Isi Lap.akhir Proses Produksi
Transcript of Isi Lap.akhir Proses Produksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering terlihat kejadian yang menegangkan pada saat seseorang masuk ke dalam rumah
rumah secara paksa dengan memecahkan jendela. Sering sekali kita lihat banyak orang
ingin memaksilmalkan pencahayaan dalam rumahnya dengan memberikan banyak
jendela ataupun kaca pada rumahnya, tetapi rumah itu malah sering dibobol oleh orang
orang yang tidak bertanggung jawab melalui jendela ataupun melakukan pengrusakan
pada kaca, dan untuk meminimalisir kehilangan pemilik rumah, biasanya pemilik
melapisi kaca ataupun jendela bahkan pintu mereka dengan rangkaian besi (teralis).
Sehingga kedepannya teralis sering digunakan bahkan untuk aksesoris memperindah
tampilan jendela dan pintu yang terkesan monoton tersebut. Selain itu teralis yang
sederhana biasanya digunakan sebagai tempat untuk melakukan penghukuman seperti
teralis sederhana yang sering digunakan pada lokasi lokasi penjara. Pembuatan teralis
yang umumnya terbuat dari batangan besi ini, memerlukan mekanisasi dalam
pengerjaannya dan biasanya sering berhubungan dengan pengelasan, kerja bangku dan
permesinan. Mahasiswa yang mengambil bidang industri dapat mengambil esensi dari
pembuatan produk ini, mulai dari sistem manufakturnya sampai pada jasa
pemasarannya. Di dalam penggunaan mesin mesin produksi juga terdapat aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan, seperti menyangkut
masalah APD, potensi-potensi bahaya yang ada di workshop/bengkel kerja.
Oleh karena itu kami membuat produk teralis ini sebagai bentuk sederhana agar bisa
memahami dan mengambil esensi dari bidang proses produksi yang berhubungan
dengan pengelasan, kerja bangku, dan permesinan serta aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenal proses pembuatan teralis
2. Mengenal macam-macam jenis peralatan yang sering digunakan dalam kegiatan
perindustrian
3. Mengenal macam-macam alat keselamatan dan fungsinya
4. Mengenal jenis-jenis alat yang sering digunakan dalam proses pengukuran dan
kerja bangku.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat yang didapat dari dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Pengenalan akan pentingnya aspek penggunaan APD dalam pelaksaaan praktikum
2. Penerapan pengetahuan pengelasan
3. Penerapan pengetahuan kerja bangku
4. Penerapan pengetahuan pengukuran dan pengolahan bahan
5. Mengetahui cara cara pembuatan teralis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelasan
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan
dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, yaitu di bidang
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan
sebagainya.
Di samping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi
misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada proses pengecoran. Membuat lapisan las
pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi
lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk
mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara
pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara
sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana. Akan tetapi sebenarnya di
dalamnya ada banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya
memerlukan bermacam-macam pengetahuan.
Oleh karena itu, di dalam pengelasan ilmu pengetahuan harus turut serta mendampingi
praktek pengelasannya, secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa untuk
perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las harus direncanakan
pula tentang cara-cara pengelasannya.
3
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi
pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari
definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat
dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah
dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan
dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-
atom molekul dari logam yang disambungkan.
Dewasa ini, pengelasan dan pemotongan merupakan pengerjaan yang amat penting
dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya
sangat pesat, dan telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh
dikatakan pada zaman dulu hampir tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las
dengan cara-cara yang ada pada waktu ini. Jenis-jenis las dapat dilihat sebagai berikut:
1. Las karbit
Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering
ditemui. Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering digunakan untuk
menghubungkan dua logam atau welding. Lalu apa saja yang perlu diperhatikan dan
diperlukan dalam penangan alat perkakas ini. Berikut ulasannya.
a. Las karbit secara umum
Las karbit adalah pembahasaan yang umum berada di masyarakat untuk
menyebut pengelasan Asetilin. Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat
penyambung logam melalui proses pelelehan logam dengan menggunakan
energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dan gas oksigen.
b. Kegunaan las asetilen
Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong dan
menyambung benda kerja yang terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros).
Bentuk las karbit dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
4
Gambar 2.1 Las Karbit
c. Bagian-bagian dan fungsinya
Bagian – bagian las karbit dibagi menjadi 5 yang dapat dilihat sebagai berikut:
1) Tabung gas oksigen, berisi gas oksigen yang berfungsi dalam proses
pembakaran.
2) Tabung gas asetilen, berisi gas asetilen yang berfungsi sebagai bahan bakar
dalam proses pembakaran.
3) Regulator, berfungsi untuk mengatur aliran dari masing-masing gas.
4) Selang penyalur, berfungsi untuk menghubungkan atau mengalirkan gas
dari tabung gas oksigen dan asetilen menuju brander.
5) Brander, berfungsi untuk mengatur campuran gas oksigen dan asetilen serta
pembakarannya.
d. Nyala api netral
Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami
surface hardening. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api
kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut luar berwarna kuning. Nyala api
netral dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
5
Gambar 2.2 Nyala Api Netral
e. Nyala api oksigen lebih
Sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan. Setelah
dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita
akan dapatkan nyala api oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan berwarna
ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek. Gambar nyala api oksigen berlebih
yang dapat dilihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut:
Gambar 2.3 Nyala Api Oksigen Berlebih
f. Nyala api asetilen lebih
Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen.
