Isi Skripsi

129
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke lima. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam mengelola pembangunan daerah perlu ditunjang oleh beberapa sumber keuangan yang berasal dari daerah yang bersangkutan, kemudian diperlukan beberapa kebijakan keuangan yang ditempuh pemerintah untuk mengatur semua konsep pembangunan daerah tersebut. Keuangan daerah menurut Natawijaya (2000), dalam bukunya Ilmu Keuangan Daerah dan Kebijaksanaan Fiskal, mengklasifikasikan pendapatan daerah dalam dua sumber 1

description

standar 2014

Transcript of Isi Skripsi

Page 1: Isi Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan

salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yakni

terciptanya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan

Pancasila sila ke lima. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional. Dalam mengelola pembangunan daerah perlu ditunjang

oleh beberapa sumber keuangan yang berasal dari daerah yang bersangkutan,

kemudian diperlukan beberapa kebijakan keuangan yang ditempuh pemerintah

untuk mengatur semua konsep pembangunan daerah tersebut.

Keuangan daerah menurut Natawijaya (2000), dalam bukunya Ilmu

Keuangan Daerah dan Kebijaksanaan Fiskal, mengklasifikasikan pendapatan

daerah dalam dua sumber pokok, dimana dia menganggap bahwa pendapatan

yang berasal dari pemerintah pusat meliputi pajak Negara, bea cukai, ganjaran,

subsidi dan sumbangan Negara. Pendapatan yang berasal dari daerah sendiri

meliputi pajak daerah, perusahaan daerah dan pendapatan asli daerah, sumbangan-

sumbangan wajib, pendapatan-pendapatan lain.

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, maka setiap daerah

1

Page 2: Isi Skripsi

semakin dituntut untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan

pembangunan daerahnya melalui upaya peningkatan pendapatan asli daerahnya

dengan memanfaatkan sumber-sumber penerimaan daerahnya dengan sebaik-

baiknya. Adapun sumber-sumber penerimaan daerah menurut Undang-Undang ini

meliputi: (1) Pendapatan Asli Daerah, (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman

Daerah, (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Kota Bulukumba sebagaimana daerah-daerah lainnya yang ada dalam

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dituntut untuk berupaya menggali

dan meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli daerahnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Singkat kata, adanya kewenangan

yang dimilki ini memberikan konsekuensi adanya tuntutan peningkatan

kemandirian daerah Sidik (2002). Untuk itu, pemerintah daerah seyogyanya lebih

berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal, melakukan alokasi

yang lebih efisien pada berbagai potensi lokal yang sesuai dengan kebutuhan

publikLin dan Liu(2000); Mardiasmo (2002); Wong (2004). Peningkatan

pertumbuhan ekonomi lokal lebih cepat terwujud dan pada gilirannya dapat

meningkatkan kinerja (kemampuan) keuangan daerah. Hal ini berarti, idealnya

pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap

pemerintah pusat, daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya diindikasikan

dengan meningkatnya kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) dalam hal

pembiayaan daerah.Adi (2007).

Dalam usaha untuk mengembangkan dan membangun daerahnya,

pemerintah Kabupaten Bulukumba telah berupaya untuk meningkatkan sumber-

2

Page 3: Isi Skripsi

sumber pendapatan asli daerah yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Upaya tersebut dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber

pendapatan asli daerah, agar pendapatan target tiap tahunnya dapat diikuti dengan

pencapaian realisasi secara konsisten.

Pembangunan yang dilaksanakan itu meliputi beberapa sektor. Salah satu

di antaranya adalah pembangunan di sektor pariwisata. Sektor pariwisata

merupakkan salah satu sumber devisa Negara yang cukup potensial untuk

dikembangkan. Karena Negara kita kaya akan panorama yang indah, sejuk dan

sangatmenarik untuk dijadikan objek wisata. Sejalan dengan itu, maka sektor

pariwisata ditempatkan sebagai salah satu sumber yang dapat menunjang

kelangsungan pembangunan ekonomi nasional Indonesia.

Pembangunan kepariwisataan menjadi sesuatu yang mudah untuk

mengembangkan perekonomian, sebab hanya dengan mnegksploitasikan

keindahan alam untuk mengatasi kesukaran dalam defisit neraca pembayaran yang

dialami, pembangunan kepariwisataan selalu akan mendatangkan keuntungan

untuk perbaikan perekonomian pada Negara-negara berkembang.

Untuk menggalakkan pembangunan perekonomian dengan suatu

pertumbuhan yang berimbang, kepariwisataan dapat diharapkan sebagai

pemegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai pemicu untuk

mengembangkan pembangunan sektor lainnya secara bertahap. Pertumbuhan yang

berimbang bagi aktivitas perekonomian akan terjadi sebagai akibat majunya

pertumbuhan industri pariwisata yang dikembangkan dengan baik.

3

Page 4: Isi Skripsi

Kepariwisataan digolongkan dalam sektor tersier yang meliputi sektor

angkutan, fasilitas penginapan, jasa, dan perdagangan mulai dikenal di Indonesia

sebagai suatu industri karena pengelolaan yang profesional sudah mencakup

berbagai aspek perekonomian yang saling berkaitan satu sama lainnya dimana

nantinya akan dapat mendukung peningkatan produktivitas pembangunan

ekonomi baik regional maupun nasional.

Di Sulawesi Selatan yang juga merupakan salah satu daerah tujuan wisata

di wilayah Indonesia secara khusus di Kabupaten Bulukumba terdapat banyak

obyek wisata yang sangat potensial dan tentu sangat berpengaruh dalam kinerja

perekonomian Kabupaten Bulukumba. Kabupaten Bulukumba merupakan tujuan

wisata yang sangat diminati oleh wisatawan baik domestik maupun dunia

internasional.

Sedangkan pariwisata itu sendiri merupakan industri jasa yang

memilikimekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan

pergerakanwisatawan dari daerah atau negara asal, ke daerah tujuan wisata,

hingga kembalike negara asalnya yang melibatkan berbagai komponen seperti

biro perjalanan,pemandu wisata (guide), tour operator, akomodasi, restoran,

artshop,moneychanger, transportasi dan yang lainnya. Pariwisata juga

menawarkan jenisproduk dan wisata yang beragam, mulai dari wisata alam,

wisata budaya, wisatasejarah, wisata buatan, hingga beragam wisata minat khusus.

Pariwisata adalah salah satu jenisindustri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalampenyediaan lapangan kerja, standar hidup

serta menstimulasi sektor-sektorproduktivitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor

4

Page 5: Isi Skripsi

yang kompleks, ia juga meliputiindustri-industri klasik yang sebenarnya seperti

industri kerajinan tangan dancinderamata. Penginapan dan transportasi secara

ekonomis juga dipandangsebagai industri Salah (2003).

Sektor pariwisata yang sangat potensial memberikan kontribusi atau devisa

terhadap perekonomian, besarnya kontribusi tersebut ditentukan oleh besarnya

jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bulukumba yang kemudian

dapat dilihat melalui tabel 1.1.

Tabel 1.1. Jumlah kunjungan wisatawan asing dan nusantara (2000-2009).

Tahun Wisatawan Jumlah

Mancanegara Nusantara

(1) (2) (3) (4)

2000 818 48.934 49.752

2001 915 64.086 65.001

2002 821 54.030 54.851

2003 700 56.746 57.446

2004 1.054 70.676 71.730

2005 1.269 68.576 69.846

2006 928 57.915 58.843

2007 787 57.808 58.595

2008 1.546 75.779 77.325

2009 2.200 84.016 86.216

Sumber: Dinas perindustrian dan Pariwisata, Seni Budaya Bulukumba

5

Page 6: Isi Skripsi

Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bulukumba dari tahun 2000

sampai dengan tahun 2001 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2002

mengalami penurunan lalu kemudian di tahun 2003 sampai tahun 2004

mengalami peningkatan yang sangat drastis, lalu di tahun 2005 sampai tahun

2007, jumlah kunjungan wisata turun hanya mencapai 58.595 wisatawan dan

kemudian terus terjadi peningkatan jumlah wisatawan hingga pada tahun 2009

mencapai86.216. Penurunan serta meningkatnya jumlah wisata tentu

berpengaruhterhadap besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Bulukumba.

Melihat hal tersebut, maka akan sangat diharapkan dukungan dan

kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sarana dan prasarana agar dapat

lebih menarik minat para wisatawanyang berkunjung ke daerah Kabupaten

Bulukumba sehingga dapat menstimulisasi peningkatan PAD. Meskipun tidak ada

satu sektor pun yang menjadi kunci ajaib, namun dengan memberdayakan sektor

tertentu yang dianggap sebagai ciri khas suatu daerah tersebut tentunya akan

memberikan cukup kontribusi kepada pendapatan daerah yang bersangkutan dan

tentunya masih memerlukan dukungan dari beberapa sektor terkait.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk

mengangkat judul: “ Analisis Sektor Pariwisata dalam Meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah di Kabupaten Bulukumba Periode 2000-2009”

6

Page 7: Isi Skripsi

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok dalam uraian ini

adalah:

Apakah adapengaruh jumlah objek wisata, jumlah wisatawan dan PDRB

(non migas, non pertanian) terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kabupaten Bulukumba.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam pembahasan skripsi ini adalah sebagai

berikut

Untuk mengetahui apakah adapengaruh jumlah objek wisata, jumlah

wisatawan, dan PDRB (non migas, non pertanian)terhadap Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Bulukumba.

2. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat berguna terhadap berbagai

pihak, seperti :

a. Sebagai masukan bagi pihak pemerintah dalam meningkatkan PAD

dengan mengembangkan objek wisata di Kabupaten Bulukumba.

b. Sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang ingin mengetahui peranan

Objek Wisata di Kabupaten Bulukumba dalam meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bulukumba melalui

pengembangan sektor pariwisata.

7

Page 8: Isi Skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendapatan Asli Daerah

Sebagaimana diketahui bahwa dalam penyelenggaraan rumah tangga

daerah, selalu membutuhkan biaya yang cukup besar karena itu untuk mencukupi

keperluan penyelenggaraan rumah tangga daerah bersangkutan, maka dibutuhkan

pembiayaan sebagaimana tertuang dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD) pada setiap daerah adalah pungutan yang dilakukan berdasarkan

pendapatan daerah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, daerah tersebut memiliki sumber

keuangan tersendiri, sekurang-kurangnya untuk menutupi anggaran rutin daerah

sehingga tidak tergantung pada subsidi dan sumbangan dari pemerintah pusat atau

propinsi. Oleh sebab itu, diharapkan pada pemerintah daerah agar berusaha

memanfaatkan pendapatan asli daerahnya, berusaha mengelolahnya dengan baik

agar bisa memberikan hasil yang bisa mencukupi kebutuhan APBD. Sejalan

dengan itu, maka sangat diharapkan kepada pemerintah pusat atau propinsi dalam

pola kebijaksanaan yang tertuang dalam anggaran keuangan agar berusaha untuk

mengarahkan atau membantu daerah tingkat bawahnya yang tidak mampu

membiayai pembiayaan APBD.

8

Page 9: Isi Skripsi

Anggaran pendapatan dan belanja daerah program pemerintah daerah

diwujudkan dalam bentuk angka. Dengan mempelajari dan membaca angka-angka

tersebut, dapat diketahui program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Berbicara tentang APBD tidak dapat dipisahkan dengan program tahunan karena

anggaran tersebut merupakan rancangan pelaksanaan program tahunan yang

dinyatakan dalam bentuk uang.

Pendapatan daerah adalah komponen anggaran pendapatan dan belanja

daerah untuk membiayai pembangunan dan melancarkan jalannya roda

pemerintahan. Oleh karena itu, tiap daerah harus mengupayakan agar pendapatan

daerah dapat dipungut seintensif mungkin, maka harus didukung oleh aparat

pemerintah yang terampil dan bekerja seefektif mungkin dalam mengelolah

sumber pendapatan.

