Isi Makalah Anatomi Topografi

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama merupakan salah satu hewan ternak yang penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 SM. Manusia biasanya memanfaatkan kuda sebagai hewan pekerja, pacuan, ataupun hewan kesayangan. Walaupun kuda sangat besar manfaatnya bagi sang pemilik, namun kuda merupakan hewan yang sering mendapatkan cedera. Cedera-cedera yang didapat kuda umumnya selalu mengenai alat geraknya. Bahu, paha, lutut, hingga kukunya pun tidak luput dari cedera. Namun tidka hanya terjadi pada alat gerak kuda saja, penyakit pada daerah kepala kuda pun kerap ditemukan. Kepala merupakan bagian tubuh yang sangat penting. Bagian tubuh ini mengemban beberapa tugas untuk kehidupan pokok sehari-hari, yaitu menghirup dan memasukkan udara ke paru-paru 1

description

makalah

Transcript of Isi Makalah Anatomi Topografi

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama merupakan salah satu hewan ternak yang penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun.Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 SM.Manusia biasanya memanfaatkan kuda sebagai hewan pekerja, pacuan, ataupun hewan kesayangan. Walaupun kuda sangat besar manfaatnya bagi sang pemilik, namun kuda merupakan hewan yang sering mendapatkan cedera. Cedera-cedera yang didapat kuda umumnya selalu mengenai alat geraknya. Bahu, paha, lutut, hingga kukunya pun tidak luput dari cedera. Namun tidka hanya terjadi pada alat gerak kuda saja, penyakit pada daerah kepala kuda pun kerap ditemukan.Kepala merupakan bagian tubuh yang sangat penting. Bagian tubuh ini mengemban beberapa tugas untuk kehidupan pokok sehari-hari, yaitu menghirup dan memasukkan udara ke paru-paru serta mencium bau melalui lubang hidung, mengambil makakan melalui mulut, merasakan cita rasa dan mengunyah makanan, melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga. Seperti halnya dengan kuda dimana tidak hanya alat gerak dari kuda yang sangat penting pada bagian tubuhnya, namun kepala juga adalah bagian tubuh yang sangat penting bagi kuda. Dan juga kerap ditemukan penyakit-penyakit yang menyerang daerah kepala kuda. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh seperti kesalahan pemilik dalam memasang sadel, kerasnya pakan yang dikonsumsi, serta kebiasaan buruk kuda yang sering menggigiti kayu yang keras.Salah satu penyakit yang menyerang daerah kepala kuda adalah stenose (persumbatan) ductus parotideus. Persumbatan ini dapat terjadi karena pakan kuda yang keras misalnya kulit gabah. Ductus parotideus ini adalah saluran saliva (air liur) dari glandula parotis. Selain itu dapan pula terjadi Fistula (luka terbuka) dari ductus parotideus sebagai proses lanjutan dari stenose yang biasanya disertai dengan infeksi.Pada makalah ini akan dibahas mengenai lebih lanjut mengenai etiologi penyakit, cara diagnosa , titik orientasi, cara mencapai organ target, musculus, arteri dan vena yang turut berperan, penangan dan treatmen, serta pengobatan yang dapat diberikan.

1.2. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu:1. Bagaimana etiologi penyakit Fistula ductus parotideus?2. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Fistula ductus parotideus?3. Bagaimana titik orientasi dari penyakit Fistula ductus parotideus?4. Bagaimana cara mencapai organ target Fistula ductus parotideus?5. Apa saja musculus, arteri dan vena yang berkaitan dengan Fistula ductus parotideus?6. Bagaimana penanganan serta treatmen untuk Fistula ductus parotideus?7. Bagaiaman pengobatan yang dapat dilakukan bagi Fistula ductus parotideus?