Nyala api menampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna
biru. Biasanya digunakan untuk pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis
baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan nonferrous.
Gambar 2.4 Nyala Api Asitilen Berlebih
2. Las TIG
Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) adalah teknik pengelasan berkualitas tinggi
dengan kecepatan peleburan/penyatuan yang rendah. Arc terbakar antara elektroda
tungsten dan bagian yang dikerjakan; elektrodanya tidak meleleh, jadi hanya
berfungsi sebagai penghantar arus dan pembawa arc.
6
Untuk pekerjaan lembaran logam yang tipis, pengelasan TIG dapat digunakan tanpa
filler logam. Untuk pekerjaan dengan lembaran logam yang lebih tebal atau ketika
menggabungkan bahan yang berbeda, filler logam digunakan dalam bentuk kawat
batangan atau kawat gulungan yang dipasok oleh alat pengumpan yang terpisah
biasanya tanpa arus listrik. Dalam pengelasan TIG standar, api dikeluarkan dengan
bebas tetapi sebuah varian yang dikenal dengan pengelasan plasma menggunakan
nozzle sekunder untuk mengecilkan arc.
Lelehan logam, elektroda tungsten yang panas dan bagian ujung dari filler logam
yang meleleh dilindungi dari atmosfir dengan menggunakan gas inert. Biasanya,
menggunakan argon, meskipun ada manfaat kualitas dan produktivitas jika
menggunakan campuran baik argon dan helium atau argon dan hidrogen.
Pengelasan MIG (Metal Inert Gas) dan MAG (Metal Active Gas) secara luas
digunakan setiap kali dibutuhkan peleburan/penyatuan logam dengan kecepatan
tinggi dan sedang. Kedua teknik ini menggunakan arc DC yang nyala di antara
bagian yang dikerjakan dan kawat elektroda, dimana elektroda ini fungsinya secara
simultan adalah sebagai pembawa tenaga dan sumber filler logam. Gas pelindung
melingkupi arc, proses pemindahan tetesan dan leburan logam dari pengaruh
atmosfer.
Las gas tungsten (las TIG) adalah proses pengelasan dimana busur nyala listrik
ditimbulkan oleh elektroda tungsten (elektroda tak terumpan) dengan benda kerja
logam. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas tidak aktif) agar tidak
berkontaminasi dengan udara luar. Kawat las dapat ditambahkan atau tidak
tergantung dari bentuk sambungan dan ketebalan benda kerja yang akan dilas.
Perangkat yang dipakai dalam pengelasan las gas tungsten adalah:
1. Mesin
Mesin las AC/DC merupakan mesin las pembangkit arus AC/DC yang
digunakan di dalam pengelasan las gas tungsten. Pemilihan arus AC atau DC
biasanya tergantung pada jenis logam yang akan dilas.
7
2. Tabung gas lindung
Tabung gas lindung adalah tabung tempat penyimpanan gas lindung seperti
argon dan helium yang digunakan di dalam mengelas gas tungsten.
3. Regulator gas lindung
Regulator gas lindung adalah adalah pengatur tekanan gas yang akan digunakan
di dalam pengelasan gas tungsten. Pada regulator ini biasanya ditunjukkan
tekanan kerja dan tekanan gas di dalam tabung.
4. Flowmeter
Flowmeter dipakai untuk menunjukkan besarnya aliran gas lindung yang
dipakai di dalam pengelasan gas tungsten.
5. Selang gas dan perlengkapan pengikatnya
Selang gas dan perlengkapan pengikatnya berfungsi sebagai penghubung gas
dari tabung menuju pembakar las. Sedangkan perangkat pengikat berfungsi
mengikat selang dari tabung menuju mesin las dan dari mesin las menuju
pembakar las.
6. Kabel elektroda dan selang
Kabel elektroda dan selang berfungsi menghantarkan arus dari mesin las
menuju stang las, begitu juga aliran gas dari mesin las menuju stang las. Kabel
massa berfungsi untuk penghantar arus ke benda kerja
7. Stang las (welding torch)
Stang las berfungsi untuk menyatukan sistem las yang berupa penyalaan busur
dan perlindungan gas lindung selama dilakukan proses pengelasan.
8. Elektroda tungsten
Elektroda tungsten berfungsi sebagai pembangkit busur nyala selama dilakukan
pengelasan. Elektroda ini tidak berfungsi sebagai bahan tambah.
9. Kawat las
Kawat las berfungsi sebagai bahan tambah. Tambahkan kawat las jika bahan
dasar yang dipanasi dengan busur tungsten sudah mendekati cair.
8
10. Assesories pilihan dapat berupa sistem pendinginan air untuk pekerjaan
pengelasan berat, rheostat kaki, dan pengatur waktu busur.