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimaksudkan untuk mendukung

pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah yang diatur dalam

undang-undang tentang pemerintahan daerah yaitu UU No. 32 tahun 2000

dijelaskan mengenai eksistensi pelaksana ekonomi daerah yang nyata dan

bertanggung jawab yaitu kepada daerah diberikankewenangan untuk

melaksanakan barbagai urusan pemerintahan terutama dalam hal mengatur dan

mengurus rumah tangga sendiri utamanya dalam mengatur pembiayaan rutin dan

pembangunan. Karena antara satu daerah dengan daerah yang lainnya terdapat

sifat dan sumber penerimaan pusat untuk digali dan dikembangkan oleh masing-

masing daerah yaitu pendapatan asli daerah.

9

Page 10: Isi Skripsi

Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai

sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat

menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan

pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga

kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab dapat

dilaksanakan.

Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa :

1. PAD bersumber dari :

a. Pajak daerah

Pajak daerah dapat didefinisikan sebagai pajak Negarayangdiserahkan

kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah denganundangundang.

Menurut Undang-Undang Nomer 34 tahun 2000 pajak daerahdidefinisikan

sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi ataubadan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapatmembiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

b. Retribusi daerah

Retribusi daerah dapat didefinisikan sebagai pungutan terhadap

orangataubadan kepada pemerintah daerah dengan konsekuensi pemerintah

daerahmemberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang langsung

dapatdirasakan oleh pembayar retribusi.

10

Page 11: Isi Skripsi

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

2. Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro

c. Pendapatan Bunga

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat daripenjualan atau

pengadaan barang dan jasa oleh daerah

Untuk mengetahui potensi sumber-sumber PAD ada hal-hal yang perlu diketahui :

1. Kondisi awal suatu daerah

a. besar kecilnya keinginan pemerintah daerah untuk menetapkanpungutan.

b. kemampuan masyarakat untuk membayar segala pungutan-pungutanyang

ditetapkan oleh pemerintah daerah

c. Peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi

penerimaanPAD. Kegiatan ini merupakan upaya memperluas cakupan

penerimaanPAD

3. Perkembangan PDRB per kapita riil

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi

pulakemampuan seseorang untuk membayar (ability to pay) berbagai

pungutanyang ditetapkan oleh pemerintah.

11

Page 12: Isi Skripsi

4. Pertumbuhan Penduduk

Besarnya pendapatan dapat dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Jikajumlah

penduduk meningkat maka pendapatan yang ditarik akanmeningkat.

5. Tingkat Inflasi

Inflasi akan meningkatkan penerimaan PAD yang penetapannyadidasarkan

pada omzet penjualan,misalnya pajak hotel

6. Penyesuaian Tarif

Peningkatan pendapatan sangat tergantung pada kebijakan

penyesuaiantarif. Untuk pajak atau retribusi yang tarifnya ditentukan secara

tetap,maka dalam penyesuaian tarif perlu mempertimbangkan laju inflasi.

7. Pembangunan baru

Penambahan PAD juga dapat diperoleh bila pembangunan-

pembangunanbaru ada, seperti pembangunan pasar, pembangunan

terminal,pembangunan jasa pengumpulan sampah dan lain-lain.

8. Sumber Pendapatan Baru

Adanya kegiatan usaha baru dapat mengakibatkan bertambahnya

sumberpendapatan pajak atau retribusi yang sudah ada. Misalnya usahapersewaan

laser disc, usaha persewaan computer/internet dan lain-lain.

9. Perubahan Peraturan

Adanya perubahan peraturan baru, khususnya yang berhubungan

denganpajak dan atau retribusi jelas akan meningkatkan PAD.

12

Page 13: Isi Skripsi

2.2. Peranan obyek pariwisata dalam peningkatan PAD

Pariwisata dapat dipergunakan sebagai katalisator dari

kegiatan pembangunan,kepariwisataan merupakan mata rantai

panjang yang dapat menggerakkan bermacam-macam kegiatan

dalam kehidupan masyarakat. Sebelum dijelaskan lebihlanjut

terlebih dahulu berangkat dari beberapa halmenurut Yoeti

(2008) kata pariwisata sesungguhnya baru popular di

Indonesiasetelah diselenggarakannya musyawarah nasional

Touristme ke II di Tretes JawaTimur, pada tanggal 12 sampai

dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya, kata gantipariwisata yang

digunakan kata touristme yang berasal dari bahasa Belanda

yangsering pula diindonesiakan menjadi turisme.Pada waktu

pembukaan musyawarah yang diadakan di gedung

pemudaSurabaya, Presiden RI pertama Soekarno dalam

amanatnya yang disampaikan kepadapeserta musyawarah,

menanyakan kepada Menteri Pendidikan dan KebudayanPrijono,

perkataan Indonesia apakah yang paling tepat untuk

menggantikan kataTourisme. Dalam jawabannya kepada

Presiden Ir. Soekarno Prijono memberipenjelasan, bahwa sebagai

pengganti kata Tourisme dapat digunakan katadharmawisata

untuk perjalanan antar kota (dalam negeri), sedangkan

untukperjalanan antar benua (luar negeri) tepat digunakan kata

pariwisata. Pada waktuitulah diresmikan pengganti kata tourisme

13

Page 14: Isi Skripsi

menjadi kata pariwisata oleh PresidenIr. Soekarno dan atas dasar

itu pula, pada tahun 1960 istilah Dewan PariwisataIndonesia

(Depari). Adapun orang yang berjasa mempopulerkan kata

pariwisata ituadalah Jendral GPH Jatikusumo yang pada waktu itu

menjabat Menteri Perhubungan Darat, Pos dan Telekomunikasi

dan Pariwisata.

Sejak dahulu manusia selalu bergerak, berpindah dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Ciri itu selalu Nampak pada pola kehidupan manusia, baik

sebagai bangsa primitif maupun modern. Pada hakekatnya mobilitas manusia

merupakan salah satu sifat utama kehidupan manusia yang tidak bisa terpaku pada

suatu tempat untuk memenuhi tuntutan kelangsungan hidupnya.

Dalam zaman modern, meningkatnya pertambahan penduduk dan

perkembangan sosial ekonomi yang ditunjang kemajuan teknologi, mendorong

manusia menjadi jauh lebih aktif daripada sebelumnya. Faktor jarak, waktu dan

sarana tidak lagi menjadi masalah besar.

Pada saat ini, terdapat suatu kecenderungan untuk melihat pariwisata

sebagai suatu aktifitas yang wajar dan merupakan suatu permintaan yang wajar

untuk dipenuhi. Pariwisata tidak hanya dilihat sebagai suatu segi dari gejala di

mana sejak zaman purbakala manusia mempunyai keinginan untuk mengadakan

perjalanan, tetapi justru menyatukan pengertian pariwisata dengan gejala tersebut.

Pariwisata bukan saja ditujukan untuk memberikan kesenangan kepada

wisatawan, akan tetapi pariwisata itu dapat memberikan pengaruh yang luas dan

14

Page 15: Isi Skripsi

membawa perubahan yang luas pula terhadap masyrakat baik dari segi sosial,

budaya, lingkungan hidup terutama dari segi ekonomi masyarakat itu sendiri.

Di dalam Undang-Undang No. 9 tentang Kepariwisataan dan

pelaksanaannya pada pasal 1 ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan

“pariwisata” adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang

tersebut (UU No. 9 Pasal 1 Tahun 1990).

Pengertian dari aspek waktu dari pariwisata yang lebih menekankan pada

aspek waktu perjalanan dikemukakan oleh Yoeti (2008) bahwa pariwisata/tour

adalah perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya

dengan suatu maksud tertentu, tetapi selalu mengaitkan perjalanannya itu dengan

tujuanuntuk bersenang-senang (for plesure) dan perjalanannya itu dilakukan lebih

dari 24 jam.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa setiap

perjalanan untuk pariwisata adalah peralihan tempat untuk sementara waktu dan

mereka mengadakan perjalanan tersebut untuk memperoleh layanan dari lembaga-

lembaga atau perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan.

Dalam hubungan dengan pengembangan suatu daerah untuk menjadi

tujuan wisata agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, maka

daerah tersebut harus memenuhi paling sedikit tiga syarat menurut Yoeti (2008)

yaitu meliputi Something to see, artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata

atau atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang telah dimiliki oleh daerah lain,

artinya ada daya tarik khusus agar dapat dijadikan entertiments.Something to do,

15

Page 16: Isi Skripsi

artinya di tempat tersebut selain ada yang dapat dilihat dan disaksikan harus pula

disediakan fasilitas rekreasi agar dapat membuat wisatawan betah.Something to

buy, artinya di tempat tersebut tersedia fasilitas untuk belanja, terutama barang-

barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai kenang-kenangan untuk dibawa

pulang, selain sarana lain seperti money changer, bank, kantor pos, telepon dan

lain-lain.

Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi dan jenis pariwisata itu

dianggap penting, karena dengan cara itu kita akan dapat menentukan berapa

penghasilan devisa yang dapat diterima dari suatu pariwisata yang dikembangkan

dari suatu tempat atau daerah tertentu menyusun statistik kepariwisataan atau

untuk mendapatkan data penelitian di masa yang akan datang.

Berkaitan pengkasifikasian pariwisata dianggap penting, karena dengan

cara itu kita akan dapat menentukan berapa penghasilan devisa yang diterima dari

suatu macam pariwisata yang dikembangkan dari suatu tempat atau daerah

tertentu. Di lain pihak, kepentingannya juga sangat berguna untuk mendapatkan

data penelitian yang diperlukan dalam perencanaan selanjutnya di masa yang akan

datang.

Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran jenis pariwisata dapat

dibagi atas pariwisata aktif dimana dengan masuknya wisatawan asing tersebut,

berarti dapat memasukkan devisa bagi Negara yang dikunjungi yang dengan

sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran Negara yang dikunjungi

wisatawan tersebut. Dan berikutnya adalah pariwisata pasif, disebut sebagai

16

Page 17: Isi Skripsi

pariwisata pasif karena ditinjau dari segi pemasukan devisa Negara, kegiatan ini

merugikan Negara asal wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di

dalam negeri dibawa ke luar negeri dan tidak ada arti ekonominya bagi Negara

sendiri.

Dilihat dari perkembangan dunia dewasa ini, peranan pariwisata

memberikan arti yang sangat penting terhadap perkembangan ekonomi suatu

Negara. Maju tidaknya suatu Negara, juga tergantung pada perkembangan

kepariwisataannya. Jika arus wisatawan meningkat, maka pendapatan perkapita

suatu Negara akan meningkat dan sebaliknya jika wisatawan menurun, income

perkapita suatu Negara akan menurun. Seperti di Indonesia, sektor kepariwisataan

merupakan salah satu pendukung perekonomian. Itulah sebabnya sehingga

pemerintah Indonesia saat ini berusaha untuk membangkitkan kembali system

kepariwisataan di Indonesia yang selama ini mengalami kemerosotan yang

disebabkan oleh ketidakstabilan perekonomian di Indonesia.Adapun manfaat dari

pariwisata, dapat dari beberapa aspek, seperti aspek ekonomi, aspek seni budaya,

memperluas kesempatan kerja.

Untuk lebih jelasnya, manfaat pariwisata ditinjau dari ketiga aspek

tersebutdi atas, akan diuiraikan secara singkat dan khusus pada aspek ekonomi

dimana belanja wisatawan asing di suatu Negara tujuan merupakan penerimaan

valuta asing atau devisa. Semakin besar belanja tersebut, akan semakin

memperkuat neraca pembayaran Negara tujuan. Dari sisi lain, Negara

17

Page 18: Isi Skripsi

memperoleh pendapatan dari penerimaan pajak dari sektor-sektor usaha yang

bersangkutan dengan kepariwisataan termsuk di dalamnya adalah pajak daerah

(PAD). Di samping itu, belanja wisatawan itu dapat pula merangsang

pertumbuhan berganda di sektor-sektor ekonomi lain.

