Isi Laporan

57
1 BAB I FILOSOFI RANCANGAN 1.1 Umum 1.1.1 Pendahuluan Untuk mengetahui bentuk dan mengukur badan kapal dapat digunakan beberapa penggambaran/ pemroyeksian dari bentuk sebuah kapal terhadap bidang bidang tertentu. Bentuk kapal yang 3 dimensi tersebut dapat diproyeksikan ke 3 bidang antara lain bidang horizontal, bidang datar vertikal memanjang dan bidang datar vertikal melintang yang masing masing disebut dengan body plan, sheer plan dan half-breadth plan. Penggambaran penggambaran proyeksi dari bentuk 3 dimensi kapal ke bentuk 2 dimensi dalam berbagai bidang yang disertakan dalam satu tampilan gambar yang berupa garis dan titik disebut dengan rencana garis (lines plan). Dalam perkuliahan di bidang teknologi kelautan dalam hal ini khususnya di Jursan Teknik Sistem Perkapalan terdapat mata kuliah yang mempelajari dan mengaplikasikan tentang pembuatan rencana garis. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa nantinya dapat merancang atau membuat rencana garis dari suatu kapal yang merupakan langkah awal dari pencapaian kemampuan mahasiswa dialam bidang bidang pembelajaran berikutnya seperti rencana umum suatu kapal atau bangunan lepas pantai, sistem penggerak (perporosan dan propeller) hingga perancangan kamar mesin. Dalam pembuatan rencana garis terdapat beberapa metode yang digunakan, namun dalam pengerjaan tugas rencana garis ini metode yang digunakan adalah metode NSP Diagram. Pencapaian yang diharapkan dalam pengerjaan tugas ini adalah mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang penggambaran bentuk bangunan lambung kapal apabila diketahui dimensi dimensi utama dari kapal, penggunaan program progam bantuan dalam pengerjaan sebuah rencana garis (misal: excel, autocad, dll) dan pada akhirnya memiliki kemahiran, ketelitian dan keakuratan dalam merancang sebuah bangunan kapal. 1.1.2 Tahapan Pengerjaan Ada beberapa tahapan dalam pengerjaan rencana garis dan bukaan kulit ini, antara lain : 1. Pencarian data kapal pembanding 2. Pembuatan Curve of Section Area (CSA) 3. Pembuatan A/2T dan B/2 4. Pembuatan Haluan dan Buritan 5. Pembuatan BodyPlan 6. Pembuatan Half Breadth Plan 7. Pembuatan Buttock Line pada Sheer Plan 8. Pembuatan bangunan atas (Sheer standar) 9. Pembuatan Forecastle Deck, Poop Deck, dan Bulwark.

Transcript of Isi Laporan

Page 1: Isi Laporan

1

BAB I

FILOSOFI RANCANGAN

1.1 Umum

1.1.1 Pendahuluan

Untuk mengetahui bentuk dan mengukur badan kapal dapat digunakan beberapa penggambaran/ pemroyeksian dari bentuk sebuah kapal terhadap bidang bidang tertentu. Bentuk kapal yang 3 dimensi tersebut dapat diproyeksikan ke 3 bidang antara lain bidang horizontal, bidang datar vertikal memanjang dan bidang datar vertikal melintang yang masing masing disebut dengan body plan, sheer plan dan half-breadth plan. Penggambaran – penggambaran proyeksi dari bentuk 3 dimensi kapal ke bentuk 2 dimensi dalam berbagai bidang yang disertakan dalam satu tampilan gambar yang berupa garis dan titik disebut dengan rencana garis (lines plan).

Dalam perkuliahan di bidang teknologi kelautan dalam hal ini khususnya di Jursan Teknik Sistem Perkapalan terdapat mata kuliah yang mempelajari dan mengaplikasikan tentang pembuatan rencana garis. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa nantinya dapat merancang atau membuat rencana garis dari suatu kapal yang merupakan langkah awal dari pencapaian kemampuan mahasiswa dialam bidang – bidang pembelajaran berikutnya seperti rencana umum suatu kapal atau bangunan lepas pantai, sistem penggerak (perporosan dan propeller) hingga perancangan kamar mesin.

Dalam pembuatan rencana garis terdapat beberapa metode yang digunakan, namun dalam pengerjaan tugas rencana garis ini metode yang digunakan adalah metode NSP Diagram.

Pencapaian yang diharapkan dalam pengerjaan tugas ini adalah mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang penggambaran bentuk bangunan lambung kapal apabila diketahui dimensi – dimensi utama dari kapal, penggunaan program – progam bantuan dalam pengerjaan sebuah rencana garis (misal: excel, autocad, dll) dan pada akhirnya memiliki kemahiran, ketelitian dan keakuratan dalam merancang sebuah bangunan kapal.

1.1.2 Tahapan Pengerjaan

Ada beberapa tahapan dalam pengerjaan rencana garis dan bukaan kulit ini, antara lain :

1. Pencarian data kapal pembanding 2. Pembuatan Curve of Section Area (CSA) 3. Pembuatan A/2T dan B/2 4. Pembuatan Haluan dan Buritan 5. Pembuatan BodyPlan 6. Pembuatan Half Breadth Plan 7. Pembuatan Buttock Line pada Sheer Plan 8. Pembuatan bangunan atas (Sheer standar) 9. Pembuatan Forecastle Deck, Poop Deck, dan Bulwark.

Page 2: Isi Laporan

2

1.2 Curve of Section Area (CSA)

Curve of Sectional Area (CSA) adalah kurva yang menunjukan luasan kapal pada tiap – tiap station. Berdasarkan persentase luasan yang didapat dari diagram NSP dikalikan dengan luasan midship, maka akan didapatkan luasan kapal pada tiap stationnya.

Caranya adalah mencari e (prosentase area per-station) dengan menggunakan tabel NSP yaitu dengan cara mengetahui nilai Vs/√Ldisp , kemudian membuat garis datar dari angka tersebut dan membuat titik temu antara garis datar tersebut dengan garis garis lengkung pada tabel NSP, kemudian ditarik garis vertikal dari titik tersebut dan mendapatkan nilai e dalam persen.untuk mengetahui luasan tiap station maka dikalikan dengan luas midship kapal.

Page 3: Isi Laporan

3

Gambar 1.1 CSA Ldisplasment

1.3 BodyPlan

BodyPlan merupakan gambar proyeksi dari setiap station yang ada pada kapal dari pandangan depan. Dalam menggambar BodyPlan diperlukan data A/2T dan B/2. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 1.2 di bawah ini.

