbukitan Homoklin
II.2.3. Satuan Geomorfik Bukit Sisa
Bentuk asal denudasional dengan bentuk lahan bukit sisa terletak di barat daya
peta Gunung Pendul. Bukit sisa merupakan jumlah keseluruhan dari hasil proses
pengurangan permukaan lahan akubat dari adanya proses pelapukan gerakan tanah
atau batuan dan pengikisan dan diakhiri oleh proses pengendapan.
8
Yudha GF’09 UPN
Untuk batuan yang mempunyai resistansi tinggi akan memberikan relief yang
menonjol dibandingakan dengan batuan yang mempunyai resistensi rendah.
Foto 02. Bukit Sisa
II.2.4. Satuan Geomorfik Dataran Alluvial
Satuan Bentukan Asal Fluvial, yang terdiri dari bentukan lahan Dataran
Alluvial mengelilingi Gunung Konang dan Gunung Pendul. Terdapat endapan
material lepas dengan berukuran pasir kasar - halus, krikil dan krakal, serta dikontrol
oleh erosi dan hasil dari pelapukan
9
Yudha GF’09 UPN
II.3. Pola Aliran dan Stadia Erosi
Pada daerah Gunung Konang dan sekitarnya memiliki pola aliran sungai
dendritik – subdendritik ini dicirikan dengan aliran sungai yang bercabang yang
berpusat pada daerah tinggi menuju daerah yang mengalami percabangan, baik yang
disebabkan oleh struktur maupun terjadinya suatu sesar. Stadia erosi merupakan
stadia dewasa ini dapat diindikasikan dengan bentuk sungai berupa bentuk huruf “V”
yang menunjukkan stadia erosi sungai muda, serta memiliki bentuk ukuran objek
yang tertransport berupa pasir kasar – kerikil yang menunjukkan stadia muda, serta
bentuk arah sungai yang relative lurus yang menunjukkan stadia sungai masih muda.
II.4. Analisis Geomorfologi
Geomorfologi merupakan suatu bentukan morfologi atau keadaan topografi
suatu daerah. Semua bentukan itu disebabkan oleh faktor eksogen maupun faktor
endogen. Faktor endogen berupa pengangkatan, penurunan, Tektonik dan lainya.
Sedangkan faktor eksogen berupa Perubahan iklim, air, angin, dan lainya. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari morfologi suatu daerah. Pada
Daerah Gunung Pendul dan sekitarnya terdapat morfologi bukit dan dataran.
bentukan morfologi bukit terbentuk karena adanya tenaga dari dalam bumi seperti
pengangkatan dan tektonik. Pengangkatan tersebut tidak mengangkat semua bagian
dari suatu daerah karena adanya faktor pengontrol berupa perbedaan serta variasi
litologi yang memiliki resistensi yang berbeda, sehingga pada litologi dengan
resistensi yang kuat maka proses pelapukan kecil, sebaliknya batuan yang memiliki
resistensi yang lemah akan mudah mengalami pelapukan. Hasildari pelapukan akan
tererosi ke daerah rendah. Dataran merupakan bagian yang tidak mengalami
pengangkatan dan dikontrol oleh faktor Endapan Alluvial.
10
Yudha GF’09 UPN
BAB III
STRATIGRAFI
III.1 Stratigrafi Regional
Secara stratigrafi daerah Bayat disusun oleh urutan satuan batuan sebagai berikut:
III.1.1 Kelompok batuan metamorf berumur pra-Tersier.
Terdiri atas Filit, Sekis, dan Marmer yang membentuk Perbukitan Jiwo Barat dan
Perbukitan Jiwo Timur. Disamping itu dijumpai batuan kuarsit yang mempunyai
kedudukan memotong maupun sejajar atau mengisi celah diantara bidang foliasi.
III.1.2 Formasi Gamping –Wungkal.
Formasi Wungkal Terdiri dari Konglomerat polemic, batupasir, kwarsa,
batulempuing dan batugamping, yang menunjukan pembentukan pada eosin awal,
yang tersingkap di perbukitan Jiwo Barat Bukit Wungkal desa Temas.
