Isi Lap.akhir Proses Produksi

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering terlihat kejadian yang menegangkan pada saat seseorang masuk ke dalam rumah rumah secara paksa dengan memecahkan jendela. Sering sekali kita lihat banyak orang ingin memaksilmalkan pencahayaan dalam rumahnya dengan memberikan banyak jendela ataupun kaca pada rumahnya, tetapi rumah itu malah sering dibobol oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab melalui jendela ataupun melakukan pengrusakan pada kaca, dan untuk meminimalisir kehilangan pemilik rumah, biasanya pemilik melapisi kaca ataupun jendela bahkan pintu mereka dengan rangkaian besi (teralis). Sehingga kedepannya teralis sering digunakan bahkan untuk aksesoris memperindah tampilan jendela dan pintu yang terkesan monoton tersebut. Selain itu teralis yang sederhana biasanya digunakan sebagai tempat untuk melakukan penghukuman seperti teralis sederhana yang sering digunakan pada lokasi lokasi penjara. Pembuatan teralis yang umumnya terbuat dari batangan besi ini, memerlukan mekanisasi dalam pengerjaannya dan biasanya sering berhubungan dengan pengelasan, kerja bangku dan permesinan. Mahasiswa yang mengambil bidang industri dapat mengambil esensi dari pembuatan produk ini, mulai dari sistem manufakturnya sampai pada jasa pemasarannya. Di dalam 1

Transcript of Isi Lap.akhir Proses Produksi

Page 1: Isi Lap.akhir Proses Produksi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sering terlihat kejadian yang menegangkan pada saat seseorang masuk ke dalam rumah

rumah secara paksa dengan memecahkan jendela. Sering sekali kita lihat banyak orang

ingin memaksilmalkan pencahayaan dalam rumahnya dengan memberikan banyak

jendela ataupun kaca pada rumahnya, tetapi rumah itu malah sering dibobol oleh orang

orang yang tidak bertanggung jawab melalui jendela ataupun melakukan pengrusakan

pada kaca, dan untuk meminimalisir kehilangan pemilik rumah, biasanya pemilik

melapisi kaca ataupun jendela bahkan pintu mereka dengan rangkaian besi (teralis).

Sehingga kedepannya teralis sering digunakan bahkan untuk aksesoris memperindah

tampilan jendela dan pintu yang terkesan monoton tersebut. Selain itu teralis yang

sederhana biasanya digunakan sebagai tempat untuk melakukan penghukuman seperti

teralis sederhana yang sering digunakan pada lokasi lokasi penjara. Pembuatan teralis

yang umumnya terbuat dari batangan besi ini, memerlukan mekanisasi dalam

pengerjaannya dan biasanya sering berhubungan dengan pengelasan, kerja bangku dan

permesinan. Mahasiswa yang mengambil bidang industri dapat mengambil esensi dari

pembuatan produk ini, mulai dari sistem manufakturnya sampai pada jasa

pemasarannya. Di dalam penggunaan mesin mesin produksi juga terdapat aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan, seperti menyangkut

masalah APD, potensi-potensi bahaya yang ada di workshop/bengkel kerja.

Oleh karena itu kami membuat produk teralis ini sebagai bentuk sederhana agar bisa

memahami dan mengambil esensi dari bidang proses produksi yang berhubungan

dengan pengelasan, kerja bangku, dan permesinan serta aspek Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3).

1

Page 2: Isi Lap.akhir Proses Produksi

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:

1. Mengenal proses pembuatan teralis

2. Mengenal macam-macam jenis peralatan yang sering digunakan dalam kegiatan

perindustrian

3. Mengenal macam-macam alat keselamatan dan fungsinya

4. Mengenal jenis-jenis alat yang sering digunakan dalam proses pengukuran dan

kerja bangku.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat yang didapat dari dilakukannya praktikum ini adalah:

1. Pengenalan akan pentingnya aspek penggunaan APD dalam pelaksaaan praktikum

2. Penerapan pengetahuan pengelasan

3. Penerapan pengetahuan kerja bangku

4. Penerapan pengetahuan pengukuran dan pengolahan bahan

5. Mengetahui cara cara pembuatan teralis

2

Page 3: Isi Lap.akhir Proses Produksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelasan

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara

mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan

dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang continue.

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, yaitu di bidang

perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan

sebagainya.

Di samping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi

misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada proses pengecoran. Membuat lapisan las

pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macam-macam reparasi

lainnya.

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk

mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara

pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara

sifat-sifat las dengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana. Akan tetapi sebenarnya di

dalamnya ada banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya

memerlukan bermacam-macam pengetahuan.

Oleh karena itu, di dalam pengelasan ilmu pengetahuan harus turut serta mendampingi

praktek pengelasannya, secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa untuk

perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las harus direncanakan

pula tentang cara-cara pengelasannya.

3

Page 4: Isi Lap.akhir Proses Produksi

Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi

pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari

definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat

dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah

dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan

dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-

atom molekul dari logam yang disambungkan.

Dewasa ini, pengelasan dan pemotongan merupakan pengerjaan yang amat penting

dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya

sangat pesat, dan telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh

dikatakan pada zaman dulu hampir tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las

dengan cara-cara yang ada pada waktu ini. Jenis-jenis las dapat dilihat sebagai berikut:

1. Las karbit

Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering

ditemui. Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering digunakan untuk

menghubungkan dua logam atau welding. Lalu apa saja yang perlu diperhatikan dan

diperlukan dalam penangan alat perkakas ini. Berikut ulasannya.

a. Las karbit secara umum

Las karbit adalah pembahasaan yang umum berada di masyarakat untuk

menyebut pengelasan Asetilin. Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat

penyambung logam melalui proses pelelehan logam dengan menggunakan

energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dan gas oksigen.

b. Kegunaan las asetilen

Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong dan

menyambung benda kerja yang terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros).