Gambar 1.2 Body Plan

Page 4: Isi Laporan

4

1.4 Half Breadth Plan

Half Breadth Plan merupakan sebuah gambaran irisan-irisan suatu kapal jika dilihat dari atas atau pada setiap Water Line (garis air) pada kapal. Sebelum melakukan penggambaran Half Breadth Plan dilakukan penggambaran sent Line terlebih dahulu dimana data pengukuran sent Line dapat diperoleh melalui gambar BodyPlan. Kemudian setelah dilakukan penggambaran sent Line, maka untuk Half Breadth Plan kapal yang akan didesain dapat digambar dengan data pengukuran gambar dapat diperoleh dari gambar BodyPlan. Untuk lebih jelasnya mengenai bentuk dari Halfbreadth Plan dapat dilihat pada Gambar 1.3 di bawah ini.

Gambar 1.3 Half Breadth Plan

1.5 Sheer Plan Sheer Plan merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari samping pada setiap buttock line yang telah ditentukan. Penggambaran sheer plan dilakukan dari proyeksi halfbreadth plan, dimana diproyeksikan perpotongan antara buttock line dengan waterline pada half-breadth plan. Tetapi sebelumnya telah dilakukan penggambaran kapal beserta bentuk linggi haluan dan buritan yang sudah direncanakan sebelumnya. Prinsip pada penggambaran sheer plan yaitu bahwa terdapat dua garis lurus yaitu garis yang menyatakan waterline dan station sedangkan terdapat satu garis lurus yaitu garis yang menyatakan buttock line.

Page 5: Isi Laporan

5

Gambar 1.4 Sheer Plan

1.6 Geladak utama, geladak akil, dan geladak kimbul

1.6.1 Geladak Utama

Terdapat dua macam geladak utama pada kapal yaitu ada yang berbentuk lurus dan lengkung. Geladak utama yang berbentuk lengkung biasanya memiliki keuntungan dari sisi penambahan Free Board pada kapal tersebut. Untuk membuat geladak utama yang berbentuk lengkung harus disertai dengan perhitungan-perhitungan tertentu yang dikenal dengan Sheer Standard.

Langkah pertama untuk membuat Sheer Standard yaitu dengan membagi panjang LPP

kapal yang akan didesain menjadi enam bagian sama panjang yaitu tiga bagian di depan Midship dan tiga bagian lainnya di belakang Midship. Untuk lebih jelasnya tentang pembuatan Sheer standard dapat dilihat pada Gambar 1.5 di bawah ini.

Gambar 1.5 Pembuatan Geladak Utama

Page 6: Isi Laporan

6

1.6.2 Forecastle Deck (Geladak Akil)

Forecastle Deck atau geladak akil merupakan bangunan yang letaknya berada tepat di atas geladak utama (Main Deck) pada bagian haluan kapal. Tinggi dari Forecastle Deck berkisar antara 2.4 m sampai dengan 2.5 m diukur dari geladak utama (Main Deck). Kemudian mengenai panjang dari Forecastle Deck bisa mencapai Collision Bulkhead atau berkisar antara 5% sampai dengan 8% dari LPP.

1.6.3 Bulwark

Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada geladak tepi pada Upper Deck, Forecastle Deck dan Poop Deck yang berfungsi sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak paling rendah. Direncanakan setinggi 1 m diukur pada geladak terendah. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai Forecastle Deck dan Bulwark dapat dilihat pada Gambar 1.6 di bawah ini.

Gambar 1.6 Pembuatan Forecastle Deck dan Bulwark

1.6.4 Poop Deck (Geladak Kimbul)

Poop Deck merupakan bangunan yang terletak di atas geladak utama (Main Deck) pada bagian buritan kapal dengan kententuan ketinggian berkisar antara 2.4 m sampai dengan 2.5 m di ukur dari geladak utama (Main Deck). Untuk lebih jelasnya mengenai Poop Deck (Geladak Kimbul) dapat dilihat pada Gambar 1.7.

Page 7: Isi Laporan

7

Gambar 1.7 Pembuatan Pook Deck (Geladak Kimbul)

Page 8: Isi Laporan

8

BAB II

DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN

2.1 Penentuan Ukuran dan Dimensi Lainnya

Dalam pengerjaan rencana garis sebuah kapal diperlukan data kapal pembanding. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah kita untuk memperoleh ukuran-ukuran kapal yang akan kita gambar. Data kapal pembanding dapat kita peroleh dari berbagai sumber diantaranya buku register klasifikasi diantaranya ada BKI, NK, LR, dan AK . Karena dalam tugas rencan garis kali ini data kapal yang diperlukan harus mempunyai panjang di atas 100 m maka data kapal pembanding pada tugas rencana garis kali ini di adopsi dari buku register klasifikasi NKK (Nippon Kiji Kyokai) terlihat seperti pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Data Kapal Pembanding

Register Nippon Kaiji Kyokai Tahun 1999 Running No 960427

Gambar 2.1 Data Kapal Pembanding

Tipe Kapal : General Cargo

Nama Kapal : Brother Ace

Tahun Pembangunan : 1996

GT : 11478

DWT : 18469 m

Lpp : 133.50 m

B : 24.00 m

H : 12.80 m

T : 9.065 m

Merek, tipe M/E : D : 2 SA 7 Cy

Daya motor : 4891 kW

RPM : 170

Kecepatan dinas (Vs) : 14.7 knot

Kecepatan percobaan: 17.0 knot

Page 9: Isi Laporan

9

Setelah diperoleh data pembanding kapal seperti di atas maka kita akan menentukan ukuran kapal yang akan kita gambar. Karena pada tugas rencana garis kali ini type kapal yang akan kita gambar adalah General Cargo maka ditentukan panjang LPP ditambah 1 meter, sehingga dengan demikian diperoleh data kapal yang akan didesain seperti pada Gambar 2.2.

Data Kapal yang akan digambar

Gambar 2.2 Data Kapal

Langkah selanjutnya yaitu menghitung data tambahan yang akan digunakan untuk merancang rencana garis. Perhitungannya terdiri dari;

1. Menentukan harga Length of Water Line (LWL)

Telah ditentukan bahwa harga LWL sebesar (1+4%) dari LPP jadi demikian harga LWL dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan sebagai berikut

LWL = ( 1 + 4% ) LPP

= ( 1 + 4% ) 134.50 m

= 139.88 m

2. Menentukan harga Length of Displacement (Ldisp)

Sesuai dengan pengertiannya bahwa Ldisp adalah panjang imajiner kapal yang harganya dapat diperoleh dengan menambahkan LWL dengan Lpp kemudian dibagi dengan dua maka akan diperoleh harga Ldisp. Berikut Persamaannya

Tipe Kapal : General Cargo

Panjang (Lpp) : 134.50 m

Lebar (B) : 24.00 m

Tinggi geladak (H) : 12.80 m

Sarat air (T) : 9.065 m

Kecepatan dinas (Vs) : 15.7 knot

Page 10: Isi Laporan

10

Ldisp = ½ . (LPP + LWL )

= ½ . (134.50 + 139.88)

= 137.19 m

Karena dalam penggunaan diagram NSP dibutuhkan harga Ldisp berdimensi feet maka harga Ldisp tersebut dikonversikan ke dalam feet dimana 1 m = 3.208 feet jadi panjang Ldisp dalam feet sebesar 450.0984251 feet