Formasi Gamping terdiri dari batugamping foraminifera besar berumur eosin
akhir batu pasir dan batu lempung tersingkap di sekitar Bukit Pendul dan WatuPrahu
(Jawa Timur) terletak di desa gamping.
III.1.3 Formasi Kebo-Butak, Semilir, Nglangran, Sambipitu.
Seluruh formasi ini hanya tersingkap di pegunungan selatan.
Formasi Semilir terdiri dari batuan sedimen turbudit vulkanik, konglomerat, dan tuff
lapili. itologi yang dijumpai merupakan bagian dari Fonnasi Kebo, Butak dan
Semilir. Beberapa lokasi singkapan penting penting antard lain sekitar Lanang
dan desa Tegalrejo dijumpai” batu pasir tufan dengan sisipan serpih. Di selatan
desa Banyuuripan, yaitu desa Kalisogo, ditemukan breksi autoklastik dengan pola
retakan radial yang ditafsirkan sebagai produk submarine breccia. Semakin ke
selatan, sekitar desa Tanggul, Jarum dan Pendem, terdapat singkapan endapan
kip as aluvial. Di bagian barat daya, sekitar desa Tegalrejo, dijumpai batu pasir
berlapis dengan pelapukan mengulit bawang. Di bagian timumya terdapat batu
lempung abu-abu dengan zona kekar.
1. Formasi Oyo dan Wonosari.
Formasi Oyo terdiri dari batugamping berlapis dan napal. Formasi wonosari
terdiri dari batugamping terumbu.
11
Yudha GF’09 UPN
III.2 Stratigrafi Daerah Penelitian
Pada daerah penelitian memiliki nilai stratigrafi berdasarkan penamaan Bothe
(1929), memiliki susunan batuan kelompok batuan berumur pra-Tersier yang
memiliki susunan batuan metamorf yaitu filit dan sekis pada derah Jiwo timur
tepatnya pada Gunung Pendul dan gamping numulith dengan filit pada daerah Jiwo
timur pada daerah Jokotuo. Formasi Konang dengan filit, sekis, dan marmer diisi
dengan urat-urat kuarsit.
Tabel III.1 Stratigrafi Daerah G. Pendul
III.2.1. Satuan Batuan Metamorf
1. Batuan metamorf
Batuan metamorf umumnya memiliki dua struktur yang memiliki korelasi yaitu
foliasi dan non-foliasi. Pada pengamatan daerah Gunung Konang dominan terdiri dari
batuan metamorf dengan jenis batuan Phylite yang merupakan batuan metamorf
berstruktur foliasi dan Kuarsit dengan jenis batuan metamorf berstruktur non-foliasi.
Umumnya dipengaruhi oleh mineral stress dan antistress karena pengaruh tekanan
dan suhu.
Lokasi : G. Semangu
No sampel : 1
12
LITOSTRATIGRAFI INTRUSISATUAN BATUAN SIMBOL SATUAN BATUAN SIMBOL
Satuan pasir Golongan
Batugamping nomolit
Formasi gampingFilit
Formasi Konang Diorit
Yudha GF’09 UPN
Deskripsi
Jenis Batuan : Batuan metamorf foliasi
Warna : Coklat
Struktur : foliasi – Phylitik
Tekstur : Kristaloblastik - Lepidoblastik
Komposisi Mineral :
- Mineal Stress : Mika
- Mineral Antistess : Kuarsa
Petrogenes :Battuan ini terbentuk pada lingkungan darat, dimna tekanan
lebih dominan dibandingkan suhu.
Nama Batuan : Filit
Lokasi : Joko Tuo
No sampel : 2
13
Yudha GF’09 UPN
Deskripsi
Jenis Batuan : Batuan metamorf non foliasi
Warna : Putih kecoklatan
Struktur : Non foliasi – Granolose
Tekstur : Kristaloblastik - Granoblastik
Komposisi Mineral :
- Mineal Stress : -
- Mineral Antistess : Kalsit
Petrogenes :Battuan ini terbentuk pada lingkungan darat, dimna suhu
lebih dominan dibandingkan tekanan, .