Adapun berikut adalah gambar jenis mesin las MIG dan TIG pada gambar 2.5 dan
2.6 yaitu:
Gambar 2.5 Las MIG Gambar 2.6 Las TIG
3. Las busur listrik (las listrik)
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian
juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur
dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
9
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan
tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan
dengan memperhatikan ukuran dan tipe elektrodanya. Pada las busur, sambungan
terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda
kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan
diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi
kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian
dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi
energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda
berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa
dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat
ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks
membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak
diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak
digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
Adapun beberapa langkah-langkah yang disarankan untuk melakukan pengelasan
sebagai berikut:
a. Pembentukan busur listrik
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda)
dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub
positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses
ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat
untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan
busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika
elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah,
maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda
didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali
10
pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda). Dengan penyentuhan singkat
elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas, berlangsung
hubungan singkat dalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang
kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari
benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara
elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir. Suhu busur
cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan
lokasi pengelasan. Dalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes,
mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses
pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat
akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.
b. Proses penyulutan. Setelah arus dijalankan, elektroda didekatkan pada lokasi
jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang
pendek (garis tengah elektroda).
c. Menyalakan busur listrik Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan
menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam induk (yang akan dilas)
dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan : Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung
elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang
elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. Perbesar jarak
tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan
logam induk. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat
sama dengan garis tengah penampang tadi.
d. Memadamkan busur listrik. Cara pemadaman busur listrik mempunyai
pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan
sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk
sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda
dijauhkan dengan arah agak miring.
11
4. Las laser
Laser mencakup pengelasan laser pengolahan, laser cutting, laser pengeboran dan
integrasi sistem laser adalah teknologi manufaktur yang paling maju yang cepat
mendapatkan popularitas. Baik itu di industri apa pun, militer, medis, teknik
aerospace, otomotif, ruang propulsi atau manufaktur hi-tech, diolah oleh sinar laser
memiliki manfaat besar dan merupakan solusi terbaik untuk kebutuhan organisasi
dan peralatan manufaktur sebagai presisi pemotongan laser mengarah ke akurasi dan
kesempurnaan. Pengelasan laser digunakan dalam operasi yang lembut serta dalam
pengolahan bahan industri. Tersebut adalah sifat beragam manfaat pengelasan laser.
Ini adalah balok intens sumber panas terkonsentrasi yang diarahkan mencair, serta
panas atau bahkan menguapkan area yang dipilih dari setiap jenis material.
Pengelasan laser adalah teknik paling modern dalam pengelasan dan menyebabkan
tidak ada distorsi material. Pengelasan laser adalah alat yang sangat baik untuk
pengelasan segala jenis bahan. Laser pengelasan selalu disukai untuk pengelasan
konvensional karena memiliki HAZ kecil (panas zona terpengaruh), penetrasi yang
mendalam dengan presisi yang sangat baik, sendi konsisten dengan distorsi minim
karena pemanasan, tidak ada pengolahan sekunder, lebih cepat tarif las dan
pengulangan yang tinggi. Pemilihan laser untuk pengelasan tergantung terutama
pada ketebalan material, jenis dan juga kebutuhan penetrasi. Terdapat dua jenis
utama opsi pengiriman balok yang digunakan dalam kasus laser welding seperti
melalui kabel fiber optik dan pengiriman balok konvensional. Sekali lagi, presisi
pemotongan laser adalah lebih populer dan efektif daripada proses pemotongan
tradisional. Alasannya jelas. Dalam hal ini akurasi yang memegang kunci
keberhasilan pemotongan presisi dari sebuah las laser. Dalam kualitas industri
manufaktur akurasi merupakan aspek penting, dan presisi pemotongan laser adalah
yang sangat baik. Manfaat dari pemotongan laser terlalu banyak. Hal ini tidak hanya
fleksibel dan cepat tetapi mekanisme hemat biaya juga. Sekali lagi dalam presisi
laser cutting materi tidak bersentuhan dengan alat pemotong sedangkan pada
metode tradisional pemotongan bahan memiliki kontak fisik dengan alat pemotong.
Ini kontak fisik dapat mengakibatkan kontaminasi atau distorsi dari material dan alat
pemotong bahkan mungkin mendapatkan terdistorsi atau rusak saat pemotongan.
Precision laser cutting tidak mengakibatkan masalah tersebut. Selain pemotongan
12
tradisional tidak dapat digunakan pada semua jenis bahan, tapi presisi pemotongan
laser digunakan untuk berbagai jenis bahan dengan berbagai macam ketebalan.
Selain layanan laser lainnya termasuk alternatif untuk sistem pengeboran
konvensional yang laser pengeboran yang menyediakan dengan lubang yang akurat
dengan presisi maksimum dan sangat cepat juga. Jika Anda tidak kompromi pada
kualitas, kemudian memproses sesuai laser disesuaikan dengan kebutuhan industri
adalah solusi industri manufaktur dalam jangka panjang.
2.2 Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah:
1. Helm pengaman (safety helmet)
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara
langsung.