3. Menentukan harga

Untuk menentukan harga-harga koefisien dari diagram NSP maka harga harus

diketahui terlebih dahulu dimana Vs adalah kecepatan dinas dengan satuan knot dan Ldisp dalam satuan feet sehingga diperoleh Persamaan

4. Menentukan harga koefisien Midship (ß)

Setelah harga diperoleh maka pada diagram NSP dengan harga tersebut ditarik

garis luru ke kanan sehingga diperoleh harga koefisien Midship sebesar 0.98274

5. Menentukan harga koefisien blok (δ)

Sama seperti cara untuk menentukan harga koefisien Midship dari diagram NSP, maka harga koefisien blok diperoleh sebesar 0.690271

6. Menentukan harga koefisin prismatic (φ)

Sama seperti cara menentukan harga dua koefisien lainnya dari diagram NSP, maka diperoleh harga koefisien prismatic sebesar 0.70151

1. Menentukan luas Am

Seperti yang kita ketahui Am adalah luas potongan vertical kapal pada bagian tengah-tengah badan kapal. Am dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.1

Am = B x T x β ………. (2.1)

Sehingga nilai Am dapat diperoleh sebagai berikut

Am = B x T x β

= 24.00 x 9.065 x 0.98274

= 213.80491 m2

Page 11: Isi Laporan

11

2. Menentukan koefisien blok WaterLine (δWL)

Dengan Persamaan 2.2 maka nilai δWL akan diketahui

WL = ( Ldisp x disp ) / LWL ………. (2.2)

WL = ( Ldisp x disp ) / LWL

= (137.19 x 0.690271) / 139.88

= 0.67699

3. Menentukan koefisien blok dari LPP (δLpp)

Dengan Persamaan 2.3 maka nilai δLpp akan diketahui

Lpp = δwl x (Lwl / Lpp) ………. (2.3)

Lpp = δwl x (Lwl / Lpp)

= 0.676996 x (139.88 /134.50)

= 0.70407584

4. Menentukan harga dari Volume displasment (Vdisp)

Dengan menggunakan Persamaan 1.1 pada subbab sebelumnya maka nilai dari Vdisp akan diperoleh

Vdisp = Ldisp x B x T x displ

= 137.19 x 24.00 x 9.065 x 0.690271

= 20602.55746 m³

Page 12: Isi Laporan

12

2.2 Pembuatan Curve of Section Area

2.2.1 Membaca Diagram NSP

Sebelum menggambar CSA kita harus mampu membaca diagram NSP seperti Gambar 2.3 di bawah ini terlebih dahulu atau untuk lebih jelasnya diagram NSP dapat dilihat pada lampiran 5. Kalau di subbab sebelumnya telah disinggung bagaimana menentukan nilai koefisien dari diagram

NSP yaitu dengan cara menentukan harga terlebih dahulu kemudian setelah diketahui

maka ditarik garis lurus ke kanan menuju ke kumpulan kurva-kurva. Dari sana kita peroleh harga koefisien Midship, koefisien blok, dan koefisien prismatic.

Kemudian setelah itu kita mencari persentase luas Midship dari setiap station-station. Dengan menggunakan garis lurus mendatar tadi maka akan diketahui perpotongan atara garis lurus mendatar dengan kurva-kurva yang ada kemudian setelah diketahui letak perpotongan dari setiap kurva mulai dari kurva 0 sampai dengan 20 ditarik garis lurus vertical ke atas maka akan diperoleh persentase dari Midship dari mulai 0% sampai dengan 100%.

Gambar 2.3 Diagram NSP

DIAGRAM NSP

Page 13: Isi Laporan

13

2.2.2 Membuat CSA Displasment

Sebelum menggambar CSA Displasment maka kita tentukan terlebih dahulu skala yang akan kita gunakan. Mengingat media gambar yang kita gunakan berupa software berupa autocad maka untuk garis arah horizontal yaitu panjang Ldisp tanpa kita skala yaitu dengan ukuran sebenarnya. Kemudian selanjutnya untuk memperoleh gambar CSA yang proporsional maka gambar garis arah vertical yaitu garis yang mencerminkan besaran luas dari setiap station mulai dari station 0 sampai dengan station 20 harus diskala. Pada penggambaran kali ini dipakai skala sebesar 1 m = 3 m2. Kemudian untuk mempermudah dalam penggambaran maka perlu dibuat tabel 2.1 Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam penggambaran CSA displasment kita

uraikan sebagai berikut.

1. Menggambar garis lurus horizontal atau kita sebagai LPP dengan ukuran yang sebenarnya.

2. Kemudian bagi garis lurus horizontal tersebut (LPP) menjadi 20 bagian sama panjang dengan penomoran dari kiri ke kanan yaitu ujung paling kiri diberi no 0 dan ujung paling kanan diberi no 20 kemudian yang lain mengikuti.

3. Di setiap no tersebut mulai dari 0 sampai 20 tarik garis lurus ke atas dengan skala 1 m = 3m2 dan mengenai panjangnya diperoleh dari diagram NSP yang akan diuraikan pada table di

bawah ini.

4. Setelah semuanya selesai hubungkan garis-garis tiap station dari 0 sampai 20 tersebut dengan menggunakan spLine sehingga diperoleh bentuk Gambar kurva seperti pada Gambar 2.4 di

bawah ini atau untuk lebih jelasnya gambar dapat dilihat pada lampiran 6.