Nama Batuan : Marmer
14
Yudha GF’09 UPN
Lokasi : Joko Tuo
No sampel : 2
Deskripsi
Jenis Batuan : Batuan metamorf foliasi
Warna : Coklat
Struktur : Foliasi – Schitosa
Tekstur : Kristaloblastik - Lepidoblastik
Komposisi Mineral :
- Mineal Stress : MIka
- Mineral Antistess : Kuarsa
Petrogenesa :Battuan ini terbentuk akibat mengaamami pembebanan oleh
batuan itu sendiri.terdapat mineral mineral stress.
Nama Batuan : Sekis
15
Yudha GF’09 UPN
III.2.1.2 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Pada daerah Jiwo merupakan singkapan batuan berumur Pra-Tersier dan
Paleogen. Pada Satuan Batuan Metamorf merupakan satuan batuan tertua dalam
urutan statigrafi. Satuan batuan metamorf diendapkan pada lingkungan darat.
III.2.1.3 Kontak Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigafi kontak antara batuan metamorf dengan batugamping, dan
metamorf dengan batuan beku. Hubungan antara batuan metamorf dengan
batugamping adalah selaras ( conformity ) dan hubungan antara batun metamorf
dengan batuan beku adalah tidak selaras ( unconformity ).
III.2.2 Satuan Diorit
Daerah Gunung Pendul bagian selatan terdapat batuan beku. Batuan tersebut
tersingkap akibat dari adanya proses erosi dan pelapukan. Berdasarkan ciri-cirinya
dikategorikan sebagia batuan beku intrusi. Hal itu dicirikan efek bakar dari batuan
ada daerah sekitar batuan beku yang tersingkap, juga tidak ditemukan struktur skoria
dan vesikuler pada singkapan.
III.2.2.2 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Batuan diorite daerah Gunung Pendul berumur Eosin Akhir. Batuan
mengintrusi batuan metamorf.
16
Yudha GF’09 UPN
Lokasi : Sungai di Dusun Watu Gajah
No sampel : 3
Deskripsi
Jenis Batuan : Batuan Beku intermediet Plutonik
Warna : Abu- abu
Struktur : Masif
Tekstur :
- Drajat Krirtalisasi : Holokristalin
- Derajat Granularitas : fanerik sedang - kasar
- Kemas
o Bentuk Kristal : Subhedral
o Relasi : equigranular – panidiomorfik
Komposisi Mineral : Hornblende
Plagioklas
Piroksin
Petrogenes : Batuan ini memmbeku dibawah permukaan bumi. Dilihat dari
terdiri dari Kristal berukuran sedang – kasar.
Nama Batuan : Diorit
17
Yudha GF’09 UPN
III.2.2.3 Kontak Hubungan Stratigrafi
Daerah ini terdiri dari batuan diorite yang membentuk Gunung Pendul. Hubungan
stratigafi kontak antara batuan beku dengan batugamping, dan beku dengan batuan
metamorf. Hubungan antara batuan beku dengan batugamping adalah tidak selaras
(unconformity ). dan hubungan antara batun beku dengan batuan metamorf adalah
tidak selaras (unconformity ).
III.2.3 Satuan Batugamping
Pada satuan batugamping dijumpai batugamping karbonat klastik dan batu
gamping karbonat non-klastik. Batugamping klastik terdapat pada daerah Gunung
Temas memanjang kearah timur, dan batugamping non klastik terdapat di sekitar
Gunung Temas sebelah barat dimana terdapat kontak dengan batuan metamorf.
Lokasi : Gunung Gajah
No sampel : 4
Deskripsi
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Non-Klastik
Warna : Abu abu kehitaman
Struktur : Fossiliferous
Tekstur : Amorf
Komposisi Mineral : Numulith
Petrogenesa : Batuan ini mengandung fosil. Dimana diendapkan di
lingkungan laut
Nama Batuan : Batugamping Numulith.