Bentuk las karbit dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

4

Page 5: Isi Lap.akhir Proses Produksi

Gambar 2.1 Las Karbit

c. Bagian-bagian dan fungsinya

Bagian – bagian las karbit dibagi menjadi 5 yang dapat dilihat sebagai berikut:

1) Tabung gas oksigen, berisi gas oksigen yang berfungsi dalam proses

pembakaran.

2) Tabung gas asetilen, berisi gas asetilen yang berfungsi sebagai bahan bakar

dalam proses pembakaran.

3) Regulator, berfungsi untuk mengatur aliran dari masing-masing gas.

4) Selang penyalur, berfungsi untuk menghubungkan atau mengalirkan gas

dari tabung gas oksigen dan asetilen menuju brander.

5) Brander, berfungsi untuk mengatur campuran gas oksigen dan asetilen serta

pembakarannya.

d. Nyala api netral

Kegunaan dari nyala api netral ini untuk heat treatment logam agar mengalami

surface hardening. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api

kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut luar berwarna kuning. Nyala api

netral dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

5

Page 6: Isi Lap.akhir Proses Produksi

Gambar 2.2 Nyala Api Netral

e. Nyala api oksigen lebih

Sering digunakan untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan. Setelah

dicapai nyala api netral kemudian kita kurangi aliran gas asetilen maka kita

akan dapatkan nyala api oksigen lebih. Nyala apinya pendek dan berwarna

ungu, nyala kerucut luarnya juga pendek. Gambar nyala api oksigen berlebih

yang dapat dilihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3 Nyala Api Oksigen Berlebih

f. Nyala api asetilen lebih

Setelah dicapai nyala api netral kemudian kita mengurangi aliran gas oksigen.

Nyala api menampakkan kerucut api dalam dan antara. Nyala api luar berwarna

biru. Biasanya digunakan untuk pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis

baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan nonferrous.

Gambar 2.4 Nyala Api Asitilen Berlebih

2. Las TIG

Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas) adalah teknik pengelasan berkualitas tinggi

dengan kecepatan peleburan/penyatuan yang rendah. Arc terbakar antara elektroda

tungsten dan bagian yang dikerjakan; elektrodanya tidak meleleh, jadi hanya

berfungsi sebagai penghantar arus dan pembawa arc.

6

Page 7: Isi Lap.akhir Proses Produksi

Untuk pekerjaan lembaran logam yang tipis, pengelasan TIG dapat digunakan tanpa

filler logam. Untuk pekerjaan dengan lembaran logam yang lebih tebal atau ketika

menggabungkan bahan yang berbeda, filler logam digunakan dalam bentuk kawat

batangan atau kawat gulungan yang dipasok oleh alat pengumpan yang terpisah

biasanya tanpa arus listrik. Dalam pengelasan TIG standar, api dikeluarkan dengan

bebas tetapi sebuah varian yang dikenal dengan pengelasan plasma menggunakan

nozzle sekunder untuk mengecilkan arc.

Lelehan logam, elektroda tungsten yang panas dan bagian ujung dari filler logam

yang meleleh dilindungi dari atmosfir dengan menggunakan gas inert. Biasanya,

menggunakan argon, meskipun ada manfaat kualitas dan produktivitas jika

menggunakan campuran baik argon dan helium atau argon dan hidrogen.

Pengelasan MIG (Metal Inert Gas) dan MAG (Metal Active Gas) secara luas

digunakan setiap kali dibutuhkan peleburan/penyatuan logam dengan kecepatan

tinggi dan sedang. Kedua teknik ini menggunakan arc DC yang nyala di antara

bagian yang dikerjakan dan kawat elektroda, dimana elektroda ini fungsinya secara

simultan adalah sebagai pembawa tenaga dan sumber filler logam. Gas pelindung

melingkupi arc, proses pemindahan tetesan dan leburan logam dari pengaruh

atmosfer.

Las gas tungsten (las TIG) adalah proses pengelasan dimana busur nyala listrik

ditimbulkan oleh elektroda tungsten (elektroda tak terumpan) dengan benda kerja

logam. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas tidak aktif) agar tidak

berkontaminasi dengan udara luar. Kawat las dapat ditambahkan atau tidak

tergantung dari bentuk sambungan dan ketebalan benda kerja yang akan dilas.

Perangkat yang dipakai dalam pengelasan las gas tungsten adalah:

1. Mesin

Mesin las AC/DC merupakan mesin las pembangkit arus AC/DC yang

digunakan di dalam pengelasan las gas tungsten. Pemilihan arus AC atau DC

biasanya tergantung pada jenis logam yang akan dilas.

7

Page 8: Isi Lap.akhir Proses Produksi

2. Tabung gas lindung

Tabung gas lindung adalah tabung tempat penyimpanan gas lindung seperti

argon dan helium yang digunakan di dalam mengelas gas tungsten.

3. Regulator gas lindung

Regulator gas lindung adalah adalah pengatur tekanan gas yang akan digunakan

di dalam pengelasan gas tungsten. Pada regulator ini biasanya ditunjukkan

tekanan kerja dan tekanan gas di dalam tabung.

4. Flowmeter

Flowmeter dipakai untuk menunjukkan besarnya aliran gas lindung yang

dipakai di dalam pengelasan gas tungsten.

5. Selang gas dan perlengkapan pengikatnya

Selang gas dan perlengkapan pengikatnya berfungsi sebagai penghubung gas

dari tabung menuju pembakar las. Sedangkan perangkat pengikat berfungsi

mengikat selang dari tabung menuju mesin las dan dari mesin las menuju

pembakar las.