Sebagai ilustrasi dilukiskan sebuah industri hotel yang maju memerlukan

daging, telur, sayuran, alat-alat dekorasi dan lain sebagainya. Hal ini merangsang

tumbuhnya usaha-usaha peternakan, perkebunan, industri ringan, dekorasi, dan

sebagainya dan tentunya aspek-aspek pendukung ekonomi tersebut pada akhirnya

akan memberikan kontribusi yang cukup berpengaruh dalam meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dalam putaran selanjutnya perusahaan tersebut memerlukan makanan

ternak, pupuk ataupun bahan-bahan untuk barang-barang dekorasi sehingga tubuh

rangkaian kegiatan ekonomi tertentu.Wisatawan-wisatawan yang membeli

souvenir barang seni, akan merangsang kegiatan kreasi seni sehingga seniman-

seniman membutuhkan bahan mentah tertentu untung ungkapan kreasi seninya.

Dari ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata

merangsang tumbuhnya usaha-usaha ekonomi tertentu yang saling menunjang.

Dalam istilah teknisnya, hal tersebut dinyatakan sebagai memperluas dasar-dasar

perekonomian suatu Negara. Aspek Seni Budaya sebagai salah satu dorongan

kebutuhan manusia untuk mengunjungi suatu daerah ialah untuk memenuhi rasa

ingin mengetahui, mengegumi tau menyelami seni budaya dari daerah yang

dikunjungi.

18

Page 19: Isi Skripsi

Pada dasarnya wisatawan ingin melihat sesuatu yang jarang, unik dan

indah. Kebutuhan ini akan mendorong pengembangan kreasi, penggalian,

pemeliharaan atau pagelaran seni yang baik.Mungkin sekali pengembangan seni

budaya ini pada mulanya karena rangsangan silaunya keuntungan ekonomi akan

lebih menjurus ke arah perkembangan jumlah daripada mutu yang baik maka seni

budaya dengan mutu yang baik akan tetap menonjol dan tidak tenggelam.Sudah

barang tentu pembinaan dari instansi dan lembaga yang berwenang dan yang

bersangkutan dengan pengembangan seni budaya akan mempercepat proses

pengembangan seni budaya yang tinggi.

Manfaat dari pengembangan kepariwisataan di kalangan masyarakat yakni

kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan dengan adanya diversifikasi

ekonomi melalui pariwisata. Selain itu fasilitas rekreasi dan budaya yang dibuat

untuk kebutuhan pariwisata dapat digunakan oleh masyarakat setempat juga oleh

pengunjung domestik atau mancanegara.

Bagi suatu daerah yang mengembangkan industri pariwisata di daerahnya,

lalu lintas orang-orang tersebut ternyata membawa hasil yang bukan sedikit dan

bahkan merupakan penghasilan yang utama, melalui eksport bahan-bahan mentah

yang dihasilkan daerah di negara tertentu. Sebagai akibat lebih jauh dengan

adanya lalu lintas orang-orang yang mengadakan perjalanan wisata yakni mereka

yang berusaha mencari kemakmuran, ternyata membawa keuntungan bagi daerah

yang mengembangkan industri pariwisata tersebut. Kentungan yang nyata yang

banyak pengaruhnya dalam perekonomian di antaranya menurut Youti (2008)

adalah, terutama peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), bertambahnya

19

Page 20: Isi Skripsi

kesempatan kerja, dengan perkataan lain akan dapat menghilangkan

pengangguran, meningkatkan penerimaan pendapatan nasional yang berarti pula

income perkapita bertambah pula untuk negaranya dan semakin kuatnya posisi

neraca pembayaran luar negeri.

Jadi, dalam pengembangan industri pariwisata dalam suatu daerah,

tujuannya adalah untuk mengarahkan dan mengembangkan nilai-nilai ekonomi

yang disebabkan adanya lalu lintas orang-orang yang mengadakan perjalanan

untuk tujuan wisata. Peningkatan pemasukan pajak daerah pun menjadikan suatu

daerah mampu meningkatkan pelayanan publiknya.

Pada umumnya keuntungan-keuntungan yang diharapkan adalah

peningkatan pertumbuhan urbanisasi sebagai akibat adanya pembangunan

prasarana dan sarana kepariwisataan dalam suatu wilayah atau suatu daerah

tujuan. Meningkatkan produk hasil kebudayaan disebabkan meningkatnya

konsumsi oleh para wisatawan, seperti timbulnya istilah kebudayaan komersil dan

kebutuhan wisatawan, menjabarkan pemerataan pendapatan salah satu jalan atau

usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan devisa Negaralainnaya.

Prasarana dalam kepariwisataan sama dengan prasarana dalam

perekonomian pada umumnya, karena kegiatan kepariwisataan pada hakekatnya

tidak lain adalah salah satu sektor kegiatan perekonomian juga. Yang dimaksud

dengan prasarana menurut Yoeti (2008) adalah semua fasilitas yang

memungkinkan semua proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar,

sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan yang fungsinya

20

Page 21: Isi Skripsi

adalah melengkapi sarana kepariwisataan dapat memberikan pelayanan

sebagaimana mestinya.

Kegiatan perbankan di Kabupaten Bulukumba memperlihatkan volume

yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bank-bank yang sudah ada di

Kabupaten Bulukumba yakni BRI, BPD BNI dan sebagainya. Kemudian sarana

koperasi yang merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat meningkatkan

pendapatan khususnya masyarakat pedesaan. Koperasi (KUD dan non KUD)

cukup banyak diKabupaten Bulukumba dengan berbagai jenis usaha yang

dikelolahnya, termasuk berfungsi sebagai penyalur produk-produk pertanian

masyarakat untuk keperluan hotel, restoran dan lain-lain.

2.3. Hal-hal yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dari

SektorPariwisata

Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan,restoran

atau jasa boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan Hiburan), danusaha

perjalanan wisata (travel agent atau pemandu wisata) dapat menjadi

sumberPendapatan Asli Daerah bagi Kota Bulukumba yang berupa pajak daerah,

retribusidaerah, laba BUMD, pajak dan bukan pajak.

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Bulukumba dari sektor pariwisata :

a. Jumlah obyek wisata

21

Page 22: Isi Skripsi

Indonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam sertakeanekaragaman

budaya yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahanalam dan atraksi

budayanya kepada wisatawan baik wisatawan mancanegaramaupun nusantara

yang akan menikmati keindahan alam dan budaya tersebut.Tentu saja

kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan pendapatan bagidaerah

yang dikunjunginya. Bagi wisatawan mancanegara yang datang dari luarnegeri,

kedatangan mereka akan mendatangkan devisa bagi negara.

Kabupaten Bulukumba memiliki potensi pariwisata yang cukup besar,

khususnya wisata alam dan wisata budaya. Dengan demikian banyaknya

jumlah obyek wisata yang ada, maka diharapkan dapat meningkatkan PAD dari

sektor pariwisata di Kabupaten Bulukumba, baik melalui pajak daerah maupun

retribusi daerah.

b. Jumlah wisatawan

Secara teoritis (apriori) dalam Austriana (2005) semakin lama wisatawan

tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang

dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan

makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai

macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan

gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuanwisata.

Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun

domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisatasuatu

daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan

22

Page 23: Isi Skripsi

keKabupaten Bulukumba, maka pendapatan sektor pariwisata seluruh

KabupatenBulukumba jugaakan semakin meningkat.

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah Satu cara untuk melihat kemajuan perekonomian adalah dengan

mencermati nilai pertumbuhan PDRB, PDRB adalah merupakan nilai dari seluruh

barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun di suatu wilayah tertentu

tanpa memperhatikan kepemilikan faktor produksi yang digunakan dalam proses

produksi itu, (BPS. Indikator Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan 1993, hal : 98).

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini dihitung melalui 3

pendekatan, yaitu :

Segi produksi, PDRB merupakan jumlah netto atas suatu barang dan jasa

yang dihasilkan untuk unit-unit produksi dalam suatu wilayah dan lainnya

dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

Segi pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa (pendapatan) yang

diterima oleh faktor-faktor produksi karena ikut serta dalam proses

produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

Segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan

oleh rumah tangga, pemerintah dan lembaga swasta non profit biasanya

dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

23

Page 24: Isi Skripsi

Dalam penyajiannya, PDRB selalu dibedakan atas dua, yakni atas dasar

harga konstan dan atas dan dasar harga berlaku. Adapun defenisi pembagian

PDRB ini adalah sebagai berikut:

PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai barang dan jasa

(komoditi) atau pendapatan, atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan

harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai barang dan jasa (komoditi) atau

pendapatan, atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap.

Nilai PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi karena nilai PDRB atas dasar harga konstan ini tidak

dipengaruhi oleh perubahan harga, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku

digunakan untuk melihat besarnya perekonomian suatu daerah.

Dalam perhitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dibagi menjadi

Sembilan sektor, yaitu :

1. Pertanian,

2. Pertambangan dan Penggalian,

3. Industri Pengolahan,

4. Listrik, gas dan air minum,

5. Bangunan,

6. Perdagangan, hotel dan restoran,

7. Angkutan dan komunikasi,

8. Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan,

9. Jasa-jasa.

24

Page 25: Isi Skripsi

Keadaan perekonomian suatu Negara dapat dilihat dari PDRB nya, dimana

pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat diukur dengan salah satu indikator yakni

pendapatan perkapita, sehingga dengan kesimpulan bahwa ketiga indikator

tersebut, yakni PDRB, keadaan ekonomi suatu wilayah dan pendapatan perkapita

adalah saling berkaitan satu sama lain.

Pendapatan perkapita yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh PDRB

suatu wilayah, tentunya juga berperan terhadap peningkatan daya beli atau tingkat

konsumsi masyarakat yang berada di wilayah tersebut. Kemudian jika dikaitkan

dengan pengadaan perjalanan wisata, tentunya pendapatan perkapita yang dapat

diindikasikan dengan PDRB, memiliki andil yang cukup positif terhadap

pengadaan perjalanan wisata itu sendiri sebab pada umumnya orang-orang yang

melakukan perjalanan wisata adalah orang-orang dengan tingkat sosial ekonomi

yang tinggi. Mereka memiliki trend hidup dan waktu senggang serta pendapatan

(income) yang cukup besar. Artinya kebutuhan hidup minimum mereka telah

terpenuhi. Mereka mempunyai cukup uang untuk membiayai perjalanan wisata.

Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat yang dipengaruhi

oleh PDRB maka semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk melakukan

perjalanan wisata, yang padaakhirnya berpengaruh positif dalam meningkatkan

penerimaan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Bulukumba.

2.4. Dampak Pariwisata

Pengembangan pariwisata pada dasarnya dapat membawa berbagai

manfaat bagi masyarakat di daerah. Manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal,

antara lain: pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari

25

Page 26: Isi Skripsi

bagian-bagian dunia yang paling jauh,dengan berbagai bahasa, ras, kepercayaan,

paham, politik, dan tingkat perekonomian. Pariwisata dapat memberikan tempat

bagi pengenalan kebudayaan, menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat

mengurangi jumlah pengangguran.

Sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan

merupakan usaha-usaha yang padat karya, yang membutuhkan jauh lebih banyak

tenaga kerjadi bandingkan dengan usaha lain. Manfaat yang lain adalah pariwisata

menyumbang kepada neraca pembayaran, karena wisatawan membelanjakan uang

yang diterima di negara yang dikunjunginya. Maka dengan sendirinya penerimaan

dari wisatawan mancanegara itu merupakan faktor yang penting agar neraca

pembayaran menguntungkan yaitu pemasukan lebih besar dari pengeluaran.

Dampak positif yang langsung diperoleh pemerintah daerah atas pengembangan

pariwisata tersebut yakni berupa pajak daerah maupun bukan pajak lainnya.

Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalu ipajak daerah,

laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa

pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata

memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan,pajak

reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah.

Menurut Spillane (1987) belanja wisatawan di daerah tujuan wisatanya

juga akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat

secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiplier

effect). Dimana di daerah pariwisata dapat menambah pendapatannya dengan

menjual barang dan jasa, seperti restoran, hotel, pramuwisata dan barang-barang

26

Page 27: Isi Skripsi

souvenir. Dengan demikian, pariwisata harus dijadikan alternatif untuk

mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut.