Gambar 2.4 CSA Ldisplasment

Page 14: Isi Laporan

14

Luas pada Midship (Am) kapal yang akan didisain sebesar 213.80491 m2

Jarak tiap station

Tabel 2.1 Nilai CSA Ldisplasment

No Station % Am A A' S A.S n A.S.n

0 0 0 0 1 0 -10 0

1 10.372458 22.17682391 7.392274638 4 88.70729565 -9 -798.3656609

2 29.074737 62.16321432 20.72107144 2 124.3264286 -8 -994.6114291

3 50 106.902455 35.63415167 4 427.60982 -7 -2993.26874

4 69.062485 147.6589832 49.21966105 2 295.3179663 -6 -1771.907798

5 83.632933 178.8113173 59.60377244 4 715.2452693 -5 -3576.226347

6 92.489096 197.746228 65.91540935 2 395.4924561 -4 -1581.969824

7 97.184514 207.7852618 69.26175393 4 831.1410471 -3 -2493.423141

8 99.310463 212.3306462 70.77688208 2 424.6612925 -2 -849.3225849

9 100 213.80491 71.26830333 4 855.21964 -1 -855.21964

10 100 213.80491 71.26830333 2 427.60982 0 0

11 100 213.80491 71.26830333 4 855.21964 1 855.21964

12 100 213.80491 71.26830333 2 427.60982 2 855.21964

13 98.682186 210.9873583 70.32911945 4 843.9494334 3 2531.8483

14 96.107817 205.483231 68.49441033 2 410.966462 4 1643.865848

15 89.901985 192.2148576 64.07161921 4 768.8594305 5 3844.297153

16 77.862289 166.4733961 55.49113204 2 332.9467922 6 1997.680753

17 58.51654 125.1112358 41.70374525 4 500.444943 7 3503.114601

18 35.343788 75.5667547 25.18891823 2 151.1335094 8 1209.068075

19 13.658907 29.20341407 9.734471356 4 116.8136563 9 1051.322906

20 0 0 0 1 0 10 0

Σ A.s 8993.274722 Σ A.s.n 1577.321752

Page 15: Isi Laporan

15

Untuk memperoleh ketelitian yang akurat antara data kapal yang akan kita gambar dengan kapal pembanding maka kita lakukan koreksi volume displasment dan LCB. Dimana ketentuannya nilai koreksi volume displasment yang kita peroleh harus mempunyai nilai lebih kecil dari ±0.5% sedangkan untuk koreksi LCB nilai yang kita peroleh harus lebih kecil dari ±0.1%. Berikut uraian dari koreksi volume displasment dan LCB yang telah kita uraikan berdasarkan data dari Tabel 2.1.

Koreksi Volume displasment

Koreksi volume displasment dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2.4

Kemudian untuk menghitung Volume hasil simpson digunakan aturan simpson dengan data yang digunakan terdapat pada Tabel 2.1.

Perhitungan

Volume displasment yang kita peroleh dari perhitungan subbab sebelumnya sebesar 20602.55746 m³

Kemudian Volume CSA displasment yang telah kita gambar diselesaikan dengan menggunakan aturan simpson. Berikut uraiannya

Nilai koreksinya memenuhi nilai koreksi volume yaitu lebih kecil dari ±0.5%.

Koreksi LCB

Koreksi volume displasment dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2.5

LCB displasment dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 2.6

Kemudian untuk mencari LCB dengan data pada Tabel 2.1 digunakan aturan simpson dengan

Persamaan 2.7.

Page 16: Isi Laporan

16

Perhitungan

Harga e yang diperoleh dari diagram NSP sebesar 0.9261%

Mencari nilai LCB dengan menggunakan aturan simpson

Nilai koreksinya memenuhi koreksi LCB yaitu lebih kecil dari ±0.1%

Page 17: Isi Laporan

17

2.2.3 Membuat CSA LPP

CSA LWL digunakan sebagai acuan untuk menggambar CSA LPP. Berikut langkah-langkahnya.

1. Buka file gambar CSA LWL yang telah kita gambar tadi

2. Kemudian dari ujung kanan garis lurus horizontal atau LWL atau yang lebih dikenal sebagai FP

(Fore Perpendicular) ditarik garis lurus ke kiri sepanjang LPP.

3. Setelah terbentuk garis LPP carilah titik tengah garis tersebut untuk kemudian di tarik garis vertical ke atas sejauh bentuk kurva yang dibuat oleh CSA LWL.

4. Titik tengah tersebut diasumsikan sebagai station 10 kemudian untuk station-station selanjutnya menyesuaikan dengan panjang tiap station merupakan hasil pembagian LPP dibagi

20 sama panjang.

5. Ujung kanan dari garis lurus horizontal atau LPP tadi disebut sebagai FP (Fore Perpendicular) sedangkan ujung kiri disebut sebagai AP (After Perpendicular) seperti yang telah tertera pada

Gambar 2.5 dibawah ini atau untuk lebih jelasnya gambar bisa dilihat pada lampiran 7.

6. Kemudian sisa panjang garis lurus di sebelah AP di beri penomoran station yaitu -2 dan -1 yang kemudian dikenal sebagai Cant Part.

Gambar 2.5 CSA LPP

Page 18: Isi Laporan

18

Tabel 2.2 Nilai CSA LPP

No Station A ‘ A S A.s n A.s.n

-2 0 0 0.4 0 -10.8 0

-1 2.1014 6.3042 1.6 10.08672 -10.4 -104.901888

0 4.4029 13.2087 1.4 18.49218 -10 -184.9218

1 13.8551 41.5653 4 166.2612 -9 -1496.3508

2 29.1376 87.4128 2 174.8256 -8 -1398.6048

3 43.0709 129.2127 4 516.8508 -7 -3617.9556

4 55.0596 165.1788 2 330.3576 -6 -1982.1456

5 63.1459 189.4377 4 757.7508 -5 -3788.754

6 67.7754 203.3262 2 406.6524 -4 -1626.6096

7 70.1224 210.3672 4 841.4688 -3 -2524.4064

8 71.0592 213.1776 2 426.3552 -2 -852.7104

9 71.2683 213.8049 4 855.2196 -1 -855.2196

10 71.2683 213.8049 2 427.6098 0 0

11 71.2683 213.8049 4 855.2196 1 855.2196

12 70.9735 212.9205 2 425.841 2 851.682

13 69.8868 209.6604 4 838.6416 3 2515.9248

14 67.4552 202.3656 2 404.7312 4 1618.9248

15 62.0632 186.1896 4 744.7584 5 3723.792

16 52.2029 156.6087 2 313.2174 6 1879.3044

17 37.6946 113.0838 4 452.3352 7 3166.3464

18 20.877 62.631 2 125.262 8 1002.096

19 7.6159 22.8477 4 91.3908 9 822.5172

20 0 0 1 0 10 0

∑A.s 9183.3279 ∑A.s.n -1996.773288

Page 19: Isi Laporan

19

Sama seperti subbab sebelumnya untuk memperoleh keteliatian yang akurat antara data kapal pembanding dengan kapal yang kita rancang maka harus diadakan koreksi Volume LWL antara Volume LWL yang diharapkan dengan Volume LWL hasil perhitungan pada Tabel 2.2 dengan

ketentuan nilai koreksi dari volume tersebut lebih kecil dari ±0.5%.

Koreksi Volume LWL dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2.8

Berikut perhitungan koreksi volume LWL

Menentukan Volume LWL dengan data yang ada menggunakan Persamaan 2.9

Menentukan Volume dengan aturan Simpson menggunakan data pada Tabel 2.2

Nilai koreksinya memenuhi nilai koreksi volume yaitu nilainya lebih kecil dari ±0.5%.

Page 20: Isi Laporan

20

2.3 Pembuatan A/2T dan B/2

2.3.1 Pembuatan A/2T

Pada laporan sebelumnya telah dibahasa secara mendetail tentang pembuatan Curve of Sectional Area atau CSA baik CSA yang menggunakan Ldisplasment maupun CSA yang menggunakan LPP. Subbab ini merupakan kelanjutan dari subbab pembuatan CSA yaitu pembuatan A/2T. Telah diketahui secara matematis A/2T dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara luas station yang ada pada kapal dengan dua kali tinggi sarat kapal sehingga untuk memperoleh nilai A/2T dilakukan pembagian nilai luas station yang ada pada kapal dengan nilai dua kali sarat kapal dimana nilai T (Sarat Air) pada kapal yang didesain ini sebesar 9.065 m. Setelah kita memperoleh nilai A/2T pada setiap station yang ada pada kapal seperti pada Tabel 2.3 maka nilai tersebut digambarkan pada CSA yang menggunakan LPP (pada subbab sebelumnya) setelah itu titik demi titik yang telah dibuat oleh nilai A/2T tadi dihubungkan dengan menggunakan spLine (salah satu command dalam autocad).