18
Yudha GF’09 UPN
Lokasi : Gunung Temas
No sampel : 5
Deskripsi
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik
Warna : Coklat
Strktur : Perlapisan
Tekstur :
- Ukuran Butir : Arenite
- Derajat pembundaran : agak membundar
- Sortasi : baik
- Kemas : tertutup
Komposisi Mineral :
- Allochem : Interclas
- Mikrit : Kalsit
- Sparit : Karbonat
Nama Batuan : Kalkarenit
III.2.3.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Satuan batugamping berumur Eosin Akhir dibuktikan dengan adanya fosil
Foraminifera besar. Batuan ini diendapkan pada lingkungan laut.
III.2.3.3 Kontak Hubungan Stratigrafi
Daerah ini terdiri dari batuan sedimen karbonat klastik dan sedimen karbonat
non klastik terdapat Gunung gajah hingga Gunung Temas. Hubungan stratigafi
kontak antara batuan sedimen karbonat dengan beku, dan batuan sedimen karbonat
dengan batuan metamorf. Hubungan antara batuan sedimen karbonat dengan batuan
beku adalah tidak selaras (nonconformity ). dan hubungan antara batuan karbonat
dengan batuan metamorf adalah tidak selaras (unconformity ).
19
Yudha GF’09 UPN
BAB IV
STRUKTUR GEOLOGI
IV.1 Struktur Geologi Regional
Struktur geologi yang teramati di Jiwo Timur berupa Sesar yang memotong
bukit marmer Jokotuo. Bukit sesar berupa bidang sesar dengan gores garisnya, breksi
sesar, dan kekar-kekar sistematis yang disebabkan oleh sesar tersebut. Struktur foliasi
bisa diamati pada batuan filit dan sekis (daerah Jokotuo) dan struktur bidang
perlapisan pada Formasi Gamping di sekitar Desa Watuprau. Breksi sesar terdapat di
bukit konang, selain itu dijumpai juga gejala patahan di bukit temas
IV.2 Struktur daerah penelitian
Struktur Daerah Penelitian :
IV.1.1 Struktur Kekar
Terjadinya struktur kekar yang kompleks pada daerah jokotuo yaitu
struktur kekar batuan marmer dan sekis yang berada pada satu daerah
singkapan , kekar disertai dengan pekembangan lebih lanjut ditandai dengan
pembentukan perlanjutan kekar, yaitu sesar dan lipatan.
IV.1.2 Struktur Sesar
Terdapat struktur sesar disertai dengan gores garis pada daerah
Jokotuo, ini diketaui dengan gores garis untuk mengetahui adanya sesar ini
mengakibatkan pula adanya breksi sesar . sesar yang terbentuk akibat dari
proses shear stress yang menyebabkan sesar mendatar.
IV.3 Mekanisme pembentukan
Terjadinya pembentukan daerah Jiwo timur dapat di di urutkan dalam
beberapa tahap. Yang pertama di cirikan oleh kegiatan metamorfisme beban
yaitu terbebani oleh sedimen yang tebal di atasnya. Batuan yang di temukan di
pegunungan jiwo berupa phyilit yang menandakan proses tersebut. Kemudian
20
Yudha GF’09 UPN
selama proses tersebut mengalami proses termasuk menjadi bagian dari zona
marine. Proses erosional menimbulkan endapan termasuk berupa pasir .
Proses Endogen yang menyertai menimbulkan penurunan sea level. Secara
tidak langsung endapan pasir yang ada meupakan habitat yang baik bagi
tumbuhnya kehidupan laut dangkal. Kehidupan laut dangkal merupakan asal
dari satuan gamping. Selang waktu antara (tersier-kuarter) mengalami
pengangkatan yang menyebabkan menjadi daratan. Pada daerah jiwo timur
dijumpai batugamping non klastik dan batugamping klastik. Juga di temukan
batupasir dalam skala kecil sebagai tempat tumbuhnya batugamping.
Kemudian batuan ini di intrusi oleh batuan beku sampai batas batuan pasir.
Pada daerah jiwo terdapat batuan diorite yang menandakan proses tersebut.