2. Tali keselamatan (safety belt)
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun
peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain)
3. Sepatu karet (sepatu boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda
tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
4. Sepatu pelindung (safety shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal
dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
5. Sarung tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi
yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di
sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
13
6. Tali pengaman (safety harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan
alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
7. Penutup telinga (ear plug / ear muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
8. Kaca mata pengaman (safety glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas,
menggerinda, dsb)
9. Masker (respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
10. Pelindung wajah (face shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misalnya pada pekerjaan menggerinda).
11. Jas hujan (rain coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu
hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lingkungan).
2.3 Kerja Bangku
Kerja bangku adalah suatu proses pengerjaan menggunakan alat – alat sederhana
dengan bantuan tenaga manusia. Sedangkan benda kerja adalah bagian yang dikerjakan.
Benda kerja dapat dilakukan pemotongan, pengelasan, pembentukan, atau pekerjaan-
pekerjaan lainnya.
1. Kikir, fungsinya untuk meratakan, menghaluskan, dan menyikukan antara bidang
satu dengan bidang lainnya. Membuat bidang-bidang berbentuk dan sebagainya.
Selain itu fungsi kikir lainnya ada bermacam-macam, sesuai dengan kebutuhannya,
antara lain:
14
a. Kikir gepeng (plat), fungsinya untuk meratakan dan membuat bidang sejajar dan
tegak lurus.
b. Kikir blok, fungsinya membuat rata, sejajar dan menyiku antara bidang satu
dengan bidang lainnya.
c. Kikir segi empat (square), fungsinya membuat rata dan menyiku antara bidang
satu dengan bidang lainnya.
d. Kikir segitiga (treangle), fungsinya untuk meratakan dan menghaluskan bidang
berbentuk sudut 60 derajat atau lebih besar.
e. Kikir pisau (knife), fungsinya untuk meratakan dan menghaluskan bidang
berbentuk sudut 60 derajat atau lebih kecil.
f. Kikir silang (crossing) berfungsi untuk menghaluskan bidang cekung, dan
membuat bidang cekung.
g. Kikir bulat (round) berfungsi untuk menghaluskan dan menambah diameter
bidang bulat.
2. Pahat digunakan untuk keperluan-keperluan seperti memotong, membuat alur,
meratakan bidang, membentuk sudut, dsb. Fungsi pahat lainnya tergantung pada
bentuknya, antara lain :
a. Pahat pelat digunakan untuk meratakan bidang dan membuat pelat logam.
b. Pahat alur/roreh digunakan untuk membuat alur dan sponeng.
c. Pahat setengah bulat digunakan untuk membuat alur setengah bulat salutan
minyak dalam bantalan.
3. Palu memiliki berbagai macam fungsi antara lain:
a. Palu karet dan Palu plastik memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menghasilkan
bentuk dengan sedikit bekas pemukulan pada permukaan pelat aluminium atau
tembaga, tanpa merusak komponen yang dipukul.
b. Palu tembaga berfungsi untuk memukul benda dari bahan logam yang keras
tanpa merusak komponen yang dipukul.
c. Palu besi berfungsi untuk memukul benda dari bahan logam yang keras dibantu
dengan alat perantara.
d. Palu konde, biasanya dipergunakan di bengkel mesin.
e. Palu kayu digunakan untuk membentuk pelat dari bahan stainless steel atau
galvanis.
15
f. Palu kulit digunakan pada pembentukan pelat-pelat lunak yang relatif tebal.
g. Palu pembentuk dirancang untuk keperluan tertentu, terdiri dari berbagai macam
bentuk yang disesuaikan dengan penggunaannya, antara lain:
1) Palu pengeling, digunakan untuk membentuk kepala paku keeling
2) Palu pelipat, digunakan untuk merapatkan ujung plat dan pada pekerjaan
pengawatan tepi.
3) Palu pelengkung, digunakan untuk membuat cekungan pada plat
4) Palu peregang, digunakan untuk meregang atau memperpanjang plat
5) Palu penipis, digunakan untuk menipiskan ketebalan plat
4. Gergaji, adalah alat untuk memotong. Jenis-jenis gergaji antara lain:
a. Gergaji belah (rip saw). Gergaji belah adalah gergaji manual paling besar.
Panjang gergaji 650 mm dengan 5 PPI. Gergaji ini khusus untuk memotong
balok-balok kayu besar yang berserat. Gergaji pembelah adalah gergaji dengan
gerigi dirancang untuk membelah kayu. Gergaji pembelah digunakan untuk
menggergaji kayu searah jaringan serat kayu dan mempunyai 31/2 hingga 4
pucuk gigi pada setiap panjang 25 mm. Panjang daun antara 500 mm hingga 70
mm.
b. Gergaji potong (crosscut saw). Panjang gergaji potong antara 600 sampai
dengan 650 mm dengan 6 sampai dengan 8 PPI. Gergaji ini sangat bagus untuk
memotong balok-balok kayu dan papan yang panjang, tetapi tidak baik untuk
memotong kayu-kayu olahan seperti partikel board, triplek dan blockboard.