1.3. Tujuan MakalahAdapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:1. Untuk mengatehui etiologi penyakit Fistula ductus parotideus?2. Untuk mengatehui cara mendiagnosa penyakit Fistula ductus parotideus?3. Untuk mengatehui titik orientasi dari penyakit Fistula ductus parotideus?4. Untuk mengatehui cara mencapai organ target Fistula ductus parotideus?5. Untuk mengatehui musculus, arteri dan vena yang berkaitan dengan Fistula ductus parotideus?6. Untuk mengatehui penanganan serta treatmen untuk Fistula ductus parotideus?7. Untuk mengatehui pengobatan yang dapat dilakukan bagi Fistula ductus parotideus?

BAB IIPEMBAHASAN2.1 ETIOLOGI PENYAKIT PAROTIDEUS2.1.1 ETIOLOGI FISTULA DUCTUS PARATODEUSFistula ductus paratodeus kadang pula didefenisikan sebagai lubang sinus yang bertahan lebih dari 48 jam. Lubang terbentuk setelah pembedahan (sengaja ataupun tidak) dan akibat trauma pada sinus dan jarang sekali disebabkan oleh cacatperkembangan/ akibat infeksi.A. Fistula Ductus Paratodeus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: Pencabutan gigi posterior rahang atas terutama pada molar pertama, molar kedua, dan premolar kedua dimana akarnya dekat dengan antrum. Kesalahan penggunaan alat seperti penggunaan elevator dengan tekanan yang berlebih kearah superior dalam tindakan pengambilan fragmen atau ujung akar gigi molar atau premolar, pemasangan gigi tiruan implan yang tidak benar. dan penggunaan kuret yang tidak benar, sehingga menyebabkan terjadinya penembusan lapisan epitel yang tipis dari sinus maksillaris. Bentuk dinding dasar antrum yang berlekuk mengikuti kontur akar gigi sehingga tulang dasar antrum menjadi menipis. Adanya jaringan patologis pada ujung akar gigi seperti kista radikuler, granuloma periapikal, dan adanya suatu neoplasia. Keradangan pada daerah periapikal mengakibatkan terjadinya kerusakan pada struktur tulang di daerah infeksi sehingga tulang menjadi rapuh. Enukleasi atau pengeluaran kista yang besar pada maksilla. Pada segmen prosessus alveolaris rahang atas yang besar.