Tabel 2.3 Nilai A/2T

No Station A’ A A/2T

-2 0 0 0

-1 2.1014 6.3042 0.347722008

0 4.4029 13.2087 0.728554881

1 13.8551 41.5653 2.292625483

2 29.1376 87.4128 4.821445119

3 43.0709 129.2127 7.12701048

4 55.0596 165.1788 9.110799779

5 63.1459 189.4377 10.44885273

6 67.7754 203.3262 11.21490347

7 70.1224 210.3672 11.60326531

8 71.0592 213.1776 11.7582791

9 71.2683 213.8049 11.79287921

10 71.2683 213.8049 11.79287921

11 71.2683 213.8049 11.79287921

12 70.9735 212.9205 11.74409818

13 69.8868 209.6604 11.5642802

14 67.4552 202.3656 11.16191947

15 62.0632 186.1896 10.26969664

16 52.2029 156.6087 8.638097077

17 37.6946 113.0838 6.237385549

18 20.877 62.631 3.454550469

19 7.6159 22.8477 1.260215113

20 0 0 0

Page 21: Isi Laporan

21

Setelah didapatkan data seperti Tabel 2.3 di atas maka A/2T dapat digambarkan seperti gambar 2.6 di bawah ini atau untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 8.

-2 -1 0

CSA PP,A/2T,B/2

Gambar 2.6 Gambar A/2T

Page 22: Isi Laporan

22

2.3.2 Pembuatan B/2

Secara matematis B/2 dapat didefinisikan sebagai pembagian keseluruhan lebar kapal menjadi dua bagian. Dalam pembuatan B/2 suatu kapal langkah pertama yang dilakukan adalah mencari sudut masuk. Sudut masuk tersebut dapat dicari melalui Grafik 2.1. Setelah diketahui nilai sudut masuknya, setengah lebar kapal pada Midship digambar terlebih dahulu kemudian 1 station didepan dan dibelakang Midship lebarnya dibuat sama (Paralel Middle Body) setelah itu dari FP kapal yang didesain ditambahkan panjang beberapa cm untuk penggambaran sudut masuk. Setelah itu dari setengah lebar kapal pada bagian Midship tadi ditarik garis kedepan menuju station 20 yang kemudian menyinggung sudut masuk yang telah digambar tadi dan ditarik garis ke belakang menuju station -2. Garis yang terbentuk dibuat streamLine. Jika gambar telah terbentuk maka akan diketahui nilai B/2 dari setiap station -2 sampai 20 untuk kemudian disajikan dalam bentuk Tabel 2.4.

Penentuan Sudut Masuk Seperti yang telah dibahas pada subbab sebelumnya untuk pembuatan B/2 diperlukan terlebih dahulu sudut masuk. Berikut disajikan cara memperoleh nilai suatu sudut masuk. Sudut masuk merupakan fungsi dari koefisien prismatik depan (φf), dimana nilai (φf) dapat ditentukan melalui Persamaan 2.10 dibawah ini.

φf = φLpp + (1,4 - φLpp )x e % ………. (2.10)

Kemudian nilai koefisien prismatik LPP (φLpp) dapat ditentukan melalui Persamaan 2.11 di bawah ini.

φLPP =φNSP x (Ldisp/LPP) ………. (2.11)

Perhitungan

Nilai e untuk kapal yang didesain sebesar 0.9261% φLPP =φNSP x (Ldisp/LPP)

= 0.70151 x (137.19 /134.50) = 0.7155402

Setelah itu nilai φLPP dimasukkan dalam Persamaan 2.10 φf = φLPP + (140 – φLPP) x e.

Maka didapat

φf = φLpp + (1,4 - φLpp )x e %

= 0.7155402 + (1.40 – 0.7155402) x 0.9261%

= 0.7218789

Setelah didapat nilai φf maka dapat dicari berapa nilai sudut masuk melalui Grafik 2.1

Page 23: Isi Laporan

23

Grafik 2.1 Penentuan Sudut Masuk

Dari Grafik 2.1 di atas diperoleh nilai sudut masuk untuk kapal yang didesain sebesar 17,6690. Setelah didapat nilai sudut masuk maka B/2 dapat digambarkan seperti Gambar 2.7 di

bawah ini atau untuk lebih jelasnya gambar dapat dilihat pada lampiran 9.

Penentuan sudut masuk berdasar

koefisien prismatik depan φf

φf

Sudut m

asuk

Bentuk V, untuk Cb kecilBentuk U, untuk Cb besar

Ditambah panjangnya untuk

membulatkan garis air di FP

(bentuk linggi haluan)FP

Sudut masuk

Garis B/2

Page 24: Isi Laporan

24

-2 -1 0

CSA PP,A/2T,B/2

Gambar 2.7 B/2

Setelah Gambar 2.7 kita peroleh maka dibuat Tabel 2.4 untuk mempermudah menghitung koreksi kesalahan.

Page 25: Isi Laporan

25

Tabel 2.4 Nilai B/2

No Station

B/2 Pada Gambar (m)

Lebar Keseluruhan B (m)

Faktor Simpson

B.s

-2 0 0 0.4 0

-1 2.1014 4.2028 1.6 6.72448

0 4.0284 8.0568 1.4 11.27952

1 7.771 15.542 4 62.168

2 9.6028 19.2056 2 38.4112

3 10.4716 20.9432 4 83.7728

4 10.8218 21.6436 2 43.2872

5 11.0921 22.1842 4 88.7368

6 11.4119 22.8238 2 45.6476

7 11.8071 23.6142 4 94.4568

8 11.9044 23.8088 2 47.6176

9 12 24 4 96

10 12 24 2 48

11 12 24 4 96

12 11.8597 23.7194 2 47.4388

13 11.6363 23.2726 4 93.0904

14 11.3126 22.6252 2 45.2504

15 10.451 20.902 4 83.608

16 8.9372 17.8744 2 35.7488

17 6.7851 13.5702 4 54.2808

18 4.2708 8.5416 2 17.0832

19 2.1248 4.2496 4 16.9984

20 0 0 1 0

Σ B.s 1155.6008

Setelah diperoleh data seperti dalam Tabel 2.4 diatas. Langkah selanjutnya adalah melakukan koreksi kesalahan dalam penggambaran garis air antara data yang ada pada Tabel 2.4

dengan data perhitungan. Dengan syarat koreksi kesalahan kurang dari ±0.5 %

Page 26: Isi Laporan

26

Koreksi kesalahan dapat dihitung melalui Persamaan 2.12 dibawah ini.