6. Kabel elektroda dan selang

Kabel elektroda dan selang berfungsi menghantarkan arus dari mesin las

menuju stang las, begitu juga aliran gas dari mesin las menuju stang las. Kabel

massa berfungsi untuk penghantar arus ke benda kerja

7. Stang las (welding torch)

Stang las berfungsi untuk menyatukan sistem las yang berupa penyalaan busur

dan perlindungan gas lindung selama dilakukan proses pengelasan.

8. Elektroda tungsten

Elektroda tungsten berfungsi sebagai pembangkit busur nyala selama dilakukan

pengelasan. Elektroda ini tidak berfungsi sebagai bahan tambah.

9. Kawat las

Kawat las berfungsi sebagai bahan tambah. Tambahkan kawat las jika bahan

dasar yang dipanasi dengan busur tungsten sudah mendekati cair.

8

Page 9: Isi Lap.akhir Proses Produksi

10. Assesories pilihan dapat berupa sistem pendinginan air untuk pekerjaan

pengelasan berat, rheostat kaki, dan pengatur waktu busur.

Adapun berikut adalah gambar jenis mesin las MIG dan TIG pada gambar 2.5 dan

2.6 yaitu:

Gambar 2.5 Las MIG Gambar 2.6 Las TIG

3. Las busur listrik (las listrik)

Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan

menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan

disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian

juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan

merambat terus sampai habis.

Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur

dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan

tersambunglah kedua logam tersebut.

9

Page 10: Isi Lap.akhir Proses Produksi

Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan

tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan

menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan

logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan

dengan memperhatikan ukuran dan tipe elektrodanya. Pada las busur, sambungan

terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda

kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan

diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi

kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian

dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi

energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.

Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda

berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa

dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat

ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks

membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak

diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak

digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.

Adapun beberapa langkah-langkah yang disarankan untuk melakukan pengelasan

sebagai berikut:

a. Pembentukan busur listrik

Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda)

dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub

positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses

ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat

untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan

busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika

elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah,

maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda

didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali

10

Page 11: Isi Lap.akhir Proses Produksi

pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda). Dengan penyentuhan singkat

elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas, berlangsung

hubungan singkat dalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang

kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari

benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara

elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir. Suhu busur

cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan

lokasi pengelasan. Dalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes,

mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses

pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat

akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.

b. Proses penyulutan. Setelah arus dijalankan, elektroda didekatkan pada lokasi

jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang

pendek (garis tengah elektroda).

c. Menyalakan busur listrik Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan

menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam induk (yang akan dilas)

dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek. Adapun hal-hal yang

perlu diperhatikan : Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung

elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang

elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. Perbesar jarak

tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan

logam induk. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat

sama dengan garis tengah penampang tadi.

d. Memadamkan busur listrik. Cara pemadaman busur listrik mempunyai

pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan

sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk

sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda

dijauhkan dengan arah agak miring.

11

Page 12: Isi Lap.akhir Proses Produksi

4. Las laser

Laser mencakup pengelasan laser pengolahan, laser cutting, laser pengeboran dan

integrasi sistem laser adalah teknologi manufaktur yang paling maju yang cepat

mendapatkan popularitas. Baik itu di industri apa pun, militer, medis, teknik

aerospace, otomotif, ruang propulsi atau manufaktur hi-tech, diolah oleh sinar laser

memiliki manfaat besar dan merupakan solusi terbaik untuk kebutuhan organisasi

dan peralatan manufaktur sebagai presisi pemotongan laser mengarah ke akurasi dan

kesempurnaan. Pengelasan laser digunakan dalam operasi yang lembut serta dalam

pengolahan bahan industri. Tersebut adalah sifat beragam manfaat pengelasan laser.

Ini adalah balok intens sumber panas terkonsentrasi yang diarahkan mencair, serta

panas atau bahkan menguapkan area yang dipilih dari setiap jenis material.

Pengelasan laser adalah teknik paling modern dalam pengelasan dan menyebabkan

tidak ada distorsi material. Pengelasan laser adalah alat yang sangat baik untuk

pengelasan segala jenis bahan. Laser pengelasan selalu disukai untuk pengelasan

konvensional karena memiliki HAZ kecil (panas zona terpengaruh), penetrasi yang

mendalam dengan presisi yang sangat baik, sendi konsisten dengan distorsi minim

karena pemanasan, tidak ada pengolahan sekunder, lebih cepat tarif las dan

pengulangan yang tinggi. Pemilihan laser untuk pengelasan tergantung terutama

pada ketebalan material, jenis dan juga kebutuhan penetrasi. Terdapat dua jenis

utama opsi pengiriman balok yang digunakan dalam kasus laser welding seperti

melalui kabel fiber optik dan pengiriman balok konvensional. Sekali lagi, presisi

pemotongan laser adalah lebih populer dan efektif daripada proses pemotongan

tradisional. Alasannya jelas. Dalam hal ini akurasi yang memegang kunci

keberhasilan pemotongan presisi dari sebuah las laser. Dalam kualitas industri

manufaktur akurasi merupakan aspek penting, dan presisi pemotongan laser adalah

yang sangat baik. Manfaat dari pemotongan laser terlalu banyak. Hal ini tidak hanya

fleksibel dan cepat tetapi mekanisme hemat biaya juga. Sekali lagi dalam presisi

laser cutting materi tidak bersentuhan dengan alat pemotong sedangkan pada

metode tradisional pemotongan bahan memiliki kontak fisik dengan alat pemotong.

