ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

36
BAB I PENDAHULUAN A. SKENARIO Mall versus Tempat Pendidikan dan Pasar Pembangunan Mall, bagaimana dengan lokasi dan keadaan sekitar ….? Di kota Banjarmasin Duta Mall telah dibangun dan beroperasi sesuai dengan rencana ownernya. Bahkan direncanakan akan ditambah jumlah lantainya untuk keperluan hotel dan apartemen. Di sudut depan DM ini terletak sebuah SDN yang telah ada sejak zaman Belanda, bahkan kalau dilacak lebih jauh mungkin termasuk SD pertama di Banjarmasin (SDN Melayu XII – nama sebelumnya SDN Empu Tantular). Posisi DM juga akan bersebelahan dengan Fakultas Kedokteran UNLAM yang sedang dalam tahap penyelesaian.pembangunan FK UNLAM ini sudah sejak dulu direncanakan peruntukkannya, mengingat UNLAM memang punya lahan di sana, dan lokasinya yang berdekatan dengan RSU Ulin. Selain itu, sebagaimana diketahui, DM mengahadap Jl. A. Yani, sementara bagian belakangnya adalah Jl. Veteran (di sini ada SMPN VI) dan tidak begitu jauh dari Pasar 1

description

tentang tutorial lingkungan

Transcript of ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

Page 1: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

BAB I

PENDAHULUAN

A. SKENARIO

Mall versus Tempat Pendidikan dan Pasar

Pembangunan Mall,

bagaimana dengan lokasi dan keadaan sekitar ….?

Di kota Banjarmasin Duta Mall telah dibangun dan beroperasi sesuai

dengan rencana ownernya. Bahkan direncanakan akan ditambah jumlah lantainya

untuk keperluan hotel dan apartemen. Di sudut depan DM ini terletak sebuah

SDN yang telah ada sejak zaman Belanda, bahkan kalau dilacak lebih jauh

mungkin termasuk SD pertama di Banjarmasin (SDN Melayu XII – nama

sebelumnya SDN Empu Tantular). Posisi DM juga akan bersebelahan dengan

Fakultas Kedokteran UNLAM yang sedang dalam tahap

penyelesaian.pembangunan FK UNLAM ini sudah sejak dulu direncanakan

peruntukkannya, mengingat UNLAM memang punya lahan di sana, dan lokasinya

yang berdekatan dengan RSU Ulin. Selain itu, sebagaimana diketahui, DM

mengahadap Jl. A. Yani, sementara bagian belakangnya adalah Jl. Veteran (di sini

ada SMPN VI) dan tidak begitu jauh dari Pasar Kuripan. DM memang telah ada

dengan segala dampaknya. Namun, andaikata belum dibangun, di mana sebaiknya

posisi DM?

B. ANALISA KASUS

1. Langkah 1 (Klarifikasi / Identifikasi Istilah)

a. Owner

1

Page 2: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

b. Crowding (Kesesakan)

c. Density (Kepadatan)

d. Mall

e. Tempat Pendidikan

f. Pasar

Kata Kunci : Tata Ruang Kota - Pembangunan Mall

2. Langkah 2 (Membuat Daftar Masalah)

a. Mengapa ada banyak keluhan masyarakat tentang pembangunan Duta

Mall?

b. Mengapa Duta Mall dibangun didaerah tersebut?

c. Mengapa owner ingin menambah fasilitas lagi di Duta Mall, padahal

sudah banyak keluhan tentang Duta Mall tersebut?

d. Bagaimana cara mengatasi dampak dari yang ditimbulkan Duta Mall?

e. Apakah pembangunan Duta Mall mempengaruhi identitas kotanya?

f. Jika Duta Mall belum dibangun, di manakah letak Duta Mall

sebaiknya?

3. Langkah 3 (Menganalisis masalah)

a. Identifikasi istilah

1. Owner adalah orang yang memiliki/mempunyai sesuatu.

2. Crowding (Kesesakan) adalah respon subjektif dari individu akibat

dari kepadatan.

3. Density (Kepadatan) adalah suatu keadaan di mana kapasitas

individu melebihi kapasitas sebuah ruangan / tempat.

4. Mall adalah pusat perbelanjaan modern.

5. Tempat pendidikan adalah tenpat untuk menuntut ilmu

6. Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dan

terjadi traksaksi tawar menawar.

2

Page 3: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

b. Pemecahan daftar masalah

1. Mengapa ada banyak keluhan masyarakat tentang pembangunan

Duta Mall?

Jawaban :

a. Menimbulkan kemacetan

b. Mempengaruhi keamanan individu

c. Terganggunya aktivitas pendidikan

d. Menimbulkan kebisingan

e. Menimbulkan polusi udara

2. Mengapa Duta Mall dibangun didaerah tersebut?

Jawaban :

Karena letak Duta Mall yang strategis, dekat dengan pusat kota

sehingga menguntungkan secara ekonomis.