Koreksi

Dimana luas bidang garis air (AWL) dapat ditentukan melalui Persamaan 2.13 dibawah ini

AWL = LWL x B x α ………. (2.13)

Dengan nilai α diperoleh dari Persamaan 2.14

α = 0.248 + 0.778 δLWL ………. (2.14)

Kemudian untuk menentukan nilai luas bidang garis air dengan data pada Tabel 2.4 digunakan

Persamaan simpson

Perhitungan

α = 0.248 + 0.778 δLWL

= 0.248 + 0.778 (0.676996)

= 0.7747028

Dengan menggunakan Persamaan 2.13 Maka nilai AWL yang diharapkan dapat ditentukan :

AWL = LWL x B x α

= 0.7747028 x 24 x 139.88

= 2600.770263 m2

Setelah itu menentukan nilai AWL dari Tabel 2.4 dengan menggunakan aturan simpson

AWL = ⅓ x Σ y.s x h

Keterangan

y : Lebar kapal pada setiap station

s : Faktor simpson

h : Jarak tiap station pada LPP

Page 27: Isi Laporan

27

AW = ⅓ x Σ y.s x h

= ⅓ x 1155.6008 x 6.725

= 2590.47194 m2

Menentukan koreksi dengan Persamaan 2.12

Nilai koreksinya memenuhi yaitu kurang dari ±0.5 %

2.4 Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan

2.4.1 Pembuatan Bentuk Linggi Haluan

Sebelum mendesain BodyPlan dari kapal yang didesain maka perlu ditentukan terlebih dahulu bentuk linggi haluan dan buritan. Pada subbab ini akan dibahas mengenai pembuatan bentuk linggi haluan (stem). Tinggi dari haluan membentuk sudut kemiringan ±150 dari garis

vertical FP (Fore Perpendicular) seperti terlihat pada Gambar 2.8 di bawah ini.

Gambar 2.8 Linggi Haluan (Stem)

Linggi haluan (stem)

FP

Garis dasar

Garis air

± 150

Geladak agil

(forecastle deck)

Geladak utama (main deck)

Sekat tubrukan

(collision bulkhead)

Kubu-kubu (bulwark)

Ceruk depan

Lunas (keel)

Page 28: Isi Laporan

28

Bentuk dari linggi haluan juga sangat tergantung pada nilai dari koefisien blok kapal yang

akan di desain. Dengan ketentuan seperti pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Bentuk Linggi Haluan dan Buritan

Pada kapal yang akan didesain kali ini mempunyai nilai koefisien blok sebesar 0.690271 sehingga bentuk dari linggi haluan untuk kapal yang akan didesain seperti pada Gambar 2.10 dibawah ini atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10.

Page 29: Isi Laporan

29

Gambar 2.10 Linggi Haluan (Stem)

2.4.2 Pembuatan Bentuk Linggi Buritan

Dalam pembuatan bentuk linggi buritan terdapat dua macam bentuk linggi buritan yaitu bentuk linggi buritan dengan menggunakan sepatu linggi dengan tanpa menggunakan sepatu linggi. Dengan pertimbangan efisiensi maka bentuk linggi buritan untuk kapal yang akan didesain ini tanpa menggunakan sepatu linggi. Contoh bentuk linggi buritan tanpa sepatu linggi dapat dilihat

pada Gambar 2.11.

Page 30: Isi Laporan

30

Gambar 2.11 Bentuk Linggi Buritan (Stern)

Sebelum memulai mendesain bentuk dari linggi buritan ada beberapa hal yang harus diketahui seperti nilai a, b, c, …. seperti yang telah tertera pada Gambar 2.11 di atas. Berikut

perhitungan nilai a, b, c, …. Disajikan dalam bentuk Tabel 2.5

Tabel 2.5 Perhitungan Bentuk Linggi Buritan

T (Sarat air) 9.065 m

D (Diameter propeller 0.7T) 6.3455 m

a (Jarak garis dasar ke tengah poros 0.33T) 2.99145 m

b (Jarak sumbu poros ke ujung poros 0.35T) 3.17275 m

e (Diameter poros propeller 0.3T) 1.0878 m

t = T – 0.7T 2.7195 m

b. Bentuk linggi buritan tanpa sepatu linggi

Diameter propeller:

D = ( 0,6~0,7 ) T

a = ± 0,33 T

e = ± 0,12 T

b = ± 0,35 T

>(

0,6

~0,7

) T

T

Garis air

Sumbu poros kemudi

AP

e

a

b

LPP

LWL

Page 31: Isi Laporan

31

Setelah diperoleh data seperti pada Tabel 2.5 maka bentuk linggi buritan untuk kapal yang akan didesain seperti pada Gambar 2.12 di bawah ini atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran 11.

Gambar 2.12 Bentuk Linggi Buritan

2.5 Pembuatan Body Plan

Pada subbab sebelumnya telah dibahas pengertian dari Body Plan sesuai dari pengertian tersebut Body Plan digambar berdasarkan data A/2T dan B/2 pada kapal yang akan didesain. Penggambaran Body Plan dimulai dengan pembuatan kotak dengan nilai tinggi sebesar T (Sarat Air) pada kapal yang akan didesain dan nilai lebar sebesar B (Lebar kapal) yang akan didesain. Kemudian kotak dibagi menjadi dua bagian sama lebar dengan perincian kotak sebelah kanan untuk proyeksi station bagian depan kapal atau station 10 sampai dengan 20 kemudian untuk kotak sebelah kiri untuk proyeksi bagian belakang kapal atau station 0 sampai dengan station 9. Setelah itu proyeksi dari setiap station mulai digambar untuk mempermudah penggambaran dimulai dari station pada bagian Midship kapal atau station 10 dengan langkah pertama menghitung jari-jari bilga. Jari-jari bilga merupakan kelengkungan sebelah kanan dan kiri kotak yang kemudian digunakan untuk proyeksi station 9 sampai 11 (Pararel Middle Body). Nilai dari jari-

jari bilga dapat ditentukan dengan Persamaan 2.15

Page 32: Isi Laporan

32

Keterangan

R : Jari-jari bilga (m)

B : Lebar kapal (m)

T : Tinggi sarat kapal (m)

Am : Luas Midship (m2)

Perhitungan jari-jari bilga untuk kapal yang akan didesain

B : 24 m

T : 9.065 m

Am : 213.80491 m2

Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa jari-jari bilga untuk kapal yang akan didesai sebesar 2.9551 m. Kemudian untuk penggambaran proyeksi station selain pada Pararel Middle Body digambar berdasarkan A/2T dan B/2 kemudian dibentuk sesuai dengan luas yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 2.13.

Page 33: Isi Laporan

33

Gambar 2.13 Peggambaran Proyeksi Setiap Station

Keterangan Gambar 2.13

Nilai y merupakan nilai B/2 dari setiap station pada kapal yang akan didesain kemudian nilai b merupakan nilai A/2T dari setiap station pada kapal yang akan didesain. Kemudian setelah itu dibentuk garis EOB dengan ketentuan luas EOD harus sama dengan luas AOB atau memiliki batas toleransi sebesar 0.5%. Begitu seterusnya sampai diperoleh gambar BodyPlan secara

lengkap.