Ini kontak fisik dapat mengakibatkan kontaminasi atau distorsi dari material dan alat

pemotong bahkan mungkin mendapatkan terdistorsi atau rusak saat pemotongan.

Precision laser cutting tidak mengakibatkan masalah tersebut. Selain pemotongan

12

Page 13: Isi Lap.akhir Proses Produksi

tradisional tidak dapat digunakan pada semua jenis bahan, tapi presisi pemotongan

laser digunakan untuk berbagai jenis bahan dengan berbagai macam ketebalan.

Selain layanan laser lainnya termasuk alternatif untuk sistem pengeboran

konvensional yang laser pengeboran yang menyediakan dengan lubang yang akurat

dengan presisi maksimum dan sangat cepat juga. Jika Anda tidak kompromi pada

kualitas, kemudian memproses sesuai laser disesuaikan dengan kebutuhan industri

adalah solusi industri manufaktur dalam jangka panjang.

2.2 Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang

di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah:

1. Helm pengaman (safety helmet)

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara

langsung.

2. Tali keselamatan (safety belt)

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun

peralatan lain yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain)

3. Sepatu karet (sepatu boot)

Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun

berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda

tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

4. Sepatu pelindung (safety shoes)

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal

dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena

tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

5. Sarung tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi

yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di

sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

13

Page 14: Isi Lap.akhir Proses Produksi

6. Tali pengaman (safety harness)

Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan

alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

7. Penutup telinga (ear plug / ear muff)

Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

8. Kaca mata pengaman (safety glasses)

Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas,

menggerinda, dsb)

9. Masker (respirator)

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan

kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

10. Pelindung wajah (face shield)

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja

(misalnya pada pekerjaan menggerinda).

11. Jas hujan (rain coat)

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu

hujan atau sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang

benar-benar sesuai dengan standar K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan

Lingkungan).

2.3 Kerja Bangku

Kerja bangku adalah suatu proses pengerjaan menggunakan alat – alat sederhana

dengan bantuan tenaga manusia. Sedangkan benda kerja adalah bagian yang dikerjakan.

Benda kerja dapat dilakukan pemotongan, pengelasan, pembentukan, atau pekerjaan-

pekerjaan lainnya.

1. Kikir, fungsinya untuk meratakan, menghaluskan, dan menyikukan antara bidang

satu dengan bidang lainnya. Membuat bidang-bidang berbentuk dan sebagainya.

Selain itu fungsi kikir lainnya ada bermacam-macam, sesuai dengan kebutuhannya,

antara lain:

14

Page 15: Isi Lap.akhir Proses Produksi

a. Kikir gepeng (plat), fungsinya untuk meratakan dan membuat bidang sejajar dan

tegak lurus.

b. Kikir blok, fungsinya membuat rata, sejajar dan menyiku antara bidang satu

dengan bidang lainnya.

c. Kikir segi empat (square), fungsinya membuat rata dan menyiku antara bidang

satu dengan bidang lainnya.

d. Kikir segitiga (treangle), fungsinya untuk meratakan dan menghaluskan bidang

berbentuk sudut 60 derajat atau lebih besar.

e. Kikir pisau (knife), fungsinya untuk meratakan dan menghaluskan bidang

berbentuk sudut 60 derajat atau lebih kecil.

f. Kikir silang (crossing) berfungsi untuk menghaluskan bidang cekung, dan

membuat bidang cekung.

g. Kikir bulat (round) berfungsi untuk menghaluskan dan menambah diameter

bidang bulat.

2. Pahat digunakan untuk keperluan-keperluan seperti memotong, membuat alur,

meratakan bidang, membentuk sudut, dsb. Fungsi pahat lainnya tergantung pada

bentuknya, antara lain :

a. Pahat pelat digunakan untuk meratakan bidang dan membuat pelat logam.

b. Pahat alur/roreh digunakan untuk membuat alur dan sponeng.

c. Pahat setengah bulat digunakan untuk membuat alur setengah bulat salutan

minyak dalam bantalan.

3. Palu memiliki berbagai macam fungsi antara lain:

a. Palu karet dan Palu plastik memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menghasilkan

bentuk dengan sedikit bekas pemukulan pada permukaan pelat aluminium atau

tembaga, tanpa merusak komponen yang dipukul.

b. Palu tembaga berfungsi untuk memukul benda dari bahan logam yang keras

tanpa merusak komponen yang dipukul.

c. Palu besi berfungsi untuk memukul benda dari bahan logam yang keras dibantu

dengan alat perantara.

d. Palu konde, biasanya dipergunakan di bengkel mesin.

e. Palu kayu digunakan untuk membentuk pelat dari bahan stainless steel atau

galvanis.

15

Page 16: Isi Lap.akhir Proses Produksi

f. Palu kulit digunakan pada pembentukan pelat-pelat lunak yang relatif tebal.

g. Palu pembentuk dirancang untuk keperluan tertentu, terdiri dari berbagai macam

bentuk yang disesuaikan dengan penggunaannya, antara lain:

1) Palu pengeling, digunakan untuk membentuk kepala paku keeling

2) Palu pelipat, digunakan untuk merapatkan ujung plat dan pada pekerjaan

pengawatan tepi.

3) Palu pelengkung, digunakan untuk membuat cekungan pada plat

4) Palu peregang, digunakan untuk meregang atau memperpanjang plat

5) Palu penipis, digunakan untuk menipiskan ketebalan plat

4. Gergaji, adalah alat untuk memotong. Jenis-jenis gergaji antara lain:

a. Gergaji belah (rip saw). Gergaji belah adalah gergaji manual paling besar.