3. Mengapa owner ingin menambah fasilitas lagi di Duta Mall,

padahal sudah banyak keluhan tentang Duta Mall tersebut?

Jawaban :

a. Keuntungan finansial

b. Peluang bisnis yang tinggi

c. Banjarmasin masih belum memiliki apartemen

4. Bagaimana cara mengatasi dampak dari yang ditimbulkan Duta

Mall?

Jawaban :

a. Dibangun mall lagi di tempat lain, sehingga akses untuk

masyarakat jika ingin ke mall, tidak hanya ke Duta Mall.

b. Konsultasi dengan pihak – pihak terkait : misalnya psikolog

lingkungan, arsitektur, stakeholder (pemerintah)

3

Page 4: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

5. Apakah pembangunan Duta Mall mempengaruhi identitas kotanya?

Jawaban :

Ada, karena sebuah kota besar seperti Banjarmasin memang

seharusnya mempunyai mall.

6. Jika Duta Mall belum dibangun, di manakah letak Duta Mall

sebaiknya?

Jawaban :

a. Dilahan yang kosong

b. Strategis tempatnya

c. Tidak dekat dengan tempat pendidikan

d. Di lahan yang tidak terlalu padat dan sesak

e. Di luar kota Banjarmasin

3. Langkah 4 (Mendaftar semua penjelasan terhadap poin 3

diatas secara sistematis lalu meringkas problem tree)

4

Tata kota - Pembangunan Mall

Fungsi dan Manfaat Mall

Lokasi dan Tempat yang tepat untuk Pembangunan Mall

Dampak dari Pembangunan Mall

Duta Mall di Banjarmasin

Fungsi dan Manfaat dari Duta Mall

Dampak dari Pembangunan Mall

Penanganan untuk Duta Mall

Positif Negatif

KepadatanKesesakan kebisinganDampak bagi tempat disekitar Duta Mall

Identitas Kota

Page 5: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

4. Langkah 5 (Menetapkan sasaran belajar)

Sasaran belajar adalah sebagai berikut :

a. Apakah definisi tata ruang kota – pembangunan mall?

b. Apakah fungsi dan manfaat dari pembangunan mall?

c. Apakah dampak dari pembangunan mall?

d. Di manakah letak yang tepat untuk pembangunan mall?

e. Bagaimanakah penanganan untuk pembangunan mall yang

bermasalah?

5

Page 6: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

BAB II

PEMBAHASAN

TATA RUANG KOTA - PEMBANGUNAN MALL

Tinjauan kasus berdasarkan sasaran belajar yang mengacu pada pustaka

yang relevan dengan kasus.

A.Definisi Tata Ruang Kota

Ruang adalah wadah keseluruhan yang meliputi ruang daratan, ruang

lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, dengan interaksi

system sosial (yang meliputi manusia dengan seluruh kegiatan sosial,

ekonomi dan budaya) dengan ekosistem (sumber daya alam dan sumber

daya buatan) berlangsung. Tata ruang adalah wujud struktural dari pola

pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak direncanakan.

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dari

pola pemanfaatan ruang dan yang dimaksud dengan wujud struktural

pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona

lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang secara

hirarki dan terstruktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk

tata ruang, meliputi hirarki pusat pelayanan seperti pusat kota, lingkungan,

prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, lokal dan sebaiknya. Ruang

dilihat sebagai wadah dimana keseluruhan interaksi sistem sosial (yang

meliputi manusia dengan seluruh kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya)

dengan ekosistem (sumber daya alam dan sumber daya buatan) berlangsung.

Interaksi ini tidak selalu secara otomatis berlangsung seimbang dan saling

menguntungkan berbagai pihak yang ada karena adanya perbedaan

kemampuan, kepentingan dan adanya sifat perkembangan ekonomi yang

akumulatif.

6

Page 7: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

Oleh karena itu, ruang perlu ditata agar dapat memelihara

keseimbangan lingkungan dan memberikan dukungan yang nyaman

terhadap manusia serta mahluk hidup lainnya dalam melakukan kegiatan

dan memelihara kelangsungan hidupnya secara optimal. Penataannya perlu

didasarkan pada pemahaman potensi dan keterbatasan alam, perkembangan

kegiatan sosial ekonomi yang ada, serta tuntutan kebutuhan peri kehidupan

saat ini dan kelestarian lingkungan hidup di masa yang akan datang. Upaya

pemanfaatan ruang dan pengelolaan lingkungan ini dituangkan dalam

suatu kesatuan rencana tata ruang. ada dua komponen utama yang

membentuk tata ruang , yakni wujud struktural dan pola pemanfaatan

ruang.