2.5. Tinjauan Empiris

Susiana (2003); Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan

Pendapatan Asli Daerah Dari Sektor Pariwisata Kota Surakarta (1985-

2000).

Dalam penelitian terdahulu oleh Susiana (2003), mahasisiwa Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dari sektor

pariwisata di Kota Surakarta dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

variabel-variabel independen terhadap Pendapatan Asli Daerah dari sektor

pariwisata sebagai variabel dependennya. Alat analisis yang digunakan adalah

regresi linear berganda dengan penerimaan daerah darisektor pariwisata sebagai

variabel dependen dan lima variabel sebagai variabel independen yaitu jumlah

obyek dan aktraksi wisata, jumlah kamar hotel berbintang dan melati terhuni,

jumlah wartel dan pos-pos telepon, jumlah armada biro perjalanan wisata dan

jumlah kunjungan wisatawan dikota Surakarta. Dari hasil uji signifikansi

diperoleh bahwa keseluruhan semua variabel independen berpengaruh signifikan

dan dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 76,5 persen.

Dicky Satrio (2002); Perkembangan Pendapatan Pendapatan Asli Daerah

dari Sektor Pariwisata di Kabupaten Blora dan Faktor yang

Mempengaruhi.

27

Page 28: Isi Skripsi

Dalam penelitian terdahulu oleh Dicky Satrio (2002), mahasiswa Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah darisektor

pariwisata di Kabupaten Blora dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

dari variabel-variabel independen terhadap pendapatan pariwisata sebagai variabel

dependennya. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan

pendapatan pariwisata sebagai variabel dependen dan empat variabel sebagai

variabel independen yaitu jumlah rumah makan, jumlah sarana angkutan, jumlah

pengunjung obyek wisata, jumlah kamar hotel dan dana pengembangan. Dari hasil

uji signifikansi diperoleh bahwa tiga variabel yaitu jumlah rumah makan, jumlah

sarana angkutan dan jumlah pengunjung obyek wisata berpengaruh positif

terhadap pendapatan pariwisata pada taraf signifikan 5 persen dan variabel jumlah

kamar hotel dan dana pengembangan berpengaruh negatif.

Ida Austriana (2005); Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Asli Daerah Dari Sektor Pariwisata di Jawa Tengah.

Dalam penelitian terdahulu oleh Ida Austriana (2005), mahasiswaFakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dari

sektor pariwisata kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Tengah dan untuk

menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan pemerintah

daerah kabupaten dan kota di Propinsi Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan

adalah regresi linear berganda dengan penerimaan daerah sebagai variabel

dependen dan lima variabel sebagai variabel independen yaitu jumlah wisatawan,

28

Page 29: Isi Skripsi

jumlah kamar hotel berbintang dan melati, jumlah sarana angkutan, pendapatan

perkapita danjumlah obyek wisata. Dari hasil regresi dan uji signifikansi dapat

diperoleh koefisien regresi masing-masing variabel sebesar 0,674 untuk jumlah

wisatawan, 0,426 untuk jumlah kamar hotel berbintang dan melati, 0,410untuk

jumlah sarana angkutan dan 0,282 untuk jumlah pendapatan perkapita pada taraf

signifikansi 5 persen dan jumlah obyek wisata berpengaruh negatif terhadap

penerimaan daerah kabupaten/kota Propinsi Jawa Tengah dengan koefisien regresi

sebesar -0,588.

2.6. Kerangka Pemikiran Teoretis

Variabel-variabel yang digunakan dalam pemikiran penelitian “Analisis

Sektor Pariwisata Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Bulukumba” adalah antara lain variabel jumlah obyek wisata, variabel jumlah

wisatawan, variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) non migas-non

pertanian. Yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir

29

Jumlah Objek Wisata

Jumlah WisatawanPendapatan Asli Daerah

Page 30: Isi Skripsi

2.6. Hipotesis

2.7. Hipotesis

Diduga jumlah objek wisata, jumlah wisatawan serta Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

peningkatan PAD.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Daerah Penelitian

Sehubungan dengan objek yang akan ditulis, maka penelitian difokuskan

di Kabupaten Bulukumba khususnya objek wisata dengan pertimbangan bahwa di

daerah ini terdapat objek wisata yang sangat menarik dan berpotensi untuk

dikembangkan.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh

bahan-bahan yang relevan, akurat, dan realistis. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode studi pustaka, yang diperoleh

dari instansi-instansi terkait, buku referensi, maupun jurnal-jurnal ekonomi.

Data yang digunakan adalah data time series adalah data runtut waktu(time

series) yang merupakan data yang dikumpulkan, dicatat atau diobservasi

30

Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB) Non migas-non pertanian

Page 31: Isi Skripsi

sepanjang waktu secara beruntutan, dengan jenis data yang digunakan adalah data

sekunder.

3.3. Jenis dan Sumber Data

a. Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

data sekunder yang bersifat:

1. Data kuantitatif yakni data yang dapat dihitung berupa angka-

angka yang diperoleh dari dinas pariwisata, dinas pendapatan

daerah (Dispenda) dan Kantor Biro Pusat Statistik yang

berhubungan dengan kepariwisataan di Kabupaten Bulukumba.

2. Data kualitatif, yakni data yang diperoleh dari buku-buku acuan

yang merupakan hasil studi kepustakaan.

b. Sedangkan sumber datanya berupa informasi tertulis yang diperoleh

dari:

1. Kantor dinas pariwisata Kabupaten Bulukumba

2. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bulukumba

3. Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba.

3.4. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi

linear berganda, yaitu untuk mengetahui hubungan dan pengaruh variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi merupakan suatu metode

yang digunakan untuk menganalisa hubungan antar variabel. Hubungan tersebut

dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel

31

Page 32: Isi Skripsi

dependen Y dengan satuatau lebih variabel independen. Model Pendapatan Asli

Daerah dari sektor pariwisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = f (Xi , X2, X3)…………………………………………………………... (1)

Y = β° X1β1 X2β2 X3β3 e............………....................……….....................(2)

Selanjutnya fungsi regresi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma

berganda dengan menggunakan logaritma natural (Ln) sebagai berikut (Damodar

Gujarati, 1991)

LnY=β0+β1 lnX1 + β2 lnX2 + β3 lnX3 + μ………………………. (3)

Dimana:

μ = Kesalahan yang disebabkan faktor acak (error term)

β0 = Konstanta

Y = Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

X1 = Jumlah Obyek Wisata

X2 = Jumlah Wisatawan

X3 = PDRB (non migas, non pertanian)

β1.β2.β3 = Parameter elastisitas

Alasan dipilih bentuk fungsi logaritma adalah :

1. Koefisien regresi menunjukkan elastisitas

2. Untuk mendekatkan skala data sehingga terhindar dari heteroskedastisitas

32

Page 33: Isi Skripsi

3.5 Pengujian Asumsi Klasik (Uji Penyimpangan)

Karena data yang digunakan adalah data sekunder maka untuk

menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi

klasik yang digunakan yaitu : Multikolonieritas, Heteroskedastisitas, Autokorelasi

dan Uji Normalitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.5.1 Uji Multikolinearitas

Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan

regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel

bebasnya (independen) berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu

variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,

2009). Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai

variance inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value dibawah 0,10 atau nilai

VIF diatas 10, maka terjadi problem multikolinearitas. Jika terjadi

multikolinearitas akan menimbulkan akibat sebagai berikut :

1) Standar error koefisien regresi yang diperoleh menjadi besar. Semakin

besarnya standar error maka semakin erat kolinearitas antara variabel

bebas.

2) Standar error yang besar mengakibatkan confident interval untuk penduga

parameter semakin melebar, dengan demikian terbuka kemungkinan

terjadinya kekeliruan, yakni menerima hipotesis yang salah.

33

Page 34: Isi Skripsi

Maka dari itu perlu dilakukan uji multikolinearitas terlebih dahulu.

3.5.2 Uji Autokolerasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara

anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila

datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross

sectional). Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan

ada problem autokorelasi. (Ghozali, 2009).Menurut Muhammad Iqbal Hasan

(2001:290) klaisfikasi nilai dw yang dapat digunakan untuk melihat ada atau

tidaknya autokorelasi dalam model regresi.

Tabel 3.5.2

Klasifikasi Nilai DW untuk Autokorelasi

Nilai Keterangan

<1,10

1,10 – 1,54

1,55 – 2,45

2,46 – 2,90

>2,91

Ada autokorelasi

Tidak ada kesimplan

Tidak ada autokorelasi

Tidak ada kesimpulan

Ada autokorelasi

Sumber: Iqbal Hasan (2001)

Oleh karena itu perlu dilakukan ‘pengobatan’ autokorelasi.

3.5.3 Uji Normalitas

34

Page 35: Isi Skripsi

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang

baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang

dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Kemudian, untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan analisis non – parametric Kolmogorof - Smirnov (K-S). Ghozali (2009)

3.6 Uji Hipotesis

3.6.1 Uji Serentak/simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik

bahwa keseluruhan variabel independen berpengaruh secara bersama-sama

keseluruhan terhadap variabel dependen. Langkah pengujiannya adalah sebagai

berikut:

1. Menentukan formulasi Ho dan HA

35

Page 36: Isi Skripsi

Ho : b1, b2, b3, b4, b5, b6 = 0 artinya tidak ada pengaruh dari

variabelindependen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

HA : b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0 artinya ada pengaruh dari variabel

independensecara bersama-sama terhadap variabel dependen.

2. Tes Statistik

Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan HA diterima, berarti

adapengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) secara

bersamasamaterhadap variabel dependen (Y).

Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima dan HA ditolak, berarti tidak

adapengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) secara

bersama-samaterhadap variabel dependen (Y).

3.6.2 Uji Signifikansi Individu(Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji kemaknaan atau keberartian

koefisienregresi partial. Pengujian melalui uji t adalah dengan membandingkan t

hitungdengan ttabelpada taraf nyata α = 0,05. Uji t berpengaruh positif dan

signifikan apabila hasil perhitungan t hitung lebih besar dari t tabel (t- hitung > t- tabel)

atau probabilitas kesalahan lebih kecil dari 5 % (P < 0,05). Selanjutnya akan

dicari nilai koefisien determinasi partial (r2) untuk mengetahui pengaruh variabel

bebas (X) secara partial terhadap variabel tidak bebas (Y).

Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Menentukan formulasi HO dan HA

36

Page 37: Isi Skripsi

HO : bi ≤0 artinya HO tidak ada pengaruh yang positif dan signifikanantara

variabel bebas dan variabel terikat.

HA : bi > 0 artinya HA ada pengaruh yang positif dan signifikan

antaravariabel bebas dan variabel terikat.

2) Tes Statistik

Jika T-hitung > T-tabel, maka Ho ditolak dan HA diterima, berarti

adapengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel

independendan

variabel dependen.

3.7.Batasan Variabel

Penentuan variabel pada dasarnya adalah operasionalisasi terhadap

konstrak, yaitu upaya mengurangi abstraksi konstrak sehingga dapat diukur.

Definisi operasional adalah penentuan konstrak sehingga menjadi variabel

yangdapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan

oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan konstrak, sehingga memungkinkan

bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dangan cara yang

samaatau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik Irdriantoro

dan Supomo (1999 : 69). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Pendapatan Asli Daerah (Sektor pariwisata)

Merupakan total PAD Kabupaten Bulukumba tahun 2000-2009

37

Page 38: Isi Skripsi

2. Jumlah Obyek Wisata

Merupakan banyaknya obyek wisata yang ada di kota Bulukumba

tahun2000-2009

3. Jumlah Wisatawan

Merupakan besarnya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun

nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Bulukumba tahun 2000-2009

4. ProdukDomestik Reginal Bruto (PDRB)

PDRB yang digunakan adalah PDRB non pertanian dan non migas 2000-

2009 berdasarkan harga konstan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografi dan Klimatologi

Kabupaten Bulukumba adalah wilayah di bagian selatan jasirah

Sulawesi dan berjarak kurang lebih 153 km dari ibu kota Propinsi Sulawesi

Selatan, terletak antara 05o2’-05o40’ lintang selatan dan 119o58-120o38’ bujur

timur dan batas-batasnya sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

38

Page 39: Isi Skripsi

b. Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone

c. Sebelah selatan berbatasan denganLaut Flores

d. Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Bantaeng

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 km2 atau

sekitar 1,85 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi sepuluh

kecamatan dan terbagi kedalam 24 kelurahan dan 102 desa. Wilayah

Kabupaten Bulukumba hamper 59,39 persen berada pada ketinggian 0-1000

meter di atas permukaan laut (DPL) dengan tingkat kemiringan tanah

umumnya 0-40o.