Panjang gergaji 650 mm dengan 5 PPI. Gergaji ini khusus untuk memotong

balok-balok kayu besar yang berserat. Gergaji pembelah adalah gergaji dengan

gerigi dirancang untuk membelah kayu. Gergaji pembelah digunakan untuk

menggergaji kayu searah jaringan serat kayu dan mempunyai 31/2 hingga 4

pucuk gigi pada setiap panjang 25 mm. Panjang daun antara 500 mm hingga 70

mm.

b. Gergaji potong (crosscut saw). Panjang gergaji potong antara 600 sampai

dengan 650 mm dengan 6 sampai dengan 8 PPI. Gergaji ini sangat bagus untuk

memotong balok-balok kayu dan papan yang panjang, tetapi tidak baik untuk

memotong kayu-kayu olahan seperti partikel board, triplek dan blockboard.

Gergaji pemotong adalah gergaji dengan gerigi yang dirancang untuk memotong

kayu. Jenis gergaji ini digunakan menyayat/memotong melintang jaringan serat

kayu dan tepi potongnya mempunyai 5 hingga 7 pucuk gigi pada setiap

kepanjangan 25 mm. Panjang daun antara 550 mm hingga 700 mm.

c. Gergaji bilah/papan (panel saw), mempunyai gigi potong antara 10 sampai

dengan 12 PPI. Gergaji ini sangat bagus untuk memotong kayu olahan tetapi

sering juga digunakan dalam berbagai pemotongan. Panjang daun gergaji bilah

antara 500 sampai dengan 550 mm.

d. Gergaji bentang (frame saw), adalah gergaji tradisional yang digunakan pada

abad pertengahan. Daun gergaji yang tipis dibentangkan pada salah satu sisi

badan (frame) dan di sisi lain ditempatkan kawat baja yang berfungsi untuk

16

Page 17: Isi Lap.akhir Proses Produksi

mengendorkan dan mengencangkan daun gergaji. Daun gergaji dapat berputar

ke segala arah sesuai dengan keinginan dan dapat disesuaikan dengan

kedudukan benda yang akan dipotong. Daun gergaji mempunyai 4, 5, 6, dan 11

PPI.

e. Gergaji punggung (backsaw), biasanya berukuran kecil dengan daun tipis.

Gergaji ini digunakan untuk pekerjaan halus. Gigi gergaji lebih halus dan pada

punggung daun dikuatkan dengan kerangka baja atau tembaga yang

berbentuk U. Gergaji punggung digunakan secara umum di kerja bangku.

Gergaji punggung harus mampu memotong melintang dan searah serat kayu,

maka dari itu bentuk giginya serupa dengan gigi gergaji potong dengan

kemiringan sekitar 16°. Panjang gergaji punggung antara 205 sampai dengan

350 mm dengan 13 sampai dengan 15 PPI. Dinamakan gergaji punggung karena

adanya punggung dari bahan baja yang dipasang pada daun gergaji. Jumlah

pucuk gigi pada setiap kepanjangan 25 mm adalah 12 hingga 14. Gergaji

punggung digunakan untuk pekerjaan kecil dan halus.

f. Gergaji lingkar (curve cutting saw), digunakan untuk memotong bentuk-bentuk

khusus dan sulit seperti pembuatan lubang, radius dan bentuk-bentuk yang tidak

beraturan lain. Gergaji kurva digunakan untuk menyayat lengkungan-

lengkungan yang kecil dan tajam sehingga tidak mungkin dikerjakan dengan

gergaji lain. Ukuran panjang daun berkisar 156 mm.

g. Gergaji gerek, digunakan untuk menyayat bentuk lengkungan yang sukar

dilakukan dengan gergaji biasa. Gergaji gerek dilengkapi dengan tiga lembar

daun yang dapat dipasang bergantian. Ukuran panjang daun antara 300 mm

hingga 450 mm.

5. Penitik, adalah suatu alat kerja bangku yang digunakan untuk memberi tanda

berupa titik pada permukaan benda kerja biasanya pada yang akan dibor.

6. Penggores, adalah suatu alat kerja bangku yang digunakan untuk menggores

permukaan benda kerja yang akan dikerjakan, sehingga hasil goresan digunakan

sebagai penanda.

7. Ragum adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir,

dipahat, digergaji, di tap, dan lain lain. Dengan memutar tangkai (handle) ragum,

17

Page 18: Isi Lap.akhir Proses Produksi

maka mulut ragum akan menjepit atau membuka/melepas benda kerja yang sedang

dikerjakan. Syarat menggunakan bibir mulut ragum adalah sebagai berikut:

a. Berdiri tegak diragum

b. Tempelkan kepalan tangan pada dagu

c. Sikut harus berada diatas mulut ragum dan apabila lengan kita ayunkan, sikut

jangan sampai menyentuh bibir mulut ragum.

Bila kita menjepit benda kerja pada ragum, benda kerja yang keluar dari mulut

ragum janganlah terlalu tinggi, terutama apabila bahan benda kerja itu terbuat dari

logam tipis. Bila memungkinkan perbandingan bahan yang keluar dari mulut ragum

harus lebih kecil daripada bagian yang terjepit. Gunakan pelat pelapis untuk

menjepit benda kerja, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan

akibat dari jepitan gigi ragum . Pelat pelapis bisa dibuat dari bahan plat tipis yang

rata, plat siku, dll.

8. Scrap tangan, digunakan untuk membuang noda-noda pada permukaan logam atau

bagian-bagian yang menonjol sedikit, dari permukaan dasarnya atau

ketidakseragaman pemukaan,sehingga dihasilkan permukaan yang baik dan rata.