2.2 CARA DIAGNOSA PENYAKIT PAROTIDEUSPenyakit adalah suatu kata atau terminologi yang mengarahkan pada usaha untuk menegakkan atau mengetahui, mengidentifikasi mengenai suatu jenis penyakit atau masalah kesehatan yang diderita atau dialami oleh seorang pasien/penderita atau masyarakat. Sedangkan hasil dari diagnosis penyakit adalah diagnosa/diagnose penyakit.Untuk mendiagnosis suatu penyakit atau masalah kesehatan memerlukan beberapa langkah-langkah tindakan atau usaha antara lain sebagai berikut :1. Pemeriksaan Subjektif, berupa anamnesa kepada pasien untuk mendapatkan berbagai informasi, seperti data diri pasien (nama, alat, umur, pekerjaan, jenis kelamin, nomor telepon, dll), keluhan utama pasien, riwayat dental pasien, dan riwayat kesehatan umum pasien. b.2. Pemeriksaan Objektif Merupakan pemeriksaan/ evaluasi klinis yang dilakukan pada pasien berkaitan dengan keluhannya. Secara klinis untuk mengetahui oroantral fistula, dapat dilakukan berbagai tes sebagai berikut:a. Dengan menggunakan instrumen, biasanya elevator, dimasukkan ke dalam rongga yang ada, misalnya sinus, pasien bisa merasakan sakit atau tidak. b. Oroantral fistula ductus parotifeus juga dapat diketahui dengan melakukan tes tiup dengan cara pasien meniup dengan hidung tertutup dan mulut terbuka. Pada keadaan telah terjadi oroantral fistula, akan terdengar hembusan udara melalui daerah yang mengalami kerusakan, dan pada soket gigi akan terlihat gelembung udara seperti busa.c. Pasien bisa/ tidal mengeluhkan adanya rasa sakit atau lepasnya udara dari sinus ke rongga mulut saat menarik napas saat mulut tertutup.d. Lubang yg ada ditunjukkan dengan suction dan lampu atau juga bisa ditunjukkan dengan probing secara hati-hati ataupun menggunakan keduanya. e. Perdarahan pada hidung.3. Pemeriksaan Penunjang a. Radiografi Evaluasi radiografis dari sinus paling bagus diperoleh dengan Waters View dengan muka menghadap ke bawah dan waters view dengan modifikasi tegak. Gambaran yang sering didapat pada sinusitis akut adalah opasifikasi dan batas udara atau cairan. Sinusitis kronis seringkali digambarkan dengan adanya penebalan membrane pelapis. Lesi jinak lainnya, misalnya mucocele dan kista dentigerus, juga dapat terlihat dengan jelas. Dalam mendiagnosis trauma, penggunaan foto panoramic, Waters view, oklusal, dan periapikal, dengan CT sangat membantu. b. Tomografi/ CT Pada trauma yang relative luas, opasifikasi timbul sebagai akibat perdarahan dalam sinus. Fraktur terlihat berupa memutus kontinuitas dinding sinus, dasar orbita, atau lingkar orbita inferior. BIla gigi atau akar gigi bergeser ke daerah antrum, maka keberadaannya dapat dipastikan dan ditentukan lokasinya dengan film atau foto periapikal, yang didukung dengan foto oklusal. Tomografi sinus akan sangat membantu dalam mendiagnosis fraktur dinding dasar orbita dan dalam penggambaran luas lesi ganas/ jinak. Penggambaran dengan tomografi komputerisasi (CT) memungkinkan penentuan luas kerusakan yang disebabkan oleh trauma secara lebih tepat, atau perluasan lesi jinak atau keganasan. c. Biopsi. Biopsi lesi sinus maksillaris dilakukan dengan cara melakukan pembukaan pada region fossa canina. Jika ada erosi/ penembusan dinding antrum, maka daerah tersebut merupakan alternative untuk melakukan biopis . Tanda dan Gejala Klinis Oroantral Fistula Tanda dan gejala klinis yang tampak dari oroantral fistula adalah: Adanya pembukaan atau lubang antara rongga mulut dengan antrum/ sinus. Ini disebut pula dengan istilah perforasi sinus maksillaris. Lubang yang terbentuk sering mengalami infeks . Adanya pembentukan jaringan ikat atau jaringan granulasi dan sering terjadi drainase mukopurulen. Pembengkakan jaringan lunak (lapisan antrum), halus, dapat dilihat melalui soket. Jaringan yang membengkak dapat didorong ke atas, masuk ke dalam antrum. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit, kecuali jika terjadi infeksi akut pada sinus. Pada saat minum ataupun kumur-kumur pasien mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari hidung. Saluran yang terbentuk dapat dilihat secara klinis melalui probing (probe ductus lacrimalis). Terdapat perdarahan pada hidung. Pada soket gigi akan terlihat gelembung udara seperti busa sabun. 2.3 TITIK ORIENTASIFistula ductus paratideus terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula (antara prossesus mastoideus dan ramus mandibula)a. Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Merupakan kelenjar serous pada manusia dewasa, kaya akan air sekresi encer. Pada anak-anak masih mengandung kelenjar mucous. Saliva terdiri dari 25% sekresi kelenjar parotisb. Merupakan kelenjar terbesar dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya dengan berat 20-30 gram, panjang duktus 35-40 mm, dengan diameter 3 mmc. Terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula meluas ke lengkung zygomaticum di depan telinga dan mencapai dasar dari musculus masseterd. Duktus parotideus yakni duktusstensen yang berjalan menyilang permukaan otot masseter. Duktus kelenjar ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulum oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas2.4 CARA MENCAPAI ORGAN TARGETPenyakit ini dapat terjadi pada anak kuda yang baru lahir, biasanya pada anak kuda yang lahir prematur (35-40%) dengan dehidrasi sebagai faktor predisposisi.Onset biasanya terjadi sekitar 7-14 hari dan terdapat eritema pada kulit di sekitar kelenjar parotis.Penyebab umum infeksi antara lainStaphylococcus,Pseudomonas, Streptococcus,Pneumococcus, andEscherichia.