21
Yudha GF’09 UPN
BAB V
SEJARAH GEOLOGI
Perbukitan Jiwo (bayat) berumur pra tersier dan paleogen Pulau jawa. Dua
singkapan yang lain adalah daerah ciletuh di sebelah tenggara Pelabuhan Ratu ( Jawa
Barat ) Karangsambung, di sebelah utara kebumen ( Jawa Tengah ).Daerah ini
( Zaman kapur ) merupakan daratan yang terdiri dari batu sekist, kemudian terjadi
penurunan permukaan dikarenakan adanya aktivitas lempeng dan air permukaan laut
naik. batu ini kemudian terendapkan oleh batu pasir. Diatas pasir tumbuh terumbu
dan biota laut lainnya seperti kerang dan lain-lain dikedalaman yang relatif dangkal
dimana cahaya matahari masih bisa menembus kedalam dikarenakan cahaya
merupakan syarat untuk terumbu dapat berfotosintesis. Selang waktu ( tersier-
kwarter) muncul adanya pengangkatan yang menyebabkan menjadi daratan.Sehingga
terbentuklah batu gamping numulith yang ditandai adanya fosil. Kemudian batuan
ini di intrusi oleh batuan beku sampai batas batuan batu pasir.
22
Yudha GF’09 UPN
BAB VI
POTENSI GEOLOGI
Pegunungan jiwo adalah pegunungan yang memiliki beraneka ragam variasi
litologi batuan beberapa variasi tersebut antara lain gamping kristalin, skis, filit,
batupasir, batugamping numulith dan batuan beku
Pegunungan Jiwo (Bayat) memiliki banyak potensi antaran lain :
Potensi ekonomi seperti skist dan filit yang berpotensi sebagai sumber mata
pencarian bahan baku batu bata serta gamping kristalin yang berpotensi
sebagai kerajinan tradisional selain itu warga juga dapat memanfaatkan
dataran alluvial sebagai lahan pertanian yang cukup potensial menghasilkan
hasil-hasil pertanian,yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan makanan
pokok, seperti padi, jagung, ketela, dll.
Potensi edukasi sebagai tempat studi geologi
Pegunungan jiwo (bayat) memiliki potensi studi geologi, variasi litologi dan
lereng dapat di gunakan sebagai tempat nenambah ilmu, bencana alam tanah longsor
yang di sebabkan oleh adanya penebangan pohon didaerah perbukitan yang
menyebabkan daerah tersebut menjadi gundul dan mudah terkena erosi, selain
aktivitas penduduk tersebut proses alam juga sangat berpengaruh seperti erosi pada
tepian sungai yang menyebabkan abrasi pada lereng-lereng sungai, sehingga hal ini
akan menyebabkan longsor di daerah lereng-lereng perbukitan yang terjal dan
beresistensi lemah dapat digunakan sebagai tempat studi bencana.
23
Yudha GF’09 UPN
BAB VII
KESIMPULAN
Dari hasil Penelitian yang dilakukan selama Kuliah Lapangan di peroleh
beberapa kesimpulan tentang daerah penelitian khususnya G.Pendul dan sekitarnya.
Antara lain :
1. Terdapat 4 satuan Litologi batuan di daerah penelitian Antara lain : satuan
Alluvial, satuan Batugamping, satuan Diorit dan satuan Metamorf.
2. Pada Daerah Gunung Pendul terdapat kontak batuan antara batuan Phylit dan
Diorit
3. Sisi Barat Gunung Pendul tepatnya Gunung Tumpel memiliki litologi Phylit
memanjang sisi utara punggungan.
4. Sisi Barat Gunung Pendul memiliki litologi Diorit memanjang sisi selatan
punggungan.
5. Sisi Timur Gunung Pendul tepatnya Gunung Joko Tuo memiliki litologi
Phylit.
6. Sisi Timur Gunung Pendul tepatnya Gunung Temas memiliki litologi
Batugamping.
7. Daerah penelitian di kelilingi satuan alluvial dengan umur paling muda.
Daerah ini memilik beberapa potensi untuk dikembangkan antara lain sebagai
sumber mata pencaharian warga, melaui penambangan batuan gamping yang
bernilai ekonomis. Tanah alluvial di sekitarnya subur oleh mineral dari hasil
lapukan intrusi dapat digunakan untuk areal persawahan. Keunikan daerah ini
juga sangat layak untuk di pertimbangakan sebagai tempat studi bagi para
geologis untuk menambah ilmu.
24