9. Klem, adalah alat bantu yang gunanya untuk menjepit benda kerja yang tidak dapat

dilakukan oleh ragum secara langsung, dikarenakan bentuk atau posisinya yang

tidak memungkinkan. Beberapa jenis klem yaitu:

a. Clamp-claw, digunakan untuk menjepit benda kerja yang akan dikerjakan pada

bagian tepi

b. Handclamp, digunakan untuk memegang benda kerja yang kecil yang dipegang

dengan tangan

c. Klem instrumen, digunakan untuk menjepit benda kerja bulat yang kecil atau

untuk menjepit kepingan logam yang banyak untuk dimesin secara bersama-

sama.

2.4 Teralis

Teralis dapat dibuat dari beberapa jenis bahan metal (logam). Ada 3 jenis, alumunium,

besi, dan baja. Kebanyakan teralis dibuat menggunakan besi, karena disamping kuat

harga besi saat ini relatif murah. Namun terdapat juga rumah yang menggunakan teralis

dari alumunium. Kelebihan dan kekurangan dari ketiga bahan tersebut sebagai berikut:

18

Page 19: Isi Lap.akhir Proses Produksi

1. Besi : Kuat dan murah, namun dapat berkarat jika tidak dirawat.

2. Alumunium : Tidak kuat, harga lumayan mahal, tidak berkarat.

3. Baja : Sangat kuat, harga paling mahal dibanding kedua metal lainnya

tidak dapat berkarat.

Dari perbandingan diatas konsumen dapat memilih bahan yang dapat digunakan

disesuaikan dengan keuangan dan kegunaan. Saat ini bahan dari besi masih menjadi

pilihan banyak orang karena besi kuat dan murah. Namun besi membutuhkan

perawatan, kita harus mengecat besi tersebut dengan menggunakan cat dasar (biasanya

cat yang dapat mencegah agar besi tidak cepat berkarat), setelah itu digunakan cat

sesuai selera.

Cara membersihkan pun harus menjadi perhatian, jangan terlalu sering membersihkan

teralis besi dengan menggunakan air karena air dapat mempercepat proses karat.

Kalaupun harus menggunakan air sebaiknya harus segera dikeringkan menggunakan

kain lap kering. Saat ini harga teralis dihitung berdasarkan bahan, luas, dan tingkat

kesulitan/ kerumitan desain teralis.

19

Page 20: Isi Lap.akhir Proses Produksi

BAB III

METODOLOGI KEGIATAN

3.1 Lokasi dan Waktu kegiatan

Berikut ini adalah waktu dan tempat dilaksanakannya kegiatan praktikum sebagai berikut:1. Waktu kegiatan:

Berikut rincian waktu kegiatan yang akan dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 4 dan

11 Desember 2010 serta pada hari senin 6, 13 Desember 2010 :

a. Pengerjaan normal untuk pemotongan, penghalusan benda kerja hingga

perakitan, praktikan memperkirakan sekitar 5 jam kerja normal.

b. Proses finishing untuk tahap pengerjaan, seperti penghalusan dan pengecatan,

praktikan memperkirakan sekitar 1 jam kerja normal.

2. Lokasi kegiatan:

Kegiatan pembuatan teralis dilakukan di 2 tempat yaitu di mana proses awal untuk

tahapan pemotongan, penghalusan, hingga perakitan bahan dilakukan di workshop,

dan penghalusan kedua setelah produk selesai, serta pengecatan dilakukan di rumah

praktikan.

3.2 Tahapan Kegiatan

Berikut ini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan pada saat praktikum:

1. Tahap persiapan

Adapun berbagai hal yang perlu dipersiapkan sebelum pembuatan produk adalah

sebagai berikut:

a. Membeli bahan yang diperlukan.

b. Mempersiapkan alat yang di perlukan, seperti gergaji, kikir, mesin las, APD,

amplas, dan lain-lain.

c. Mempersiapkan bahan yang digunakan untuk pembuatan produk yaitu besi

6mm.

20

Page 21: Isi Lap.akhir Proses Produksi

2. Tahap proses

Adapun beberapa tahap proses yang akan dilakukan sebagai berikut:

a. Mengukur bahan sesuai dengan ukuran yang diperlukan, yaitu:

1) 2 x 30cm

2) 4 x 50cm

3) 2 x 18cm

4) 1 x 18cm

b. Memotong bahan sesuai dengan ukuran.

c. Mengukur kembali panjang bahan yang sudah dipotong.

d. Merapikan ujung dan memotong kembali potongan besi bila diperlukan.

e. Menyusun bahan sesuai pola.

f. Menyambung potongan bahan menggunakan las dengan teknik las titik.

g. Menyambung semua potongan bahan menggunakan las dengan teknik las

sambung.

3. Tahap penyelesaian

Beberapa tahap penyelesaian yang akan dilakukan dapat dilihat sebagai berikut:

a. Merapikan sambungan las dengan kikir atau amplas.

b. Pengecatan produk.

21

Page 22: Isi Lap.akhir Proses Produksi

3.3 Diagram Alir Kegiatan

Adapun diagram alir dar proses pembuatan teralis akan diberikan pada gambar 3.3

sebagai berikut:

22

Start

Mempersiapkan Alat

Mempersiapkan bahan

Mengukur bahan sesuai kebutuhan

Memotong bahan sesuai ukuran

Sesuai ukuran

?

Lebih panjang ?

Lebih pendek

?

YaYa

TidakTidak

Menyusun bahan menurut pola

Sesuai pola ?

YaTidak

Menyambung bahan menggunakan las titik

Tidak Ya

Menyambung bahan

menggunakan las sambung

Merapikan sambungan hasil pengelasan

Sudah halus & rapi ?