Sebagai suatu keadaan, tata ruang mempunyai ukuran kualitas yang

bukan semata menggambarkan mutu tata letak dan keterkaitan hirarkis, baik

antar kegiatan maupun antar pusat, akan tetapi juga menggambarkan mutu

komponen penyusunan ruang. Mutu ruang itu sendiri ditentukan oleh

terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan pemanfaatan ruang

yang mengindahkan faktor daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan,

lokasi, dan struktur (keterkaitan jaringan infrastruktur dengan pusat

permukiman dan jasa).

Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya

kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun

sumberdaya lainnya. Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling

berkesinambungan ini mempunyai berbagai pendekatan dalam perencanaan

dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi, dan sistem

jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota.

Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan

dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga

dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu

untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.

7

Page 8: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

Jadi, tata ruang kota adalah wujud penataan suatu ruang dalam

wilayah perkotaan agar memberikan suatu kesejahteraan dan kenyamanan

bagi warga dan kota tersebut. Apabila dikaitkan dengan kasus, tata ruang

kota – pembangunan mall perlu diperhatikan keseimbangannya agar saling

menguntungkan berbagai pihak yang ada. Tata ruang kota (dalam hal ini

kota Banjarmasin – untuk pembangunan mall) perlu ditata agar dapat

memelihara keseimbangan lingkungan dan memberikan dukungan yang

nyaman terhadap manusia serta mahluk hidup lainnya dalam melakukan

kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya secara optimal.

Penempatan pembuatan mall dalam hal ini perlu memperhatikan tempat-

tempat pendidikan disekitarnya (terutama tempat bersejarah) serta pasar.

B.Definisi Pembangunan Mall

Pembangunan adalah suatu perencanaan pembuatan suatu ruangan

yang bermanfaat.

Mall adalah suatu tempat perbelanjaan modern yang menyediakan

berbagai macam fasilitas. Ditambahkan pula oleh Geni (2004) bahwa mall

adalah salah satu fasilitas perdagangan yang menyediakan pemenuhan

kebutuhan dan keinginan manusia akan barang-barang menjadi sesuatu yang

lebih kompleks yaitu sebagai fasilitas yang memberikan hiburan serta

menggabungkan keanekaragaman fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk

memberikan pelayanan pada masyarakat.

Jadi pembangunan mall adalah suatu perencanaan pembuatan

suatu tempat perbelanjaan modern yang menyediakan berbagai macam

fasilitas yang bermanfaat serta memberikan hiburan dan menggabungkan

fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk memberikan pelayanan pada

masyarakat.

8

Page 9: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

Kata Kunci dari skenario kasus ini adalah Tata Ruang Kota –

Pembangunan Mall karena yang menjadi topik dari kasus ini adalah

pembangunan suatu mall di Banjarmasin yang membuat ada keluhan-

keluhan dari masyarakatnya dan juga mall tersebut letaknya berdekatan

dengan tempat pendidikan dan fasilitas publik lainnya sehingga dapat

ditinjau dari tata ruang kota dan aspek psikologis dari pembangunan mall

tersebut.

C. Fungsi dan Manfaat Mall

Fungsi mall adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sarana coping, misalnya dapat menjadi tempat untuk bersantai,

melepas lelah, dan untuk menghilangkan stress dan refreshing karena di

suatu mall terdapat berbagai fasilitas yang dapat “memanjakan” diri.

2.Self of belongness (menjadi tempat piknik dan bermain dengan keluarga dan

anak-anak). Karena dalam suatu mall terdapat juga arena bermain untuk

anak-anak yang dapat menjadi tempat untuk mempererat hubungan

kekeluargaan.

3.Self actualization, yaitu dapat menjadi tempat untuk bertemu, berkumpul,

berdiskusi, berbelanja bersama teman-teman atau aktifitas dan kreativitas

lainnya.

Berdasarkan skenario kasus, Duta Mall sebagai satu-satunya Mall di

Kalimantan Selatan memiliki fungsi sebagai berikut :

1)Sebagai tempat untuk sarana coping, misalnya menghilangkan stres dan

refreshing. Duta Mall telah dilengkapi fasilitas yang memadai yang dapat

“memanjakan” diri dan menghilangkan stres seperti fasilitas XXI dan

juga family karaoke ataupun salon-salon ternama yang ada di Duta Mall.

9

Page 10: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

2)Self of belongness, yang mana Duta Mall juga telah dilengkapi sarana

bermain anak-anak seperti Amazone.