Gergaji pemotong adalah gergaji dengan gerigi yang dirancang untuk memotong
kayu. Jenis gergaji ini digunakan menyayat/memotong melintang jaringan serat
kayu dan tepi potongnya mempunyai 5 hingga 7 pucuk gigi pada setiap
kepanjangan 25 mm. Panjang daun antara 550 mm hingga 700 mm.
c. Gergaji bilah/papan (panel saw), mempunyai gigi potong antara 10 sampai
dengan 12 PPI. Gergaji ini sangat bagus untuk memotong kayu olahan tetapi
sering juga digunakan dalam berbagai pemotongan. Panjang daun gergaji bilah
antara 500 sampai dengan 550 mm.
d. Gergaji bentang (frame saw), adalah gergaji tradisional yang digunakan pada
abad pertengahan. Daun gergaji yang tipis dibentangkan pada salah satu sisi
badan (frame) dan di sisi lain ditempatkan kawat baja yang berfungsi untuk
16
mengendorkan dan mengencangkan daun gergaji. Daun gergaji dapat berputar
ke segala arah sesuai dengan keinginan dan dapat disesuaikan dengan
kedudukan benda yang akan dipotong. Daun gergaji mempunyai 4, 5, 6, dan 11
PPI.
e. Gergaji punggung (backsaw), biasanya berukuran kecil dengan daun tipis.
Gergaji ini digunakan untuk pekerjaan halus. Gigi gergaji lebih halus dan pada
punggung daun dikuatkan dengan kerangka baja atau tembaga yang
berbentuk U. Gergaji punggung digunakan secara umum di kerja bangku.
Gergaji punggung harus mampu memotong melintang dan searah serat kayu,
maka dari itu bentuk giginya serupa dengan gigi gergaji potong dengan
kemiringan sekitar 16°. Panjang gergaji punggung antara 205 sampai dengan
350 mm dengan 13 sampai dengan 15 PPI. Dinamakan gergaji punggung karena
adanya punggung dari bahan baja yang dipasang pada daun gergaji. Jumlah
pucuk gigi pada setiap kepanjangan 25 mm adalah 12 hingga 14. Gergaji
punggung digunakan untuk pekerjaan kecil dan halus.
f. Gergaji lingkar (curve cutting saw), digunakan untuk memotong bentuk-bentuk
khusus dan sulit seperti pembuatan lubang, radius dan bentuk-bentuk yang tidak
beraturan lain. Gergaji kurva digunakan untuk menyayat lengkungan-
lengkungan yang kecil dan tajam sehingga tidak mungkin dikerjakan dengan
gergaji lain. Ukuran panjang daun berkisar 156 mm.
g. Gergaji gerek, digunakan untuk menyayat bentuk lengkungan yang sukar
dilakukan dengan gergaji biasa. Gergaji gerek dilengkapi dengan tiga lembar
daun yang dapat dipasang bergantian. Ukuran panjang daun antara 300 mm
hingga 450 mm.
5. Penitik, adalah suatu alat kerja bangku yang digunakan untuk memberi tanda
berupa titik pada permukaan benda kerja biasanya pada yang akan dibor.
6. Penggores, adalah suatu alat kerja bangku yang digunakan untuk menggores
permukaan benda kerja yang akan dikerjakan, sehingga hasil goresan digunakan
sebagai penanda.
7. Ragum adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir,
dipahat, digergaji, di tap, dan lain lain. Dengan memutar tangkai (handle) ragum,
17
maka mulut ragum akan menjepit atau membuka/melepas benda kerja yang sedang
dikerjakan. Syarat menggunakan bibir mulut ragum adalah sebagai berikut:
a. Berdiri tegak diragum
b. Tempelkan kepalan tangan pada dagu
c. Sikut harus berada diatas mulut ragum dan apabila lengan kita ayunkan, sikut
jangan sampai menyentuh bibir mulut ragum.
Bila kita menjepit benda kerja pada ragum, benda kerja yang keluar dari mulut
ragum janganlah terlalu tinggi, terutama apabila bahan benda kerja itu terbuat dari
logam tipis. Bila memungkinkan perbandingan bahan yang keluar dari mulut ragum
harus lebih kecil daripada bagian yang terjepit. Gunakan pelat pelapis untuk
menjepit benda kerja, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
akibat dari jepitan gigi ragum . Pelat pelapis bisa dibuat dari bahan plat tipis yang
rata, plat siku, dll.
8. Scrap tangan, digunakan untuk membuang noda-noda pada permukaan logam atau
bagian-bagian yang menonjol sedikit, dari permukaan dasarnya atau
ketidakseragaman pemukaan,sehingga dihasilkan permukaan yang baik dan rata.
9. Klem, adalah alat bantu yang gunanya untuk menjepit benda kerja yang tidak dapat
dilakukan oleh ragum secara langsung, dikarenakan bentuk atau posisinya yang
tidak memungkinkan. Beberapa jenis klem yaitu:
a. Clamp-claw, digunakan untuk menjepit benda kerja yang akan dikerjakan pada
bagian tepi
b. Handclamp, digunakan untuk memegang benda kerja yang kecil yang dipegang
dengan tangan
c. Klem instrumen, digunakan untuk menjepit benda kerja bulat yang kecil atau
untuk menjepit kepingan logam yang banyak untuk dimesin secara bersama-
sama.