PengecatanFinishYa Tidak

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Produksi Teralis

Page 23: Isi Lap.akhir Proses Produksi

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Alat dan Bahan

Adapun beberapa alat dan bahan yang digunakan pada saat pembuatan produk teralis ini

adalah:

1. Alat-alat:

Berikut adalah beberapa alat yang sering digunakan pada saat praktikum proses

produksi yang dibagi menurut kategori pada saat penggunaannya:

a. Kerja bangku dan pengukuran

Kerja bangku yang dilakukan pada saat praktikum meliputi beberapa peralatan

khusus beserta pelindung diri yang digunakan antara lain:

1) Beberapa jenis peralatan yang digunakan antara lain:

a) Penggaris

b) Meteran

c) Penggores

d) Gergaji

e) Kikir

f) Gerinda

g) Ragum

h) Palu (hummer)

i) Tang

j) Amplas

2) APD yang digunakan pada proses kerja bangku adalah sebagai berikut:

a) Kaca mata pengaman

b) Sarung tangan

b. Pengelasan

Pada saat praktikum pengelasan, terdapat beberapa APD khusus dan alat-alat las

khusus antara lain:

1) Beberapa jenis peralatan yang digunakan antara lain:

a) Busur las

23

Page 24: Isi Lap.akhir Proses Produksi

b) Pemegang busur las

c) Trafo las

d) Penjepit bahan (berupa jepitan kertas)

e) Tang

2) APD yang digunakan dalam proses pengelasan adalah sebagai berikut:

a) Kacamata las

b) Topeng las

c) Sepatu yang tertutup

d) Sarung tangan las

e) Apron

2. Bahan-bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pembuatan teralis adalah:

a. Elektroda SMAW

b. Besi Betonizer diameter(Ø)= 6 mm

c. Besi plat dengan lebar 20 mm, panjang 1.600 mm dan tebal 2 mm

4.2 Gambar Kerja

Gambar produk yang dikerjakan dalam praktikm proses produksi yang dilakukan di

workshop pada hari sabtu tanggal 4, 6 dan 11 desember 2010 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Gambar Produk

24

Page 25: Isi Lap.akhir Proses Produksi

4.3 Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan di workshop meliputi beberapa langkah:

1. Proses kerja bangku

Pada proses kerja bangku dan pengukuran ini wajib menggunakan APD sebagai

berikut:

a. Kacamata pengaman

b. Sarung tangan

c. Sepatu yang tertutup

d. Helm pengaman

2. Proses pengelasan

Pada proses pengelasan terdapat beberapa APD yang wajib digunakan sebagai

berikut:

a. Sarung tangan las

b. Kacamata las (untuk praktikan yang tidak ikut pengelasan secara langsung,

tetapi berada pada area pengelasan)

c. Apron las

d. Topeng las

3. Proses finishing

Pada proses finishing terdapat beberapa APD yang digunakan antara lain:

a. Sarung tangan

b. Kacamata pengaman

4.4 Rincian Biaya

Rincian biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan praktikum pembuatan teralis

adalah sebagai berikut:

1. Modal

Berikut ini dapat dilihat pembiayaan pembuatan teralis, yaitu:

a. Besi 6 mm (8 meter) = Rp 15.000,00

b. Elektroda las (Rp 5.000,00 x 5) = Rp 25.000,00

c. Amplas (Rp 2.500,00 x 2) = Rp 5.000,00

d. Cat + thinner + kuas = Rp 25.000,00

25

Page 26: Isi Lap.akhir Proses Produksi

e. Biaya tenaga kerja = Rp 10.000,00

f. Biaya operasional = Rp 10 .000,00+

Total = Rp 90.000,00

2. Rencana penjualan

Berikut ini rencana penjualan yang diperkirakan, yakni:

Harga jual per buah = Rp 140.000,00

Modal = Rp 90 .000,00 -

Keuntungan = Rp 50.000,00

26

Page 27: Isi Lap.akhir Proses Produksi

4.5 Pembahasan

Pada proes pembuatan teralis, beberapa proses digabungkan secara sekaligus dalam satu

buah pembuatan, sehingga terdiri dari beberapa tahapan pengerjaan, mulai dari kerja

bangku dan pengukuran, pengelasan, permesinan dan tahapan finishing.

Dalam proses praktikum ini akan dibahas mengenai efisiensi dari penggunaan waktu

untuk pembuatan produk, dan beberapa aspek yang mempengaruhinya, sebagai berikut:

1. Pemotongan bahan

Pada proses pemotongan bahan ada beberapa aspek yang mempengaruhinya

melakukan pemotongan bahan, biasanya individu satu dengan individu lainnya

tidak bisa memiliki tingkat ketelitian, kerapian serta kecepatan yang sama dalam

melakukan pemotongan. Pastinya cukup berbeda, tergantung besarnya tenaga dari

tiap individu tersebut. Besarnya ukuran diameter benda kerja juga dapat

mempengaruhi cepat atau lambatnya proses pemotongan. Bukan hanya itu saja,

ketajaman gergaji besi yang digunakan pun juga harus diperhatikan. Waktu normal

yang dibutuhkan untuk satu kali pemotongan benda kerja besi betonizer dengan

diameter(Ø)= 6 mm yaitu kurang lebih sekitar 15 detik tanpa dipengaruhi

melakukan pekerjaan yang lain. Dengan waktu standar antara 15 – 25 detik, waktu

ini adalah waktu rata – rata dari beberapa orang yang melakukan pemotongan.