3)Self actualization, Duta Mall juga sebagai tempat berkumpul, bertemu

ataupun berdiskusi sebagai tempat yang refrentatif sambil bersantai

misalnya di food court yang ada di Duta Mall ataupun sarana untuk

kreativitas yang mana biasanya setiap ada event-event besar Duta Mall

juga melakukan event yang terletak di Lantai Dasar Duta Mall seperti

event modeling atau singing contest.

Selanjutnya apabila kita telaah kembali mengenai definisi dari mall, Duta

Mall sebagai satu-satunya Mall di Kalimantan Selatan juga memiliki

fungsi sebagai tempat hiburan, memenuhi kebutuhan psikologis individu

(kenyamanan, coping, relaksasi), sebagai temapt berkumpul bersama

keluarga.

Manfaat mall adalah sebagai berikut :

1. Menjadi salah satu komponen kota yang menyediakan fasilitas untuk

kepentingan keluarga dan masyarakat sekitar yang mempunyai nilai

sosial, edukatif, dan ekonomi.

2. Mempunyai peranan penting sebagai identitas kota. Banjarmasin sebagai

salah satu kota besar di Indonesia, sudah sepantasnya memiliki sebuah

mall sebagai tempat yang representatif untuk hiburan dan pusat

perbelanjaan modern.

Berdasarkan skenario kasus Duta Mall telah memberikan manfaat untuk

masyarakat sekitarnya yaitu sebagai berikut :

1. Komponen kota yang menyediakan berbagai fasilitas yang memiliki

nilai sosial, edukatif, dan ekonomi. Nilai sosialnya adalah sebagai

tempat berkumpul, nilai educative adalah sebagai ajang kreativitas

10

Page 11: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

dan juga fasilitas yang merupakan bernilai pendidikan seperti

Gramedia, Karisma, dll. Nilai ekonomi adalah Duta Mall sebagai

tempat yang refresentatif untuk berbelanja dengan harga yang sama

dengan harga di pasar seperti HyperMart.

2. Duta Mall juga sebagai identitas dari Kota Banjarmasin sebagai Ibu

Kota Propinsi Kalimantan Selatan, yang mana terdapat streotipe dari

masyarakat yang ada di kota lain di Kalimantan Selatan, yaitu “ Tidak

ke Banjarmasin jika tidak mengunjungi Duta Mall”.

D.Dampak

Dampak dari pembangunan mall :

1.Dampak positif

Dampak posititf dari pembangunan mall adalah tercapainya fungsi

dan manfaat dari sebuah mall.

Berdasarkan skenario kasus dan kenyataan di lapangan tersebut,

Duta Mall telah memberikan dampak positif bagi konsumen dengan

memenuhi fungsi dan manfaatnya seperti sebuah mall.

2.Dampak negatif

Dampak negatif dari pembangunan sebuah mall adalah kepadatan,

kesesakan, kebisingan, dan juga berdampak pada fasilitas publik

disekitarnya.

a. Kepadatan

Kepadatan adalah suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila

jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak

dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).

11

Page 12: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

Skenario kasus yaitu tentang Duta Mall memberikan dampak

negatif yaitu kepadatan, di mana area tempat berdirinya Duta Mall sudah

sangat padat dibandingkan luas ruangannya. Kepadatan yang terliat

adalah lahan parkir yang penuh dengan kendaraan pengujung.

Kategori Kepadatan

Kepadatan dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Holahan

(dalam Sarwono, 1992) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori,

yaitu :

1. Kepadatan spasial (spatial density), terjadi bila besar atau luas ruangan

diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu

tetap

2. Kepadatan sosial (social density), terjadi bila jumlah individu

ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan

sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan

bertambahnya individu.

Altman (dalam Sarwono, 1992) membagi kepadatan menjadi :

1. Kepadatan dalam (inside density), yaitu sejumlah individu yang

berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan di

dalam rumah dan kamar.

2. Kepadatan luar (outside density), yaitu sejumlah individu yang berada

pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim

di suatu wilayah pemukiman.

Berdasarkan skenario kasus ini, dikategorikan sebagai kepadatan

sosial (social density), terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi

dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan

kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu. Duta Mall

khususnya lahan parkir mengalami kepadatan sosial di mana lahan parkir

12

Page 13: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

sudah tidak dapat diperluas lagi sedangkan individu yang berkunjung

semakin banyak setiap harinya khususnya hari libur.

Akibat Kepadatan Tinggi

Kepadatan tinggi merupakan stressor lingkungan yang dapat

menimbulkan kesesakan bagi individu yang berada didalamnya (Holahan,

dalam Sarwono, 1992). Stressor lingkungan menurut Stokols (dalam

Sarwono, 1992), merupakan salah satu aspek lingkungan yang dapat

menyebabkan stress, penyakit atau akibat-akibat negative pada perilaku

masyarakat.

Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) kepadatan memberikan

akibat bagi manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis. Akibat secara

fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak

jantung, tekanan darh dan penyakit fisik lain (Heimstra dan

McFarling,1978).

Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi

dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja

(Heimstra dan McFarling,1978; Gifford,1987).

Akibat psikis lain antara lain:

1. Stress, kepadatan tinggi menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas,

stress (Jain, 1987) dan perubahan suasana hati (Holahan, 1982).

2. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung

menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya

(Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982; Gifford,1987).

Perilaku menolong, kepadatan tinggi menurunkan keinginan

individu untuk menolong atau member bantuan pada orang lain yang

13

Page 14: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan,1982; Fisher

dkk., 1984).

• Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan

individu untuk mengerjakan tugas-tugas pada saat tertentu (Holahan,1982)

• Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan

frustrasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku

agresi (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan, 1982).

Jadi, berdasarkan skenario kasus ini kepadatan yang terjadi di

Duta Mall dan area sekitar Duta Mall memberikan dampak negatif yaitu

dapat mengakibatkan stres, perasaan negatif, mempengaruhi suasana

hati, kecemasan, serta agresi dan menimbulkan perasaan kesesakan.

b. Kesesakan

Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses

interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya

dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Perbedaaan pengertian antara

crowding (kesesakan) dengan density (kepadatan) kadang-kadang

keduanya memiliki pengertian yang sama dalam merefleksikan pemikiran

secara fisik dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan ruang. Menurut

Altman (1975), Heimstra dan McFarling (1978) antara kepadatan dan

kesesakan memiliki hubungan yang erat kerena kepadatan merupakan

salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan, tetapi bukan satu-

satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi

dapat mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling,

1987; Holahan, 1982).

Jadi kepadatan yang terjadi di area Duta Mall mengakibatkan

kesesakan bagi sebagian individu yang merasakannya, tetapi kesesakan

ini adalah respon subjektif dari individu, sehingga tidak semua orang

yang merasakannya.

14

Page 15: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

Teori Kesesakan

Untuk menerangkan terjadinya kesesakan dapat digunakan tiga

model teori, yaitu : Beban Stimulus, Kendala Perilaku, dan Teori Ekologi

(Bell dkk, 1978; Holahan, 1982).

Model Beban Stimulus, yaitu : kesesakan akan terjadi pada

individu yang dikenai terlalu banyak stimulus, sehingga individu tersebut

tak mampu lagi memprosesnya.

Model Kendala Prilaku, yaitu : menerangkan kesesakan terjadi

karena adanya kepadatan sedemikian rupa, sehingga individu merasa

terhambat untuk melakukan sesuatu. Hambatan ini mengakibatkan

individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Terhadap

kondisi tersebut, individu akan melakukan psychological reactance, yaitu

suatu bentuk perlawanan terhadap kondisi yang mengancam kebebasan

untuk memiliih.

Model Teori Ekologi, yaitu : membahas kesesakan dari sudut

proses sosial.

1. Teori Beban Stimulus

Pendapat teori ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa

kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi

kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau

informasi dari lingkungan. Schmidt dan Keating (1979) mengatakan

bahwa stimulus disini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta

aspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan

sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya

informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:

a. Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan.

15

Page 16: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

b. Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat.

c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki.

d. Terlalu banyak mitra interaksi.

e. Interaksi yang terjadi dirasa lalu dalam atau terlalu lama.

2. Teori Ekologi

Menurut Micklin (dalm Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat

umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku

memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan

lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan

individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga,

menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan

sosial.

3. Teori Kendala Perilaku

Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesak apabila

kepadatan atau kondisi lain yang berhubungan dengannya membatasi

aktivitas individu dalam suatu tempat.

Menurut Altman kondisi kesesakan yang ekstrim akan timbul bila

faktor-faktor dibawah ini muncul secara simultan:

1. Kondisi-kondisi pencetus, terdiri dari tiga faktor :

a. Faktor-faktor situsional, seperti kepadatan ruang yang tinggi

dalam jangka waktu yang lama, dengan sumber-sumber pilihan

perilaku yang terbatas.

b. Faktor-faktor personal, seperti kurangnya kemampuan untuk

berinteraksi dengan orang lain dalam situasi yang padat dan

rendahnya keinginan berinteraksi dengan orang lain yang

16

Page 17: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

didasarkan pada latar belakang pribadi, suasana hati, dan

sebagainya.

c. Kondisi interpersonal, sepwerti gangguan sosial, ketidak

mampuan memperoleh sumber-sumber kebutuhan, dan gangguan

lainnya.

2. Serangkaian faktor-faktor organismik dan psikologis seperti stress,

kekacauan pikiran, dan persaan kurang enak badan.