2.4 Teralis
Teralis dapat dibuat dari beberapa jenis bahan metal (logam). Ada 3 jenis, alumunium,
besi, dan baja. Kebanyakan teralis dibuat menggunakan besi, karena disamping kuat
harga besi saat ini relatif murah. Namun terdapat juga rumah yang menggunakan teralis
dari alumunium. Kelebihan dan kekurangan dari ketiga bahan tersebut sebagai berikut:
18
1. Besi : Kuat dan murah, namun dapat berkarat jika tidak dirawat.
2. Alumunium : Tidak kuat, harga lumayan mahal, tidak berkarat.
3. Baja : Sangat kuat, harga paling mahal dibanding kedua metal lainnya
tidak dapat berkarat.
Dari perbandingan diatas konsumen dapat memilih bahan yang dapat digunakan
disesuaikan dengan keuangan dan kegunaan. Saat ini bahan dari besi masih menjadi
pilihan banyak orang karena besi kuat dan murah. Namun besi membutuhkan
perawatan, kita harus mengecat besi tersebut dengan menggunakan cat dasar (biasanya
cat yang dapat mencegah agar besi tidak cepat berkarat), setelah itu digunakan cat
sesuai selera.
Cara membersihkan pun harus menjadi perhatian, jangan terlalu sering membersihkan
teralis besi dengan menggunakan air karena air dapat mempercepat proses karat.
Kalaupun harus menggunakan air sebaiknya harus segera dikeringkan menggunakan
kain lap kering. Saat ini harga teralis dihitung berdasarkan bahan, luas, dan tingkat
kesulitan/ kerumitan desain teralis.
19
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN
3.1 Lokasi dan Waktu kegiatan
Berikut ini adalah waktu dan tempat dilaksanakannya kegiatan praktikum sebagai berikut:1. Waktu kegiatan:
Berikut rincian waktu kegiatan yang akan dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 4 dan
11 Desember 2010 serta pada hari senin 6, 13 Desember 2010 :
a. Pengerjaan normal untuk pemotongan, penghalusan benda kerja hingga
perakitan, praktikan memperkirakan sekitar 5 jam kerja normal.
b. Proses finishing untuk tahap pengerjaan, seperti penghalusan dan pengecatan,
praktikan memperkirakan sekitar 1 jam kerja normal.
2. Lokasi kegiatan:
Kegiatan pembuatan teralis dilakukan di 2 tempat yaitu di mana proses awal untuk
tahapan pemotongan, penghalusan, hingga perakitan bahan dilakukan di workshop,
dan penghalusan kedua setelah produk selesai, serta pengecatan dilakukan di rumah
praktikan.
3.2 Tahapan Kegiatan
Berikut ini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan pada saat praktikum:
1. Tahap persiapan
Adapun berbagai hal yang perlu dipersiapkan sebelum pembuatan produk adalah
sebagai berikut:
a. Membeli bahan yang diperlukan.
b. Mempersiapkan alat yang di perlukan, seperti gergaji, kikir, mesin las, APD,
amplas, dan lain-lain.
c. Mempersiapkan bahan yang digunakan untuk pembuatan produk yaitu besi
6mm.
20
2. Tahap proses
Adapun beberapa tahap proses yang akan dilakukan sebagai berikut:
a. Mengukur bahan sesuai dengan ukuran yang diperlukan, yaitu:
1) 2 x 30cm
2) 4 x 50cm
3) 2 x 18cm
4) 1 x 18cm
b. Memotong bahan sesuai dengan ukuran.
c. Mengukur kembali panjang bahan yang sudah dipotong.
d. Merapikan ujung dan memotong kembali potongan besi bila diperlukan.
e. Menyusun bahan sesuai pola.
f. Menyambung potongan bahan menggunakan las dengan teknik las titik.
g. Menyambung semua potongan bahan menggunakan las dengan teknik las
sambung.
3. Tahap penyelesaian
Beberapa tahap penyelesaian yang akan dilakukan dapat dilihat sebagai berikut:
a. Merapikan sambungan las dengan kikir atau amplas.
b. Pengecatan produk.
21
3.3 Diagram Alir Kegiatan
Adapun diagram alir dar proses pembuatan teralis akan diberikan pada gambar 3.3
sebagai berikut:
22
Start
Mempersiapkan Alat
Mempersiapkan bahan
Mengukur bahan sesuai kebutuhan
Memotong bahan sesuai ukuran
Sesuai ukuran
?
Lebih panjang ?
Lebih pendek
?
YaYa
TidakTidak
Menyusun bahan menurut pola
Sesuai pola ?
YaTidak
Menyambung bahan menggunakan las titik
Tidak Ya
Menyambung bahan
menggunakan las sambung
Merapikan sambungan hasil pengelasan
Sudah halus & rapi ?