Penduduk Kabupaten Bulukumba berdasarkan data hasil

perhitungan penduduk tahun 2006 berjumlah 383.870 juwa. Dilihat dari jenis

kelamin penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki yaitu

201.319 jiwa perempuan dan 182.551 jiwa laki-laki. Kepadatan penduduk

Kabupaten Bulukumba pada tahun 2006 yaitu 332 jiwa/km2 dengan

pertambahan penduduk rata-rata 0,39 persen pertahun. Jumlah penduduk

kabupaten Bulukumba menurut pemeluk agama dapat dilihat pada tabel

4.1.1berikut ini:

Tabel 4.1.1

Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama di Kabupaten

Bulukumba Tahun 2009

No. Agama Jumlah Jiwa Persentase

1. Islam 836.773 99,75

39

Page 40: Isi Skripsi

2. Kristen Protestan 1.090 0,13

3. Kristen Katholik 504 0,06

4. Hindu 84 0,01

5. Budha 419 0,05

Total 838.870 100,00

Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba

4.1.2 Mata Pencaharian

Masyarakat Kabupaten Bulukumba mempunyai profesi yang

beragam mulai dari petani, buruh, pegawai/ABRI, pengusaha, pedagang,

pengrajin dan lain-lain. Namun profesi sebagai petani menempati urutan yang

pertama. Jumlah tenaga kerja menurut profesi dapat dilihat pada tabel 4.1.2

berikut

Tabel 4.1.2

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Bulukumba

Tahun 2009

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Persentase

40

Page 41: Isi Skripsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Petani

Pertambangan

Industri

Listrik, gas dan air minum

Bangunan

Perdagangan

Angkutan

Keuangan

Jasa-jasa

Lainnya

55.993

176

9.554

176

4.425

24.460

6.386

1.810

22.699

352

44,42

0,13

7,58

0,13

3,51

19,40

5,06

1,43

18,01

0,27

Total 126.031 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba

4.1.3 Potensi Pariwisata Kabupaten Bulukumba

Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu daerah tujuan wisata

yang cukup menarik untuk dikunjungi dengan berbagai jenis wisata alam

maupun wisata budaya.

41

Page 42: Isi Skripsi

Salah satu objek wisata yang paling menarik dan cukup dikenal di

Kabupaten Bulukumba adalah wisata pantai Tanjung Bira yang memiliki

panorama alam yang indah. Pantai dengan pasir putihnya yang bening

laksana hamparan mutiara. Selain itu, di kabupaten Bulukumba juga terdapat

wisata budaya seperti makam para leluhur dan berbagai gua-gua bersejarah

yang juga tak kalah menarik untuk dikunjungi.

Adapun berbagai onjek wisata di Kabupaten Bulukumba yang telah

terdaftar di Dinas Pendapatan Daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.3Daftar Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata Dirinci

MenurutKondisinya Di Kabupaten Bulukumba, 2006

42

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

1. Pantai Bira Desa Bira

2. Pantai pembuatan perahu pinisi Kelurahan Tanah Lemo

3. Pantai Lemo-lemo Kelurahan Lemo-lemo

4. Puncak puang janggo Desa Bira

5. Gua Malukua Desa Bira

6. Pantai Panrang Luhu Desa Bira

7. Pantai Mandala Ria Desa Ara

8. Pantai Marummasa Desa Darubia

9. Pantai Kasuso Desa Darubia

10. Gua Pasuhara Desa Ara Lembanna

11. Pulau Kambing Desa Bira

12. Pulau Liukang Desa Bira

13. Gua Liang Panikia Desa Bira

Page 43: Isi Skripsi

Kecamatan Bonto Tiro

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

1. Pantai Samboang Desa Tritiro

2. Makam Dato Tiro Kelurahan Eka Tiro

3. Permandian Hila-hila Kelurahan Eka Tiro

4. Permandian Alam Limbua Kelurahan Eka Tiro

5. Makam Karaeng Sapo Batu Desa Tri Tiro

6. Makam Karaeng Ambibia Kelurahan Eka Tiro

Kecamatan kajang

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

43

Page 44: Isi Skripsi

1. Kawasan Adat Amma toa Desa Tanah Toa

2. Pertenunan Tradisional (pemb

uatan sarung Kajang)

Desa Tanah Toa

3. Perkebunan Karet Desa Lolisang

Kecamatan Bulukumpa

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

1. Perkebunan Karet balombessie Desa Bonto Biraeng, Desa mangerong

2. Puncak Karampuang Desa Karampuang

Kecamatan Rilau Ale

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

1. Pertanian Terpadu Desa Balangtieng

2. Sungai Balantieng Desa Balangtieng

Kecamatan Ujung Loe

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

1. Agro Wisata Tambak Ujung Loe

2. Perkebunan Karet Paklangisang Kampung Paklangisang,

Kecamatan Ujung Bulu

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

44

Page 45: Isi Skripsi

1. Pantai Merpati Kel Ujung Bulu

2. Pasar Cekkeng Kel. Ujung Bulu

Kecamatan Kindang

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

1. Danau Kahaya Desa Kindang

2. Air Terjun Bravo Kel. Borong rappoa

Kecamatan Gantarang

No. Nama Objek Kecamatan/Kelurahan

1. Sungai Bialo Desa Bialo

2. Sungai bijawang Desa Bijawang

Sumber: Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Bulukumba

4.2 Kondisi Perekonomian

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan

olehseluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang

danjasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

PDRBperkapita merupakan salah satu ukuran dari tingkat kesejahteraan

masyarakat disuatu daerah.

Tabel 4.2.1

45

Page 46: Isi Skripsi

Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bulukumba

Tahun 2000-2009

Tahun PDRB harga

berlaku (juta Rp)

Perkembangan

(Persen)

PDRB harga

konstan

(juta Rp)

Pertumb

uhan

(Persen)

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

1.051.083,52

1.179.767,46

1.312.524,56

1.411.943,82

1.565.071,47

1.740.029,48

1.976.249,22

2.201.346,39

2.711.090,80

3.255.210,15

-

10.90

10.11

7.04

9.78

10.05

11.95

10.22

18.80

16.71

1.051.085,52

1.079.560,76

1.121.407,28

1.162.301,85

1.216.722,84

1.271.224,62

1.352.303,09

1.424.820,83

1.539.670,17

1.639.311,55

-

2.63

3.73

3.51

4.47

4.28

5.99

5.08

7.45

6.07

Rata-rata xxx 11.73 xxx 4.80

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa rata-rata persentase

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba dari tahun 2000-2009 mencapai

4.80 persen dengan tingkat pertumbuhan perekonomian yang berfruktuasi dan

dapat terlihat bahwa pada tahun 2008 memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup

baik yakni mencapai angka 7,45 persen, hal ini disebabkan tingginya kontribusi

46

Page 47: Isi Skripsi

sektor pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan-pertumbuhan

yang dialami pada tahun sebelumnya pun cukup stabil yakni di tahun 2000 hingga

tahun 2002 cenderung mengalami peningkatan hingga mencapai 3,73 persen. Di

tahun 2003 mengalami penurunan pada angka 3,51 persen disebabkan

berkurangnya kontribusi industri migas, namun kemudian meningkat lagi di tahun

2004 sebesar 4,47 persen dan sedikit mengalami penurunan kembali pada tahun

berikutnya menjadi 4,28 persen lalu di tahun 2006 sebesar 5,99 persen, kemudian

penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba kembali di tahun

2007 di angka 5,08 persen yang disebabkan oleh produksi pertanian yang sedikit

mengalami penurunan akibat penanggulangan hama yang kurang tepat di tahun

tersebut. Di tahun 2008 meningkat kembali di 2009 kembali mengalami

penurunan pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang disebabkan kenaikan

bahan bakar minyak hingga persentase pertumbuhan perekonomian menurun

menjadi 6,07 persen. Hal ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bulukumba mengalami tingkat pertumbuhan yang belum begitu stabil

namun masih bisa diatasi.

4.3 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

Sebagaimana diketahui bahwa dalam penyelenggaraan rumah tangga

daerah, selalu membutuhkan biaya yang cukup besar karena itu untuk mencakup

keperluan penyelenggaraan rumah tangga daerah bersangkutan, maka dibutuhkan

47

Page 48: Isi Skripsi

pembiayaan sebagaimana tertuang dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD) pada setiap daerah, pendapata asli daerah adalah pungutan yang

dilakukan berdasarkan pendapatan daerah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, daerah tersebut memiliki sumber

keuangan sendiri, sekurang-kurangnya untuk menutupi anggaran rutin daerah

sehingga tidak tergantung pada subsidi dan sumbangan dari pemerintah pusat atau

propinsi. Oleh sebab itu, diharapkan pada pemerintah daerah agar berusaha

memanfaatkan pendapatan asli daerahnya, berusaha mengelolahnya dengan baik

agar bisa memberikan hasil yang bisa mencukupi kebutuhan APBD.

Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam

mengelola sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut, dan perkembangan di

dalam menunjang pelaksanaan pembangunan serta jalannya roda pemerintahan di

Kabupaten Bulukumba berikut ini penulis menyajikan data tentang perkembangan

realisasi Pendapatan Asli Daerah sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009.

Tabel 4.3.1

Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bulukumba

Tahun 2000-2009 (milyar rupiah)

Tahun Realisasi Kenaikan/Penurunan(-)

48

Page 49: Isi Skripsi

(milyar rupiah)

Jumlah

(milyar rupiah)

Persen

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

4.078,78

6.843,44

9.451,92

12.687,39

11.515,06

10.957,35

20.053,49

22.544,91

35.406,41

35.974,62

-

2.764,66

2.608,48

3.235,47

-1.172,33

-557,71

9.096,14

2.491,42

12.861,5

568,21

-

40.39

27.59

25.50

-10.18

-5.08

45.35

11.05

36.32

1.57

Sumber: Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bulukukmba

Pada tabel 4.3 di atas, perkembangan realisasi Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Bulukumba terlihat diwarnai dengan naik turunnya target yang dicapai

yakni di tahun 2000 dengan realisasi sebesar Rp 4.078.780.000 ke tahun 2001

sebesar Rp 6.843.440.000 yang mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu Rp

2.764.660.000 atau sebesar 40.39 persen.

Kemudian di tahun 2001 ke tahun 2002 tetap mengalami peningkatan namun

tidak sebanyak yang dialami pada tahun 2000 ke tahun 2001. Jumlah kenaikan

yang terjadi, hanya sebesar Rp 2.608.480.00 atau seebesar 27,59 persen. Dan

49

Page 50: Isi Skripsi

jika kemudian dibandingkan kembali dengan tahun berikutnya yakni tahun 2003

dimana realisasi PAD adalah sebesar Rp 12.687.390.000 mengalami kenaikan

sebesar Rp 3.235.470.000 atau sebesar 25,50 persen. Selanjutnya di tahun 2004

realisasi sebesar Rp 11.515.060.000 mengalami penurunan jumlah realisasi dari

tahun 2003 ke 2004 yakni sebesar Rp 1.172.330.00 atau menurun sekitar 10,18

persen dan dilanjutkan lagi dengan penurunan dari tahun 2005 sebesar 5,08 persen

dengan jumlah realisasi Rp 10.957.350.000 dengan jumlah penurunan sebesar

Rp 557.710.000.