Mengenai bentuk-bentuk dari garis EOB disesuaikan berdasarkan Cb (Koefisien blok) pada kapal

yang akan didesain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.14, 2.15, 2.16, dan 2.17.

Gambar 2.14 Body Plan dengan Cb : 0.60

A/2T

b/2

B/2

CL

T

O

B

C E

A

D

Radius of Bilge

Page 34: Isi Laporan

34

Gambar 2.15 Body Plan dengan Cb : 0.65

Gambar 2.16 Body Plan dengan Cb : 0.70

Gambar 2.17 Body Plan dengan Cb : 0.75

Page 35: Isi Laporan

35

Setelah diperoleh proyeksi setiap sation pada kapal yang akan didesain mulai dari station 0 sampai dengan 20 makan terbentuklah Body Plan. Untuk bentuk BodyPlan pada kapan yang akan

didesain dapat dilihat pada Gambar 2.18 atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12.

Gambar 2.18 Body Plan

Page 36: Isi Laporan

36

2.6 Pembuatan Half Breadth Plan

2.6.1 Pembuatan Sent Line

Selain prosedur membuat half breadth, kita perlu membuat garis kontrol lagi yang disebut sent line. Sent Line dibuat dengan cara menarik garis diagonal pada kedua sisi Body Plan dimulai dari center line kesisi bawah center line dan diukur jarak tiap kurva section dengan titk awal garis diagonal tadi.

Gambar 2.19 BodyPlan

Page 37: Isi Laporan

37

Setelah diperoleh pengukuran gambar seperti Gambar 2.19 maka semua data nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran diakumulasikan dalam bentuk Tabel 2.6 di bawah ini. Hal tersebut dilakukan

untuk mempermudah dalam melakukan penggambaran sent Line.

Tabel 2.6 Ordinat Sent Line

Setelah diperolah data seperti di atas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penggambaran Sent Line dapat dilihat pada Gambar 2.20 di bawah ini atau untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada lampiran 13.

Gambar 2.20 Sent Line

2.6.2 Penggambaran Half Breadth Plan

Jika pada subbab sebelumnya telah dibahas mengenai pembuatan Sent Line maka pada subbab ini akan dibahas mengenai pembuatan Half Breadth Plan. Langkah-langkah dalam pembuatan Half Breadth Plan kurang lebih hampir sama dengan pembuatan Sent Line yaitu sebelum penggambaran dilakukan pengukuran terlebih dahulu terhadap Body Plan yaitu terhadap Water Line 0 sampai dengan Water Line 8. Sebagai contoh pada Gambar 2.21 merupakan pengukuran Water Line 8 pada gambar Body Plan.

Page 38: Isi Laporan

38

Gambar 2.21 Body Plan

Setelah diperoleh data nilai pengukuran dari gambar di atas, maka semua data pengukuran nilai mulai dari Water Line 0 sampai dengan Water Line 8 diakumulasikan dalam bentuk Tabel 2.7 hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam penggambaran Half Breadth Plan.

Page 39: Isi Laporan

39

Tabel 2.7 Ordinat Half Breadth Plan

Dengan menggunakan tabel di atas Half Breadth Plan kapal yang akan didesain dapat digambar dan hasilnya seperti pada Gambar 2.22 di bawah ini atau untuk lebih jelasnya dapat

diliat pada lampiran 13.

Gambar 2.22 Half Breadth Plan

Page 40: Isi Laporan

40

2.7 Pembuatan Sheer Plan

Setelah halfbredth plan selesai digambar dan di-check dengan body plan, selanjutnya dibuat gambar sheer plan. Penggambaran sheer plan pada dasarnya adalah penggambaran dari

buttock line.

Buttock line adalah garis yang menyatakan bentuk irisan kapal jika dibuat dari samping atau dengan pengertian yang berbeda bahwa sheer plan merupakan garis-garis potongan badan kapal dengan bidang vertikal memanjang yang telah ditentukan jaraknya dari tengah kapal atau center line. Pembuatannya adalah berdasarkan data pada half breadth plan. Untuk lebih jelasnya

perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 2.23 Sheer Plan

2.8 Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil, dan Geladak Kimbul

2.8.1 Pembuatan Geladak Utama

Pembuatan Geladak Utama pada Sheer Plan

Terdapat dua macam geladak utama pada kapal yaitu ada yang berbentuk lurus dan lengkung. Geladak utama yang berbentuk lengkung biasanya memiliki keuntungan dari sisi penambahan free board pada kapal tersebut. Untuk membuat geladak utama yang berbentuk lengkung harus disertai dengan perhitungan-perhitungan tertentu yang dikenal dengan Sheer

Standard.

Langkah pertama untuk membuat Sheer standard yaitu dengan membagi panjang LPP kapal yang akan didesain menjadi enam bagian sama panjang yaitu tiga bagian di depan Midship dan tiga bagian lainnya di belakang Midship. Untuk lebih jelasnya tentang pembuatan Sheer

Standard dapat dilihat pada Gambar 2.24.

Page 41: Isi Laporan

41

Gambar 2.24 Pembuatan Sheer Standard

Gambar 2.24 tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat Sheer Standard untuk kapal yang akan di desain. Langkah selanjutnya setelah membagi panjang LPP kapal menjadi enam bagian adalah mencari nilai x, y, z, a, b, dan c seperti yang telah tertera pada Gambar 2.24. Nilai x

dapat dicari dengan Persamaan 2.16

Nilai y dapat dicari dengan Persamaan 2.17

Nilai z dapat dicari dengan Persamaan 2.18

Kemudian nilai a dapat dicari dengan Persamaan 2.19

Nilai b dapat dicari dengan Persamaan 2.20

Nilai c dapat dicari dengan Persamaan 2.21

Page 42: Isi Laporan

42

Perhitungan Sheer standard untuk kapal yang akan di desain dengan panjang LPP sebesar 134.50 m kemudian panjang LPP tersebut dibagi menjadi 6 bagian sama panjang dan hasilnya sebesar 22.4167 m atau jika digambar akan didapatkan gambar seperti pada Gambar 2.25 di

bawah ini.

Gambar 2.25 Pembagian LPP

Setelah diperoleh Gambar 2.25 maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai x, y, z, a, b, dan c sesuai dengan Persamaan yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk mempermudah dalam

pembacaan maka nilai-nilai tersebut disajikan dalam bentuk Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Nilai Sheer Standard

Nilai Persamaan Hasil (mm)

a 307.067

b 1217.3

c 2741.67

x 153.53

y 608.65

z 1370.83

Setelah diperoleh nilai seperti pada Tabel 2.8 maka nilai-nilai tersebut masukkan pada Gambar 2.25 sehingga nantinya akan diperoleh gambar Sheer Plan dengan bentuk lengkung atau

untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.26.