3. Respon-respon pengatasan, yang meliputi beberapa perilaku verbal

dan non verbal yang tidak efektif dalam mengurangi stress atau dalam

mencapai interaksi yang diinginkan dalam jangka waktu yang panjang

atau lama.

Faktor-Faktor yang Mempengaharui Kesesakan

Terdapat tiga faktor yang mempengarui kesesakan yaitu : personal,

sosial, dan fisik.

1. Faktor Personal

Terdiri dari kontrol pribadi dan locus of control; budaya, pengalaman,

dan proses adaptasi; serta jenis kelamin dan usia.

2. Faktor Sosial

Menurut Gifford (1987) secara personal individu dapat mengalami

lebih banyak lebih sedikit mengalami kesesakan cenderung dipengaharui

oleh karakteristik yang sudah dimiliki, tetapi di lain pihak pengaruh orang

lain dalam lingkungan dapat juga memperburuk kedaan akibat kesesakan.

Faktor-faktor sosial yang berpengaruh tersebut adalah :

a) Kehadiran dan perilaku orang lain.

17

Page 18: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

b) Formasi koalisi.

c) Kualitas hubungan.

d) Informasi yang tersedia.

3. Faktor Fisik

Altman (1975), Bell dkk (1978), Gove dah Hughes(1983)

mengemukakan adanya faktor situasional sekitar rumah sebagai faktor

yang juga mempengaharui kesesakkan. Stessor yang menyertai faktor

situasional tersebut seperti suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan,

tipe suasana, dan karakteristik seting. Faktor situasional tersebut antara

lain :

a) Besarnya skala lingkungan.

b) Variasi arsitektural.

Dampak dari Kesesakan

Dampak kepadatan dan kesesakan bagi manusia adalah sebagai berikut

(Holahan, dalam Sarwono, 1992) :

1. Dampak pada Penyakit atau Patologi Sosial

a. Reaksi fisiologik, misalnya peningkatan tekanan darah.

b. Penyakit fisik, seperti psikosomatik.

c. Patologi sosial misalnya meningkatnya kejahatan dan kenakalan.

2. Dampak pada Tingkah laku Sosial

a. Agresi

18

Page 19: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

b. Menarik diri dari lingkungan sosial tersebut

c. Berkurangnya tingkah laku menolong

3. Dampak pada Hasil Usaha dan Suasana Hati

a. Hasil usaha menurun.

b. Suasana hati (mood) cenderung lebih murung.

Jadi, dampak yang ditimbulkan dari kepadatan dan kesesakan

yang terjadi di area Duta Mall dapat meningkatkan patalogi sosial seperti

kejahatan dan agresi, serta suasana hati yang cenderung lebih murung.

c. Kebisingan

Kebisingan menurut Sarwono (1992) ada tiga factor yang menyebabkan

suara secara psikologis dianggap bising, yaitu volume, perkiraan, dan

pengendalian.dari faktor volume menyatakan bahwa suara yang semakin keras

akan dirasakan mengganggu.

Dampak dari kebisingan pertama sekali tentunya akan menganggu alat

pendengaran. Gangguan ini bisa bersifat sementara mapun permanen. Akibat

kebisingan terhadap kesehatan fisik secara umum dapat meningkatkan tekanan

darah, gangguan pencernaan, dan sebagainya. Sedangkan terhadap kesehatan

mental dapat menimbulkan sakit kepala, rasa mual, bahkan impotensia seksual

( Cohen, 1997 dan Miller 1974 dalam Fisher et al, 1984: 115).

Holahan membedakan pengaruh kebisingan terdapat kinerja manusia

menjadi empat efek, tiga diantaranya adalah efek fisiologis, efek kesehatan, dan

efek perilaku. Ia juga mengatakan bahwa hasil penelitian laboratorium

menunjukkan bahwa kebisingan secara fisiologis dapat menjadi penyebab reaksi

fisiologis sistemik yang secara khusus dapat diasosiasikan dengan stres. Pada efek

kesehatan ia melihat bahwa kebisingan yang dibiarkan saja kita terima dalam

intensitas tinggi dan dalam jangka waktu yang panjang ternyata dapat menjadi

19

Page 20: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

penyebab kehilangan pendengaran yang berarti. Terdapat hubungan antara

kebisingan dengan aspek-aspek fisik dan kesehatan mental, seperti sakit kepala,

kegelisahan, dan insomnia.

Efek kebisingan yang ketiga yang akan dibahas adalah efek perilaku.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebisingan yang tidak disukai telah

mempengaruhi hilangnya beberapa aspek perilaku social.