PengecatanFinishYa Tidak
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Produksi Teralis
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Alat dan Bahan
Adapun beberapa alat dan bahan yang digunakan pada saat pembuatan produk teralis ini
adalah:
1. Alat-alat:
Berikut adalah beberapa alat yang sering digunakan pada saat praktikum proses
produksi yang dibagi menurut kategori pada saat penggunaannya:
a. Kerja bangku dan pengukuran
Kerja bangku yang dilakukan pada saat praktikum meliputi beberapa peralatan
khusus beserta pelindung diri yang digunakan antara lain:
1) Beberapa jenis peralatan yang digunakan antara lain:
a) Penggaris
b) Meteran
c) Penggores
d) Gergaji
e) Kikir
f) Gerinda
g) Ragum
h) Palu (hummer)
i) Tang
j) Amplas
2) APD yang digunakan pada proses kerja bangku adalah sebagai berikut:
a) Kaca mata pengaman
b) Sarung tangan
b. Pengelasan
Pada saat praktikum pengelasan, terdapat beberapa APD khusus dan alat-alat las
khusus antara lain:
1) Beberapa jenis peralatan yang digunakan antara lain:
a) Busur las
23
b) Pemegang busur las
c) Trafo las
d) Penjepit bahan (berupa jepitan kertas)
e) Tang
2) APD yang digunakan dalam proses pengelasan adalah sebagai berikut:
a) Kacamata las
b) Topeng las
c) Sepatu yang tertutup
d) Sarung tangan las
e) Apron
2. Bahan-bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pembuatan teralis adalah:
a. Elektroda SMAW
b. Besi Betonizer diameter(Ø)= 6 mm
c. Besi plat dengan lebar 20 mm, panjang 1.600 mm dan tebal 2 mm
4.2 Gambar Kerja
Gambar produk yang dikerjakan dalam praktikm proses produksi yang dilakukan di
workshop pada hari sabtu tanggal 4, 6 dan 11 desember 2010 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Gambar Produk
24
4.3 Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan di workshop meliputi beberapa langkah:
1. Proses kerja bangku
Pada proses kerja bangku dan pengukuran ini wajib menggunakan APD sebagai
berikut:
a. Kacamata pengaman
b. Sarung tangan
c. Sepatu yang tertutup
d. Helm pengaman
2. Proses pengelasan
Pada proses pengelasan terdapat beberapa APD yang wajib digunakan sebagai
berikut:
a. Sarung tangan las
b. Kacamata las (untuk praktikan yang tidak ikut pengelasan secara langsung,
tetapi berada pada area pengelasan)
c. Apron las
d. Topeng las
3. Proses finishing
Pada proses finishing terdapat beberapa APD yang digunakan antara lain:
a. Sarung tangan
b. Kacamata pengaman
4.4 Rincian Biaya
Rincian biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan praktikum pembuatan teralis
adalah sebagai berikut:
1. Modal
Berikut ini dapat dilihat pembiayaan pembuatan teralis, yaitu:
a. Besi 6 mm (8 meter) = Rp 15.000,00
b. Elektroda las (Rp 5.000,00 x 5) = Rp 25.000,00
c. Amplas (Rp 2.500,00 x 2) = Rp 5.000,00
d. Cat + thinner + kuas = Rp 25.000,00
25
e. Biaya tenaga kerja = Rp 10.000,00
f. Biaya operasional = Rp 10 .000,00+
Total = Rp 90.000,00
2. Rencana penjualan
Berikut ini rencana penjualan yang diperkirakan, yakni:
Harga jual per buah = Rp 140.000,00
Modal = Rp 90 .000,00 -
Keuntungan = Rp 50.000,00
26
4.5 Pembahasan
Pada proes pembuatan teralis, beberapa proses digabungkan secara sekaligus dalam satu
buah pembuatan, sehingga terdiri dari beberapa tahapan pengerjaan, mulai dari kerja
bangku dan pengukuran, pengelasan, permesinan dan tahapan finishing.
Dalam proses praktikum ini akan dibahas mengenai efisiensi dari penggunaan waktu
untuk pembuatan produk, dan beberapa aspek yang mempengaruhinya, sebagai berikut:
1. Pemotongan bahan
Pada proses pemotongan bahan ada beberapa aspek yang mempengaruhinya
melakukan pemotongan bahan, biasanya individu satu dengan individu lainnya
tidak bisa memiliki tingkat ketelitian, kerapian serta kecepatan yang sama dalam
melakukan pemotongan. Pastinya cukup berbeda, tergantung besarnya tenaga dari
tiap individu tersebut. Besarnya ukuran diameter benda kerja juga dapat
mempengaruhi cepat atau lambatnya proses pemotongan. Bukan hanya itu saja,
ketajaman gergaji besi yang digunakan pun juga harus diperhatikan. Waktu normal
yang dibutuhkan untuk satu kali pemotongan benda kerja besi betonizer dengan
diameter(Ø)= 6 mm yaitu kurang lebih sekitar 15 detik tanpa dipengaruhi
melakukan pekerjaan yang lain. Dengan waktu standar antara 15 – 25 detik, waktu
ini adalah waktu rata – rata dari beberapa orang yang melakukan pemotongan.
Dalam proses pembuatan teralis ini ada 20x pemotongan, sehingga jika
dihubungkan dengan waktu normal maka akan didapatkan kurang lebih selama 6,67
menit. Untuk besi plat dengan lebar plat 20 mm dan tebal plat 3 mm yang
digunakan untuk rangka teralis sebanyak 4 buah. Dalam proses pemotongan besi
plat ini, masing – masing membutuhkan waktu normal ± 20 detik. Total waktu
pemotongan untuk besi plat adalah ± 1 menit 20 detik. Waktu standar dari
pemotongan plat ini dengan ketebalan 3 mm adalah antara 15 – 20 detik.