Dalam proses pembuatan teralis ini ada 20x pemotongan, sehingga jika

dihubungkan dengan waktu normal maka akan didapatkan kurang lebih selama 6,67

menit. Untuk besi plat dengan lebar plat 20 mm dan tebal plat 3 mm yang

digunakan untuk rangka teralis sebanyak 4 buah. Dalam proses pemotongan besi

plat ini, masing – masing membutuhkan waktu normal ± 20 detik. Total waktu

pemotongan untuk besi plat adalah ± 1 menit 20 detik. Waktu standar dari

pemotongan plat ini dengan ketebalan 3 mm adalah antara 15 – 20 detik.

2. Pengikiran

Tujuan dari proses ini adalah untuk menghaluskan permukaan benda kerja yang

telah dipotong tadi. Setiap benda kerja yang telah dipotong harus dihaluskan

permukaannya menggunakan kikir. Karena benda yang telah dipotong cenderung

memiliki permukaan yang kasar. Untuk setiap penghalusan, baik betonizer maupun

27

Page 28: Isi Lap.akhir Proses Produksi

plat mempunyai waktu yang sama, yaitu ± 20 detik. Total waktu standar yang

digunakan untuk proses pengikiran adalah ± 7,87 menit.

3. Pengamplasan

Pengamplasan ini berfungsi untuk menghilangkan korosi yang ada pada benda

kerja. Dalam proses pengelasan, korosi ini yang akan mengurangi kualitas

pengelasan. Yang bisa terjadi jika korosi tidak dibersihkan adalah berkurangnya

kekuatan pengelasan dari yang seharusnya. Waktu yang dibutuhkan untuk

mengamplas permukaan benda kerja ini adalah ± 30 detik setiap batang besi. Jadi

total waktu standar yang digunakan untuk 10 batang besi adalah ± 5 menit.

4. Pengelasan

Penyambungan benda kerja yang sudah melalui beberapa proses kerja bangku tadi

akan disambung menjadi produk jadi menggunakan mesin las listrik. Dalam

pengelasan, harus diperhatikan jenis benda yang akan di sambung dan jenis

elektroda yang akan digunakan. Ini untuk menentukan tegangan yang harus

digunakan saat proses pengelasan berlangsung. Jika tegangan terlalu tinggi, benda

kerja tadi akan melebur, dan jika tegangan terlalu rendah benda kerja tidak akan

tersambung. Masing masing waktu yang dibuthkan untuk penyambungan dua

bahan adalah ± 40 detik, Jika dalam proses pengelasan harus ada 23 pengelasan

untuk menyambung benda satu dengan benda lainnya, maka total waktu standart

yang dibutuhkan adalah ± 15,3 menit. Ada beberapa penyesuaian untuk perhitungan

pengelasan, seperti kesalahan yang dilakukan secara terus menerus, yang

disebabkan karena bahan yang terlalu lemah ditambah dengan tegangan las yang

terlalu tinggi sehingga membuat bahan kerja semakin cepat rusak. Bahan yang dilas

dengan penuh ketelitian ini berupa hiasan bunga dan daun dari aluminium sebanyak

9 buah dengan pengelasan masing masingnya memakan waktu ± 25 menit,

sehingga untuk mengelas semua hiasannya dibutuhkan waktu ± 225 menit atau ±

3,45 jam.

5. Finishing

Proses ini sangat mempengaruhi hasil jadi produk tersebut. Proses finishing ini

harus dilakukan untuk menghilangkan sisa – sisa produksi, karena terkadang dapat

membahayakan karena biasanya sisa produksi bersifat keras / tajam karena terbuat

dari logam. Pada proses finishing ini ada 2 tahapan penting antara lain:

28

Page 29: Isi Lap.akhir Proses Produksi

a. Penghalusan benda kerja

Proses ini menggunakan alat kikir dan dikerjakan menggunakan tenaga manusia.

Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengikiran pada tiap sambungan adalah ±

20 detik. Jadi total waktu standar jika ada 20 sambungan pengelasan adalah ±

66,6 menit.

b. Painting

Proses ini adalah upaya untuk memperindah produk yang telah dikerjakan tadi.

Produk yang telah selesai di beri warna agar terlihat indah dan menarik untuk di

miliki. Waktu pengecatan untuk satu buah teralis ini membutuhkan waktu ± 30

menit waktu normal.

29

Page 30: Isi Lap.akhir Proses Produksi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah:

1. Praktikan dapat mempraktikan pengetahuannya yang didapatkannya mengenai

tentang proses pengelasan, kerja bangku dan pengukuran dengan baik dilihat dari

hasil produk yang telah dibuat

2. Praktikan dapat mengenali macam jenis peralatan yang digunakan dalam

perindustrian dan belum terlalu menguasai beberapa jenis peralatan, dilihat dari

hasil produk yang dibuat

3. Alat-alat keselamatan kerja dibedakan berdasarkan tingkat resiko pengerjaan

dimana perbedaan itu berupa perbedaan bahan, jenis kegunaan dan bentuk dari

APD itu sendiri, sehingga tidak terlalu menyulitkan untuk bekerja dengan

menggunakan APD

4. Alat ukur dan kerja bangku berupa gergaji, kikir, ragum, penggores, penggaris,

amplas, dapat dikenali dengan baik oleh para praktikan beserta cara

pengggunaannya dilihat dari hasil produk yang telah dibuat

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan setelah mengikuti praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Perawatan pada alat-alat kerja terutama pada alat permesinan dan kerja bangku

sehingga masa pakai (umur) dari peralatan tersebut menjadi lebih lama dan

peralatan terlihat lebih rapi dan bersih

2. Gunakan APD wajib seperti sarung tangan, sepatu yang tertutup dan kacamata

untuk mengurangi tingkat kecelakaan

3. Selalu berhati-hati dalam melakukan proses produksi agar tidak terjadi kecelakaan

dalam bekerja

30