Jadi, kebisingan yang dimaksudkan adalah kebisingan akibat adanya

Duta mall yang berdampak pada tempat-tempat disekitarnya seperi sekolah,

rumah sakit, area penduduk.

d. Dampak bagi tempat-tempat disekitarnya

1.Tempat pendidikan

Duta Mall terletak di antara beberapa tempat pendidikan, seperti

SDN Melayu, SMPN 6 dan Fakultas kedokteran UNLAM. Duta Mall

memang memberikan dampak positif bagi pelajar dan mahasiswa tersebut

untuk refreshing dari pelajaran yang didapatkan di sekolah, tetapi Duta

Mall juga memberikan dampak negatif misalnya membuat kemacetan di

sekitar tempat pendidikan, kepadatan, dan kebisingan sehingga dapat

mengganggu proses belajar mengajar.

2.Pasar tradisional

Pembangunan mall perlu diimbangi dengan perlindungan

pemerintah kepada para pedagang pasar tradisional. Sebab, pedagang kecil

semakin terancam oleh mall, karena mereka (mall) menawarkan barang

kebutuhan dengan cara ritel dengan harga murah juga lengkap dengan

banyak varian. Selain itu, suasana nyaman dan bersih tentu saja menggeser

minat orang terhadap pasar tradisional yang becek (wet market) dan

pengap. Oleh karena itu, perlu penguatan dan perlindungan terhadap

aktivitas niaga perdagangan kecil pasar tradisional

20

Page 21: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

Pengusaha-pengusaha kecil termasuk home industry harus berpontang-

panting bersaing dengan produk luar negeri yang banyak dijajakan di mall.

Lama kelamaan, usaha ini akan kembang kempis dan akan hancur.

Rakyat kecil (PKL, pedagang asongan, pengamen, dll) akan mulai

tersingkirkan. Selain permasalahan mata pencaharian tersebut, dari segi

budaya, dengan adanya pengembangan mall dan tergusurnya pasar

tradisional, maka terkikisnya budaya lokal yaitu hubungan sosial berupa

relasi antar manusia ; antar penjual dan pembeli. Hubungan seperti ini

tidak terjadi di mall, yang terjadi hanyalah hubungan yang sifatnya

ekonomis dan komersil sehingga melahirkan relasi manusia yang anonym.

Berdasarkan skenario kasus dan fakta di lapangan, Duta Mallitu

letaknya dekat juga dengan pasar tradisional seperti Pasar Kuripan.

Dampak bagi pasar tradisonal belum terlihat jelas karena sebagian besar

penduduk Banjarmasin masih sering berbelanja di pasar tradisonal.

3.Fasilitas publik.

a. Bertambahnya titik kemacetan

Titik kemacetan di area sekitar Duta Mall ini sering terjadi pada hari

libur, sehingga menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan bagi

pengguna jalan lainnya.

b. Berkurangnya Fasilitas Publik.

Apabila pembangunan itu dilakukan pada fasilitas yang

biasanya dipakai untuk publik, maka tentunya akan mengurangi

keberadaan fasilitas publik yang sudah bertahun-rahun dipergunakan.

Dan ini jangan sampai hanya didasarkan pada permasalahan bisnis

semata.

Banyak mall yang didirikan di lahan hijau ataupun fasilitas publik

yang hijau bahkan yang seharusnya diperuntukkan sebagai wilayah

21

Page 22: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

atau saran pendidikan dirubah menjadi mall. Sehingga melahirkan

dampak ekologis dan sosiologis bahkan tidak ramah lingkungan

terlebih lagi seharusnya ada konversi lahan hijau untuk mengganti

lahan yang digunakan sebagai bangunan mall.

E. LETAK PEMBANGUNAN MALL YANG TEPAT

Tempat direncakannya pembangunan mall sebelum Duta Mall yang

ada di pusat kota Banjarmasin tersebut dibangun diperhitungkan yaitu di

Gambut ± KM. 15 (dekat Lion Star dan Kedaung). Alasan penempatan

tersebut dikarenakan :

a. Lahan masih kosong

b. Tingkat kemacetan masih rendah

c. Dekat dengan rencana terminal pusat Kalimantan Selatan.

d. Diperkirakan dan berdasarkan pertimbangan tempat tersebut

kedepannya sangat menguntungkan dan strategis

e. Jauh dari tempat pendidikan dan bangunan bersejarah.

f. Walaupun gambut adalah kondisi lahan rawa-rawa, bukan suatu

alasan bahwa tempat tersebut tidak dapat dibangun suatu mall, karena

bercermin dari kemajuan teknologi dan kemajuan arsitektur zaman

sekarang sebuah mall bahkan disertai dengan apartement dapat

dibangun dilahan tersebut, contohnya adalah di dubai yang dibangun

ditengah laut sekalipun.