Di tahun 2006, realisasi PAD kembali meningkat dibandingkan dengan

tahun 2005 dengan jumlah peningkatan cukup besar yakni Rp 9.096.140.000 atau

sebesar 45.35persen dengan angka realisasi sebesar Rp 20.053.490.000. tahun

2006 ke tahun 2007 juga ikut mengalami peningkatan sebesar Rp 2.491.420.000

atau sebesar 11,05 persen dan kemudian meningkat lagi di tahun 2008 sebesar Rp

15.352.920.000 atau sebesar 43.36persen dengan realisasi sebesar Rp

35.406.410.000 kemudian kembali mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke

tahun 2009 dengan realisasi sebesar Rp 35.974.620.000 dengan angka kenaikan

sebesar Rp 568.210.000 atau sebesar 1,57 persen.

Kondisi fluktuasi tingkat realisasi yang dialami Kabupaten Bulukumba

tentunya sangat berpengaruh terhadap tingkat kemandirian kabupaten Bulukumba

sehingga diperlukan berbagai kebijakan pengembangan dan peningkatan

kemandirian daerah agar target dan realisasi dapat dipenuhi.

50

Page 51: Isi Skripsi

4.4 Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah

di Kabupaten Bulukumba Periode 2000-2009

Hasil penelitian dan pembahasan merupakan penggambaran tentang hasil

yang diperoleh dalam penelitian yang terdiri atas variabel-variabel independen

dan variabel dependen. Dalam penelitian ini juga termasuk data yang diperoleh

yakni data PAD, jumlah objek wisata, jumlah wisatawan serta data PDRB(non

migas, non pertanian) dari tahun 2000 hingga tahun 2009. Data ini diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Bulukumba.

Karena dalam pengolahan dalam penelitian ini, yang digunakan adalah

PDRB non migas dan non pertanian, sehingga PDRB total Kabupaten Bulukumba

tahun 2000-2009 dikurangkan dengan total PDRB sektor pertanian dan PDRB

migas (pertambangan dan penggalian), dengan hasil olahan sebagai berikut:

Tabel 4.4.1

PDRB non migas, non pertanian Kabupaten Bulukumba tahun 2000-2009

Tahun PDRB sektor

pertanian

PDRB sektor pertambangan

dan

a1 + a2 (juta rupiah)

Total PDRB

PDRB non migas, non pertanian

51

Page 52: Isi Skripsi

(a1)(juta rupiah)

penggalian (a2)

(juta rupiah)(juta rupiah) (juta

rupiah)

2000 650.314,42 2.943,23 653.257,651.051.085,52

397.827,87

2001 653.755,36 3.287,61 657.042,971.079.560,76

422.517,79

2002 676.13,.4 3.489,8 679.621,21.121.407,28

441.786,08

2003 691.622,98 3.636,01 695.258,991.162.301,85

467.042,86

3004 723.705,87 3.961,9 727.667,771.216.722,84

489.055,07

2005 741.040,45 4.206,26 745.246,711.271.224,62

525.977,91

2006 772.739,24 4.583,71 777.322,951.352.303,09

574.980,14

2007 787.743,82 5.243,3 792.987,121.424.820,83

631.833,71

2008 844.836.,5 6.057,2 850.894,051.539.670,17

688.776,12

2009 867.461,4 6.778,96 874.240,361.639.311,55

765.071,19Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba

4.5 Hasil Uji Penyimpangan

4.5.1 Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS maka VIF LnJOWS adalah 7.554,

VIF LnJWS adalah 1.271 dan VIF LnPDRB adalah 9.267. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa masalah multikolinearitas antara variabel bebas yakni variabel

Jumlah objek wisata (JOWS), jumlah wisatawan (JWS) dan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB non migas dan non pertanian), bebas dari

multikolonieritas yang ditunjukkan dengan nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF <

10.dapat diabaikan karena VIF berada di antara 0,10 dengan 10.

4.5.2 Hasil uji Autokorelasi

52

Page 53: Isi Skripsi

. Setelah dilakukan ‘pengobatan’ autokorelasi diperoleh hasil seperti

dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 4.5.3 Hasil Uji Autokorelasi setelah

‘Pengobatan’.

Tabel 4.5.1

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model RR

SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the

EstimateDurbin-Watson

1 .917a .841 .761 .26566 1.144

a. Predictors: (Constant), LnPDRB, LnJWS, LnJOWS

b. Dependent Variable: LnPADSumber: hasil uji dengan SPSS 17

Berdasarkan nilai DW 1,144 (1,10 – 1,54) artinya tidak ada kesimpulan.

4.5.3Hasil Uji Heteroskedisitas

Berikut ini merupakan hasil uji heteroskedasititas dengan menggunakan

SPSS 17.

53

Page 54: Isi Skripsi

Tabel 4.5.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model

Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -18.951 23.588 -.951 0.053

LnJOWS 7.125 14.331 13.266 13.377 0.619

LnJWS 5.071 12.133 10.092 17.532 0.014

LnPDRB 4.689 9.778 7.679 8.950 0.937

Sumber: hasil uji dengan SPSS 17

Dan kemudian dilakukan pengujian terhadap plots dari hasil uji heteroskeditas

dengan gambar sebagai berikut:

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskeditas

Berdasarkan plot di atas bahwa tidak ada plot yang jelas dan titik-titik

menyebar di atas dan di bawah sumbu y sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak

terjadi heteroskedisitas.

54

Page 55: Isi Skripsi

4.5.4 Hasil Uji Normalitas

Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS 17, maka diperoleh

gambar 4.2 seperti berikut ini:

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Normal Variabel Pengganggu

Berdasarkan tampilan grafik histogram (dapat dilihat pada gambar 4.2),

dapat disimpulkan bahwa variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Berdasarkan dari histogram di atas, menunjukkan pola regresi normal

yang memenuhi asumsi normalitas karena histogram yang ada menyerupai

lonceng (mendekati pola distribusi normal)

Sedangkan berdasarkan grafik normal plot (dapat dilihat pada gambar 4.3),

dapat dilihat bahwa titik - titik menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini

mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

55

Page 56: Isi Skripsi

Gambar 4.3

Grafik Normal Plot

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memen

uhi asumsi normalitas data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti garis diagonal tersebut.

Berdasarkan Uji Normalitas menggunakan analisis non – parametric

Kolmogorof - Smirnov (K-S), diperoleh hasil bahwa variabel PAD, JOWS, JWS

dan PDRB mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa variabel - variabel tersebut terdistribusi secara

normal.

4.6. Pengujian Hipotesis

Hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut :

4.6.1 Uji Serentak (Uji F)

56

Page 57: Isi Skripsi

Berdasarkan Uji - F diperoleh pengaruh secara bersama - sama tiga

variabel independen Jumlah objek wisata, Jumlah wisatawan dan PDRB (non

migas, non pertanian)terhadap variable dependen PAD sebagai berikut.

Tabel 4.6.1Uji F

ANOVAb

ModelSum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.238 3 .746 10.571 .000a

Residual .423 6 .071

Total 2.662 9

a. Predictors: (Constant), LnPDRB, LnJWS, LnJOWS

b. Dependent Variable: LnPADSumber:hasil olahan dengan SPSS 17

Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai F hitung sebesar

10.571dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, dengan demikian nilai P (sig) =

0,001< α 0,005. Kemudian F hitung > F tabel (10.571> 4,53 ) dan tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi variabel dependen PAD. Dengan demikian secara serentak dapat

disimpulkan JOWS (X1), JWS (X2), dan PDRB non migas dan non pertanian

(X3) berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).

Adjusted R2

Berdasarkan tampilan SPSS model summary diperoleh hasil bahwa

nilai adjusted R2 sebesar 0,917, hal ini berarti 91% variasi PAD dapat

57

Page 58: Isi Skripsi

dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen Jumlah objek wisata,

jumlah wisatawan, dan PDRB (non migas, non pertanian). Sedangkan sisanya

sebesar 0,19% dijelaskan oleh sebab - sebab lain diluar model.

Tabel 4.6.2 Adjusted R2

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .917a .841 .761 .26566

a. Predictors: (Constant), LnPDRB, LnJWS, LnJOWS

b. Dependent Variable: LnPAD

Sumber: hasil olahan dengan SPSS 17

4.6.2. Uji Partial (Uji t)

Sementara itu secara parsial pengaruh dari tiga variabel independen

tersebut terhadap PAD dipaparkan pada tabel berikut.

Tabel 4.6.3

Uji Partial (Uji t)

58

Page 59: Isi Skripsi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -36.769 10.323 -.951 0.053

LnJOWS 7.487 8.010 .433 13.377 0.619

LnJWS 5.237 .659 .060 17.532 0.014

LnPDRB 1.501 1.500 .490 8.950 0.937

a. Dependent Variable: LnPADsumber: hasil uji SPSS 17

Dari tabel 4.12 dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ e

lnY = a + b1lnX1 + b2ln X2 + b3ln X3+ µ

LnY = -36.769+ 7.487lnX1 + 5.237lnX2 + 1.501 lnX3 + µ

LnPAD= -36.769+ 7.487lnX1 + 5.237lnX2 + 1.501 lnX3 + µ

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas diperoleh koefisien

regresiJOWS (X1) sebesar (+)7,487. Koefisien tersebut mengindikasikan

adanya hubungan positif antara variabel Jumlah Objek Wisata (JOWS)

(X1) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) dan kemudian 7,487> 1 maka

bersifat elastis dimana hal tersebut berarti bahwa kenaikan 1 persen jumlah

objek wisata di Kabupaten Bulukumba mengakibatkan peningkatan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bulukumba sebesar 7,487persen

namun tidak signifikan.

59

Page 60: Isi Skripsi

Koefisien regresi JWS atau jumlah wisatawan (X2) sebesar (+) 5,237.

Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara

variabel Jumlah Wisatawan (X2 ) terhadap Pendapatan Asli Daerah dan

kemudian 5,237> 1 juga mengindikasikan bahwa kenaikan jumlah

wisatawan sebesar 1 persen mengakibatkan kenaikan juga terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bulukumba sebesar 5,237persen

dengan pengaruh yang signifikan .

Koefisien regresi PDRB (non migas, non pertanian) sebesar (+)1,501.

Koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan positif antara

variable PDRB (non migas, non pertanian) terhadap Pendapatan Asli

Daerah (Y) dan bersifat elastis karena 1,501 > 1 yang juga

mengindikasikan bahwa kenaikan tingkat PDRB non migas, non pertanian

Kabupaten Bulukumba mengakibatkan kenaikan Pendapatan Asli Daeraha

di Kabupaten Bulukumba sebesar 1,501 persen namun tidak berpengaruh

signifikan.

Dari hasil Uji - t dapat dilakukan pembahasan hipotesis yang diajukan

sebagai berikut :

1. H1: Jumlah Objek Wisata berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli

Daerah.

Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar

(+)13.377dan t- tabelnya 1,943dengan tingkat signifikansi 0.619. Karena t

hitung lebih besar dari t tabel (13.377>1,943) dan karena tingkat

signifikansi lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung bertanda positif, maka

60

Page 61: Isi Skripsi

secara parsial variabel independen Jumlah objek wisata berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap variabel dependen PAD. Dengan

demikian hipotesis ditolak.

2. H2 : Jumlah wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar (+)17.532

dengan tingkat signifikansi 0.014. Karena t-hitung lebih besar dari t-

tabel(17.532>1,943) serta tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 dan

nilai t-hitung bertanda positif, maka secara parsial variabel independen

Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel dependen Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian hipotesis

diterima.