2. Pengikiran
Tujuan dari proses ini adalah untuk menghaluskan permukaan benda kerja yang
telah dipotong tadi. Setiap benda kerja yang telah dipotong harus dihaluskan
permukaannya menggunakan kikir. Karena benda yang telah dipotong cenderung
memiliki permukaan yang kasar. Untuk setiap penghalusan, baik betonizer maupun
27
plat mempunyai waktu yang sama, yaitu ± 20 detik. Total waktu standar yang
digunakan untuk proses pengikiran adalah ± 7,87 menit.
3. Pengamplasan
Pengamplasan ini berfungsi untuk menghilangkan korosi yang ada pada benda
kerja. Dalam proses pengelasan, korosi ini yang akan mengurangi kualitas
pengelasan. Yang bisa terjadi jika korosi tidak dibersihkan adalah berkurangnya
kekuatan pengelasan dari yang seharusnya. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengamplas permukaan benda kerja ini adalah ± 30 detik setiap batang besi. Jadi
total waktu standar yang digunakan untuk 10 batang besi adalah ± 5 menit.
4. Pengelasan
Penyambungan benda kerja yang sudah melalui beberapa proses kerja bangku tadi
akan disambung menjadi produk jadi menggunakan mesin las listrik. Dalam
pengelasan, harus diperhatikan jenis benda yang akan di sambung dan jenis
elektroda yang akan digunakan. Ini untuk menentukan tegangan yang harus
digunakan saat proses pengelasan berlangsung. Jika tegangan terlalu tinggi, benda
kerja tadi akan melebur, dan jika tegangan terlalu rendah benda kerja tidak akan
tersambung. Masing masing waktu yang dibuthkan untuk penyambungan dua
bahan adalah ± 40 detik, Jika dalam proses pengelasan harus ada 23 pengelasan
untuk menyambung benda satu dengan benda lainnya, maka total waktu standart
yang dibutuhkan adalah ± 15,3 menit. Ada beberapa penyesuaian untuk perhitungan
pengelasan, seperti kesalahan yang dilakukan secara terus menerus, yang
disebabkan karena bahan yang terlalu lemah ditambah dengan tegangan las yang
terlalu tinggi sehingga membuat bahan kerja semakin cepat rusak. Bahan yang dilas
dengan penuh ketelitian ini berupa hiasan bunga dan daun dari aluminium sebanyak
9 buah dengan pengelasan masing masingnya memakan waktu ± 25 menit,
sehingga untuk mengelas semua hiasannya dibutuhkan waktu ± 225 menit atau ±
3,45 jam.
5. Finishing
Proses ini sangat mempengaruhi hasil jadi produk tersebut. Proses finishing ini
harus dilakukan untuk menghilangkan sisa – sisa produksi, karena terkadang dapat
membahayakan karena biasanya sisa produksi bersifat keras / tajam karena terbuat
dari logam. Pada proses finishing ini ada 2 tahapan penting antara lain:
28
a. Penghalusan benda kerja
Proses ini menggunakan alat kikir dan dikerjakan menggunakan tenaga manusia.
Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengikiran pada tiap sambungan adalah ±
20 detik. Jadi total waktu standar jika ada 20 sambungan pengelasan adalah ±
66,6 menit.
b. Painting
Proses ini adalah upaya untuk memperindah produk yang telah dikerjakan tadi.
Produk yang telah selesai di beri warna agar terlihat indah dan menarik untuk di
miliki. Waktu pengecatan untuk satu buah teralis ini membutuhkan waktu ± 30
menit waktu normal.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Praktikan dapat mempraktikan pengetahuannya yang didapatkannya mengenai
tentang proses pengelasan, kerja bangku dan pengukuran dengan baik dilihat dari
hasil produk yang telah dibuat
2. Praktikan dapat mengenali macam jenis peralatan yang digunakan dalam
perindustrian dan belum terlalu menguasai beberapa jenis peralatan, dilihat dari
hasil produk yang dibuat
3. Alat-alat keselamatan kerja dibedakan berdasarkan tingkat resiko pengerjaan
dimana perbedaan itu berupa perbedaan bahan, jenis kegunaan dan bentuk dari
APD itu sendiri, sehingga tidak terlalu menyulitkan untuk bekerja dengan
menggunakan APD
4. Alat ukur dan kerja bangku berupa gergaji, kikir, ragum, penggores, penggaris,
amplas, dapat dikenali dengan baik oleh para praktikan beserta cara
pengggunaannya dilihat dari hasil produk yang telah dibuat
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah mengikuti praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Perawatan pada alat-alat kerja terutama pada alat permesinan dan kerja bangku
sehingga masa pakai (umur) dari peralatan tersebut menjadi lebih lama dan
peralatan terlihat lebih rapi dan bersih
2. Gunakan APD wajib seperti sarung tangan, sepatu yang tertutup dan kacamata
untuk mengurangi tingkat kecelakaan
3. Selalu berhati-hati dalam melakukan proses produksi agar tidak terjadi kecelakaan
dalam bekerja
30