2.5 MUSCULUS, ARTERI & VENA1. Musculus : M. buccinator pars buccalis M. buccinator pars molaris M. levator labii superioris M. levator nasolabioalis M. caninus M. depressor labii inferioris2. Arteri :- A. facialis3. Vena : - V. Facialis2.6 PENANGAN & TREATMENT Indikasi ini adalah untuk penutupan luka eksternal, sehingga juga menyebabkan air liur mengalir dan tetap buka saluran yang semestinya dan memungkinkan sewa pada pembuluh untuk penyembuhan. Kesuksesan dari penangan ini akan sangat tergantung pada:1. Apakah sebagian atau seluruh pembuluh darah dibedakan.2. Berdasarkan periode waktu yang dibolehkan untuk selang antara cedera dan bantuan untuk pengobatan.3. Seperti keadaan saluran itu sendiri.Ketika saluran dipotong, atau dinding yang terlibat dalam kondisi ulseratif, prospek kesembuhan yang terpencil; namun, saluran hanya berlubang itu lebih menguntungkan.Apapun pengobatan dilakukan, makanan padat harus sama sekali ditahan selama tiga atau empat hari, atau lebih jika perlu, dan pasien (kuda) didukung pada makanan cair seperti oatmeal tipis dan bubur maltmeal dicampur dengan telur, daging sapi-teh, dan susu bergantian, objek menjadi untuk menjaga rahang saat istirahat dan sekresi air liur sejauh mungkin di penundaan.Rambut dihapus dari sekitar luka dan bagian secara menyeluruh dibersihkan dengan sabun dan air kemudian irigasi bebas dengan larutan asam karbol. Dengan jarum kecil dan catgut-benang bibir luka yang kemudian secara hati-hati dan benar-benar ditarik bersama-sama, dalam melakukan pemegangan cukup diambil dari kulit untuk mencegah robek keluar. Bagian tersebut kemudian akan diolesi oleh saus tebal styptic-koloid dan ditutupi dengan pada tebal dari wol antiseptik atau serat penyerap.Bila perlu keduanya harus diperbaharui tetapi tidak sebaliknya, dan hewan itu harus begitu diamankan bahwa ia mungkin tidak menggosok atau mengganggu aplikasi.Dengan beberapa, penutupan luka dicoba untuk dibawa oleh produksi keropeng, dan untuk tujuan ini itu bebas berpakaian dengan kaustik, seperti nitrat perak, asam nitrat, atau besi panas.Dalam beberapa waktu yang lama terjadi kasus, di mana luka telah terasa dan bagian dari saluran dekat mulut ditutup naik dan kedap air, kelenjar ludah harus dihancurkan, dan pembentukan dan pembuangan air liur dari itu sama sekali ditangkap. Hal ini dilakukan dengan menyuntikkan beberapa iritasi sepanjang saluran ke kelenjar. Untuk tujuan ini, salah satu larutan obat berikut digunakan, yaitu : Nitrat perak, amonia kaustik, atau tingtur yodium. Efek langsung dari program ini adalah untuk menyebabkan peradangan dan pembengkakan kelenjar, kadang-kadang juga produksi abses ; hasil akhir, bagaimanapun, adalah bahwa organ yang manja, berhenti mengeluarkan air liur, dan limbah pergi. Setelah ini akan dilakukan pengamatan beberapa cacat kecil pada daerah pengunyahan untuk waktu yang singkat, dan mungkin bahwa serangan gangguan pencernaan dapat ikut , tapi dengan hati-hati dalam memberi makan dan manajemen ini akan segera berhenti menjadi keprihatinan. Sedangkan pengobatan anastesi dengan block N. buccalis cabang parotis dan Block N. facialis cab buccalis ventral. Jaringan syaraf tersebut menginervasi daerah sekitar ductus parotideus sehingga untuk melakukan pengobatan anastesi, dilakukan dengan memblock syaraf syaraf tersebut.

8