22

Page 23: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bagian pembahasan,

ditemukan bahwa kasus tersebut merupakan kasus mengenai tata ruang kota –

pembangunan mall. Tata ruang kota adalah wujud penataan suatu ruang dalam

wilayah perkotaan agar memberikan suatu kesejahteraan dan kenyamanan bagi

warga dan kota tersebut. Apabila dikaitkan dengan kasus, tata ruang kota –

pembangunan mall perlu diperhatikan keseimbangannya agar saling

menguntungkan berbagai pihak yang ada. Tata ruang kota (dalam hal ini kota

Banjarmasin – untuk pembangunan mall) perlu ditata agar dapat memelihara

keseimbangan lingkungan dan memberikan dukungan yang nyaman terhadap

manusia serta mahluk hidup lainnya dalam melakukan kegiatan dan

memelihara kelangsungan hidupnya secara optimal.

Penempatan pembuatan mall dalam hal ini perlu memperhatikan

tempat-tempat pendidikan disekitarnya (terutama tempat bersejarah) serta

pasar. Selain itu, penataan tersebut perlu dilakukan untuk menghindari

dampak negatif dari pembangunan sebuah mall yaitu kepadatan, kesesakan,

kebisingan, dan juga berdampak pada fasilitas publik disekitarnya.

Terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkannya, Duta Mall ternyata

juga dapat memberikan fungsi bagi individu diantaranya yaitu sebagai tempat

untuk sarana coping, misalnya menghilangkan stres dan refreshing. Duta Mall

telah dilengkapi fasilitas yang memadai yang dapat “memanjakan” diri dan

menghilangkan stres seperti fasilitas XXI dan juga family karaoke ataupun

salon-salon ternama yang ada di Duta Mall. Selanjutnya apabila kita telaah

kembali mengenai definisi dari mall, Duta Mall sebagai satu-satunya Mall di

Kalimantan Selatan juga memiliki fungsi sebagai tempat hiburan, memenuhi

kebutuhan psikologis individu (kenyamanan, coping, relaksasi), sebagai temapt

berkumpul bersama keluarga.

23

Page 24: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

B. SARAN MENYIKAPI PERMASALAHAN DUTA MALL DI

BANJARMASIN

Berdasarkan analisis kasus yang telah diuraikan tersebut berdasarkan

teori-teori yang relevan, maka untuk menyikapi permasalahan Duta Mall di

Banjarmasin direncakanlah hal-hal sebagai berikut :

1. Ditambahnya pembuatan lahan parkir. Apabila melihat kasus-kasus

kemacetan yang ada, maka sebaiknya pihak owner dapat meningkatkan

fasilitas lahan parkir bagi pengunjung Duta Mall. Apalagi melihat

kedepannya akan ditambahkan apartemen di Duta Mall, maka sebaiknya

pertimbangan untuk pembuatan lahan parkir harus diperhitungkan.

Pembuatan lahan parkir harus menjadi perhatian utama bagi pihak owner

dikarenakan melihat fenomena yang ada, apabila lahan parkir di Duta Mall

habis terisi, maka kebanyakan pengunjung rela untuk menunggu parkir

kosong di depan atau panggiran pintu masuk utama Duta Mall, dan hal ini

tentu saja mengakibatkan kemacetan total di wilayah bagian tersebut.

2. Di bangun cabang Duta Mall baru. Hal ini dengan perhitungan bahwa Duta

Mall merupakan satu-satunya Mall yang ada di kota Banjarmasin. Untuk

itulah pembangunan cabang baru perlu diperhitungkan untuk menambah

jumlah individu yang datang ke Mall utama kota tersebut, sehingga

kepadatan dan kesesakan dapat diminimalkan.

3. Jalan diperlebar. Hal ini terkait dengan tata kota terutama pada jalan-jalan

di kawasan sekitar Duta Mall Banjarmasin, seperti jalan di kawasan

veteran. Hal ini selain menghindari kemacetan, kepadatan, dan kesesakan,

juga dapat membuat tata kota Banjarmasin lebih indah serta jalan menjadi

lebar.

24

Page 25: ISI Tutorial Lingkungan Lengkape

DAFTAR PUSTAKA

Bell, P. A., et al. 2001. Environmental Psychology (fifth edition). Fort Worth,

Philadelpia : Harcourt College Publisher.

Geni P.L. 2004. Shopping Mall dalam Benteng Vastenburg di Surakarta.

http://eprints.undip.ac.id/18709/1/SHOPPING_MALL_DLM_BENTENG_V

ASTENBURG_DI_SURAKARTA.pdf. Di akses tanggal 12-04-2011.

Prohansky, H. M. 1978. The City and Self Identity. Environment and Behavior,

10, 147-169.

Sarwono, S. W. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana.

Twigger – Ross, C. L. & Uzzelll, D. L. 1996. Place and Identity Processes.

Journal of Environmental Psychology, 16, 205-220.

25