Page 43: Isi Laporan

43

Page 44: Isi Laporan

44

Pembuatan Geladak Utama pada Body Plan

Setelah kita memperoleh bentuk geladak utama maka langkah selanjutnya memproyeksikan gambar tersebut pada Body Plan hal tersebut dilakukan untuk kemudian mendapatkan bentuk Half Breadth Plan. Pembuatan geladak utama pada Body Plan dilakukan dengan mencari titik potong tiap station yang ada pada Sheer Plan dengan garis geladak utama untuk kemudian diproyeksikan pada Body Plan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar

2.27 di bawah ini.

Gambar 2.27 Pembuatan Geladak Utama

Page 45: Isi Laporan

45

2.8.2 Pembuatan Forecastle Deck dan Bulwark

Pembuatan Forecastle Deck dan Bulwark pada Sheer Plan

Forecastle Deck merupakan bangunan yang letaknya berada tepat di atas geladak utama (Main Deck) pada bagian haluan kapal. Tinggi dari Forecastle Deck berkisar antara 2.4 m sampai dengan 2.5 m diukur dari geladak utama (Main Deck). Kemudian mengenai panjang dari Forecastle Deck bisa mencapai Collision Bulkhead atau berkisar antara 5% sampai dengan 8%

dari LPP.

Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada geladak tepi pada upper Deck, Forecastle Deck dan Poop Deck yang berfungsi sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak paling rendah. Direncanakan setinggi 1 m diukur pada geladak terendah. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai Forecastle Deck dan Bulwark dapat dilihat pada Gambar 2.29 di

bawah ini.

Gambar 2.29 Pembuatan Forecastle Deck dan Bulwark

Dengan beracuan Gambar 2.29 maka kita dapat membuat Forecastle Deck dan Bulwark untuk kapal yang akan didesain. Nilai a pada Gambar 2.29 berkisar antara 2.4 m sampai dengan 2.5 m kemudian nilai b berkisar antara 1 m. Kemudian mengenai letak sekat tubrukan (Collision Bulkhead) berkisar antara 0.05 – 0.08 dari LPP sehingga letak sekat tubrukan untuk kapal yang akan di desain berada di 10.76 m dari FP (Fore Perpendicular). Dari nilai-nilai tersebut kita dapat memulai pembentukan Forecastle Deck dan Bulwark untuk kapal yang akan di desain dan bentuknya dapat dilihat pada Gambar 2.30.

Page 46: Isi Laporan

46

Gambar 2.30 Bentuk Forecastle Deck dan Bulwark

Pembuatan Forecastle Deck dan Bulwark pada Body Plan

Sama pada pembahasan pada subbab sebelumnya yaitu pembuatan geladak utama pada Body Plan, pembuatan Forecastle Deck dan Bulwark pun juga kurang lebih seperti itu, yaitu dengan mencari titik potong tiap station pada Sheer Plan dengan garis Forecastle Deck dan Bulwark kemudian diproyeksikan pada Body Plan, tetapi pada pembuatan lengkung Bulwark diperlukan beberapa garis bantu, untuk lebih jelasnya mengenai pembuatan Forecastle Deck pada

Body Plan dapat dilihat pada Gambar 2.31

Page 47: Isi Laporan

47

Gambar 2.31 Pembuatan Forecastle Deck dan Bulwark

2.8.3 Pembuatan Poop Deck

Pembuatan Poop Deck pada Sheer Plan

Poop Deck merupakan bangunan yang terletak di atas geladak utama (Main Deck) pada bagian buritan kapal dengan kententuan ketinggian berkisar antara 2.4 m sampai dengan 2.5 m di ukur dari geladak utama (Main Deck). Untuk lebih jelasnya mengenai Poop Deck (Geladak Kimbul)

dapat dilihat pada Gambar 2.32.

Page 48: Isi Laporan

48

Gambar 2.32 Pembuatan Pook Deck (Geladak Kimbul)

Gambar 2.32 dapat dijadikan acuan untuk menggambar bentuk Poop Deck dari kapal yang akan didesain. Dengan nilai a pada Gambar 2.32 berkisar antara 2.4 m sampai dengan 2.5 m dan mengenai letak sekat kamar mesin di tentukan dengan kententuan 17% sampai dengan 20% L PP

dihitung dari AP. Jadi letak sekat kamar mesin untuk kapal yang akan didesain terletak pada 26.9 m dari AP. Setelah diperoleh nilai-nilai tersebut maka Poop Deck dapat digambar seperti pada

Gambar 2.33 di bawah ini.

Gambar 2.33 Bentuk Poop Deck (Geladak Kimbul)

Page 49: Isi Laporan

49

Page 50: Isi Laporan

50

Pembuatan Poop Deck pada Body Plan

Sama pada pembahasan subbab sebelumnya untuk membuat Poop Deck pada Body Plan yaitu dengan cara mencari titik potong antara station yang ada pada Sheer Plan dengan garis Poop Deck kemudian di proyeksikan pada BodyPlan untuk lebih jelasnya mengenai pembuatan

Poop Deck pada Body Plan dapat dilihat pada Gambar 2.35.

Gambar 2.35 Pembuatan Poop Deck

Pada bab sebelumnya telah dibahas cara pembuatan Half Breadth Plan pada garis air, pada pembuatan Main Deck, Forecastle Deck, Bulwark, dan Poop Deck prinsip kerjanya hampir sama dengan pembuatan Half Breadth Plan pada garis air yaitu langkah pertama dengan mencari nilai pada Body Plan yang telah digambar sebelumnya nilai tersebut diperoleh dengan cara pengukuran untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.36.

Page 51: Isi Laporan

51

Gambar 2.36 Body Plan

Pada Gambar 2.36 telah diberikan contoh pengukuran pada Main Deck, sedangkan untuk pengukuran Forecastle Deck, Bulwark, dan Poop Deck kurang lebih sama dengan Gambar 2.36. Setelah diperoleh nilai pengukuran baik untuk Main Deck, Forecastle Deck, Bulwark, maupun Poop Deck hasil tersebut diakumulasikan untuk kemudian disajikan dalam bentuk Tabel 2.9, hal

tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam pembacaan.

Page 52: Isi Laporan

52

Page 53: Isi Laporan

53

Page 54: Isi Laporan

54

Page 55: Isi Laporan

55

Setelah diperoleh gambar Sheer Plan, maka langkah selanjutnya mencari titik potong antara bentuk Sheer Plan pada Buttock Line 0, 1, 2, dan 3, Main Deck, Forecastle Deck, Bulwark, dan Poop Deck dengan setiap station yang ada pada kapal. Kemudian titik potong tersebut diukur dari Base Line (garis dasar). Hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam bentuk Tabel 2.10 di

bawah ini.

Tabel 2.10 Height Above The Base Line

Page 56: Isi Laporan

56

BAB III

GAMBAR RANCANG

Page 57: Isi Laporan

57