3. H3: PDRB(non migas, non pertanian) berpengaruh Positif terhadap

Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan Uji - t diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar

(+)8.950dengan tingkat signifikansi 0.937. Karena t-hitung lebih besar dari

pada t-tabel (8.950> 1,943) dan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05

dan nilai t-hitung bertanda positif, maka secara parsial variabel independen

PDRB (non migas, non pertanian)berpengaruh positif namun tidak

signifikan terhadap variabel dependen Pendapatan Asli Daerah. Dengan

demikian hipotesis ditolak.

a. Variabel Jumlah Objek Wisata (X1)

Hasil Penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan

Jumlah objek wisata selama periode penelitian mempengaruhi secara positif

61

Page 62: Isi Skripsi

Pendapatan Asli Daerah namun tidak dengan signifikan. Semakin tinggi jumlah

objek wisataKabupaten Bulukumba maka akan mendorong peningkatan

Pendapatan Asli Daerah. (H1 : Jumlah Objek Wisata berpengaruh positif terhadap

PAD.Ho diterima, HA ditolak).

Dari hasilperhitungan regresi seperti ditampilkan pada persamaan diatas

menunjukkankonsistensi terhadap teori bahwa jumlah obyek wisata memberikan

tanda positif.Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa banyaknya

jumlah obyekwisata yang ada, maka dapat meningkatkan penerimaan daerah

sektor pariwisatadi Kabupaten Bulukumba, baik melalui pajak daerah maupun

retribusi daerah. Meskipun dari hasil yang diperoleh tersebut, belum bisa

memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susiana (2003),

dimana penelitian dilakukan di Kota Semarang dengan hasil regresi yang

menunjukkan bahwa jumlah objek wisata memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap Pendapatan Asli daerah.

Objek-objek wisata yang ada di suatu wilayah memang memiliki peranan

yang sangat penting dalam menarik para wisatawan untuk berkunjung dan

menikmati segala panorama berikut fasilitas yang disediakan di daerah tujuan

wisata tersebut. Kabupaten Bulukumba sebenarnya memiliki potensi yang cukup

dalam pemanfaatan objek-objek wisata yang dimilikinya untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerahnya sebab Kabupaten Bulukumba juga memiliki banyak

objek-objek wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi, namun pada

kenyataannya dari hasil penelitian ini disebutkan bahwa jumlah objek wisata

memang berpengaruh positif namun belum cukup signifikan untuk mendukung

62

Page 63: Isi Skripsi

peningkatan PAD Kabupaten Bulukumba. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh

sarana dan prasarana yang belum cukup, terutama akses di berbagai objek wisata

yang berpotensi untuk dijadikan objek wisata yang masih terlampau kurang

seperti halnya yang dikemukakan oleh Yoeti (2008) yang menganggap bahwa

perjalanan pariwisata yang dilakukan tersebut adalah untuk memperoleh layanan

dari lembaga-lembaga atau perusahaan yang bergerak dalam bidang

kepariwisataan.Pengembangan sarana dan fasilitas serta akses yang memadai

memang sangat penting untuk dikembangkan di berbagai objek wisata yang ada,

karena hal tersebut dapat berpengaruh terhadap minat para wisatawan untuk

berkunjung, seperti misalnya pada objek wisata alam Danau Kahayya dan air

terjun Bombang Tellue yang memiliki panorama yang sangat indah, namun akses

dan sarana yang kurang memadai untuk berkunjung ke sana, sehingga membuat

para wisatawan enggan untuk berkunjung ke sana bahkan masih banyak yang

belum mengetahui keberadaan objek wisata tersebut dikarenakan para wisatawan

yang kurang berminat untuk berkunjung ke sana.

Selain akses dan fasilitas yang belum memadai, objek wisata yang ada di

Kabupaten Bulukumba cenderung monoton atau tidak ada objek-objek wisata

baru yang sekiranya dapat menambah daya tarik. Selain itu, di Kabupaten

Bulukumba cenderung hanya berfokus mengembangkan objek wisata yang sudah

terkenal dan telah banyak dikunjungi oleh wisatawan, namun objek wisata yang

memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan namun belum banyak

dikunjungi oleh wisatawan, justru semakin terabaikan karena tidak ada tindak

lanjut yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bulukumba untuk lebih

63

Page 64: Isi Skripsi

melakukan ekplorasi untuk menjadikan objek wisata tersebut sebagai objek wisata

yang layak dan lebih menarik lagi untuk dikunjungi.

Kemudian di sisi lain, peran para pihak-pihak swasta justru lebih menonjol

dalam peningkatan daya tarik di setiap objek wisata dibandingkan dengan peran

pemerintah dalam memperhatikan potensi yang ada di Kabupaten Bulukumba.

Hal ini terbukti dengan lebih banyaknya asset-aset pihak swasta dalam

mengembangkan usahanya di sektor pariwisata seperti misalnya pembangunan

hotel, café, dan penginapan yang layak di area kunjungan wisatawan dan jika

dibandingkan dengan produk-produk pemerintah yang ada di area objek wisata

tersebut terlihat sangat minim dan tidak begitu menarik jika dibandingkan dengan

sarana yang dibangun oleh puhak swasta. Selain itu juga, fasilitas-fasilitas umum

yang sangat penting dan seharusnya ada di daerah objek wisata pun ikut diabaikan

seperti misalnya pembuatan toilet, tempat sampah, mesjid atau pun musholah

justru hampir tidak ada dan kalau pun ada, fasilitas yang disediakan masih

tergolong sangat minim yang kemudian kedepannya hal ini menjadi pertimbangan

kembali untuk para wisatawan dalam mengadakan perjalanan wisata ke

Kabupaten Bulukumba.

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bulukumba

sebenarnya dapat ditingkatkan dengan jumlah objek wisata dengan

memperhatikan hal-hal yang perlu ditanggulangi lebih lanjut atau dapat dilakukan

pembangunan atau penambahan objek wisata sebagai alternatif lain. Dalam

hubungan dengan pengembangan suatu daerahuntuk menjadi tujuan wisata agar ia

dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, maka daerah tersebut harus

64

Page 65: Isi Skripsi

memenuhi paling sedikit tiga syarat menurut Yoeti (2008) yaitu meliputi

Something to see, artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata atau atraksi

wisata yang berbeda dengan apa yang telah dimiliki oleh daerah lain, artinya ada

daya tarik khusus agar dapat dijadikan entertiments.Something to do, artinya di

tempat tersebut selain ada yang dapat dilihat dan disaksikan harus pula disediakan

fasilitas rekreasi agar dapat membuat wisatawan betah. Something to buy, artinya

di tempat tersebut tersedia fasilitas untuk belanja, terutama barang-barang

souvenir dan kerajinan rakyat sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang,

selain sarana lain seperti money changer, bank, kantor pos, telepon dan lain-lain.

b. Variabel Jumlah Wisatawan(X2)

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan

jumlah wisatawan selama periode penelitian mempengaruhi peningkatan

Pendapatan Asli Daerah dan signifikan. Semakin tinggi jumlah wisatawan, maka

Pendapatan Asli Daerah akan meningkat. ( H2 : JWS berpengaruh positif terhadap

PAD.Ho ditolak, HA diterima), sebaliknya jika jumlah wisatawanyang berkunjung

mengalami penurunan maka pendapatan daerah yang diterimaakan semakin

menurun sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa berbagaimacam kebutuhan

wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkangejala konsumtif untuk

produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Denganadanya kegiatan

konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik,maka akan

memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata di Kabupaten Bulukumba.Hasil

regresi yang diperoleh, memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh

65

Page 66: Isi Skripsi

Austriana (2005) yang menyebutkan bahwa jumlah wisatawan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap peningkatan PAD.

Jumlah wisatawan ini merupakan variabel yang berpengaruh positif dan

lebih signifikan dibandingkan dengan kedua variabel yang ikut diteliti dalam

hubungannya dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Bulukumba. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa objek wisata yang

dianggap masih memiliki daya tarik yang layak untuk dikunjungi dan di samping

itu, kedatangan para wisatawan di Kabupaten Bulukumba bukan hanya didasari

oleh keinginan dalam menikmati panorama semata, namun juga didasari oleh

beberapa faktor seperti salah satunya misalnya memanfaatkan daerah Kabupaten

Bulukumba sebagai lahan ekonomi atau dengan kata lain berinvestasi terutama di

sektor perdangan seperti perhotelan, rumah makan, mini market dan sebagainya.

Hal tersebut sekiranya kemudian dapat ditindak lanjuti agar pengaruh jumlah

wisatawan ini dapat tetap dipertahankan dan sebaiknya ditingkatkan dengan tetap

memperhatikan berbagai fasilitas wisata yang tersedia yang memiliki eksistensi

yang cukup untuk menjadi daya tarik untuk dikunjungi dan fasilitas-fasilitas yang

masih perlu ditinjau ulang agar dapat ikut serta memberikan kontribusi terhadap

peningkatan PAD Kabupaten Bulukumba.

c. Variabel PDRB (non migas, non pertanian) (X3)

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan

PDRB non pertanian dan non migas di Kabupaten Bulukumba selama periode

penelitian mempengaruhi Peningkatan PAD setiap tahunnya tetapi tidak

66

Page 67: Isi Skripsi

signifiikan. Semakin otptimal PDRB (non migas, non pertanian) akan mendorong

meningkatnya PAD. (H3 : PDRB berpengaruh positif terhadap PAD, ditolak).

Pertumbuhan Ekonomi / PDRB adalah tingkat pertambahan dan

pendapatan, atau dengan kata lain sebagai kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu Negara (daerah) untuk menyediakan jenis barang-barang

ekonomi kepada masyarakat. Jadi suatu perekonomian dikatakan mengalami

pertumbuhan atau perkembangan apabila tingkat kegiatan ekonomi suatu

masyarakat tersebut lebih tinggi dari kegiatan ekonomi yang dicapai sebelumnya.

Pada umumnya para ahli-ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama

mengenai pertumbuhan ekonomi / PDRB sebagai kenaikandalam perkapita,

karena kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan terjadinya

perbaikan dalam tingkat kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan PDRB atas dasar berlaku dari tahun ke tahun

menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan

dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam

tingkat harganya.  Untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau

perkembangan produksi secara nyata, faktor pengaruh harga perlu dihilangkan

dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan. Produk riil per kapita

biasanya juga dipakai sebagai indikator untuk menggambarkan perubahan tingkat

kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun.  Untuk perencanaan, proyeksi dan

penentuan target, selalu bertitik tolak dari perhitungan atas dasar harga konstan.

67

Page 68: Isi Skripsi

Variabel PDRB (non migas, non pertanian) ini memiliki pengaruh yang

positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bulukumba

namun tidak signifikan, hal ini dipengaruhi oleh daya beli atau tingkat konsumsi

para wisatawan yang masih stabil bahkan relatif meningkat yang terbukti dari

pendapatan retribusi pos masuk ke daerah tujuan wisata yang masih cenderung

meningkat, namun tidak signifikannya variabel PDRB (non migas, non pertanian)

disebabkan adanya beberapa faktor ekternal dan internal diamana faktor

eksternalnya yaitu berada pada kesadaran pembayaran pajak (pemilih usaha) atau

dengan kata lain transparansi pendapatan pemilik usaha yang seharusnya dibayar

sesuai yang ditentukan oleh aparat penanganan pajak yang disesuaikan dengan

pendapatan para pemilik usaha di sektor-sektor yang berpengaruh terhadap

pariwisata dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Bulukumba.

Kemudian faktor internal yang mempengaruhi adalah pendataan yang

dilakukan oleh para aparat penanganan pajak terhadap pemilik usaha yang

seharusnya dimasukkan dalam pendataan, namun kenyataannya masih banyak

restoran-restoran, maupun usaha lainnya yang berada di Kabupaten Bulukumba

khususunya di daerah tujuan wisata belum terdaftar sebagai wajib pajak sehingga

hal tersebut mempengaruhi peningkatan jumlah PDRB non migas dan non

pertanian.

Selain itu, PDRB (non migas, non pertanian) memiliki pengaruh yang

tidak signifikanterhadap penerimaan daerah sektor pariwisata yang dikarenakan

68

Page 69: Isi Skripsi

wisatawan yangberkunjung ke obyek wisata dan menginap di hotel-hotel di

Kabupaten Bulukumba adalah wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten

Bulukumba atau menurut Spillane (1987) bahwa daya tarik para wisatawan

internasional berbeda dari turis-turisIndonesia. Mereka datang dari iklim dingin

dan sangat menyenangi pantai-pantaidan sinar matahari walaupun orang Indonesia

yang hidup pada iklim tropis padaumumnya tidak tertarik pada tempat di tepi laut

yang biasanya panas. Hal ini jugaterjadi pada masyarakat Kabupaten Bulukumba

yang sudah terbiasa dengan iklim di Kabupaten Bulukumba lebih tertarik

berkunjung pada daerah yang mempunyai iklim yang berbeda dengan Kabupaten

Bulukumba seperti di Malino yang cenderung lebih sejuk iklimnya dibandingkan

dengan Kabupaten Bulukumba.

69

Page 70: Isi Skripsi

BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab IV, dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Pengaruh jumlah objek wisata terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kabupaten Bulukumba.

Digambarkan dari hipotesis yang telah diuji dengan indikasi bahwa jumlah

objek wisata memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan hasil hungungan yang tidak cukup

signifikan, hal ini disebabkan oleh fasilitas dan akses untuk menjangkau

lokasi objek wisata yang ada di Kabupaten Bulukumba belum memadai

dan juga pengemangan objek wisata yang ada masih cenderung lebih

banyak dikuasai oleh pihak swasta sehingga mengakibatkan para

wisatawan memiliki pertimbangan yang lain dalam melakukan perjalanan

wisata yaitu adanya faktor finansial yang relatif meningkat dengan terlalu

banyaknya campur tangan pihak swasta dibandingkan perhatian dari pihak

pemerintah.

2. Pengaruh jumlah wisatawan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di Kabupaten Bulukumba.

Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, mengindikasikan

bahwa jumlah wisatawan adalah variabel yang memiliki pengaruh yang

positif dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

70

Page 71: Isi Skripsi

Pendapatan Asli Kabupaten Bulukumba. Hal ini disebabkan oleh masih

tersedianya objek wisata di Kabupaten Bulukumba yang layak untuk

dikunjungi, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.

Selain itu, Kabupaten Bulukumba juga memiliki wisatawan yang

berkunjung bukan hanya sekedar menikmati pemandangan tetapi juga

datang untuk melihat peluang bisnis yang ada dan kemudian membangun

sebuah investasi di daerah tujuan wisata tersebut sehingga hal tersebut

menghasilkan pemasukan untuk Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten

Bulukumba.

3. Pengaruh PDRB (non migas, non pertanian) dalam peningkatan Pendapatan

asli Daerah (PAD) di Kabupaten Bulukumba.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa, variabel PDRB (non migas, non

pertanian) memiliki hubungan yang positif terhadap peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) namun tidak signifikan. (Ho diterima, HA

ditolak). Hal tersebut disebabkan karena belum adanya transparansi dari

pihak pemilik usaha di setiap sektor pariwisata yang berhubungan dengan

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti misalnya

pembangunan hotel yang belum terdaftar. Selain itu, juga dipengaruhi oleh

banyaknya hotel-hotel yang cenderung hanya dihuni oleh para wisatawan

dari luar Kabupaten Bulukumba sebab para masyarakat yang ada di

Kabupaten Bulukumba sudah merasa jenuh dengan keadaan di Kabupaten

Bulukumba baik itu karena iklim maupun objek wisata yang tidak

bervariasi sehingga pendapatan masyarakat yang seharusnya dibelanjakan

71

Page 72: Isi Skripsi

di daerah asal yakni di Kabupaten Bulukumba, menjadi milik daerah lain

yang dikunjunginya dan dianggap lebih menarik dan memiliki objek

wisata dan iklim yang berbeda dengan yang ada di Kabupaten Bulukumba.

a. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah objek wisata (JOWS), jumlah

wisatawan (JWS) dan PDRB (non migas, non pertanian) merupakan faktor -

faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bulukumba.

Semakin besar jumlah objek wisata, jumlah wisatawan, dan PDRB (non migas,

non pertanian) yang berhasil dihimpun maka semakin besar pula jumlah PAD,

meskipun variabel jumlah objek wisata dan PDRB (non migas, non pertanian)

pengaruhnya tidak signifikan.

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Susiana (2003) dan Austriana

(2005) yang menyatakan bahwa jumlah objek wisata, jumlah wisatawan, dan

PDRB (non migas, non pertanian) memiliki pengaruh yang positif terhadap

peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

b. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan periode penelitian dari tahun 2000 - 2009.

Oleh karena itu penelitian ini hanya mampu menggambarkan kondisi

perkembangan Pendapatan Asli Daerah selama periode tersebut. Faktor - faktor

yang mempengaruhi PAD juga dipengaruhi oleh kondisi periode penelitian yang

digunakan.

72

Page 73: Isi Skripsi

c. Agenda Penelitian Mendatang

Untuk agenda penelitian mendatang dapat dikembangkan penelitian

dengan periode penelitian yang lebih panjang. Dengan demikian mampu

memberikan gambaran kondisi Pendapatan Asli Daerah secara lebih luas.

5.2 Saran

1. Apabila dilihat dari nilai koefisien ketiga variabel tersebut,variabelyang

sangat mempengaruhi perubahan pendapatan Asli Daerah adalah variabel

jumlah wisatawan yang berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini perlu

diperhatikan oleh pemerintah daerahKabupaten Bulukumba agar lebih

meningkatkan dan lebih giat lagi melakukan berbagai promosi dan

perkenalan terhadap beberapa objek wisata yang ada, baik itu yang telah lama

dikenal maupun yang masih baru ditemukan. Selain itu diharapkan

pemerintah membuat beberapa fasilitas-fasilitas baru yang dapat dinikmati

oleh para wisatawan di daerah tujuan wisata agar para wisata menjadi lebih

tertarik untuk berkunjung ke daerah tersebut.

2. Sebenarnya Kabupaten Bulukumba mempunyai potensi yang cukup besar di

sektorpariwisata. Dengan adanya berbagai macam obyek wisata seperti

wisatabudaya, wisata alam maupun wisata buatan, maka seharusnya

kontribusisektor pariwisata terhadap PAD bisa ditingkatkan lagi

denganmencari lagi beberapa daerah yang dianggap berpotensi untuk menjadi

objek wisata di Kabupaten Bulukumba, atau paling tidak membuat objek

wisata yang baru dan menarik untuk dikunjungi sehingga hal ini dapat

73

Page 74: Isi Skripsi

menambah daftar objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Bulukumba dan

selanjutnya diharapkan dapat membantu dalam peningkatan Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Bulukumba.

3. Melakukan pendataan yang lebih intensif terhadap berbagai sektor-sektor

yang berpengaruh terhadap peningkatan PAD khususnya di sektor pariwisata

seperti misalnya pendataan terhadap restoran-restoran dan hotel-hotel yang

baru dibangun namun belum dimasukkan sebagai wajib pajak. Dengan

demikian selanjutnya akan memperbaiki tingkat pertumbuhan PDRB yang

selanjutnyadiharapkan akan ikut mendorong peningkatan PAD di Kabupaten

Bulukumba.

74

Page 75: Isi Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

_____________ 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

_____________ 2007. KemampuanKeuangan Daerah dan Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi. The 1st National Accounting Conference. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Austriana, Ida. 2005, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Daerahdari Sektor Pariwisata”. Fakultas Ekonomi,Universitas Diponegoro.

Badan Pusat Statistik, 2010, Data Jumlah Pengunjung/Wisatawan2000-

2009, Makassar.

Gujarati,Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar, terjemahan Sumarno Zain,

Erlangga, Jakarta

________________. 2003. Basic Econometrics. Mc Graw Hill, New York.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Jakarta: Gema Pertama.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Iqbal Hasan M.M (1999). Pokok-Pokok Materi Staistik. Edisi ke-dua. PT.

BumiAksara : Jakarta

Lin, Justin Yifu dan Zhiqiang Liu. 2000. Fiscal Decntralization and Economic

Growth in China. Economic Development and Cultural Change. Chicago.

Vol 49. Hal : 1 – 21.

75

Page 76: Isi Skripsi

Lundberg, Arsyad. 1997. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN, Yogyakarta

Mardiasmo, 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis

Perekonomian Daerah:. Makalah. Disampaikan dalam seminar

pendalaman ekonomi rakyat.

Natawijaya, 2000, Keuangan Daerah dan Kebijaksanaan Fiskal. Gobel, Jakarta.

Raiutama, 2006, Konsep Pariwisata (Kajian Sosiologi dan Ekonomi)

(http://raiutama.blog.friendster.com/2006/09/konsep-pariwisata/), diakses

8Nopember 2009.

Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam

Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Makalah

disampaikan Acara Orasi Ilmiah. Bandung. 10 April 2002.

Salah, Wahab. 2003. Manajemen Kepariwisataan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Samsubar, Saleh. 2003. “Kemampuan Pinjam Daerah Kabupaten dan Kota

diIndonesia”, Vol. XIV No. 2 Desember 2003, Semarang : Media Ekonomi

&Bisnis

Satrio, Dicky. 2002, “Perkembangan Pendapatan Pemerintah Daerah dari

SektorPariwisata, di Kabupaten Blora dan Faktor Yang Mempengaruhi”.

Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

Susiana. 2003, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah

dariSektor Pariwisata, Kota Surakarta (1985-2000)”. Fakultas Ekonomi,

Universitas Diponegoro.

76

Page 77: Isi Skripsi

Spillane, James J. DR. 1987. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: K

Wong, John D. 2004. The Fiscal Impact of Economic Growth and Development

on Local Government Capacity. Journal of Public Budgeting., Accounting and

Financial Management. Fall. 16.3. Hal : 413 – 423.

77

Page 78: Isi Skripsi

LAMPIRAN A

(DATA MENTAH)

78

Page 79: Isi Skripsi

Data Mentah

N Y X1 X2 X3

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

4.078,78

6.843,44

9.451,92

12.687,39

11.515,06

10.957,35

20.053,49

22.544,91

35.406,41

35.974,62

29

29

29

30

30

30

31

31

32

32

49.752

65.001

54.851

57.446

7.173

69.846

58.846

58.595

77.325

86.216

1

.051.085,52

1

.079.560,76

1

.121.407,28

1

.162.301,85

1

.216.722,84

1

.271.224,62

1

.352.303,09

1

.424.820,83

1

.539.670,17

1

79

Page 80: Isi Skripsi

.639.311,55

LAMPIRAN B

(DATA VARIABEL PENELITIAN)

80

Page 81: Isi Skripsi

Data Variabel Penelitian

Data Pendapatan Asli Daerah, data jumlah objek wisata, data jumlah wisatawan,

dan data PDRB (non migas, non pertanian) Kabupaten Bulukumba

Tahun Pendapatan Asli

Daerah

(milyar rupiah)

Jumlah

Objek

Wisata

Jumlah

Wisatawan

PDRB (non

migas, non

pertanian)

<juta rupiah>

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

4.078,78

6.843,44

9.451,92

12.687,39

11.515,06

10.957,35

16.866,02

20.053,49

35.406,41

35.974,62

29

29

29

30

30

30

31

31

32

32

49.752

65.001

54.851

57.446

7.173

69.846

58.846

58.595

77.325

86.216

1

.051.085,52

1

.079.560,76

1

.121.407,28

1

.162.301,85

1

.216.722,84

1

.271.224,62

1

.352.303,09

1

.424.820,83

81

Page 82: Isi Skripsi

1

.539.670,17

1

.639.311,55

82

Page 83: Isi Skripsi

LAMPIRAN C

(HASIL OUTPUT REGRESI)

83

Page 84: Isi Skripsi

Hasil Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas

Hasil Uji Heteroksidisitas

Model

Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) -18.951 23.588 -.951 0.053

LnJOWS 7.125 14.331 13.266 13.377 0.619

LnJWS 5.071 12.133 10.092 17.532 0.014

LnPDRB 4.689 9.778 7.679 8.950 0.937

84

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LnJOWS .132 7.554

LnJWS .841 1.129

LnPDRB .152 9.267

a. Dependent Variable: LnPAD

Page 85: Isi Skripsi

Hasil Uji Normalitas

85